• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN ADB MENGENAI GENDER DAN PEMBANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEBIJAKAN ADB MENGENAI GENDER DAN PEMBANGUNAN"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PERINGATAN

(2)

ii

KEBIJAKAN ADB

MENGENAI

GENDER DAN PEMBANGUNAN

Mei 1998

(3)

DAFTAR SINGKATAN

ADTA - Advisory Technical Assistance (Bantuan & Nasihat Teknis)

CAP - Country Assistance Plan (Rencana Bantuan Negara)

CBP - Country Briefing Paper (Makalah Santiaji Negara)

COSS - Country Operational Strategy Study (Studi Strategi Operasional Negara)

DMC - Developing Member Country (Negara Berkembang Anggota)

GAD - Gender and Development (Jenis Kelamin dan Pembangunan)

HIV/AIDS - Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS)

IADB - Inter-American Development Bank (Bank Pembangunan Antar Amerika)

ISA - Initial Social Assessment (Penilaian Sosial Awal)

NGO - Non Goverment Organization (Lembaga Swadaya Masyarakat)

OESD - Office of Environment and Social Development (Kantor Lingkungan dan

Pembangunan Sosial)

OM - Operations Manual (Buku Pedoman Operasional)

PPTA - Project Preparatory Technical Assistance (Bantuan Teknis Penyiapan

Proyek)

PRC - People's Republic of China (Republik Rakyat Cina)

RETA - Regional Technical Assistance (Bantuan TeknisRegional)

SDO - Strategic Development Objective (Tujuan Pembangunan Strategis)

SOCD - Social Development Division (Divisi Pembangunan Sosial)

SWA - Secretary of State for Women's Affairs (Menteri Negara Urusan

Perempuan)

TA - Technical Assistance (Bantuan Teknis)

UN - United Nations (Persatuan Bangsa-Bangsa)

WB - World Bank (Bank Dunia)

WHO - World Health Organization (Organisasi Kesehatan Dunia)

WID - Women in Development (Perempuan dalam Pembangunan)

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Singkatan ii

Tabel, Gambar and Kotak iv

Ringkasan Eksekutif v

I. Pendahuluan 1

II. Masalah Pembangunan dan Gender Di Wilayah Asia Dan Pasifik 1

III. Tinjauan Umum Ketentuan Kebijakan dan Operasi Bank Mengenai WID

(1985-1996) 10

A. Suatu Pertimbangan Gender pada Kiprah Makroekonomi Bank

B. Pertimbangan Gender Dalam Pekerjaan Proyek 9

C. Pertimbangan Gender dalam Rekrutmen dan Penempatan Staf 18

IV. Kebutuhan akan Kebijakan Yang Direvisi mengenai

Gender dan Pembangunan 19

A. Dari WID ke GAD 19

B. Pengalaman World Bank dan Lembaga-lembaga lainnya 23

C. Pengalaman Pemerintah DMC 27

D. Agenda Internasional untuk Perempuan 28

V. Kebijakan Bank yang Direvisi mengenai Gender dan Pembangunan 29

A. Rasional 29

B. Kebijakan Bank 31

C. Pendekatan-pendekatan Operasional 32

D. Mekanisme Kelembagaan 35

E. Tinjauan Kebijakan dan Evaluasi 39

F. Tanggungjawab untuk GAD 39

G. Implikasi Sumber Daya Bank dan Kebijakan Yang Direvisi 40

H. Rekomendasi 40

Lampiran Statistik Mengenai Gender

Tabel 1: Populasi dan Kesehatan; Pendidikan oleh Laki-laki/Perempuan 41

Tabel 2: Kegiatan Ekonomi; Lingkungan oleh Laki-laki/Perempuan 42

Gambar 1: Bagian Pendapatan yang Diperoleh (%) Tahun 1994

oleh DMC terpilih 43

Gambar 2: Bagian Pendapatan yang Diperoleh (%) Tahun 1993 per

Wilayah 44

(5)

TABEL, GAMBAR DAN KOTAK

Halaman

Tabel

Tabel 1: Perbedaan Gender 1993 4

Tabel 2: Perempuan sebagai Persentase dari Total Angkatan Kerja, Perekonomian

Asia terpilih, 1970-1995 5

Tabel 3: Negara-negara Asia dan Pasifik dengan Perempuan kurang dari 95 per

100 Laki-laki, 1970 and 1995 6

Tabel 4: Anak-anak Perempuan yang Dilahirkan per 100 Anak Laki-laki, di

Negara-negara Asia terpilih, pada 1982 and 1988/1989 6

Gambar

Gambar 1: Angka Mortalitas atau Kematian Ibu (per 100,000 kelahiran bayi hidup), 1990 6

Gambar 2: Angka Buta Huruf Dewasa, 1995 7

Kotak-kotak

Kotak 1: Kamboja; Perempuan dalam Pembangunan (1994) 13

Kotak 2: Bangladesh; Koperasi Daerah Pedesaan Miskin (1992) 15

Kotak 3: Viet Nam; Populasi dan Kesehatan Keluarga (1996) 15

Kotak 4: Bangladesh; Proyek Pengembangan Hewan Ternak Partisipatif (1997) 16

Kotak 5: Viet Nam; Proyek Sektor Kehutanan (1997) 16

Kotak 6: Platform untuk Tindakan 28

(6)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pada tahun 1985, Bank pertama-tama menerapkan kebijakan mengenai Peran Perempuan Dalam Pembangunan (WID). Seperti agen-agen pembangunan lainnya, pendekatan Bank terhadap WID adalah mengimplementasikan suatu jajaran kegiatan dalam program operasional teratur, yang menekankan para perempuan sebagai suatu kelompok sasaran khusus. Sejak memformulasikan Kebijakan WID tersebut pada tahun 1985, pendekatan Bank dalam berurusan dengan masalah WID telah berevolusi berdasarkan pengalaman kumulatifnya, dan dengan mengacu kepada agen-agen pembangunan lainnya dalam menangani masalah ini. Bank telah melangkah maju dari pendekatan WID ke pendekatan Gender dan Pembangunan (GAD) yang memungkinkan gender terlihat sebagai suatu jalan pintas, yang berpengaruh pada semua proses sosial dan ekonomi.

Pada tahun 1992, Kebijakan Bank terhadap WID memperoleh penguatan dan momentum tambahan dengan dimasukkannya sebagai satu dari lima tujuan pembangunan strategis Bank (SDO), bersama dengan pertumbuhan ekonomi, penuntasan kemiskinan, pembangunan sumber daya manusia termasuk perencanaan kependudukan dan manajemen yang sehat sumberdaya alam dan lingkungan. Hal ini mengangkat perempuan ke aliran-utama (mainstream) agenda pembangunan Bank tersebut. Titik berat yang baru atas perempuan dalam agenda pembangunan Bank tersebut membawa kepada pemfokusan kembali arah dan peralihan titik berat dari menangani perempuan hanya dalam proyek-proyek di sektor-sektor sosial, ke penerapan gender di semua aspek operasional Bank. Suatu pendekatan aliran-utama (mainstreaming) telah dikembangkan dan diterapkan secara luas.

Dalam hal ini, Kebijakan Bank mengenai WID, kini telah menjadi usang, karena pendekatan aliran-utamanya tidak dibuat eksplisit. Praktek-praktek yang sesungguhnya telah berkembang melebihi kebijakan tersebut. Kebijakan yang direvisi dalam GAD ini, selain dari perubahan nama, juga membuatnya sistematis dan mengakui secara resmi praktek-praktek dan persyaratan Bank yang ada. Hal itu juga akan memperkenalkan mekanisme kelembagaan baru, guna meningkatkan dan memperbaiki kegiatan dan kinerja Bank yang diarahkan dalam perbaikan status perempuan.

Selama dekade sejak Kebijakan Bank atas WID tersebut diformulasikan, dan diterapkan (pada 1985), telah terjadi perubahan-perubahan yang berarti di Wilayah tersebut, dalam masalah perempuan dalam pembangunan, dalam masalah dan kepedulian perempuan , serta dalam Bank itu sendiri. Suatu perbaikan Kebijakan dibutuhkan untuk (i) mencerminkan perubahan lingkungan, (ii) sistematisasi transisi Bank dari WID ke GAD, (iii) pemasukan pemikiran-pemikiran mutakhir mengenai masalah pembangunan dan gender, (iv) menghasilkan suatu peningkatan dalam kegiatan Bank yang secara langsung menguntungkan perempuan , (v) menyediakan kerangka kerja kebijakan yang tepat bagi praktek-praktek dan pendekatan-pendekatan yang baru, dan (vi) memperkenalkan mekanisme kelembagaan untuk mengoperasikan SDO Bank guna memperbaiki status perempuan.

(7)

A. Kebijakan Bank mengenai Gender dan Pembangunan

Kebijakan Bank mengenai Gender dan Pembangunan yang direvisi ini akan menerapkan pengutamaan aliran-utama (mainstreaming) sebagai suatu strategi kunci, dalam meningkatkan kesejajaran gender. Pertimbangan gender akan diarahkan terutama ke dalam semua kegiatan Bank, termasuk pekerjaan sektoral dan makroekonomi, dan pinjaman serta operasi-operasi TA. Elemen-elemen kunci dari Kebijakan Bank tersebut akan mencakup kepekaan gender, analisis gender, perencanaan gender, pengutamaan aliran-utama, dan pengaturan agenda. Untuk pengoperasian Kebijakan tersebut, fokus kegiatan Bank akan berupa

(i) memberikan bimbingan kepada negara-negara berkembang anggota (DMC) dalam

bidang dukungan kebijakan, membangun kapasitas, kesadaran akan GAD, dan formulasi serta implementasi kebijakan dan program-program yang ditujukan untuk perbaikan status perempuan;

(ii) memudahkan analisis gender dari usulan-usulan proyek, termasuk pinjaman-pinjaman (loans) untuk program dan sektor, serta memastikan agar masalah gender dipertimbangkan pada tahap-tahap yang tepat dalam daur proyek, termasuk identifikasi, persiapan, penilaian, implementasi dan evaluasi;

(iii) mempromosikan peningkatan kesadaran GAD dalam Bank melalui pengadaan lokakarya-lokakarya pelatihan dan seminar-seminar, pengembangan pendekatan yang benar, dan pedoman staf untuk mengimplementasikan kebijakan mengenai GAD yang sudah diperbaiki tersebut;

(iv) membimbing para DMC (Negara Berkembang Anggota) untuk

mengimplementasikan komitmen yang telah dibuat pada Beijing World Conference of Women; dan

(v) menjajaki kesempatan untuk menangani langsung sebagian dari masalah yang timbul dan baru mengenai perempuan di Wilayah yang telah disebutkan dalam para (paragraf) 16 dari teks tersebut.

B. Pendekatan-Pendekatan Operasional

1. Makroekonomi dan Pekerjaan Sektoral

Pencakupan pertimbangan-pertimbangan gender dalam kiprah makroekonomi Bank dipandang sebagai kunci untuk memastikan bahwa masalah gender ditangani secara sistematis, dalam semua operasi Bank, karena adalah strategi operasional negara tersebut yang mengatur tahapan kegiatan-kegiatan Bank yang akan datang di suatu DMC. Untuk itu, suatu makalah santiaji mengenai perempuan dari suatu negara akan dipersiapkan sebagai suatu dokumen latar belakang, dari studi strategi operasional negara (COSS) tersebut untuk memastikan

(8)

mainstreaming dalam pertimbangan gender. Juga, suatu strategi terpisah bagi perempun yang dengan jelas mengidentifikasi dan merinci bagaimana Bank tersebut mengoperasikan SDO untuk perbaikan status perempuan tersebut dipersiapkan dan dimasukkan sebagai Lampiran COSS.

Rencana-rencana bantuan negara tersebut akan menetapkan sarana-sarana, dengan mana program operasional Bank akan menangani dan menunjang strategi gender tersebut. Dialog kebijakan atas masalah gender akan dimasukkan ke dalam dialog kebijakan umum yang dilakukan oleh Bank dengan para DMC tersebut. Dalam kedua pekerjaan berorientasi kebijakan dan pekerjaan sektor lain tersebut, Bank akan meningkatkan upaya-upayanya untuk mempelajari situasi perempuan di Wilayah tersebut, dengan suatu pandangan untuk menangani masalah kesejajaran gender.

Konsisten dengan peranan Bank yang telah diperbaiki sebagai suatu lembaga pembangunan yang berbasis luas tersebut, adalah titik berat yang lebih kuat diberikan untuk kegiatan-kegiatan pengembangan kelembagaan, dukungan kebijakan dan kerjasama regional. Reformasi kebijakan dan pembangunan kapasitas dalam GAD akan memperoleh perhatian dan fokus tersendiri. Peranan Bank sebagai penyandang dana proyek akan dipadukan dengan peranannya sebagai katalisator dalam menangani kepedulian gender dan perbedaan gender.

2. Bantuan Pinjaman dan Bantuan Teknis

Masalah gender akan ditingkatkan secara aktif dalam operasi bantuan teknis (TA) dan pinjaman Bank. Bank akan meningkatkan pengutamaan jalur pertimbangan gender dalam proyek-proyek di semua tahap daur proyek, sejak dari identifikasi sampai kepada pasca evaluasi. Dalam semua proyek Bank, termasuk pinjaman-pinjaman dan program sektoral, pertimbangan gender akan ditangani sebagai bagian dari penilaian sosial awal (PSA) yang saat ini dipersyaratkan untuk seluruh proyek-proyek Bank. Apabila PSA mengidentifikasi masalah gender yang penting, maka hal itu selanjutnya akan diteliti melalui analisis gender yang lebih terinci.

Strategi dan ciri-ciri perancangan khusus akan dipadukan dalam proyek-proyek untuk memberikan kemudahan dan kesempatan keikutsertaan perempuan , serta memastikan adanya manfaat nyata bagi perempuan. Bank akan terus membantu proyek-proyek yang berdiri sendiri serta inisiatif yang mentargetkan perempuan dalam menangani perbedaan gender. Akan dibuat upaya-upaya untuk meningkatkan jumlah proyek dengan GAD, baik sebagai tujuan primer atau pun tujuan sekunder, khususnya proyek-proyek mengenai pelayanan kesehatan, pendidikan, pertanian, kesempatan kerja, perolehan penghasilan serta keuangan.

(9)

C. Mekanisme Kelembagaan

Agar dapat sepenuhnya mengoperasikan Kebijakan Bank yang direvisi dalam hal GAD tersebut, dan untuk kemajuan yang dipercepat dalam pencapaian SDO berkaitan dengan perempuan, diperlukan mekanisme kelembagaan baru, bersama-sama dengan sumberdaya staf tambahan.

1. Gender dan Rencana Pengembangan Kegiatan

Suatu rencana kegiatan GAD Bank yang luas akan dikembangkan untuk dapat dioperasikannya tujuan strategi Bank serta kebijakan yang direvisi mengenai GAD dan memungkinkan peninjauan secara berkala implementasi kebijakan itu. Rencana ini akan mencakup sasaran-sasaran GAD departemental, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan terrencana dalam kurun waktu tiga tahun. Rencana itu secara partisipatif akan dikembangkan Kantor Pembangunan Sosial dan Lingkungan (OESD), dalam konsultasi dengan kantor-kantor dan departemen terkait, dengan memperhitungkan lingkungan sosial budaya spesifik, sifat dan karakter sektor-sektor individual, serta perbedaan keadaan para DMC.

2. Peningkatan In-house Gender dan Kapasitas Pembangunan

Keterbatasan jumlah pakar teknik gender merupakan kendala yang serius dihadapi Bank dalam mencapai peningkatan substansial dalam kegiatan-kegiatan yang langsung menangani perbaikan status perempuan. Untuk itu, Bank harus menambah staf yang ada, dengan dua pakar gender, satu ditugasi di negara-negara Wilayah Timur dan satu lagi ditugasi di negara-negara di Wilayah Barat, yang terutama akan membantu dalam identifikasi, nasihat, perancangan, pemrosesan, dan administrasi proyek-proyek, baik mentargetkan perempuan atau mengutamakan kepedulian gender.

3. Peningkatan Kapasitas Gender dari Badan Pelaksana di DMC Terpilih.

Tinjauan beberapa proyek Bank yang sedang berjalan dengan bantuan teknis regional (RETA) dalam Tinjauan Kinerja WID dan Upaya-upaya Penuntasan Kemiskinan dalam Proyek-proyek yang dibiayai Bank, menggarisbawahi kebutuhan untuk memperkuat aspek-aspek gender dalam administrasi maupun implementasi proyek. Untuk menangani masalah ini, Bank akan memproses RETA dalam Peningkatan Pengembangan Kapasitas Gender dari Badan Pelaksana DMC, yang telah ada, yang harus dilaksanakan selama jangkawaktu tiga tahun di DMC tersebut, dimana saat ini, banyak proyek dengan fokus perempuan tengah dilaksanakan. Melalui RETA ini, Bank akan menempatkan pakar gender lokal di DMC untuk membantu badan pelaksana melaksanakan proyek dengan focus perempuan, dalam pada itu juga membangun dan memperkuat kapasitas gender kelembagaan mereka.

(10)

4. Payung RETA untuk Prakarsa Pembangunan dan Gender.

Faktor-faktor seperti ukuran rata-rata pinjaman Bank, kapasitas gender yang terbatas di DMC untuk mengkonsepkan, merencanakan, dan mengimplementasikan proyek-proyek yang ditargetkan bagi perempuan, dan pada tingkat tertentu, kurangnya pengalaman Bank itu sendiri dalam menangani sasaran gender, memberikan sumbangsih terhadap kesulitan pencapaian peningkatan secara substansial. Hal ini benar, sekurang-kurangnya, dalam jangkawaktu singkat, tentang keberhasilan program Bank dengan fokus perempuan tersebut. Dengan perpaduan faktor-faktor tersebut, sifat dan skala kegiatan Bank tidak selalu dapat membantu mendukung prakarsa kecil, yang diarahkan bagi perempuan.

Dari sudut pandang faktor-faktor tersebut, Bank akan membentuk suatu payung

RETA yang dapat digunakan untuk mendanai prakarsa kecil GAD Bank, pemerintah maupun LSM berdasarkan sistem donasi.

5. Database dan Pedoman Praktek Terbaik dalam GAD

Bank tengah mengembangkan database mengenai praktek-praktek terbaik GAD, untuk digunakan dalam pelatihan staf Bank dan pejabat DMC. Pula, sedang disiapkan buku pedoman mengenai GAD untuk digunakan oleh staf Bank dan para konsultan yang memberikan petunjuk pelaksanaan perbaikan kebijakan, dan proyek-proyek yang menangani GAD tersebut.

6. Forum Eksternal mengenai Gender

Bank tersebut akan membentuk Forum Eksternal mengenai Gender untuk memudahkan dialog antara Bank dengan kelompok eksternal mengenai masalah gender. Suatu kelompok pakar kunci berjumlah kurang lebih 10-15 orang, dari bermacam latar belakang (pemerintah, LSM, akademisi, masyarakat sipil) dari negara-negara anggota Bank tersebut akan mengadakan pertemuan secara berkala guna memungkinkan adanya dialog di antara Bank dengan kelompok eskternal tersebut, terutama dalam kegiatan dan kebijakan GAD mereka.

7. Koordinasi Bantuan mengenai Gender

Bank secara aktif akan mencari kesempatan untuk bekerjasama dengan badan-badan pembangunan lainnya dalam proyek-proyek yang ditujukan untuk meningkatkan kesejajaran gender, melalui mekanisme seperti pendanaan, dan kerjasama informasi.

D. Tinjauan dan Evaluasi Kebijakan

Tinjauan dan evaluasi menyeluruh kebijakan yang telah mengalami perubahan atas GAD tersebut akan dilakukan lima tahun sesudah penerapan kebijakan tersebut, guna mengkaji pengalaman implementasi serta dampak keseluruhannya. Suatu makalah informasi dari Dewan Direksi, yang meringkas hasilnya, akan disiapkan. Juga, untuk Dewan Direksi, akan disiapkan

(11)

laporan sementara mengenai status implementasi dan kemajuan, dua tahun setelah penerapan Kebijakan tersebut.

E. Pertanggungjawaban untuk GAD

Tanggungjawab atas implementasi Kebijakan Bank yang Direvisi mengenai GAD terletak pada Departemen-departemen Program dan Proyek serta Kantor Lingkungan Hidup dan Pembangunan Sosial (OESD). Bantuan implementasi kebijakan tersebut akan disediakan oleh Tim Narasumber (Resource Team) mengenai GAD. Tanggungjawab menyeluruh untuk koordinasi dan pemantauan (monitor) kegiatan GAD Bank secara luas akan dilakukan bersama-sama OESD, yang pandangan dan petunjuknya mengenai aspek-aspek cakupan GAD akan diminta untuk semua kegiatan Bank.

F. Implikasi Sumberdaya Bank akan Kebijakan yang Direvisi tersebut.

Implikasi sumberdaya dari Kebijakan yang Direvisi atas GAD adalah sedang-sedang saja, karena Bank, sampai tingkat tertentu, telah melakukan transisi WID (Perempuan dalam Pembangunan) ke GAD. Namun demikian, untuk meningkatkan secara substansial kegiatan GAD Bank tersebut, dibutuhkan tambahan dua orang spesialis teknik gender.

G. Rekomendasi

Direkomendasikan agar Dewan Direksi menyetujui Kebijakan Bank yang Direvisi atas Gender dan Pembangunan ini seperti dinyatakan dalam Bagian A; Pendekatan Operasional yang diuraikan dalam Bagian B dan Mekanisme Kelembagaan yang diutarakan dalam Bagian C dari Ringkasan Eksekutif tersebut.

(12)

I. PENDAHULUAN

1. Makalah ini meninjau Kebijakan Bank tentang Peranan Perempuan dalam

Pembangunan. Makalah ini meringkas pula evolusi dalam pendekatan Bank dan departemen lain dalam peranan perempuan dalam pembangunan (WID) selama dekade yang lalu; merunut transisi dari WID ke gender dan pembangunan (GAD); mengupas beberapa bidang baru yang timbul mengenai perhatian terhadap perempuan di Wilayah Asia dan Pasifik; dan menggarisbawahi rekomendasi untuk lembaga-lembaga pendanaan pembangunan yang dikemas dalam Platform (Pernyataan Resmi) sebagai landasan tindakan yang didukung dalam Konperensi Sedunia Keempat mengenai Perempuan dari PBB di Beijing, pada tahun 1995. Terhadap latar belakang ini, dibahas bidang potensial untuk perbaikan kebijakan, menganjurkan bentuk dari terjadinya perubahan semacam itu, dan mengusulkan mekanisme kelembagaan ke arah dapat dioperasikannya secara sistematis tujuan strategis Bank untuk memperbaiki status perempuan.

II. MASALAH PEMBANGUNAN DAN GENDER DI WILAYAH ASIA DAN PASIFIK

2. Pengakuan atas perlunya memperbaiki status perempuan dan meningkatkan peranan

potensinya di dalam pembangunan tak lagi hanya dipandang dari masalah hak asasi manusia atau keadilan sosial saja. Sementara upaya untuk kesejajaran gender masih tetap kuat tertanam dalam kerangka fundamental hak asasi manusia dan keadilan gender, investasi untuk perempuan kini juga diakui menentukan dalam pencapaian tujuan pembangunan yang berkesinambungan. Analisis ekonomi mengakui bahwa pendidikan dan pelatihan yang rendah mutunya, tingkat kesehatan dan status nutrisi rendah, serta akses yang terbatas terhadap sumberdaya tak hanya menekan kualitas hidup perempuan saja, namun juga membatasi produktivitas dan menghalangi pertumbuhan dan efisiensi ekonomi. Dengan demikian, peningkatan dan perbaikan status perempuan perlu dikejar, atas alasan kesejajaran dan keadilan sosial dan juga karena alasan rasa ekonomi dan merupakan praktek pembangunan yang baik.

3. Tujuan strategi pembangunan Bank seperti pertumbuhan ekonomi, penuntasan

kemiskinan, pembangunan sumberdaya manusia termasuk perencanaan kependudukan, serta kesehatan manajemen sumberdaya alam dan lingkungan tak dapat sepenuhnya tercapai tanpa peningkatan investasi perempuan serta perhatian yang lebih besar akan kebutuhan, kepentingan dan peranan mereka. Investasi dan kebijakan umum yang meningkatkan pengembangan perempuan , memperoleh imbal hasil perekonomian dalam arti laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi; perbaikan produktivitas; penurunan biaya kesehatan dan peningkatan kesejahteraan; tingkat kesuburan (fertilitas) dan morbiditas bayi dan ibu yang rendah; serta peningkatan harapan hidup. Peningkatan investasi untuk perempuan menghasilkan tenaga kerja yang lebih mampu dalam membaca tulis, lebih sehat, lebih terdidik, angkatan kerja yang melek huruf, serta menyediakan fondasi sumber daya manusia yang sehat untuk pembangunan ekonomi.

4. Melakukan investasi dalam kesehatan perempuan akan menghasilkan dampak positif

atas pengurangan laju pertumbuhan penduduk nasional, perbaikan kesehatan dan kesejahteraan

(13)

anak dan keluarga, pengurangan biaya kesehatan dan peranserta dalam penuntasan kemiskinan. Telah terbukti di seluruh dunia, bahwa perbaikan perawatan kesehatan perempuan berusia antara 15-44 tahun menawarkan imbal hasil terbesar pada pengeluaran belanja untuk perawatan kesehatan kelompok dewasa manapun.

5. Melakukan investasi dalam pendidikan anak perempuan tidak saja menghasilkan

imbal hasil bagi para remaja itu sendiri, namun imbal hasil untuk masyarakat, bahkan lebih tinggi dan berlanjut dari generasi ke generasi. Bagi para perempuan remaja tersebut, pendidikan berarti meningkatkan kapasitas pendapatan di masa depan , meningkatkan akses dan kesempatan di pasar tenaga kerja, mengurangi risiko kesehatan berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran bayi, dan seringkali juga pengendalian yang lebih besar terhadap kehidupan pribadi mereka. Untuk sebagian besar masyarakat, investasi dalam pendidikan gadis remaja, memungkinkan untuk menghasilkan pengurangan laju pertumbuhan penduduk, serta kesehatan dan pendidikan yang lebih baik bagi generasi penerus.

6. Demikian juga, perbaikan akses perempuan ke pelayanan jasa keuangan

memberikan sumbangsih pada penuntasan kemiskinan, karena hal itu memungkinkan para perempuan untuk turut berperan dalam perolehan pendapatan rumah tangga dan peningkatan kesejahteraan keluarga; dengan demikian, mempermudah transisi keluar dari kemiskinan bagi keluarga mereka. Memperluas pelayanan jasa kepada perempuan, juga akan meningkatkan rasa ekonomi para perantara keuangan, karena perempuan menujukkan bahwa mereka adalah penabung lebih baik daripada laki-laki, hal ini mengarah ke mobilisasi tabungan secara lebih luas, dan pembayaran kembali hutang secara lebih baik, menjadikan pinjaman bermasalah semakin kecil.

7. Banyak negara di Wilayah ini mengalami perubahan sosial dan ekonomi yang cepat.

Hambatan dalam peranserta perempuan dan pemanfaatan perubahan sosial dan ekonomi tersebut, dapat berarti bahwa sumbangsih potensial dari separuh jumlah penduduk negara tersebut tidak atau kurang dimanfaatkan. Berarti, hal ini menunjukkan kerugian ekonomi bagi negara tersebut. Keterkaitan langsung antara kesempatan yang makin luas buat perempuan, terutama dalam pendidikan dan kegiatan yang meningkatkan pendapatan, dengan menurunnya pertumbuhan penduduk, perbaikan kesehatan dan pendidikan anak-anak, berkurangnya tekanan terhadap lingkungan hidup, perbaikan nutrisi, penuntasan kemiskinan dan pembangunan yang berkesinambungan, menunjukkan bahwa kurangnya investasi bagi perempuan merupakan

keadaan tidak ekonomis yang harus ditangani.1 Menempatkan perempuan pada margin

pembangunan, terbukti dapat merugikan sasaran pembangunan secara menyeluruh negara tersebut.

8. Secara menyeluruh, program pembangunan yang mencakup langkah-langkah dalam

memberikan kesempatan ekonomi yang luas kepada perempuan dan meningkatkan pendapatan mereka, atau memperbaiki kesehatan dan pendidikan perempuan, dapat menghasilkan efisiensi

2

1

(14)

ekonomi yang lebih luas dan mengurangi tingkat kemiskinan.2 Kebijakan umum dalam mengurangi ketidaksejajaran gender sangat dibutuhkan untuk memperkecil kegagalan pasar dan

hal itu memperbaiki kesejahteraan seluruh anggota masyarakat.3 Diskriminasi terhadap

perempuan baik dalam lingkup pribadi rumah tangga dan lingkup umum di pasar menyebabkan tidak hanya kerugian terhadap individu, namun juga kerugian terhadap keadaan sosial dan ekonomi seluruh masyarakat. Sehingga, adalah demi kepentingan negara itu sendiri, untuk meningkatkan, mendukung, menyempurnakan dan memastikan peranserta perempuan dalam mengecap secara bersama-sama kue pembangunan yang seimbang.

9. Tidak dapat disangsikan lagi, bahwa beberapa kemajuan telah dicapai di dunia ini

dalam hal pengurangan ketidaksejajaran gender. Banyak perempuan di negara-negara berkembang telah secara positif memanfaatkan peningkatan akses terhadap pendidikan, kesempatan kerja, keamanan air minum, pelayanan kesehatan yang terkini, standar hidup yang

makin tinggi dan mobilitas sosial yang lebih luas. Menurut angka-angka Bank Dunia4 untuk

semua negara-negara berkembang:

* pada tahun 1990, 86 anak perempuan telah diterima di sekolah-sekolah dasar di

antara 100 anak laki-laki, dibandingkan dengan 67 anak perempuan untuk setiap 100 anak laki-laki pada tahun 1960; 75 gadis per 100 laki-laki diterima di sekolah menengah pertama di tahun 1990, dibandingkan dengan 53 di tahun 1960;

* saat ini, anak-anak perempuan berumur 6 tahun hadir di sekolah untuk selama

rata-rata 8,4 tahun dibandingkan dengan 7,3 tahun di tahun 1980;

* sejak tahun 1950-an, laju pertumbuhan tenaga kerja perempuan naik dua kali lipat

dibandingkan dengan laju pertumbuhan tenaga kerja laki-laki, sehingga saat ini, terdapat 30 persen perempuan di atas umur 15 tahun di antara tenaga kerja di negara-negara berkembang, walaupun mereka itu mengalami tingkat pendapatan, kualitas dan status kedudukan yang relatif rendah.

2

World Bank 1995. Advancing Gender Equity: From Concept to Action/Peningkatan Kesejajaran Gender: Dari Rencana ke Tindakan. Washington: World Bank, pp.5-6.

3

World Bank 1995. Toward Gender Equality: The Role of Public Policy/Menuju Kesejajaran Gender: Peran Kebijakan Umum. Washington: World Bank, pp.22-42.

(15)

Tabel 1: Perbedaan Gender, 1993

Asia Timur dan Pasifika Asia Selatan

Eropa Timur dan CIS Timur Tengah dan Afrika Utarab

Latin Amerika dan Karibia

CIS=Commonwealth of Independent States

a

Mencakup semua negara Asia Tenggara, Asia Timur, dan Pasifik.

b

Tidak mencakup Iran, Israel, Republik Siria, West Bank dan Gaza.

Sumber: UNDP (1996).

10. Dalam pada itu, di banyak bagian dunia, terutama di daerah-daerah pedesaan,

banyak perempuan masih kekurangan akses ke pendidikan, perawatan kesehatan yang layak, keamanan air minum, pelayanan jasa keluarga berencana, pengambilan keputusan baik dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat, hubungan kerja dan kesempatan memperoleh pendapatan, informasi, dan sumber daya (Tabel 1). Para perempuan terus menderita suatu status hukum yang inferior, status ekonomi dan sosial status yang rendah, di samping kesehatan yang kurang; buta huruf; jam-jam kerja keras yang panjang; dan beban dari peranan ganda. Menurut

Laporan Pengembangan Manusia 1995.5

* Dari penduduk buta huruf yang 900 juta di dunia, para perempuan mempunyai

angka lebih banyak daripada laki-laki dengan perbandingan dua banding satu.

* Dari 1,3 milyar penduduk yang hidup dalam kemiskinan, 70 persen adalah

perempuan.

* Sekurang-kurangnya setengah juta perempuan yang meninggal setiap tahun, akibat

komplikasi kehamilan.

5

United Nations Development Programme, 1995. Human Development Report Report/Laporan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

.

(16)

* Perempuan dewasa menderita lebih banyak daripada laki-laki dalam kekurangan gizi. Kekurangan besi yang diderita oleh 458 juta perempuan dibandingkan dengan 238 juta laki-laki.

* Sementara perempuan mewakili 41 persen dari semua pekerja di negara-negara

berkembang, maka upah perempuan adalah 30-40 persen lebih kecil daripada upah laki-laki dari pekerjaan yang sebanding.

11. Di kawasan tersebut, pertumbuhan perekonomian yang cepat telah menghasilkan

suatu peningkatan dalam kondisi perempuan secara sepadan. Kemajuan terhadap kesejajaran gender jelas tampak. Antara 1970 sampai 1993, angka melek huruf perempuan dewasa menaik dari 17 persen sampai 35 persen di Asia Selatan, dan dari 55 persen sampai 72 persen di Asia Tenggara; pendaftaran anak perempuan di sekolah dasar menunjukkan kenaikan di antara 1960

sampai 19926, dari 39 persen sampai 80 persen di Asia Selatan; dan rasio pendaftaran ke

pendidikan tersier di Asia Tenggara dan Pasifik telah meningkat empat kali dari 4 persen sampai

16,1 persen antara 1960 dan 19917. Di seluruh wilayah tersebut, antara tahun 1970 dan 1995,

peranserta perempuan dalam angkatan kerja meningkat secara dramatis, terutama di Bangladesh,

Republik Korea, Nepal, Pakistan dan Singapura8 (Tabel 2).

12. Kendatipun ada pencapaian

ini, banyak yang masih harus dilakukan untuk mengurangi kesenjangan gender dan mencapai suatu peningkatan dalam status sosial perempuan, status ekonomi, dan status politik secara lebih besar. Di banyak negara Asia Pasifik, perempuan masih terisolasi, tidak terorganisir, dan terkena kendala oleh adanya sosial-budaya dan struktur hukum yang membatasi akses mereka kepada sumber daya, maupun kendali mereka atas kehidupan mereka sendiri. Perbedaan gender berlanjut tetap ada, di beberapa negara di Wilayah tersebut dengan indikator kesehatan dan indikator-indikator pendidikan yang terburuk untuk perempuan di dunia.

Tabel 2: Perempuan sebagai Persentase dalam Total Angkatan Kerja, Ekonomi Negara-negara Asia Terpilih,

1970-1995

Sumber: Bank Dunia (1997b)

6

Asian Development Bank, 1997. Emerging Asia: Changes and Challenges Challenges/Asia Baru: Perubahan dan Tantangan. Manila. p.279

7

United Nations Development Program, 1995. Human Development Report//Laporan Pembangunan Sumber Daya Manusia, p.25

5

8

(17)

13. Di banyak negara anggota berkembang (DMC), kematian perempuan terkait dengan kelahiran anak adalah yang tertinggi di dunia (yakni, misalnya Bangladesh, 850; Kamboja, 900; Indonesia, 650; Nepal, 1500; dan Papua Nugini, 930 per 100.000 kelahiran hidup) (Gambar 1). Jumlah dari anak-anak perempuan yang mendaftarkan diri di sekolah dasar dibandingkan dengan anak-anak laki adalah lebih rendah, dengan anak-anak laki dapat melanjutkan dengan tahun-tahun lebih banyak di sekolah. Angka buta huruf untuk perempuan tetap serendah 14 persen di beberapa DMC (Gambar 2), dengan kemelek-hurufan perempuan, dibandingkan laki-laki, jelas lebih rendah secara signifikan di hampir semua DMC (lihat Lampiran untuk statistik gender yang

terpilih).

Source: UNDP, 1997. Laporan Pengembangan Sumber Daya Manusia

b

Data mengacu pada data-data tahun terakhir yang Gambar 1: Angka Mortalitas atau

Kematian Ibu

(per 1000 000 kelahiran hidup) 1990a

14. Berlawanan dengan

norma-norma kependudukan, kebanyakan anak perempuan dibandingkan dengan anak laki meninggal pada usia muda di beberapa DMC Bank. Meskipun perempuan hidup lebih lama daripada laki-laki dimana pun, terdapat lebih sedikit perempuan daripada laki-laki di dunia - 98,6 untuk setiap 100 laki-laki. Dari 21 negara dengan jumlah perempuan yang lebih sedikit 95 per 100 laki-laki, semuanya, kecuali dua, adalah di kawasan Asia Pasifik (Tabel 3). Terdapat beberapa bukti dari beberapa negara Asia, bahwa rasio seks akan menyimpang dari norma dengan keberpihakan kepada anak-anak

Tabel 3: Negara-negara Asia Pasifik dengan Perempuan yang lebih Sedikit yakni 95 per 100

Laki-laki, Tahun 1970 dan 1995

Negara Perempuan per 100 laki-laki

1970 1995

Hong Kong, Cina Bangladesh India Maldives Pakistan Cook Islands Papua New Guinea Samoa

Tabel 4: Anak perempuan per 100 anak laki-laki, di Negara Asia Terpilih, 1982 dan

1988/1989

Negara 1982 1988/1989

PRC

Data mengacu pada tahun 1979.

Sumber: PBB, 1995. The World's Women 1995; Kecenderungan dan Statistik

(18)

laki-laki, yang mencerminkan suatu preferensi tradisional lebih kuat kepada anak laki-laki dan mungkin diskriminasi terhadap anak perempuan pada waktu kelahiran. India mempunyai rasio dibawah norma untuk lebih dari satu dekade, sementara Republik Rakyat Cina (PRC), Republik Korea, dan Pakistan menunjukkan rasio yang menurun lebih cepat sejak 1982 (Tabel 4). Pembunuhan bayi perempuan, pelaporan lebih sedikit kelahiran perempuan, dan aborsi dengan pemilihan jenis kelamin, nampaknya akan merupakan suatu penjelasan

utama bagi adanya ketidakseimbangan yang dilaporkan

dalam rasio seks pada waktu kelahiran. Perbandingan internasional dari angka kematian laki-laki berbanding perempuan menunjukkan, bahwa di beberapa negara Asia, bersama-sama dengan sub-Sahara Afrika, lebih dari 100 juta perempuan tidak tercatat pada statistik resmi.

Gambar 2: Angka Buta Huruf Dewasa, Tahun 1995

3.5

Sumber: UNESCO. 1995 Laporan Pendidikan Dunia Laki-laki Perempuan

15. Peningkatan peranserta perempuan dalam angkatan kerja, meskipun memberikan

kepada perempuan lebih banyak akses yang dibutuhkan untuk pendapatan, dalam beberapa hal, telah menimbulkan kecemasan baru bagi perempuan bekerja. Masalah-masalah seperti kondisi kerja yang dibawah standar, keterpaparan pada risiko kesehatan, insiden penyakit industrial yang lebih tinggi, kesehatan pekerja dan keamanan, serta bentuk-bentuk dan pola eksploitasi baru seperti pelecehan seksual di tempat kerja, telah menerima banyak perhatian. Peningkatan angkatan kerja perempuan, angka peranserta, terutama di Asia Tenggara dan bagian-bagian Asia Selatan serta Pasifik, disebabkan sebagian besar oleh mobilisasi dan integrasi perempuan muda ke dalam hubungan kerja dengan upah resmi di industri pembuatan produk berorientasi ekspor yang padat karya, terutama industri elektronik, garmen, dan alas kaki. Diakui bahwa, industri-industri ini telah menghasilkan suatu kesempatan kerja yang luas bagi para perempuan, dengan manfaat yang menyertainya. Dalam pada itu, banyak dari pekerjaan ini cenderung untuk tidak dapat diandalkan, dengan jangka waktu pendek, dalam kelompok trampil dan semi-trampil dengan sedikit cakupan perolehan ketrampilan, kondisi kerja yang substandar secara umum dan upah rendah. Dalam hal ini, manfaat positif bagi perempuan telah dinetralisasi oleh dampak yang merugikan akibat kondisi kerja yang buruk, terutama di area kesehatan dan keselamatan kerja pekerjanya. Dengan meningkatnya jumlah perempuan yang memasuki hubungan kerja dengan upah, maka masalah-masalah

(19)

8

perempuan dan pekerja telah mengemuka di kawasan ini sebagai area-area kepedulian yang baru.

16. Bersama-sama dengan tantangan tradisional dalam pencapaian peningkatan yang

lebih besar dalam kesehatan, pendidikan, akses pada jasa keuangan, dan kesempatan untuk menghasilkan pendapatan bagi para perempuan, terdapat suatu tantangan baru yang timbul di kawasan ini yang perlu untuk ditangani. Tantangan-tantangan baru yang berkenaan dengan feminisasi yang meningkat dalam kemiskinan, penyebaran virus HIV yang meningkat dan AIDS di antara paraperempuan , lalulintas dari perempuan dan anak perempuan, pekerja perempuan migran, kekerasan terhadapperempuan , dan kematian bayi perempuan telah mengemuka yang dibawakan oleh perempuan dari Wilayah ini baik di Pertemuan Regional Jakarta (1994) maupun Konferensi Dunia Beijing mengenai Perempuan (1995). Banyak dari tantangan dalam area ini telah secara mengemuka termanifestasi di Wilayah ini.

* Feminisasi kemiskinan merupakan suatu kepedulian yang serius di Asia, dimana dua

per tiga dari penduduk miskin di dunia tinggal, yang kepada siapa dua per tiganya adalah perempuan. Dalam rumah tangga yang miskin, perempuan lebih dikurang-untungkan daripada laki-laki dalam segi beban kerja dan akses ke sumber daya dan kegiatan yang bersifat pencarian gaji. Rumah tangga-rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan pada umumnya rentan. Jumlah perempuan yang tidak proporsional di antara kelompok miskin telah merupakan suatu kendala yang serius bagi pengembangan manusia karena anak-anak yang dibesarkan di rumah tangga-rumah tangga miskin mungkin akan lebih mengulangi daur kemiskinan dan ketidak-beruntungan ini.

* Gejala pekerja perempuan migran, yang diakui sebagai suatu kelompok rentan di

Beijing Platform for Action, telah meningkat di Wilayah Asia Pasifik. Pekerja perempuan migran telah memberikan sumbangsih yang substansial pada perekonomian nasional dari beberapa DMC dan merupakan suatu dukungan utama dari perekonomian pengiriman dana keluarga yang banyak diandalkan keluarga kota dan pedesaan yang miskin. Di samping sumbangsih yang berharga dari pekerja perempuan migran kepada perekonomian dan kepada keluarga, terdapat juga ketiadaan undang-undang perlindungan dan mekanisme regulatori untuk mencegah eskploitasi kaum perempuan dan menjamin perlindungan mereka.

* Beban dari penyesuaian struktural yang tak proporsional dan transisi perekonomian

(20)

9

* Asia mempunyai prevalensi infeksi HIV yang kedua di antara para perempuan. Pada

skala dunia, Asia Selatan merupakan yang tertinggi setelah Afrika sub-Sahara dalam derajat prevalensi dari infeksi HIV di antara para perempuan . Di Asia, hampir separuh dari dewasa yang baru terinfeksi dengan virus adalah perempuan, dibandingkan dengan kurang dari 25 persen, pada hanya enam tahun yang lalu. Pada tahun sampai pertengahan 1994, bagian Asia dalam kasus AIDS global telah menaik sampai delapan kali lipat. Dengan menggunakan Kamboja sebagai contoh, maka Organisasi Kesehatan Dunia 1994 yang melaksanakan studi menunjukkan, bahwa hampir 40 persen dari para pekerja seks yang disurvei di Sihanoukville telah terinfeksi dengan HIV. Terdapat kekhawatiran bahwa virus telah keluar dari kelompok risiko ini ke populasi umum. Nexus/kaitan antara sebaran HIV, dan status rendah serta ketidak-berdayaan perempuan terlihat sebagai salah satu dari sumbangsih utama pada sebaran HIV/AIDS di antara para perempuan di Kawasan ini.

* Aborsi dengan memilih gender, pembunuhan bayi perempuan, lalulintas para

perempuan, penyalah-gunaan, dan kekurangan gizi di antara anak perempuan atau gadis telah mempertaruhkan hak-hak anak perempuan di beberapa negara DMC.

* Tindak kekerasan (pembunuhan, kekerasan di rumah tangga, perkosaan) terhadap

perempuan , meskipun telah tersebar luas dalam semua budaya, usia dan kelompok pendapatan, telah memberikan dampak merugikan yang khusus pada keberadaan dan produktivitas perempuan di beberapa negara DMC.

17. Area-area baru dan yang baru timbul dari kekhawatiran untuk perempuan diuraikan

dan disahkan secara internasional dalam Beijing Platform for Action yang diakui sebagai masalah pembangunan yang penting. Disamping pertanyaan-pertanyaan mengenai kesejajaran dan hak-hak, maka problema ini telah diakui menghambat kemampuan perempuan untuk berperanserta dan memberikan sumbangsihnya kepada pembangunan sebagai suatu kebocoran sumberdaya pada masyarakat; yang dapat mengakibatkan biaya perekonomian di negara tersebut, dan yang dapat memaparkan hambatan serius pada pengembangan sumberdaya manusia, efisiensi ekonomi, dan pertumbuhannya. Banyak studi juga menunjukkan bahwa program pengembangan dengan kepekaan gender yang kurang, sesungguhnya dapat meningkatkan magnituda dari beberapa masalah ini.

18. Umpamanya, perhatian kini difokuskan pada biaya sosial politik dan ekonomi akibat

(21)

10

peradilan, dan perwakilan penegakan keadilan dan hukum, di samping biaya perekonomian dan pengembangan sosio-ekonomi tengah menerima perhatian yang meningkat. Suatu studi penelitian World Bank (WB) akhir-akhir ini mengenai kekerasan terhadap perempuan mengajukan dalih yang kuat, bahwa kekerasan yang difokuskan pada perempuan merupakan hambatan tersembunyi bagi perekonomian dan pembangunan sosial itu sendiri, dan membuatnya suatu kasus untuk intervensi dalam pencegahan primer, reformasi dari sistem peradilan, dan

tanggapan dalam kebutuhan perawatan kesehatan.9

19. Bahkan, kekerasan domestik kini dapat terlihat telah menglibatkan tidak saja biaya

pribadi bagi individual, namun juga lebih luas: pada biaya sosial dan perekonomian. Di Beijing Conference on Women, kekerasan domestik telah disahkan sebagai masalah umum dan tidak hanya semata-mata diserahkan pada ranah/domain pribadi dari rumahtangga tersebut. Kekerasan domestik akan menjadi kendala bagi pembangunan sumberdaya manusia, pertumbuhan perekonomian, dan produktivitas, dan akan berperan sebagai suatu kebocoran sumberdaya keuangan dan akan melemahkan kelaikan suatu keluarga atau rumahtangga sebagai unit produksi kunci. Baik bagi para perempuan perkotaan maupun pedesaan, kekerasan domestik dapat berarti suatu kerugian hari kerja dan akibatnya, kerugian pendapatan dan pengurangan dalam efisiensi dan tingkat produktivitas mereka. Biaya untuk perawatan kesehatan negara dan sistem hukum, kehilangan atau kerugian dalam produksi dan tekanan emosional dan biaya sosial lainnya, semuanya mempunyai suatu dampak yang langsung terhadap pertumbuhan perekonomian. Apabila tingkat kekerasan terhadap perempuan dapat secara tajam dikurangi, maka keuntungan sosial dan perekonomian negara tersebut akan menjadi signifikan.

20. Perempuan di kawasan tersebut telah menggarisbawahi masalah-masalah yang

timbul dan tengah bertumbuh ini yang sebelumnya diabaikan sebagai masalah-masalah pembangunan. Terdapat tantangan-tantangan baru untuk pembangunan di kawasan tersebut bersama-sama dengan tantangan tradisional dalam pertanian, kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja.

III. TINJAUAN UMUM KETENTUAN KEBIJAKAN DAN OPERASI BANK MENGENAI WID (1985-1996)

21. Kebijakan Bank pada Peranan Perempuan dalam Pembangunan telah diberlakukan

pada tahun 1985. Hal ini menentukan pengarahan berikut ini:

(i) Meningkatkan peranan perempuan dengan memberikan pendanaan bagi proyek-proyek yang akan secara langsung memberikan manfaat kepada perempuan atau memudahkan peranserta mereka dalam pembangunan.

(22)

11

(ii) Mendukung proyek-proyek tersebut dalam prasarana sosial yang akan memberikan manfaat langsung bagi perempuan dan dalam sektor yang akan menciptakan penghasilan pendapatan dan kesempatan kerja bagi perempuan.

(iii) Dengan mempertimbangkan peranan perempuan dan efek-efek proyek yang dapat diperoleh mereka pada setiap tahap yang penting dari daur proyek tersebut, maka secara khusus, identifikasi proyek, persiapan, penilaian, implementasi, dan pasca evaluasi adalah penting.

(iv) Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesadaran WID yang telah ditingkatkan diantara para staf dan mengembangkan suatu pendekatan sesuai dan instruksi staf untuk membantu mereka.

(v) Mencari kesempatan untuk membangun suatu database sosio-ekonomi mengenai WID dan mempertimbangkan pensponsoran atau pensposoran bersama lokakarya,

seminar, dan kursus-kursus pelatihan dalam meningkatkan peran WID.10

22. Pada awalnya, pendekatan WID Bank seperti juga pendekatan dari badan-badan

bantuan lainnya adalah untuk mengimplementasikan suatu kisaran kegiatan dalam program operasional teratur, yang menekankan perempuan sebagai kelompok sasaran khusus. Penekanan telah ditempatkan pada pengadaan pendanaan untuk proyek di area-area seperti prasarana sosial, yang secara langsung akan memberikan manfaat pada perempuan maupun dalam pertanian, pembangunan pedusunan dan industri-industri skala kecil dengan menciptakan suatu penghasilan yang dapat diperoleh dan kesempatan kerja bagi para perempuan.

23. Pada tahun 1992, kebijakan Bank mengenai WID telah ditegakkan dan sebagai

momentum tambahan, telah dicakupkan dalam kerangka kerja strategis Bank jangka menengah, sebagai salah satu dari lima strategi tujuan pembangunan Bank (SDO) bersama-sama dengan pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan, penuntasan kemiskinan, pembangunan manusia termasuk perencanaan penduduk dan manajemen yang sehat dari sumberdaya alam dan lingkungan. Hal ini telah meningkatkan perempuan menjadi penentu aliran-utama dalam agenda pembangunan Bank yang strategis. Pengenalan kerangka kerja strategis telah diikuti pada tahun 1993, dengan penerapan komitmen Bank untuk mencapai suatu keuntungan portofolio campuran kira-kira 50:50 antara jumlah proyek-proyek pertumbuhan tradisional dan jumlah kepedulian sosial dan lingkungan.

24. Sejak tahun 1992, peningkatan upaya telah diadakan untuk mengoperasikan

penegasan baru pada perempuan dalam agenda aliran-utama pembangunan Bank. Untuk mengimplementasi SDO dalam peningkatan status perempuan , terdapat beberapa pumpunan yang difokuskan kembali, dan pergeseran dalam penekanan, dari penanganan masalah perempuan hanya dalam proyek-proyek sektor sosial ke suatu pengembangan implikasi gender

(23)

12

dalam semua aspek operasi Bank. Dengan kata lain, suatu pendekatan aliran-utama telah dikembangkan dan sebagian besar telah diterapkan. Hal ini berarti, bahwa pertimbangan gender yang menangani secara sistematik kiprah makroekonomi Bank, seperti studi-studi strategi operasional negara tersebut (COSS), rencana bantuan negara (CAP), dan pekerjaan analitis yang terkait dalam studi perekonomian dan sektor; peningkatan analisis gender dalam semua proyek; memudahkan pertimbangan gender yang akan dibahas pada semua tahap daur proyek tersebut; pemilahan secara seksama kegiatan Bank untuk menjamin bahwa perhatian yang cukup telah diberikan pada masalah-masalah gender.

25. Perbaikan Pedoman Operasi (OM) yang diterbitkan pada Januari 1997, mencakup

suatu perbaikan bagian mengenai WID11 yang memberikan prosedur operasional lebih rinci

untuk memandu staf Bank dalam menangani masalah-masalah gender dalam operasi-operasinya. Hal ini mencerminkan suatu pendekatan aliran-utama yang pada saat ini dipromosikan dan telah secara meningkat tengah dioperasikan. Suatu bagian terkait telah ditambahkan kepada Prosedur Pedoman Operasional.

26. Pelatihan di seluruh jajaran Bank mengenai WID telah dilakukan secara teratur

berdasarkan basis tahunan sejak 1989, untuk memperkenalkan, mengenalkan, dan untuk mengasah kepekaan staf Bank atas masalah-masalah WID, dan untuk memberikan dan memperkenalkan pengetahuan dan ketrampilan praktis, seperti melaksanakan analisis gender. Akhir-akhir ini, pelatihan WID juga telah diperkenalkan kedalam Program Induksi Operasi Bank bagi Staf Baru (sejak tahun 1995), seminar-seminar implementasi proyek untuk perwakilan pelaksana (sejak tahun 1994), dan rencana pengkaryaan (sejak 1994). Suatu pelatihan yang secara khusus dipolakan, berorientasi klien dan khusus sektor mengenai gender dan pembangunan, pada saat ini tengah dikembangkan dan dijadwalkan untuk percobaan dalam dua sektor, menuju akhir 1998.

A. Suatu Pertimbangan Gender pada Kiprah Makroekonomi Bank

27. Pencakupan pertimbangan gender dalam kiprah makroekonomi Bank terlihat sebagai

kunci untuk menjamin bahwa masalah gender akan secara sistematis dicakup dalam semua operasi bank, sebagaimana halnya pada strategi operasional negara yang telah menetapkan tahap kegiatan bank masa depan di DMC. Dengan demikian, suatu negara maju dalam makalah

ringkasnya tentang perempuan (WID CBP)12 kini tengah mempersiapkan secara bersama-sama

dengan COSS untuk menjamin pengarahan ke aliran-utama pertimbangan gender. Disamping itu, COSS kini mencakupkan, sebagai lampiran, suatu strategi terpisah bagi perempuan yang dengan jelas mengidentifikasi dan merinci bagaimana Bank bermaksud untuk mengoperasikan SDO dengan meningkatkan status perempuan di masing-masing negara DMC. WID CBP juga berperan sebagai suatu dokumen latar belakang untuk pengarahan operasional Bank dalam DMC

11

Setelah penerapan Kebijakan yang telah Diperbaiki mengenai Gender dan Pembangunan, judul dari Bagian yang relevan akan dengan demikian diperbaiki dan diubah menjadi GAD.

(24)

selama jangka waktu strategi. Sejak tahun 1993, semua strategi operasional negara mempunyai suatu pertimbangan gender terpadu, yang telah secara terbuka memadukan pertimbangan-pertimbangan gender.

28. Untuk memudahkan perhatian yang lebih besar pada masalah-masalah sosial dan gender

dalam kiprah makroekonomi Bank, terutama COSS dan pemrograman sebagai bagian dari reorganisasi Bank tahun 1995, yang menciptakan enam posisi ahli ekonomi (sektor sosial) di Departemen Program.

B. Pertimbangan Gender Dalam Pekerjaan Proyek

1. Bantuan Teknis untuk WID

29. Kebijakan Bank mengenai WID dan bagian OM terkait menekankan perlunya

masalah gender untuk dibahas dalam semua operasi Bank. Dalam menjaga agar sejalan dengan sasaran Bank, untuk mencapai perbandingan 50:50 antara proyek-proyek pengembangan tradisional dan proyek-proyek yang menangani masalah sosial dan lingkungan, maka sejumlah proyek Bank telah menempatkan penekanan utama pada peningkatan status perempuan. Di antara tahun 1992 dan 1996, Bank telah menyetujui pemberian 22 hibah bantuan teknis konsultasi (ADTA) dan 10 hibah bantuan teknis regional (RETA) yang difokuskan semata-mata pada masalah perempuan , dan 33 hibah bantuan teknis persiapan proyek (PPTA) untuk proyek yang telah menangani secara substansial masalah-masalah perempuan.

30. Selama tiga tahun terakhir,

upaya-upaya yang lebih besar telah dilakukan untuk menangani kepentinganperempuan , secara hakiki semua PPTA dalam pertanian, kehutanan, perikanan, kesehatan, pendidikan, dan sektor-sektor mikrokredit yang melaksanakan analisis gender dan memadukan kepedulian-kepedulian gender. Banyak dari ADTA, PPTA, dan RETA lainnya yang telah menangani kepedulian dan kebutuhan para perempuan dengan memanfaatkan suatu pendekatan aliran-utama yang terarah.

13

31. Sejak tahun 1992, sejumlah TA telah

diarahkan ke arah suatu pengembangan kebijakan, database, pembangunan lembaga, kredit, kesehatan, dan pendidikan untuk menangani

kebutuhan-kebutuhan khusus para perempuan.13

Kotak 1: Kamboja: Perempuan Dalam Pembangunan (1994)

Perwakilan pere,mpuan yang baru terbentuk menghadapi kesulitan untuk tidak saja mempengaruhi proses perencanaan strategi nasional, namun juga pengembangan suatu kebijakan nasional khusus mengenai perempuan. Kamboja telah dihadapkan pada tantangan-tantangan ini pada tahun 1993, ketika ia mendirikan suatu Kantor Sekertaris Negara untuk Urusan Perempuan (SWA). Bank TA telah menyediakan untuk membantu SWA guna mengelola perubahan ini.

Dibawah ketentuan Perempuan Dalam Proyek Pembangunan, Kamboja telah memberikan TA untuk membantu SWA berkembang, melalui lokakarya-lokakarya nasional partisipatif, Kebijakan Nasional Mengenai Perempuan , yang pada akhirnya telah diterapkan oleh Kabinet. Dalam memenuhi hal ini, SWA telah di-upgrade sampai ke status Menteri. Dibawah TA, maka fungsi dan peranan SWA akan diredefinisi kembali untuk menjaga konsistensi dengan status barunya sebagai Departemen, dan untuk memungkinkan dalam mengimplementasi kebijakan nasional, terutama aspek-aspek berkenaan dengan penentuan arah aliran-utama seperti gender, kedalam semua kebijakan dan program sektoral. Pelatihan telah diberikan kepada staf SWA untuk melaksanakan modifikasi peranan dan fungsinya. Proyek ini telah menghasilkan kemungkinan perempuan di Kamboja untuk mempunyai suara dan peranan terbesar bagi pembangunan negara mereka.

13

(25)

14

Umpamanya, TA telah memberikan kepada Kamboja (Kotak 1) dan telah dibantu pemerintah untuk mengembangkan suatu kebijakan nasional mengenai perempuan dan untuk menetapkan suatu Departemen Urusan Perempuan. Pemberian bantuan pembangunan kapasitas TA yang sama kepada Indonesia, Marshall Islands, dan Papua Nugini, telah memberikan bantuan pada

pembangunan lembaga mekanisme nasional urusan perempuan .14 Di samping bantuan

pembangunan kapasitas tersebut, maka Bank telah menyediakan TA kepada Fiji, Pakistan, dan Filipina untuk mengembangkan dan memperkuat database guna memungkinkan penyampaian

dan kolasi (pembandingan) data ketidaksejajaran gender.15 Data-data yang cermat mengenai

perempuan diperlukan untuk formulasi dan pengembangan ketentuan kebijakan dan program mengenai perempuan. Dalam hal Filipina, maka TA Bank kepada Komisi Nasional mengenai Peranan Perempuan Filipina telah menghasilkan suatu rangkaian publikasi data ketidaksejajaran gender.16

32. Sama halnya, fasilitas RETA Bank telah dimanfaatkan untuk melaksanakan studi dan

mengembangkan strategi regional maupun nasional untuk menangani kepedulian dan

masalah-masalah kebutuhan dari paraperempuan. Umpamanya, RETA17 telah memberikan bantuan

pendanaan bersama dengan Komisi Perekonomian dan Sosial mengenai Asia dan Pasifik (ESCAP) yang telah membantu kawasan tersebut dalam menyiapkan Konferensi Dunia Keempat PBB mengenai Perempuan yang telah dilangsungkan di Beijing pada 1995, melalui pendanaan Pertemuan Regional LSM dan Rapat Departemen Regional dan Para Pejabat Pemerintah Senior. Suatu strategi regional dan tinjauan makalah-makalah mengenai masalah dari kepedulian terhadap perempuan dari Wilayah , juga telah disiapkan dibawah ketentuan RETA. Bank telah

mengimplementasikan RETA18 untuk menilai status sosial hukum perempuan di negara-negara

1996; TA No. 2577-PAK: Women's Health Care/Perawatan Kesehatan Perempuan, untuk $500,000, disetujui pada 4 Juni 1996; TA No. 2557 LAO: Women's Education/Pendidikan Perempuan , untuk $380,000, disetujui pada tanggal 23 April 1996.

14

TA No. 2038-INO: Institutional Strengthening of the State Ministry for the Role of WomenMemperkuat Kelembagaan Departemen Pemerintah untuk Peranan Perempuan /, untuk $600,000, disetujui pada tanggal 23 Desember 1993; TA No. 1983-RMI: Institutional Strengthening of Women's Affairs of the Ministry of Social Services/Memperkuat Kelembagaan Urusan Perempuan Departemen Sosial, untuk $250,000, disetujui pada tanggal 16 Nopember 1993; TA No. 1798-PNG: Institutional Strengthening of the Women's Division of the Department of Home Affairs and Youth/Memperkuat Divisi Perempuan dalam Departemen Dalam Negeri dan Pemuda, untuk $575,000, disetujui pada tanggal 8 Desember 1992.

15

TA No. 1964-FIJ: Socioeconomic Database on Women/Database Sosial Ekonomi mengenai Perempuan , untuk $100,000, disetujui pada tanggal 14 Oktober 1993; TA No. 2514-PAK: Development of a Gender-Disaggregated Database/Pengembangan Database Sebagian mengenai Gender , untuk $200,000, disetujui pada tanggal 27 Desember 1995; TA No. 1823-PHI: Development of a Gender-Disaggregated Database System/Pengembangan Sistem Database yang didisagregasikan Gender, untuk $220,000, disetujui pada tanggal 24 Desember 1992.

16

Filipino Women: Issues and Trends/Perempuan Filipina: Masalah dan Kecenderungan; Filipino Women: Facts and Figures/Perempuan Filipina: Fakta dan Angka; Trends in Women's Employment in the Regions/Kecenderungan dalam Hubungan Kerja Perempuan di Kawasan ini, 1991-1994; Filipino Women Migrants: A Statistical Fact Book/Migran Perempuan Filipina: Catatan Fakta Statistis.

17

TA No. 1964-FIJ: Socioeconomic Database on Women/Database Sosial Ekonomi mengenai Perempuan: , untuk $100,000, disetujui pada tanggal 14 Oktober 1993; TA No. 2514-PAK: Development of a Gender-Disaggregated Database/Pengembangan Database Sebagian Gender, untuk $200,000, disetujui pada tanggal 27 Desember 1995; TA No. 1823-PHI: Development of a Gender-Disaggregated Database System/Pengembangan Sistem Database Gender Sebagian, untuk $220,000, disetujui pada tanggal 24 Desember 1992.

18

(26)

DMC yang terpilih dengan suatu wawasan demi pengembangan kerangka kerja hukum dan strateginya, meningkatkan reformasi hukum, dan membangun kapasitas kelembagaan hukum

guna menangani masalah-masalah gender. RETA19 lainnya, yang pada saat ini tengah

diimplementasikan, telah membantu dalam membangun kapasitas dan mengembangkan jangkauan para LSM perempuan, dalam penyampaian pelayanan jasa keuangan, termasuk mikrokredit, kepada para wiraswasta perempuan berpendapatan rendah.

15

2. Proyek-proyek Pinjaman

Dengan Sasaran WID Khusus

33. Sama halnya, sejumlah pinjaman

proyek sejak tahun 1992 telah mencakup peningkatan status kesehatan, pendidikan dan

perekonomian perempuan sebagai sasaran pokok mereka20 (Boks 2, 3, 4, dan 5). Umpamanya,

Mikrokredit untuk Proyek Perempuan di Nepal menyediakan kepada para perempuan akses pada mikrokredit untuk menaikkan status perekonomian mereka, sementara Proyek Perawatan Primer Perkotaan di Bangladesh diarahkan terutama terhadap peningkatan kesehatan perempuan .

Proyek terakhir ini, juga menangani masalah kekerasan terhadap perempuan melalui pencakupan komponen termasuk kampanye kesadaran umum akan kekerasan dan jasa kesehatan, serta rujukan untuk korban-korban perempuan. Program Tindakan Sosial Pakistan mendukung upaya Pemerintah secara langsung dalam menangani pendidikan rendah dan status kesehatan perempuan, sementara Proyek Kesehatan Perempuan dan Ibu & Anak yang Aman di Filipina telah memfokuskan pada penguatan sistem rujukan di propinsi termiskin yang didukung oleh program Ibu & Anak yang aman secara nasional. Jalur pasokan Bank saat ini mencakup beberapa proyek di area kesehatan, pendidikan dan promosi kerja yang dapat secara signifikan menangani perbedaan gender dan kepentingan perempuan.21

Kotak 2: Bangladesh: Koperasi Kelompok Miskin Pedesaan (1992)

Tujuan keseluruhan proyek ini adalah untuk mendukung upaya penuntasan kemiskinan pemerintah melalui suatu lapangan kerja non petani yang berkelanjutan guna meningkatkan pendapatan kelompok miskin pedesaan. Proyek ini berfokus pada pengembangan koperasi bagi keluarga miskin tanpa tanah, untuk memenuhi kebutuhan tabungan lokal dan kredit, dan berdasarkan atas peningkatan pelayanan jasa pendukung koperasi tersebut. Sesuai dengan ketentuan Proyek, 8.247 koperasi primer dengan 195.884 anggota yang telah terbentuk dan perempuan merupakan 74 persen dari total keanggotaan dan mayoritas peminjam. Angka pembayaran kembali mewakili rata-rata 90% yang mencerminkan para perempuan sebagai tingkat risiko kredit yang unggul. Proyek tersebut telah mempunyai dampak pembangunan yang signifikan pada perempuan, dan telah memberikan sumbangsih bagi peningkatan standar kehidupan lebih dari satu juta orang miskin.

Kotak 3: Viet Nam: Populasi dan Kesehatan Keluarga (1996)

Proyek ini mendukung peningkatan sistem perawatan kesehatan primer di tingkat masyarakat dan distrik dalam 10 propinsi yang terpilih. Sasarannya adalah untuk peningkatan program kesehatan dan keluarga berencana dan status kesehatan, terutama dari para ibu. Penekanan pada jasa keamanan ibu dan anak dan lebih luas lagi pada kesehatan keluarga. Hal ini menggambarkan, bahwa penjarakan kelahiran dapat ditingkatkan dan pertumbuhan kesuburan dan populasi dapat dikurangi.

Proyek juga memberikan pelatihan kerja bagi para pekerja kesehatan perempuan yang ada, dan agar lebih banyak perempuan yang dapat dilatih sebagai juru rawat, bidan, dan asisten dokter. Dua model program dirancang yang menjangkau minoritas perempuan etnis di propinsi-propinsi terpencil, juga akan mengalami pengujian pendahuluan dibawah proyek tersebut.

19

TA No. 5670-REG: Low-Income Women Entrepreneurs in Asia/Pengusaha Perempuan Berpenghasilan Rendah di Asia, untuk $600,000, disetujui pada tanggal 18 Januari 1996.

20 Umpamanya, Pinjaman No. 1237-NEP: Microcredit for Women/Mikro Kredit bagi Perempuan , untuk $5.0

juta, disetujui pada tanggal 24 Juni 1993; Pinjaman No. 1301-PAK: Social Action Program/Program Aksi Social , untuk $100 juta, disetujui pada tanggal 23 Juni 1994; Pinjaman No. 1331-PHI: Women's Health and Safe Motherhood/Kesehatan Perempuan dan Keibuan Aman, untuk $54 juta, disetujui pada tanggal 10 November 1994; dan Pinjaman No. 1583-BAN: Urban Primary Health Care/Perawatan Kesehatan Utama Kota, untuk $40 juta, disetujui pada tanggal 16 September 1997.

21

(27)

34. Meskipun ada pencapaian ini, kegiatan pinjaman Bank secara keseluruhan yang diarahkan pada peningkatan status perempuan, nampaknya sederhana ketika dilihat dari konteks sistem klasifikasi proyek Bank. Umpamanya,

pada tahun 1993, 1994, dan 1996, hanya satu proyek per tahun yang dapat digolongkan dengan WID sebagai tujuan primer, meskipun merupakan hasil yang lebih membesarkan hati, dengan total 18 (5,9 persen) proyek antara 1992 dan 1996, telah diklasifikasi dengan WID sebagai tujuan kedua. Penerapan dari pendekatan aliran-utama dalam Bank pada tahun-tahun terakhir ini adalah alasan utama untuk jumlah terbatas proyek-proyek Bank dalam melaksanakan klasifikasi WID. Sebagai kepentingan gender yang kini terarah,

beberapa proyek Bank diklasifikasi dengan tujuan primer atau sekunder dengan WID. Juga, terdapat sejumlah proyek yang secara substansial ditargetkan pada peningkatan kesempatan kesehatan atau pendidikan perempuan yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai WID, namun

sebaliknya telah diklasifikasi sebagai proyek-proyek pembangunan manusia.22

35. Oleh sebab itu, sistem klasifikasi proyek tidak sepenuhnya mencerminkan upaya dan sumber daya yang diarahkan untuk menangani dan

menentukan kepentingan gender dalam kegiatan Bank. Umpamanya, pekerjaan Departemen Program dalam menangani masalah-masalah gender dalam kiprah makroekonomi Bank, seperti COSS tidaklah tercermin. Sama halnya, pendekatan arah gender yang diterapkan oleh Departemen Proyek-proyek untuk menangani dan memadukan kepentingan gender dalam proyek-proyek, tidaklah dapat diukur melalui sistem klasifikasi proyek. Terdapat suatu jumlah proyek

Kotak 5: Viet Nam: Proyek Sektor Kehutanan (1997)

Proyek ini mempunyai sasaran untuk melestarikan vegetasi penutup dari araea-area berbukit dan bergunung-gunung di daerah aliran sungai yang penting dan kritis, dan untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya hutan negara tersebut. Kegiatan proyek akan memungkinkan akses kepada lahan dan meningkatkan pendapatan dari rumah tangga miskin, minoritas etnik, dan para perempuan melalui alokasi lahan yang ditingkatkan dan keamanan waktu garapan yang lebih longgar. Karena perempuan di area proyek tersebut mempunyai tanggung jawab utama akan produksi pangan dan kegiatan yang terkait dengan budidaya hutan, maka proyek tersebut telah dirancang untuk mencakup kebutuhan pengembangan perempuan melalui: (i) memperkuat akses perempuan pada lahan dengan penyediaan suatu hak penggunaan bersama-sama atau sendiri-sendiri;(ii) mendorong peranserta serikat-serikat perempuan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan ;(iii) pelatihan perempuan dalam peningkatan teknik pertanian dan kehutanan;(iv) peningkatan akses perempuan pada kredit untuk kegiatan produktif.

Kotak 4: Bangladesh: Proyek Pengembangan Peternakan Partisipatif (1997)

Meningkatkan status perempuan adalah klasifikasi utama untuk Proyek. Dengan mengurangi kemiskinan diantara perempuan dan masyarakat pedesaan melalui pemberian pelayanan jasa keuangan, termasuk mikrokredit via LSM, dan mengembangkan kapasitas masyarakat pedesaan untuk mengelola pembangunan ternak desa-desa merupakan tujuan utama.

Tujuhpuluh sampai delapanpuluh persen dari manfaat utama yang diberikan proyek ini akan sampai kepada para perempuan dan rumahtangga-rumahtangga yang dikepalai oleh perempuan yang akan menerima manfaat khusus. Proyek telah mendukung mikrokredit melalui LSM untuk 364.000 rumahtangga dalam produksi unggas kepemilikan kecil, penggemukan sapi, dan usaha-usaha pemeliharaan kambing; penyediaan jasa kelembagaan teknis dan pelatihan oleh LSM kepada para petani perempuan yang miskin; dan meningkatkan prasarana untuk peternakan, misalnya jasa dokter hewan. Disamping itu, sebanyak 10.800 perempuan akan dilatih dan memperoleh kredit untuk mendirikan suatu pasokan pakan yang terletak di desa, vaksinasi dan jasa pemasarannya. Pendirian dari badan-badan usaha ini akan mendirikan suatu dasar bagi peran serta perempuan yang diperluas dalam kegiatan perekonomian.

16

TA No. 2577-PAK: Women/Perempuan, untuk $600,000, disetujui pada tanggal 4 Juni 1996; TA No. 2547-PAK: Nonformal Education for Rural Women/Pendidikan Non Formal bagi Perempuan Pedesaan, untuk $600,000, disetujui pada tanggal 23 Maret 1996; dan TA No. 2839-INO: Reproductive Health Care/Perawatan Kesehatan Reproduktif, untuk $500,000, disetujui pada tanggal 11 Agustus 1997.

22

(28)

17

yang tidak diklasifikasi sebagai WID yang mempunyai komponen-komponen, baik substansial

maupun spesifik memudahkan pencakupan perempuan atau arah pertimbangan gender.23 Sama

halnya, kegiatan TA Bank di area-area kesadaran akan kesejajaran gender, pembangunan kapasitas, dukungan kebijakan, dan kerjasama regional tidaklah dicerminkan, dalam sistem klasifikasi proyek.

3. Tinjauan Ulang WID dalam Proyek-Proyek Bank

36. Pada tahun 1995, suatu tinjauan dari upaya Bank dalam hal WID dan penuntasan

kemiskinan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan fasilitas RETA Bank.24 Studi WID

meninjau ulang 45 proyek dalam pertanian, pendidikan, populasi, kesehatan dan sanitasi serta industri, memeriksa sejauh mana kebijakan Bank dalam WID telah diterapkan bagi proses-proses formulasi perancangan, implementasi, pemantauan, dan evaluasi proyek. Temuan kunci dari studi ini adalah operasionalisasi kebijakan Bank dan SDO untuk WIDnya serta proyek-proyek Bank yang memerlukan peningkatan substansial. Rekomendasi utama adalah sebagai berikut:

(i) Staf Bank, termasuk direksi dan manajer, perlu untuk lebih lanjut membuat sensitisasi atau lebih peka terhadap gender untuk memperkuat komitmen mereka bagi operasionalisasi kebijakan Bank dan prosedur untuk WID.

(ii) Perencanaan dan analisis gender perlu untuk ditangani secara lebih ketat selama penyiapan proyek dan formulasinya untuk menjamin bahwa perancangan-perancangan suatu proyek telah memadukan langkah-langkah khusus untuk menangani kepentingan gender.

(iii) Untuk proyek dengan WID sebagai tujuan primer atau sekunder diperlukan lebih banyak analisis yang lebih seksama untuk menjamin bahwa semuanya telah mengidentifikasi dan menanggapi secara cermat kebutuhan-kebutuhan khusus perempuan.

(iv) Proses pemantauan dan evaluasi harus lebih sistematis memadukan perhatian pada gender dalam semua kegiatan.

(v) Upaya-upaya substansial diperlukan untuk membangun dan meningkatkan kapasitas teknis dari badan-badan pelaksana dan implementasi untuk mengimplementasikan proyek-proyek yang menentukan arah kepentingan gender atau mencakup komponen-komponen khusus untuk memudahkan pencakupan atau pengikutsertaan perempuan.

23

Umpamanya, Pinjaman No. 1515-VIE: Forestry Sector/Sektor Kehutanan , untuk $33 million, disetujui pada tanggal 20 Maret 1997; dan Pinjaman No. 1462-SRI: North Central Province Rural Development/Pengembangan Daerah Pedesaan, Propinsi Tengah Utara, disetujui pada tanggal 24 September 1996.

24

(29)

18

(vi) Kapasitas teknis gender dalam Bank harus ditingkatkan untuk memudahkan peningkatan jumlah proyek dengan WID sebagai tujuan primer atau sekunder atau proyek-proyek yang langsung mempunyai sasaran pada penentuan arah perempuan.

(vii) Implementasi proyek dan kapasitas administrasi dalam area GAD memerlukan suatu peningkatan substansial baik di tingkat misi Kantor Pusat maupun di tingkat misi residen.

37. Studi menunjukkan adanya suatu kendala yang signifikan terhadap keberhasilan

adalah kurangnya komitmen dan kapasitas dalam DMC untuk mengidentifikasi, merancang, dan mengimplementasikan proyek atau komponen-komponen proyek yang sasarannya kaum perempuan. Perancangan banyak proyek mengasumsikan kapasitas kelembagaan, yang tidak ada. Umpamanya, seringkali proyek ini tidak dapat melihat, bahwa staf perempuan yang tergabung dalam proyek ini sangat kurang memadai untuk mengimplementasikan proyek-proyek perempuan atau komponen-komponen proyek yang diarahkan kepada perempuan di daerah pedesaan. Sama halnya, ketiadaan prasarana yang ramah perempuan (perumahan, fasilitas perjalanan, kurangnya keamanan dan perlindungan yang diberikan), dalam masalah rekrutmen dan menempatkan staf perempuan di daerah pedesaan. Hal ini menunjukkan, perlunya perancangan proyek yang menangani kesulitan dalam rekrutmen dan penempatan staf perempuan dengan memadukan tindakan khusus untuk memecahkan masalah. Hal ini menyiratkan pula, bahwa upaya tersebut diperlukan untuk meningkatkan kapasitas teknis gender di kantor perwakilan pelaksana dan implementasi, maupun tinjauan ulang yang lebih ketat oleh Bank sehubungan dengan implementasi komponen yang dirancang untuk mendorong dan memudahkan peranserta perempuan . Peningkatan kapasitas teknik gender dalam misi residen Bank juga harus menangani kendala ini.

C. Pertimbangan Gender dalam Rekrutmen dan Penempatan Staf

38. Bank telah mencapai target kuantitatif 100 staf profesional perempuan menjelang

akhir 1996. Pada bulan Desember 1997, jumlah staf profesional perempuan telah meningkat dari 33 pada tahun 1990, mewakili 5,46 persen dari semua staf profesional, sampai 111 yang adalah 16,52 persen dari total. Dengan komitmen untuk mencapai suatu jumlah signifikan dalam representasi perempuan , Bank akan mengintensifikasi upayanya guna (i) merekrut perempuan untuk area-area yang ketrampilannya belum terwakili, (ii) mempertahankan kepemimpinan Manajemen dalam rasio perempuan yang seimbang di departemen-departemen atau kantor-kantor, dan (iii) untuk lebih lanjut meningkatkan lingkungan kerja guna penempatan dan promosi perempuan.

39. Di ujung tombak rekrutmen, mengidentifikasi calon-calon perempuan di pelbagai

Gambar

Tabel, Gambar and Kotak
Tabel 1:  Perbedaan Gender, 1993
Tabel 2: Perempuan  sebagai Persentase dalam Total
Gambar 1: Angka Mortalitas atau
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dari hasil perhitungan tegangan yang terjadi dan pemodelan pipa pada jalur pemipaan gas sepanjang 1497.63 m, dengan input pembebanan berupa tegangan dan temperatur,

...sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif,

Setelah proses Poisson terpenuhi akan diketahui model antrian dengan distribusi dan parameternya, maka dapat dihitung dan dianalisis ukuran kinerja dari sistem

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah senantiasa memberikan limpahan rahmat, taufik, hidayah, kekuatan dan

Untuk membuat lembar kerja lebih mudah dibaca dan mengurangi kemungkinan error, Anda dapat memasukkan pecahan dan menam- pilkannya dalam format pecahan dengan diawali nilai nol

menyerang berbagai macam komoditi dalam simpanan seperti gandum, jagung, dan millet (Subramanyam dan Hagstrum, 1996). Hasil penelitian Wijayaratne et al. Tujuan dari

Fokus utama penelitian yang menjadi penelitian ini adalah : ”Apakah penggunaan metode pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar dalam materi