• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 di SMK Saraswati Salatiga : Kajian Manajemen Kesiswaan T2 942011051 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 di SMK Saraswati Salatiga : Kajian Manajemen Kesiswaan T2 942011051 BAB II"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Program Pendidikan

AS Hornby (1986 ) yang dikutip oleh Arikunto & Abdul Jabar (2009: 1) evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk

menentukan nilai atau jumlah. Suchman (1961,

dalam Arikunto & Abdul Jabar (2009) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Menurut Raharjo, B (2003), evaluasi adalah sistem dan bagian integral dari pengelolaan pendidikan, karena dengan evaluasi kita dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan baik pada tingkat sekolah, dinas pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi maupun pusat. Dari ketiga pendapat tersebut menggambarkan bahwa evaluasi merupakan usaha yang berupa proses yang telah direncanakan untuk menentukan hasil yang berupa nilai atau jumlah yang dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian pendidikan dari tingkat sekolah sampai pemerintah pusat.

(2)

bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Stufflebeam (1971 yang dikutip Arikunto, S & Abdul Jabar, C S 2009) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah sistem kegiatan untuk mengumpulkan informasi secara integral tentang bekerjanya suatu program yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Menurut Bloom et al. (1971 dalam Daryanto, 1997) menjelaskan bahwa dalam konteks pendidikan mengartikan evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauhmana tingkat perubahan dalam pribadi siswa. Pernyataan ini menggambarkan bahwa proses pengumpulan data di lapangan untuk evaluasi suatu program memerlukan data yang sistematis. Setelah data tersebut diperoleh akan digunakan sebagai gambaran kesimpulan bagi pengambil kepentingan tentang perubahan kondisi siswa, apakah ada perubahan membaik atau tidak, kemudian dilakukan pemantauan.

(3)

alternaties . Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan data informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.

Gambaran pengertian tersebut bahwa perolehan gambaran data di lapangan sebagai alat untuk memproses informasi akurat kemudian disajikan dalam forum musyawarah pengambil kepentingan dan disimpulkan untuk alternatif kebijakan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah/Pimpinan agar tujuan program dapat tercapai.

Menurut Stufflebeam dalam bukunya Educational Evaluation and Decision Making yang dikutip oleh Daryanto (1997) mengatakan bahwa evaluasi dalam sistem pendidikan ada 4 dimensi yaitu context, input, process, dan product. Keempat dimensi tersebut perlu dievaluasi selama dan pada akhir sistem pendidikan. Penjelasan masing-masing dimensi sebagai berikut:

a) Context: Situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam sistem yang bersangkutan. Misalnya: masalah pendidikan yang dirasakan, pandangan hidup masyarakat, keadaan ekonomi negara dan seterusnya.

b) Input: Sarana/modal/bahan dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.

c) Process:Pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di dalam kegiatan nyata di lapangan.

(4)

Dalam sistem pendidikan akan terjadi proses pelaksanaan kegiatan yang saling terintegrasi antara unit yang satu dengan unit yang lain. Kegiatan unit yang satu dengan yang lain saling menutupi dan melengkapi. Masing-masing unit kerja dapat bekerja dengan baik dipengaruhi oleh sarana, bahan, modal, dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuannya. Dalam pelaksanaannya, di antara fasilitas akan terjadi kekurangan yang akan menyebabkan program pendidikan tidak terlaksana atau kurang sempurna. Hal ini disebabkan tidak ada biaya untuk memenuhi sarana, sumber daya manusia tidak kompeten, kemudahan dalam penggunaan fasilitas dan inkonsisten dalam kinerja sekolah. Pada akhirnya akan mempengaruhi mutu lulusan di sekolah tersebut. Oleh sebab itu evaluasi sangat penting dalam sistem pendidikan guna mencapai perbaikan secara terus menerus agar dapat fokus pada kepuasan pelanggan.

Menurut Mehrens & Lehmann (1978 dalam Purwanto, 1990: 3) mengartikan evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Jadi setiap evaluasi merupakan suatu kegiatan yang sengaja direncanakan secara sistematis untuk memperoleh informasi/data untuk membuat suatu keputusan yang datanya harus akurat sesuai kenyataan di lapangan dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.

(5)

pencapaian tujuan program tersebut (Arikunto & Abdul Jabar, 2009). Dengan demikian, jika diketahui bahwa hasil evaluasi sebagai harapan suatu program tidak memuaskan, dapat dicari di mana letak kekurangannya atau komponen mana yang bekerja tidak sesuai standar.

(6)

pada siswa sesuai dengan nilai yang ditetapkan di dalam kurikulum.

B.

Model Evaluasi

Ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu model evaluasi program seperti Stufflebeam, Metfessel, Michael Scriven, Stake, dan Glaser. Kaufman dan Thomas yang dikutip dalam Arikunto dan Abdul Jabar (2009: 40) membedakan model evaluasi program menjadi delapan yaitu:

1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler 2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven 3. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh

Michael Scriven.

4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. 5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. 6. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada kapan

evaluasi dilakukan.

7. CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam. 8. Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan evaluasi model CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam, et al

(7)

Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses, dan produk. Untuk memahami hubungan model CIPP dengan pembuat keputusan dan akuntabilitas dapat diamati pada visualisasi sebagai berikut :

Tipe Evaluasi Konteks Input Proses Produk

Pembuat

(8)

atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan dilaksanakan. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang.

Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, anternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan.

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur baik tata laksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi pengambil

keputusan untuk menentukan tindak lanjut

(9)

dikemukakan oleh Worthen and Sanders (1973, dalam Anderson 1975), yaitu :

1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan, 2. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang

ditetapkan, dan

3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi dilaksanakan.

Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement outcomes dalam hubungannya dengan konteks, input, dan proses, kemudian di interprestasikan harga dan jasa yang diberikan (Stuflebeam and Shinkfield, 1986 dalam Arikunto & Abdul Jabar 2009)). Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputuasan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah

dicapai. Pengukuran dikembangkan dan

didokumentasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan.

(10)

C.

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

ISO 9001:2008 adalah suatu standar internasioal untuk manajemen mutu kualitas. ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk menjamin kepuasan pelanggan (IWA2, 2010). Standar internasional ini menetapkan persyaratan-persyaratan untuk suatu sistem manajemen mutu suatu organisasi pendidikan , yaitu:

a. Organisasi harus menunjukkan kemampuannya untuk secara konsisten memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan perundangan yang berlaku.

b. Organisasi harus mempunyai tujuan mening-katkan kepuasan pelanggan melalui penerapan sistemnya secara efektif, termasuk proses perbaikan berkelanjutan dari sistemnya dan kepastian kesesuaiannya pada persyaratan pelanggan dan peraturan perundangan yang berlaku.

(11)

Persyaratan Umum ISO 9001:2008 dalam

organisasi pendidikan harus menetapkan,

mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu dan secara terus menerus

memperbaiki efektivitasnya sesuai

persyaratan-persyaratan ISO 9001:2008. Adapun persyaratan-persyaratan ISO 9001:2008 secara umum bahwa

organisasi pendidikan harus menentukan proses-proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan penerapannya, menentukan urutan-urutan dan interaksi proses-proses tersebut, menentukan kriteria dan metoda yang diperlukan untuk memastikan pengoperasian dan pengendalian proses secara efektif, menentukan ketersediaan sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk mendukung pengoperasian dan pengendalian proses, memantau, mengukur dan menganalisa proses, menerapkan tindakan dan perbaikan berkesinambungan terhadap proses yang dijalankan (IWA2, 2010)

Sekolah yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 harus menentukan proses Sistem Manajemen Mutu sebagai pedoman implementasi program mutu di sekolah, masing-masing unit kerja terdapat instruksi kerja, terdapat sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk pengendalian proses, pantauan, mengukur dan menganalisis tindakan serta perbaikan berkesinambungan.

Persyaratan Dokumentasi dalam IWA 2 (2010) dijelaskan bahwa dokumentasi sistem manajemen mutu pada ISO 9001:2008 harus mencakup:

(12)

yang ditentukan oleh organisasi untuk memastikan keefektifan perencanaan, pengoperasian dan pengendalian proses.

Suatu sekolah yang menerapkan Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 harus memenuhi syarat dokumentasi yang meliputi dokumen kebijakan mutu, sasaran mutu, prosedur terdokumentasi dan rekaman yang pada akhirnya dipakai data untuk menentukan

keefektifan perencanaan, pengoperasian dan

pengendalian proses.

Pedoman Mutu suatu organisasi pendidikan dapat mendokumentasikan dengan tertib, rapi, sesuai standar memerlukan pedoman mutu. Pedoman mutu dalam organisasi pendidikan harus menetapkan dan memelihara proses yang mencakup:

a. Lingkup sistem manajemen mutu, termasuk rincian dan pertimbangan serta pengecualiannya.

b. Prosedur terdokumentasi yang ditetapkan untuk manajemen mutu atau acuanya.

c. Uraian interaksi antara proses-proses dari sistem manajemen mutu.

Dokumen yang dipersyaratkan oleh sistem manajemen mutu harus dikendalikan dalam bentuk rekaman. Rekaman adalah dokumen jenis khusus dan harus dikendalikan menurut persyaratan-persyaratan yang dipersyaratkan (IWA2, 2010).

(13)

harus dikendalikan. Organisasi pendidikan harus menetapkan suatu prosedur terdokumentasi untuk menggambarkan pengendalian yang diperlukan untuk identifikasi, penyimpanan, perlindungan, perolehan kembali, masa simpan dan pemusnahan rekaman.

1. Tanggungjawab Manajemen

a. Komitmen Manajemen

Manajemen puncak harus mempunyai komitmen dan menyediakan bukti tentang kesanggupan untuk mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen mutu dan secara terus menerus memperbaiki efektifitasnya dengan cara: berkomunikasi kepada organisasi tentang pentingnya pertemuan dengan pelanggan seperti undang-undang, peraturan-perauran lainnya, menetapkan kebijakan mutu, sasaran mutu ditetapkan, memandu kaji ulang manajemen, dan memastikan ketersediaan sumber daya (IWA 2, 2010)

b. Fokus Pelanggan

Manajemen puncak berfokus pada pelanggan. Manajemen puncak harus memastikan bahwa persyaratan-persyaratan pelanggan ditetapkan dan dipenuhi dengan tujuan untuk perluasan kepuasan pelanggan.

c. Kebijakan mutu

(14)

mempunyai kesanggupan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan dan secara terus menerus meningkatkan efektifitas sistem manajemen mutu, menyediakan suatu kerangka untuk menetapkan dan meninjau ulang sasaran mutu, dikomunikasikan dan dipahami di dalam organisasi dan ditinjau kesesuaiannya.

d. Perencanaan

Perencanaan sistem manajemen mutu oleh

manajemen puncak harus memastikan bahwa

perencanaan sistem manajemen mutu dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan dalam pasal 4.1, ada keterpaduan sistem manajemen mutu dipelihara bila terjadi perubahan pada sistem manajemen mutu yang direncanakan dan diterapkan.

e. Tanggungjawab, wewenang dan komunikasi

(15)

Manajemen puncak harus mengadakan komunikasi internal dan harus memastikan bahwa proses komunikasi yang sesuai ditetapkan di dalam organisasi dan komunikasi berlangsung mengenai efektifitas sistem manajemen mutu.

f. Tinjauan Manajemen

Seorang kepala sekolah harus meninjau ulang sistem manajemen mutu di sekolahnya. Menurut persyaratan ISO 9001:2008 pada IWA2 dijelaskan bahwa

masukan pada tinjauan manajemen harus mencakup informasi tentang: hasil audit, umpan balik pelanggan, kinerja proses dan kesesuaian produk, status tindakan pencegahan dan tindakan korektif, tindak lanjut tinjauan manajemen sebelumnya, perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu, saran dan rekomendasi untuk perbaikan.

2. Pengelolaan Sumber Daya

a. Penyediaan sumber daya

Organisasi pendidikan harus menetapkan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu dan secara terus menerus memperbaiki efektifitasnya, untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi persyaratan-persyaratan pelanggan.

a. Sumber daya manusia

(16)

harus berkompeten atas dasar pendidikan yang sesuai, pelatihan, keterampilan-keterampilan dan pengalaman.

Sesuai dengan buku persyaratan ISO 9001:2008 hal: 5 dijelaskan bahwa bidang kompetensi pelatihan dan kesadaran, orgnaisasi pendidikan harus:

1). Menetapkan kemampuan yang diperlukan oleh personil yang melaksanakan pekerjan dan sesuai dengan persyaratan produk

2) Menyediakan pelatihan, mengambil

tindakan-tindakan lain untuk mencapai kemampuan yang diperlukan.

3). Menilai efektifitas dari tindakan yang diambil.

4). Memastikan bahwa personilnya menyadari

keterkaitan dan pentingnya mereka dan bagaimana sumbangan mereka dalam perencanaan sasaran mutu.

5). Memelihara rekaman yang sesuai dari pendidikan, pelatihan, keterampilan dan pengalaman personil.

Dalam bidang sarana prasarana organisasi menetapkan, menyediakan dan memelihara infrastruktur yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian ke persyaratan-persyaratan produk. Infrastruktur meliputi: bangunan, ruang kerja dan kelengkapan terkait, peralatan proses (perangkat keras dan lunak), jasa pendukung seperti pengangkutan, komunikasi atau sistem informasi.

(17)

kesesuaian terhadap persyaratan ISO 9001:2008. Lingkungan kerja ini berhubungan dengan faktor-faktor fisik, seperti suara gaduh, temperatur (panas/dingin), kelembaban, penerangan atau cuaca.

3. Realisasi Produk

Komponen-komponen realisasi produk dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 meliputi: perencanaan realisasi produk, proses berkaitan dengan pelanggan, desain dan pengembangan, pembelian, produksi dan penyediaan jasa, kepemilikan pelanggan,

3. Pengukuran, analisis dan perbaikan

a. Kepuasan Pelanggan

Salah satu pengukuran kinerja pada system manajemen mutu, organisasi harus memantau informasi yang berkaitan dengan persepsi pelanggan apakah organisasi pendidikan telah memenuhi persyaratan pelanggan. Metode untuk memperoleh dan memakai informasi ini harus ditetapkan. Kepuasan pelangan dapat diperoleh dari sumber: survai kepuasan pelanggan, data kualitas produk sampai di tangan pelanggan, survai pendapat pemakai, pujian-pujian, dan laporan dari kotak saran.

b. Audit Internal

(18)

persyaratan ISO 9001:2008, menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu secara efektif. Prosedur terdokumentasi harus ditetapkan untuk menggambarkan tanggungjawab dan persyaratan untuk perencanaan serta pelaksanaan audit, penetapan rekaman dan hasil pelaporan. Rekaman dari audit dan

hasilnya harus dipelihara. Manajemen yang

bertanggungjawab atas bidang yang diaudit harus memastikan bahwa tindakan koreksi dan tindakan korektif yang perlu diambil tanpa penundaan untuk menghilangkan ketidaksesuaian dan penyebabnya.

b. Pengendalian Produk Tidak Sesuai

Organisasi pendidikan harus memastikan bahwa produk yang tidak sesuai persyaratan produk diidentifikasi dan dikendalikan untuk mencegah penggunaan atau penyerahan yang tidak sengaja. Prosedur terdokumentasi harus ditetapkan untuk menggambarkan pengendalian dan tanggungjawab serta wewenang yang terkait dalam hubungannya dengan produk yang tidak sesuai. Hal ini juga dijelaskan pada IWA2 , 2010 bahwa organisasi pendidikan harus

menangani produk untuk menghilangkan

ketidaksesuaian dengan cara sebagai berikut:

a. Melakukan tindakan untuk menghilangkan ketidaksesuaian yang ditemukan.

b. Membolehkan pemakaian, pelepasan, atau penerimaan melalui konsesi oleh orang yang relevan dan bila dapat oleh pelanggan.

c. Melakukan tindakan mencegah pemakaian atau penerapan awal yang dimaksudkan.

(19)

c. Analisis Data

Organisasi pendidikan harus menetapkan,

menghimpun menganalisis data sesuai untuk

memperagakan kesesuaian dan keefektifan sistem manajemen mutu dan untuk menilai di mana perbaikan berlanjut dapat dilakukan. Ini harus mencakup data yang dihasilkan dari pemantauan dan pengukuran serta sumber-sumber lain. Analisis data harus memberikan informasi yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan, kesesuaian dengan persyaratan produk, karakteristik dan kecenderungan proses serta produk, termasuk peluang untuk tindakan pencegahan dan suplier (IWA2, 2010).

Organisasi harus terus menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu melalui pemakaian kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisa data, tindakan koreksi, pencegahan dan tinjauan manajemen. Tindakan koreksi dilakukan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian. Tindakan pencegahan harus dilakukan oleh organisasi pendidikan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian potensial.

D. Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan merupakan kegiatan

(20)

(a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu perlu wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan oleh gurunya; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. (Sobri, dkk, 2009: 48).

Manajemen Peserta Didik adalah suatu pengaturan terhadap peserta didik dari mulai masuk sampai dengan keluar/lulus sekolah, baik yang berkenaan langsung dengan peserta didik maupun tidak langsung (Prihatin, 2011: 13)

Suatu sekolah yang bermutu akan memperhatikan kepentingan bakat dan minat siswa dalam perencanaan dan pengambilan keputusan guna mewujudkan kepuasan pelanggan/siswa dengan memperhatikan kondisi siswa yang beragam, namun menyenangkan sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengembangkan potensinya yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

(21)

1. Penerimaan Siswa Baru

Dalam penerimaan siswa baru dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) membentuk panitia penerimaan siswa baru, (b) menentukan persyaratan pendaftaran, (c) menyediakan formulir pendaftaran, (d) pengumuman pendaftaran calon, (e) menyediakan buku pendaftaran, (f) waktu pendaftaran, dan (g) penentuan calon yang diterima.

2. Pencatatan siswa baru dalam buku induk

Siswa yang sudah diterima perlu dicatat dalam buku induk berupa identitas siswa. Catatan dalam buku induk harus jelas dan harus detail. Catatan buku induk siswa harus tercantum nomor induk siswa, nama jelas siswa, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, status kewarganegaraan, agama, anak ke berapa?, alamat, asal sekolah, nama orang tua, dan data lain yang mendukung.

Dalam pelaksanaan penerimaan siswa baru sekolah harus melakukan sebagai berikut: secara obyektif transparan dan akuntabel sebagaimana tertuang dalam aturan sekolah, tanpa diskriminasi atas dasar SARA, status sosial, ekonomi dan sebagainya, berdasarkan kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK, MA/MAK dan kriteria tambahan bagi SMK/MAK, sesuai dengan daya tampung sekolah. Kegiatan lain yang bersifat layanan pada proses pembinaan kepada siswa di sekolah juga harus melakukan kegiatan:

(22)

d) Melakukan pelacakan terhadap alumni. (Sobri, dkk 2009: 144).

Pembinaan kesiswaan di sekolah menurut kutipan di atas dijelaskan tidak hanya kegiatan olahraga, seni dan ketrampilan namun sekolah juga harus menyediakan layanan kepada siswa dalam hal bimbingan dan konseling dan bimbingan karier sebagai bekal siswa menuju keberhasilan siswa dalam mencari pekerjaan.

3. Kegiatan kemajuan belajar.

Kegiatan kemajuan belajar dapat ditulis pada rapor. Di dalam rapor terdapat daftar kemajuan belajar siswa yang meliputi daftar nilai masing-masing mata pelajaran baik mata pelajaran normatif, adaftif maupun produktif. Daftar nilai menjadi tolok ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Bagi guru sebagai bahan evaluasi sekaligus masukan selama proses belajar mengajar untuk pengajaran berikutnya. Bagi siswa sebagai alat ukur kemampuan daya serap siswa dalam menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil belajar siswa diwujudkan dengan prestasi yang berupa nilai pada rapor yang diberikan setiap ulangan tengah semester maupun satu semester sekali.

(23)

Rapor juga memberikan informasi kepada orangtua atau wali siswa tentang aktifitas kehadiran. Bukti kehadiran ini merupakan penilaian dari sekolah tentang gambaran sikap dan tingkah laku siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Bukti kehadiran siswa di rapor dinyatakan dengan kalimat sakit (S), ijin (I) dan alpa (A) tanpa keterangan. Kemudian pada akhir tahun pelajaran, keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar secara umum ada keputusan naik dan tidak naik. Bagi siswa yang diputuskan naik kelas, berarti siswa berubah tingkat dan siswa diputuskan tidak naik kelas berarti siswa tetap ditingkat sebelumnya.

4. Bimbingan dan pembinaan disiplin

Bimbingan dan pembinaan disiplin siswa perlu diwujudkan di sekolah. Kegiatan bimbingan dapat dilakukan oleh guru kelas/mata pelajaran dan guru Bimbingan Konseling. Proses bimbingan bisa diarahkan kepada bimbingan belajar. Bimbingan belajar merupakan bagian integral dari pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Untuk pembinaan disiplin, perlu dibuat tata tertib sekolah yaitu ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. Aturan-aturan tersebut berupa aturan siswa terhadap guru, sikap siswa terhadap sesama siswa, sikap siswa terhadap sesama karyawan dan aturan-aturan lain yang bekaitan dengan kesiswaan

(24)

Pembinaan kesiswaan dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler; Materi pembinaan kesiswaan meliputi : Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, budi pekerti luhur atau akhlak mulia, kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela Negara, prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan minat, demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural, kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan, kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi, sastra dan budaya, teknologi informasi dan komunikasi, komunikasi dalam bahasa Inggris.

Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 Tanggal 22 Juli 2008 dijelaskan secara umum bahwa pokok-pokok materi Pembinaan Kesiswaan sebagai berikut:

1. Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, antara lain.

2. Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia, antara lain.

3. Pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela Negara.

4. Pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan minat, antar lain :

5. Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural. 6. Pembinaan kreativitas, keterampilan dan

kewirausahaan, antara lain Pembinaan kualitas jasmani, kesehatan dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi.

8. Pembinaan sastra dan budaya.

9. Pembinaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). 10. Pembinaan komunikasi dalam bahasa Inggris.

(25)

5. Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan

Prihatin (2011) menjelaskan bahwa ruang lingkup manajemen kesiswaan meliputi:

1. Perencanaan peserta didik yang terdiri dari sensus sekolah, penentuan jumlah peserta didik yang diterima.

2. Penerimaan peserta didik yang terdiri dari kebijakan dalam penerimaan peserta didik, sistem penerimaan peserta didik baru, dan orientasi. 3. Pengelompokan peserta didik terdiri dari kelas,

bidang studi, spesialisasi, sistem kredit, kemampuan dan minat.

4. Kehadiran peserta didik terdiri dari rekap kehadiran, faktor-faktor penyebab ketidakhadiran dan sumber-sumber penyebab ketidakhadiran. 5. Pembinaan disiplin peserta didik terdiri dari

pengertian disiplin, beberapa konsepsi tentang disiplin kelas dan beberapa teknik pembinaan disiplin kelas.

6. Kenaikan kelas dan penjurusan terdiri dari pendataan nilai siswa lengkap dan obyektif, pendayagunaan fungsi dan peranan bimbingan dan penuluhan.

7. Perpindahan peserta didik terdiri dari perpindahan dari peserta didik dari suatu sekolah ke sekolah lain yang sejenis, perpindahan peserta didik dari suatu jenins program ke program.

8. Kelulusan dan alumni yang terdiri dari: kelulusan dan alumni

9. Kegiatan ekstra kelas terdiri dari: kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler

10. Tata laksana peserta didik 11. Peranan Kepala Sekolah

12. Mengatur layanan peserta didik terdiri dari layanan bimbingan akademik, bimbingan konseling, kesehatan, kafetaria, koperasi, perpustakaan, laboratorium, asrama dan transportasi

(26)

1. Analisis kebutuhan peserta didik 2. Rekruitmen peserta didik

3. Seleksi peserta didik 4. Orientasi siswa

5. Penempatan peserta didik (pembagian kelas) 6. Pembinaan dan pengembangan peserta didik 7. Pencatatan dan laporan

8. Kelulusan dan alumni

9. Layanan khusus yang menunjang manajemen peserta didik

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat jelaskan bahwa ruang lingkup kegiatan manajemen kesiswaan mulai dari perencanaan peserta didik, penerimaan peserta didik, pengelompokan kelas/jurusan, orientasi siswa, pembinaan dan pengembangan peserta didik, kehadiran siswa, pencatatan dan pelaporan, kelulusan dan alumni serta layanan khusus yang mendukung manajemen peserta didik.

E. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Hernaini (2012) meneliti dengan tujuan mengevaluasi implementasi tentang sistem penjaminan mutu melalui Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada STBA Teknokrat

Lampung yang dilakukan Universitas Lampung

menjelaskan bahwa dengan menggunakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 akan meningkatkan prestasi dan berdampak pada pencitraan serta kinerja pada perguruan tinggi.

(27)

perguruan tinggi berdasarkan Sistem Manajemen Mutu ISO9001:2008 melalui penggunaan beberapa manual mutu, standar prosedur, instruksi dan dokumentasi kerja. Hasil penggunaan manual mutu dan standar prosedur menyebabkan efisiensi pekerjaan meningkat untuk mencapai misi sebagai universitas kelas dunia (world class university) dalam bidang research.

Penelitian Hartoyo (2008) Penjaminan Mutu Lulusan Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNY Melalui Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000

bahwa penerapan ISO 9001 membantu dalam peningkatan nilai akreditasi dari BAN PT, khususnya pada mutu lulusan.

Penelitian Zubedi (2011) Evaluasi Pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2000 dan ISO 9001:2008) di SMK Rintisan Sekolah Berbasis Internasional Kabupaten Temanggung (Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Temaggung Periode 2006-2010) menunjukkan bahwa tingkat pemahaman terhadap klausul-klausul SMM ISO tinggi atau baik, walaupun masih ada beberapa warga sekolah yang tingkat pemahamannya masih rendah.

(28)

F. Kerangka Pikir

Evaluasi aspek konteks (context) untuk mengetahui konteks kebijakan mutu bidang kesiswaan yang meliputi: Pedoman Mutu (PM), Pedoman Operasional Standar (POS), Instruks Kerja (IK) dan Format-format pelaksanaan untuk manajemen kesiswaan; pertimbangan mutu dari kepala sekolah dan yayasan; pertimbangan mutu dari institusi pasangan (DU/DI); pemikiran mutu sekolah dari komite sekolah; dan pemikiran tentang mutu dari orangtua siswa.

Dalam aspek input skema penilaian ISO 9001:2008 lebih menekankan kesesuaian kebijakan yang ada di SMM ISO 9001:2008 dengan ketersediaan sumberdaya sekolah berupa sumber daya manusia (guru) dan sarana prasarana. Pada proses penelitian, peneliti melihat kesesuaian kebijakan sumberdaya manusia (guru) dan saranan prasarana sejauh mana kesesuaiannya dengan dokumen mutu yang tertuang dalam manual mutu, SOP dan instruksi kerja.

Dalam aspek proses (process) menekankan ruang lingkup pembinaan kesiswaan dalam mewujudkan standar mutu SMM ISO 9001:2008 yang ditetapkan oleh SMK Saraswati Salatiga. Ruang lingkup proses

manajemen kesiswaan meliputi: Perencanaan siswa,

penerimaan siswa baru, pengelompokan siswa, kehadiran siswa, pembinaan disiplin siswa, kenaikan kelas & penjurusan, perpindahan siswa, kelulusan & alumni, kegiatan ekstrakurkuler, pengaturan layanan khusus.

(29)

Evaluasi produk yang dilakukan lebih menekankan lulusan pada tahun pelajaran 2010-2011, 2011-2012, 2012-2013, dan prestasi-prestasi yang dimiliki siswa.

Berdasarkan evaluasi konteks, input, proses dan produk akan dijadikan bahan masukan dan pertimbangan Kepala Sekolah dalam pengambilan keputusan tentang manajemen kesiswaan di SMK Saraswati Salatiga. Keputusan yang dilakukan dapat ditunda, gagal, ditindaklanjuti atau dimodifikasi. Keputusan yang diambil masih membutuhkan komitmen untuk melakukan penyempurnaan terus menerus, sesuai dengan prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.

(30)

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian Modifikasi Evaluasi CIPP EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN

MUTU ISO 9001:2008 DI SMK SARASWATI SALATIGA

Evaluasi

Konteks EvaluasiInput EvaluasiProses EvaluasiProduk

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian Modifikasi Evaluasi CIPP

Referensi

Dokumen terkait

Ditinjau dari pemenuhan delapan prinsip standar SMM ISO 9001:2008 di SMK Negeri 2 Salatiga beberapa aspek yang belum dapat terpenuhi, yaitu 1) Kebijakan Mutu dokumen-dokumen

Penelitian ini bermaksud mengevaluasi pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada SMK Negeri 2 Salatiga, berdasarkan 8 (delapan) prinsip standar sistem manajemen

Subjek penelitian dari penelitian ini adalah mempertimbangkan tingkat keterlibatannya secara langsung dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 di

“ Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau

telah melaksanakan sistem organisasi yang sehat, ketika dalam bekerja. mengerjakan tugas sekolah ada aturan yang mengontrol,

 Sebelum dapat sertifikat ada semacam deklarasi atau kesepakatan bersama bahwa kami warga SMK Negeri 2 Salatiga siap melaksanakan SMM ISO 9001: 2008 mulai dari

Menurut Bapak/Ibu apakah penerapan ISO 9001:2008 di UKSW sudah sesuai atau sebanding antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang didapatkan.. Tidak sesuai antara biaya

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui definisi implementasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 di UKSW Salatiga dilihat dari persepsi pelaksana