• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTENSI TURNOVER DITINJAU DARI KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN Intensi Turnover Ditinjau Dari Komitmen Organisasi Pada Karyawan Rumah Sakit Qolbu Insan Mulia (QIM) Batang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTENSI TURNOVER DITINJAU DARI KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN Intensi Turnover Ditinjau Dari Komitmen Organisasi Pada Karyawan Rumah Sakit Qolbu Insan Mulia (QIM) Batang."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

INTENSI

TURNOVER

DITINJAU DARI

KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN

RUMAH SAKIT QOLBU INSAN MULIA (QIM) BATANG

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:

Putri Aninditarini

F. 100 080 302

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

INTENSI

TURNOVER

DITINJAU DARI

KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN

RUMAH SAKIT QOLBU INSAN MULIA (QIM) BATANG

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:

Putri Aninditarini

F. 100 080 302

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

1

1

INTENSI

TURNOVER

DITINJAU DARI

KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN

RUMAH SAKIT QOLBU INSAN MULIA (QIM) BATANG

Putri Aninditarini Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi

Dalam sebuah perusahaan atau organisasi memiliki anggota yang mampu

untuk berkomitmen terhadap organisasi juga sangat dibutuhkan. Anggota yang

memiiki komitmen organisasi yang tinggi terhadap organisasi atau perusahaannya

kecil kemungkinannya untuk memiliki keinginan untuk keluar dari organisasi atau

perusahaan tersebut. Namun, anggota yang memiliki keinginan untuk keluar dari

organisasi juga belum tentu memiliki komitmen organisasi yang rendah.

Mengetahui hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi turnover

merupakan tujuan dari penelitian. Populasi penelitian sebanyak 213 karyawan

Rumah Sakit Qolbu Insan Mulia (QIM) Batang dengan menggunakan teknik

purposive non random sampling untuk pengambilan sampel penelitian sebanyak

107 karyawan. Pengambilan data menggunakan skala intensi turnover dan skala

komitmen organisasi. Metode analisis data dengan teknik korelasi Product

Moment yang menunjukkan hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar –0,857

dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti ada hubungan negatif yang sangat

signifikan antara komitmen organisasi dengan intensi turnover.

(6)

2

PENDAHULUAN

Memiliki karyawan dengan

komitmen yang tinggi terhadap

perusahaan pastilah harapan setiap

perusahaan. Karyawan yang

demikian diharapkan bisa ikut

memajukan perusahaan, sehingga

tujuan-tujuan yang ingin dicapai

perusahaan bisa terwujud. Namun,

seringkali muncul

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan

sumber daya manusia, yaitu turnover

(perpindahan) karyawan. Turnover

merupakan hal yang sering terjadi

dalam organisasi. Tentunya hal ini

akan menimbulkan dampak negatif

bagi perusahaan, sehingga

seharusnya pihak perusahaan perlu

mengetahui faktor penyebab

munculnya intensi turnover dalam

diri karyawan tersebut. Beberapa

teori menyatakan bahwa komitmen

organisasi merupakan faktor yang

paling berperan terhadap munculnya

intensi turnover dalam diri

karyawan, diantaranya dikemukakan

oleh Jewell dan Siegall, Mobley,

Griffeth, Hand, dan Megliono, serta

hasil penelitian dari Johnson et al,

Widodo, serta Andini.

Dalam organisasi diperlukan

sebuah komitmen yang ada di dalam

semua karyawannya. Karyawan

dituntut untuk bisa bekerjasama demi

kepentingan perusahaan yang

nantinya akan bermanfaat juga untuk

dirinya. Sementara, perusahaan pun

dituntut untuk bisa bersikap adil

dengan memberikan penghargaan

yang sesuai dengan prestasi

karyawan. Apa yang dilakukan dan

diberikan organisasi bagi

karyawannya akan menentukan

bagaimana komitmen karyawan

terhadap organisasinya. Komitmen

inilah yang nantinya akan

mempengaruhi keputusannya untuk

tetap bergabung dan memajukan

organisasinya atau memilih tempat

kerja lain yang lebih “menjanjikan”.

Berdasarkan fenomena di atas

muncul rumusan masalah, apakah

ada hubungan antara komitmen

organisasi dengan intensi turnover?

Menurut Abelson (dalam

Sumarto, 2009) intensi turnover

(7)

3

pikiran-pikiran untuk keluar mencari

pekerjaan di tempat lain, serta

keinginan meninggalkan organisasi.

Lyons (dalam Jimad, 2011) juga

mendefinisikan intensi turnover

sebagai kecenderungan untuk

meninggalkan pekerjaan. Jadi,

intensi turnover ini baru sebatas

keinginan atau niatan individu untuk

meninggalkan perusahaan atau

organisasi, belum pada tahap

realisasi

meninggalkan perusahaan.

Oleh karena itu, perilaku yang

nampak dari seseorang ketika

muncul turnover intention dalam

dirinya adalah mencari lowongan

pekerjaan yang lebih baik di tempat

lain.

Fishbein dan Ajzen (dalam

Jannah, 2007) mengemukakan

aspek-aspek dalam intensi turnover

meliputi:

a. Aspek sikap pribadi, merupakan

dorongan, pikiran dan keinginan

untuk melakukan atau tidak

melakukan turnover yang

dipengaruhi oleh keyakinan

positif dari dalam diri orang yang

melakukan turnover sebagai

akibat dari perilaku turnover

tersebut.

b. Aspek norma subyektif,

merupakan dorongan, pikiran dan

keyakinan melakukan atau tidak

melakukan pindah kerja yang

dipengaruhi oleh norma dalam

lingkungan sosial (berisi pengaruh

dan tekanan dari lingkungan

sosial).

c. Aspek kontrol perilaku,

melibatkan dua aspek, yaitu

internal dan eksternal. Aspek

internal meliputi informasi,

ketrampilan, dan kemampuan

individu untuk melaksanakan

perilakunya, sedangkan aspek

eksternal meliputi hal-hal yang

menghalangi individu untuk

melakukan kegiatan, seperti

ketergantungan individu pada

orang lain dan kesempatan.

Munculnya intensi turnover

dalam diri karyawan disebabkan

karena beberapa faktor. Menurut

Mobley (1986) faktor-faktor yang

mempengaruhi munculnya intensi

turnover adalah:

a. Faktor individual, termasuk di

dalamnya adalah usia, masa kerja,

jenis kelamin, pendidikan, dan

(8)

4

b. Kepuasan kerja, menyangkut

beberapa aspek operasional, yakni

kepuasan terhadap gaji atau

sistem pembayaran, kepuasan

terhadap penyeliaan, kepuasan

terhadap bobot pekerjaan,

kepuasan terhadap promosi

jabatan, ataupun kepuasan

terhadap kondisi kerja perusahaan

pada umumnya.

c. Komitmen organisasional, tidak

adanya komitmen organisasional

dapat membuat seseorang

karyawan yang puas terhadap

pekerjaannya mempunyai niat

untuk keluar atau pindah ke

perusahaan lain. Namun, seorang

karyawan bisa tidak puas terhadap

pekerjaan, tetapi tidak memiliki

niat untuk keluar atau pindah ke

perusahaan lain karena adanya

komitmen yang kuat antara

dirinya dengan perusahaan tempat

ia bekerja. Oleh karena itu, ia

akan tetap bekerja untuk

melakukan yang terbaik disertai

dengan adanya dorongan yang

kuat untuk tetap menjadi anggota

perusahaan.

Sumarto (2009) juga

menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi munculnya intensi

turnover dalam diri karyawan

dukungan organisasi, keterlibatan

kerja, komitmen organisasi, dan

kepuasan kerja. Falkenberg dan

Schyns (dalam Jimad, 2011) yang

menyimpulkan bahwa komitmen

organisasi dan kepuasan kerja yang

tinggi akan mengurangi munculnya

intensi turnover. Dimana komitmen

organisasi lebih mempunyai

hubungan yang kuat dengan intensi

turnover, sedangkan kepuasan kerja

berpengaruh langsung positif

terhadap komitmen organisasi

(Sumarto, 2009).

Porter, et. al (dalam Malik,

dkk, 2010) mendefinisikan komitmen

organisasi sebagai kepercayaan dan

penerimaan terhadap nilai dan tujuan

organisasi, kemauan untuk berusaha

keras demi pencapaian tujuan

organisasi, dan keinginan untuk

mempertahankan keanggotaannya

dalam organisasi. Steers dan Porter

menyebutkan bahwa suatu bentuk

komitmen yang muncul bukan hanya

(9)

5

juga melibatkan hubungan yang aktif

dengan organisasi kerja yang

memiliki tujuan memberikan segala

usaha demi keberhasilan organisasi

yang bersangkutan (Sopiah, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi

tingginya komitmen organisasi yang

dimiliki karyawan terhadap

perusahaan menurut David (dalam

Sopiah, 2008) adalah:

a. Faktor personal, misalnya usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan,

pengalaman kerja, kepribadian,

dll.

b. Karakteristik pekerjaan, misalnya

lingkup jabatan, tantangan dalam

pekerjaan, konflik peran dalam

pekerjaan, tingkat kesulitan dalam

pekerjaan, dll.

c. Karakteristik struktur, misalnya

besar/kecilnya organisasi, bentuk

organisasi seperti sentralisasi atau

desentralisasi, kehadiran serikat

pekerja dan tingkat pengendalian

yang dilakukan organisasi

terhadap karyawan.

d. Pengalaman kerja. Pengalaman

kerja karyawan sangat

berpengaruh terhadap tingkat

komitmen karyawan terhadap

organisasi.

Selanjutnya, Allen dan Meyer

(dalam Luthans, 2006) menyebutkan

aspek-aspek dalam komitmen

organisasi, yaitu :

a. Komitmen afektif (affective

commitment) adalah keterikatan

emosional karyawan, identifikasi,

dan keterlibatan dalam organisasi.

b. Komitmen kelanjutan

(continuance commitment) adalah

komitmen berdasarkan kerugian

yang berhubungan dengan

keluarnya karyawan dari

organisasi.

c. Komitmen normatif (normative

commitment) adalah perasaan

wajib untuk tetap berada dalam

organisasi karena memang harus

begitu, tindakan tersebut

merupakan hal benar yang harus

dilakukan.

Mowday et. al. (dalam Joo,

2010) mengidentifikasikan tiga

kriteria komitmen organisasi, yaitu :

a. Kepercayaan dan penerimaan

yang kuat terhadap tujuan dan

nilai organisasi

b. kemauan untuk mengerahkan

usaha yang cukup atas nama

(10)

6

c. keinginan yang kuat untuk

mempertahankan

keanggotaan dalam organisasi

HIPOTESIS

Ada hubungan negatif antara

komitmen organisasi dengan intensi

turnover.

METODE PENELITIAN

Subjek penelitiannya adalah

karyawan Rumah Sakit Qolbu Insan

Mulia (QIM) Batang, baik fungsional

maupun manajerial, dimana

keseluruhan populasi berjumlah 213

karyawan dengan sampel sebanyak

107 karyawan. Sampel diambil

dengan teknik purposive non random

sampling dengan kriteria yang

diajukan adalah karyawan tetap,

bekerja minimal 2 tahun,

berpendidikan terakhir minimal

SMA, dan berusia antara 18-35

tahun.

Alat pengumpul data dengan

menggunakan skala komitmen

organisasi dan skala intensi turnover.

Kemudian untuk menguji hipotesis

metode analisis yang digunakan

adalah analisis korelasi product

moment dari Pearson dimana

instrumen analisis penelitian ini

menggunakan program statistik

SPSS 15,0 For Windows Program.

HASIL

A.Uji Validitas dan Reliabilitas

Aitem valid untuk skala

intensi turnover memiliki koefisien

validitas (rxy) yang bergerak dari

0,498 sampai 0,858 dengan p < 0.05

dan koefisien reliabilitas alat ukur

(rη) sebesar 0,969, sedangkan

koefisien validitas (rxy) untuk aitem

valid pada skala komitmen organisasi

bergerak dari 0,317 sampai 0,795

dengan p < 0.05 dan koefisien

reliabilitas alat ukur (rη) sebesar 0,

B.Uji Asumsi

Hasil uji normalitas sebaran

dari variabel intensi turnover

memiliki sebaran normal dengan

nilai Kolmogorov-Smirnov (KS-Z =

0,486; p = 0,972), sedangkan sebaran

dari variabel komitmen organisasi

memiliki sebaran normal dengan

nilai Kolmogorov-Smirnov (KS-Z =

0,761; p = 0,609). Dengan nilai

asymp sig (p = 0,972) untuk variabel

intensi turnover dan (p = 0,609)

(11)

7

maka kedua variabel tersebut

memiliki data sebaran yang normal

karena nilai asymp sig (p > 0,05).

Berdasarkan hasil uji

linearitas antara variabel intensi

turnover (Y) dengan variabel

komitmen organisasi (X)

menunjukkan bahwa keduanya

memiliki hubungan yang linear,

dimana nilai p = 0,544 ( p > 0,05).

C.Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian

ini menggunakan teknik analisis

korelasi product moment dan

mendapatkan nilai koefisien korelasi

(r) sebesar -0,857 dengan nilai p =

0,00 (p < 0,01), yang dapat diartikan

ada hubungan negatif yang sangat

signifikan antara komitmen

organisasi dengan intensi turnover.

Sumbangan efektif komitmen

organisasi terhadap intensi turnover

melalui R Squared sebesar 0,735

atau 73,5%. Artinya, masih ada

26,5% dari variabel lain yang

mempengaruhi intensi turnover

selain komitmen organisasi.

Berdasarkan analisis hasil

kategorisasi diketahui variabel

intensi turnover memiliki rerata

empirik 79,98 dan rerata hipotetik 80

yang berarti intensi turnover pada

subjek penelitian tergolong sedang.

Begitu pula pada variabel komitmen

organisasi yang memiliki rerata

empirik 93,19 dan rerata hipotetik

92,5 yang berarti komitmen

organisasi pada subjek penelitian

tergolong sedang.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis

yang telah dilakukan diperoleh hasil

bahwa ada hubungan negatif yang

sangat signifikan antara komitmen

organisasi dengan intensi turnover.

Artinya, semakin tinggi komitmen

organisasi yang dimiliki oleh

karyawan, maka semakin rendah

intensi turnover dalam diri karyawan

tersebut. Sebaliknya, jika komitmen

organisasi yang dimiliki karyawan

rendah, maka intensi turnover-nya

akan semakin tinggi. Hasil penelitian

ini mendukung pernyataan yang

dikemukakan oleh Johnson et al

(dalam Widodo, 2010). Pada

penelitian yang dilakukan oleh

Johnson et al tahun 1990

menyimpulkan bahwa komitmen

organisasi berhubungan negatif

(12)

8

yang sama juga diungkapkan dalam

penelitian yang dilakukan oleh

Sumarto (2009) mengenai

“Meningkatkan Komitmen untuk Menyurutkan Niat Keluar” yang

memperoleh hasil bahwa semakin

tinggi komitmen organisasi ternyata

diikuti oleh semakin rendah niat

keluar.

Intensi turnover merupakan

penanda adanya turnover dalam

perusahaan. Dimana intensi turnover

menurut Abelson (dalam Sumarto,

2009) adalah suatu gambaran tentang

pikiran untuk keluar mencari

pekerjaan di tempat lain, serta

meninggalkan organisasi. Ada

beberapa hal yang menyebabkan

munculnya intensi turnover dalam

diri karyawan. Menurut Jewell dan

Siegall (1998) faktor penyebab

munculnya intensi turnover dalam

diri karyawan adalah faktor

individual ( menyangkut usia, lama

kerja, jenis kelamin, tempat tinggal,

dan status pernikahan), kepuasan

kerja, dan keinginan untuk tetap

tinggal dengan organisasi. Dari

semua faktor tersebut, kepuasan

kerja dan komitmen organisasi telah

banyak diteliti memiliki keterkaitan

dengan munculnya intensi turnover

dalam diri karyawan. Seperti

pendapat Falkenberg dan Schyns

(dalam Jimad, 2011) yang

menyimpulkan bahwa komitmen

organisasi dan kepuasan kerja yang

tinggi akan mengurangi munculnya

intensi turnover, dimana komitmen

organisasi lebih mempunyai

hubungan yang kuat dengan intensi

turnover, sedangkan kepuasan kerja

berpengaruh langsung positif

terhadap komitmen organisasi

(Sumarto, 2010). Jika merasa puas

terhadap organisasi atau perusahaan,

maka akan membuat karyawan

berusaha untuk mempertahankan

keanggotaannya dalam organisasi

tersebut dan bekerja semaksimal

mungkin demi tercapainya tujuan

organisasi, sehingga akan

memperkecil intensi turnover-nya.

Komitmen organisasi yang

tinggi dalam diri karyawan akan

tercipta bila karyawan tersebut yakin

terhadap nilai-nilai dan tujuan

perusahaan, sehingga karyawan

tersebut akan mempertahankan

keanggotaannya dalam organisasi

tersebut dan berusaha semaksimal

(13)

9

organisasi. Makin kuat pengenalan

dan keterlibatan individu dengan

organisasi akan mempunyai

komitmen yang tinggi, sehingga akan

mengurangi tingkat absensinya dan

karyawan pun akan lebih puas

dengan pekerjaannya (Hackett

Guinnon, dalam Sopiah, 2008).

Berdasarkan hasil analisis

data, diperoleh hasil bahwa

komitmen organisasi dapat menjadi

faktor pengaruh munculnya intensi

turnover dalam diri karyawan.

Namun, masih ada faktor-faktor lain

yang juga berpengaruh terhadap

munculnya intensi turnover.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi

intensi turnover menurut Mobley

(1986) misalnya faktor individual,

termasuk di dalamnya adalah usia,

masa kerja, jenis kelamin,

pendidikan, dan status perkawinan,

serta kepuasan kerja. Ada pula

pendapat Sumarto (2009) yang

menyatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi munculnya

intensi turnover dalam diri karyawan

selain komitmen organisasi adalah

dukungan organisasi, keterlibatan

kerja, dan kepuasan kerja.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan negatif yang sangat

signifikan antara komitmen

organisasi dengan intensi turnover.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai

koefisien korelasi (r) sebesar -0,857

dengan nilai signifikansi (p) adalah

0,00 ( p < 0,01), yang berarti

semakin tinggi komitmen organisasi

yang dimiliki oleh karyawan, maka

semakin rendah intensi turnover

dalam diri karyawan tersebut.

Sebaliknya, semakin rendah

komitmen organisasi yang dimiliki

oleh karyawan, maka semakin tinggi

intensi turnover yang muncul dalam

diri karyawan tersebut.

Disarankan bagi pimpinan

perusahaan agar secara rutin

melakukan pelatihan-pelatihan yang

bermanfaat untuk peningkatan

kinerja karyawan, mengadakan

kegiatan informal meeting untuk

lebih mempererat hubungan

karyawan dengan perusahaan,

memberikan jaminan rasa aman bagi

karyawan, misalnya diikutkan

program Jamsostek, diberi tunjangan

(14)

10

tunjangan pemeliharaan kesehatan,

dan santunan kematian, bisa merasa

betah bekerja di perusahaan, serta

pemberian reward untuk karyawan

yang memiliki kinerja baik. Selain

itu, bagi karyawan juga agar

mengikuti program-program yang

diadakan oleh perusahaan, terutama

yang bertujuan untuk mempererat

hubungan antara perusahaan dengan

karyawan dan peningkatan kinerja

karyawan, sehingga karyawan bisa

lebih memiliki ikatan emosional

dengan perusahaan dan bisa ikut

memajukan perusahaan. Dengan

demikian, diharapkan akan

meningkatkan komitmen organisasi

yang dimiliki oleh karyawan,

sehingga bisa memiliki loyalitas

yang tinggi terhadap perusahaan dan

bisa mengurangi terjadinya turnover

dalam perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Andini, R. 2006. Analisis Pengaruh

Kepuasan Gaji, Kepuasan

Kerja, Komitmen

Organisasional terhadap

Turnover Intention (Studi

Kasus pada Rumah Sakit

Roemani Muhammadiyah

Semarang). Thesis (Tidak

Diterbitkan). Semarang :

Universitas Diponegoro

Jannah, A.R. 2007. Hubungan antara

Persepsi terhadap Budaya

Perusahaan dan Kepuasan

Kerja dengan Intensi Turnover pada Karyawan. Skripsi (Tidak

Diterbitkan). Surakarta :

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jewell & Siegall. 1998. Psikologi Industri/Organisasi Modern. Jakarta: Arcan

Jimad, H. 2011. Kepuasan Kerja,

Komitmen Organisasi, dan

Intensi Turnover. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No.2, Januari 2011, 155-165

Joo, Baek-Kyoo. 2010.

Organizational Commitment

for Knowledege Workers: The

Roles of Perceived

Organizational Learning

Culture, Leader-Member

Exchange Quality and

Turnover Intention. Human

Resource Development

Quarterly Vol. 21 No.1. Wiley Interscience

Luthans, F. 2006. Perilaku

Organisasi Edisi 10.

Yogyakarta : Andi

Malik, dkk. 2010. Job Satisfaction

and Organizational

Commitement of University Teachers in Public Sector of Pakistan. International Journal of Bussiness and Management, Vol. 5 No. 6, Juni 2010, 17-26

Mobley, W. H. 1986. Pergantian

(15)

11

Sopiah. 2008. Perilaku

Organisasional. Yogyakarta: Andi

Sumarto. 2009. Meningkatkan

Komitmen dan Kepuasan untuk

Menyurutkan Niat Keluar.

Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan, Vol. 11 No. 2, September 2009, 116-125

Widodo, R. 2010. Analisis Pengaruh

Keamanan Kerja dan

Komitmen Organisasional

terhadap Turnover Intention serta Dampaknya pada Kinerja Karyawan Outsourcing (Studi pada PT. PLN Persero APJ

Yogyakarta). Thesis (Tidak

Diterbitkan). Semarang :

Referensi

Dokumen terkait

Relevan dengan hal tersebut Rudy Prasetyo mengemukakan bahwa korporasi merupakan istilah yang lazim dipergunakan oleh kalangan pakar pidana untuk menyebut apa yang

perbatasan antara kabupaten bantul dan kota Jogja membuat sebagian besar siswa yang berasal dari Jawa, bahasa daerah yaitu bahasa Jawa dan bahasa nasional bahasa

Dalam mempertahankan status bebas bruselosis di pulau Kalimantan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 2540/Kpts/Pd.610/6/2009 tentang Pernyataan Pulau Kalimantan

Diperkirakan untuk waktu yang akan datang kebutuhan dimetil eter dunia akan semakin meningkat, mengingat kebutuhan energi di dunia yang semakin besar terutama

PENGANGKATAN PELAKSANA TUGAS (PIt) KEPALA PUSAT PENELITIAN PENDIDIKAN (PPP) LEMBAGA PENELITIAN (LEMLIT) UNIVERSITAS NEGERI MALANGc. REKTOR UNIVERSITAS

[r]

Tingkat kekerasan 41 HRC, pisau damaskus dengan matrik perlit halus atau hasil quenching memiliki ketajaman sedikit lebih tajam dari pisau baja AISI 52100, pisau baja AISI 1086

Berdasarkan analisis regresi logistik biner dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh pada peringkat obligasi (AAA, AA) dan (A, BBB) adalah variabel aset, GPM dan DER. Jika