BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan bisa diperoleh secara alamiah maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Dan dari pengetahuan dapat terbentuk suatu tindakan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.14-16
Ada enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu :14,15
a. Tahu (Know), merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Dapat diartikan sebagai mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (Comprehension), merupakan suatu kemampuan yang dapat
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application), merupakan kemampuan untuk dapat menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi sebenarnya.
d. Analisis (Analysis), merupakan suatu kemampuan yang dapat menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain.
e. Sintesis (Synthesis), merupakan suatu kemampuan yang dapat menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation), merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu.
dari responden. Kedalaman pengetahuan dapat kita ketahui atau kita ukur sesuai dengan tingkat-tingkat pengetahuan.14,16
2.2Sikap
Sikap adalah respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek dan bersifat merespon hal positif atau hal negatif dari suatu benda, orang, atau peristiwa. Dan sikap merupakan keyakinan dan perasaan yang dapat mempengaruhi reaksi didalam diri seseorang. Definisi lain menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi kesungguhan tertentu dengan beberapa tingkat menguntungkan atau merugikan. Sikap dibedakan dari konsep lain yang juga mengacu pada kecenderungan tersirat seseorang atau kecenderungan sikap yang disimpulkan hanya pada saat rangsangan yang menunjukkan suatu objek sikap yang diamati untuk memperoleh respon dalam mengekspresikan tingkat yang diberikan dari evaluasi.14-19
Menurut salah seorang ahli yaitu Newcomb, menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami perubahan. Sebagai hasil dari belajar sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap akan berlangsung dalam interaksi manusia. Ada empat tingkatan sikap, yaitu :14-16,20
a. Menerima, diartikan bahwa seseorang (subjek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon, kemampuan untuk memberikan jawaban bila ditanya dan mengerjakan tugas yang telah diberikan.
c. Menghargai, merupakan kemampuan untuk mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab, merupakan kemampuan untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala konsekuensi.
disebut Summated Agreement.Ada perbedaan antar skala sikap dari Thurstone dan Likert, yaitu pada skala Thurstone menggunakan katagori yang terdiri dari dua alternatif jawaban, sedangkan Likert dihadapkan atas lima alternatif jawaban, yaitu jawaban dari yang sangat setuju sampai sangat tidak setuju.15
2.3Kegawatdaruratan medis
Menurut Webster, kegawatdaruratan medis (Medical Emergency) adalah keadaan tiba-tiba atau tidak terduga yang membutuhkan bantuan segera. Keadaan yang dimaksud seperti perdarahan, fraktur dentoalveolar dan syok.1,21
2.3.1 Perdarahan
Perdarahan adalah keadaan yang disebabkan oleh dinding vaskular yang pecah atau kelainan mekanisme hemostatik. Perdarahan merupakan komplikasi yang paling ditakuti, karena dianggap dapat mengancam kehidupan oleh dokter dan pasien. Perdarahan dapat terjadi setelah anastesi lokal dilakukan dan setelah pencabutan. Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan gangguan pembekuan darah,
pasien yang menerima terapi antikoagulan atau yang mengkonsumsi obat seperti golongan NSAID dan warfarin yang dapat memperpanjang waktu perdarahan, pasien yang mempunyai hipertensi yang tidak terkontrol, liver dan defisiensi vitamin K.22,23
2.3.1.1 Etiologi
Klasifikasi gangguan perdarahan dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah platelet normal (nontrombositopeni purpura), penurunan jumlah platelet (trombositopeni purpura) dan gangguan koagulasi.24
Tabel 1. Klasifikasi gangguan perdarahan
Nontrombositopeni Purpura - Perubahan pada dinding pembuluh darah akibat sumbatan, infeksi dan alergi
- Penyebab lain : gangguan fungsi platelet akibat defek genetik, obat-obatan seperti aspirin dan golongan NSAID, dan penyakit autoimun.
Trombositopeni Purpura - Faktor kimia, fisik (radiasi), penyakit sistemik, obat-obatan (obat diuretik dan alkohol, infeksi virus dan bakteri.
Gangguan koagulasi - Bersifat diturunkan, seperti hemofilia A dan hemofilia B.
2.3.1.2 Patofisiologi
Proses perdarahan terjadi melalui 3 tahap yaitu pembuluh darah (vascular), trombosit (platelet) dan koagulasi (coagulation). Pembuluh darah dan platelet
2.3.1 gan lunak m asarnya ada
2O2 dari jar
n yang ban n yang terj an adalah
akan kain k n penekana arah masih j akukan pe akan gelfoam
segera rujuk
aran klinis an ganggua a setelah ter n klinis yan dan pasi g mengalam emia akut da gusi, ptec
ganan ng hebat ha maupun jarin kasa yang t an perdarah ng sering t en dengan mi ptechiae
an kronis se
chiae dan
arus segera ngan keras ersihkan dae
otik dan ben
s dilakukan nganan awa enekanan. P
telah diber han yang te r, maka dap
ngka 8 pa nge gelatin y h Sakit.22,25
bar 1. Penja
uan darah ak a atau tinda terlihat pad n jumlah dan echymo
ering menun
echymosis
ditangani. P perlu dilaku erah luka a nda asing. A
n tindakan al apabila t Penekanan
i adrenalin erjadi suda pat dilakuka
ada soket. yang dapat
ahitan pada
kan jelas te akan invasif da pasien de
platelet
osis. Sedang njukkan gej
pada kulit
Perawatan y ukan dalam ah bisa dita an kleim de Selain itu gkan pada p jala ulserasi t dan mem
Pada pasien yang mengalami fraktur jaringan keras (fraktur rahang), maka jaringan keras yang mengalami fraktur harus difiksasi dahulu kemudian menutup jaringan lunak diluarnya, yaitu dengan menjahit secara bertahap lapis demi lapis dari bagian dalam ke luar. Hal ini dilakukan agar darah tidak lagi keluar. Pada trauma jaringan lunak dengan kehilangan jaringan lunak, dapat dilakukan rekonstruksi primer dengan menggunakan flap.22,25
2.3.2 Fraktur dentoalveolar
Fraktur dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas jaringan keras pada stuktur gigi dan alveolusnya yang disebabkan oleh trauma. Trauma pada gigi dapat terjadi pada semua usia.25
2.3.2.1 Etiologi
Penyebab fraktur bermacam-macam seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan pada olah raga, dan trauma langsung pada gigi akibat benda keras seperti botol. Fraktur tidak hanya pada struktur gigi (email, dentin, dan pulpa gigi)
tetapi bisa juga terjadi pada jaringan periodontal dan tulang rahang.25
Fraktur dapat terjadi pada akar gigi, gigi tetangga atau gigi antagonis, restorasi, prosesus alveolaris dan mandibula. Fraktur tulang alveolar dapat terjadi karena berhubungan dengan terjepitnya tulang alveolar pada saat melakukan pencabutan. Hal ini dapat terjadi karena bentuk dari tulang alveolar atau adanya perubahan patologis dalam tulang.22
2.3.2.2 Gambaran klinis
mengakibatkan gigi masuk kedalam soket dan ekstrusi adalah trauma yang mengakibatkan sebagian gigi keluar dari soket.25
Gambar 2. Gambaran Klinis Fraktur Dentoalveolar.
2.3.2.3 Penanganan
Pemeriksaan fraktur dentoalveolar dapat dilakukan dengan radiografi intra-oral dan ekstra-intra-oral seperti panoramik. Biasanya perawatan dasarnya adalah secara konservatif, misalnya dengan splint, immobilisasi gigi geligi yang goyang dan fiksasi. Splint merupakan alat yang ditunjukkan untuk imobilisasi atau membantu imobilisasi segmen-segmen fraktur. Splint biasanya merupakan logam tuang (cor) atau terbuat dari akrilik. Apabila terjadi fraktur yang menyebabkan gigi bergeser maka perlu dilakukan pembedahan. Salah satunya adalah
penggunaan arch bar dapat membantu menstabilisasikan segmen yang terjadi fraktur dan memberikan daerah perlekatan untuk fiksasi maksilomandibular.
Gambar 3. Penanganan fraktur dentoalveolar anterior mandibula dengan meng-gunakan arch bar.
2.3.3 Syok
Syok merupakan suatu keadaan patofisiologis yang terjadi bila oxygen delivery (DO2) ke mitokondria sel di seluruh tubuh manusia tidak mampu
memenuhi kebutuhan oxygen consumption (VO2). Sebagai respon terhadap
pasokan oksigen yang tidak cukup ini, metabolisme energi sel menjadi anaerobik. Menurut John Collins Warren, syok merupakan berhentinya keadaan sesaat dari kematian. Secara patofisiologis, syok merupakan gangguan sirkulasi akibat kurangnya oksigen kedalam jaringan. Syok dapat terjadi oleh berbagai macam sebab dan melalui berbagai proses. Penurunan volume plasma intravaskular merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya syok. Terjadinya penurunan volume intravaskular menyebabkan darah yang balik ke jantung
berkurang sehingga curah jantung menurun. Dan menyebabkan oksigen di paru juga menurun dan asupan oksigen ke jaringan tidak terpenuhi. 26-28
Ada beberapa tingkatan kesadaran pada pasien syok. Tingkat kesadaran merupakan indikator utama adanya perubahan status neurologi pasien, karena berhubungan dengan fungsi hemisfer serebral dan reticular activating system. Tingkatan kesadaran terdiri dari :29
a. Compos mentis, yaitu keadaan pasien yang sadar akan dirinya dan lingkungan serta dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
b. Apatis, yaitu keadaan pasien yang berkurang dengan keadaan sekitar dan sikap acuh tak acuh.
d. Delirium, yaitu penurunan kesadaran serta pasien terlihat gelisah dan meronta-ronta.
e. Somnolen, yaitu keadaan kesadaran pasien yang selalu ingin tidur dan dapat dibangunkan ketika ada rangsangan.
f. Stupor atau sopor, yaitu keadaan pasien yang seperti koma, seperti tertidur lelap dan tidak dapat dibangunkan kecuali dengan rangsangan nyeri.
g. Koma, yaitu keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dengan rangsangan apapun tidak akan timbul.
Berdasarkan a textbook in cardiovascular medicine pada tahun 1984, klasifikasi syok yaitu : a) syok kardiogenik, b) syok obstruktif, c) syok oligemik atau syok hipovolemik, dan d) syok distributif. Pembagian syok diperkecil lagi menjadi 4 tipe, yaitu syok neurogenik, syok hipovolemik, syok anafilaktik dan syok kardiogenik.30,31
Tabel 2. Klasifikasi Syok28
2.3.3.1 Syok neurogenik
Syok neurogenik disebut juga sinkope. Syok neurogenik terjadi karena penurunan atau kehilangan kesadaran secara tiba-tiba akibat tidak adekuatnya aliran darah ke otak. Hal ini disebabkan karena terjadinya vasodilatasi dan
SYOK KARDIOGENIK SYOK DISTRIBUTIF
A. Disebabkan oleh Disritmia A. Septikemia
B. Disebabkan oleh Mekanis Jantung B. Metabolik atau toksik
C. Miopati C. Endokrinologik
D. Mikrosirkulasi
SYOK OBSTRUKTIF E. Neurogenik
A. Tamponade perikardium F. Anafilaktik B. Koarktasio aorta
C. Emboli paru
D. Hipertensi pulmonalis primer
SYOK OLIGEMIK A. Perdarahan
bradikardi secara mendadak sehingga menimbulkan hipotensi. Terjadinya hipotensi akan merangsang refleks simpatis berupa takikardi dan vasokonstriksi perifer yang secara klinis dideteksi sebagai peningkatan denyut nadi dan keringat dingin pada ekstremitas atas. Kemudian terjadi juga penurunan dalam efektifitas sirkulasi volume plasma yang sering terjadi dari penurunan venous tone, penggumpalan darah di pembuluh darah vena dan kehilangan volume cairan intravaskular karena peningkatan permeabilitas kapiler. Akhirnya, terjadi disfungsi miokard primer yang bermanifestasi sebagai dilatasi ventrikel. Pada keadaan ini akan terdapat peningkatan aliran vaskuler yang mengakibatkan berkurangnya cairan dalam sirkulasi sehingga perfusi ke otak berkurang dan menyebabkan pasien mengalami syok.5,26,31-33
Syok neurogenik atau sinkope merupakan gejala umum yang sering dijumpai di praktek dokter gigi. Keadaan ini disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, keadaan takut, terkejut atau rasa nyeri. Kurang lebih 2% pasien mengalami sinkope sebelum, selama bahkan setelah perawatan gigi. Sinkope umumnya, terjadi pada wanita muda, lelaki tua atau dengan riwayat penyakit
jantung. Sedangkan syok neurogenik pada pasien trauma terjadi karena hilangnya
sympathetic tone, misalnya pada cedera tulang belakang atau yang sangat jarang yaitu cedera pada batang otak. Denyut nadi pasien menjadi lambat sehingga pasien akan merasa pusing dan pingsan. Umumnya keadaan ini akan membaik setelah pasien dibaringkan, kecuali cedera karena jatuh.5,26,31-33
Gambar 4. A. Posisi syok (shock position) dan B. Posisi Trendelenburg dan Anti-Trendelenburg.8
2.3.3.2 Syok hipovolemik
Syok hipovolemik adalah syok yang terjadi akibat berkurangnya volume plasma di intravaskular atau kehilangan cairan tubuh. Syok hipovolemik dapat terjadi akibat perdarahan (hemoragik) dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar yang luas dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang sering terjadi adalah akibat perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. 26-28
Penanganan syok hipovolemik, hal utama yang dilakukan yaitu mengganti cairan tubuh atau darah yang hilang, kemudian berikan oksigen sebanyak 5-10 L/menit untuk jalan nafas dan respirasi pasien. Lalu berikan infus dengan cairan koloid. Tujuan utama terapi adalah memulihkan curah jantung dan perfusi jaringan secepat mungkin.27
2.3.3.3 Syok anafilaktik
Syok anafilaktik adalah kegagalan perfusi jaringan yang disebabkan reaksi alergi yang luar biasa atau berlebihan pada suatu organisme terhadap protein asing. Anafilaktik syok dapat terjadi dalam beberapa menit dan dapat mengancam nyawa. Faktor penyebabnya adalah karena alergi terhadap obat-obatan, terutama
yang diberikan secara intravena seperti antibiotik (contoh : penisilin). Selain itu penyebab lainnya adalah karena pelepasan histamin sebagai konsekuensi dari suatu tipe I reaksi alergi. Tanda-tanda klinis pasien yang mengalami syok anafilaktik yaitu pasien susah bernafas, wajah kemerahan, gatal pada mata dan mulut, pusing, lemas, sakit perut, bronkospasme dan edema epiglotis sehingga
pasien terasa tercekik. Gejala akan timbul pada 2-11 menit setelah dilakukan suntikan dan reaksi puncak akan terjadi pada 5-60 menit. 5,26,31,33
Penanganan pada pasien syok anafilaktik adalah dengan mempertahankan jalan nafas dan mempertahankan sirkulasi dengan memberikan oksigen 6-8 liter/menit lalu berikan 0,3-0,5 ml epineprine (adrenalin 1:1000) secara intramuscular dengan kecepatan 1 ml/menit dan ulangi setiap 5 atau 10 menit sampai pasien terlihat membaik.5,26,31,33
2.3.3.4 Syok kardiogenik
Syok kardiogenik adalah syok yang terjadi akibat tidak berfungsinya jantung untuk mengalirkan darah ke jaringan yang mengakibatkan curah jantung menjadi kecil atau berhenti. Tanda-tanda klinis dari syok kardiogenik meliputi hipotensi, takikardia, oliguria dan bagian ekstermitas dingin.28
Dalam menangani pasien syok kardiogenik hal pertama yang dilakukan
adalah memberikan bantuan hidup dasar (BLS). Menurut AHA 2010
(American Heart Association) BLS merupakan dasar untuk menyelamatkan
Gambar 5 Within 10 s
COMPRE uer (if availa
his
over or vic
LS berdasa
High-Qualit
- Rate at leas - Compressio inches (5 cm - Allow comp after each co - Minimize in chest compre - Avoid exce
3A ctim starts to
arkan pelay
ty CPR
st 100/min on depth at leas m)
mplete chest rec ompression
nterruptions in ession essive ventilatio
1 breath ev seconds eck pulse ev
utes
B
diately minute; viders take
Nam
thrust dap masih ob mandibula
nafas dari teknik fing
untuk men
mun, dari be engan tindak
on (sirkulasi Airway (jalan
way merupa en yang tid
nan pasien a asing yan elakang. Un a lebih maj
sumbatan b akan usaha dak sadar. K tidak dapat g menutupi ntuk memb teknik head
u dengan m a dibantu de an jika pada aranya, den ju daripada
benda asing yaitu meng airan yang a
6. Head tilt,
Gambar
eratur meny yaitu Airway
untuk mem Ketika pasie
bernafas de i jalan nafa bebaskan ja
d tilt, chin lif
meletakkan engan chin
a saat melak ngan meng a maksila.
g seperti dar ggunakan 2
ada didalam as pasien at alan nafas (
ft dan jaw th
tangan did
lift yaitu me kukan head
gangkat dag Sedangkan
rah dan cair jari tangan m rongga mu
an jaw thrus
an finger sw
wa untuk m as), Breathi
an dengan keadaan tida
Hal ini dap tau akibat ja (airway), m
hrust.3,5,31 ahi pasien engangkat d
d tilt dan chi
gu pasien untuk mem
ran muntah n yang diba ulut pasien.3
st.31
eep.31
memberikan
ing (pernafa
baik jalan ak sadarkan pat terjadi k
atuhnya pa maka dokter
dan mendo dagu pasien
b. Breathing (pernafasan)
Breathing merupakan teknik untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada pasien sadar atau pasien yang tidak sadar. Seorang dokter yang menangani pasien kegawatdaruratan dental harus mendekatkan pipi 1 inci ke mulut dan hidung pasien untuk melihat (look), mendengar (listen) dan merasakan (feel) tanda-tanda yang ada pada pernafasan pasien. Melihat yaitu melihat apakah ada pergerakan di dada atau abdomen pasien, mendengar yaitu mendengar apakah ada atau tidaknya suara nafas tambahan yang dikeluarkan oleh pasien, dan merasakan yaitu merasakan apakah ada hembusan nafas atau aliran udara yang keluar dari mulut atau hidung pasien. Dan bila pernafasan pasien tidak terasa diperlukan nafas buatan. Untuk pemberian nafas buatan dapat dilakukan dari mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma. Dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
Ambu bag untuk memberikan suplai oksigen 90%.5,31
Gambar 8. Look, listen and feel.31
Gambar 9. Pemberian nafas buatan, (a) mulut ke mulut, (b) mulut ke hidung dan (c) mulut ke stoma.31
A
Gambar 10. Penggunaan Ambubag.32
c. Circulation (sirkulasi)
Circulation merupakan monitoring dua tanda vital yang sangat penting, yaitu tekanan darah dan denyut jantung yang memberikan informasi tentang fungsi sistem cardiovascular. Tidak terabanya nadi karotis pada dewasa merupakan tanda utama terjadinya cardiac arrest atau henti jantung. Pemberian ventilasi buatan dan kompresi pijat jantung diperlukan pada keadaan kegawatdaruratan ini.5,31
Gambar 11. Pemeriksaan nadi karotis.29,31
Gambar 12. Kompresi dada pada dewasa, bayi dan anak usia sampai 8 tahun.31,32
Menurut American Heart Association 2010, ada perubahan kunci terhadap panduan Basic Life Support (BLS) pada tahun 2005 untuk pasien cardiac arrest, yaitu :34
b. Menghilangkan Look, Listen dan Feel dari algoritma BLS.
c. Melakukan CPR menggunakan tangan (hanya kompresi pijat jantung) untuk penolong/petugas yang tidak mengikuti pelatihan khusus.
d. Urutan perubahan dalam melakukan kompresi pijat jantung sebelum membebaskan jalan nafas (melakukan CAB dari pada ABC).
e. Penyediaan perawatan kesehatan yang efektif dalam melakukan kompresi pijat jantung atau CPR sampai kembalinya sirkulasi secara spontan.
f. Meningkatkan metode untuk melakukan CPR dengan kualitas tinggi (misalnya, kedalaman pada saat melakukan penekanan kompresi pijat jantung harus adekuat). g. Selanjutnya melakukan pemeriksaan nadi bagi pelayanan kesehatan.
h. Algoritma BLS untuk dewasa yang sederhana diperkenalkan dengan memperbaiki algoritma tradisional.
2.4 Upaya pencegahan kegawatdaruratan medis
Setiap dokter gigi berkewajiban untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghindari komplikasi dan untuk mencegah timbulnya kegawatdaruratan
medis. Anamnesa merupakan salah satu bagian terpenting dalam pemeriksaan pasien karena mendapatkan keterangan mengenai kondisi pasien. Walaupun keadaan kedaruratan tidak dapat dihindari dalam praktek dokter gigi, namun sebaiknya keadaan kedaruratan dapat dikurangi atau dihindari dengan melakukan perawatan dengan cermat, terampil dan trauma minimal.31
Keadaan pingsan yang sering terjadi di praktek dokter gigi, mungkin dikarenakan ruang praktek memiliki temperatur dan kelembaban yang tinggi. Oleh karena itu, sebaiknya ruang praktek haruslah berhawa dingin dan mempunyai ventilasi yang baik. Ruang tunggu harus terang dan sejuk serta untuk mencegah pasien lama menunggu sebaiknya dilakukan penjadwalan kunjungan yang efisien. Dokter gigi harus menggunakan dental unit yang desainnya memungkinkan pasien segera dibaringkan lurus dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala (posisi Trendelenburg 100) pada saat terjadi kondisi kegawatdaruratan.36
Selain memperhatikan kondisi ruang praktek, sebaiknya juga dapat dilakukan pemeriksaan awal. Walaupun tidak semua perawatan dental memerlukan pemeriksaan awal, tetapi dalam menangani pasien yang ingin melakukan bedah minor seperti pencabutan dan odontektomi, pemeriksaan awal perlu dilakukan. Adapun pemeriksaan awal yang dimaksud adalah pemeriksaan tanda-tanda vital.
2.4.1 Pemeriksaan tanda vital
Tanda vital termasuk penilaian dalam pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh tenaga medis. Tanda-tanda vital dapat menghasilkan perubahan yang bertahap dari waktu ke waktu. Yang termasuk tanda-tanda vital adalah tekanan darah, denyut nadi, pernafasan dan suhu.37-39
2.4.1.1 Tekanan darah
Cara untuk mengukur tekanan darah yaitu dengan memasangkan manset melingkari lengan atas pasien, dengan batas bawah lebih kurang 3 cm dari siku. Lakukan pemompaan sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba dan gunakan stetoskop untuk mendengarkan arteri brakialis (di fosa kubiti). Kemudian kosongkan manometer perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mm tiap detik.39
Tekanan sistolik adalah saat terdengar bunyi pada saat Korotkoof I yaitu bunyi pertama yang didengar berupa bunyi detak yang perlahan. Sedangkan tekanan diastolik adalah saat terdengar bunyi Korotkoof IV yaitu bunyi yang tiba-tiba melemah. Dan nilai normal tekanan sistolik adalah <120mmHg dan untuk tekanan diastolik adalah <80mmHg.38,39
Gambar 13. Cara mengukur tekanan darah.39
2.4.1.2 Denyut nadi
Nadi merupakan refleksi perifer dari kerja jantung dan penjalaran gelombang dari proksimal (pangkal aorta) ke distal. Gelombang nadi tidak bersamaan dengan aliran darah tetapi menjalar lebih cepat. Nadi dapat dirasakan selama midsistole, saat konstraksi jantung dan saat ejeksi darah intrakardia sedang
berlangsung. Kecepatan penjalaran nadi dapat menurun pada beberapa penyakit jantung, darah atau pembuluh darah, tetapi dapat meningkat pada kondisi lain.
Intensitas nadi dapat berhubungan dengan karakteristik pembuluh darah dan tekanan nadi. Kecepatan denyut nadi normal pada dewasa yang sehat berkisar dari 50-100 denyut/menit dan anak berusia dibawah 10 tahun berkisar 60-90 denyut/menit.38,39
kemungki cara yaitu 1. C Dan semua p
1.3 Pernafa epatan pern or dan o oksida dan
Kecepatan adanya rasa n. Untuk p
i bahwa pe n pernafasan t pada orang meriksaan re
an tangan p dihitung ge g dewasa.38
espirasi ata
si, merupaka sinya. Cara an dengan m
, merupakan
pemeriksa p erakan pern tasi, pemeri
us defisit (l tungan nad an harus dil
r 14. Car denyu
n pola pern tuk orang an cara yang
pada dindin ak berarti b n dapat m n harus hat
diamati da atan pernafa
san dapat d
saan dengan praktis da akan nafas d g dianjurkan
ng abdomen en sambil m g dilakukan
g lebih bes n juga perh u menit penu
ksa
dilakukan d
n melihat ge an tidak dia dan detak ja
n yaitu pem
n atau dindi melihat detak n dengan m
sar daripada hitungan d uh.36 ena pasien nya pening al adalah
dengan beb
erakan nafa anjurkan k am sekaligu meriksaan de
Gambar 15. Teknik palpasi dan Teknik auskultasi.37
2.4.1.4 Suhu
Suhu tubuh merupakan perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan oleh
proses tubuh dan jumlah panas yang hilang karena lingkungan luar. Cara pengukuran suhu adalah dengan menggunakan thermometer. Sebelum menggunakan thermometer, pada permukaan air raksa harus diturunkan sampai dibawah 350C dengan mengibas-ngibaskan thermometer.37,39
2.5 Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan
1. Definisi Kegawatdaruratan medis 2. Prinsip Dasar Kegawatdaruratan Medis
3. Penanganan Kegawatdaruratan Medis
4. Pencegahan Kegawatdaruratan Medis
Pengetahuan dan Sikap Dokter Gigi Terhadap Kegawatdaruratan Medis
Sikap
1. Prinsip Dasar Kegawatdaruratan Medis
2. Penanganan Kegawatdaruratan Medis