• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN PERSEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN JEMBERTAHUN 2013-2015 | Hikma | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 94 332 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMETAAN PERSEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN JEMBERTAHUN 2013-2015 | Hikma | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 94 332 1 PB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

DI KABUPATEN JEMBER

TAHUN 2013-2015

Faiqatul Hikma1 2 3

Abstract

Keywords:

Abstrak

Tuberkulosis TB paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua negara. Apabila tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan setiap penderita aktif yang menginfeksi. Penelitian ini bertujuan membuat Peta Digital Persebaran Penyakit Tuberkolusis Di Kabupaten Jember Dengan Menggunakan Aplikasi Desain pada penelitian ini adalah deskriptif berupa pemetaan penyakit Tuberkolusis menggunakan aplikasi Quantum GIS 1.8.0. dengan data yang di ambil dari Dinkes Kabupaten Jember yang kemudian dibuat dalam bentuk website. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah peta digital yang menampilkan persebaran penyakit Tuberkulosis pada semua Kecamatan di Kabupaten Jember menampilkan data yang di peroleh dari Dinkes. Data yang diperoleh meliputi jumlah penderita Tuberkulosis BTA+, Extra Paru, MDR dan Badan Pusat Statistik yang meliputi data jumlah kepadatan penduduk perkecamatan, jumlah puskesmas yang tersebar di Kabupaten Jember yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk . Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan atribut fasilitas kesehatan, serta pembuatan website yang lebih dinamis sehingga dapat di update langsung tanpa masuk dalam data .

Kata Kunci: Pemetaan, Tuberkulosis, Quantum GIS

PENDAHULUAN

Tuberkulosis(TB) merupakan penyakit menular

yang di sebabkan oleh ,

TB paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua negara.Apabila tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan setiap penderita aktif yang menginfeksi.

(2)

yang didiagnosis penyakit TB berdasarkan tenaga kesehatan adalah 0.4 %, tidak berbeda dengan tahun 2007. Lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua Barat (0.4%).

Me ski pun sec ara nas io nal per kem banga n menunjukkan peningkatan dalam penemuan kasus dan tingkat kesembuhan, tetapi di tingkat provinsi masih menunjukkan disparitas antar wilayah, sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum bisa tercapai angka penemuan kasus (CDR) 70% dan hanya 5 provinsi yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Maluku, Sulawesi Utara, dan Banten yang telah mencapai angka CDR 70% dan 85% kesembuhan (Kemenkes RI Ditjen PP& PL, 2011 dalam penelitian Zaima,2014).

Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu penyumbang jumlah penemuan penderita TB Paru terbanyak kedua di bawah Provinsi Jawa Barat. Angka penemuan kasus baru BTA Positif (Case

) merupakan proporsi penemuan kasus TB BTA Positif dibanding dengan perkiraan kasus dalam persen. Pada tahun 2012, angka CDR sebesar 63.03% dengan jumlah kasus baru (positif dan negatif) sebanyak 41.472 penderita dan BTA Positif baru sebanyak 25.618 kasus. Kondisi tersebut masih jauh dari target CDR yang ditetapkan yaitu

Dengan semakin majunya teknologi informasi untuk mendeteksi lingkungan yang rentan penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang merupakan suatu sistem yang mamapu mengolah, memperbaiki, memperbaruhi, dan menganalisis data, khususnya data spesial secara cepet. Dengan GIS data dihasilkan dapat diolah, disimpan dan ditampilkan dengan cepat sesuai dengan yang diharapkan.

Sistem informasi ini mengandalkan dari aplikasi

. dapat merubah data

biasa menjadi data spasial sesuai dengan kebutuhan sistem informasi geografis, dan kemampuan dalam mengolah data spasial tidak diragukan lagi. ini juga banyak digunakan dalam berbagai pekerjaan, seperti: analisis wilayah, perencanaan wilayah, dll.

Dengan wilayah-wilayah yang

terjangkit penyakit Tuberkolusis tinggi dapat di petakan berdasarkan data primer pada masing-masing daerah di Kabupaten Jember. Hasil dari

pemetakan yang dibuat mengunakan Quantum

berguna sebagai bahan laporan oleh Dinas Kesehatan, sehingga persebaran penyakit TB dapat cepat terdeteksi dan segara mendapat tindakan agar penyebaran penyakit TB tidak semakin meluas ke daerah-daeran sekitarnya.

Karena selama ini pada DINKES masih menggunakan atau menyajiakan dalam data manual. Dimana data manual tersebuh masih sulit untuk di impretasikan pada pihak lain yang kurang paham terhadap data manual yang tersedia. Banyak cara untuk

dan peta. Peta sendiri mempunyai kelebihan dapat menganalisis penyebaran berdasarkan faktor

Melihat dari kondisi yang telah di jabarkan di atas peneliti tertarik untuk membuat peta digital persebaran penyakit TB di wilayah Kabupaten Jember dengan menggunakan aplikasi

Tujuan penelitian ini adalah membuat peta digital persebaran penyakit Tuberkolusis di Kabupaten Jember dengan menggunakan aplikasi

METODE

Desain pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan Kualitatif berupa Pemetaan Penyakit Tuberkolusis Menggunakan Aplikasi

dengan data TB Paru perkecamatan yang di ambil dari Dinkes Kabupaten Jember mengenai penyakit Tuberkulosis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

-Tahap

(3)

Pengambilan data jumlah persebaran penyakit TB di setiap kecamatan dari tahun 2013-2015 di Kabupaten Jember dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Data ini adalah data pokok yang akan dimasukkan di dalam peta digital. Selain itu peneliti juga menambahkan data kepadatan penduduk sebagai data tembahan di dalam .

Tahap

Perancangan peta digital akan diawali dengan mendesain tampilan fisik peta dengan aplikasi Quantum GIS ,desai Quantum GIS terdiri atas digitasi peta beserta atributnya, serta desain warna peta. Pewarnaan peta didasarkan pada data persebaran penyakit TB dengan gradasi warna berdasarkan besar nilai. Setelah itu desain akan disempurnakan dengan aplikasi Geoserver, dan pada akhirnya peta akan ditampilakn pada laman website.

Tahap

Pada tahap ini dilakukan desain peta digital berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan secara lengkap pada tahap sebelumnya.Aplikasi yang digunakan adalah quantum GIS versi 2.6.1 untuk digitasi peta, sehingga atribut data pada peta digital dapat dimasukkan.Dalam proses ini peneliti

meload(upload) peta yang telah dilakukan digitasi sebelumnya dan telah berupa dengan ekstensi .kml (Jember.kml) kedalam aplikasi Quantum GIS.

Setelah itu hasil vektor baru di simpan dalam folder

Selanjutnya memasukkan data atribut sebagai

peta. Proses pembuatan data atribut diawali bengan menaktifkan icontoogle editing, dan icon atribut.

Gambar 4 Mengaktifkan

(4)

Gambar 6 Hasil Data Atribut

Langkah selatjutnya adalah membuat gradasi warna pada peta. Gradasi warna dalam peta ini, peneliti menekankan pada TB BTA+ karena merupakan jenis Tb yang paling tinggi dan paling umum menjangkiti masyarakat Kabupaten Jember.

Gambar 7 Pembuatan Gradasi Warna

Selanjutnya data peta digital disimpan dalam ekstensi .sld dalam satu folder.

Gambar 8 Penentuan Warna dan Kategori

Langkah selanjutnya menyempurnakan peta digital dengan aplikasi . Langkah pertama adalahlogin pada aplikasi lalu pembuatan .

Gambar 9 Login Aplikasi

Gambar 10 Pembuatan

Setelah itu klik pada yang telah kita buat lalu beri tanda centang pada , danservices.

Gambar 11 Pemberian Tanda Centang

Selanjutnya adalah pembuatan store baru dan

(5)

Gambar 13 Memilih File .shp

Gambar 14 Pembuatan Store Dalam Workspace

Selanjutnya Pembuatan style peta digital dengan

quantum GIS.

Gambar 15 Pembuatan Style Baru

Gambar 16 Upload peta .sld

Selanjutnya adalah mempublish peta digital pada

sebelumnya. Hasil dapat kita lihat dengan open layer.

Gambar 17

Gambar 18 Memilih Style

Selanjutnya adalah proses memdapatkan kode peta digital yang akan kita masukkan dalam script website

Publish map, lalu copy kode yang muncul untuk di masukkan ke dalam script website.

Gambar 19 Fitur

(6)

Gambar 22 Kode Peta Digital

Berikut merupakan tampilan dari Website Peta Digital persebaran penyakit Tuberkulosis yang terdapat pada wilayah Kabupaten Jember:

Gambar 3.21 Tampilan Home Website

Mendeskripsikan persebaran penyakit Tuber-kolusis berdasarkan jumlah kasus penderita TB MDR di wilayah Kabupaten Jember

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dalam

menyatakan Secara umum wilayah Kabupaten

yang relatif datar dan subur pada bagian tengah dan selatan, dikelilingi pegunungan sepanjang batas utara dan timur, serta Samudera Indonesia sepanjang batas selatan dengan Pulau Nusa Barong yang merupakan satu-satunya pulau di Kabupaten Jember.

Luas wilayah Kabupaten Jember secara keseluruhan adalah sekitar 3.293,34 km², dengan 86,9% merupakan kawasan hutan, sawah ladang dan tanah perkebunan, sedangkan 13,1% merupakan kawasan

perkampungan, tambak rawa, semak dan tanah rusak(Kabupaten Jember dalam Angka, 2012).

Ditinjau dari letak astronomi, Kabupaten Jember terletak diantara 7°59 6 - 8°33 56 Lintang Selatan dan 6°27 6 - 7°14 33 Bujur Timur. Berikut ini adalah batas-batas wilayah Kabupaten Jember :

a. Sebelah Utara: Kabupaten Bondowoso dan Kabu-paten Probolinggo

b. Sebelah Timur: Kabupaten Banyuwangi c. Sebelah Selatan: Samudera Indonesia d. Sebelah Barat : Kabupaten Lumajang

Kondisi Iklim

Kabupaten Jember mengikuti pola perubahan musim dua iklim seperti halnya daerah lain di Indonesia, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada tahun 2011, musim hujan diawali mulai bulan Oktober dan berakhir pada bulan Juni, dengan curah hujan tertinggi di kecamatan di Kecamatan Ledokombo dan Bangsalsari. Rata-rata curah hujan yang tercatat di Kabupaten Jember selama tahun 2011 berkisar anatara 64,6mm. (Kabupaten Jember dalam Angka, 2012).

Banayaknya curah hujan disuatu tempat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain: keadaan iklim,

angin. Oleh karena itu, banyaknya curah hujan beragam menurut letak dan waktu.

Secara Administratif Kabupaten Jember terbagi menjadi 31 kecamatan. Jumlah desa/kelurahan yang ad di Kabupaten Jember sebanyak 248 desa/ kelurahan dengan 966 dusun/lingkungan, 4.127 Rukun Warga(RW) dan 14.166 Rukun Tetangga (RT). Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Tempurejo dengan luas 523,46 km dan yang tersempit adalah Kecamatan Kaliwates dengan luas 24,94 km.

(7)

Konposisi penduduk Kabupaten Jember merupakak kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar24,7% dan penduduk >64 tahun besar 7,16%, sedangkan penduduk yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 68,12%. Dengan demikian rasio beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten Jember pasa tahun 2012 sebesar 46,78%. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan rasio beban tangguangan dapat diihat pada lampiran tabel 2.

Pendududuk Kabupaten Jember memiliki latar belakang agama yang bermacam-macam dan dapat hidup bersampingan antara penduduk beragama satu dengan yang lainnya. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 sebagian besar penduduk Kabupaten Jember memeuk agama Islam yaitu 2.288.106 jiwa, agama Katolik 19.247 jiwa, agama Protestan 6.754 jiwa, agama Hindu 1.757 jiwa, agama Budha 1.049 jiwa, dan lain-lain 15.813 (Kabupaten Jember dalam Angka, 2012).

Guna menunjang umat beragama tersebut, terdapat sarana beribadah yang memadai. Jumlah masjid dan langgar yang tercatat sampai dengan tahun 2011 di

dan 10.285 buah. Gereja Kristen Protestan dan Katolik masing-masing sebanyak 72 dan 14 buah.

dalam angkka, 2012).

Pendidikan

Apabila ditinjau dari sarana pendidikan, Kabupaten Jember memiliki sarana pendidikan yang cukup lengkap baik yang berstatus negeri maupun swasta, diantaranya terdapat 1.035 Taman Kanak-kanak, 1.397 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, 441

terbuka, 233 SMUsederajat, dan 11 Universitas/ Akademi salah satu diantaranya adalah Universitas Jember yang merupakan universitas negeri (Kabupaten Jember dalam Angka, 2012).

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, sebagian besar pendidikan terakhir tertinggi yang pernah ditamatkan penduduk berusia 5 tahun keatas di Kabupaten Jember yaitu tidak/belum tamat Sd sebesar 826.874 (38,52%) dan tamat SD/sederajat sebesar 729.110 jiwa(33,96%). Sedangkan jumlah penduduk 10 tahun keatas yang melek huruf tercatat sebesar 84,64% (Kabupaten Jember dalam Angka, 2012).

Pekerjaan

Jenis pekerjaan penduduk Kabupaten Jember berdasarkan lapangan pekerjaan beraneka ragam. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, diketahui sebagian besar penduduk berusia 15 tahun keatas bekerja dibidang pertanian sebanyak 585.501 jiwa (51,89%), kemudian diikuti dengan bekerja di bidang perdagangan sebanyak 182.175 jiwa (17,64%) (Kabupaten Jember dalam Angka,2012).

Situasi Perekonomian

Struktur ekonimi masyarakat Jember dipotong oleh sektor pertanian (15,89%), sektor perdagangan (17,64%), sektor industri pengelolahan (5,19%), usaha bangunan (4,25%) dan angkutan dan komunikasi (3,85%) (Kabupaten Jember dalam Angka, 2012).

Kabupaten Jember tahun 2013-2015

(8)

Tabel 1 Data Angka Tuberkulosis

Keterangan:

EP = Extra Paru,

MDR = Multi Drug Resistant, BTA+ = Bakteri Tahan Asam Positif Data di ambil per 3 Bulan

Berdasarkan hasil observasi pada DINKES Kabupaten Jember diketahui bahwa pada tahun 2013 dalam periode 12 bulan jumlah penderita Tuberkulosis BTA+ tertinggi terdapat pada kecamatan Kaliwates sebar 150 penderita sedangkanterendah pada Kecamatan Jelbuk sebanyak 17 penderita. TB EP(Extra Paru) terbanayak terdapat dua Kecamatan yang yaitu Kecamatan Kaliwates dan Sumberjambe sebanyak 21 penderita sedangkan terendah di Kecamatan Jombang dan Jelbuk sebanyak 1 penderita. Kemudian TB MDR terdapat tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sukorambi, Gumukmas, Balung dengan masing-masing memiliki jumlah 1 penderita.

Pada tahun 2014 dalam periode 12 bulan jumlah persebaran TB BTA+ tertinggi di kecamatan Tanggul sebanyak 138 penderita sedangkan terendah berada pada kecamatan Jelbuk 18 penderita. TB EP(Extra Paru) tertinggi pada kecamatan Kaliwates 18 penderita sedangkan yang memiliki jumlah sebaran terendah terdapat tiga kecamatan yaitu Jelbuk, Tempurejo, Semboro sebesar 1 penderita. Kemudian untuk TB MDR terdapat dua kecamatan

yang memiliki sebaran tertinggi yaitu kecamatan Patrang dan kecamatan Ambulu 3 penderita, jumlah persebaran terendah pada tahun ini berada pada delapan kecamatan yaitu Sumbersari, Jelbuk, Kalisat, Tempurejo, Panti, Semboro, Puger, Wuluhan dengan 1 penderita.

Tahun 2015 dalam periode 9 bulan jumlah persebaran TB BTA+ tertinggi pada kecamatan Bangsalsari sebanyak 89 pederita, terendah pada kecamatan Jelbuk dengan 15 penderita. TB EP(Extra Paru) terdapat dua kecamatan yang memiliki persebaran TB tertinggi yaitu kecamatan Kaliwates dan Sumbersari sebanyak 14 penderita dan terendah pada kecamatan Tempurejo dan Umbulsari sebanyak 1 penderita. Selanjutnya TB MDR mempunyai lima kecamatan tertinggi yaitu Kaliwates, Kalisat, Tempurejo, Wuluhan, Balung sebanyak 2 penderita. Dan terendah ada tuju kecamatan yaitu Patrang, Mumbulsari, Silo, Rambipuji, Sukorambi, Gumukmas, Umbulsari sebanyak 1 penderita.

-paten Jember

Gambar 22 Tampilan Peta TB BTA+

(9)

Gambar 24 Tampilan Peta TB Etra Paru

Menurut responden Dinas Kesehatan dalam wawancara tentang persebaran penyakit Tuberkulosisi di Kabupaten Jember bahwa pada setiap tahunya mengalami peningkatan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan tinginya persebaran TB, salahsatunya yaitu dikarenakan ketidak patuhan pasien penderita TB dalam mengkonsumsi obat yang telah di berikan oleh petugas medis.

Berdasarkan data yang di ambil pada Dinkes Kabupaten Jember, pemetaan persebaran yang dibuat oleh peneliti memfokuskan pada tipe TB BTA+ dan TB MDR. Menurut responden Dinas Kesehatan TB BTA+ merukan Tuberkulosis yang sudah melalui proses laboraturium bahwa TB tersebut sudah terdeteksi BTA positif. TB MDR merukan tipe TB yang mengalami resistan obat dimana penderita tipe ini biasanya disebabkan karena ketidak patuhan pasien dalam mengkonsumsi obat secara teratur, sehingga obat yang biasa di gunakan sudah di kenal oleh bakteri TB pada umumnya. Namun pada TB MDR sudah dapat disembuhkan dalam tiga tahun belakangan in

Menurut responden petugas promkes RS Paru, menjelaskan bahwa TB MDR merupakan TB yang kebal terhadap obat. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya TB MDR yaitu disebabkan dari penderita TB BTA+ yang tidak patuh dalam memkonsumsi obat yang sudah diberikan oleh petugas medis. Selajutnya TB MDR juga dapat disebabkan karena adanya kontak langsung dengan pasien yang telah positif terdiagnosa TB MDR. Namun untuk TB MDR sendiri sudah dapat disembuhkan, kurang lebih pada tahun 2013 obat untuk TB MDR sudah ditemukan. Pada awalnya untuk wilayah Kabupaten Jember pengobatan hanya dapat dilakukan di RS Paru saja, tetapi seiring berjalannya proses penanggulangan

persebaran TB MDR pada tahun 2014-2015 penderita TB MDR dapat berobat di puskesmas di setiap wilayah di Kabupaten Jember. Pasien TB MDR harus mengkonsumsi obat kurang lebih 29 kapsul dan satu kali injeksi setiap harinya, dimana proses tersebut harus di lakukan didepan petugas medis secara teratur dalam waktu pengobatan 1 setengah tahun sampai 2 tahun lamanya. Dilihat dari rumit dan lamanya pengobatan pada TB MDR maka tidak sedikit pasien penderita TB MDR yang memutus proses pengobatanya.

Berdasarkan peta di atas mengapa letak wilayah yang memiliki persebaran TB MDR tinggi tidak berada pada wilayah TB yang memiliki TB BTA+ tinggi pula. Menurut responden promkes RS Paru, tingginya persebaran TB BTA+ tidak selalu mempengaruhi jumlah atau munculnya TB MDR pada wilayah itu juga. Tetapi tingginya persebaran TB MDR itu ada di wilayah lain dikarenakan penderita TB BTA+ yang tidak terlaporkan pada periode sebelumnya tetapi setelah melakukan pengobatan sudah terdeteksi mengidap TB MDR, perbatasan wilayah penderita TB MDR yang berdekatan dan padatnya penduduk pada wilayah tersebut juga dapat mempengaruhi munculnya penderita TB MDR.

Menurut Bambang Ruswanto (2010) penularan Tuberkulosis Paru melalui percikan dahak (droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. yang mengandung kuman TB dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam, sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

Kondisi Keterangan

Kondisi

Luas wilayah 51,02 km2

Ketinggian 51,02 m/dpl

Kepadatan Penduduk 1.593,85 jiwa Jumlah Penderita 27 penderita Jumlah Fasyankes 2

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

(10)

tingkat kepadatan penduduk yang tinggiyaitu sejumlah 1593,85 jiwa dengan luas wilayah 51,02 km².Pada Kecamatan tersebut terdapat dua sarana fasilitas kesehatan yang dapat digunakan, dari pernyataan tersebut dapat di nyatakan bahwa persebaran TB di Kecamatan Jenggawah cukup tinggi dan masih kurangnya sarana fasilitas kesehatan yang tersedia.

Umbulsari

Berdasarkan data persebaran Tuberkulosis yang di dapat dari DINKES Kabupaten Jember, berikut adalah kondisi geografis dan non geografis KecamatanUmbulsari.

Kondisi Keterangan

Kondisi

Luas wilayah 70,52 km2

Ketinggian 70,52 m/dpl

Kepadatan Penduduk 986,09 jiwa Jumlah Penderita 87 penderita Jumlah Fasyankes 2

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

Kecamatan Umbulsari memiliki angka persebaran TB tertinggi sebanyak 87 penderita, dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi yaitu sejumlah 986,09 jiwa dan luas wilayah 70,52 km². Hal tersebut dikarenakan wilayah Umbulsari berbatasan dengan Kec.Bangsalsari dan Kec.Tanggul yang sama-sama memiliki tingkat persebaran dan kepadatan penduduk yang tinggi dengan sarana fasilitas kesehatan yang kurang, yaitu hanya terdapat 2 fasilitas kesehatan. Sehingga persebaran penyakit TB sendiri sangat mudah untuk menyebar pada lingkungan masyarakat sendiri.

Kondisi Keterangan

Kondisi

Luas wilayah 199,99 km2

Ketinggian 199,99 m/dpl

Kepadatan Penduduk 413,82 jiwa Jumlah Penderita 78 penderita Jumlah Fasyankes 2

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

WilayahKecamatan Tanggul dalam periode tiga bulan di tahun 2015 memiliki angka persebaranTB sebanyak 78 penderita. Dengan tingkat kepadatan

penduduk yang tinggi yaitu sejumlah 413,82 jiwa, luas wilayah 199,99 km² dan 2 fasilitas kesehatan yang tersedia.Persebaran TB di wilayah tersebut tinggi dikarenakan ada pengaruh dari batasan wilayahnya, sehingga batasan wilayah ini juga berdampak pada terhadap persebaran penyakit TB.

Kondisi Keterangan

Kondisi

Luas wilayah 175,28 km2

Ketinggian 175,28 m/dpl

Kepadatan Penduduk 649,85 jiwa Jumlah Penderita 89 penderita Jumlah Fasyankes 2

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

Kecamatan Bangsalsarimerupakan wilayah yang mempunyai persebaran penyakit TB tertinggi kedua dari tujuh kecamatan lainnya yaitu 89 penderita.Hal ini dikarenakan tingginya kepadatan penduduk dan hanya memiliki dua fasiltas kesehatan di daerah tersebut.Luas wilayah 175,28 km² dengan kepadatan penduduk 649,85 jiwa.

Panti

Kondisi Keterangan

Kondisi

Luas wilayah 160,7 km2

Ketinggian 160,7 m/dpl

Kepadatan Penduduk 370 jiwa Jumlah Penderita 65 penderita Jumlah Fasyankes 1

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

(11)

Kaliwates

Kondisi Keterangan

Kondisi

Luas wilayah 24,94 km2

Ketinggian 24,94 m/dpl

Kepadatan Penduduk 4.485,20 jiwa Jumlah Penderita 86 penderita Jumlah Fasyankes 3

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

Fasilitas kesehatan di wilayah ini sudah cukup memadahi yaitu mempunyai tiga fasilitas kesehatan yang tersedia. Masih tingginya persebaran TB di wilayah ini dikarenakan memiliki kepadatan penduduknya 4.485,20 jiwa tidak sepanding dengan luas wilayah yang hanya 24,94 km². Padatnya penduduk dapat mempengaruhi kelembapan pada wilayah tersebut sehingga pertumbuhan penyakit TB cepat meluas. Dengan memiliki penderita TB sebanyak 86 penderita.

Kondisi Keterangan

Kondisi

Luas wilayah 148,99 km2

Ketinggian 148,99 m/dpl

Kepadatan Penduduk 769 jiwa Jumlah Penderita 80 penderita Jumlah Fasyankes 2

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

Wilayah Kecamatan Puger yang memiliki persebaran TB tinggi yaitu dengan kepadatan penduduk sejumlah 769 jiwa, luas wilayah 148,99 km² dengan jumlah 80 penderita pada tahun 2015 ini.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya persebaran TB di wilayah ini karena jumlah fasyankes yang kurang dan letak wilayah yang berdekatan dengan kecamatan yang memiliki jumlah penderita TB tinggi seperti Kec.Umbulsari. Sehingga mycrobacterium tubercolusis yang terbawa oleh udara dapat menyebar pada wilayah sekitarnya dan dapat menimbulkan penderita baru.

Berdasarkan data persebaran Tuberkulosis yang di dapat dari DINKES Kabupaten Jember, berikut adalah kondisi geografis dan non geografis Kecamatan Patrang.

Kondisi Keterangan

Kondisi

Luas wilayah 36,99 km2

Ketinggian 36,99 m/dpl

Kepadatan Penduduk 2.5540 jiwa Jumlah Penderita 80 penderita Jumlah Fasyankes 1

Sumber: Hasil Observasi DINKES dan BPS

Wilayah Kecamatan Patrang memiliki angka persebaran TB BTA+ sebanyak 80 penderita. Hal ini dikarenakan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi yaitu sejumlah 2.554 jiwa dengan luas wilayah 36,99km². Tingginya persebaran TB di wilayah ini juga disebabkan kurangnya fasilitas kesehatan yang tersedia, sementara ini fasilitas kesehatan yg tersedia hanya terdapat 1 uni. Sehingga tidak sebanding dengan luas wilayah dan jumlah penduduknya yang sangak padat di wilayah tersebut.

Tuberkulosis MDR

Berdasarkan data persebaran Tuberkulosis yang di dapat dari DINKES Kabupaten Jember dalam 9 bulan pada tahun 2015, ada lima kecamatan yang diketahui terdeteksi penyakit TB MDR yaitu kecamatan Wuluhan, Ambulu, Tempurejo, Kaliwates, Kalisat. Munculnya penderita TB MDR dikarenakan kepadatan penduduk yang dialami di wilayah tersebut dan berdekatan dengan wilayah yang memiliki persebaran TB yang tinggi. Karena munculnya TB MDR atau resistant obat ini di karenakan lalainya atau ketidak patuhan pasien penderita TB BTA+ dalam mengkonsumsi obat sesuai anjuran yang berlaku, sehingga bakteri TB kebal terhadap obat.

(12)

terhadap obat dan menjadiresistantobat atau yang di sebut TB MDR. Kurang lebih pada tahun 2013 sudah ditemukan obatnya, jadi untuk saat ini TB MDR sudah dapat di sembuhkan namun konsumsi obatnya haris benar-benar dilihat oleh petugas medis. Pasien TB MDR biasanya mengkonsumsi obat kurang lebih 29 kapsul dan satu kali injeksi setiap harinya dalam jangan waktu pengobatan selama 1 setangah tahun sapai dua tahun...( responden petugas promkes RS.Paru 25 tahun )

Menurut Permenkes RI no.13 tahun 2013 faktor utama penyebab terjadinya resistansi kuman terhadap OAT adalah ulah manusia sebagai akibat tata laksana pengobatan pasien TB yang tidak dilaksanakan dengan baik. Penatalaksanaan pasien TB yang tidak adekuat tersebut dapat ditinjau dari sisi : 1) Diagnosis tidak tepat, 2) Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat, 3) Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat, 4) Penyuluhan kepadapasien yang tidak adequat, 5) Tidak mematuhi anjuran dokter/ petugas kesehatan, 6) Tidak teratur menelan paduan OAT, 7) Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya, 8) Gangguan penyerapan obat, 9)Persediaan OAT yang kurang, 10) Kualitas OAT yang disediakan rendah (Pharmaco-vigillance)

Berdasarkan data persebaran Tuberkulosis yang di dapat dari DINKES Kabupaten Jember dalam 9 bulan pada tahun 2015, ada empat kecamatan yang diketahui terdeteksi penyakit TB Extra Paru tertinggi di Kabupaten Jember yaitu Patrang meliki 10 penderita, Kaliwates 14 penderita, Sumbersari 14 penderita, dan Silo 10 penderita. Faktor yang mempengaruhi munculnya penderita TB Extra Paru di wilayah tersebut tinggi, karenakan padatnya penduduk yang dialami di wilayah tersebut berdekatan dengan wilayah yang memiliki persebaran TB yang tinggi dan kurangnya fasilitas kesehatan yang tersedia.

Persebaran Penyakit Tuberculosis Kepadatan penduduk

Besarnya angka kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan terutama kesehatan lingkungan. Lingkungan yang padat akan

mudah tercemar dan kotor,sehingga persebaran bibit penyakit akan lebih mudah. Hal ini juga berlaku dalam persebaran virus TBC yang akan dengan cepat menyebar lewat udara dalam lingkungan padat dan kurang sehat.

Jarak

Jarak fasilitas kesehatan juga berpengaruh pada keterjangkauan masyarakat terhaadap layanan kesehatan. Penanganan penderita TBC yang menuntut kontinuitas akan dirasa sangat berat bagi masyarakat yang tinggal jauh dari pusat layanan kesehatan.

Jumlah fasyankes

Jumlah fasilitas kesehatan (FasYanKes) dalam suatu wilayah berepengaruh terhadap penanggulangan persebaran penyakit TBC. Hal ini mengacu pada cakupan puskesmas terhadap wilayah, dan jumlah penduduk di wilayah tersebut.

Salah satu cara yang dapat dilakukan saat ini dalam menanggulangi TB adalah melakukan penyuluhan tentang penyakit dan penanggulangan TB terhadap masyarakat, untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pelayanan kesehatan. Hal ini dikemukakan oleh Drs. Tri Krianto, M.Kes dalam teori promosi kesehatannya, yaitu sebuah proses dalam meningkatkan kemampuan mengontrol faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya.

Analisis persebaran Tuberkulusis diatas menunjukkan bahwa foktor yang paling dominan dalam persebaran penyakit Tuberkulosis yaitu jumlah kepadatan penduduk dalam suatu wilayah. Sama seperti penelitian yang diteliti oleh Bambang Ruswanto (2010) pada Kabupaten Pekalongan dimana makin padatnya jumlah penduduk di suatu wilayah dapat mempengaruhi padatnya hunian, padatnya hunian dapat mempengaruhi kelembapan yang dapat mempercepat bertumbuhan bakteri TB sehingga persebaran penyakit Tuberkulosis cepat menular pada masyarakat.

Dalam pembuatan program ini masih mengalami beberapa kekurangan diantaranya website ini tidak dapat langsung mengupdate data pada wabsite tersebut sehingga peneliti harus mengupload lagi setelah data tersebut telah selesai di edit pada

(13)

SIMPULAN

1. Angka persebaran Tuberkulosis di Kabupaten Jember pada tiga tahun terakhir yaitu di tahun 2013 TB BTA+ memiliki 1981 penderita, TB Extra Paru memiliki 220 penderita, TB MDR memiliki 3 penderita. Tahun 2014 TB BTA+ sebanyak 2055 penderita, TB Extra Paru 190 penderita, TB MDR memiliki 22 penderita. Dan pada tahun 2015 TB BTA+ sebanyak 527, Extra Paru memiliki 62 penderita, TB MDR memiliki 4 penderita yang di ambil pada tiga periode terakhir pada Dinkes Kabupaten Jember. 2. Peta Digital persebaran penyakit Tuberkulosis

pada semua Kecamatan di Kabupaten Jember menampilkan data yang di peroleh dari Dinkes meliputi data jumlah penderita Tuberkulosis BTA+, Extra Paru, MDR dan Badan Pusat Statistik yangmeliputi data jumlah kepadatan penduduk perkecamatan, jumlah puskesmas yg tersebar di Kabupaten Jember yang kemudian di aplikasikan dalam bentuk website.

3. Kecamatan Jenggawah, Umbulsari, Tanggul, Bangsalsari, Pakusari, Kaliwates, Sumbersari merupakan tujuh daerah yang memiliki persebaran Tuberkulosis tertinggi di Kabupaten Jember. Faktor yang berpengaruh dari tingginya persebaran TBC di wilayah tersebut dikarenakan jumlah penduduk yang terlalu padat dan jumlah fasilitas kesehatan yang kurang.TB BTA+ merupakan tipe yang paling mendominasi dibanding tipe Extra Paru dan TB MDR.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Hari. 2010.

. E d i s i P e r t a m a . U G M . Yogyakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan

. Edisi 2. Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2013. . Surabaya.

Jalu, Kukuh. 2013.

. Skripsi. Politeknik Negeri Jember. Jember.

Putra, Aji. 2011. P

. Bogor.

Ruswanto, Bambang. 2010. Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Di Tinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam Dan Luar Rumah Di Kabupaten Pekalongan. . Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat Nomor 13 Tahun 2013. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan

. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudarma, Momon. 2012. Sosiologi Kesehatan.

Jakarta.

Febriyan, Rendy. 2014. Perancangan Peta Digital Dan Analisis Geospasial Penyakit HIV(Human

Dan

Gambar

Gambar 5 Memasukkan Data Atribut
Gambar 8 Penentuan Warna dan Kategori
Gambar 13 Memilih File .shp
Gambar 22  Kode Peta Digital
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bayi yang baru lahir, masih mengembangkan saraf, otat, dan lensa matanya. Akibatnya ia tidak dapat melihat benda-benda kecil yang jauh. Ia mampu melihat benda

Analisis kuantitatif merupakan analisis terhadap data-data yang berbentuk angka- angka atau data yang dapat dikonversi dalam bentuk angka dengan cara perhitungan

to determine whether serotype bias influences assay test perfor- mance by using a large number of serum and CSF specimens and anti-GXM monoclonal antibodies (MAbs) with

Telah diketahui bahwa Trichophyton merupakan jamur yang sering menginfeksi rambut, kulit dan kuku, dengan demikian biji mimba dimungkinkan dapat digunakan sebagai

Dalam setiap pertunjukan terdapat 9 orang penabuh gamelan atau niaga yang memegang masing-masing alat musik sesuai keahlian serta seorang sinden yang bertugas

Rumusan permasalahan penelitian ini adalah apakah layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan konsentrasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMK Wisudha Karya

“banyak hambatan dalam pembelajaran Kitab Fathul Qorib , tinggal bagaimana meminimalisirnya, hal yang menghambat diantaranya adalah anak yang belum bisa membaca

Surabaya : Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bahasa dan Seni Katholik Widya Mandala. Skills And Keguruan dan