• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN DAN PENERIMAAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NI KETUT RENDI ASTUTI (Dosen STIA Denpasar) NI MADE GUNASTRI (Dosen STIMI Handayani Denpasar) Abstrak : This research is carried out based on

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN DAN PENERIMAAN SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NI KETUT RENDI ASTUTI (Dosen STIA Denpasar) NI MADE GUNASTRI (Dosen STIMI Handayani Denpasar) Abstrak : This research is carried out based on"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN DAN PENERIMAAN SEKTOR PARIWISATA

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NI KETUT RENDI ASTUTI

(Dosen STIA Denpasar) NI MADE GUNASTRI (Dosen STIMI Handayani Denpasar)

Abstrak : This research is carried out based on the little contribution income of tourism sector towards the real income of Klungkung regency for eight years whereas the tourism facilities that have been availabel sufficiently to attract the more total tourists visit.

The variable use in this researdh involves : the total tourist visit (X1), the total taxes of restaurants and hotels (X2), the total retribution of tourism object (X3) and total real income (Y) of Klungkung Regency in the year 2003 to 2010.

The instrument analysis which is used in this research are regression linier is use to analyze the influence of the total tourist visit, total taxes in restaurant and hotel income, tourist objects retribution toward the real income of Klungkung regency for eight years 2003 to 2010

The result of the research is that the total tourist visit, restourant and hotels income taxes, and retribution of tourist resorts places all together significantly affected the original Regional Revenues of Klungkung Regency from 2003 to 2010. The total tourist visit place partially and significantly affected the Original Regional Revenues of Klungkung from 2003 to 2010, The taxes imposed upon the hotel and restourant partially but insignificantly affected the Original Regional Revenues of Klungkung from 2003 to 2010. And retribution of tourist risorts places partially but insignificantly but insignificantly affected the Original Regional Revenues from 2003 to 2007.

Key words : Total tourist visit, The Income of Tourism Sector, Original Regional Revenues.

I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1

Pembangunan Daerah bertujuan untuk meningkatkan perekonomian daerah, sehingga mampu mandiri dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah secara berkelanjutan, meningkatkan keadaan sosial daerah untuk mencapai kesejahteraan secara adil dan merata bagi seluruh

mengatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada untuk membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lowongan kerja baru, dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah.

(2)

pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam kegiatan ekonomi.

Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi, dan politik (Spillance, 1994 : 14). Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia. Serta memupuk rasa cinta dan mempererat persahabatan antar Bangsa.

Kepariwisataan memiliki arti yang sangat luas, dan bukan hanya sekedar bepergian saja, namun juga berkaitan obyek dan daya tarik wisata yang dikunjungi, sarana transportasi yang digunakan, pelayanan, akomodasi, restoran dan rumah makan, hiburan, interaksi sosial antara wisatawan dengan penduduk setempat serta usaha pariwisata. Karena itu pariwisata dapat dipandang sebagai suatu lembaga dengan jutaan interaksi, kebudayaan dengan sejarahnya, kumpulan pengetahuan, dan jutaan orang yang merasa dirinya sebagai bagian dari kelembagaan ini (Purwowibowo, 1998 : 4). Sehingga pariwisata sebagai konsep dapat dipandang dari berbagai perspektif yang berbeda. Pariwisata juga mampu menumbuhkan aspirasi dan tuntutan dari masyarakat itu dilandasi oleh hasrat yang kuat untuk berperan serta dalam mewujudkan masyarakat yang maju adil makmur dan sejahtera.

Untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah suatu hal yang mudah karena hampir setiap daerah diseluruh wilayah Republik Indonesia dihadapkan dengan masalah keuangan sebagaimana dikatakan oleh Nazara (1997 : 21), bahwa pembangunan yang menjadi kewajiban Pemerintah Daerah, dibiayai dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang menggambarkan kemampuan daerah dalam memobilisasi potensi keuangannya. Potensi keuangan daerah salah satu bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang sangat penting, guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Untuk menjamin kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup masyarakat daerah, setiap daerah melalui Pemerintah Daerah diberikan keleluasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri.

Prinsip penyelenggaraan Pemerintah Daerah sesuai Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan Pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang – Undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

(3)

Sektor Pariwisata adalah dengan melakukan promosi pariwisata baik dalam maupun luar neger.

Dari sisi pendapatan daerah, sebagian besar Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klungkung disumbang dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah yang termasuk salah satu di dalamnya adalah pajak hotel dan restoran, retribusi objek wisata. Objek dan daya tarik wisata (ODTW) yang

dimiliki oleh Kabupaten Klungkung cukup bervariasi seperti objek wisata Kerta Gosa, Pura Goa Lawah, Jungut Batu dan Desa kesenian wayang tradisional Kamasan serta Rafting yang masing-masing mempunyai daya tarik dan sejarah tersendiri sehingga tidak henti-hentinya para wisatawan untuk mengunjunginya. Adapun wisatawan yang berkunjung dan yang menginap di Kabupaten Klungkung tahun 2003 – 2010 dapat dilihat dalam tabel 1

Tabel.1JumlahKunjunganWisatawandanJumlahyangmenginapdiKabupatenKlungkung Tahun2003–2010

Tahun KunjunganWisatawan

(Orang) Wisatawan

JumLAH 1.460.013 8.520 4,27

RataͲRata 184.597 1.065 0,53 yang menginap di Kabupaten Klungkung bila dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan sangat kecil sekali. Ini artinya bahwa tamu yang datang hanya menikmati obyek wisata yang ada di Kabupaten Klungkung selanjutnya menginap di Kabupaten lain yang ada di Bali. Sehingga tingkat hunian hotel selama delapan sebesar 4,27 persen (rata-rata per tahun sebesar 0,53 persen), inipun merupakan perjuangan yang berat buat Pemerintah Kabupaten Klungkung dan Dinas Pariwisata untuk melakukan promosi baik didalam dan luar negeri serta melakukan service yang baik sehingga hunian hotel bisa meningkat.

Kontribusi yang diberikan Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klungkung perlu terus digalakkan

(4)

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa kontribusi penerimaan sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klungkung selama delapan tahun tidak begitu besar yaitu 51,55 persen (rata-rata per tahun 6,44 persen). Karena merupakan sumber yang cukup menentukan penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klungkung lebih lanjut perlu dilakukan penelitian bagaimana pengaruh Kunjungan wisatawan dan penerimaan dari sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah dan faktor – faktor mana yang dominan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Rumusan Masalah 1.2

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam pnelitian ini adalah :

Bagaimana pengaruh jumlah kunjungan wisatawan dan penerimaan sektor pariwisata (PHR dan ROW ) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Klungkung tahun 2003 - 2010

Hipotesis 1.3

Bahwa jumlah kunjungan wistawan dan jumlah penerimaan sektor pariwisata

yang terdiri dari pajak hotel dan restoran (PHR) dan retribusi obyek wisata (ROW) berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klungkung tahun 2003 – 2010

Tujuan Penelitian 1.4

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kunjungan wisatawan dan penerimaan sektor pariwisata (PHR dan ROW) terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klungkung tahun 2003 - 2010

Manfaat Penelitian 1.5

Dengan penelitian ini penulis harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

Manfaat akademik sebagai bahan

1

kajian atau penelitian lebih lanjut serta menambah referensi bidang ekonomi dan kepariwisataan pada perpustakaan kampus.

Menfaat praktis diharapkan hasil

2

penelitian ini berguna sebagai masukan bagi perencana pembangunan di Kabupaten Klungkung khususnya yang terkait dengan arah investasi dan alokasi pengeluaran pemerintah Kabupaten.

PenerimaanSektorPariwisata Persentase dariPAD

Jumlah 176.049,74 6.362,8 5.473,35 10.816,72 51,55 RataͲRata 22.006,22 795,35 684,17 1.352,09 6,44 Sumber:DinasPendapatanKabupatenKlungkung,2010

(5)

Jenis dan Sumber Data 1.6

Data kuantitatif adalah data yang bisa

1

diukur secara kuantitatif yaitu berupa data sekunder / data jumlah pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung dan data penerimaan sektor pariwisata yang didapat dari kantor Dinas Pendapatan Kabupaten Klungkung, Data Jumlah kunjungan wisatawan pada Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung dan Kantor BPS Kabupaten Klungkung dengan melakukan wawancara langsung terhadap pejabat yang berwenang.

Data kualitatif yaitu data yang tidak

2

dapat diukur dengan angka-angka yang digunakan dalam memberikan penjelasan yang relevan, seperti pengertian PAD, keterangan mengenai daerah penelitian yang diperoleh di Kantor BPS Kabupaten Klungkung dan buku – buku yang dipublikasikan yang dapat mendukung terhadap penelitian ini.

Teknik Analisis Data 1.7

Menggunakan teknik analisis regresi linier yaitu untuk menganalisis pengaruh jumlah kunjungan wisatawan dan penerimaan dari sektor pariwisata (PHR dan ROW) terhadap total pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung (Gujarati, 1995 : 66) adalah sebagai berikut :

Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3+ U i

Dimana:

Y = Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klungkung

X1 = Jumlah Kunjungan Wisatawan Kabupaten Klungkung

X2 = Jumlah Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran (PHR)

X3 = Jumlah Penerimaan Retribusi Obyek

Wisata (ROW)

a = Konstanta

b1b2 b3 = Koefisien regresi dari yang akan di

taksir

Ui = Variabel Pengganggu

II KAJIAN PUSTAKA

Wisata, Pariwisata, Kepariwisataan 2.1

dan Wisatawan

g Nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata mengandung unsur sementara dan perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati objek atau daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan wisata adalah tidak bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan mencari nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata, perjalanan dalam bahasa inggris dapat disamakan dengan perkataan

“travel”.

(6)

wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, konsultan pariwisata, informasi pariwisata, usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata. Jadi yang dimaksud dengan pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ketempat lain yang dalam bahasa inggris disebut “tour”.

Beberapa ahli juga mengemukakan pengertian pariwisata, antara lain Hunziker dan Kraff (Pendit, 1994 : 38) menyatakan pariwisata adalah sejumlah hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh.

Kepariwisataan adalah yang berhubungan dengan masalah pariwisata baik sejarah perkembangannya yang sangat pesat sekali dalam dekade terakhir, namun apa yang telah diproleh sekarang ini sesungguhnya telah dirintis semenjak berpuluh tahun sebelumnya. Perkembangan kepariwisataan di Indonesia dapat dibagi tiga bagian atau periode penting yaitu peiode masa penjajahan Belanda, masa pendudukan Jepang, dan masa setelah Indonesia merdeka, yang diawali dengan meningkatnya perdagangan antara benua Eropa dengan negara-negara Asia dan Indonesia mengakibatkan ramainya lalulintas orang-orang bepergian dengan bermacam-macam motif sesuai dengan keperluan masing-masing, sehingga banyak berdiri tavel Agent dan hotel-hotel untuk menjamin akomodasi bagi mereka yang berkunjung kedaerah-daerah yang menjadi tujuan mereka. Sehingga hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata dan dalam bahasa inggris disebut dengan istilah “tourism”.

Menurut Herman V. Schulalard, (Yoeti Oka, 1990 : 105) menyatakan yang dimaksud dengan kepariwisataan adalah sejumlah

kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan perekonomian yang secara langsung berhubungan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara. Karena batasan ini diberikan oleh seorang ahli ekonomi, maka batasan ini lebih banyak ditekankan pada aspek-aspek ekonomi, tetapi tidak secara tegas menunjukkan aspek-aspek sosiologi, psikologi, seni budaya maupun aspek geografis kepariwisataan.

Menurut Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapf (Yoeti Oka, 1990 : 106) menyatakan bahwa kepariwisataan adalah keseluruhan dari pada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memproleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi hiburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara-negara lain (pariwisata luar negeri).

(7)

melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen ditempat tersebut.

Wisatawan adalah seseorang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu dengan alasan apapun juga tanpa memangku jabatan atau pekerjaan di negara yang dikunjunginya. Dari batasan ini jelaslah, bahwa maksud perjalanannya itu bukan untuk urusan yang berhubungan dengan pekerjaannya sehari-hari serta dilakukan untuk sementara waktu dan dinegara yang dikunjungi semata-mata sebagai konsumen dimana ia tinggal hanya untuk sementara waktu. Adapun alasan-alasan yang biasanya lebih menonjol diantaranya ialah : kesehatan, kesenangan, pendidikan, agama, kebudayaan, hobi, olah raga, konfrensi, seminar dan lain-lain, Oka A Yoeti (1990:71) Menurut A.J. Norwal (Yoety Oka, 1990 : 129) mengatakan bahwa seorang wisatawan adalah seorang yang memasuki wilayah negeri asing dengan maksud tujuan apapun, asalkan bukan untuk tinggal permanen atau untuk usaha-usaha yang teratur melintasi perbatasan dan yang mengeluarkan uangnya dinegeri yang dikunjungi, uang mana telah diprolehnya bukan dari negeri tersebut, tetapi di negeri lain. Yang penting adalah bahwa uang yang dibelanjakan tersebut bukan diproleh di negeri yang ia kunjungi, tetapi diproleh di negeri lain atau tempat asalnya.

Ciri-ciri seseorang dapat disebut sebagai wisatawan yaitu antara lain, 1) perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam, 2) perjalanan itu dilakukannya hanya untuk sementara waktu, 3) orang yang melakukannya tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjungi. Sehingga dapat dikatakan bila tidak memenuhi syarat tersebut diatas maka orang tersebut belum dapat dikatakan sebagai seorang wisatawan.

Hubungan Pariwisata Dengan 2.2

Pembangunan Ekonomi

Untuk menggalakan pembangunan ekonomi dengan suatu pertumbuhan yang berimbang, sektor pariwisata juga dapat memegang peranan yang menentukan dan dapat sebagai katalisator untuk meningkatkan pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Majunya industri pariwisata sangat bergantung kepada jumlah wisatawan yang datang dan adanya pertumbuhan ekonomi yang berimbang. Karena itu tidak hanya ada perusahaan yang dapat menyediakan kamar untuk penginapan. Restoran dan rumah makan untuk konsumsi makanan dan minuman, industri kerajinan untuk menyediakan cinderamata, pramuwisata sebagai pemandu wisata, akan tetapi diperlukan juga prasarana dan sarana yang memadai sebagai infrastruktur yang dapat menunjang sektor pariwisata itu sendiri. Menurut Spillane (1994 : 37) ada beberapa elemen dalam menentukan hubungan pariwisata dengan pembangunan ekonomi, yaitu : (a) jenis pariwisata, (b)struktur ekonomi nasional, (c) hubungan antara perpindahan modal dan migrasi tenaga kerja. Hal ini mengisyaratkan bahwa pariwisata dalam pembangunan ekonomi nasional tergantung secara parsial pada organisasi permodalan dan khususnya kemampuan modal dari luar negeri untuk ditanamkan di dalam negeri.

Aspek lain yang dianggap penting dalam kebijaksanaan ekonomi ialah pembangunan daerah secara regional melalui kegiatan kepariwisataan. Terutama dalam menghadapi timbulnya urbanisasi yang menimbulkan banyak masalah dan ekonomi diperkotaan. Pariwisata dapat memberi kesempatan berusaha baik kepada pendatang maupun penduduk sekitarnya.

(8)

pada pola, proses dan tipe pengelolaannya yaitu tipe tertutup atau terstruktur dan tipe terbuka atau tidak terstruktur. Tipe tertutup telah berhasil membangun dan mengembangkan kawasan pariwisata seperti kawasan pariwisata Nusa Dua. Sedangkan tipe terbuka atau tidak terstruktur dapat diambil contoh pada daerah – daerah pariwisata yang perkembangannya secara spontan, seperti kawasan pariwisata Sanur dan Kuta.

Pariwisata Sebagai Industri 2.3

Dalam konteks pariwisata sebagai industri, Pendit (1994 : 19) telah memperkenalkan beberapa istilah seperti

industry of the invisibleexport ( industri eksport tidak nyata), hospital industry (industri ramah tamah), atau service industry (industri jasa pelayanan). Adapun batasan tentang industri pariwisata menurut Yoeti (1990 : 9) adalah kumpulan dari bermacam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam perjalanan. Dalam pengertian ekonomi mikro yang dimaksud dengan industri pariwisata adalah setiap unit produksi yang dapat menghasilkan produk atau jasa tertentu, sedangkan dalam pengertian ekonomi makro yang dimaksud dengan industri pariwisata adalah keseluruhan unit-unit industri (travel agent, tourist transportation, hotel, catering trade, tour operator, tourist object, tour attraction, souvenir shop) baik tempat kedudukannya di dalam negeri atau di luar negeri yang ada kaitannya dengan perjalanan wisatawan yang bersangkutan.

Menurut Prajogo (1976 : 44-45) pariwisata sebagai industri mempunyai beberapa sifat khusus, yang membedakannya dengan industri lain. Sifat khusus tersebut adalah : (a) produk wisata mempunyai ciri

bahwa ia tidak dapat dipindahkan. Orang tidak dapat membawa produk wisata pada pelanggan, tetapi langganan itu sendiri harus mengunjunginya, mengalami dan datang untuk menikmati produk wisata itu, (b) dalam pariwisata produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama. Tanpa langganan yang sedang mempergunakan jasa-jasa itu tidak akan terjadi produksi, (c) sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai ragam bentuk, oleh karena itu dalam pariwisata tidak ada standar ukuran yang obyektif, sebagaimana produk lain yang nyata misalnya ada panjang, lebar, isi, kapasitas dan sebagainya seperti pada sebuah mobil, (d) langganan tidak dapat mencicipi, mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya, yang dapat dilihat hanya brosur-brosur, gambar-gambar, (e) dari segi usaha, produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar. Industri pariwisata memerlukan modal yang besar, sedangkan permintaan sangat peka terhadap perubahan situasi ekonomi, politik, sikap masyarakat, kesenangan wisatawan dan sebagainya. Dan pemikiran tersebut dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan industri yang memiliki banyak bentuk serta tidak dapat dipindahkan dan sebaiknya mempunyai langganan.

Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap 2.4

Pendapatan Asli Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas:

Pendapatan Asli Daerah, yaitu hasil a.

pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Dana perimbangan, b.

(9)

Kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya sangat ditentukan atau tergantung dari sumber – sumber pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menghidupi dirinya sendiri dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi yang dimiliki, untuk itu usaha untuk mendapatkan sumber dana yang tepat merupakan suatu keharusan. Terobosan – terobosan baru dalam memperoleh dana untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah harus dilakukan, salah satunya adalah melalui pengembangan sektor pariwisata.

Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dalam hal ini kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah. Dalam menjamin terselenggaranya otonomi daerah yang semakin mantap, maka diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri yaitu dengan upaya peningkatan penerimaan sumber pendapatan asli daerah yang sudah ada maupun dengan penggalian sumber dan potensi ekonomi masyarakat. Dari setiap pembiayaan dengan adanya pemberian otonomi maka dalam membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah secara bertahap daerah dituntut dapat mengurangi ketergantungannya kepada pemerintah pusat. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah senantiasa harus mampu meningkatkan dan menggali sumber-sumber keuangannnya sendiri dalam bentuk pendapatan asli daerah.

Berbicara mengenai sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah, tidak dapat dipisahkan dari pendapatan daerah secara keseluruhan. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, pendapatan

asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sumber-sumber pendapatan asli daerah Kabupaten / Kota terdiri dari : (a) Hasil pajak, (b) Hasil retribusi daerah, (c) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan (antara lain : bagian laba, deviden dan penjualan saham milik daerah), (d) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Dari berbagai komponen sumber pendapatan asli daerah tersebut terdapat beberapa komponen yang selama ini penerimaannya sangat potensial, sehingga menjadi sumber andalan bagi pendapatan asli daerah antara lain pajak daerah dan retribusi daerah.

Pendapatan asli daerah harus betul-betul dominan dan mampu memikul beban biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan otonomi daerah selain sebagai pendukung terselenggaranya otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab juga menggambarkan berapa pemberian kepada masyarakat disamping gambaran tentang berapa yang dapat dikembalikan kepada masyarakat melalui penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, dan kemasyarakatan.

(10)

Cara ekstensifikasi dapat dilakukan dengan mengadakan penggalian sumber-sumber objek pajak dan retribusi ataupun dengan menjaring wajib pajak baru. Namun cara yang paling tepat dilaksanakan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah adalah dengan intensifikasi karena ini tidak akan menimbulkan gejolak di masyarakat namun bila dilakukan cara ekstensifikasi akan dapat membuat masyarakat resah karena tidak siap untuk dikenakan pajak baru dalam situasi perekonomian yang sedang tidak stabil.

Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu sumber pendapatan daerah yang dituangkan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah dan merupakan sumber murni penerimaan daerah yang selalu diharapkan peningkatannya. Hasil penelitian yang dilakukan Roerkaerts dan Savat (Spillane,1987 : 138) menjelaskan bahwa manfaat yang dapat diberikan sektor pariwisata adalah : (a) menambah pemasukan dan pendapatan, baik untuk pemerintah daerah maupun masyarakatnya. Penambahan ini bisa dilihat dari meningkatnya pendapatan dari kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat, berupa penginapan, restoran, dan rumah makan, pramuwisata, biro perjalanan dan penyediaan cinderamata. Bagi daerah sendiri kegiatan usaha tersebut merupakan potensi dalam menggali pendapatan asli daerah, sehingga perekonomian daerah dapat ditingkatkan, (b) membuka kesempatan kerja, industri pariwisata merupakan kegiatan mata rantai yang sangat panjang, sehingga banyak membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di daerah tersebut, (c) menambah devisa negara. Dengan makin banyaknya wisatawan yang datang, maka makin banyak devisa yang akan diperoleh, (d) merangsang pertumbuhan kebudayaan asli, serta menunjang gerak pembangunan daerah.

2.5 Jenis-jenis Pajak Daerah

Pajak daerah digolongkan kedalam dua katagori menurut tingkat Pemerintahan

Daerah yaitu : Pajak Propinsi dan Pajak kabupaten/Kota. Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis pajak propinsi terdiri dari :

Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan 1)

diatas air adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 2)

adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan atau pemasukan ke dalam badan usaha.

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 3)

adalah pajak atas bahan bakar yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di atas air.

Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air 4)

Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan/atau air permukaan untuk digunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat.

Jenis Pajak Kabupaten / Kota sesuai Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 adalah :

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan 1)

hotel

Hotel adalah bangunan yang khusus 2)

(11)

Pajak Restourant adalah pajak atas 3)

pelayanan restourant.

Restourant atau rumah makan adalah 4)

tempat menyantap makanan atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran.

Pajak Hiburan adalah pajak atas 5)

penyelenggaraan hiburan.

Hiburan adalah semua jenis pertunjukan 6)

permainan, permainan ketangkasan, dan/ atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk olahraga.

Pajak Reklame adalah pajak 7)

penyelenggaraan reklame.

Reklame adalah benda, alat, perbuatan 8)

atau media yang membuat bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk diperkenalkan, menganjurkan atau menyajikan suatu barang, jasa, atau orang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak 9)

atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah daerah.

Pajak Pengambilan bahan Galian 10)

Golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pajak Parkir adalah pajak yang 11)

dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan

bermotor dan garansi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

Dalam era otonomi ini meskipun Pemerintah daerah memperoleh keleluasaan dalam hal menambah jenis-jenis pajak baru untuk peningkatan pendapatan asli daerah, namun menurut Simanjuntak (2003 : 8) ada beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk menentukan sumber pajak tersebut, yaitu : 1) Bersifat pajak dan bukan retribusi, 2) Obyek pajak terletak di wilayah kabupaten / kota yang bersangkutan dan mempunyi mobilisasi yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah Kabupaten / Kota yang bersangkutan, 3) Objek dan dasar pengenaan tidak bertentangan dengan kepentingan umum, 4) Objek pajak bukan merupakan objek propinsi atau pusat, 5) Potensinya memadai, 6)Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif, 7) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat.

III PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Pajak Hotel dan Restoran (PHR) dan Retribusi Obyek Wisata (ROW) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Klungkung

Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh dari beberapa variabel pariwisata terhadap PAD Kabupaten Klungkung dipergunakan alat analisis regresi linier (Gujarati,1995 : 66) sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + uI Dimana

Y = PAD Kabupaten Klungkung

X1 = Jumlah penerimaan Pajak Hotel dan Restoran (PHR)

X2 = Jumlah penerimaan Retribusi Obyek Wisata (ROW)

(12)

b1 b2 = Koefisien regresi dari yang akan ditaksir

uI = Variabel pengganggu

Sesuai hipotesis yang telah disajikan yaitu jumlah penerimaan Pajak Hotel dan Restoran (PHR) dan Retribusi Obyek Wisata (ROW) berpengaruh positif terhadap penerimaan PAD Kabupaten Klungkung tahun 2003 - 2010. Dari perhitungan komputer dengan menggunakan tabel yang diolah dengan program SPSS dari lampiran 3 ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut :

Y = 12,815 - 7,779X1 + 20,671 X2

t = (-1,164) (3,316)

Sig = ( 0,297) (0,021)

F = 8,517 sig 0,025

R2 = 0,773

Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,773 atau 77,3 persen berarti varian Pendapatan Asli Daerah (Y) dipengaruhi oleh varian Pajak Hotel dan Restoran (X1)

dan varian Retribusi Obyek Wisata (X2)

sebesar 77,3 persen sedangkan 22,7 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak tercantum dalam model tersebut.

1. Pengujian secara simultan (Uji F)

Pengujian pengaruh pajak hotel dan restoran (X1 dan retribusi obyek wisata (X2)

terhadap pendapatan asli daerah (Y) secara bersama-sama (simultan). Uji F sebesar 8,517 dengan nilai signifikan sebesar 0,025 yang berada dibawah tingkat signifikan 5 persen (0,05) yang berarti bahwa variabel X1 yaitu pajak hotel dan restoran (PHR) dan

variabel X2 yaitu variabel retribusi obyek

wisata (ROW) secara serempak berpengaruh terhadap variabel Y yaitu variabel Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Hal ini mengindikasikan bahwa pajak hotel dan restoran dan retribusi obyek wisata mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klungkung.

2. Pengujian secara parsial (Uji t)

Pengujian pengaruh pajak hotel dan restoran (X1) secara parsial terhadap

pendapatan asli daerah (Y) sebesar -1,164 dengan nilai signifikansi sebesar 0,297 yang berada diatas tingkat signifikan 5 persen (0,05) yang berarti bahwa variabel pajak hotel dan restoran (X1) tidak berpengaruh

terhadap variabel pendapatan asli daerah (Y). Koefisien regresi pajak hotel dan restoran sebesar -7,779 mempunyai arti bahwa setiap penurunan pajak hotel dan restoran sebesar 1 persen menyebabkan penurunan langsung terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung sebesar -7,779 persen

Pengujian pengaruh retribusi obyek wisata (X2) secara parsial terhadap

pendapatan asli daerah (Y) sebesar 3,316 dengan nilai signifikansi sebesar 0,021 yang berada dibawah tingkat signifikan 5 persen (0,05) yang berarti bahwa variabel retribusi obyek wisata berpengaruh terhadap variabel pendapatan asli daerah (Y). Koefisien regresi retribusi obyek wisata sebesar 20,671 yang berarti setiap adanya peningkatan retribusi obyek wisata sebesar 1 persen menyebabkan peningkatan langsung terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung sebesar 20,671 persen

4.2 Pengaruh Kunjungan Wisatawan, Penerimaan Sektor Pariwisata (PHR dan ROW) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Klungkung

(13)

PAD Kabupaten Klungkung dipergunakan alat analisis regresi linier (Gujarati,1995 : 66) sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + u I

Dimana

Y = PAD Kabupaten Klungkung

X1 = Jumlah Kunjungan Wisatawan

X2 = Jumlah penerimaan Pajak Hotel dan Restoran (PHR)

X3 = Jumlah penerimaan Retribusi Obyek

Wisata (ROW)

a = Konstanta

b1 b2b3 = Koefisien regresi dari yang akan

ditaksir

uI = Variabel pengganggu

Pengaruh kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari penerimaan pariwisata yaitu dari Pajak Hotel dan Restoran (PHR) dan dari Retribusi Obyek Wisata (ROW). Berdasarkan hasil olahan data SPSS seperti yang disajikan pada lampiran 4 dapat ditampilkan dalam persamaan sebagai berikut :

Y = 6,081 + 0095 X1 + 1,474 X2 – 3,711

X3

t = (3,145) (1,357) (-0,513)

sig = (0,035) (0,246) (0,635)

F = 14,926 sig 0,012 R² = 0,918

Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,918 atau 91,80 persen varian pendapatan asli daerah (Y) dipengaruhi oleh varian jumlah kunjungan wisata (X1), varian pajak hotel

dan restoran (X2) dan varian retribusi obyek

wisata (X3) sebesar 91,80 persen sedangkan

sisanya sebesar 8,20 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak tercantum dalam

model tersebut.

Pengujian secara simultan (Uji F) 1.

Uji F sebesar 14.926 dengan nilai signifikansi sebesar 0,012 yang berada dibawah tingkat signifikan 5 persen (0,05) yang berarti variabel kunjungan wisata (X1), variabel pajak hotel dan restoran (X2)

dan variabel retribusi obyek wisata (X3)

secara serempak berpengaruh terhadap variabel pendapatan asli daerah (Y). Hal ini mengindikasikan bahwa kunjungan wisata, pajak hotel dan restoran dan retribusi obyek wisata mempengaruhi pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung .

2. Pengujian secara parsial (uji t)

Uji t pada kunjungan wisata (X1)

sebesar 3,145 dengan nilai signifikansi sebesar 0,035 yang berada dibawah tingkat signifikan 5 persen (0,05) yang berarti variabel kunjungan wisata (X1) berpengaruh

terhadap variabel pendapatan asli daerah (Y). Koefisien regresi kunjungan wisatawan sebesar 0,095 mempunyai arti bahwa setiap kenaikan seorang wisatawan di Kabupaten Klungkung menyebabkan kenaikan langsung pendapatan asli daerah dari pariwisata sebesar 0,095 persen.

Uji t pada pajak hotel dan restoran (X2) sebesar 1,357 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,246 yang berada diatas tingkat signifikan 5 persen (0,05) yang berarti pajak hotel dan restoran (X2) tidak berpengaruh

terhadap variabel pendapatan asli daerah (Y). Koefisien regresi pajak hotel dan restoran sebesar 1.474 yang berarti setiap adanya peningkatan pendapatan dari sektor pajak hotel dan restoran sebesar 1 persen akan menyebabkan adanya kenaikan langsung terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung sebesar 1.474 persen

Uji t pada retribusi obyek wisata (X3)

(14)

0,635 yang berada diatas tingkat signifikan 5 persen (0,05) yang berarti variabel retribusi obyek wisata (X3) tidak berpengaruh terhadap

variabel pendapatan asli daerah (Y). Koefisien regresi retribusi obyek wisata sebesar -3.711 yang berarti setiap adanya penurunan retribusi obyek wisata sebesar 1 persen akan menyebabkan adanya penurunan langsung terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung sebesar .-3.711 persen.

IV SIMPULAN

Kesimpulan 1.1

Sesuai dengan permasalahan yang ada di dalam penelitian ini dengan menggunakan perhitungan analisis regresi linier dapat di simpulkan bahwa :

Pajak hotel dan restoran dan 1.

retribusi obyek wisata secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung. Pajak hotel dan restoran secara parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung. Retribusi obyek wisata secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung. Hal ini mengindikasikan bahwa wisatawan baik domestik maupun mancanegara hanya mengunjungi obyek-obyek wisata di Kabupaten Klungkung dan tidak menginap di hotel-hotel yang telah tersedia di Kabupaten Klungkung karena hanya retribusi obyek wisata yang mempengaruhi pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung.

Kunjungan wisatawan dan pajak 2.

hotel dan restoran dan retribusi obyek wisata secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung. Kunjungan wisatawan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung. Pajak hotel dan restoran secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung. Retribusi obyek wisata secara parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung. Adanya tambahan variabel kunjungan wisatawan secara serempak variabel kunjungan wisatawan, pajak hotel dan restoran dan retribusi obyek wisata mempengaruhi pendapatan asli daerah Kabupaten Klungkung.

Saran 1.2

Dari kesimpulan yang telah disampaikan di atas dan untuk memajukan Kabupaten Klungkung secara keseluruhan maka dapat disarankan sebagai berikut :

1.Oleh karena penerimaan dari sektor pariwisata (PHR dan ROW) yang sedang diteliti merupakan sektor andalan maka Pemerintah Kabupaten Klungkung hendaknya lebih memberikan prioritas kucuran dana untuk melakukan penataan dan pemeliharaan terhadap objek wisata yang telah ada baik yang ada di Klungkung daratan maupun di Kecamatan Nusa Penida.

(15)

V. DAFTAR PUSTAKA

Arsyad L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Pertama BPFE. Yogyakarta.

Departemen Dalam Negeri, 1999. UU No 25 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Departemen Dalam Negeri, 2000. UU No 34 tentang Perubahan UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Departemen Dalam Negeri, 2004. UU No 32 tentang Pemerintahan Daerah.

Erawan, I Nyoman. 1995. Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Daerah Bali (1984 – 1994). Majalah Ilmiah UNUD No 44 Tahun XXII, 24-32.

Glason, John, 1975. An Introduction to Regional Planning, Conscepts Theory and Practice, Hutchivision & Co (Publisher) Ltd London. Gujarati. D.N. 1978. Ekonomitrika Dasar.

Penerbit Erlangga.

Pendit, S. Nyoman, 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Prajogo, MI, 1976. Pengantar Pariwisata Indonesia, Ditjen Pariwisata, Jakarta.

Purwowibowo, 1998. Pariwisata dan Prospek Ekowisata di Karesidenan Besuki,

Makalah Seminar Pariwisata, Unej, Jember.

Rangkuti, Freddly, 1999. Analisa SWOT membedah Kasus Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Spillane, J James, 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya, Kanisius, Yogyakarta.

Spillane, J James, 1994, Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan, Kanisius, Yogyakarta.

Sukarsa I Made. 1999. Pengantar Pariwisata.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur.

Supranoto. 1983. Pengantar Ekonomitrika,

Buku I. LPFE – UI. Jakarta.

Yoeti, Oka A. 1990. Pemasaran Pariwisata,

Angkasa, Bandung.

(16)

Lampiran 1. DATA YANG DIPERGUNAKAN DALAM ANALISIS PENGARUH PAJAK HOTEL DAN

RESTORAN, RETRIBUSI OBYEK WISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATENKLUNGKUNGTAHUN2003Ͳ2010

Tahun PAD

(JutaanRp.) (Y)

PHR (JutaanRp.)

(XІ)

ROW (JutaanRp.)

(XЇ) 2003 15.256,89 290,17 319,76 2004 12.714,85 457,43 443,45 2005 16.374,12 632,18 509,47 2006 18.983,42 504,06 367,96 2007 22.813,86 671,77 460,93 2008 29.028,56 1.427,13 734,55 2009 29.566,92 1.231,24 1.312,45 2010 31.311,32 1.147,81 1.324,78

Jumlah 176.049,74 6.361,79 5.473,35

Sumber:DinasPendapatanKabupatenKlungkungTahun2010(datadiolah)

Lampiran2. DATAYANG DIPERGUNAKANDALAMANALISISREGRESIPENGARUHKUNJUNGAN

WISATAWAN,PENERIMAANPARIWISATA(PHRDANROW)TERHADAPPENDAPATAN

ASLIDAERAHKABUPATENKLUNGKUNGTAHUN2003Ͳ2010

Tahun PAD

(JutaanRp.) (Y)

Kunjungan Wisatawan

(XІ)

PHR (JutaanRp.)

(XЇ)

ROW (JutaanRp.)

(XЈ) 2003 15.256,89 100.112 290,17 319,76 2004 12.714,85 102.913 457,43 443,45 2005 16.374,12 147.103 632,18 509,47 2006 18.983,42 126.843 504,06 367,96 2007 22.813,86 145.017 671,77 460,93 2008 29.028,56 277.758 1.427,13 734,55 2009 29.566,92 269.814 1.231,24 1.312,45 2010 31.311,32 290.454 1.147,81 1.324,78

Jumlah 176.049,74 1.460.013 6.361,79 5.473,35

Sumber:DinasPendapatandanDinasPariwisataKabupatenKlungkungTahun2010(datadiolah)

(17)

Lampiran3.PENGARUHPAJAKHOTELDANRESTORANDANRETRIBUSIOBYEKWISATATERHADAP

PENDAPATANASLIDAERAH

Regression

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .879a .773 .682 4080.31999 .773 8.517 2 5 .025 .952 a. Predictors: (Constant), ROW, PHR

b. Dependent Variable: PAD

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.836E8 2 1.418E8 8.517 .025a

Residual 8.325E7 5 1.665E7

Total 3.668E8 7 a. Predictors: (Constant), ROW, PHR

b. Dependent Variable: PAD

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 12815.535 3067.933 4.177 .009

PHR -7.779 6.683 -.411 -1.164 .297 .363 2.751

(18)

Lampiran4.PENGARUHKUNJUNGANWISATAWAN, PENERIMAANSEKTORPARIWISATA (PHR DAN ROW) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG

Regression

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .958a .918 .856 2743.49812 .918 14.926 3 4 .012 1.881

a. Predictors: (Constant), ROW, PHR, Kunjungan Wisata

b. Dependent Variable: PAD

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 6081.019 2730.934 2.227 .090

Kunjungan Wisata .095 .030 .978 3.145 .035 .212 4.714

PHR 1.474 1.086 .332 1.357 .246 .343 2.920

ROW -3.711 7.238 -.210 -.513 .635 .122 8.203

a. Dependent Variable: PAD

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.370E8 3 1.123E8 14.926 .012a

Residual 3.011E7 4 7526781.947

Total 3.671E8 7

a. Predictors: (Constant), ROW, PHR, Kunjungan Wisata

Gambar

Tabel.�1�Jumlah�Kunjungan�Wisatawan�dan�Jumlah�yang�menginap�di�Kabupaten�Klungkung�

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa distribusi tipe vertikal skeletal wajah pada ras-ras di Indonesia khususnya suku Batak belum cukup banyak. Berdasarkan uraian

Jabatan hendaknya dimaknai sebagai amanah yang berat untuk dipikul dan karenanya pribadi yang diamanahi haruslah betul-betul memenuhi kriteria yang diharapkan,

Komposisi jenis burung yang ada dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah jenis burung yang dijumpai pada empat lokasi pengamatan yang berbeda yaitu hutan primer, hutan

Fasa 2 dengan konsep Do-it-Yourself (DIY). • Setiap pasukan akan dibimbing oleh seorang mentor yang terdiri daripada pensyarah Universiti Malaya yang akan ditentukan

Crucial to critical international theory’s argument is that we must account for the development of the modern state as the dominant form of political community in modernity.. What

Pengujian pemadatan tanah dilakukan dengan metode Proctor standar atau pengujian kepadatan ringan (SNI No. 1742-1989-F) dan dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan

“Dalam rangka terselenggaranya praktik kedokteran yang bermutu dan melindungi masyarakat sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini, perlu

Tegangan normal dan tegangan geser yang bekerja pada sembarang bidang dapat juga ditentukan dengan menggambarkan pada sebuah lingkaran Mohr seperti terlihat