• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Suhu terhadap Kelangsungan hidu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Suhu terhadap Kelangsungan hidu"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH LIMNOLOGI

PENGARUH SUHU

TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN

LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn)

Disusun oleh:

Rusmawanto (125080500111009)

Frentina Murti Sujadi (125080500111015)

Rafidha Fira Ladida (125080500111017)

Nisa’ul Fikria (125080500111019)

Intan Permatasari (125080500111025)

Rochmad Sasono Aji (125080500111027)

Annisa Farhana Dewi (125080500111035)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya bagi penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan proses penyusunan karya ilmiah dengan judul Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari adanya kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Dr. Ir. Agoes Soepriyanto selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

2. Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Limnologi yang telah berkenan memberikan motivasi kepada Penulis. 3. Ir. Ellana Sanoesi, MP selaku dosen mata kuliah Limnologi yang telah

memberikan tugas dan bimbingan dalam pembuatan makalah kepada penulis

4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amalan yang akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Di akhir kata, penulis berharap semoga gagasan tertulis ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Malang, 20 September 2013

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 3

BAB II PEMBAHASAN ... 4

2.1 Klasifikasi Ikan Mas ... 4

Morfologi ... 4

2.2 Kualitas Air untuk Pembesaran Ikan ... 5

2.3 Pertumbuhan ... 5

2.4 Suhu ... 6

Stratifikasi Suhu ... 7

2.5 Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Ikan ... 8

2.6 Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas ... 10

BAB III PENUTUP ... 11

3.1 Kesimpulan ... 11

3.2 Saran ... 11

(4)

DAFTAR GAMBAR

(5)

DAFTAR TABEL

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan alam yang banyak dan beraneka ragam. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km2, panjang garis pantai ± 95,181 km, dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.480 pulau. Kekayaan Indonesia berupa sumberdaya perikanan yang sangat luas menjadi modal dasar dalam pembangunan nasional sekaligus memiliki potensi yang sangat besar bagi pembangunan kelautan dan perikanan (Sudirman dan Karim, 2008).

Pembangunan Perikanan Budidaya adalah mewujudkan perikanan budidaya sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi andalan yang diwujudkan melalui system usaha budidaya yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan. Sektor perikanan sebagai bagian dari sumberdaya perairan merupakan penghasil protein hewani dalam hal ini adalah daging ikan, yang berperan penting dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein (Minggawati, 2006).

Ikan Mas merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan. Ikan Mas merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu ikan mas merupakan salah satu komoditi unggulan perikanan tawar karena sebagian besar masyarakat Indonesia menggemari ikan mas (Adliah, 2011). Usaha pembenihan ikan mas hingga saat ini telah berkembang pesat, sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu mata rantai usaha budidaya ikan adalah tersedianya benih yang mencukupi baik kuantitas maupun kualitas. Walaupun usaha pembenihan ikan khususnya ikan mas telah lama dilakukan, tetapi kebutuhan benih hingga saat ini masih belum mencukupi.

(7)

salah satunya disebabkan oleh adanya perubahan suhu atau tidak stabilnya suhu, sehingga larva ikan menjadi stress dan mati. Selain itu, tidak stabilnya suhu juga mengakibatkan pertumbuhan larva ikan menjadi lambat. Hal ini disebabkan suhu sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme dan proses metabolisme akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan.

Perbedaan suhu air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan metabolisme. Kondisi ini dapat mengakibatkan sebagian besar energy yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan ikan karena gangguan sistem percernaan.

Dalam rangka meningkatkan kelangsungan hidup dan mempercepat proses pertumbuhan larva ikan mas, maka perlu dilakukan pengkajian mengenai suhu terbaik untuk kelangsungan hidup. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui akibat dari adanya perubahan suhu terhadap pertumbuhan dan kelangsung hidup larva ikan mas.

1.2Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas ? 2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan

larva ikan mas ?

3. Berapakah suhu yang optimum untuk kelangsungan hidup larva ikan mas ?

1.3Tujuan

1. Menjelaskan aspek yang harus diperhatikan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas

2. Menjelaskan akibat dari adanya perubahan suhu terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas

(8)

1.4Manfaat

1. Mengetahui aspek yang harus diperhatikan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas

2. Mengetahui pengaruh yang disebabkan oleh adanya perubahan suhu terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas

(9)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Ikan Mas

Jenis ikan mas merupakan salah satu komoditas dari sektor perikanan yang dapat dibudidayakan pada beberapa lahan yang memenuhi syarat tumbuhnya ikan mas. Pembudidayaan ikan mas di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatera dalam bentuk empang, maupun keramba terapung yang diletakkan di danau atau waduk besar. Habitat aslinya di alam meliputi sungai berarus tenang sampai sedang dan di area danau yang dangkal. Perairan yang disukai tentunya yang banyak menyediakan pakan alaminya (Adliah, 2011)

Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan mas dapat dijelaskan sebagai berikut. disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan ke

Gambar 1 Cyprinus carpio Linn

(10)

dalam tipe sisik sikloid dengan warna yang sangat beragam (Rochdianto 2005 dalam Mones 2008).

Ikan mas merupakan ikan air tawar yang memiliki sifat tenang, suka menempati perairan yang tidak terlalu bergolak dan senang bersembunyi di kedalaman. Ikan mas termasuk omnivora, biasanya memakan plankton. Larva ikan mas memakan invertebrata air seperti rotifer, copepoda dan kutu air. Kebiasaan makan ikan mas berubah-ubah dari hewan pemakan plankton menjadi pemakan dasar. Ikan mas yang sedang tumbuh memakan organisme bentik dan sedimen organik. Ikan mas jantan akan matang gonad pada umur dua tahun dan ikan mas betina pada umur tiga tahun. Ikan mas akan memijah pada suhu lingkungan berkisar antara 18-20 °C ( Ikenoue,1982 dalam Ariaty, 1991).

2.2 Kualitas Air untuk Pembesaran Ikan

Kualitas lingkungan perairan adalah suatu kelayakan lingkungan perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme air yang nilainya dinyatakan dalam suatu kisaran tertentu. Sementara itu, perairan ideal adalah perairan yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam menyelesaikan daur hidupnya (Boyd, 1982).

Kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu, seperti kualitas air untuk air minum, pertanian dan perikanan, rumah sakit, industri dan lain sebagainya. Sehingga menjadikan persyaratan kualitas air berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kualitas air: 1) Tingkat pemanfaatan dari penggunaan air; 2) Faktor kualitas alami sebelum dimanfaatkan; 3) Faktor yang menyebabkan kualitas air bervariasi; 4) Perubahan kualitas air secara alami; 5) Faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kualitas air; 6) Persyaratan kualitas air dalam penggunaan air; 7) Pengaruh perubahan dan keefektifan kriteria kualitas air; 8) Perkembangan teknologi.

(11)

Pertumbuhan merupakan parameter budidaya yang harus dicapai, karena pertumbuhan akan menentukan nilai produksi yang diharapkan. Menurut Effendi (1978) dalam Rudiyanti dan Ekasari (2009), pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai pertumbuhan bentuk ikan baik panjang dan berat sesuai dengan pertambahan waktu.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selain pakan adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan

2.4 Suhu

Di Indonesia, suhu udara rata-rata pada siang hari di berbagai tempat berkisar antara 28,2 0C sampai 34,6 0C dan pada malam hari suhu berkisar antara 12,8 0C sampai 30 0C. Keadaan suhu tersebut tergantung pada ketinggian tempat dari atas permukaan laut. Suhu air umumnya beberapa derajat lebih rendah dibanding suhu udara disekitarnya. Secara umum, suhu air di perairan Indonesia sangat mendukung bagi pengembangan budidaya perikanan (Cholik et. al, 1986).

Menurut Effendi (2003), suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak lintang tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolism.

(12)

dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut dan berbanding lurus dengan laju oksigen hewan air serta laju kimia dalam air (Afriatna, 1998).

Ikan mempunyai suhu optimum tertentu untuk selera makannya. Menurut Cholik et. al (1986) bahwa kenaikan suhu perairan diikuti oleh derajat metabolisme dan kebutuhan oksigen organisme akan naik pula, hal ini sesuai

dengan hukum Van’t Hoff yang menyatakan bahwa untuk setiap perubahan

kimiawi, kecepatan reaksinya naik 2–3 kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10°C. Djajasewaka dan Djajadireja (1990) menyatakan bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25– 27OC. Suhu optimum seperti ini akan dicapai pada pagi dan sore hari. Menurut Wardoyo (1975) meskipun ikan dapat beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi, tetapi pada suatu derajat tertentu kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian ikan. Cholik et. al (1986) menyebutkan bahwa perubahan drastis suhu sampai mencapai 5OC dapat menyebabkan stress pada ikan atau membunuhnya.

Ikan mas dapat tumbuh cepat pada suhu lingkungan berkisar antara 20-28 °C dan akan mengalami penurunan pertumbuhan bila suhu lingkungan lebih rendah. Pertumbuhan akan menurun dengan cepat di bawah suhu 13°C dan akan berhenti makan apabila suhu berada di bawah 5 °C (Huet 1970 dalam Ariaty 1991).

Stratifikasi Suhu

Menurut Ruttner (1965) dalam Arfiati (2009), distribusi cahaya pada air tergenang juga akan makin berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini di sebabkan terbatasnya sinar matahari yang relatif dalam, sehingga pada ekosistem air tergenang terbentuk lapisan lapisan air yaitu: Epilimnion di bagian permukaan, Metalimnion di bagian tengah (Thermoklin), dan Hipolimnion di bagian yang terdalam

(13)

perairan mendapat cahaya makin banyak, maka phytoplankton lebih mudah melakukan fotosintesis karena wilayah fotik makin luas.

Suhu tertinggi pada ekosistem perairan tergenang akan di peroleh di lapisan epilimnion karena lebih banyak menerima sinar matahari. Sehingga viscositas air lebih kecil dan fotosintesis terjadi lebih banyak. Difusi dari udara hanya terjadi di lapisan ini. Untuk peraitan selain di wilayah tropis, lapisan epilimnion dapat membeku pada musim dingin. Karena suhu udara yang akan mempengaruhi suhu permukaan air.

Lapisan metalimnion memiliki suhu missal dari 20o C di lapisan epilimnion, pada bagian lebih dalam terukur 10o C. Batas awal perbedaan suhu ini sebagai batas awal lapisan metalimnion. Lapisan ini masih meneriima matahari sehingga phytoplankton masih dapat melakukan proses fotosintesis. Viscositas air lebih tinggi daripada lapisan epilimnion, sehingga terjadi difusi oksigen dari lapisan epilimnion.

Di bawah lapisan metalimnion akan ditemukan suhu air lebih kecil dari 4o C. Lapisan ini mengalami difusi oksigen dari lapisan metalimnion karena ada perbedaan tekanan air oleh viscositas air. Tetapi karena terbatasnya oksigen di lapisan metalimnion, maka difusi oksigen ini tidak terjadi. Hipolimnion merupakan bagian perairan gelap yang tidak menerima cahaya matahari sehingga tidak ditemukan phytoplankton di lapisan ini karena tidak dapat melakukan proses fotosintesis.

Lapisan- lapisan di perairan yang memiliki perbedaan suhu ini akan mempengaruhi pertumbuhan pada ikan yang dibudidayakan. Selain perbedaan pada tersedianya oksigen di perairan juga karena terbatasnya pakan alami berupa plankton untuk ikan.

2.5 Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Ikan

(14)

aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan.

Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembangbiak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, dan bersama-sama dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Selanjutnya, densitas air dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan air. Suhu air sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air di badan air penerima, saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya akan menimbulkan akibat sebagai berikut: 1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun; 2) Kecepatan reaksi kimia meningkat; 3) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan ikan dan hewan air lainnya mati.

Suhu dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesa, sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton.

(15)

digunakan untuk penyesuian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan ikan karena gangguan sistem percernaan. Suhu air mempunyai pengaruh besar terhadap pertukaran zat atau metabolisme mahkluk hidup di perairan. Oleh karena itu peningkatan suhu lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan tingginya mortalitas ikan (Asmawi, 1983)

Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan, dan akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air atau yang biasa disebut dengan disolved oxygen (DO).

Temperatur juga sangat mempengaruhi laju pertumbuhan dari organisma air. Laju pertumbuhan Gammarous fasciatus yang muda (Crustacea) misalnya, akan berlangsung selama 3 minggu pada temperatur 15o C, sedangkan pada temperatur 24o C berlangsung hanya dalam 1 minggu saja. Kenaikan temperatur air dengan demikian akan berakibat pada percepatan masa perkembangan hewan sampai 3 kali lipat, sesuai dengan hukum VAN’T HOFFS. Selain itu, temperatur juga mempengaruhi masa hidup dari organisme air. Dari penelitian, terhadap Daphia magna, terbukti bahwa masa hidup hewan ini berkurang dari 110 hari

pada temperatur 8o C menjadi 40 hari pada temperatur 18o C, bahkan semakin berkurang menjadi 25 hari pada temperatur 25o C. Selanjutya temperatur air memoengaruhi frenkuensi denyut jantung seperti dibuktikan pada D. pulex. Pada temperatur 9,5o C frekuensi denyut berkisar pamenda 170/menit dan meningkat menjadi 250/menit pada temperatur 15,5o C (Meijering, 1972 dalam Barus, 2002).

2.6 Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas

Kelangsungan hidup dinyatakan sebagai persentase jumlah ikan yang hidup selama jangka waktu pemeliharaan dibagi dengan jumlah ikan yang ditebar dan tingkat kelangsungan hidup merupakan kebalikan dari tingkat mortalitas. Data kelangsungan hidup dan pertambahan panjang larva ikan mas berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kelabora (2010) selama tiga puluh hari dengan 4 perlakuan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini .

(16)

Perlakuan

Pertambahan Panjang Kelangsungan Hidup

Pertambahan Panjang Ikan

(cm) Panjang hari ke- Pengamatan hari ke-

0 30 0 30

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup sangat dipengaruhi oleh suhu air. Berdasarkan hasil di atas, berarti perlakuan B (suhu 28OC) merupakan suhu terbaik, karena selain memberikan pertumbuhan berat dan panjang tertinggi juga memberikan tingkat kelangsungan hidup tertinggi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa suhu media pemeliharaan memberikan tingkat pertambahan panjang terhadap larva ikan mas, karena suhu erat dengan proses metabolisme sehingga pertumbuhan ikan akan semakin cepat. Sesuai pendapat Cholik et. al (1986) bahwa kenaikan suhu perairan diikuti oleh derajat metabolisme. Namun kenaikan suhu yang semakin tinggi akan menurunkian pertumbuhan, karena selera makan ikan mempunyai suhu yang optimal. Menurut Djajasewaka dan Djajadireja (1990) menyatakan bahwa suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25–27°C.

(17)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai pertumbuhan bentuk ikan baik panjang dan berat sesuai dengan pertambahan waktu, sedangkan kelangsungan hidup dinyatakan sebagai persentase jumlah ikan yang hidup selama jangka waktu pemeliharaan dibagi dengan jumlah ikan yang ditebar

2. Suhu dapat mempengaruhi pernapasan, pertumbuhan serta reproduksi, suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan.

3. Perubahan suhu dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat, mengganggu sistem pencernaan dan pertumbuhan ikan

4. Perubahan suhu yang drastis dapat menyebabkan ikan stress dan menimbulkan kematian

5. Suhu 28 oC merupakan suhu yang optimal untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan mas.

3.2 Saran

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Adliah, Nudiyal. 2011. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Perspektif Laporan Keuangan (Studi Kasus pada Usaha Limbung Mas Indah, Kelurahan Kalebajeng, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa). Skripsi. FIKP. Universitas Hasanuddin.

Afriatna, Eddy dan Eviliawaty. 1998. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Kanisius: Yogyakarta.

Arfiati, Diana. 2009. Strategi Peningkatan Kualitas Sumberdaya pada Ekosistem Perairan Tawar. FPIK- Universitas Brawijaya : Malang

Ariaty L. 1991. Morfologi Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio), Nila Merah (Orechromis sp) dan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dari Sukabumi. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan IPB.

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Gramedia: Jakarta Barus, Ternala Alexander. 2002. Pengantar Limnologi. Kanisius: Yogyakarta Boyd, C.E., 1982. Water Quality in Warm water Fish Ponds. Auburn. University.

Alabama. USA.

Cholik. F., Artati dan R.Arifudin., 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. INFIS Manual seri nomor 26. Dirjen Perikanan. Jakarta. 52 hal.

Djajasewaka dan Djajadiredja R. 1990. Budidaya Ikan di Indonesia. Cara Pengembangannya. Badan Litbang Pertanian. Lembaga Penelitian Perikanan Darat. Jakarta. 48 hal.

Effendie. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jogjakarta

Kelabora, Dominggas M. 2010. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (cyprinus carpio). Jurnal Perikanan Terubuk. Vol 38 No.1. ISSN 0126-6265

Minggawati, Infa. 2006. Pengaruh Padat Penebaran yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Gift (Oreochromis sp) yang Dipelihara dalam Baskom Plastic Effect of Different Density of the GIFT Tilapia (Oreochromis sp) that Reared in Plastic Buckets on Its Growth Rate. Journal of Tropical Fisheries 1(2): 119-125

(20)

Rudiyanti, Siti. Astri Diana Ekasari. 2009. Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn) Pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 5 No.1:39-47

Saanin. H., 1994. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid IV. Bina Cipta. Bandung. 256 hal.

Gambar

Gambar 1

Referensi

Dokumen terkait

Tarimiat aents unuimiata juarmanumn irutkamunam tura unuimiatainiam “Isabek Wampash, MOSEIBjai takakmaki winiají, tarímiat aentsu matsamtairi, unuimiamunam uchi nua tura

Mengenai skor fungsi fisik anak dengan obesitas cenderung memiliki skor kualitas hidup yang lebih rendah dari pada anak dengan berat badan normal.. Terbukti anak dengan berat

Dapat diketahui pula bahwa sifat elastisitas ketiga variabel tersebut bersifat inelastis (e<1), berarti persentase perubahan permintaan ikan laut segar lebih kecil dari

Untuk perusahaan dengan lini produk yang banyak dapat mengambil laba tinggi untuk produk biaya rendah dan laba rendah untuk produk biaya tinggi. Sehingga semua produknya

Sedangkan penemuan kasus terendah pada balita di wilayah Kabupaten Gowa adalah sebesar 0,1% yang terdapat di Puskesmas Bontonompo I Kesimpulan masih ditemukan

Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, kebiasaan merokok, jumlah penghuni rumah dan status gizi dengan kejadian ISPA pada pasien di Rumah Sakit Umum

Menurut Arend, Model pembelajaran langsung adalah Salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, peran itu sangat menentukan dalam mendidik anak. Ibu merupakan orang