• Tidak ada hasil yang ditemukan

514293.Jurnal_7 Konvergensi 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "514293.Jurnal_7 Konvergensi 2013."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

D

pers nasional. Fungsi-fungsi Dewan Pers adalah:

(a)

mendata perusahaan pers (Pasal 15 UU No. 40/1999).

Sekretariat Dewan Pers: Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Kebon Sirih 34, Jakarta 101

10.

(3)
(4)

Cetakan Pertama November 2013

Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

ix + 60 halaman, 17 cm X 23 cm

ISSN :

2085-6199

Jurnal Dewan Pers

Konvergensi & Independensi

Tren Media Jelang Pemilu 2014

Sekretariat Dewan Pers:

Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Kebon Sirih 34, Jakarta 10110. Tel. (021) 3521488, 3504877,3504874-75, Fax. (021) 3452030 Surel: sekretariat@dewanpers.or.id

(5)

DAFTAR ISI

Q

Pengantar Jurnal

Ninok Leksono

...

Bagian I : Konvergensi Media dan Konsekuensinya

Q

Persoalan - Persoalan Praktek Jurnalisme Warga

Bagir Manan

...

Q

Berselancar di Atas Gelombang Perubahan:

Model Bisnis Baru Media Cetak

Amir Effendi Siregar

...

Q

Kode Etik Jurnalistik dalam Konvergensi Multimedia Massa

Priyambodo RH ...

Q

Jangan Paksakan Warga Jadi Wartawan

Pepih Nugraha

...

3

9

15

(6)

Q

Pers Dalam Perspektif 2014

Bagir Manan ...

Q

Kembali ke Standar Jurnalisme Profesional dan Etika Pers

Atmakusumah ...

Q

Liputan Pemilu Dalam Era Baru Media

Winarto ...

Bagian II : Dinamika Pers dan Pemilu

31

37

(7)

Boleh jadi, dalam diskursus pers dan media hari-hari ini, tak ada topik yang begitu banyak menarik perhatian sebagaimana konvergensi media dan independensi pers. Yang pertama terkait dengan menyatunya wujud dan kanal dalam media, dan yang kedua terkait dengan peliputan pers menjelang pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun 2014.

Isu konvergensi media sudah sejak dekade lalu muncul seiring dengan maraknya media baru, khususnya media online. Kemajuan teknologi ini menimbulkan impak yang amat mendalam tidak saja pada perkembangan industri media, tetapi juga praktik jurnalistik.

Dalam industri media, sudah sering kita mendengar berita tentang penutupan media cetak, terutama di Amerika Serikat, akibat terus menyusutnya pendapatan iklan karena sirkulasi merosot. Christian Science Monitor dan Newsweek adalah di antara contohnya. Bahkan harian New York Times

yang amat berpengaruh juga disebut akan terbit hanya dalam versi digital dalam tempo satu dua tahun mendatang.

Selain migrasi platform, munculnya media baru disertai pula dengan menguatnya arah industri media memiliki semua jenis media dalam grup. Misalnya saja, yang semula hanya memiiki media

Pengantar Jurnal

yang sudah memiliki keduanya lalu ingin memiliki media digital.

Sementara dari praksis jurnalistik kita menyaksikan perubahan arah dari sekadar meliput untuk satu medium, ke arah multi-media. Adanya newsroom atau ruang redaksi terintegrasi, yang menyediakan sudut untuk masing-masing medium, lalu redaktur super yang membagi-bagi berita apa untuk medium mana terlebih dulu, juga menjadi sebuah

trend.

Memangtrend itu sendiri lebih mudah diwacanakan daripada diimplementasikan, mengingat faktanya hingga hari ini juga belum banyak perusahaan media yang berhasil membangun integrated newsroom

tadi disebabkan oleh pelbagai alasan.

Yang tidak kalah seru tentu juga isu yang terkait dengan bagaimana kerja wartawan seiring dengan lajunya perkembangan konvergensi. Mungkinkah satu wartawan melaksanakan tugas untuk multimedia ? Di sini pun ada sejumlah prob-lem. Tetapi di sisi lain – demi efisiensi – akan ada perusahaan media yang akan meminta wartawannya untuk melaksanakan jurnalisme multimedia.

(8)

menjadi masyarakat multimedia. Aktivitas umum mereka adalah “pagi memasang TV (kalau tidak ditonton ya didengarkan beritanya), berangkat ke kantor dengan memasang radio mobil, lalu saat coffee time

membaca berita Internet. Saat makan siang, selain dari media elektronik, ia bisa menerima breaking news/headline news

melalui perangkat mobile atau gadget -nya. Sore, menjelang pulang kantor, ia bisa membuka-buka majalah atau kembali membuka situs online. Malam adalah saat untuk menonton TV atau kembali ke online bagi kalangan muda.

Bisa ditambahkan di sini, bahwa dalam membicarakan perkembangan media secara umum, kita juga tidak dapat menafikan perkembangansocial-media, yang – baik twit-ter, maupun facebook, blog – semakin ikut meramaikan “pemberitaan” di luar mainstream media.

Kini, selain “citizen journalist”, atau warga pewarta, dikenal pula istilah peer-to-peer journalism, di mana warga pewarta atau blogger bisa menyampaikan beritanya langsung ke audiens. Hal ini tentu membuat redaktur, pemimpin redaksi, ataupun main-stream media terkesan jadi redundant, atau seolah tak dibutuhkan lagi. Ini lah yang membuat pengamat pers seperti Scott Gant menulis buku dengan judul “We’re All Jour-nalists Now” (2007).

Independensi Media

Masuk akal jika “demam pemilu” sudah mulai melanda sebagian warga masyarakat,

lebih-lebih mereka yang terlibat langsung dengan pesta demokrasi sekali setiap lima tahun ini.

Kalangan pers pun termasuk yang sudah ikut sibuk dari sejak awal dengan persiapan hajatan nasional ini, sebenarnya bahkan sejak pemilihan anggota KPU, pendaftaran pemilih, dan – tentu saja – saat proses kampanye mulai berlangsung.

Kalangan pers juga sempat risau ketika aktivitas jurnalistik coba dihambat atau dihalang-halangi. Dewan Pers berpendapat bahwa dalam keadaan normal “preventive approach”, yakni tindakan yang semangatnya membatasi, atau bahkan menghalangi, keleluasaan aktivitas peliputan, tidak diperlukan.

Preventive Approach” tidak selaras dengan prinsip kebebasan pers yang dituangkan dalam UU Pers No 40 tahun 1999.

Di tengah wacana Pemilu yang mulai hiruk-pikuk sebenarnya yang banyak disorot oleh masyarakat adalah independensi me-dia, khususnya elektronik. Sorotan masyarakat tersebut masuk akal, mengingat beberapa pemilik media elektronik tidak saja punya aspirasi politik, tapi malah sudah secara gamblang mencalonkan diri sebagai calon presiden atau calon wakil presiden.

(9)

frekuensi adalah milik publik, dan bukan milik individu, tentu iklan capres atau parpol tertentu di media elektronik yang dimiliki dan tidak mengikuti prinsip keberimbangan merupakan pelanggaran.

Masih muncul sederet pertanyaan lain. Misalnya saja, bagaimana dengan program tayangan yang dikemas “canggih”, sehingga formatnya tidak serta-merta dikenali sebagai iklan? Tim kreatif era politik memang kini pintar untuk mengemas kampanye sebagai CSR atau talkshow, atau bahkan jajak pendapat.

Terhadap kekhawatiran yang muncul, sejumlah pimpinan pers saat berdiskusi di Dewan Pers menyatakan, bahwa newsroom

juga beranggotakan individu idealis, sehingga anggapan newsroom mudah diarahkan atau didikte oleh pemilik merupakan hal yang menggampangkan.

Dewan Pers pada sisi lain juga memandang masyarakat berhak mendapat informasi seluas-luasnya tentang program parpol dan program capres atau caleg, dan karena itu informasi terkait dengan itu tak semuanya buruk.

Wacana Intelektual

Dua topik yang diangkat oleh Jurnal Dewan Pers kali ini kami harapkan dapat menambah bacaan atas topik dan wacana yang aktual hari-hari ini.

Jurnal ini tidak berpretensi sebagai jurnal ilmiah, namun sejauh mungkin pandangan yang dikemukakan di sini

menampilkan segi dan sisi obyektif tentang permasalahan yang ada.

Kami berharap pandangan yang disampaikan oleh para penulis di Jurnal ini mampu merangsang pemikiran lebih jauh, baik tentang konvergensi media maupun tentang independensi media.

Selamat membaca.

Ninok Leksono

(10)
(11)

Bagir Manan

1. Pendahuluan

P

e r l a w a n a n r a k y a t t e r h a d a p berbagai penguasa di Timur Tengah (Tunisia, Mesir, Libya, Yaman, Oman, Bahrain, dan lain-lain), tidak hanya menyangkut perubahan kekuasaan dan perimbangan kekuatan publik global. Perlawanan yang terjadi, ternyata mempengaruhi juga sistem informasi dan komunikasi publik atas peristiwa tersebut.

S u a t u s a a t , p a r a p e n g u a s a d i negara-negara yang sedang bergolak mencoba membendung pemberitaan luas mengenai perlawanan yang sedang t e r j a d i ( d i l a k u k a n s e c a r a t e r b u k a dengan demonstrasi oleh jutaan warga). Pembatasan berita dimaksudkan agar t i d a k t e r l a l u b a n y a k r a k y a t d u n i a mengetahui pergolakan yang sedang

Persoalan - Persoalan Praktek

Jurnalisme Warga

1

t e r j a d i . S a l a h s a t u s a r a n a y a n g dipergunakan yaitu menghalangi bahkan m e n u t u p (b l o c k i n g) s i a r a n - s i a r a n melalui TV internasional yang selama ini beroperasi di negara-negara mereka, seperti Al Jazeera. Tetapi, usaha me-nutup berbagai peristiwa tersebut ter-nyata kurang berhasil. Melalui jurnalis-me warga, seperti twitter, facebook, blog atau melalui internet dan lain-lain, masyarakat dunia tetap dapat mengikuti secara terang-benderang segala hal yang sedang terjadi. Bahkan Al Jazeera secara terus-menerus menyerukan (meminta) orang-orang yang berada di tempat-tempat pergolakan mengirimkan berita atau gambar (life atau non-life) melalui twitter, dan lain-lain. Suatu jasa komunikasi atau informasi yang luar biasa. Jurnalisme warga secara nyata menunjukkan manfaat kehadirannya.

(12)

Meskipun demikian, kehadiran j u r n a l i s m e w a r g a m a s i h d a l a m p e r d e b a t a n , b a i k s e c a r a n o r m a t i f maupun non-normatif. Secara normatif b e r k a i t a n d e n g a n a s a s - a s a s d a n k a i d a h - k a i d a h ( h u k u m d a n e t i k ) jurnalistik. Secara praktis, kehadiran jurnalisme warga membawa beberapa dampak.Pertama, menjadi pesaing baru bagi media-media tradisional, antara lain, menyangkut kecepatan menyam-paikan informasi. Kedua, jurnalisme w a r g a b e r k e m b a n g d e n g a n p e s a t , mungkin dari menit ke menit. Setiap orang dan setiap saat dapat menjadi b a g i a n j u r n a l i s m e w a r g a . K e t i g a ,

jurnalisme warga, secara ekstrim, dapat juga menimbulkan anarkhi informasi, s e p e r t i s o a l a k u r a s i , p e m a l s u a n penyampaian informasi, dan lain-lain.

2. Pengertian

Sebutan jurnalisme warga atau

citizen journalism—baik secara ilmiah maupun praktek—masih mengandung banyak diskursus. Benarkah jurnalisme warga adalah jurnalisme, atau apakah praktek jurnalisme warga merupakan kegiatan atau aktivitas jurnalistik?

Ada yang mengatakan, jurnalisme w a r g a t e r m a s u k s a l a h s a t u j e n i s jurnalisme. Kegiatan-kegiatan jurnalis-me warga adalah kegiatan jurnalistik. Sebagai konsekuensi, sudah seharus-nya (semestiseharus-nya) jurnalisme warga tun-duk pada asas-asas dan kaidah-kaidah

(hukum dan etik) jurnalistik. Ada yang berpendapat, jurnalisme warga bukan (tidak termasuk) jurnalisme, karena itu t i d a k t u n d u k p a d a a s a s - a s a s d a n kaidah jurnalistik.

Terlepas dari apakah jurnalistik a t a u b u k a n j u r n a l i s t i k , k e h a d i r a n j u r n a l i s m e w a r g a m e r u p a k a n s a t u k e n y a t a a n y a n g t i d a k m u n g k i n dibendung. Jalan yang tepat adalah menemukan kebijakan yang tepat agar jurnalisme warga memberi manfaat sebesar-besarnya. Bermanfaat baik s e b a g a i p e r w u j u d k a n k e b e b a s a n berkomunikasi, maupun sebagai sarana informasi publik yang bermanfaat bagi r a k y a t b a n y a k . J a n g a n s a m p a i jurnalisme warga mencederai asas-asas dan kaidah (hukum dan etik) yang a k a n a t a u d a p a t m e n i m b u l k a n kekacauan informasi, menimbulkan kegaduhan di berbagai segi kehidupan individu dan sosial, politik, ekonomi dan lain-lain. Sebagai negara berdaulat, RI

“Kehadiran jurnalisme warga

membawa beberapa

dampak.

Pertama, menjadi

pesaing baru bagi

media-media tradisional, antara

lain, menyangkut kecepatan

menyampaikan informasi.”

(13)

berhak menetapkan kebijakan agar kehadiran jurnalisme warga memberi sebesar-besarnya manfaat bagi orang banyak (informasi yang benar, jauh dari kemungkinan menimbulkan bahaya, ancaman terhadap ketenteraman dan kekacauan, serta menghormati sistem nilai dan keyakinan yang hidup dalam masyarakat).

Kebijakan-kebijakan yang tepat, tidak hanya harus ditetapkan melalui regulasi negara atau pemerintah. Tidak kalah penting, kebijakan yang lahir dari pelaku jurnalisme warga sendiri.

Walaupun hingga saat ini masih diperdebatkan, hubungan antara nalisme warga dengan pengertian jur-nalisme atau kegiatan jurnalistik, sama sekali tidak mengurangi kewajiban h u k u m d a n e t i k y a n g s e m e s t i n y a berlaku pada pelaku jurnalisme warga.

Para pelaku jurnalisme warga harus tun-duk pada pembatasan umum kemerde-kaan menyatakan pendapat dan pikiran. Pelaku jurnalisme warga tidak boleh misalnya menulis atau memuat per-nyataan atau informasi yang akan menimbulkan kontroversi, merendahkan martabat, apalagi menimbulkan ke-tidaktertiban umum.

Jurnalisme warga adalah pranata yang dalam kenyataan menjalankan f u n g s i - f u n g s i j u r n a l i s t i k , s e p e r t i menyampaikan informasi, melakukan kritik sosial, dan lain-lain. Karena itu, s u d a h s e m e s t i n y a m e m p e r h a t i k a n

y a n g l a z i m b e r l a k u d i l i n g k u n g a n jurnalistik. Pentingnya memperhatikan asas dan kaidah etik adalah untuk mewujudkan tanggung jawab sosial j u r n a l i s m e w a r g a . D e m i k i a n p u l a kewajiban taat pada hukum. Kewajiban taat kepada hukum merupakan tuntutan p e r a d a b a n (l a w a b i d i n g s o c i e t y) . Terlepas dari, apakah jurnalisme warga bagian dari jurnalisme atau di luar j u r n a l i s m e , s a m a s e k a l i t i d a k m e n g u r a n g i k e w a j i b a n u n t u k menjunjung tinggi asas dan kaidah hukum.

3. Perkembangan jurnalisme

warga

Te l a h d i c a t a t , p e r k e m b a n g a n j u r n a l i s m e w a r g a t i d a k m u n g k i n dibendung karena beberapa hal.

Pertama, perkembangan teknologi informasi yang memungkinkan setiap orang menyampaikan informasi kepada publik dan berkomunikasi dengan publik s e c a r a l a n g s u n g d a n p e r o r a n g a n .

(14)

lain-lain (seperti berita tsunami, gunung meletus, dan lain-lain). Kecepatan informasi merupakan cara menum-buhkan solidaritas dan lain-lain. Tidak kalah penting, informasi yang cepat sangat diperlukan ketika menghadapi s u a t u p e r u b a h a n b e s a r ( s e p e r t i penggantian pemerintahan dengan tiba-tiba).Ketiga, ruang yang lebih lapang. S e g a l a h a l d a p a t d i m u a t d a l a m jurnalisme warga, seperti membuat pantun dengan menggunakan lidah suatu suku (ikan menjadi ikang, dan lain-lain). Ruang isi yang lebih longgar sekaligus mewujudkan kebebasan yang lebih longgar. Hakikat komunikasi publik yang demokratis adalah kebebasan menyampaikan informasi.

4. Persoalan-persoalan praktek

jurnalisme warga

P e r t a m a , p e r s o a l a n n o r m a t i f (hukum dan etik).

Ada berbagai persoalan normatif j u r n a l i s m e w a r g a — a n t a r a l a i n — persoalan rezim hukum yang berlaku. A p a b i l a j u r n a l i s m e w a r g a t i d a k termasuk pers, atau jurnalisme, maka r e g i m h u k u m d a n e t i k p e r s t i d a k berlaku. Ada untung dan ada pula kerugian. Keuntungan jurnalisme warga tidak masuk pers yaitu secara normatif tidak terikat pada asas dan kaidah h u k u m d a n e t i k y a n g m e n g a t u r kewajiban dan tanggung jawab pers. Tidak ada kewajiban untuk memenuhi

m i s a l n y a k e w a j i b a n k o n f i r m a s i , kewajibancover both sides, kewajiban memuat hak jawab, kewajiban meminta m a a f d a n l a i n - l a i n . K e r u g i a n n y a , kegiatan-kegiatan jurnalisme warga t i d a k m e n d a p a t p e r l i n d u n g a n d a r i hukum dan etik pers. Bagi mereka berlaku kaidah-kaidah hukum umum. Mereka tidak dapat mengelak dari k e t e n t u a n s e p e r t i p e r b u a t a n t i d a k menyenangkan, perbuatan pencemaran nama baik, perbuatan fitnah dan lain-l a i n . S e d a n g k a n k a lain-l a u t e r m a s u k s e b a g a i p e r s a t a u j u r n a l i s m e , jurnalisme warga berhak mendapat p e r l i n d u n g a n s e p a n j a n g k e g i a t a n tersebut dilakukan sebagai pelaksanaan t u g a s j u r n a l i s t i k , a t a u p e n y a j i a n d i d a s a r k a n p a d a f a k t a d a n t i d a k melanggar kaidah hukum dan etik pers. Hal-hal tersebut dapat dijadikan alasan-a l alasan-a s alasan-a n m e n g h alasan-a p u s s i f alasan-a t p e r b u t alasan-a n bertentangan atau melawan hukum (wederrechtelijh, onrechtmatig). Tidak d e m i k i a n , k a l a u j u r n a l i s m e w a r g a berada di luar jurnalisme. Meskipun berita didasarkan fakta atau dibuat dengan etikat baik, memenuhi syarat-syarat kegiatan jurnalistik, tidak dapat d i p e r g u n a k a n s e b a g a i a l a s a n menghapus atau alasan pemaaf sifat perbuatan bertentangan atau melawan hukum. Paling-paling, faktor-faktor tersebut dapat dipertimbangkan sebagai hal-hal yang meringankan.

(15)

Telah dikemukakan, jurnalisme warga dilakukan oleh setiap orang yang t i d a k d i b a t a s i o l e h p e r s y a r a t a n -p e r s y a r a t a n t e r t e n t u . H a l y a n g sebenarnya serupa dengan wartawan. Tidak ada persyaratan tertentu menjadi wartawan. Meskipun tidak ada syarat-syarat tertentu untuk menjadi seorang wartawan, tetapi mereka diawasi dan d i k e n d a l i k a n o l e h l e m b a g a m e d i a tempat mereka bernaung, organisasi wartawan, hukum pers dan kode etik j u r n a l i s t i k . B e r b a g a i i n s t r u m e n pengawasan dan pengedalian tersebut praktis tidak dapat diterapkan pada jurnalisme warga.

Ketiga, jurnalisme warga dapat d i l a k u k a n t a n p a i d e n t i t a s . P e l a k u j u r n a l i s m e w a r g a d e n g a n m u d a h menggunakan identitas orang lain tanpa d a p a t d i k e t a h u i a t a u s e k u r a n g -kurangnya sangat tidak mudah dilacak.

Keempat, jurnalisme warga mudah d i s a l a h g u n a k a n . K e m u d a h a n d a n k e t e r j a n g k a u a n m e m i l i k i d a n mengoperasikan teknologi informasi di satu pihak, dan ketiadaan pembatasan di pihak lain, jurnalisme warga lebih berpeluang disalahgunakan. Jurnalisme warga lebih berpeluang digunakan untuk menimbulkan kegaduhan sosial, politik, ekonomi dan lain, baik sebagai suatu keisengan maupun suatu kesengajaan.

K e l i m a , k e c e p a t a n i n f o r m a s i m e l a l u i j u r n a l i s m e w a r g a s a n g a t bermanfaat, terutama di saat-saat

bencana. Di pihak lain, kecepatan jurnalisme warga dapat berpengaruh pada asas kehati-hatian, keakuratan dan lain-lain syarat informasi yaitu faktual, benar, dan tepat. Bahkan ada kemungkinan informasi menyesatkan (misinformation), karena tidak ada kesempatan melakukan konfirmasi atau

check and recheck.

(16)

lebih ketat terhadap seluruh kegiatan jurnalistik, dapat menyentuh prinsip-prinsip kemerdekaan pers.

5. Penutup

Telah dikemukakan, tidak mungkin membendung perkembangan jurnalisme warga. Walaupun ada persoalan— antara lain—yang disebut pada rubrik no. 4, kehadiran jurnalisme warga sangat bermanfaat. Selain soal-soal kecepatan, dapat dicatat manfaat lain, antara lain:

(1) Jurnalisme warga lebih membuka peluang terhadap akses informasi dengan penyebaran yang lebih luas. (2) Jurnalisme warga memperluas

pe-luang transparansi.

(3) Jurnalisme warga memperluas ben-tuk partisipasi langsung rakyat da-lam pengelolaan informasi dan ko-munikasi, sesuatu yang sangat pen-ting dalam pendewasaan demokrasi. (4) Jurnalisme warga memperluas ruang d i a l o g a n t a r p e l a k u j u r n a l i s m e warga, bahkan masyarakat pada umumnya.

(5) Jurnalisme warga dapat lebih murah dibandingkan dengan informasi melalui media lainnya.

(6) Kegiatan jurnalisme warga tidak m e m b u t u h k a n f o r m a l i t a s a t a u p r e s e d u r t e r t e n t u ( a k t i v i t a s j u r n a l i s m e w a r g a d a p a t dilaksanakan waktu rapat, waktu makan, di atas kendaraan). Tetapi, p e l u a n g t a n p a b a t a s i n i d a p a t berpengaruh pada hubungan sosial di sekitarnya. Masing-masing sibuk, sehingga kurang memperhatikan orang-orang di sekitar atau tidak lagi mengikuti pembicaraan dengan baik. A c a p k a l i h a l i t u t i d a k d a p a t dihindari. Ada kemungkinan suatu i n f o r m a s i h a r u s d i s a m p a i k a n seketika yang diterima dalam rapat atau suatu pertemuan.

Apa yang dapat dilakukan agar di satu pihak jurnalisme warga memberi manfaat sebesar-besarnya, dan di pihak l a i n d a p a t m e n g u r a n g i b e r b a g a i masalah-masalah yang dikemukakan di atas.

Suatu kebijakan yang tepat adalah

kanalisasi bukan membendung, dan sosialisasi secara terus menerus untuk meningkatkan tanggung jawab sosial pelaku jurnalisme warga. Dewan Pers d a n o r g a n i s a s i w a r t a w a n d a p a t m e n g e m b a n g k a n i s i d a n m e t o d e sosialisasi jurnalisme warga.

Bagir Manan, Ketua Dewan Pers

(17)

Berselancar di Atas Gelombang Perubahan:

Model Bisnis Baru Media Cetak

Amir Effendi Siregar

D

alam berbagai seminar Serikat P e r u s a h a a n P e r s ( S P S ) , p e n e r b i t d a e r a h s e r i n g mengeluhkan harga jual suratkabar seribuan rupiah yang dilakukan oleh penerbit nasional. Harga jual yang r e n d a h i t u d i a n g g a p m e n g g a n g g u pertumbuhan pers daerah. Pada saat yang sama kita juga melihat bahwa harga jual eceran suratkabar nasional pereksemplar di Jakarta sudah jauh lebih rendah dari harga ongkos cetak dan kertas. Bahkan terdapat suratkabar yang diedarkan secara gratis.

Untuk majalah, harga jual memang masih tinggi. Namun persaingan sangat ketat, bukan lagi bagaimana menjual m a j a l a h k e p a d a p e m b a c a , t e t a p i bagaimana memperoleh pembaca yang tepat dan luas. Ini diperlukan agar iklan dapat diperoleh dan ditingkatkan. Itulah sebabnya disamping majalah dijual kepada pembaca, banyak juga yang dibagikan secara gratis. Kemudian

t e r d a p a t j u g a j e n i s m a j a l a h y a n g sengaja diedarkan secara gratis.

Semua ini memperlihatkan bahwa pendapatan yang berasal dari sirkulasi saat ini sangat kecil sementara iklan diperebutkan oleh banyak penerbitan. Disamping itu teknologi komunikasi, khususnya internet berkembang sangat p e s a t . U n t u k t e t a p h i d u p d a n berkembang, saat ini diperlukan model bisnis baru media cetak, yang tidak h a n y a m e n g a n d a l k a n r e v e n u e

(18)

Peta Media Cetak dan Elektronik

S e c a r a u m u m d a p a t k i t a l i h a t bahwa media relatif masih bersifat elit, isinya seragam dan kepemilikannya terkonsentrasi. Saat ini media yang paling elit di Indonesia adalah media cetak. Jumlahnya sebesar 1.324 yang t e r d i r i 6 3 0 s u r a t k a b a r h a r i a n d a n mingguan, 694 tabloid dan majalah. Total sirkulasinya sekitar 23,3 juta dengan 9, 4 juta eksamplar suratkabar harian untuk 240 juta penduduk (Serikat Perusahaan Pers 2012-2013). Jumlah ini masih sangat kecil bila mengikuti standar minimal Unesco yang 1:10 a n t a r a s u r a t k a b a r d a n p e n d u d u k . Apalagi bila ingin dibandingkan dengan negara maju, seperti Amerika, Jepang, J e r m a n y a n g j u m l a h s i r k u l a s i n y a sebanding dengan jumlah penduduk.

Tiap suratkabar atau majalah di Indonesia sirkulasinya berkisar antara ribuan dan puluhan ribu hanya beberapa saja yang ratusan ribu, sementara di negara maju banyak sekali yang ratusan ribu bahkan jutaan. Media cetak di Indonesia terutama beredar di kota-kota besar dan daerah urban. Jumlah yang kecil ini memang sangat berhubungan s e c a r a s i g n i f i k a n d e n g a n p o t e n s i pembaca yang bila dilihat dari jumlah penduduk yang berpendidikan dan sudah berkerja SMA ke atas jumlahnya hanya sekitar 36 juta dari 110,8 juta penduduk yang bekerja (BPS 2012). U n t u k m e m p e r l u a s j a n g k a u a n i n i

s e b a g i a n m e d i a c e t a k s u d a h mempergunakan internet. Meskipun penggunaan internet tumbuh sangat pesat, penetrasi internet di Indonesia baru sekitar 24,23% persen, itu berarti sekitar 63 juta penduduk (APJII 2012 ). Sementera di negara maju penetrasi i n t e r n e t n y a s e k i t a r 7 0 % k e a t a s . S e b a g a i g a m b a r a n b e r i k u t a d a l a h penetrasi internet di beberapa negara: Singapura 77,2 % (3,6 juta orang), Jerman 82,7 % (67,7 juta orang), Taiwan 70,0 % (16,1 juta orang), Malaysia 61,7 % (17,7 juta orang), China 38,4 % (513 juta orang ), Phillipine 33,0 % (33,6 juta orang), Thailand 27,4 % (18,3 juta orang), Indonesia 22,4 % (55 juta orang) (Sumber Internet World Stats, 31 Dec 2011 and updated March 2012)

Meskipun televisi dianggap dapat menjangkau lebih banyak penduduk, Nielsen mengatakan bahwa penetrasi televisi di Indonesia berkisar sekitar 94 % penduduk. Namun angka ini bisa

miss leading karena ternyata angka ini diperoleh dari penetrasi televisi untuk beberapa kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, M a k a s s a r, Yo g y a k a r t a , D e n pa s a r, Palembang (Media Scene 2012/2013).

(19)

swasta adalah sebesar 67 %, itu berarti s e k i t a r 1 3 0 j u t a p e n d u d u k ( M e d i a Scene 2012/2013). Posisi TVRI yang diharapkan dapat menjangkau lebih banyak penduduk dan diharapkan dapat menjadi alternatif sebagai penyeimbang lembaga penyiaran swasta hingga kini belum mendapat perhatian yang layak. Sementara itu, bila kita lihat isi stasiun televisi swasta, lebih banyak diorientasikan untuk penduduk urban, bersifat sangat seragam dan elitis. Betapa tidak, mayoritas stasiun televisi swasta yang sekitar 200 dari 300 stasiun televisi dikuasai oleh 10 stasiun televisi Jakarta/Nasional mendasarkan dirinya pada rating yang dibuat oleh Nielsen yang melakukan penelitian hanya di 10 kota besar yaitu Jakarta, B a n d u n g , S e m a r a n g , S u r a b a y a , Yo g y a k a r t a , M e d a n , M a k a s s a r, Palembang, Banjarmasin, Denpasar d e n g a n l e b i h d a r i 5 0 % p o p u l a s i sampelnya berada di Jakarta. Untuk itu perlu dicari jalan keluar, antara lain, seperti yang diusulkan oleh sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia dan “stake holder” penyiaran pada akhir Juni 2013 yang mengusulkan agar dilahirkan lembaga rating alternatif yang dibantu dan dibiayai negara. Tentu saja bisa lewat kementerian di bidang pendidikan dan kebudayaan ataupun lewat Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ataupun lewat lembaga lain yang tepat,

Kemudian, sistem siaran berjaringan harus dilakukan agar muncul berbagai macam lembaga rating tingkat lokal maupun regional.

Radio adalah media yang jangkau-annya relatif paling luas di Indonesia. Ini adalah media yang paling demokratis dalam hal keanekaragaman isi dan kepemilikan. Terdapat sekitar 1178 s t a s i u n r a d i o d e n g a n 7 7 5 r a d i o komersial anggota Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI). Sisanya adalah radio publik l o k a l , r a d i o k o m u n i t a s d a n r a d i o komersial non-PRSSNI (Media Scene 2011). Kemudian terdapat sekitar 77 stasiun RRI.

Model Binis Baru

S v i d a A l i s j a h b a n a d a l a m p e r t e m u a n C E O M e d i a d i M a n a d o Februari lalu menyajikan secara sangat menarik model baru bisnis media cetak kelompok FEMINA. Presentasinya yang b e r j u d u l B r a n d R e l e v a n c e

(20)

dasarnya merupakan sebuah media cetak, dalam seluruh kegiatannya itu juga bekerjasama dan mempergunakan media sosial, web, buku, radio, televisi. Masing-masing komunitas mempunyai banyak kegiatan antara lain women e n t r e p r e n e u r s h i p c o m p e t i t i o n , workshop, seminar, femina award,

fahsionista, beauty freak dan lainnya. Namun yang paling penting dibangun dan dijaga kualitasnya adalah isi media yang bagus dan terpercaya. Content

menjadi titik sentral dan awal dari semua kegiatan itu. Selanjutnya dalam konsep ini Pemimpin Redaksi-nya juga d i s e b u t s e b a g a i C h i e f C o m m u n i t y Officer.

Bambang Harymurti, CEO Majalah

Tempo pada kesempatan yang sama di M a n a d o m e m b e r i k a n p e n e k a n a n khusus pada model bisnis hibrida. D i g i t a l t i d a k d i a n g g a p s e b a g a i ancaman. Versi cetak dan digital harus b e r j a l a n s e c a r a b e r s a m a - s a m a . Meskipun saat ini penghasilan dari versi digital dalam kasus Indonesia masih sangat kecil, namun masa depannya s a n g a t m e n j a n j i k a n . M o d e l b i s n i s h i b r i d a i n i s u d a h t e r b u k t i m a n j u r. Bambang mengambil The New York Timessebagai contoh. Sirkulasi digital berbayar sebanyak 807 ribu sementara sirkulasi versi cetak 780 ribu.

Demikian juga yang terjadi dengan M a j a l a h S w a d a n W a r t a E k o n o m i, kegiatan di luar cetak (off-print) dalam bentuk seminar, workshop, penelitian,

pemberian penghargaan dan lainnya merupakan revenue baru yang tinggi. K o m p o s i s i p e n d a p a t a n (r e v e n u e) menjadi berubah. Sirkulasi yang tadinya cukup besar saat ini hanya sekitar 10-15%, sementara dari iklan menjadi sekitar 35-45% dan dari aktivitas off-print (events)sekitar 35-45 %. Meskipun s e b e n a r n y a s e l u r u h a k t i v i t a s i t u kelompok komunitas sesuai dengan pekerjaannya, profesinya dan bisa juga l o k a s i s e r t a t e m p a t p e m b a c a i t u tinggal. Untuk melakukan hal semacam ini tentu saja dibutuhkan tenaga ahli yang mumpuni untuk membantu. Bisa yang berasal dari perguruan tinggi dan juga mereka yang sudah lama bergerak di dunia media. Selanjutnya adalah m e r u m u s k a n k e g i a t a n y a n g d a p a t d i l a k u k a n o l e h m a s i n g - m a s i n g komunitas. Kegiatan tersebut bisa bersifat ideal maupun komersial.

S u r a t k a b a r d a e r a h s e p e r t i

(21)

memahami daerahnya. Dibantu dengan tenaga ahli yang berasal dari daerah itu dan ahli media lainnya, tidaklah terlalu s u k a r m e n g i d e n t i f i k a s i d a n merumuskan komunitas dan kegiatan yang harus dilakukannya. Bisa saja terdapat komunitas pengusaha besar, p e n g u s a h a m e n e n g a h d a n k e c i l . Komunitas olahraga tertentu, komunitas mahasiswa dan lainnya. Aktivitas yang dirumuskan dan dilakukan tidak hanya bersifat komersial tapi juga ideal dan s o s i a l . B e r s a m a a n d e n g a n i t u , kerjasama dengan radio lokal maupun televisi lokal, termasuk memiliki situs yang baik di jaringan dunia maya, perlu dilakukan untuk menyebarkan informasi dan hal penting lainnya buat masyarakat p e m b a c a n y a . D e n g a n d e m i k i a n , suratkabar ataupun media cetak hidup bersama komunitas dan pembacanya setiap saat. Jangan dilupakan, isi media adalah yang terpenting. Kegiatan-kegiatan pembaca dan komunitas bisa mendapat tempat dalam media dengan tentu saja memperhitungkan nilai berita. K u a l i t a s i s i h a r u s d i j a g a d a n ditingkatkan secara terus menerus.

Inilah yang disebut sebagai model baru bisnis media cetak. Media cetak tidak bisa lagi berdiri sendiri. Harus memanfaatkan teknologi dan kawin dengan versi onlinenya. Membangun, m e n g o r g a n i s i r d a n m e m a n f a a t k a n pembaca/komunitasnya. Melakukan

kegiatan yang bermanfaat bagi komu-nitas dan penerbitannya, baik secara ideal maupun komersial. Menggunakan dan bekerjasama dengan media lainnya, termasuk radio dan televisi dan media sosial. Semuanya terintegrasi secara baik. Namun, titik sentral dan penting dari semua aktivitas itu adalah membuat isi atau contentsebaik-baiknya, karena dari isi yang prima dan kredibitel itulah dibangun kepercayaan terhadap media (brand image) dan penjabaran aktivitas lainnya. Isi media yang baik memang seharusnya menampilkan wajah, akti-vitas dan kepentingan pembaca/komu-nitas bukan wajah dan aktivitas pemilik.

“Media cetak tidak bisa lagi

berdiri sendiri. Harus

memanfaatkan teknologi dan

kawin dengan versi onlinenya.

Membangun, mengorganisir

dan memanfaatkan pembaca/

komunitasnya. Melakukan

kegiatan yang bermanfaat bagi

komunitas dan penerbitannya,

baik secara ideal maupun

komersial.”

(22)

Amir Effendi Siregar adalah Ketua Dewan Pimpinan Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat. Anggota Dewan Pers (2003-2006). Isi artikel ini sebagian besar telah dimuat suratkabar Kompas tanggal 1 Juni 2013.

Referensi:

Alisjahbana, Svida (2013) , Brand Relevance, Makalah disampaikan pada pertemuan CEO Serikat Perusahaan Pers (SPS), 8 Februari 2013 di Manado.

Harymurti, Bambang (2013), Discovering Innovative Business Model for the Future of Print Media Industry, Makalah disampaikan pada pertemuan CEO Serikat Perusahaan Pers (SPS), 8 Februari 2013 di Manado.

Media Scene ( 2011), Radio In Indonesia, Media Scene, ITKP, Jakarta Media Scene ( 2013), Media Penetration, Mediatama Advertising, Jakarta. Media Scene (2013), Television in Indonesia, Population Statistics of TV Coverage

(23)

S

teven Paul “Steve” Jobs (19552 0 11 ) m e n g e m u k a k a n p e n -dapatnya diatas kepada pers u s a i m e l u n c u r k a n p i r a n t i t e l e -komunikasi selular dan hiburan feno-menal, iPhone, pada 29 Juni 2007. iPhone hadir pasca-evolusi perangkat musik digital iPod yang pertama kali di-luncurkan pada 21 Oktober 2001.

Penemu sejumlah piranti keras dan lunak teknologi informasi secara mandiri maupun di bawah merek dagang A p p l e I n c . d a n T h e W a l t D i s n e y Company (setelah membeli Pixar milik Jobs) itu menempatkan duet produk iPod dan iPhone sebagai contoh evolusi konvergensi.

D a l a m b e r k a r y a m e n c i p t a k a n

Kode Etik Jurnalistik dalam Konvergensi

Multimedia Massa

Priyambodo RH

p e r n a h m e l u p a k a n p e n t i n g n y a kesahihan informasi atau hak atas karya i n t e l e k t u a l ( H A K I a t a u i n t e l l e c t u a l property rights/IPR).

Layaknya kekhawatiran Thomas Alva Edison (1847-1931), yang tercatat memiliki 1.093 hak paten, termasuk penemuan lampu listrik dan baterai alkaline, Steve Jobs yang mendapat pengakuan 230-an hak paten (belum t e r m a s u k b e b e r a p a t e m u a n b e l u m t e r c a t a t p a t e n m e n j e l a n g a k h i r hayatnya) sangat khawatir pengakuan HAKI akan terlupakan manakala temuan teknologi menjadi produk massal.

Guna lebih menjamin informasi multimedia melalui perangkat ciptaan-nya sahih, maka salah satu gagasan “Dalam konvergensi media hal terpenting adalah bagaimana

(24)

maya yang menjual aplikasi berbasis sistem operasi berkode Apple (iOS). Application Store (App Store) kemudian menjadi kecenderungan baru yang d i i k u t i p r o d u k b e r s i s t e m o p e r a s i lainnya, seperti Google Play (awalnya bernama Android Market) untuk Android, dan Samsung App Store untuk aplikasi pengembangan dari Samsung.

Asosiasi serikat perusahaan dan penerbitan pers dunia (World Association Newspapers/WAN IFRA) juga mencatat kekhawatiran yang sama terhadap informasi yang sahih dalam penerapan konvergensi multimedia massa. Hal ini berkaitan dengan penyebaran isi pesan (content) yang kian beragam, namun makna (context)-nya kurang jelas. Penyebaran informasi semacam ini ber-potensi melanggar kode etik jurnalistik (KEJ), terutama kasus plagiat.

WAN IFRA, yang berkantor pusat d i D a m s t a d ( J e r m a n ) d a n P a r i s (Prancis), dalam serangkaian surveinya menemukan kenyataan bahwa temuan teknologi informasi semakin mewujud-kan konvergensi multimedia massa dengan berbagai dampaknya, termasuk kemungkinan plagiarisme informasi.

Sejumlah televisi di Indonesia juga melanggar KEJ menyangkut plagiaris-me, misalnya membuat program yang seluruh tayangannya diberi catatan kaki “Courtesy: YouTube”. Padahal, penge-lola tayangan televisi tersebut harus mencantumkan secara lengkap siapa

atau pihak mana yang mengunggah (upload) materi audio visual ke laman

w w w. y o u t u b e . c o m s e b a g a i b e n t u k penghargaan HAKI, sekalipun belum tentu ada jaminan tayangan di YouTube adalah karya asli dari pengunggahnya. Beranjak dari telaah Henry Jenkins III dalam buku Convergence Culture

terbitan NYU Press pada 2007, WAN I F R A m e n c a t a t b a h w a p u l a d a l a m perusahaan dan penerbitan pers yang menerapkan konvergensi multimedia m e n e m u i k e n y a t a a n y a n g s a n g a t menarik dan kompleks. Kekuasaan i n f o r m a s i t i d a k s e m a t a - m a t a d a r i pengelola multimedia massa, namun publik selaku pengakses informasi juga dapat ikut menentukan ke mana alur informasi diarahkan dan wartawan dikerahkan peliputannya.

K a t a k u n c i “ p u b l i k s e l a k u pengakses informasi juga dapat ikut menentukan ke mana alur informasi” jauh-jauh hari telah menjadi telaah Djamaluddin Gelar Datuk Maradjo Sutan (1904-1967) yang lebih dikenal dengan nama Adinegoro.

Dalam buku Falsafah Ratu Dunia

(25)

Jauh sebelum Internet ditemukan, konsep Web 2.0 dimanfaatkan, dan media jejaring sosial berseliweran, Adinegoro sudah menekankan penting-nya hubungan pers dan publikpenting-nya dalam membentuk anggapan umum (opini publik/public opinion).

Bahkan, jauh sebelum adanya organisasi massa menyerbu kantor perusahaan pers lantaran jengkel atas pemberitaannya, Adinegoro pun sudah menorehkan catatan dalam Falsafah Ratu Dunia: “Pers dilahirkan dan dibe-sarkan oleh masyarakat, dibedibe-sarkan, te-t a p i j u g a b i s a d i r u b u h k a n o l e h masyarakat.”

Ia juga mengibaratkan hubungan pers dan masyarakat, serta pemerintah. “Bulan diibaratkan seperti pers dan bumi sebagai masyarakat, sedang pemerin-t a h a d a l a h i b a r a pemerin-t m a pemerin-t a h a r i y a n g mempengaruhi sepenuhnya pers dan masyarakat itu.”

Dengan kata lain, Adinegoro jauh-jauh hari sudah mengingatkan bahwa pemerintah yang gagal mempengaruhi kehidupan pers dan masyarakat, maka

gagal pula fungsi kepemerintahannya. Dalam posisi inilah, wartawan dituntut lebih mengetahui kewajibannya.

“ W a r t a w a n h a r u s m e n g e t a h u i bahwa kebaikan bagi satu golongan atau p a r t a i a t a u p e r k u m p u l a n d a l a m masyarakat. Di sini terletak salah satu kewajiban bagi wartawan, pandai me-ngenali perbedaan antara kepentingan seseorang, dan kepentingan umum,” demikian Adinegoro.

A d a p u n J e n k i n s m e n e l a a h konvergensi multimedia massa men-ciptakan kebudayaan baru lantaran arus isi pesan pemberitaan berhamburan datang dengan berbagai platformpiranti lunak di beragam piranti kerasnya.

“Konvergensi adalah kata untuk menggambarkan perubahan teknologi, industri, budaya dan sosial yang datang b e r s a m a - s a m a d a r i i n d u s t r i y a n g s e b e l u m n y a t e r p i s a h ( k o m p u t a s i , dicetak, film, audio, dan sejenisnya) yang semakin menggunakan teknologi yang sama atau terkait dan pekerja terampil,” catat Jenkins.

Dalam praktiknya perusahaan dan penerbitan pers yang menerapkan konvergensi multimedia harus melibat-kan wartawan multitasking(melakukan berbagai jenis pekerjaan), multiplatform

(berperan serta di berbagai unit kerja), dan multichannel (distribusi produk m e l a l u i b e r b a g a i s a l u r a n ) . H a l i n i berlangsung pula di Indonesia pasca-reformasi 1998.

“Publik selaku pengakses

informasi juga dapat ikut

menentukan ke mana alur

informasi.”

(26)

Perusahaan dan penerbitan pers y a n g m e n e r a p k a n k o n v e r g e n s i m u l t i m e d i a p a d a g i l i r a n n y a h a r u s menerapkan pola yang dalam industri disebut komunikasi komitmen kerja sama kompensasi. Hal ini berkaitan d e n g a n k i n e r j a w a r t a w a n n y a memerlukan kompetensi multitasking, yakni harus berpikir cepat, mengajukan pertanyaan secara cepat, meringkas permasalahan liputan menjadi informasi layak siar sekaligus layak jual juga secara cepat.

Selain itu, wartawan harus mampu mengantisipasi perkembangan berita-nya secara cepat pula. Seiring dengan u n s u r k e c e p a t a n , w a r t a w a n m u l t i -tasking dituntut harus mampu menyaji-kan berita secara akurat dan lengkap, walau disajikan menggunakan pola

berkejaran (running news) layaknya kinerja di kantor berita.

Manajemen pemberitaan multi-media massa tentu saja diharapkan p u b l i k n y a u n t u k t i d a k s e k a d a r menyajikan berita secara cepat, namun harus pula akurat dan lengkap pada saat bersamaan. Manajemen pem-beritaan harus menyajikan informasi yang sahih, yakni menyajikan fakta, wawancara dan data jurnalistik.

(27)

Fakta jurnalistik seringkali di-maknai sebagai “fakta dari keterangan nara sumber” yang diwawancara warta-wan. Namun, wartawan dan manajemen pemberitaan harus memeriksa kembali kebenaran fakta yang dikemukakan nara sumbernya. Khalayak juga meng-inginkan fakta yang disajikan pers harus sahih, sehingga laporan wartawan dari lokasi kejadian senantiasa mendapat perhatian.

Wartawan juga harus jeli memilih nara sumber pemberitaannya, yakni m e n e k a n k a n k r e d i b i l i t a s d a n kapabilitas, serta memiliki rekam jejak yang jelas secara keilmuan/akademis m a u p u n p e r i l a k u n y a d i t e n g a h masyarakat.

Selain itu, wartawan dan perusa-haan pers berkewajiban melayani tang-gapan publik atas pemberitaan yang disajikan. Publik dapat menguji kesa-hihan berita dengan memanfaatkan kejelasan Fakta AB Wawancara Nara SumberAB Data.

Pasal 1 ayat 11 UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers mencatat:

“Hak Jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap p e m b e r i t a a n b e r u p a f a k t a y a n g merugikan nama baiknya.”

Adapun Ayat 12 dalam pasal yang sama mencatat: “Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau m e m b e t u l k a n k e k e l i r u a n i n f o r m a s i

yang diberitakan oleh pers, baik ten-tang dirinya maupun tenten-tang orang lain.”

Sedangkan Ayat 13 dalam pasal y a n g s a m a m e n c a t a t : “ K e w a j i b a n Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu in-formasi, data, fakta, opini, atau gam-bar yang tidak benar yang telah diberita-kan oleh pers yang bersangkutan.”

K e m a m p u a n w a r t a w a n d a l a m menyajikan opini di balik Fakta AB Wawancara Nara Sumber AB Data dengan berbagai kiatnya yang dibarengi tanggung jawab profesi menghadapi kemungkinan hak jawab, hak koreksi dan kewajiban koreksi seperti itulah yang membuat jurnalisme senantiasa tidak pernah berhenti untuk berlogika s e h i n g g a p u b l i k p u n m e n a n t i kehadirannya. Hal ini pula yang menjadi tantangan besar terhadap kompetensi wartawan dan perusahaan persnya.

(28)

Khalayak juga semakin meng-hadapi kenyataan yang saling tumpang t i n d i h s a a t m e m a n f a a t k a n p i r a n t i b e r k o n v e r g e n s i . S e m a k i n b a n y a k produk yang dipromosikan sebagai telepon seluler, ternyata fungsi kamera d i g i t a l n y a s a n g a t m u m p u n i u n t u k m e n g h a s i l k a n f o t o m a u p u n v i d e o . Sebaliknya, publik disuguhi perangkat kamera digital yang ternyata mampu membenamkan kartu telepon selular s e h i n g g a b e r m a n f a a t p u l a u n t u k b e r s e l a n c a r k e I n t e r n e t , b a h k a n bercakap-cakap (chat) menggunakan aplikasi gratisan, seperti WhatsApp.

Konsep konvergensi secara umum berlangsung di semua lini layanan kehidupan masyarakat. Sistem per bankan juga berkonvergensi, sehingga transaksi keuangan dewasa ini tidak h a r u s d i l a k u k a n d i b a n k a t a u p u n anjungan tunai mandiri (ATM), karena aplikasi yang ada di layar ATM bisa pula tertanam di ponsel cerdas yang semakin mudah dimiliki khalayak.

H e b a t n y a l a g i , p u b l i k d a p a t membeli informasi berbayar terkoneksi l a n g s u n g d a l a m s i s t e m t r a n s a k s i perbankan yang juga sudah tersedia aplikasinya dalam berbagai platform tergantung dengan peralatan jenis apa yang digunakan.

Konvergensi multimedia massa juga semakin memungkinkan kinerja wartawan menjangkau khalayaknya secara global. Banyak peristiwa dari

d a e r a h t e r p e n c i l m e n j a d i c e p a t d i k e t a h u i k h a l a y a k d u n i a l a n t a r a n kinerja wartawan yang memanfaatkan konvergensi multimedia massa.

Wartawan kini memiliki pilihan untuk menggunakan beberapa saluran u n t u k m e n g i r i m b e r i t a n y a d e n g a n cakupan mendunia. Bahkan, wartawan di sejumlah perusahaan multimedia massa tidak lagi menuliskan tanggal dan lokasi pembuatan beritanya dari l o k a s i l i p u t a n (d a t e l i n e) k a r e n a semuanya telah tersedia dalam aplikasi pemberitaannya yang secara otomatis t e r h u b u n g d e n g a n p i r a n t i s i s t e m p e n e n t u l o k a s i g l o b a l ( G l o b a l Positioning System/GPS). Tenggat (deadline) mereka pun menjadi setiap saat.

Pada gilirannya, wartawan harus lebih fokus terhadap kebenaran dalam jurnalisme melalui laporan pandangan mata untuk televisi, radio dan portal berita di Internet. Bagaimana dengan media cetak? Mau tidak mau pengelola media cetak harus menyajikan berita berkedalaman dengan mengamati apa saja yang telah disajikan televisi, radio dan portal berita. Faktor “cepat, akurat dan lengkap” yang utuh dalam satu pemberitaan akan jauh lebih bermakna bagi publiknya.

(29)

semacam ini dengan penuh tanggung jawab, karena publik tetap mengingin-kan kredibilitas keberagaman pemberita-an. Adapun kelalaian dalam jurnalisme juga dapat berdampak global. Wartawan m a u t i d a k m a u j u g a h a r u s l e b i h memahami kebudayaan lintas benua, agar berita yang mereka sajikan tidak menabrak kebudayaan wilayah lain dengan tetap mengutamakan kode etik

jurnalistik.

Selain itu, wartawan di tengah ke-mewahan teknologi informasi yang di-manfaatkan manajemen pers sebagai in-dustri agaknya harus pula semakin peka bahwa sarana kerja yang mereka gu-nakan hanyalah sebatas alat, sehingga j a n g a n m a l a h d i p e r a l a t s e h i n g g a mengabaikan kode etik jurnalistik yang hakikinya demi kepentingan publik.

Priyambodo RH adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS); Ketua Bidang Multimedia Persatuan Wartawan Indonesia (PWI); Komisi Pendidikan D e w a n P e r s ; Wa r t a w a n U t a m a / O m b u d s m a n K a n t o r B e r i t a A n t a r a ; e - m a i l : priya3rh@gmail.com

(30)

I

nventor (penemu) itu sudah tiada, yang ada hanya para innovator. Saya p e g a n g b e n a r p a n d a n g a n i n i , setidak-tidaknya saat mulai menggeluti sosial media sejak 2005. Terlebih lagi di dunia internet, apa yang disebut para penemu sudah tidak ada lagi. Sebagai g a n t i n y a , A n d a a k a n b e r h a d a p a n dengan para innovator muda pendiri

star-up yang menghasilkan sejumlah aplikasi dan website yang bermanfaat untuk kehidupan. Di ranah internet dan b i s n i s o n l i n e , A n d a a k a n s e l a l u berhadapan dengan istilah-istilah baku

b e n c h m a r k i n g, p e r s o n a l b r a n d i n g,

immitating, dan inovasi.

Sebagai salah satu pendiri dan a d m i n p e r t a m a K o m p a s i a n a , s a y a benar-benar memanfaatkan jargon-jargon yang ada di jagat internet ini. Untuk kepentingan situs atau website

y a n g s a y a d i r i k a n , t e n t u n y a . Kompasiana (http://kompasiana.com) adalah blog sosial yang merupakan bagian (rubrik) dari Kompas.com. Di sini

Jangan Paksakan Warga Jadi Wartawan

Pepih Nugraha

berkumpul 200.000 anggota yang telah terdaftar. Tidak semua dari seluruh anggota terdaftar itu penulis, sebagian b e s a r d i a n t a r a n y a p e m b a c a d a n pemberi komentar. Akan tetapi yang pasti, 800 hingga 1.000 tulisan warga tayang di Kompasiana setiap harinya. Kompasiana adalah “etalase” terbuka g r a t i s d i m a n a p e n u l i s w a r g a menyimpan tulisan karyanya sendiri.

Mengapa saya harus mengambil contoh Kompasiana? Bukankah dengan hanya mengambil satu contoh akan mengaburkan esensi tulisan? Tentu saja s a y a a k a n b a l i k b e r t a n y a ; a d a k a h media sosial dengan platform “Menulis” (w r i t i n g) y a n g l e b i h b e s a r d a r i Kompasiana? Bukankah forum Kaskus jauh lebih besar dan bahkan menjadi situs media sosial terbesar di Indonesia yang juga mengusung users generated content?

(31)

warga, sementara Kaskus merupakan etalase diskusi virtual dengan saling menukar atau berbagi tautan (link), baik tautan atas tulisan pribadi di blog miliknya atau tautan dari media-media o n l i n e a r u s u t a m a . P e r b e d a a n hakikinya, Kompasiana secara ketat mengharuskan naskah asli penulis, bukan salinan atau copy paste, juga b u k a n s i t u s b e r b a g i t a u t a n . Kompasiana benar-benar sebuah media sosial dengan platform jelas, yakni menulis. Di media warga ini, warga diberi kebebasan menulis dengan tiga kategori, laporan atau reportase warga (citizen reportage), opini warga, dan karya fiksi warga. Di Kompasiana, tidak diperkenankan menampilkan tulisan orang lain atau berita-berita online arus utama. Benar-benar harus karya asli si penulisnya sendiri.

Dalam perjalanan membangun dan mengembangkan media sosial yang k e m u d i a n b e r u j u d b l o g s o s i a l Kompasiana, saya banyak melakukan

b e n c h m a r k i n g t e r h a d a p s i t u s j u r n a l i s m e w a r g a s e b e l u m n y a , khususnya terhadap Ohmy News di K o r e a S e l a t a n d a n s i t u s l o k a l Panyingkul yang lahir di Makassar, Sulawesi Selatan. Memang di belahan dunia lainnya ada situs warga seperti O k N a t i o n d i T h a i l a n d , St o m p d i Singapura, dan NowPublic di Kanada. Akan tetapi terhadap Ohmy News yang didirikan Oh Yeon-ho tahun 2000 lalu,

digerakkan untuk melaporkan peristiwa dalam satu wadah bersama.

Satu pelajaran berharga yang saya p e t i k , b a h w a w a r g a s u d a h b o s a n t e r h a d a p i n f o r m a s i y a n g m e r e k a dapatkan dari media arus utama yang dikuasai pemerintah saat itu. Berita atau informasi yang penuh kamuflase dan tidak jujur, seakan-akan “kebenaran” berada di tangan wartawan profesional dan editor di Newsroom. Warga ingin memperoleh kebenaran hakiki dari suatu peristiwa, yang tidak direkayasa sedemikian rupa sehingga fakta bisa diputar-balik. Maka yang dilakukan Oh Yeon-ho dengan Ohmy News-nya itu adalah memberi ruang yang seluas-l u a s n y a b a g i w a r g a b i a s a u n t u k melaporkan apa yang mereka lihat dan alami. Dengan memanfaatkan laporan para demonstran yang berunjuk rasa di l a p a n g a n , O h m y N e w s h a d i r d a n menemukan momentumnya. Media warga ini kemudian menjadi booming

(32)

Ohmy News dan Panyingkul saya belajar satu hal penting, yaitu jangan p e r n a h m e m a k s a k a n w a r g a u n t u k m e n j a d i w a r t a w a n ! B i a r k a n w a r g a menulis dan melaporkan dengan cara serta gayanya sendiri, sebab justru di sinilah daya tarik dari sebuah laporan warga. Kalau warga dilatih menjadi wartawan dan memaksa gaya tulisan-nya sebagaimana gaya wartawan pro-fesional, apa bedanya dengan membaca mediamainstream?

Ohmy News, misalnya, sejak awal mengedit berita warga yang masuk. Jelas situs ini menerapkan moderasi yang ketat, di mana tulisan yang masuk tidak langsung tayang melainkan diedit oleh jurnalis atau editor di newsroom. Setelah disunting, barulah tulisan warga ditayangkan. Demikian pula dengan P a n y i n g k u l . W a r g a p e w a r t a d i Makassar yang berkhidmat kepada situs ini memperoleh pendidikan jurnalistik berkala yang diselenggarakan oleh lembaga pers independen. Apa yang ditayangkan di Panyingkul memang sangat sempurna karena menyerupai laporan jurnalis profesional. Akan tetapi sebagaimana kritik membangun yang disampaikan kepada situs warga ini, Panyingkul kehilangan “ruh” sebagai media warga dengan gaya serta bahasa penulisnya yang khas warga biasa.

Belakangan saya menjadi paham, Ohmy News kesulitan keuangan akibat h a r u s m e m b a y a r p a r a p e n u l i s n y a sedangkan berita yang disajikan telah k e h i l a n g a n d a y a p i k a t n y a , s e b a b pembaca tidak lagi menangkap hasil kerja warga yang genuine. Panyingkul juga demikian. Situs ini malah mati sebelum berkembang.

Meniru atau immitating di dunia o n l i n e t i d a k l a h b e r a r t i k e j a h a t a n , melainkan harus dianggap inovasi jika belajar dari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki keunggulan situs yang akan di-benchmark. Dari dua media so-sial pelopor Ohmy News dan

Panying-“Warga sudah bosan terhadap

informasi yang mereka

dapatkan dari media arus

utama yang dikuasai

pemerintah saat itu. Berita atau

informasi yang penuh

kamuflase dan tidak jujur,

seakan-akan “kebenaran”

berada di tangan wartawan

profesional dan editor di

Newsroom. Warga ingin

memperoleh kebenaran hakiki

dari suatu peristiwa, yang tidak

direkayasa sedemikian rupa

sehingga fakta bisa

diputar-balik.”

(33)

kul, saya mendapat satu pelajaran penting, yakni jangan pernah menjadi-kan warga sebagai wartawan dan jangan pernah membayar tulisan warga yang ditayangkan di media sosial yang kita kembangkan. Membayar penulis warga pernah dilakukan Asia Blogging Network (ABN) milik blogger Budi Putra. Akan tetapi, situs media sosial yang juga bisa d i s e b u t p e l o p o r i n i m a t i s e b e l u m K o m p a s i a n a h a d i r d i t a h u n 2 0 0 8 . Sebagai media sosial, pengelola hanya menyediakan etalase bagi konten warga s e b a g a i m a n a y a n g d i l a k u k a n Facebook, Twitter, Wordpress, Blog-spot, Pinterest, Tumblr, dan lain-lain, tanpa berpretensi atau bersusah-susah mendidik warganya menjadi wartawan.

Bukan Wartawan

Te n t u s a j a d a l a m b e r b a g a i kesempatan saya sebagai admin dan pendiri pertama Kompasiana sering m e n d a p a t k a n k r i t i k a n y a n g m e n e g a s k a n b a h w a K o m p a s i a n a bukanlah situs citizen journalism, ia tak lebih dari etalase tulisan warga. Apa reaksi saya terhadap kritikan yang muncul dan sering dilontarkan penggiat media sosial ini? Saya tegaskan; tidak a d a r e a k s i a p a - a p a . T i d a k h a r u s m e n y a n g k a l n y a , t i d a k p u l a h a r u s membenarkannya. Akan tetapi, bolehlah saya memberi sedikit gambaran.

Di Kompasiana dengan platform

m e n a y a n g k a n t i g a j e n i s t u l i s a n sebagaimana saya singgung tadi, yakni reportase warga, opini warga, dan karya f i k s i w a r g a . P a d a k e n y a t a a n n y a berdasarkan data statistik yang terus saya dan tim pantau setiap pekannya, yang paling besar porsi penayangannya adalah karya fiksi warga (50 persen), opini warga (40 persen), dan paling kecil reportase warga (10 persen). Karya fiksi w a r g a s e r i n g m e l e b i h i 5 0 p e r s e n , sedangkan reportase warga mentok di angka 10 persen itu.

L a n t a s , b a g a i m a n a s a y a menyikapi angka faktual yang terukur dengan baik ini?

J a w a b a n n y a b i s a d i k i r a - k i r a ; “bunuh diri” kalau saya memaksakan

branding Kompasiana sebagai media jurnalisme warga yang isinya berupa laporan peristiwa faktual yang biasa ditulis, diliput dan dilaporkan wartawan p r o f e s i o n a l m e d i a a r u s u t a m a . M e n g a p a ? K a r e n a k a l a u b r a n d i n g

j u r n a l i s m e w a r g a i t u y a n g s a y a paksakan, saya berarti menegasikan keniscayaan karena saya berpegang pada angka 10 persen yang minim itu. Tanpa harus memakai embel-embel

c i t i z e n j o u r n a l i s m , t o h s a y a t i d a k kehilangan trade mark sebagai media warga (citizen media). Sedangkan warga biasa yang konsisten menulis di K o m p a s i a n a d e n g a n s e n d i r i memperolehpersonal branding.

(34)

Pemahaman dan Pengalaman terbitan Penerbit Buku Kompas (2012), saya tegaskan bahwa warga yang menulis laporan peristiwa dan ditayangkan di m e d i a s o s i a l , b u k a n l a h w a r t a w a n . Mereka adalah warga biasa yang terlalu berat menyandang predikat “journalist” atau “journalism” itu sendiri. Untuk itu dalam buku saya keberatan dengan sebutan citizen journalism yang kalau diterikan kepada pelakunya disebut

citizen journalist. Saya lebih mengusul-kan penggunaan kata citizen reporter

(warga pelapor) sebagai ganti kata

citizen journalist. Mengapa demikian? B a g i s a y a y a n g j u g a j u r n a l i s p r o f e s i o n a l , k a t a “ j u r n a l i s m e ” (journalism) terlalu sakral dan tidak boleh diumbar sembarangan. Juga tidak boleh buru-buru diterapkan begitu saja k e p a d a w a r g a b i a s a . A pa k a h b i s a diterima seorang warga yang baru p e r t a m a k a l i m e n a y a n g k a n h a s i l laporannya di media sosial bisa disebut begitu saja sebagai wartawan? No way. A d a p e n d i d i k a n k h u s u s u n t u k m e n j a d i j u r n a l i s . W a r t a w a n j u g a dibekali kode etik jurnalistik. Wartawan juga dinaungi undang-undang pers sebagai aturan main dalam bermedia. J a d i , t i d a k s e m u d a h i t u m e n j a d i wartawan. Warga ya warga. Bahwa dia m e l a k u k a n p r a k t i k l a p o r a n d a n penulisan sebagaimana yang dilakukan wartawan profesional, ya saya harus berani menyebutnya sebagai warga pelapor saja, bukan wartawan.

Kode Etik

Masalah kode etik (code of ethics) juga sering ditanyakan publik peserta pelatihan menulis di berbagai tempat yang saya hadiri. Saya bahkan sering dianggap kontroversial karena biasa menjawab “tidak perlu kode etik” apabila warga biasa hendak menulis di media s o s i a l . S e r i n g s a y a d i b e r o n d o n g pertanyaan susulan agar lebih merinci lagi jawabannya. Saya tetap teguh pada pendirian, bahwa warga biasa menulis di media sosial bukanlah wartawan. Karena bukan wartawan, tidak perlu menggunakan atau memiliki kode etik wartawan tersendiri. Warga menulis di media sosial tidak perlu diatur-atur, buang-buang energi saja.

(35)

Jadi, saya membekali warga yang bergiat di media sosial itu semacam sopan-santun saja yang disebut netiket atau etiket berinternet. Antara lain think before you post atau pikirkan baik-baik konten yang Anda miliki sebelum benar-benar ditayangkan, apakah konten yang A n d a m i l i k i i t u m e l u k a i p e r a s a a n seseorang, menghina satu golongan, m e m p e r t e n t a n g k a n S A R A ( s u k u , a g a m a , r a s , a n t a r g o l o n g a n ) , a t a u m e m b u n u h k a r a k t e r s e s e o r a n g . Persoalannya, semua ada di ujung jari untuk menekan tombol “publish” yang kalau tidak dipertimbangkan masak-m a s a k , b e b e r a p a d e t i k k e masak-m u d i a n kemungkinan ada orang yang terhina atau golongan yang terlukai.

Apa yang dilakukan Dewan Pers d e n g a n m e n y u s u n P e d o m a n Pemberitaan Media Siber sudah tepat, sebab memang pemilik atau pengelola media siber itu sendiri yang harus diberi

pedoman, khususnya terkait users generated content atau konten yang diciptakan dan ditayangkan warga. Tetapi, bukan mengatur warga biasa menulis. Untuk itulah di Kompasiana tidak ada moderasi terhadap tulisan w a r g a . S e m u a k o n t e n w a r g a b i s a l a n g s u n g t a y a n g . B a r u l a h s e t e l a h tayang admin Kompasiana bekerja 24 jam yang saya sebut post moderation. B i a r k a n s a j a w a r g a m e n u l i s seekspresif mungkin karena mereka bukan wartawan. Mereka menulis dan membuat beritanya sendiri karena mungkin kurang atau tidak puas dengan berita media arus utama yang ada, yang b a r a n g k a l i d i b e n a k w a r g a s u d a h tercemari kepentingan politik atau bermotif ekonomi si empunya media.

Wallahu alam...

Bintaro, 12 Juli 2013

(36)
(37)

1. Pembukaan

T

ahun 2014 bukan sekedar ada pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD dan Presiden-Wakil Presiden. Sesuai dengan UUD, Presiden S B Y a k a n “ p a m i t m u n d u r ” u n t u k selamanya. Setelah dua kali berturut-turut, SBY tidak dapat lagi dicalonkan d a n m e n j a d i P r e s i d e n . K i t a a k a n memiliki Presiden baru. Pada saat ini partai-partai politik, kelompok-kelompok p e m e r h a t i m u l a i b e r g u l a t m e n c a r i Presiden setelah 2014. Termasuk pula orang perorangan yang dengan giat berbicara, ber-manuver untuk menarik

p e r h a t i a n p u b l i k , k a r e n a m e r a s a sebagai yang paling layak menjadi Presiden. Ini salah satu buah reformasi y a i t u k e t e r b u k a a n d a n p e r s a m a a n k e s e m p a t a n m e n d u d u k i b e r b a g a i jabatan penting. Tetapi baik yang sudah duduk di berbagai singgasana atau sedang bermanuver, baru dalam batas adu omong dan menjaga penampilan. Belum ada, dan itu sudah biasa, yang mengutarakan jenis-jenis kepentingan riil rakyat yang akan dikerjakan. Semua masih sebatas, lagi-lagi sudah biasa, h a n y a m e n j u a l j a r g o n d e n g a n menyatakan ini salah dan itu salah tanpa substansi mana yang benar dan

Pers dalam Perspektif 2014

Bagir Manan

“The basic roles of the journalist are to promote peace and understanding, to work with honesty, and compassion, to give voice

to the voiceless, desperately poor, the oppressed; to challenge stereotyping and expose corruption and lying—and to respec

(38)

c a r a m e m p e r b a i k i . A d a b e b e r a p a k e m u n g k i n a n . P e r t a m a , b e r b a g a i p l a t f o r m p e r j u a n g a n s u d a h a d a d i kantong. Akan diutarakan pada waktu yang tepat agar tidak dikritisi apalagi d i r a m p o k p e s a i n g . K e d u a , d a r i p e n g a l a m a n y a n g s u d a h - s u d a h , platform tidak perlu. Rakyat toch tidak mengerti. Untuk dipilih, cukup dengan “cas cis cus” dan menyediakan ampaw (amplop) ala kadarnya (money politics). Rakyat kita yang umumnya miskin dan tidak cerdas, mudah dipesonakan, dibodohi, dan dibeli dengan paling banyak sepuluh kilogram beras. Ketiga, sebenarnya rakyat sendiri tidak peduli lagi siapa yang akan memimpin negeri ini. Kenyataannya, rakyat tidak pernah mendapat banyak, malah acap kali mereka lebih sengsara atau lebih sulit dari sebelumnya. Pasar tradisional d i h a n c u r k a n o l e h w a r u n g - w a r u n g modern yang mengantongi izin bahkan fasilitas dari penguasa. Petani garam, petani kedelai, petani buah, nelayan diporakporandakan oleh impor-impor barang tersebut. Seperti dikatakan Fadel Muhammad (mantan Menteri Kelautan), yang penting ada persediaan barang di pasar bukan bagaimana menghasilkan barang tersebut. Kalau impor merupakan cara yang mudah, mengapa harus berpayah-payah dengan petani atau nelayan. Di sini berlaku hukum ekonomi kuno: survival of the fittest, pasar bebas, persaingan bebas. S a n g a t l i b e r a l k a p i ta l i s t i k . Ya , i t u

t u n t u t a n g l o b a l . S e b a g a i h a m b a globalisasi, sudah menjadi kewajiban untuk senantiasa nampak sebagai the good guy bagi tuan-tuan kapitalis. D a s a r - d a s a r d e m o k r a s i e k o n o m i , koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat, susunan ekonomi atas dasar paham kekeluargaan, adalah impian belaka, bukan suatu konsep yang layak diperjuangkan. Buktinya, tanpa dasar-dasar ekonomi yang disebutkan di atas, ekonomi kita tumbuh dengan 6,7%. Suatu jenis pertumbuhan spektakuler sejagat. Investasi berlomba-lomba masuk dengan sangat membanggakan. B a g a i m a n a r e l e v a n s i n y a d e n g a n kesejahteraan umum, keadilan sosial, b u k a n p a t o k a n u t a m a p e m e r i n t a h . Sesuai dengan paham individualisme, soal-soal kesejahteraan dan keadilan adalah urusan pribadi. Bukankah hal ini merupakan salah satu hasil kebebasan yang mati-matian kita perjuangkan. M e n g a p a h a r u s m e n g g e l a y u t i pemerintah? Kita tidak lagi dalam tahap m e n j a d i p e m i m p i n b a n g s a t e t a p i pemimpin global. Berdasarkan trend semacam itulah rakyat tidak peduli yang akan memimpin Indonesia setelah 2014. Pemerintah memang disusun melalui rakyat, tetapi bukan bagian, apalagi menyatu dengan rakyat. Ada

(39)

Begitulah kira-kira perasaan rakyat sekarang. Selain tidak peduli, kalau mereka mau rusuh ya rusuh saja.

A p a k a h m o d e l p e m e r i n t a h a n s e m a c a m i t u y a n g a k a n d i b i a r k a n setelah 2014. Mestinya perlu dikaji. Kalau memang itu yang baik, teruskan. Kalau perlu perbaikan, mesti ada usaha perubahan.

2. Perspektif perbaikan

setelah 2014

Meskipun pendekatan atau strategi pertumbuhan dan besaran investasi (penanaman modal) sangat penting, tetapi harus diletakkan sebagai sarana atau alat (tool), bukan tujuan. Di atas sarana, tujuan itulah yang mestinya diletakkan paling depan (paling utama). Menurut UUD 1945, tujuan itu tidak lain

darimewujudkan kesejahteraan umum, m e n c e r d a s k a n k e h i d u p a n b a n g s a , m e n c a p a i s e b e s a r b e s a r n y a k e -makmuran atas dasar keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Kalau diungkap lebih singkat, tujuan tersebut tidak lain d a r i p e m e r a t a a n k e m a k m u r a n

(distribution of wealth) dan pemerataan keadilan (distribution of justice).

Harus diakui, didapat berbagai kebijakan atau program “menolong orang miskin” atau “berpendapatan rendah”, seperti program “raskin”, bagi-bagi uang secara periodik untuk orang miskin, atau program-program insiden-tal, bahkan program seketika atau “impromptu.” Di tengah-tengah usaha-usaha dadakan di atas yang acap kali menimbulkan masalah baru seperti penyelewengan dan pembagian yang tidak merata, kita dihadapkan pada per-soalan mencapai kesejahteraan yang lebih mendasar, seperti lapangan kerja, urbanisasi, harga-harga hasil pertanian yang rendah, infrastruktur yang terbeng-kalai, dan lain sebagainya. Terlalu naif memaknai distribution of wealth atau

distribution of justice dengan program raskin atau yang semacam itu.

Komitmen terhadap tujuan ber-negara yang diletakkan dalam suatu

platform yang jelas dengan segala refleksinya di bidang politik (dalam dan luar negeri), ekonomi, sosial dan lain-lain, harus dijadikan tuntutan dan dasar memilih pemimpin yang akan datang.

“Komitmen terhadap tujuan

bernegara yang diletakkan

dalam suatu

platform yang jelas

dengan segala refleksinya di

bidang politik (dalam dan luar

negeri), ekonomi, sosial dan

lain-lain, harus dijadikan

tuntutan dan dasar memilih

pemimpin yang akan datang.”

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kajian pustaka dan metodologi penelitian yang telah dibuat sebelumnya, penelitian ini menghasilkan suatu sistem atau aplikasi desktop yang berfungsi untuk

Ayat 1 Cukup jelas Ayat 2 Cukup jelas Pasal 9 Bagi PNS yang telah memenuhi persyaratan kompetensi jabatan struktural tertentu dapat diberikan sertifikat sesuai dengan pedoman

oPertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik) NOC : ❖ Immune Status ❖ Knowledge : Infection control ❖ Risk control Setelah dilakukan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif artinya peneliti

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan dan karunia-Nya, penyusunan Rencana Kerja (RENJA) Tahun 2020 Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota

Tujuan penelitian tindakan kelas ini dilakukan adalah Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada mata

Dinas Pendapatan daerah Kota Malang diharapkan mampu menggali potensi secara insentif jenis-jenis reklame yang lain untuk menghasilkan nilai kontribusi yang lebih