• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTENSI TURNOVER KARYAWAN DITINJAU DARI BUDAYA ORGANISASI, INSENTIF, DAN BEBAN KERJA : STUDI KASUS DI YAYASAN PESANTREN AL-QUR'AN NURUL FALAH SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTENSI TURNOVER KARYAWAN DITINJAU DARI BUDAYA ORGANISASI, INSENTIF, DAN BEBAN KERJA : STUDI KASUS DI YAYASAN PESANTREN AL-QUR'AN NURUL FALAH SURABAYA."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

INTENSI TURNOVER KARYAWAN DITINJAU DARI BUDAYA ORGANISASI, INSENTIF, DAN BEBAN KERJA

(Studi Kasus di Yayasan Pesantren Al- Qur’an Nurul Falah Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

SITI LAILATUS SA’ADAH

B94212084

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Siti Lailatus Sa’adah. NIM: B94212084. 2016. Skripsi. INTENSI TURNOVER KARYAWAN DITINJAU DARI BUDAYA ORGANISASI, INSENTIF, DAN BEBAN KERJA (STUDI KASUS DI YAYASAN PESANTREN AL-QUR’AN NURUL FALAH SURABAYA)

Kata Kunci : Intensi Turnover, Budaya Organisasi, Insentif, Beban Kerja.

Fokus Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana intensi turnover karyawan ditinjau dari budaya organisasi, insentif, dan beban kerja (studi kasus di Yayasan Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya) ?

Dalam menjawab permasalahan tersebut digunakan pendekatan kualitatif studi kasus, yaitu strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik validitas data menggunakan strategi validitas seperti memperpanjang keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif Miles dan Huberman. Teknik analisis ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah Jika dilihat dari aspek budaya organisasinya tidak ditemukan hasil yang menunjukkan bahwa budaya organisasi menjadi alasan penyebab terjadinya turnover. Dengan budaya yang telah diterapkan dan dipatuhi oleh semua karyawan di yayasan ini membuat mereka merasa nyaman, dan budaya- budaya tersebut bisa memberikan dampak positif bagi mereka semua.

Kemudian intens turnover ditinjau dari aspek insentif, ditemukan hasil bahwa ada karyawan yang melakukan turnover disebabkan karena jumlah upah yang rendah. Hasil ini selaras dengan teori bahwa penyebab utama intensi turnover salah satunya adalah karena upah yang terlalu rendah.

(7)

DAFTAR ISI

Cover ... i

Halaman Pesetujuan Dosen ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Motto ... iv

Halaman Persembahan ...v

Halaman Pernyataan Pertanggungjawaban ... viii

Abstrak ... ix

Kata Pengantar ...x

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ...xv

BAB I : Pendahuluan ...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian………..……..4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konsep……….. ……..5

F. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II : Kajian Teoritik ...10

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 10

B. Kerangka Teori ... 15

1. Intensi Turnover ... 15

2. Budaya Organisasi ... 16

3. Insentif ... 19

4. Tujuan Insentif ... 22

5. Beban Kerja ... 22

C. Perspektif Islam ... 25

1. Budaya Organisasi dalam Perspektif Islam... 25

(8)

3. Beban Kerja dalam Perspektif Islam ... 27

BAB III : Metode Penelitian ...28

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 28

B. Lokasi Penelitian ... 28

C. Jenis dan Sumber Data... 29

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Validitas Data ... 33

G. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV : Hasil Penelitian ...37

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 37

1. Penyajian Data ... 47

2. Analisis Data... 72

BAB V : Penutup ...81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran dan Rekomendasi ... 82

C. Keterbatasan Penelitian ... 82

Daftar Pustaka

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia adalah aset penting dalam upaya peningkatan

kualitas suatu masyarakat.1 Bahkan dalam sebuah struktur organisasi atau

kepemimpinan perusahaan misalnya, satu bagian khusus sengaja dibentuk

untuk bertanggung jawab mengatur dan mengeksplorasi sumber daya manusia

para anggota atau karyawan. Hal ini tentu karena hasil kerja dan karya sangat

ditentukan oleh kualitas SDM seseorang. Sumber Daya Manusia (SDM)

sangat dibutuhkan untuk mendukung aktivitas pengembangan perusahaan agar

perusahaan bisa berkesinambungan dan tepat sasaran. Karena, apabila sumber

daya manusianya dapat berjalan efektif, maka perusahaan tetap berjalan

efektif.

Mengembangkan sumber daya manusia yang sejalan dengan visi dan

misi perusahaan bukan pekerjaan mudah. Perusahaan dituntut untuk

menyiapkan individu-individu yang mampu melakukan pekerjaan secara

efektif dan efisien. Kendala yang terjadi pada perusahaan dalam

pengembangan sumber daya manusia adalah tingginya intensi turnover

karyawan yang mengakibatkan keluarnya karyawan dari perusahaan. Jika

karyawan keluar, otomatis perusahaan akan merekrut kembali pegawai baru.

Hal itu yang mengakibatkan pekerjaan perusahaan harus ditangani oleh

1

(10)

2

pegawai baru yang masih dalam tahap awal. Secara tidak langsung,

perusahaan mempunyai masalah baru dalam mengembangkan sumber daya

manusia tersebut. McKinnon menyatakan bahwa penyebab utama turnover

adalah karena kondisi lingkungan kerja yang buruk, upah yang terlalu rendah,

jam kerja melewati batas, serta tiadanya jaminan sosial.2

Budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan karyawan dan cara

persepsi itu menciptakan suatu pola keyakinan, nilai, dan ekspekstasi.3 Budaya

organisasi juga bermakna bersama (shared meaning) yang dianut oleh anggota organisasi yang membedakannya dari organisasi lainnya.4 Artinya, apabila

organisasi memiliki budaya yang lebih baik dari organisasi yang lainnya.

Maka, individu akan memilih organisasi tersebut untuk dijadikan sebagai

wadah dalam mengembangkan dirinya. Phiti Sithi Amnuai mengatakan bahwa

faktor budaya organisasi meliputi, perilaku pemimpin, mengedepankan misi

perusahaan, keteladanan pemimpin, proses pembelajaran, dan motivasi.5

Faktor yang lain turnover terjadi adalah faktor insentif. Suad Husnan

mengatakan bahwa insentif merupakan suatu bentuk motivasi yang dinyatakan dalam

bentuk uang.6 Insentif menjadi suatu bentuk rangsangan yang diharapkan dapat

memotivasi para karyawan untuk dapat memberikan hasil kerja yang baik kepada

2 McKInnon dikutip oleh Ferry Novliadi, 2007,”

intensi turnover karyawan ditinjau dari budaya perusahaan dan kepuasan kerja”. Disertasi, Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, hal. 4

3

John M. Ivancvich, dkk, 2006, Perilaku dan manajemen organisasi edisi ketujuh jilid 1,

PENERBIT ERLANGGA, Jakarta, hal. 44

4

Jusmaliani, 2011, Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 207

5

Phiti Sithi Amnuai dikutip olehElsa Vosva Sari, 2013, “Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.Taspen (Persero) Cabang Yogyakarta”, Skripsi Program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

6

(11)

3

perusahaan. Turnover terjadi apabila pegawai merasa bahwa insentif yang diberikan

perusahaan kepada pegawai tidak sesuai dengan pekerjaannya.

Faktor yang juga mempengaruhi turnover terjadi dalam perusahaan yaitu beban kerja. Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh

suatu jabatan atau unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume

kerja dan norma waktu.7 Maksudnya, beban kerja adalah tanggungjawab yang

harus diselesaikan dan dikerjakan oleh karyawan dalam sebuah instansi.

Beban kerja dari setiap karyawan tidak sama sesuai dengan posisi dan

job disc masing- masing karyawan. Jika karyawan tersebut merasa berat dengan pekerjannya kemudian waktunya yang kurang sesuai untuk

penyelesain tugasnya maka karyawan tersebut akan merasa jenuh atas beban

kmerja yang diembannya. Hal ini bisa memicu rasa kurang puas karyawan

dengan kondisi yang seperti ini sehingga intensi turnover bisa terjadi dalam sebuah instansi.

Dari hal itu peneliti ingin meninjau dari segi budaya organisasi, insentif,

dan beban kerja. Bagaimana intensi turnover terjadi dalam sebuah perusahaan. Kemudian, lembaga yang akan dijadikan objek penelitian untuk mengetahui

bagaimana intensi turnover karyawan ditinjau dari budaya organisasi, insentif, dan beban kerja (Studi Kasus di Yayasan Pesantren Al- Qur’an Nurul Falah

Surabaya). Yayasan ini adalah lembaga yang berbasis islam yaitu Yayasan

Pesantren Al- Qur’an Nurul Falah Surabaya yang berlokasi di Jl Ketintang

7

Soleman, A, 2011, Analisis Beban Kerja Ditinjau Dari Faktor Usia Dengan Pendekatan

(12)

4

Timur PTT-VB Surabaya.8 Peneliti tertarik ingin meneliti bagaimana intensi

turnover karyawan ditinjau dari budaya organisasi, intensi turnover karyawan ditinjau dari insentif, dan intensi turnover karyawan ditinjau dari beban kerja (Studi Kasus di Yayasan Pesantren Al- Qur’an Nurul Falah Surabaya).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana intensi turnover karyawan ditinjau dari budaya organisasi (Studi Kasus di Yayasan Pesantren Al- Qur’an Nurul Falah Surabaya)?

2. Bagaimana intensi turnover karyawan ditinjau dari insentif (Studi Kasus di Yayasan Pesantren Al- Qur’an Nurul Falah Surabaya)?

3. Bagaimana intensi turnover karyawan ditinjau dari beban kerja (Studi Kasus di Yayasan Pesantren Al- Qur’an Nurul Falah Surabaya)?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana intensi turnover karyawan ditinjau dari budaya organisasi (Studi Kasus di Yayasan Pesantren Al- Qur’an Nurul Falah

Surabaya).

2. Mengetahui bagaimana intensi turnover karyawan ditinjau dari insentif (Studi Kasus di Yayasan Pesantren Al- Qur’an Nurul Falah Surabaya).

3. Mengetahui bagaimana intensi turnover karyawan ditinjau dari beban kerja (Studi Kasus di Yayasan Pesantren Al- Qur’an Nurul Falah

Surabaya).

8

(13)

5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

pengembangan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan

pengembangan manajemen sumber daya manusia di lembaga Islam.

b. Mampu menarik minat pembaca untuk turut berantusias dalam

pengembangan sumber daya manusia pada sebuah perusahaan.

2. Manfaat secara praktis

a. Menjadi bahan pertimbangan bagi Yayasan Pesantren Al-Qur’an Nurul

Falah Surabaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya

di dalam membangun kualitas karyawan.

b. Menambah bahan bacaan tentang masalah turnover di lingkungan

akademisi dan instansi.

c. Sebagai bahan informasi penelitian selanjutnya.

E. Definisi Konsep

1. Intensi turnover

Intensi turnover adalah suatu gambaran tentang pikiran untuk keluar mencari pekerjaan di tempat lain, serta meninggalkan organisasi.9

Turnover intention merupakan dampak terburuk dari ketidakmampuan

9 Putri aninditatrini, 2013, “intensi turnover ditinjau dari komitmen organisasi pada Rumah sakit

(14)

6

suatu organisasi dalam mengelola perilaku individu sehingga individu

merasa memiliki intensi pindah kerja yang tinggi.10

Maksudnya, Intensi turnover juga merupakan kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya secara sukarela

menurut pilihannya sendiri. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

turnover, diantaranya adalah faktor eksternal, yakni pasar tenaga kerja,faktor institusi yakni kondisi ruang kerja, upah, ketrampilan kerja,

dan supervisi, karakteristik personal dari karyawan seperti intelegensi,

sikap, masa lalu, jenis kelamin, minat, umur, dan lama bekerja serta reaksi

individu terhadap pekerjaanya.

2. Budaya organisasi

Budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan karyawan dan cara

persepsi itu menciptakan suatu pola keyakinan, nilai, dan ekspektasi.11

Maksudnya, persepsi karyawan terhadap budaya dalam menciptakan

keyakinan dalam dirinya. Fungsi dari budaya organisasi bermacam-

macam yaitu, budaya berperan sebagai batas yang membedakan organisasi

yang satu dari yang lainnya, budaya memberikan identitas diri pada

anggota organisasi, budaya memfasilitasi timbulnya komitmen pada

sesuatu yang lebih besar dari kepentingan diri individu, budaya

menstabilkan sistem sosial, karena ia memberikan standart yang mengikat

10

Yosua Melky, 2015, Hubungan kepuasan kerja dan komitmen organisasi dengan intensi pindah,

jurnal psikologi, Vol.3, No.3, hal. 698.

11

(15)

7

perilaku anggota organisasi, dan budaya berperan sebagai mekanisme

control yang membentuk sikap dan perilaku anggota organisasi.12

3. Insentif

Insentif merupakan suatu bentuk motivasi yang dinyatakan dalam

bentuk uang.13 Tujuan utama insentif adalah untuk meningkatkan motivasi

karyawan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan dengan menawarkan

perangsang finansial dan melebihi upah dan gaji dasar.14 Maksudnya,

Insentif diberikan kepada karyawan agar bisa memberikan semangat kerja

pada mereka. Jika karyawan merasa semangat dalam bekerja, maka

pekerjaan yang diharapkan organisasi lebih cepat terselesaikan dengan

hasil yang baik.

4. Beban kerja

Beban kerja merupakan besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh

suatu jabatan atau unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume

kerja dan norma waktu.15 Maksudnya, jabatan yang diemban oleh

karyawan dalam sebuah ikatan kerja di instansi. Beban kerja bisa terjadi

jika dalam sebuah instansi tersebut karyawan merasa berat dan muncul

ketidakpuasan karyawan terhadap pekerjaannya.

12

Jusmaliani, 2011, Pengelolaan sumber daya insani, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 209

13

Heidjrachman suad Husnan, 1996, Manajemen personalia, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta, hal. 161

14

Sentot imam wahjono, 2008, Manajemen tata kelola organisasi bisnis, PT INDEKS: Jakarta, hal. 128

15

Soleman, A, 2011, Analisis Beban Kerja Ditinjau Dari Faktor Usia Dengan Pendekatan

(16)

8

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi uraian garis besar tentang pokok bahasan

dalam setip bab penelitian, yang disusun mulai awal hingga akhir mulai

pendahuluan hingga kesimpulan.16 Untuk itu, maka disusunlah sistematika

pembahasan, antara lain:

Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berisi tentang gambaran

umum penelitian yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika

pembahasan.

Bab kedua adalah kajian teoritik. Bab ini berisi tentang penelitian

terdahulu yang relavan dan kerangka teori yang sudah dipadu dengan

perspektif Islam.

Bab ketiga adalah metode penelitian. Bab ini berisi tentang metode

penelitian yang menjelaskan tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi

penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan

data, teknik validitas data dan teknik analisis data.

Bab keempat adalah pembahasan. Bab ini berisi pembahasan yang

memaparkan tentang Intensi turnover pegawai ditinjau dari budaya organisasi,

citra organisasi, insentif, dan beban kerja (Studi Kasus di Yayasan Pesantren

Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya). Bab ini terbagi menjadi tiga sub

pembahasan, yaitu gambaran umum obyek penelitian, penyajian data dan

pembahasan hasil penelitian dengan menganalisis data yang telah didapatkan.

16

(17)

9

Bab kelima adalah penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan serta

rekomendasi. Terdapat tiga sub bab didalamnya, yaitu kesimpulan, saran dan

(18)

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Skripsi Ferry Novliadi yang berjudul “Intensi turnover karyawan ditinjau dari budaya perusahaan dan kepuasan kerja”. Penelitian bertujuan

untuk memberikan penjelasan mengenai hubungan budaya perusahaan dan

kepuasan kerja dengan intensi turnover pada karyawan.17

Hal yang membedakan penelitian milik Ferry Novliadi dengan penelitian

ini adalah variabel yang akan ditinjau ada empat sedangkan dengan penelitian

Ferry beliau meninjau dari dua variabel saja. Persamaannya disini adalah

temanya sama membahas tentang intensi turnover dan salah satunya variabelnya sama dengan penelitian ini yaitu variabel kepuasan kerja. Serta

metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif.

Hasil dari penelitian Ferry dapat disimpulkan bahwa budaya perusahaan

dan kepuasan kerja berhubungan dengan intensi turnover. Hubungan antara budaya perusahaan dan kepuasan kerja dengan intensi turnover karyawan bersifat negatif, dimana semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan dan

semakin kuat budaya perusahaan maka semakin rendah tingkat intensi

turnover karyawan.

Skripsi Aningeti Prihandini Etnaningtiyas yang berjudul “Faktor- faktor

yang mempengaruhi intensi turnoverpada karyawan PT. Alenatex Bandung ”.

17

Ferry novliadi, 2007, “intensi turnover karyawan ditinjau dari budaya perusahaan dan

(19)

11

Penelitian bertujuan untuk menguji faktor- faktor yang mempengaruhi intensi

turnover.

Hal yang membedakan penelitian milik Aningeti Prihandini

Etnaningtiyas dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan kuantitatif

sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Variabelnya hanya

satu sedangkan penelitian ini menggunakan empat variabel. Persamaannya

disini adalah temanya sama membahas tentang intensi turnover.

Hasil penelitian Aningeti menunjukkan bahwa group cohesiveness

secara negatif mempengaruhi intensi turnover meskipun tidak signifikan.

Personality job fit secara positif mempengaruhi intensi turnover meskipun tidak signifikan. Kepuasan kerja secara negatif mempengaruhi intensi

turnover meskipun tidak signifikan. Usia, jenis kelamin, status marital, pendidikan, dan masa kerja secara negatif mempengaruhi intensi turnover dan signifikan. Namun, jika dilihat perdimensi, maka ditemukan bahwa dimensi

conscienticousness, pay, dan promotion berpengaruh signifikan terhadap intensi turnover.18

Skripsi Yatna Nayaputera yang berjudul “Analisis pengaruh kepuasan

kerja dan stress kerja terhadap intensi turnover customer service employee di PT. Plaza Indonesia Realty Tbk”. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan

bagaimana besarnya pengaruh kepuasan kerja terhadap intensi turnover customer service employee, stress kerja terhadap intensi turnover customer

18

(20)

12

service employee, dan kepuasan kerja dan stress kerja terhadap customer service employee di PT. Plaza Indonesia Realty Tbk.19

Hal yang membedakan penelitian milik Yatna Nayaputera dengan

penelitian ini adalah metode yang digunakan kuantitatif sedangkan penelitian

ini menggunakan metode kualitatif. Persamaannya disini adalah temanya

sama membahas tentang intensi turnover dan ada salah satu variabel yang sama yakni variabel kepuasan kerja.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa intensi turnover pada

customer service employee dipengaruhi secara negative dan signifikan oleh besarnya persepsi customer service employee akan kepuasan kerja. Selain itu intensi turnover customer service employee juga dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh besarnya persepsi customer service employee akan stress kerja. Sedangkan intensi turnovercustomer service employee juga dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh besarnya persepsi customer service employee akan kepuasan kerja dan stress kerja.

Jurnal oleh Laksmi Sito Dwi Irvianti yang berjudul “ Analisis pengaruh

stress kerja, beban kerja, da lingkungan kerja terhadap turnover intention

karyawan pada PT. XL AXIATA TBK JAKARTA”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh stress kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja

terhadap turnover intention karyawan PT XL AXIATA TBK JAKARTA. Hal yang membedakan penelitian milik Laksmi Sito Dwi Irvianti dengan

penelitian ini adalah metode yang digunakan kuantitatif sedangkan penelitian

19Yatna Nayaputera, 2011, “Analisis pengaruh kepuasan kerja dan stress kerja terhadap intensi

(21)

13

ini menggunakan metode kualitatif. Konsepnya sama dengan penelitian ini ada

tiga konsep. Persamaannya disini adalah temanya sama membahas tentang

intensi turnover dan satu konsepnya sama yaitu beban kerja.

Hasil penelitian Laksmi menunjukkan bahwa Dari hasil penelitian,

diketahui variabel X1 (stres kerja) secara parsial berpengaruh terhadap

variabel Y (turnover intention). Variabel X2 (beban kerja) secara parsial

berpengaruh terhadap variabel Y (turnover intention). Variabel X3

(lingkungan kerja) secara parsial berpengaruh terhadap variabel Y (turnover

intention). Dan diketahui variabel X1 (stres kerja), X2 (beban kerja) dan X3

(lingkungan kerja) mempengaruhi variabel Y(turnover intention) secara

simultan.

Berdasarkan keempat penelitian diatas, penelitian dengan judul “Intensi

turnover karyawan ditinjau dari budaya organisasi, insentif, dan beban kerja

(Studi Kasus di Yayasan Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya)

memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian yang telah disebutkan diatas

dan juga memiliki beberapa persamaan. Berikut ini ditampilkan dalam bentuk

tabel untuk lebih mudah difahami :

Nama Pengarang Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

Ferry Novliadi

Intensi turnover

karyawan ditinjau

dari budaya

perusahaan dan

 Tema

 Metode

penelitian

 Menggunakan

(22)

14

kepuasan kerja

Aningeti

Prihandini

Etaningtiyas

Faktor- faktor

yang

mempengaruhi

intensi turnover

pada karyawan

PT. Alenatex

Bandung

 Tema  Metode

penelitian

 Menggunakan

1 variabel

Yatna Nayaputera Analisis pengaruh

kepuasan kerja

dan stress kerja

terhadap intensi

turnover

customer service employee di PT. Plaza Indonesia

Realty Tbk

 Tema  Metode

penelitian

Laksmi Sito Dwi

Irvianti

Analisis Pengaruh

Stres Kerja,

Beban Kerja, dan

Lingkungan Kerja

terhadap

Turnover

 Tema

 Satu

konsep

sama

yaitu

beban

 Metode

(23)

15

Iintention

Karyawan pada

PT XL AXIATA

TBK JAKARTA

kerja

Tabel 1. 1 Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu.

B. Kerangka Teori

1. Intensi Turnover

a. Pengertian Intensi Turnover

Intensi turnover adalah suatu gambaran tentang pikiran untuk keluar mencari pekerjaan di tempat lain, serta meninggalkan

organisasi.20 Turnover intention merupakan dampak terburuk dari ketidakmampuan suatu organisasi dalam mengelola perilaku individu

sehingga individu merasa memiliki intensi pindah kerja yang tinggi.21

Oleh karena itu, perilaku yang nampak dari seseorang ketika

muncul turnover intention dalam dirinya adalah mencari lowongan pekerjaan yang lebih baik di tempat lain. Dan sebab- sebab yang

terjadi bisa ditinjau beberapa sisi diantaranya ditinjau komitmen kerja,

kepuasan kerja bahkan budaya organisasinya.

b. Teori Intensi Turnover

1) Grand teori intensi turnover

2) Teori pembentukan tingkah laku

20 Putri aninditatrini, 2013, “intensi turnover ditinjau dari komitmen organisasi pada Rumah sakit

qolbu insane mulia (QIM) Batang”,Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal. 12.

21

Yosua Melky, 2015, Hubungan kepuasan kerja dan komitmen organisasi dengan intensi pindah,

(24)

16

3) Teori atribusi

2. Budaya Organisasi

Budaya adalah sebagian kompleks asumsi tingkah laku cerita,

metos metafora dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk

menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu. Budaya

adalah sebagai pola semua suasana baik material atau semua perilaku

yang sudah di adopsi masyarakat sebagai cara tradisional sebagai

pemecahan masalah- masalah anggotanya. 22

Budaya organisasi adalah suatu sistem dari makna bersama

(shared meaning) yang dianut oleh anggota organisasi yang membedakannya dari organisasi lainnya.23 Phiti Sithi Amnuai

mengatakan bahwa faktor budaya organisasi meliputi, perilaku

pemimpin, mengedepankan misi perusahaan, keteladanan pemimpin,

proses pembelajaran, dan motivasi.24

Ada tujuh karakteristik utama yang menghimpun esensi dari

budaya organisasi:25

a. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didorong

untuk inovatif dan berani mengambil resiko.

22

Ismail nawawi, 2010, perilaku organisasi, CV. Dwiputra Pustaka Jaya: Jakarta, hal. 365

23

Jusmaliani, 2011, Pengelolaan sumber daya insani, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 207

24

Phiti Shiti Amnuai dikutip oleh Elsa Vosva Sari, 2013, “Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.Taspen (Persero) Cabang Yogyakarta”, Skripsi Program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

25

(25)

17

b. Memperhatikan hal- hal yang rinci. Sejauh mana karyawan

diharapkan memperhatikan presisi, analisis dan perhatian pada

masalah- masalah kecil.

c. Orientasi pada hasil. Sejauh mana manajemen berfokus pada hasil

dan bukan pada proses yang digunakan untuk mendapatkan hasil.

d. Orientasi pada manusia. Sejauh mana putusan- putusan manajemen

memperhatikan akibat dari hasil pada orang- orang dalam

organisasi.

e. Orientasi pada tim. Sejauh mana aktivitas kerja ditata melalui tim

dan bukan pada individu.

f. Agresivitas. Sejauh mana karyawan agresif dan bersaing dan bukan

memudahkan segala sesuatunya (easygoing).

g. Stabilitas. Sejauh mana aktivitas organisasi menekankan pada

menjaga status-quo dan bukan pada pertumbuhan.

Fungsi dari budaya organisasi bermacam- macam yaitu, budaya

berperan sebagai batas yang membedakan organisasi yang satu dari

yang lainnya, budaya memberikan identitas diri pada anggota

organisasi, budaya memfasilitasi timbulnya komitmen pada sesuatu

yang lebih besar dari kepentingan diri individu, budaya menstabilkan

sistem sosial, karena ia memberikan standart yang mengikat perilaku

anggota organisasi, dan budaya berperan sebagai mekanisme control

yang membentuk sikap dan perilaku anggota organisasi.26

26

(26)

18

a. Karateristik budaya organisasi

Setiap organisasi memiliki budaya organisasi yang berbeda-

beda. Namun, budaya organisasi menunjukkan ciri- ciri, sifat, atau

karakteristik tertentu untuk menunjukkan kesamaannya.

b. Peranan budaya orgaisasi

Tidak hanya karakteristik dan fungsi budaya harus difahami.

Tetapi, peranan yang terkandung dalam budaya organisasi juga

harus difahami.27

1) Budaya memberikan rasa identitas

Semakin jelas persepsi dan nilai- nilai bersama organisasi

didefinisikan, semakin kuat orang dapat disatukan dengan misi

organisasi dan merasa menjadi bagian penting darinya.

2) Budaya membangkitkan komitmen pada misi organisasi

Terkadang orang masih bingung seberapa besarkah

tingkat pengaruh budaya organisasi terhadap dirinya. Tetapi,

apabila ada kekuatan budaya orang akan merasa keberadaannya

memiliki bagian penting dalam organisasi tersebut. Sehingga,

budaya bisa mengingatkan orang tentang apa makna

sebenarnya organisasi itu.

3) Budaya memperjelas dan memperkuat standart perilaku

Maksudnya, dengan adanya budaya organisasi bisa

memberikan arahan yang jelas bagi karyawan terkait perilaku

27

Jerald Greenberg dan Robert A. Barond ikutip oleh Wibowo, 2013, Budaya Organisasi,

(27)

19

dan perkataan yang sesuai dalam lingkungan kerja. Budaya

organisasi juga membimbing kata dan perbuatan pekerja agar

apa yang akan dikatakan dan dilakukan sesuai dengan pedoman

bagaimana harus berperilaku. Sehingga, suatu perusahaan

dengan budaya yang sangat kuat seperti ini, akan mendukung

kepuasan konsumen

3. Insentif

Insentif merupakan suatu bentuk motivasi yang dinyatakan dalam

bentuk uang.28 Insentif diberikan dimaksudkan untuk memberikan

upah/ gaji yang berbeda karena memang prestasi kerja karyawan yang

berbeda. Jadi, bisa direalisasikan ketika contoh kedua karyawan

memiliki jabatan yang sama.

Namun, karena tingkat prestasi yang dihasilkan tidak sama

akhirnya upah yang mereka terima pun tidaklah sama. Pelaksanaan

sistem upah insentif ini dimaksudkan perusahaan untuk meningkatkan

produktivitas karyawan, dan mempertahankan karyawan yang

berprestasi untuk tetap berada dalam perusahaan. Sistem pengupahan

insentif antara lain sebagai berikut :

a. Pembayarannya agar diupayakan cukup sederhana, sehingga

mudah dimengerti dan dihitung oleh karyawan yang bersangkutan

sendiri.

28

(28)

20

b. Upah insentif yang diterima benar- benar dapat menaikkan

motivasi kerja mereka, sehingga “output” dan efisiensi kerjanya

juga meningkat.

c. Pelaksanaan pengupahan insentif hendaknya cukup cepat, sehingga

karyawan yang berprestasi lebih tersebut cukup cepat pula

merasakan nikmatnya orang berprestasi lebih tersebut.

d. Penentuan standart kerja ataupun standart produksi hendaknya

secermat mungkin, dalam arti: tidak terlalu tinggi, sehingga tidak

terjangkau oleh umumnya karyawan, atau tidak terlalu rendah,

sehingga tidak terlalu mudah dicapai karyawan.

e. Besarnya upah normal dengan standart kerja per jam hendaknya

cukup merangsang pekerja atau karyawan untuk bekerja lebih

giat.29

Dalam sistem pengupahan karyawan yang dipaparkan diatas

sudah cukup jelas. Namun, agar lebih mudah difahami bisa

dispesifikan dengan berbagai bentuk rencana insentif yang dikaitkan

dengan produktivitas individual, kelompok, dan perusahaan secara

keseluruhan.

a. Sistem insentif individual

Sistem ini adalah sistem pengupahan konvensional yang telah

diterapkan pada zamannya Taylor, berbagai bentuk insentif

individual itu adalah Insentif untuk karyawan operasional, biasanya

29

(29)

21

berdasarkan pada unit keluaran (piece rates), waktu (time bonuses), atau atas dasar unit keluaran langsung (straight piece waork), Insentif untuk manajer, biasanya berupa bonus tunai (cashtion),

stock appreciation rights, phantom stock plan, atau pemberian saham dalam jumlah tertentu bila sasaran tertentu dipenuhi, Sistem

sugesti sebagai contoh insentif diberikan kepada manajer yang

berhasil menghemat atau berhasil mencapai sasaran- sasaran yang

bersifat kualitatif dan Komisi.

b. Sistem insentif kelompok

Pencapaian hasil kerja tidak hanya dihasilkan dari sistem

individual saja. Tetapi, terkadang dalam sebuah organisasi sistem

kelompok juga memiliki peran yang juga bisa menghasilkan hasil

kerja yang bagus. Berbagai bentuk insentif kelompok itu adalah

Unit keluaran kelompok (group piece rates), Bagi hasil produksi (

production sharing plan), Bagi laba (profit sharing), Pemilik saham perusahaan oleh karyawan (employee stock ownership).30

Selanjutnya, sifat dasar dari insentif yang harus dipenuhi agar

sistem upah insentif tersebut dapat berhasil yaitu, pembayarannya

hendaknya sederhana, sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh

karyawan sendiri, penghasilan yang diterima buruh hendaknya

langsung menaikkan output dan efisiensi, pembayarannya hendaknya

dilakukan secepat mungkin, standart kerja hendaknya ditentukan

30

(30)

22

dengan hati- hati. Standart kerja yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

sama tidak baiknya, besarnya upah normal dengan standart kerja per

jam hendaknya cukup merangsang pekerjaan untuk bekerja lebih

giat.31

4. Tujuan Insentif

Tujuan utama insentif adalah untuk meningkatkan motivasi

karyawan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan dengan

menawarkan perangsang finansial dan melebihi upah dan gaji dasar.32

Maksudnya, Insentif diberikan kepada karyawan agar bisa memberikan

semangat kerja pada mereka. Jika karyawan merasa semangat dalam

bekerja, maka pekerjaan yang diharapkan organisasi lebih cepat

terselesaikan dengan hasil yang baik.

5. Beban Kerja

Menurut Dhania beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang

membutuhkan keahlian dan harus dikerjakan dalam jangka waktu

tertentudalam bentuk fisik ataupun psikis.33 Menurut Hariyono beban

kerja adalah jangka waktu dalam melakukan aktivitas pekerjaan sesuai

31

Anwar Prabu Mangkunegara, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. REMAJA ROSDAKARYA: Bandung, hal. 90.

32

Sentot imam wahjono, 2008, Manajemen tata kelola organisasi bisnis, PT INDEKS: Jakarta, hal. 128

33

(31)

23

dengan kemampuan dan kapasitaskaryawan dengan tidak menunjukan

tanda kelelahan.34

Beban kerja merupakan Beban kerja merupakan besaran pekerjaan

yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan

merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.35

Maksudnya, jabatan yang diemban oleh karyawan dalam sebuah ikatan

kerja di instansi. Beban kerja bisa terjadi jika dalam sebuah instansi

tersebut karyawan merasa berat dan muncul ketidakpuasan karyawan

terhadap pekerjaannya.

Menurut Suwarto, beban kerja adalah beban layak pekerjaan yang

berlebihan. Beban ini pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Beban layak kuantitatif, yaitu beban yang terlalu banyak untuk

dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan.

b) Beban layak kualitatif, yaitu individu merasa kurang memiliki

kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, karena standart

terlalu tinggi.

Suatu studi yang menguji hubungan antara beban layak, beban

kurang, dan stress. Tingkat stress optimal dapat menyajikan tingkat

keseimbangan yang terbaik antara tanggapan, tanggungjawab, dan

34

Hariyono dikutip oleh Putu Melati Purbaningrat, 2015, Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja DengannStres Kerja Sebagai Variabel Mediasi, jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 5, hal. 3

35

Soleman, A, 2011, Analisis Beban Kerja Ditinjau Dari Faktor Usia Dengan Pendekatan

(32)

24

imbalan.36 James L. Gibson berpendapat bahwa ada 2 hal yang dapat

mempengaruhi beban kerja, yaitu tanggungjawab dan harga diri (self- estreem). Dengan demikian faktor- faktor yang mempengaruhi beban kerja ada 10 hal, yaitu:37

a. Time Pressure (Tekanan Waktu). Hal ini berhubungan dengan desakan waktu untuk karyawan dalam penyeleesaian kerjanya. Hal

ini menimbulkan beban kerja berlebihan kuantitatif, yaitu muncu

banyaknya kesalahan atau kondisi atau kesalahan seseorang.

b. Jadwal Kerja atau Jam Kerja. Hal ini berhubungan dengan

penyesuaian waktu antara pekerjaan dengan waktu.

c. Role Ambiguity and Role Conflict. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap beban kerjanya.

d. Kebisingan. Mempengaruhi pekerjaan dalam hal kesehatan dan

performance-nya. Hal ini dapat mempengaruhi efektivitas kerja

karyawan.

e. Information Overload (Informasi Berlebihan). Banyaknya informasi yang masuk dan diserap pekerja dalam waktu yang

bersamaan dapat menyebabkan beban kerja semakin berat.

f. Itemperature Extremes Or Heat Overload. Hal ini sama halnya dengan kebisingan, faktor kondisi kerja yang beresiko seperti

tingginya temperature dalam ruangan kerja.

36

FX Suwarto, 2010, Perilaku Keorganisasian, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 272

37

(33)

25

g. Repretitive Action. Banyaknya pekerjaan yang membutuhkan aksi tubuh secara berulang, seperti pekerja yang menggunakan

computer dan menghabiskan sebagian besar waktunya dengan

mengetik, dsb.

h. Aspek Ergonomi dalam Lay Out Tempat Kerja. Untuk menjaga

agar pekerja tetap berada dalam mengoptimasi lay out tersebut harus menghasilkan posisi anatomi yang baik dan layak.

i. Tanggungjawab. Merupakan beban kerja bagi sebagian orang.

Jenis- jenis tanggungjawab yang berbeda, berbeda pula fungsinya

sebagai bentuk penekan.

j. Harga diri (Self –Estreem). Tingkat harga tinggi yang lebih tinggi berhubungan erat dengan kepercayaan yang lebih besar agar

kemampuan orang untuk menangani penekanan dengan hasil yang

baik.

C. Perspektif Islam

1. Budaya organisasi

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Shaff ayat- 4 disebutkan:38

































Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan- akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

38

(34)

26

Dalam ayat tersebut diatas budaya organisasi ditunjukkan dalam kata

shaff” yang artinya barisan yang teratur.kata barisan dimaknai sebagai

organisasi sedangkan kata teratur memaknai dari budayanya. Sehingga

dapat disimpulkan dari makna “shaff” berarti barisan yang teratur

memiliki makna sebuah kelompok yang memiliki budaya yang tertata dan

tertib.

Ketika budaya sudah tertata dan tertib maka karyawan akan merasa

nyaman dan kerjanya semakin semangat. Namun, jika budaya yang berada

dalam organisasi tersebut tidak tertata dan akhirnya tidak kondusif

pemandangan dalam organisasi tersebut. Maka, ada kemungkinan para

karyawan akan merasa tidak betah, tidak nyaman dan lebih memilih untuk

ingin keluar dan mencari kerja ditempat lain.

2. Insentif

Islam menjamin dan melindungi mereka yang mau bekerja keras dan

menyuruh para majikan untuk menghargai kerja keras orang yang mau

bekerja kepadanya. Dalam Surat Al- Ahqaf ayat 19 disebutkan:39







































Artinya: dan bagi masing- masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan- pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.

Dari ayat diatas jelas bahwa seseorang yang bekerja wajib

mendapatkan penghargaan atas apa yang telah dikerjakannya. Begitu juga

39

(35)

27

dengan seorang direktur dalam yayasan ini wajib baginya untuk

memberikan penghargaan yang bisa membuat para karyawan semangat

dalam bekerja dan mereka juga akan merasakan kepuasan atas kinerjanya

3. Beban kerja

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 286 menjelaskan bahwa:

















































































































































































Artinya:”Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan

kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya. (mereka berdoa):” Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau

hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan Kami, Janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang- orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatillah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadapkaum kafir”.40

Maksud dari ayat diatas adalah Allah tidak akan memberikan beban

atau tanggungjawab yang berat melebihi kemampuan yang dimiliki

hambanya. Jika dikaitkan dengan beban kerja disini bahwa karyawan

diberikan tanggungjawab harus dilakukan dengan baik. Jika kinerja bagus

maka hasil yang diterima karyawan akan sesuai atas kinerjanya dan

sebaliknya.

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk

menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu

atau sekelompok orang.41 Peranan metode dalam penelitian sangat penting,

karena hal ini sangat berhubungan dengan validitas. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan pendekatan studi kasus (case study).

Studi kasus ialah strategi penelitian dimana didalamnya peneliti

menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau

sekelompok individu. Kasus- kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan

peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan

berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah

ditentukan.42

B. Lokasi Penelitian

Obyek penelitian adalah yang menjadi pokok perhatian dari suatu

penelitian.43 Penelitian ini akan dilakukan di Yayasan Pesantren Al-Qur’an

Nurul Falah Surabaya Jl. Ketintang Timur PTT-VB Surabaya.44

41

Lexy J. Moleong, 2009, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, PT Remaja Rosdakarya,

Bandung, hal. 5.

42

John W. Creswell, 2013, Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed, edisi ketiga, PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta, hal, 20.

43

Suharmisi Arikunto, 1992, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, Bina aksara, Jakarta, hal. 91

44

(37)

29

C. Jenis dan Sumber Data

1. Sumber data primer

Data primer merupakan data yang berasal dari sumber yang asli.

Data primer ini tidak tersedia dalam bentuk file. Data ini harus di cari

melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya sering disebut responden,

yaitu orang-orang yang kita jadikan obyek penelitian atau orang yang kita

jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi atau data.45 Data primer

dalam penelitian ini adalah data yang diambil langsung dari Yayasan

Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya. 2. Sumber data sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita

hanya mencari dan mengumpulkan.46 Untuk memperoleh data sekunder,

penulis membaca berbagai referensi yang terkait dengan penelitian ini

seperti berasal dari majalah dan halaman web.

D. Tahap- tahap Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan

a. Menyusun Rancangan Penelitian; Pembuatan rancangan matriks dan

proposal penelitian.

b. Memilih Lapangan Penelitian; Yayasan Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya sebagai tempat penelitian.

45

Jonathan Sarwono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 129

46 Ibid

(38)

30

c. Mengurus Perizinan; Mengirimkan surat perizinan untuk penelitian

dari pihak jurusan/ fakultas kepada pihak Yayasan Pesantren

Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya.

d. Memilih Informan; Memilih target informan dari Yayasan Pesantren

Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya.

e. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian; Membawa alat tulis, perekam

dan alat lain yang mendukung untuk penelitian di Yayasan Pesantren

Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya.

f. Persoalan Etika Penelitian; Memahami etika dan menerapkan etika

seorang peneliti. Mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh pihak

Yayasan Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri; Memahami latar

belakang penelitian di Yayasan Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya dan mempersiapkan diri melalui bimbingan dengan dosen

pembimbing.

b. Memasuki Lapangan; Melakukan penelitian langsung ke Yayasan

Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya.

3. Tahap Analisis Data

Menganalisis data yang telah diperoleh dari Yayasan Pesantren

Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya dengan menggunakan teknik analisis data

(39)

31

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.47

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standart data yang ditetapkan.

1. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dan informan.48 Dalam melakukan wawancara selain

membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka

pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder,

gambar, brosur dan material yang lain yang dapat membantu pelaksanaan

wawancara menjadi lancar.49 Wawancara ini akan dilakukan untuk

mencari data terkait intensi turnover ditinjau dari budaya organisasi, insentif, dan kepuasan kerja kepada pihak karyawan di Yayasan Pesantren

Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya yang di resign di tahun 2015 yaitu, Mbak Eka (Selaku Admin ZIS), Mbak Khusnul (Selaku Bidang Keuangan), Mas

Akib (Staff Penerbitan), dan Mbak Ivo (Selaku Sekretaris umum).

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan melihat dan

menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subyek sendiri atau

47

Sugiyono.2013. Metode penelitian pendidikan. Alfabeta, Bandung, hal. 308

48

Burhan Bungin, 2011, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Prenada Media Group, Jakarta, hal. 111.

49

(40)

32

orang lain tentang subyek.50 Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian juga akan

semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis

akademik dan seni yang telah ada.51 Beberapa data yang ingin diteliti

adalah dokumen standar kinerja, struktur organisasi, perekrutan karyawan,

dan data karyawan.

3. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.52 Data

itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat canggih,

sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun

yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.53

Dalam observasi ini, peneliti akan melakukan pengamatan ke lokasi

sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai

mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat penulis simpulkan yang

dimaksud dengan observasi adalah cara penulis mengumpulkan data

dengan mengamati aktivitas bekerja para karyawan yang berada di

Yayasan Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya. Beberapa data yang ingin diteliti adalah tentang aktifitas lama waktu kerjanya, budaya

50

Haris Herdiansyah, 2011, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Salemba Humanika, Jakarta, hal.143.

51

Sugiyono.2013. Metode penelitian pendidikan. Bandung: alfabeta. hal. 329

52

Burhan Bungin, 2011, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Prenada Media Group, Jakarta, hal. 118.

53

(41)

33

perusahaan, proses memotivasi, membuat standart kerja, struktur

organisasi, proses standarisasi & pelatihan Qiroati dan proses penjualan

produk yayasan.

F. Teknik Validitas Data

Validitas didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat

dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara

umum.54Sehingga, Untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam menilai

akurasi data. Maka, dibutuhkan beberapa strategi validitas, seperti:

1. Memperpanjang keikutsertaan

Hal ini dilakukan untuk memperkuat pengumpulan data. Untuk lebih

menvalidkan kembali data yang terkumpul dan dapat

dipertanggungjawabkan. Sehingga peneliti perlu kembali ke lapangan

untuk melakukan pengamatan dan wawancara ulang dengan sumber data

yang telah ditemui atau informan baru.55

2. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan bertujuan meneliti objek secara cermat dan

terperinci untuk memperoleh kedalaman serta terhindar dari kesalahan

interpretasi terhadap data yang ada. Ketekunan pengamatan yang

dilakukan peneliti dengan cara sebagai berikut :

a. Menanyakan kembali data hasil wawancara dengan informan guna

keabsahan data.

54

John W. Creswell, 2013, Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed, edisi ketiga, PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta, hal, 286

55

(42)

34

b. Mengoreksi kembali hasil catatan dokumen penelitian dengan yang

ada di lapangan.

3. Triangulasi

Sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti- bukti

yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan mengunakannya untuk

membangun justifikasi tema-tema secara koheren.56 Tema-tema yang

dibangun berdasarkan sejumlah sumber data atau perpektif dari partisipan

akan menambah validitas penelitian. Maksud dari triangulasi disini adalah

data wawancara diperiksa dalam keabsahan data, kemudian dibandingkan

dengan hasil pengumpulan data observasi dan dokumentasi.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam tahap triangulasi data

sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan pengecekan tentang hasil dari pengamatan

wawancara, maupun hasil data yang diperoleh dengan cara observasi

dan dokumentasi.

b. Penulis meneliti apa yang dikatakan informan tentang intense turnover

karyawan ditinjau dari budaya organisasi, citra organisasi, insentif, dan

kepuasan kerja di Yayasan pesantren al-qur’an nurul falah surabaya, secara umum dengan mengecek data yang sudah ada apakah sesuai

atau tidak.

c. Membandingkan pendapat dari perspektif informan satu dengan

informan yang lain.

56

(43)

35

d. Membandingkan wawancara dengan isi dokumen.

Dengan demikian data yang dikumpulkan peneliti dapat

dipertanggungjawabkan kredibilitasnya.

G. Teknik Analisis Data

Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data kemudian dikelola, menemukan pola dan memutuskan apa yang

akan diceritakan kepada orang lain.57 Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

hasil akhir yang valid. Selanjutnya proses analisis data dilakukan bersamaan

dengan pengumpulan data melalui beberapa tahapan mulai dari proses

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan

kesimpulan.58

Menurut model ini, analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada

saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Tahapan analisis data dalam model ini adalah reduksi data,

model data (display data),kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data ialah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih,

memfokuskan, membuang dan menyusun data dalam suatu cara dimana

kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasi.59 Mereduksi data

berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada yang

penting, dicari tema dan polanya, dan membuang hal yang tidak perlu.

57

Lexy J. Moleong, 2009, Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 248.

58

M.B Miles B & A.M Hubermen, 1984, An Expended Sourch Book: Qualitative Data Analysis, Sage Publication:London, hal 10-12.

59

(44)

36

Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas

dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Display Data

Setelah data direduksi selanjutnya mendisplay data. Pada prinsipnya

display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam

bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas kedalam suatu matriks

kategorisasi sesuai dengan tema- tema yang sudah dikelompokkan dan

dikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut kedalam bentuk yang

lebih konkret dan sederhana disebut dengan subtema.60 Penyajian data yang

sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah bila tidak ditemukan buti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat penulis kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih gelap sehingga setelah diteliti menjadi

jelas.

60

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Latar belakang dan sejarah berdirinya Yayasan Pesantren Al-Qur’an Nurul

Falah Surabaya

a. Latar belakang berdirinya Yayasan Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah

Surabaya.

Melihat keadaan pada saat itu pembelajaran dalam hal agama

semakin menurun. Apalagi dalam ranah pembelajaran Al-Qur’an.

Memang banyak yang bisa membaca namun sedikit keinginan untuk

membacanya. Dari hal itu setahap demi setahap ide para aktivis pada

masa itu tersebut diciptakan dan dikembangkan dengan berbagai cara

atau metode dan strategi yang dimiliki oleh para remaja al-falah

tersebut sampai berhasil.

Gagasan awal pendirian pesantren Alquran Nurul Falah

merupakan inisiatif dari para aktivis pemuda remaja masjid yang sudah

cukup lama berkiprah di bidang pendidikan Alquran. Melihat masih

rendahnya pola pengajaran Alquran dibandingkan dengan pendidikan

ilmu- ilmu yang lain. Sehingga tampak belajar Alquran menjadi

kurang menarik bagi generasi muda muslim. Hal ini, disebabkan juga

(46)

38

pentingnya belajar Alquran. Sehingga belajar Alquran dinomorduakan

dari ilmu qouniyah atau ilmu dunia semata.61

Beranjak pada persoalan diatas, Pesantren Alquran Nurul Falah

memfokuskan diri untuk membenahi persoalan tersebut disertai

keyakinan bahwa dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya Alquran maka akan meningkat pula derajat dan harkat

hidup umat Islam.

Untuk kelancaran program tersebut Pesantren Alquran Nurul

Falah membentuk divisi penghimpun dana ZIS (Zakat Infaq dan

Shodaqoh) yang bertugas secara khusus menggali potensi dana ummat

yang akan disalurkan untuk pemberdayaan peningkatan kualitas

sumber daya ustadzah, guru Alquran dan bantuan media penunjang

belajar Alquran kepada santri.

b. Sejarah berdirinya Yayasan Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah

Surabaya

Ketika masjid Al-Falah bangkit kemudian tumbuh menjadi salah

satu pilar gerakan dakwah di masyarakat perkotaan Surabaya, maka

beberapa alumni aktif pada kegiatan. Mereka melontarkan idenya

untuk membentuk lembaga di luar Al-Falah agar potensi yang ada

tetap bisa disalurkan dan bahkan dikembangkan. Setahap demi setahap

ide tersebut diciptakan dan dikembangkan dengan berbagai cara atau

61

(47)

39

metode dan strategi yang dimiliki oleh para remaja al-falah tersebut

sampai berhasil.62

Dengan dibekali tekat kebersamaan (ukhuwah) maka pada tanggal 16 Februari 1993 bersepakat untuk membentuk Yayasan Nurul

Falah (YNF). Nama ini memang tidak lepas dari masjid Al-Falah

Surabaya dikarenakan memang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki

oleh aktivis tersebut kebanyakan dari lembaga masjid al-Falah

Surabaya serta berbagai setting sejarah munculnya ide dan model

berdakwah yang telah digeluti sekian waktu lamanya.

Gagasan awal mendirikan Yayasan Nurul Falah adalah karena

rendahnya kualitas pendidikan. Salah satu pertanyaan besar adalah

bagaimana meningkatkan mutu sumber daya manusia. Oleh karena itu,

peran yang dilakukan lebih terfokus kepada upaya-upaya peningkatan

intelektual atau pendidikan masyarakat melalui pendidikan sekolah

(formal) maupun diluar sekolah (informal). Hal ini didasari oleh

pemikiran bahwa dengan meningkatkan kualitas pendidikan

masyarakat akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidup.

Yayasan Nurul Falah seolah sebuah rumah yang sedang dibangun

oleh para aktivisnya bermula dari kebersamaan kemudian diwujudkan

dalam bentuk gerakan ekonomi dengan mendirikan koperasi cahaya

amanah dan sosial keagamaan yang diwujudkan dalam pelayanan

msyarakat. Setelah mempertimbangkan perkembangan dakwah di

62

(48)

40

masyarakat maka pada tanggal 01 Mei 2000 didirikan Pesantren

Al-Qur’an Nurul Falah Surabaya. Berikut adalah rentetan sejarah

detailanya tentang Yayasan Nurul Falah:

1) Resmi menjadi Lembaga legal

Lembaga yang eksis pada pendidikan Al-Quran sejak tahun

1993 telah terdaftar di Akta Notaris No. 82 tanggal 16 Februari

1993 yang dibuat oleh Notaris A. Kohar, S.H. di Surabaya, yang

diperbaharui oleh akta pernyataan keputusan tertanggal 20 Maret

2000 No 4 dibuat oleh Notaris Wawan Setiawan, S.H. dan

diperbaharui pada 25 Juli 2006 No 37 oleh Notaris Isy Karimah

Syakir S.H. di Surabaya dan terdaftar di Pengadilan Negeri

Surabaya No. 295/2000 dan terdaftar Nomor : 142/V/LSM/2002 di

Badan Kesatuan Bangsa Propinsi Jawa Timur. Dengan NPWP

19296169609.63

2) Keadaan Guru, Santri dan Karyawan

Pesantren al-Qur’an Nurul Falah Surabaya adalah pesantren

perkotaan, program pendidikannya tidak dibatasi dengan

lingkungan camp (pondok), lingkungan sosialnya menyatu dengan

masyarakat sekitarnya, tempat tinggal santri (pemondokan)

bersama dengan masyarakat dan santrinya tidak terbatas pada

jenjang usia tertentu.

63

(49)

41

Dalam melaksanakan aktivitas keagamaannya, pesantren ini

mempunyai tanggung jawab untuk membina dan membentuk

akhlak yang baik, menyebarkan kebenaran agama islam baik bagi

dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

a) Keadaan Guru

Guru yang mengajar di Pesantren al-Qur’an Nurul Falah

Surabaya datang dari berbagai daerah, mereka mempunyai

latar belakang yang heterogen. Guru yang mengajar tilawati

adalah pendidik yang benar-benar menguasai tilawati. Jadi

untuk pendidik tilawati di pesantren al-Qur’an Nurul Falah

Surabaya ini adalah orang-orang yang ahli dalam metode

tilawati dan telah mempunyai struktur sendiri dalam

pelaksanaannya.

Adapun syarat mengenai komitmen yang dibentuk oleh

Pesantren Nurul Falah diantaranya yaitu, mampu memberikan

dorongan semangat belajar serta mengarahkan santri menjadi

anak yang baik, memberi contoh baik (uswatun hasanah)

kepada santri baik perkataan maupun perbuatan, tidak

mempermasalahkan khilafiyah, perbedaan metode mengaji

maupun hal lain yang dapat mengurangi nilai ukhuwaah

(50)

42

mahdloh, selalu mendo’akan santri, wali santri, sesama ustadz

dan lembaganya.64

Selain ketentuan komitmen, Nurul Falah juga mempunyai

syarat perihal keahlian yang harus dimiliki oleh sumber daya

manusia di Yayasan Nurul Falah adalah mampu melafalkan

huruf Al-Qur’an sesuai makhrajnya, bacaan Al-Qur’an secara

tartil, faham teori tajwid dasar dan musykilat-ghorib, mampu

menulis arab dasar (kalimat) dengan benar, menguasai materi

keislaman terutama menyangkut materi yang ditargetkan dalam

kurikulum TK al-Qur’an, dan mempunyai metode dan

pendekatan yang baik terhadap santri serta mempunyai

kreatifitas cukup.

b) Keadaan Santri

Santri pesantren ini berjumlah kurang lebih 500 santri

tingkat dewasa, tua dan anak-anak. Untuk tingkat anak-anak

berjumlah 273 santri. Dalam pembiayaannya mereka

membayar infaq untuk mengikuti pelatihan, untuk tingkat

dewasa mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, baik

profesi maupun pendidikan, dilihat dari pendidikannya santri

pesantren ini ada yang berasal dari perguruan tinggi, lulusan

akademis, atau lulusan dari pondok pesantren. Jika dilihat dari

profesinya santri pesantren ini bermacam-macam ada yang

64

(51)

43

berpotensi sebagai karyawan, pegawai, guru, pekerja dan ada

yang murni sebagai ibu rumah t

Gambar

tabel untuk lebih mudah difahami :
Tabel 1. 1 Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu.
Gambar 4.1 Seragam Nurul Falah
Gambar 4.2 Foto Acara Halal bi Halal
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara budaya organisasi dan human relation dengan intensi turnover pada karyawan non medis Rumah Sakit Muhammadiyah Tipe

Dengan latar belakang ingin mengetahui bagaimana pengaruh beban kerja dan pegaruh budaya organisasi terhadap prestasi kerja karyawan pada PT Unipa Daya Tangerang, maka peneliti