• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI TEORI BELAJAR Psikologi Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI TEORI BELAJAR Psikologi Pendidikan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI-TEORI BELAJAR Psikologi Pendidikan

I. PENDAHULUAN

Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip-prinsip umum atau kolaborasi antara prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme.

Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan, yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya mengenai teori-teori belajar akan saya paparksn beberapa teori-teori yang akan digunakan dalam sebuah proses pembelajaran.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Apa yang dimaksud dengan Teori Belajar? B. Apasaja Teori-teori Belajar?

III. PEMBAHASAN A. Teori Belajar

Para psikologi pendidikan memunculkan istilah teori belajar setelah mereka mengalami kesulitan ketika akan menjelaskan proses belajar secara menyeluruh. Berawal dari kesulitan tersebut munculah beberapa persepsi berbeda dari para psikolog, sehingga menghasilkan dalil-dalil yang memiliki inti kalau teori belajar adalah alat bantu yang sistematis dalam proses belajar.

(2)

Teori-teori belajar dikalangan psikolog bersifat eksperimental, dimana teori yang mereka kemukakan hanyalah berupa pendapat dari pengalaman mereka ketika dalam kegiatan belajar berlangsung. Dari interaksi tersebut, para psikolog menyusun proposisi yang mereka tekuni sehingga menghasilkan madzhab yang mereka ciptakan itu bisa digunakan sebagai landasan pola pikir mereka.

B. Macam-macam Teori Belajar 1. Teori Behaviorisme

Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini

disebabkan rasa tidak puas terhadapa teori psikologi daya dan teori mental state. Sebabnya ialah

karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja.

Menurut aliran behaviorisme, bahwa:

1) The image and memories consist of activites engaged in by the organism. We wake certain responses, we act and this activities are knnown as images.

2) Behaviorism in psikology is merely the name for that type of investigation and theory which assumes that men’s educational, vocation and social activities can be completely described or explained as the result of same (and other) forces used in the natural sciences.

Didalam behaviorisme masalah matter (zat) menempati kedudukan yang utama. Jadi,

melalui kelakuan segala sesuatu tentang jiwa dapat diterangkan. Dengan memberikan rangsangan (stimulus) maka siswa akan merespons. Hubungan antara stimulus – respons ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar. Dengan latihan-latihan maka

hubungan-hubungan itu akan semakin menjadi kuat. Inilah yang disebut S-R Bond Theory.

Keberatan terhadap teori ini adalah karena teori ini menekankan pada refleks dan

otomatisasi dan melupakan kelakuan yang bertujuan (a purposive behavior).[2]

2. Teori Pembiasaan Klasik

Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil

(3)

adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum

terjadinya refleks tersebut.[3]

Pavlov mengadakan percobaan terhadap anjing yang diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Dari hasil percobaannya, sinyal (pertanda memainkan peran yang sangat penting dalam akdaptasi hewan terhadap sekitarnya.

Teori Classical conditioning yang ditemukan pavlov didasarkan pada tiga proses, yaitu:

pertama, penyamarataan (generalization) sebab respon dikondisikan dengan kehadiran stimulus

yang sama melalui keluarnya air liur; kedua, perbedaan (discimination) untuk merespon apabila

ada perangsang makanan kemulutnya; ketiga, pemadaman (extinction) terjadi ketika stimulus

disajikan berulang-ulang tanpa adanya stimulus berupa makanan.

Kesimpulan dari percobaan pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS), stimulus tadi (CS), cepat atau lambat akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki dalam CR. Skinner berpendapat bahwa

percobaan Pavlov itu tunduk terhadap dua macam hukum yang berbeda, yakni: law of

respondent conditioning atau hukum pembiasaan dan law of respondent extinction atau

pemusnahan yang dituntut.[4]

Keterangan: US (Unconditioned Stimulus), UR (Unconditioned Reflex), CS (Conditioned Stimulus), CR (Conditioned Reflex)

UNDUH DISINI

3. Teori Belajar Koneksionisme

Prinsip teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara kesan panca indra (sense

impression) dengan implus untuk bertindak (impulse to action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena

(4)

Awal eksperimennya menggunakan kucing, ketika eksperimen awal ini berhasil maka ia melanjutkan pada hewan lainnya. Kucing dibiarkan kelaparan, kemudian ia dimasukkan kedalam kotak yang sudah dirancang khusus, sehingga jika kucing itu mnyentuh tombol pintu maka pintu itu akan terbuka dan ia dapat keluar dan mencapai daging yang dijadikan umpan diluar kandang. Pada usaha pertama ia belum terbiasa memecahkan problemnya, sampai kemudian berhasil menemukan tombol tersebut. Waktu yang dibutuhkan dalam usaha pertama agak lama.

3) Adanya eliminasi respon-respon yang gagal atau salah.

4) Adanya kemajuan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan.

Menurut thorndike, dasar proses belajar pada hewan maupun pada manusia adalah sama. Baik belajar pada hewan maupun manusia, menggacu pada tiga hukumbelajar pokok, yaitu:

a) Law of Readiness adalah reaksi terhadap stimulus yang didukung kesiapan untuk bertindak dan

reaksi itu menjadi memuaskan.

b) Law of Exercise ialah hubungan stimulus respon apabila dering digunakan akan semakin kuat

melalui repetitton atau pengulangan

i. Law of Use: Hubungan stimulus respon bertambah kuat jika ada latihan. ii. Law of Disuse: Hubungan stimulus respon bertambah lemah jika latihan

dihentikan.

c) Law of Effect ialah menunjukkan kepada makin kuat atau lemahnya hubungan sebagai akibat

dari pada hasil respon yang dilakukan.[5]

4. Teori Gestalt

Menurut aliran ini jiwa manusia adalah suatu keseluruhan ynag berstruktur. Suatu keseluruhn bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah terbentuk dan salin berinterelasi satu sama lain.

Teori psikologi gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

(5)

2. Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis, adanya ganguan terhadap

keseimbangan itu akan mendorong terjadinya tingkah laku.

3. Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi problematis.

4. Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut menemukan dirinya.

5. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.[6]

DAPATKAN FILE LENGKAPNYA

Teori Belajar Kognitif

[1] Mahmud, PsikologiPendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hlm., 72

[2] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm., 38-39

[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hlm., 104

[4] Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2010, hlm.,

169

[5] Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2010, hlm.,

166-167

[6] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm., 41

2. Teori-Teori belajar

Secara pragmatis,teori belajar merupakan prinsip umum yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.Adapun teori-teori belajar itu adalah sebagai berikut1[5]:

1) Teori Koneksionisme (Connectionism)

Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874/1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen Thorndike menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena-fenomena belajar.

2) Teori Pembiasaan Klasikal (Classical Connditioning)

Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan berkebangsaan Rusia. Pada dasarnya classical conditioning merupakan sebuah prosedur penciptaan reflek baru dengan mendatangkan stimulus sebelum terjadi nya reflek tersebut.

3) Teori Pembiasaan Prilaku Respons ( Operant Conditioning)

(6)

Operant adalah sejumlah perilaku atau rspon yang membawa efek sama terhadap lingkungan yang dekat (Reber,1988)tidak seperti respondent conditioning yang responya didatangkan oleh stimulus tertentu,respon dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,melainkan oleh reinforcer (stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya

sejumlah respon tertentu)

4) Teori Pendekatan Kognitif (Cognitive Theory)

Teori ini merupakan bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi konstribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan, termasuk psikologi belajar. Sains kognitif merupakan himpunan disiplin ilmu yang terdiri atas psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer linguistik, intelegensi buatan, matematika, epistimologi, dan psikologi saraf.

5) Teori Pembiasaan Asosiasi Dekat (Contiguous Conditioning)

Menurut teori ini apa yang sesungguhnya dipelajari orang adalah reaksi atau respons terakhir yang muncul atas sebuah rangsangan atau

stimulus.Artinya,setiap peristiwa belajar hanya mugkin terjadi sekali saja untuk selamanya atau sama sekali tak terjadi (Reber,1989:153)

6) Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)

Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon)

dan imitation (peniruan).

“ALIRAN YANG MENDASARI TEORI BELAJAR”

Memasuki abad ke-19 beberapa ahli psikologi mengadakan penelitian eksperimantal tentang teori belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek penelitiannya. Penggunaan binatang sebagai objek penelitian didasarkan pada pemikiran bahwa apabila binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat melakukan eksperimen teori belajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa eksperiman itupun dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena manusia lebih cerdas dari pada binatang.

(7)

belajar. Aliran humanistic menekankan pada “isi” atau apa yang dipelajari. Aliran Psikoanalisis menekankan pada “kejiwaan”.

Kajian tentang keempat aliran tersebut akan diuraikan satu persatu.

A. Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga

menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.2[3]

Dalam Kamus Psikologi disebutkan juga beberapa pengertian Behaviorisme:

1. Pandangan beberapa ahli psikologi pada awal abad 20 yang menentang metode introspeksi; dan

menganjurkan agar psikologi dibatasi pada penelaahan perilaku yang terlihat (observable

behavior) untuk dijadikan dasar pertimbangan data ilmiah.

2. Suatu aliran (dan sistem) psikologi yang dikembangkan oleh John B. Watson; suatu pandangan

umum yang menekankan peranan perilaku yang bias diamati (terbuka, overt behavior) serta

memperkecil arti dari proses-proses mental.

3. Pandangan yang menyatakan bahwa perilaku manusia dan hewan bias dimengerti, bias

diramalkan dan dikontrol tanpa bantuan keterangan-keterangan yang menyangkut keadaan mentalnya. Suatu aliran psikologi, yang menekankan agar psikologi dibatasi pada studi mengenai

perilaku saja.3[4]

Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsure subyek tunggal psokologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam.

Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksi (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga Psokoanalisis (yang berbicara tentang alam

bawah sadar yang tidak tampak).4[5]

(8)

Teori belajar psilologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka

berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau

penguatan (reinforcement”) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar

terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya.

Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku adalah merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian

tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tinkah

laku tersebut.

Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar.5[6]

Tokoh-tokohnya antara lain E.L. Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, B.F. Skinner, dan Bandura. Berdasarkan pengalaman penelotian masing-masing, yang berbeda satu sama lain, mereka menciptakan teori belajar yang berbeda, tetapi mempunyai kesamaan dalam prinsipnya, yaitu bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena (semata-mata) lingkungan.

Ciri- ciri aliran Behaviorisme:

(1) Mementingkan pengaruh lingkungan.

(2) Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan.

(3) Mementingkan reaksi psikomotor.

(4) Mementingkan sebab-sebab masa lampau.

(5) Mementingkan pembentukan kebiasaan.

(6) Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar.

(7) Mengutamakan “trial and error”.6[7]

Dalam buku lain juga disebutkan bahwa ciri-ciri utama aliran Behaviorisme antara lain: 1) Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan hanya

mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan. Dan hanya perubahan dan gerak-gerik pada badan sajalah yang dipelajari. Maka sering dikatakan bahwa Behaviorisme adalah psikologi tanpa jiwa.

4[5] Muhammad, “Psikologi Aliran Behaviorisme”, http://www.psikologi.or.id.

5[6] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2001), Cet.2, hlm. 30.

(9)

2) Segala macam perbuatan dikembalikan kepada reflex Behaviorisme mencari unsure-unsur yang

paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadarn, yang dinamakan reflex. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu perangsang. Manusia dianggap suatu kompleks refleks atau suatu mesin reaksi.

3) Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua adalah sama. Menurut

Behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa. Manusia hanya makhluk yang berkembang karena

kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.7[8]

B. Kognitif

Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan mental mencakup gejala kognitif, afektif, konatif sampai pada taraf tertentu, yaitu psikomatis yang tidak dapat dipisahkan secara tegas satu sama lain. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar gejala khas kognitif, tetapi juga dari afektif

(penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan), konatif (keputusan kehendak).8

[9]

Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar sebagai proses hubungan stimulus-response-reinforcement. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitifis. Menurut pendapat mereka,tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi, kaum kognitifis berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari

bagian-7[8] Abu Ahmad dan M. Umar, Psikologi Umum, Edisi Revisi, (Semarang: CV. Andalan Kita, 1992), hlm. 27-28.

(10)

bagiannya. Mereka member tekanan pada organisasi pengamatan atas stimuli di dalam

lingkungan serta pada faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.9[10]

Tokoh-tokohnya antara lain Kohler, Max wertheimer, Kurt Lewin, dan Bandura. Teori belajar mereka diciptakan berdasarkan percobaan-percobaan masing-masing yamng tidak sama, tetapi dasar belajar mereka sama, yaitu bahwa dalam belajar terdapat kemampuan mengukur lingkungan, sehingga lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia.

Cirri-ciri aliran Kognitif adalah:

(1) Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia

(2) Meningkatkan keseluruhan dari pada bagian-bagian

(3) Meningkatkan peranan kognitif

(4) Meningkatkan kondisi waktu sekarang

(5) Meningkatkan pembentukan struktur kognitif

(6) Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia

(7) Mengutamakan “insight” (pengertian).10[11]

C. Humanisme

Teori jenis ketiga adalah teori humanistic. Humanism adalah aliran kemanusiaan, humanism adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan masalah-masalah,

kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan martabat manusiawi.11[12] Menurut kamus

psikologi ada beberapa pengertian tentang psikologi Humanistik antara lain:

a. Suatu pendekatan terhadap psikologi yang menekankan usaha melihat orang sebagai

makhluk-makhluk yang utuh, dengan memusatkan diri pada kesadaran subjektif, meneliti masalah-masalah manusiawi yang penting, serta memperkaya kehidupan manusia.

b. Pendekatan psokologi secara umum, yang menekankan sifat-sifat karakteristik yang

membedakan makhluk-makhluk manusia dari hewan-hewan lainnya. Para psikolog Humanistik terutama sekali menekankan kapasitas-kapasitas manusiawi yang sosiatif dan konstrukstif.

9[10] Wasty Soemanto, op.cit., hlm. 127-128. 10[11] Mustaqim, op.cit., hlm. 57.

(11)

c. Pendekatan terhadap studi atas keberadaan manusia, yang menekankan masalah keseluruhan

pribadi serta unsure-unsur pokok (konstituen-konstituen) imternal dan integrative dari totalitas

aku pribadi seseorang, motif-motif, niat-niat, perasan-perasaan dan seterusnya.12[13]

Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat teori belajar, teori humanistic inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.

Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sangat bersifat eklektik. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat

tercapai.13[14]

Dalam dunia pendidikan aliran humanistic muncul pada tahun 1960 sampai dengan 1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad 20 inipun juga akan menuju pada arah ini. (John Jarolimak dan Clifford Foster, 1976,

hlm.330).14[15]

Dalam menyoroti masalah perilaku, ahli-ahli psikologi behavioral dan humanistic mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Perbedaan ini dikenal sebagai freedom determination issue. Para behaviorist memandang orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan responnya terhadap lingkungannya. Pengalaman lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Sebaliknya para humanis mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka,

tidak terikat oleh temannya.15[16]

Psikologi Kognitif disempurnakan oleh tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan Frankle. Jadi ciri-ciri kognitif masih terdapat dalam aliran psikologi humanism.

12[13]Ibid.

13[14] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008),Cet. 3, hlm. 13.

(12)

Ciri-ciri aliran humanisme:

(1) Mementingkan manusia sebagai pribadi

(2) Mementingkan kebulatan pribadi

(3) Mementingkan peranan kognitif dan efektif

(4) Mementingkan persepsi subjektif yang dimiliki tiap individu

(5) Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri

(6) Mengutamakan “insight”.16[17]

Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistic. Gerakan ini merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak puas dengan psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternative psikologi yang fokusnya adalah manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Gerakan ini kemudian dikenal dengan psikologi humanistic (Misiak dan

Sexton,1988).17[18]

Manusia adalah makhluk yang kreatif, yang dikendalikan bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran-psikoanalisis-melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri. Pada tahun 1958 Maslow menamakan psikologi humanistic sebagai “kekuatan yang ketiga”, disamping psikologi behavioristik dan psikoanalisis sebagai kekuatan pertama dan kekuatan

kedua.18[19]

Ada empat cirri psikologi yang berorientasi humanistic, yaitu:

1) Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman

sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.

2) Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas seperti kreatifitas, aktualisasi diri, sebagai lawan

dari pemikiran tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.

3) Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari

dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.

4) Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tertinggi pada kemuliaan dan martabat

manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu (Misiak dan

16[17] Mustaqim, op.cit., hlm. 58.

(13)

Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistic, juga Carl Rogers

(1902-1987) yang terkenal dengan client-centered therapy.19[20]

D. Psikoanalisis

Psikoanalisa adalah satu psiko terapi yang secara typis mencakup angan-angan dan mimpi-mimpi. Kesulitan-kesulitan pasien ditafsirkan oleh analis bagi dirinya, dan dia dinasehati untuk berbuat sesuatu untuk meredakan atau menguranginya. Data yang diperoleh melalui prosedur psikoanalitis biasanya ditafsirkan sesuai dengan teori psikoanalitik. Teori aslinya yaitu dari Freud, sangat menekankan seksualitas yang tertekan atau yang ada dalam sub kesadaran. Sekarang ini terdapat beberapa sekolah , aliran psikoanalisa, beberapa dari padanya berbeda dengan pendirian Freud dalam hal tidak terlalu menekankan motivasi seksual. Beberapa dari

sekolah tersebut menekankan dasar-dasar social maupun biologis dari motivasi manusia.20[21]

Pendiri Psokoanalisis adalah Sigmun freud (1856-1936). Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasien.

Menurut Freud dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang normal maupun orang yang neurotic keadaan tidak sadar (unconscious ideas) bergelut untuk mengekspresikan dan dapat

memotifasi pemikiran ataupun perilaku.21[22]

Psikoanalisis merupakan psikologi sebagai suatu ilmu. Akan tetapi untuk kepentingan pengobatan, Freud mengatakan psikoanalisis ini boleh disebut sebagai suatu cara atau penyembuhan.

Cirri-ciri aliran psikoanalisis:

(1) Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan proses ketidaksadaran.

(2) Menganut prinsip “psychic determinism” yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam

pikiran seseorang, tidaklah terjadi secara kebetulan, melainkan karena peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab-akibat.

19[20]Ibid., hlm. 80

(14)

(3) Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih banyak dan lebih penting dalam kondisi

mental baik normal maupun abnormal.22[23]

Perbedaan aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior:

1) Aliran Psikoanalisa: mengabaikan potensi-potensi , melihat dari sisi negative individu, alam

bawah sadar, mimpi, dan masa lalu.

2) Aliran Behaviorisme: mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri manusia, manusia

diperlakukan sebagai mesin yang artinya manusia sebagai satu siste kompleks yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum.

3) Aliran Humanistik: tidak mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri manusia, percaya

pada kodrat individu, artinya individu pasti dapat dan harus mengatasi masa lampau atau

Psikoanalis, secara kodrat biologis dan lingkungan.23[24]

BAB III ANALISIS

Makalah ini membahas tentang aliran yang mendasari teori belajar. Dimana makalah ini memaparkan bahwa, aliran yang mendasari teori belajar itu ada empat yakni aliran Behaviorisme, Kognitif, Humanisme, dan Psikoanalisis.

Menurut Cronbach, dia mengemukakan dalam bukunya “Educational Psycology” dengan mengatakan bahwa belajar dengan yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami itu si pengajar

menggunakan panca inderanya.24[25]

Berdasarkan apa yang sudah dipaparkan di atas bahwa terdapat beberapa macam aliran yang mendasari teori belajar dan mempunyai cirri-ciri yang berbeda.

Aliran Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada umumnya. Para ahli psikologi dalam rumpun behaviorisme ingin meneliti psikologi secara objektif. Mereka berpendapat bahwa kesadaran merupakan hal

22[23] Mustaqim, op.cit., hlm. 59.

23[24] Tantie Nur Indah Sari, “ Perbedaan aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior”,

(15)

yang dubious, sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata.25[26] Rumpun

ini sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati.

Aliran Kognitif, dasarnya bahwa belajar terdapat kemampuan mengenal lingkungan sehingga, lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia.

Aliran Humanisme, lahir sebagai revolusi ketiga atau dikatakan sebagai madzhab ketiga Psikologi. Aliram Humanistik melengkapi aspek-aspek dasar dari aliran psikoanalisis dan behaviorisme dengan memasukkan aspek positif yang menentukan seperti cinta, kreativitas, nilai makna dan pertumbuhan pribadi. Psikologi Humanistik banyak mengambil penganut psikoanalisis Neofreudian. “Asumsi dasar aliran ini yang membedakan dengan aliran lain adalah perhatian pada makna kehidupan bahwa manusia bukanlah sekedar pelakon tetapi pencari makna kehidupan.

Abraham Maslow menyatakan “Studi tentang orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mutlak menjadi fondasi bagi sebuah ilmu psikologi yang lebih semesta”. (Frank Goble, 1993,34).

Aliran psikoanalisa, pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud. Dengan asumsi bahwa:

1) Perilaku dan proses mental manusia dimotivasi oleh kekuatan-kekuatan dan konflik-konflik dari

dalam, manusia memilikisedikit kesadarn dan kontrolatas kekuatan tersebut. Perilaku manusia menjadi lebih rasional bila diterima secara social.

2) Libido seksual mengikuti hokum kekekalan energy.26[27]

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

25[26] Bimo Walgito, op.cit., hlm. 66.

26[27] Abdl Gani Hctcmba, “Rangkuman Materi-materi Diskusi Kelompok”,

(16)

1. Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada

tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsure subyek tunggal psokologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memilikiakar sejarah yang cukup dalam.

2. Ciri- ciri aliran Behaviorisme:

1) Mementingkan pengaruh lingkungan.

2) Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan.

3) Mementingkan reaksi psikomotor.

4) Mementingkan sebab-sebab masa lampau.

5) Mementingkan pembentukan kebiasaan.

6) Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar.

7) Mengutamakan “trial and error”.

3. Tokoh-tokoh aliran Behaviorisme antara lain E.L. Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, B.F.

Skinner, dan Bandura.

4. Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah

tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Cirri-ciri aliran Kognitif adalah:

- Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia - Meningkatkan keseluruhan dari pada bagian-bagian - Meningkatkan peranan kognitif

- Meningkatkan kondisi waktu sekarang - Meningkatkan pembentukan struktur kognitif - Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia - Mengutamakan “insight” (pengertian).

6. Tokoh-tokoh aliran kognitif antara lain Kohler, Max wertheimer, Kurt Lewin, dan Bandura.

7. Humanisme adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan masalah-masalah,

(17)

- Mementingkan manusia sebagai pribadi

- Mementingkan kebulatan pribadi

- Mementingkan peranan kognitif dan efektif

- Mementingkan persepsi subjektif yang dimiliki tiap individu

- Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri

- Mengutamakan “insight”

9. Psikologi Humanisme tokoh-tokohnya seperti Carl Rogers dan Frankle. Abraham Maslow

(1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistic.

10. Psikoanalisis merupakan psikologi sebagai suatu ilmu. Akan tetapi untuk kepentingan

pengobatan, Freud mengatakan psikoanalisis ini boleh disebut sebagai suatu cara atau penyembuhan. Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasien.

11. Cirri-ciri aliran psikoanalisis:

- Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan proses ketidaksadaran.

- Menganut prinsip “psychic determinism” yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat

dalam pikiran seseorang, tidaklah terjadi secara kebetulan, melainkan karena peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab-akibat.

- Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih banyak dan lebih penting dalam

kondisi mental baik normal maupun abnormal

12. Pendiri Psokoanalisis adalah Sigmun freud (1856-1936).

B. Saran-saran

Berdasarkan uraian makalah tersebut, maka penulis mengajukan saran:

1. Agar para pendidik lebih memahami akan aliran-aliran yang mendasari teori belajar supaya

mengetahui lebih lanjut akan aliran tersebut dan bisa menerapkannya dalam proses pembelajaran.

2. Bagi peserta didik supaya belajar yang sungguh-sungguh dan supaya bisa membedakan antar

(18)

C. Penutup

Alhamdulillah atas limpahan rahmat dan Fadhilahnya makalah ini bias terselesaikan. Penulis telah berusaha semampu mungkin untuk menyempurnakan penyusunannya. Meskipun telah berusaha sekuat tenaga, penulis tidak menafikan kemungkinan bahwa makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada pihak yang telah membanyu terselesainya makalah ini.

Besar harapan makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Jika tujuan ini tercapai maka semua itu adalah karunia Allah SWT yang diberikan kapada siapapun ynag Dia kehandaki. Allah SWT pemilik karunia yang agung. Kalau bukan karena-Nya, niscaya penulis tidak akan sanggup menyelesaikannya. Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupanya.

Semoga Allah SWT menjadikan amal sebagai persembahan yang ikhlas semata-mata mengharapkan keridhoan-Nya. Semoga Allah mengilhamkan kebenaran pada ucapan kita, menjauhakn kita dari segala rintangan. Amin.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Saran dan kritik yang membangun bagi para pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andi, “Teori-teori Belajar”, http://www.

belajar.phtml.

Dalyono, M., Psikologi pendidikan, Jakarat: PT. Rineka Cipta, 2001, Cet. 2.

Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Cet. 3.

Gani, Abdul, “Rangkuman Materi-materi Diskusi Kelompok”, http://www.scribd.com/doc/

46753211/psikoanalisis-behaviorisme-humanistik-jung-roger.

Kartono, Kartini dan Gulo, Dali, Kamus Psikologi, Bandung: CV. Pionir Jaya,2000.

Muhammad, “Psikologi Aliran Behaviorisme”, http://www.psikologi.or.id.

(19)

Sari, Tanti Nur Indah, Perbedaan Aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior”,

behavior.phtml.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Edisi Baru, Jakarta: PT. Rineka Cipta,1998, Cet. 4.

Sudrajat, Akhmad, Teori-teori Belajar”,

Belajar.phtml.

Uno, Hamzah B., Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2008, Cet. 3.

Walgito, Bimo, Pengantar psikologi Umum, Yogyakarta: Andi, 2004.

27[1] Andi, “Teori-teori Belajar”,

http://www.andi1988.wordpress.com/2009/01/28/teori-teori-belajar.

28[2] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Edisi Baru, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), Cet.4,

hlm. 122

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhitungan neraca air untuk menentukan luas DTA Pindul ditambah beberapa bukti penelitian di kawasan karst lainnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa penentuan luas DTA

Tanggal Perkiraan Pembayaran untuk pemegang saham public SORINI 01 Juni 2011 Yang berkehendak untuk menjual sahamnya. Sumber : Info dari email

semua perikatan yang dibuat oleh orang-orang belum dewasa atau orang- orang yang ditaruh dibawah pengampuan, adalah batal demi hukum, dan atas penuntutan yang dimajukan oleh atau

Menurut ekonom Bank Permata, Josua Pardede, setelah BI menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 50 bps pada bulan lalu, volatilitas Rupiah berangsur-angsur mulai mereda.. Tidak

Dalam prosedur ini fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada para pemasok untuk memperoleh informasi mengenai harga barang dan berbagai

Mengingat bahwa besarnya buangan metabolit dan sisa pakan sangat dipengaruhi padat penebaran ikan yang dipelihara, maka penelitian ini mencoba mengamati pengaruh

Nilai minimum Nilai terendah pada data kemampuan hidup (dalam menit) dari contoh acak 50 lalat yang telah disemprot dengan insektida sebesar 0.1. Boxplot Boxplot

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara CXCR4 dan VEGF A pada karsinoma payudara dengan invasi pembuluh darah dan metastasis jauh secara