• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

CAKRAWALA HUKUM

Oleh: Redaksi

KEY LEGAL, DOCUM ENTARY AND STRUCTURING ISSUES FOR ISLAM IC FINANCIAL PRODUCT

Produk keuangan syariah pada prinsipnya dapat dikelompokkan dalam 3 bagian, yaitu, (i) produk penghimpunan dana (funding); (ii) pembiayaan (financing); dan (iii) jasa-jasa (services). Pada produk penghimpunan dana, biasa digunakan prinsip penitipan (w adiah dan mudharabah), produk pembiayaan digunakan prinsip investasi dan jual beli (musyarakah dan mudharabah, murabahah, salam, dan istishna), dan pada produk jasa digunakan prinsip pelayanan jasa keuangan (financing services).

Dalam seminar ini khusus dibahas produk keuangan syariah dari sisi pembiayaan (financing) terutama dilihat dari sisi investasi dan jual beli dalam bentuk produk cash financing dan surat berharga (sekuritas). Pengertian pembiayaan difokuskan terhadap produk perbankan syariah yang mengandung adanya unsur pendapatan atau laba baik yang diterima oleh bank maupun pemasok barang dan jasa.

A. Prinsip Investasi Dalam Sistem Syariah

M udharabah (Fund

M anagement)

(2)

sebaliknya jika rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.

M usyarakah (Partnership)

Dalam sesi ini dijelaskan mengenai struktur dari produk keuangan syariah dengan menggunakan prinsip musyarakah, yang melibatkan 2 pihak yaitu bank dan klien selaku partner dalam suatu proyek/ transaksi, dimana satu partner bertindak sebagai penjamin bagi partner lainnya. Berbeda

dengan mudharabah yang

merupakan kombinasi kerjasama antara penyediaan dana dan keahlian, dalam skema musyarakah ini dipersyaratkan bahw a para pihak harus menginvestasikan dananya masing-masing dalam pelaksanaan suatu proyek. Pembagian hasil keuntungan harus disebutkan dalam kontrak dan rasio pembagian keuntungan tidak selalu berhubungan dengan kontribusi modal yang telah diberikan. Dalam praktek managing partner diperbolehkan untuk menerima keuntungan lebih dibanding dari partner lain. Pada dasarnya, prinsip musyarakah adalah suatu akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahw a keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

B. PRINSIP JUAL BELI DALAM SISTEM SYARIAH

M urabahah (Sale w ith Profit)

(3)

supplier kepada bank, untuk selanjutnya bank berhak menjual barang tersebut kepada pemesan/ klien.

Dalam konteks penguasaan dan pemilikan barang ini, bank membeli barang dari supplier untuk dan atas nama bank, tetapi dalam kondisi tertentu bank diperbolehkan meminta klien untuk berhubungan langsung dengan agen penjual untuk dan atas namanya atau nama bank, dan dalam konteks ini pembayaran harus dibayarkan terlebih dahulu oleh bank kepada supplier.

Istisna

Dalam sesi ini dijelaskan mengenai struktur dari produk pembiayaan syariah dengan menggunakan prinsip istisna, yang melibatkan 2 pihak yaitu bank selaku penjual dan klien selaku pembeli. Pembiayaan dengan menggunakan prinsip istisna diadopsi untuk membiayai suatu proyek yang spesifikasinya harus dideskripsikan oleh pembeli seperti spesifikasi pembangunan gedung, pembuatan kapal, pesaw at. Atas penjelasan spesifikasi yang dideskripsikan oleh klien, bank sepakat untuk membiayai proyek dengan perjanjian istisna. Pada prinsipnya akad istisna adalah merupakan kontrak penjualan antara pembeli (klien) dan pembuat barang (bank). Hak kepemilikan atas proyek yang dibiayai oleh bank beralih kepada klien terhitung sejak

penandatanganan perjanjian istisna, dan tidak digantungkan pada perjanjian penjualan barang ataupun penyerahan barang.

Salam (Deferred Delivery)

Seperti istisna, salam adalah struktur pembiayaan syariah lainnya dimana komoditas tertentu ditransaksikan sebelum tiba masa panen atas komoditas tersebut, misalnya pada produk hasil pertanian. Pada prinsipnya akad salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Struktur yang terjadi dalam prinsip salam adalah bank menjanjikan akan menyediakan komoditas tertentu pada masa yang akan datang dengan pembayaran harga yang berlaku pada saat ini. Harga pembelian dalam prinsip salam ini harus tetap dan di baw ah harga pasar, dengan pertimbangan bahw a bagi pembeli, harga di baw ah pasar ini merupakan keuntungan dari terjadinya perbedaan 2 harga sebagai bentuk penghargaan karena telah membantu penjual untuk menerima hasil dari komoditi yang ditransaksikan. Salam hanya dapat diterapkan bagi komoditi dengan kualitas dan kuantitas yang bisa dispesifikasikan.

Ijarah (Leasing)

(4)

pemanfaatan atas barang melalui pembayaran sew a, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Dengan kata lain, ijarah diperspektifkan sebagai leasing atas suatu proyek yang mempunyai nilai manfaat. Ada dua sistem yang bisa digunakan dalam pembiayaan dengan prinsip ijarah, yaitu dengan sistem operating lease (barang dikembalikan kepada lessor pada saat berakhirnya jangka w aktu sew a) dan sistem financial lease (barang dapat dijual kepada lesse setelah berakhirnya jangka w aktu sew a). Dalam perkembangannya, terdapat pengembangan prinsip ijarah yaitu yang dikenal dengan ijarah muntahia bit-Tamlik dimana merupakan perpaduan antara kontrak jual beli dan sew a, atau lebih tepatnya akad sew a yang diakhiri dengan kepemilikan barang kepada si penyew a. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan dengan prinsip ijarah adalah perlu adanya kepastian bahw a lessor adalah pemilik dari barang yang kegunaannya/ nilai manfaatnya hendak dialihkan.

Sukuk Al Ijarah

Pada prinsipnya sukuk atau obligasi syariah merupakan bentuk surat berharga sebagai instrumen investasi, yang diterbitkan berdasarkan suatu transaksi atau akad syariah yang melandasinya (underlying transaction) yang bisa

berupa ijarah, mudharabah, musyarakah atau yang lain. Sukuk bukan instrumen utang piutang dengan bunga seperti obligasi yang dikenal dalam sistem keuangan konvensional, tetapi merupakan instrumen investasi. Sukuk diterbitkan dengan suatu underlying asset dengan prinsip syariah yang jelas. Underlying transaction yang banyak digunakan sebagai dasar penerbitan sukuk adalah transaksi yang menggunakan prinsip sew a (ijarah) sehingga saat ini dikenal sukuk al ijarah yaitu surat berharga yang diterbitkan berdasarkan akad sew a dimana hasil investasi berasal dan dikaitkan dengan arus pembayaran sew a aset tersebut. Penerbitan sukuk al ijarah dimulai dari adanya suatu akad jual beli aset oleh suatu perusahaan kepada perusahaan tertentu yang ditunjuk untuk suatu jangka w aktu tertentu dengan janji membeli kembali setelah jangka w aktu tersebut berakhir.

C. W ORK SHOP

Dalam seminar yang diselenggarakan pada 7 dan 8

September 2005 ini disediakan sesi khusus berupa w orkshop yang membahas studi kasus penerapan skim-skim pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang telah diimplementasikan oleh Dubai Islamic Bank, diantaranya :

(5)

dalam membiayai proyek-proyek besar yang dilakukan di Uni Emirat Arab.

b. Skim pembiayaan dengan menggunakan prinsip istisna dalam membiayai proyek-proyek minyak bumi.

c. Skim pembiayaan dengan

menggunakan prinsip murabahah dalam membiayai

proyek pengadaan minyak

mentah terkait dengan fasilitas pembiayaan sindikasi di negara ASEAN.

d. Skim pembiayaan dengan

menggunakan prinsip musyarakah dalam membiayai

proyek pengadaan pusat perbelanjaan (shopping mall) di Uni Emirat Arab.

THE 6th

INTERNATIONAL CONFERENCE ON ISLAM IC ECONOM ICS AND FINANCE

The 6th International Coference on Islamic Economics and Finance diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21 – 24 November 2005 dengan tema “ Islamic Economics and Banking in the 21st Century” . Konferensi tersebut diselenggarakan bersama-sama oleh Bank Indonesia, the Islamic Research and Training Institute, dan the International Association for Islamic Economics bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia dan Universitas Indonesia. Konferensi tersebut merupakan konferensi ke 6 dari rangkaian konferensi yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 1976 di M ekkah. Konferensi tersebut dihadiri oleh 300 orang peserta dari 38 negara. Terdapat 30 makalah dengan topik yang berbeda dibidang ekonomi, perbankan, dan keuangan Islam.

Pembukaan konferensi diadakan di Istana Wakil Presiden dan dibuka oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Wakil presiden menekankan pentingnya membuat rumusan solusi yang praktis dibidang ekonomi dan keuangan Islam yang dapat diterapkan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Selain itu, w akil presiden juga

menegaskan perlunya dikembangkan kerja sama antara

negara-negara Islam dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umat. Hal tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan modal dari

negara-negara Islam yang memiliki kelebihan dana.

(6)

Group, menegaskan kembali komitmen IDB Group untuk terus

mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan Islam. Selanjutnya, Dr. Ali mengemukakan bahw a dalam dunia internasional, industri keuangan Islam tidak dapat berkompetisi apabila tidak sepenuhnya berintegrasi dengan sistem keuangan internasional dan harus memiliki kredibilitas dengan cara menerapkan standar yang diterima secara internasional. Dalam hal ini, IDB bekerja sama dengan berbagai bank sentral, termasuk Bank Indonesia dan juga organisasi internasional lainnya seperti IM F, telah memainkan peran yang bersifat mempercepat penguatan infrastruktur dan sistem keuangan Islam internasional dengan mendirikan 7 lembaga, yaitu:

1. Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI);

2. Islamic Financial Services Board (IFSB)

3. International Islamic Financial M arket (IIFM I);

4. Liquidity M anagement Centre (LM C);

5. Islamic International Rating Agency (IIRA);

6. General Council of Islamic banks and Financial Institutions (GCIBFI);

7. Arbritation and Reconciliation Centre for Islamic Financial Institutions (ARCIFI).

Lembaga-lembaga tersebut dapat berperan penting dalam rangka mengembangkan infrastruktur industri lokal di negara anggota IDB dan juga dalam memberikan plat form dalam rangka interaksi dan integrasi dengan sistem keuangan internasional.

Berkaitan dengan pengembangan industri keuangan Islam, Dr. Ali mengemukakan bahw a negara-negara Islam menerapkan 2 pendekatan, yaitu pendekatan dari sisi kebijakan dan dan pendekatan dari sisi rekayasa keuangan.

Pendekatan pertama mengemukakan reformasi hukum

(7)

Pengembangan SGS membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memiliki keahlian dibidang syariah, perbankan, keuangan, dan pengetahuan lainnya.

Gubernur Bank Indonesia dalam

sambutannya menekankan pentingnya konferensi tersebut

sebagaimana halnya konferensi-konferensi sebelumnya dalam mengembangkan ilmu keuangan dan ekonomi Islam. Selain itu, Gubernur Bank Indonesia juga mengemukakan pentingnya kerja sama negara-negara Islam dalam mengembangkan sistem perbankan syariah.

Konferensi tersebut dimulai dengan diskusi yang diketuai oleh Profesor Khurshid Ahmed, Ketua the Islamic Foundation dan Rektor M arkfield Institute of Higher Education. Dalam diskusi pembukaan tersebut, Dr. M abid Ali Al-Jarhi, Presiden International Association for Islamic Economics, menjelaskan perbedaan-perbedaan tahapan dalam perkembangan keuangan Islam dan hal-hal yang perlu dilakukan untuk membantu perkembangan tersebut menuju tahapan lepas landas. Selanjutnya, Dr. Abbas M irakhor, Executive Direct or IM F, menggarisbaw ahi pentingnya kepercayaan dalam pengembangan

keuangan Islam dalam bentuk musyarakah.

Dalam konferensi tersebut diselenggarakan serangkaian diskusi

atas 30 makalah yang membahas berbagai topik terkait keuangan Islam. Salah satu diantaranya yang berkaitan dengan perkembangan perbankan syariah di Indonesia adalah Basel II: Implications for Islamic Bank yang ditulis oleh M onzer Kahf, konsultan independen dari Amerika dibidang ekonomi Islam.

Dalam makalah tersebut di atas, M onzer Kahf mengemukakan bahw a Basel II bertujuan menciptakan cara dan kriteria yang mendukung stabilitas dan melindungi tingkat solvensi industri perbankan dan lebih fokus pada managemen yang berkaitan dengan tata kelola bank (corporate governance practice) dan prinsip kehati-hatian. Harapannya adalah pembuat kebijakan dan industri perbankan harus lebih sensitif terhadap pengelolaan risiko sehingga kecukupan modal harus diikuti oleh penilaian risiko, yang dituangkan dalam 3 (tiga) pilar dalam Basel II, yaitu: minimum capital requirement; supervisory review process; dan market discipline.

(8)

manusia, sistem yang digunakan bank, dan juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal bank. Berkaitan dengan hal itu, bank dapat menghadapi risiko eksternal yang disebabkan oleh perubahan politik dan peraturan yang dibuat oleh otoritas perbankan (risiko peraturan) atau perubahan tingkat suku bunga, misalnya LIBOR, yang digunakan sebagai acuan oleh perbankan Islam.

Dari berbagai macam risiko tersebut, Pilar 1 pada Basel II yang berkaitan dengan modal terutama difokuskan pada penghitungan, pengaw asan, dan pemenuhan kebutuhan modal minimum untuk menghadapi risiko kredit, risiko operasional, dan risiko pasar (akibat adanya perubahan harga pasar terhadap portofolio yang dapat diperdagangkan). Selanjutnya Basel II telah membuat metodologi dalam mengukur risiko tersebut dengan menggunakan the Standardized Approach dalam pemberian rating terdapat aset oleh eksternal credit assessment, the Internal Rating-Based (IRB) M ethodology untuk risiko kredit dan the Advanced M easurement Approach (AM A) untuk risiko operasional.

Namun pilar 1 ini tidak memberikan pengaturan lebih lanjut terhadap risiko eksternal yang disebutkan di atas dan risiko lain seperti interest rate risk dalam banking book, assessment terhadap residual risk dan credit concentration risk. Hal itu mengakibatkan peran otoritas

pengaw as akan dominan sebagaimana di amanatkan Pilar 2 dan harus selalu memantau situasi dalam hal risiko yang dihadapi bank mengancam stabilitas industri perbankan dengan cara memastikan ke-3 metode di atas telah diterapkan oleh bank baik secara on-site maupun off-site supervision.

Pilar 2 dan Pilar 3 lebih menekankan pada transparansi informasi. Namun konsekuensi dari Pilar 3 ( market discipline) akan menuntut industri perbankan untuk transparan dan mengumumkan informasi kualitatif. Oleh karena itu informasi tersebut harus meliputi kesimpulan umum terhadap tujuan dan kebijakan dari risiko manajemen bank, reporting system dan definisi-definisi.

Selanjutnya, M onzer Kahf membuat 2 klasifikasi atas instrumen keuangan Islam yaitu debt-creating assets dan non-debt creating assets yang memiliki dampak risiko

berbeda-beda dengan menggunakan prosedur akuntansi

(9)

Berkaitan dengan Basel II maka cara penghitungan kecukupan modal dalam pencatatan neraca aset terdiri atas hutang dan modal. Untuk bank Islam aset adalah terdiri atas tabungan, unresticted investment (mudharabah) deposit dan restricted investement (mudharabah) deposit. M engingat unresticted investment deposit hanya digunakan hanya untuk investasi yang pengelolaannya diserahkan kepada bank dan dapat juga digabungkan dengan sumber dana lain misalnya yang berasal dari tabungan dan modal bank sendiri. Oleh karena itu, hal ini juga termasuk dari modal yang pencatatannya seharusnya tidak pada sisi kredit dalam neraca.

Untuk risiko operasional diusulkan kecukupan modal seharusnya lebih rendah dari yang diusulkan dalam Basel II, mengingat bank Islam tidak bertanggung jaw ab terhadap pemilik dana atas risiko yang timbul dalam kondisi normal sesuai dengan perjanjian antara bank dan pemilik dana. Tanggung jaw ab pemegang saham bank Islam hanya terbatas atas 3 hal yaitu pelanggaran kontrak oleh senior management, kelalaian dalam memberlakukan prinsip kehati-hatian, dan kesalahan dengan sengaja oleh manajemen. Oleh karena itu, risiko yang ditimbulkan dari kegagalan proses internal, sistem, pegaw ai dan opini hukum atau kejadian eksternal bukanlah tanggung jaw ab dari bank Islam terhadap unrestrict ed deposit

holders, kecuali depositor dapat membuktikannya.

Hal lain yang menjadi perhatian M onzer Kahf bahw a si risiko trading book (market risks) yang ditetapkan oleh Basel II tidak relevan dengan bank Islam, mengingat bank tidak melakukan short term transaksi pada pasar keuangan dan tidak melakukan jual beli komoditi di pasar bursa. Namun demikian terdapat beberapa instrumen bank Islam yang tidak dikenal oleh bank konvensional antara lain penyertaan pada perusahaan real estate dan long term investment. Oleh karena itu diusulkan bahw a risiko trading book bank Islam lebih tinggi dibandingkan dengan short term tradable securities pada bank konvensional. Secara keseluruhan, paper M onzer Kahf mereview bahw a lembaga sistem keuangan Islam internasional telah berupaya untuk membuat aturan yang sejalan dengan Basel II namun tentunya harus disesuaikan dengan karakteristik dari bank Islam.

Sebagai hasil akhir dari konferensi tersebut menghasilkan rekomendasi sebagai berikut:

a. Negara-negara Islam dalam

menetapkan kebijakan pembangunan ekonominya harus mendasarkan pada

nilai-nilai ekonomi Islam yang kesinambungan

(10)

b. Lembaga pemerintah dan non-pemerintah harus diperbolehkan untuk berkompetisi dalam

rangka meningkatkan pengumpulan zakat yang

berdasarkan keterbukaan dan transparansi. Keterlibatan bank Islam dalam mendistribusikan zakat dengan mendanai proyek mikro diharapkan dapat mengurangi angka kemiskinan.

c. Sehubungan dengan

pertumbuhan blok-blok ekonomi, harus dibuat rencana

untuk mengintegrasikan ekonomi Islam secara gradual.

d. Dalam konferensi berikutnya, diskusi harus lebih difokuskan kepada metodologi ekonomi Islam.

e. Negara-negara Islam diminta untuk membuat konsep yang mendukung pengembangan musyarakah dan mudharabah termasuk mendapat perlakuan sama dalam perpajakan dan penegakan hukum.

f. Lembaga keuangan dan

perbankan Islam harus berusaha keras untuk berperan dalam meningkatkan pembangunan dengan cara lebih aktif terlibat dalam lembaga keuangan dan pertanian.

g. Negara-negara Islam diminta untuk menciptakan kondisi yang mendukung pengembangan sistem bagi hasil dan ekonomi Islam, khususnya ketentuan

perbankan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan perbankan Islam yang spesifik.

h. Ilmuw an Islam diminta untuk memberikan perhatian yang sama terhadap seluruh aspek ekonomi Islam dan tidak terpaku hanya pada lembaga keuangan Islam.

i. Transformasi dari ekonomi konvensional ke ekonomi Islam, secara kelembagaan dalam tingkat nasional, dapat dilakukan melalui perencanaan yang baik. Oleh karena itu negara-negara dan lembaga-lembaga keuangan Islam diminta untuk membuat dan menerapkan rencana dimaksud.

j. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan pengetahuan tentang ekonomi Islam sangat penting dalam mengembangkan lembaga keuangan Islam. Sehubungan dengan hal itu, diperlukan

dukungan terhadap pengembangan lembaga pendidikan dan pelatihan yang

mampu menghasilkan tenaga-tenaga terampil.

k. Pelatihan ekonomi Islam yang pada umumnya dilakukan secara

ad hoc harus mampu

(11)

informasi dan modul yang berbasis komputer.

l. Universitas Islam, Lembaga pendidikan, dan perusahaan dihimbau untuk mendirikan suatu perusahaan yang dapat menerbitkan buku dan materi pelatihan yang dapat diterima secara umum oleh kalangan akademisi dan profesional.

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi tapak proyek pembangunan hotel butik dan apartemen terletak di bantaran Sungai Deli dan berada pada salah satu situs bersejarah Kota Medan yaitu Istana

So if code comments, which at fi rst looked like a good idea, are actu- ally introducing a potentially more serious problem, what else can you do.. Think about the context of

Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta

Ketika leader berfungsi sebagai RX, ia akan menerima data dari masing-masing follower yang berisi bahwa follower telah menempati posisi dan membentuk formasi.. Data yang

Pengujian tipe data word dilakukan dengan cara menghitung selisih waktu setiap data melakukan pembaruan, lalu hasil selisih waktu tersebut ditambah dengan waktu

Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa ((LKS). Siswa berdiskusi dengan kelompok. Siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa mempersetasekan hasil

Bila hasil BTA Positif, pasien yang berhenti pengobatan pada kategori. 1 maka dilanjutkan pada kategori

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan penilaian portofolio dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa baik dalam kualitas proses pembelajaran maupun hasil belajar