• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF UNTUK PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS SUKARAMAI KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF UNTUK PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS SUKARAMAI KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2017 SKRIPSI"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PELAYANAN PROMOTIF DAN

PREVENTIF UNTUK PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS

SUKARAMAI KECAMATAN MEDAN AREA

TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH

SAUFI ICHWANA

NIM: 131000285

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

IMPLEMENTASI PELAYANAN PROMOTIF DAN

PREVENTIF UNTUK PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS

SUKARAMAI KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

SAUFI ICHWANA

NIM: 131000285

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF UNTUK PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS SUKARAMAI KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2017 Yang membuat pernyataan

(4)
(5)

ABSTRAK

Pelayanan preventif dan promotif merupakan pelayanan kesehatan masyarakat yang harus lebih diutamakan dan diperhatikan guna meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik. Namun masih banyak masalah kesehatan akibat lingkungan yang buruk, disebabkan oleh gas buangan yang berasal dari sarana transpotasi dan polusi udara yang menyebabkan terjadinya kabut asap sehingga penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) menjadi tinggi di Puskesmas Sukaramai. Namun pada pelayanan Puskesmas Sukaramai masih saja berfokus pada pendekatan kuratif daripada pelayanan preventif dan promotif untuk penyakit ISPA menjadikan cakupan pelayanan tersebut tergolong masih rendah.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis implementasi pelayanan preventif dan promotif untuk penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai. Menggunakan metode wawancara mendalam, sebagai cara untuk mengumpulkan data. Informan penelitian ini sebanyak 6 orang, yaitu Kepala Puskesmas Sukaramai,beberapa petugas kesehatan puskesmas dan pasien.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan preventif dan promotif untuk penyakit ISPA di Puskesmas dalam pelaksanaannya belum merata di wilayah kerjanya, kegiatan yang dilaksanakan terbatas dan kurang terstruktur, dana yang digunakan hanya dari Bantuan Operasional Kesehatan yang dirasakan masih belum cukup serta kemampuan dan pengetahuan tenaga kesehatan kurang baik dan belum maksimal dalam memberikan pelayanan preventif dan promotif. Upaya kesehatan masyarakat yang ada di Puskesmas Sukaramai antara lain penyuluhan menggunakan masker dan gotong-royong membersihkan lingkungan bersama masyarakat. Sedangkan upaya kesehatan perorangan yang dilaksanakan selain pengobatan yaitu konseling atau penyuluhan perorangan, dan pemantauan keluarga PHBS.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi pelayanan preventif dan promotif di Puskesmas Sukaramai belum berjalan secara maksimal sehingga cakupan pelayanannya masih rendah dan diharapkan agar pemerintahan yang terkait dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dari tenaga kesehatan, dana dan sarana, prasarana serta peralatan. Diharapkan Kepala Puskesmas lebih memahami tentang manajemen puskesmas dalam membuat suatu perencanaan, diharapkan puskesmas beserta jajarannya lebih meningkatkan pemahaman, koordinasi, pengawasan dan kerja sama lintas sektoral dalam melaksanakan pelayanan preventif dan promotif untuk penyakit ISPA.

Kata Kunci : Implementasi, Pelayanan, Preventif, Promotif, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Puskesmas

(6)

ABSTRACT

Preventive and promotive services are public health services that should be prioritized and addressed in order to improve public health in a better direction. But there are still many health problems due to bad environment, caused by exhaust gases from transportation and air pollution causing smoke haze so that people with acute respiratory infections (ISPA) become high in Sukaramai Public Health Center (Puskesmas Sukaramai). However, in Sukaramai Puskesmas service still focusing on curative approach rather than preventive and promotive service for ARI disease make the service coverage is still low.

The research is descriptive research with qualitative approach which aims to analyze the implementation of preventive and promotive services for ARI disease in Puskesmas Sukaramai. Using in-depth interview methods, as a way to collect data. Informant of this research as many as 6 people, that is head of puskesmas Sukaramai, some health officer of puskesmas and patient.

The results showed that preventive and promotive services for ARI disease in puskesmas in its implementation have not been evenly distributed in its working area, the activities carried out are limited and less structured, the funds used only from the health operational assistance are still not enough and the ability and knowledge of health workers is not good and not maximal in providing preventive and promotive services. Public health efforts in puskesmas Sukaramai include counseling using masks and mutual help to clean the environment with the community. While individual health efforts that are carried out in addition to the treatment of individual counseling or counseling, and monitoring PHBS family.

The conclusion of this research was implementation of preventive and promotive service in puskesmas Sukaramai has not run maximally so the service coverage is still low and it is expected that the related government can improve the quality and quantity of health workers, funds and facilities, infrastructure and equipments. It is hoped that the head of puskesmas will be more understanding about the management of puskesmas in making a plan, it is hoped that the puskesmas and its staff will improve the understanding, coordination, supervision and cross-sectoral cooperation in implementing preventive and promotive services for ARI.

Keywords: Implementation, Services, Preventive, Promotion, Acute Respiratory Infections (ARI), Puskesmas

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul judul “IMPLEMENTASI PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF UNTUK PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS SUKARAMAI KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2017”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan banyak pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik secara moril maupun material, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Heldy B.Z, M.PH, selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah banyak memberikan kritik serta saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

(8)

5. dr. Rusmalawaty, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I yang telah banyak membimbing, meluangkan waktu, memberikan pengarahan, dukungan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Juanita, SE., M.Kes selaku Dosen penguji II yang telah member kritik dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Penguji III yang telah memberi kritik dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Prof. Dr. Albiner Siagian Ir., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU. 9. Seluruh Dosen dan Staff di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjadi Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ini. 10. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian ini.

11. Kepala Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area dan seluruh staf yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

12. Teristimewa untuk keluarga tercinta, Ayahanda Muhammad Yakub dan Ibunda Juliana Idris yang tidak pernah putus asa memberikan do’a dan dukungan terbaik buat penulis, kepada kedua adik saya yang di sayangi yaitu Muhammad Ade Ikhsan dan Muhammad Irfan Aulia, serta seluruh keluarga besar. Terimakasih atas doa, nasihat, kasih sayang, perhatian, dukungan serta motivasi yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

13. Para sahabat tersayang (Muhammad Irsan, Naimatussaadah Lubis, Widya Novita Sari, Rafida, Evi Anggraini, Rispa Rahmadhani Lubis dan kawan-kawan seperjuangan FKM USU 2013) terimakasih atas dukungan, motivasi serta do’a-do’a kalian selama ini.

14. Teman-teman kelompok PBL dan LKP, teman-teman satu peminatan AKK serta seluruh rekan dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu, memberikan semangat, dukungan dan do’a dalam penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya, serta penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari pemahaman materi, pemakaian bahasa, penyampaian materi, dan lain-lain. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini.

Medan, September 2017 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACK... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR ISTILAH... xv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Puskesmas ... 9

2.1.1 Definisi Puskesmas ... 9

2.2.1 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas ... 9

2.1.2.1 Prinsip Penyelenggaraan ... 9

2.1.2.2 Tugas ... 9

2.1.2.3 Fungsi dan Wewenang Puskesmas ... 10

2.1.3 Visi Puskesmas ... 11

2.1.4 Misi Puskesmas ... 12

2.1.5 Tujuan Puskesmas ... 13

2.1.6 Upaya Puskesmas ... 13

2.1.6.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Tingkat Pertama... 13

2.1.6.2 Upaya Kesehatan Perorangan Tingkat Pertama... 13

2.1.7 Tenaga Kesehatan... 14

2.1.8 Pendanaan Kesehatan... 15

2.2 Pelayanan Kesehatan ... 15

2.2.1 Definisi Pelayanan Kesehatan ... 15

2.2.2 Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif ... 19

2.2.3 Promosi Kesehatan ... 20

2.2.4 Tingkat-Tingkat Pencegahan Penyakit... 21

(11)

2.4 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)... 25

2.5 Kegiatan Program Penyakit ISPA... .... 26

2.6 Sumber Daya Program Kesehatan Lingkungan... ... 27

2.6.1 Tenaga Pelaksana... 27

2.6.2 Sarana dan Prasarana ISPA... 27

2.6.3 Sumber Dana Program Kesehatan Lingkungan... 28

2.7 Fokus Penelitian... .. 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 32

3.2.2 Waktu Penelitian ... 32

3.3 Informan Penelitian ... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5 Jenis dan Sumber Data... 33

3.6 Instrumen Pengambilan Data ... 34

3.7 Triangulasi... 34

3.8 Metode Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35

4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 35

4.1.1 Letak Geografi ... 36

4.1.2 Demografis ... 36

4.1.3 Gambaran Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sukaramai ... 36

4.1.4 Gambaran Sarana dan Prasarana di Puskesmas Sukaramai ... 37

4.1.4.1 Sarana dan Prasarana Gedung ... 37

4.2 Karakteristik Informan ... 38

4.3 Hasil Wawancara Implementasi Pelayanan Promotif dan Preventif Untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai Tahun 2017 ... 39

4.3.1 Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan Program Preventif dan Promotif Unrtuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai. ... 39

4.3.2 Pernyataan Informan tentang Kebijakan Program Preventif dan Promotif Untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai.. ... 41

4.3.3 Pernyataan Informan tentang Sistem Pembiayaan Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 42

4.3.4 Pernyataan Informan tentang Bentuk-Bentuk Program Preventif dan Promotif Untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 44

4.3.5 Pernyataan Informan tentang Persiapan Pelaksanaan Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 45

(12)

4.3.6 Pernyataan Informan tentang Proses Pelaksanaan Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas

Sukaramai ... 46

4.3.7 Pernyataan Informan tentang Tantangan Internal dan Eksternal yang Dapat Menghambat Jalannya Pelaksanaan Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 48

4.3.8 Pernyataan Informan tentang Strategi yang Dilakukan Dalam Mengatasi Kendala Internal dan Eksternal Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai... 49

4.3.9 Pernyataan Informan tentang Saran Untuk Peningkatan Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 50

4.3.10 Pernyataan Informan (Masyarakat) Tentang Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 52

4.3.11 Pernyataan Informan (Masyarakat) Tentang Program Preventif dan Promotif Berkaitan dengan Anjuran yang Diberikan Oleh Petugas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sukaramai untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai... ... 53 BAB V PEMBAHASAN ... 54 5.1 Masukan (Input) ... 54 5.1.1 Kebijakan ... 54 5.1.2 Tenaga Kesehatan ... 57 5.1.3 Dana ... 61

5.1.4 Sarana, Prasarana dan Peralatan... .... 62

5.2 Proses (Process) ... 63

5.3 Keluaran (Output) ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 69

6.1 Kesimpulan ... 69

6.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaramai

Tahun 2016... 36

Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sukaramai ... 36

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas Sukaramai ... 37

Tabel 4.4 Karakteristik Informan ... 38

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 40

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Kebijakan Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 42

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang Sistem Pembiayaan Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 43

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Bentuk-Bentuk Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 44

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang Persiapan Pelaksanaan Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 45

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang Proses Pelaksanaan Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 47

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan tentang Tantangan Internal dan Eksternal yang Dapat Menghambat Jalannya Pelaksanaan Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai... . 48

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan tentang Strategi yang Dilakukan Dalam Mengatasi Kendala Internal dan Eksternal Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 50

(14)

Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan tentang Saran Untuk Peningkatan Program Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai ... 51 Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan (Masyarakat) Tentang Program

Preventif dan Promotif untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai... .... 52 Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang Informan (Masyarakat)

Tentang Program Preventif dan Promotif Berkaitan dengan Anjuran yang Diberikan Oleh Petugas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sukaramai untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai... ... 53

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 29

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Surat Izin Survei Pendahuluan dari FKM USU

Lampiran 3. Surat Izin Pendahuluan Dinas Kesehatan Kota Medan Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari FKM USU

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Medan

(17)

DAFTAR ISTILAH

Singkatan : Singkatan dari

BOK : Bantuan Operasional Kesehatan

BPJS : Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Depkes : Departemen Kesehatan

FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut JKN : Jaminan Kesehatan Nasional Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat POA : Planing Of Action

Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat SDM : Sumber Daya Manusia

SKM : Sarjana Kesehatan Masyarakat UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat UKP : Upaya Kesehatan Perorangan UU : Undang-Undang

(18)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Saufi Ichwana

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 04 Agustus 1996 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Anak Ke : 1 dari 3 bersaudara

Nama Ayah : M. Yakub Umar

Suku Bangsa Ayah : Jawa

Nama Ibu : Juliana Idris Siregar Suku Bangsa Ibu : Mandailing

Alamat : Jl. Seksama-Harapan Pasti No. 38, Medan Pendidikan Formal

1. TK. Islam Arafah 1 Medan : 2000-2001

2. SD Negeri 060827 Medan : 2001-2007

3. SMP Negeri 3 Medan : 2007-2010

4. SMANegeri5Medan : 2010-2013

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paradigma Sehat menekankan promotif-preventif sebagai pilar utama upaya kesehatan. Sedangkan penguatan pelayanan kesehatan menekankan peningkatan akses terutama pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan, paling tidak harus memberikan konstribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Pembangunan kesehatan akan menekankan upaya promotif dan preventif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Mubarak, 2012).

Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan yang penting dalam pencapaian program Indonesia Sehat. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

(20)

yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Kemenkes, 2011).

Adapun upaya kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud meliputi: 1) pelayanan promosi kesehatan; 2) pelayanan kesehatan lingkungan; 3) pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; 4) pelayanan gizi; serta 5) pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Sedangkan untuk upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk: 1) rawat jalan; 2) pelayanan gawat darurat; 3) pelayanan satu hari (one day care); 4) home care; dan/atau 5) rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan (Permenkes RI, 2014).

Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan kesehatan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mampu berperan secara aktif dalam masyarakat sesuai sosial budaya setempat yang didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan. (Depkes RI, 2007).

Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Preventif secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, preventif diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

(21)

Saat ini masih ditemukan puskesmas yang masih berfokus pada pendekatan kuratif dari pada promotif dan preventif. Selain itu, persepsi masyarakat yang masih menganggap puskesmas hanya sebagai penyedia pengobatan bagi orang sakit atau fasilitas “orang sakit” daripada fasilitas “menjadi sehat”. Paradigma sehat yang selalu mengutamakan pendekatan promotif dan preventif masih sangat sukar dipahami dan diadopsi masyarakat dan penyedia layanan di puskesmas (Australia Indonesia Partnership for Health System Strengthening, 2013).

Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan manusia, yang merupakan hak dasar dan tidak bisa diganggu gugat dalam keadaan apapun. Namun dalam kenyataannya keadaan kesehatan di Indonesia belum memuaskan. Salah satu penyebab masalah kesehatan adalah akibat lingkungan yang buruk. Dimana Penyakit berbasis lingkungan masih mendominasi sebagai penyakit tertinggi di Indonesia seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Lingkungan merupakan determinan utama derajat kesehatan masyarakat. Kondisi lingkungan yang tidak memadai baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang masih rendah menyebabkan berbagai penyakit antara lain ISPA. Penyakit berbasis lingkungan ini dapat timbul karena sanitasi dasar yang tidak memenuhi syarat, seperti pemukiman yang tidak sehat dan perubahan pola hidup manusia. Salah satu yang menyebabkan hal ini terjadi karena adanya kemajuan teknologi yang semakin canggih, sehingga terjadi peningkatan polusi pencemaran udara yang disebabkan antara lain oleh kendaraan

(22)

bermotor maupun industri yang semakin banyak tumbuh menjamur di kawasan pemukiman masyarakat.

Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. ISPA merupakan penyakit berbasis lingkungan yang selalu masuk dalam 10 besar penyakit dihampir seluruh puskesmas di Indonesia. Indonesia sebagai daerah tropis berpotensi menjadi daerah endemik dari beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi acaman bagi kesehatan masyarakat.

Berdasarakan Profil Puskesmas Sukaramai, wilayah kerja Puskesmas Sukaramai mencapai 4 Kelurahan. Dengan jumlah penduduk mencapai 46.245 jiwa, angka kejadian ISPA di Puskesmas Sukaramai cukup tinggi, kasus ISPA sebanyak 2.533 kasus. Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa ISPA adalah penyakit yang menduduki peringkat pertama 10 penyakit terbesar yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukaramai, untuk itu dibutuhkan kerja keras dari segala pihak dengan berbagai lintas sektor dalam menangani penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan terutama ISPA. Salah satunya yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, karena puskesmaslah yang berfungsi memberikan fasilitas pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat. Selain itu puskesmas juga melakukan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan pereventif, terlebih lagi di era JKN ini puskesmas dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatifnya juga.

Adapun upaya promotif dan preventif yang dilaksanakan oleh Puskesmas Sukaramai berdasarkan survey awal dan wawancara dengan Kepala Puskesmas

(23)

adalah pada upaya promotif, melakukan peninjauan dan penyuluhan ke Rukun Tetangga, sekolah-sekolah, warung-warung serta lingkungannya. Sedangkan untuk upaya preventif dengan menyediakan masker gratis dan melakukan gotong royong melakukan penghijauan di lingkungan tempat tinggal masyarakat.

Berdasarkan survey pendahuluan dan pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa pelaksanaan dan cakupan dari upaya promotif dan preventif melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan belum menunjukkan hasil yang maksimal. Upaya promotif dan preventif sudah dilakukan namun angka kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut masih sangat tinggi dan merupakan 10 penyakit terbanyak dengan jumlah 2.553 penderita di wilayah kerja Puskesmas Sukaramai.

Adapun hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas Sukaramai menjelaskan bahwa Puskesmas ini dalam menyelenggarakan pelayanan promotif dan preventif tidak ada perbedaan ketika sudah ada jaminan kesehatan seperti sekarang ini. Pelaksanaan upaya promotif dan preventif di Puskesmas ini tidak memiliki sasaran atau target yang jelas, ditandai dengan tidak terdapat angka sasaran yang ingin dicapai secara tertulis di dalam data Puskesmas. Sehingga pencapaian pelayanan promotif dan preventif dibandingkan dengan data tahun-tahun sebelumnya tidak menunjukkan perbedaan yang secara signifikan terkait dengan adanya peningkatan ataupun penurunan.

Pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif memiliki kendala-kendala yang menghambat kelancaran dari kegiatan tersebut. Adapun kendala-kendala yang dihadapi adalah sarana dan prasarana serta peralatan untuk mendukung kegiatan penyuluhan. Perilaku masyarakatnya yaitu kesadaran dan kemauan

(24)

masyarakat yang belum timbul dari diri sendiri untuk memanfaatkan dan menganggap upaya promotif dan preventif itu penting demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Perilaku masyarakat tersebut ditandai dengan ketika melihat ke lapangan hanya sedikit masyarakat yang mau menghadiri penyuluhan kesehatan oleh Puskesmas.

Dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Sukaramai, sebelum era Jaminan Kesehatan Nasional dana yang digunakan adalah Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), setelah adanya JKN dana yang digunakan adalah dana kapitasi dari JKN. Namun dana untuk melaksanakan pelayanan promotif dan preventif dari dana kapitasi BPJS tidak cukup, sehingga Puskesmas masih menggunakan BOK. Dana itulah yang digunakan untuk biaya transportasi dalam pelayanan promotif seperti penyuluhan ke masyarakat. Upaya promotif dan preventif dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang telah ditetapkan oleh setiap program upaya wajib Puskesmas. Dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan ke masyarakat Puskesmas telah memberikan giliran kepada setiap tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas tersebut.

Sementara itu, menurut penelitian terdahulu oleh Ummiyun (2015) di Puskesmas Tapian Dolok Kabupaten Simalungun menyatakan bahwa implementasi pelayanan promotif dan preventif belum maksimal karena tidak sepenuhnya berlandaskan pada kebijakan yang berlaku, manajemen Puskesmas tidak dipahami secara baik oleh kepala Puskesmas, dan cakupan upaya promotif belum merata ke semua desa yang ada di wilayah kerja puskesmas.

(25)

Menurut penelitian Masyuni (2010), tentang implementasi program promosi pencegahan diare pada anak berusia di bawah tiga tahun (Studi Kasus di Puskesmas Mangkurawang Kabupaten Kutai Kartanegara), menyatakan bahwa 1) program promosi pencegahan diare yang dilakukan di Puskesmas Mangkurawang belum dapat menghilangkan pendapat yang kurang tepat terhadap diare; 2) masyarakat terbiasa untuk mendapatkan informasi kesehatan dengan menggunakan komunikasi langsung dengan petugas kesehatan, kader dan tokoh masyarakat; dan 3) jumlah petugas kesehatan terbatas sehingga diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas kader kesehatan.

Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui implementasi pelayanan promotif dan preventif untuk penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan adalah “Bagaimana Implementasi Pelayanan Promotif Dan Preventif Untuk Penyakit ISPA Di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017”.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Menganalisis Implementasi Pelayanan Promotif Dan Preventif Untuk Penyakit ISPA Di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pelayanan promotif daan preventif dalam upaya kesehatan masyarakat (UKM) di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017.

(26)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan penelitian khususnya tentang pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif untuk penyakit ISPA.

2. Memberikan hasil kajian sebagai masukan kepada seluruh penanggungjawab puskesmas khususnya di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area dalam membangun mutu dan kualitas pelayanan kesehatan.

3. Dapat dijadikan sebagai referensi kepada pihak-pihak di bidang kesehatan masyarakat khususnya di bidang Ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Definisi Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75 tahun 2014).

2.1.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas 2.1.2.1 Prinsip Penyelenggaraan

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi: 1. Paradigma sehat;

2. Pertanggungjawaban wilayah; 3. Kemandirian masyarakat; 4. Pencatatan;

5. Teknologi tepat guna;

6. Keterpaduan dan kesinambungan (Permenkes RI No. 75 tahun 2014). 2.1.2.2 Tugas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes RI No. 75 tahun 2014).

(28)

2.1.2.3 Fungsi dan Wewenang Puskesmas Puskesmas menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas berwewenang untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain yang terkait;

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas; g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan;

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit (Permenkes RI No. 75 tahun 2014).

2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas berwewenang untuk:

(29)

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komperehensif, berkesinambungan dan bermutu;

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif;

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;

f. Melaksanakan rekam medis;

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap mutu akses pelayanan kesehatan;

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan;

i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya;

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan (Permenkes RI No. 75 tahun 2014).

2.1.3 Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang harus diselenggarakan oleh Puskesmas adalah pembangunan kesehatan yang sesuai dengan paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan, teknologi tepat guna dan keterpaduan dan kesinambungan (Permenkes RI, 2014).

(30)

2.1.4 Misi Puskesmas

Dalam misi pembangunan kesehatan yang harus diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya visi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

1. mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

3. mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

4. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

5. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

6. mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas (Permenkes RI, 2014).

(31)

2.1.5 Tujuan Puskesmas

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:

1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat;

2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu; 3. Hidup dalam lingkungan yang sehat;

4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Permenkes RI No. 75 tahun 2014).

2.1.6 Upaya Puskesmas

2.1.6.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Tingkat Pertama 1. Pelayanan promosi kesehatan;

2. Pelayanan kesehatan lingkungan;

3. Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana; 4. Pelayanan gizi;

5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. 2.1.6.2 Upaya Kesehatan Perorangan Tingkat Pertama 1. Rawat jalan;

2. Pelayanan gawat darurat; 3. Pelayanan satu hari; 4. Home care;

5. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan (Permenkes RI No. 75 tahun 2015).

(32)

2.1.7 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), tenaga kesehatan merupakan pokok dari subsistem SDM kesehatan, yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Unsur utama dari subsistem ini adalah perencanaan, pendidikan dan pelatihan, dan pendayagunaan tenaga kesehatan.

Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan adalah upaya pengadaan tenaga kesehatan sesuai jenis, jumlah dan kualifikasi yang telah direncanakan serta peningkatan kemampuan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan (Depkes, 2004).

Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana paling sedikit terdiri atas: a. dokter atau dokter layanan primer;

b. dokter gigi; c. perawat; d. bidan;

e. tenaga kesehatan masyarakat; f. tenaga kesehatan lingkungan; g. ahli teknologi laboratorium medik;

(33)

h. tenaga gizi; dan i. tenaga kefarmasian.

Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas. Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI, 2014). 2.1.8 Pendanaan di Puskesmas

Pendanaan di puskesmas bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat (Kemenkes RI, 2014). 2.2 Pelayanan Kesehatan

2.2.1 Definisi Pelayanan Kesehatan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem (Permenkes RI, 2014).

(34)

Dalam rangka pemenuhan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisi masyarakat, puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaran. Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya puskesmas dikategorikan menjadi puskesmas kawasan perkotaan, puskesmas kawasan pedesaan dan puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil (Permenkes RI, 2014).

1. Puskesmas Kawasan Perkotaan

Puskesmas kawasan perkotaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut:

a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa;

b. memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel;

c. lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik; dan/atau d. terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan.

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan perkotaan memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. memprioritaskan pelayanan UKM;

b. pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat;

c. pelayanan UKP dilaksanakan oleh puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat;

(35)

d. optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan; dan

e. pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan (Permenkes RI, 2014).

2. Puskesmas Kawasan Pedesaan

Puskesmas kawasan pedesaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut:

a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris;

b. memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel;

c. rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen); dan

d. terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh puskesmas kawasan pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat;

b. pelayanan UKP dilaksanakan oleh puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat;

(36)

c. optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan; dan

d. pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat perdesaan (Permenkes RI, 2014).

3. Puskesmas Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil

Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut: a. berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus;

b. pulau, atau pesisir;

c. akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca; dan

d. kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi tenaga kesehatan;

b. dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan;

(37)

d. pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil;

e. optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan; dan

f. pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus pulau/cluster

g. dan/atau pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan aksesibilitas (Permenkes RI, 2014).

2.2.2 Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif

Upaya Kesehatan Promotif adalah upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat secara optimal menolong dirinya sendiri (mencegah timbulnya masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya, dan mampu berperilaku mengatasi apabila masalah kesehatan tersebut sudah terlanjur datang), serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes RI, 2015).

Upaya kesehatan preventif adalah suatu upaya untuk mengendalikan risiko kesehatan, mencegah komplikasi penyakit dan meningkatkan mutu hidup seoptimal mungkin (Kemenkes RI, 2015).

(38)

2.2.3 Promosi Kesehatan

Menurut Hartono (2010) banyak sekali tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan oleh puskesmas. Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut.

1. Di Dalam Gedung

Di dalam gedung puskesmas, promosi kesehatan dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang diselenggarakan puskesmas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di dalam gedung terdapat peluang-peluang:

a. Promosi kesehatan di tempat pendaftaran, yaitu di tempat pasien/klien harus melapor/ mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan.

b. Promosi kesehatan dalam pelayanan medis di poliklinik, di pelayanan KIA & KB, dan di ruang perawatan (untuk puskesmas dengan tempat perawatan).

c. Promosi kesehatan dalam pelayanan penunjang medis, yaitu di kamar obat/apotik dan di laboratorium.

d. Promosi kesehatan dalam pelayanan klinik-klinik khusus seperti klinik sanitasi.

e. Promosi kesehatan di tempat pembayaran rawat, yaitu di ruang di mana pasien rawat inap harus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum meninggalkan puskesmas (untuk puskesmas dengan tempat perawatan).

f. Promosi kesehatan di lingkungan puskesmas, yaitu di tempat parkir, halaman, dinding, kantin/kios, tempat ibadah, dan pagar halaman puskesmas.

(39)

2. Di Masyarakat (di luar gedung)

Banyak tatanan di mana puskesmas dapat melakukan promosi kesehatan di masyarakat, yakni:

a. Tatanan rumah tangga, yaitu di pemukiman penduduk misalnya di kompleks-kompleks perumahan, Dasa Wisma, Rukun Tetangga/Rukun Warga dan lain-lain.

b. Tatanan sarana pendidikan, yaitu di sekolah-sekolah, madrasah, pondok pesantren, kursus-kursus, perguruan tinggi dan lain-lain.

c. Tatanan tempat kerja, yaitu di pabrik-pabrik, kantor-kantor, koperasi-koperasi, himpunan petani, pelelangan ikan, komplek pertokoan dan lain-lain.

d. Tatanan tempat umum, yaitu di terminal, stasiun, dermaga/pelabuhan, pasar, restauran, penginapan dan lain-lain (Hartono, 2010).

2.2.4 Tingkat-Tingkat Pencegahan Penyakit

Menurut Leavel and Clark dalam Syafrudin (2009) ada lima tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat, yaitu sebagai berikut.

1. Peningkatan kesehatan (Health Promotion)

2. Perlindungan umum dan Khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (General and Spesifik Protection)

3. Menegakkan diagnosis secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment)

(40)

5. Penyembuhan Kesehatan (Rehabilitation)

Hal tersebut di atas dijabarkan dalam upaya-upaya pencegahan sebagai berikut.

1. Upaya Pencegahan Primer

a. Upaya peningkatan kesehatan

Yaitu upaya pencegahan yang umumnya bertujuan meningkatkan taraf kesehatan individu/keluarga/masyarakat, misalnya:

1. Penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi, penyusunan pola gizi memadai, pengawasan pertumbuhan anak balita dan usia remaja.

2. Perbaikan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan.

3. Kesempatan memperoleh hiburan sehat yang memungkinkan pengembangan kesehatan mental dan sosial.

4. Pendidikan kependudukan, nasihat perkawinan, pendidikan seks, dan sebagainya.

5. Pengendalian faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

b. Perlindungan umum dan khusus

Perlindungan khusus terhadap kesehatan. Golongan masyarakat tertentu serta keadaan tertentu yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan. Upaya-upaya yang termasuk perlindungan umum dan khusus antara lain:

(41)

1. Peningkatan higiene perorangan dan perlindungan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.

2. Perlindungan tenaga kerja terhadap setiap kemungkinan timbulnya penyakit akibat kerja.

3. Perlindungan terhadap bahan-bahan beracun, korosif, alergen dan sebagainya.

4. Perlindungan terhadap sumber-sumber pencernaan.

2. Upaya Pencegahan Sekunder

Pada pencegahan sekunder termasuk upaya yang bersifat diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt teratment) meliputi mencari kasus sedini mungkin:

1. Melakukan general check up rutin pada setiap individu.

2. Melakukan berbagai survei (survei sekolah, rumah tangga) dalam rangka pemberantasan penyakit menular.

3. Pengawasan obat-obatan, termasuk obat terlarang yang diperdagangkan bebas, golongan narkotika, psikotrofika dan obat-obatan bius lainnya.

3. Upaya Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier berupa pencegahan terjadinya komplikasi penyakit yang lebih parah. Bertujuan menurunkan angka kejadian cacat fisik maupun mental, meliputi upaya-upaya sebagai berikut.

(42)

2. Rehabilitasi sempurna setelah penyembuhan penyakit (rehabilitasi fisik dan mental).

3. Mengusahakan pengurangan beban sosial penderita, sehingga mencegah kemungkinan terputusnya kelanjutan pengobatan serta kelanjutan rehabilitasi dan sebagainya (Syafrudin, 2009).

2.3 Penyakit Berbasis Lingkungan

Lingkungan tidak mungkin mampu mendukung jumlah kehidupan yang tanpa batas dengan segala aktivitasnya. Karena itu, apabila lingkungan sudah tidak mampu lagi mendukung kehidupan manusia, manusia akan menuai berbagai kesulitan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berdampak pada kualitas daya dukung lingkungan, yang pada akhirnya akan merusak lingkungan itu sendiri. Eksploitasi sumberdaya yang berlebihan akan berdampak buruk pada manusia (Budiman, 2007).

Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan penyakit pada manusia telah lama disadari, seperti dikemukakan Blum dalam Planing for health, development and application of social change theory, bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kondisi kesehatan masyarakat yang buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit juga dipengaruhi oleh lingkungan yang buruk (Budiman, 2007).

Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara kuman dengan manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal ditubuh host kemudian berpindah kemanusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan lingkungannya. Hal ini tercermin dari tingginya kejadian penyakit berbasis

(43)

lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia. Beberapa penyakit yang timbul akibat kondisi lingkungan yang buruk seperti ISPA, diare, DBD, Malaria dan penyakit kulit (Depkes RI, 2002).

2.4 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

ISPA adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus atau bakteri, menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) yang berlangsung sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara pernafasan yang mengandung kuman dan terhirup oleh orang yang sehat.

ISPA dapat dicegah dengan cara menjaga sirkulasi udara dalam rumah dengan membuka jendela setiap hari, menghindari polusi udara di dalam rumah seperti asap dapur dan asap rokok, tidak padat penghuni di kamar tidur, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang terserang bibit penyakit, terutama faktor yang ada pada dirinya sendiri, seperti: Umur, Jenis Kelamin, Status Gizi, Berat Badan Lahir, Status Asi, Makanan Tambahan, Status Imunisasi, dan Vitamin A.

Lingkungan juga mempunyai peran penting dalam menentukan terjadinya proses interaksi antara seseorang dengan unsur penyebab dalam proses terjadinya penyakit. Secara garis besarnya lingkungan terdiri dari lingkungan fisik, biologis dan sosial. Keadaan fisik sekitar manusia berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung maupun tidak terhadap lingkungan-lingkungan biologis dan

(44)

lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimia) meliputi udara, kelembapan, air dan pencemaran udara.

Berkaitan dengan ISPA adalah tergolong air borndiasease karena salah satu penularannya melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan, maka udara secara epidemiologi mempunyai peranan yang besar pada transmisi penyakit ISPA.

Secara garis besar, kualitas udara dalam ruangan dipengaruhi oleh asap dalam ruangan yang bersumber dari perokok, penggunaan bahan bakar kayu, arang, minyak tanah, dan penggunaan obat nyamuk bakar. Disamping itu ditentukan oleh ventilasi, tata ruangan dan kepadatan penghuninya (Budiman, 2007).

2.5 Kegiatan Program Penyakit ISPA

Program penyakit ISPA merupakan salah satu program untuk melakukan pencegahan dalam menanggulangi penyakit menular melalui saluran pernapasan. Pemberantasan penyakit ISPA ditujukan pada kelompok usia, yaitu bayi (0 - <1 tahun) dan anak balita (1 - <5 tahun) dengan fokus penanggulangan pada penyakit pnemonia. Pengobatan yang tepat pada penderita dan edukasi tentang cara penularan dari penyakit pernafasan ISPA pada penderita juga penting. Oleh karena itu ruang lingkup program ini antara lain :

a. Pengendalian pnemonia dengan melakukan penyuluhan kepada ibu si balita agar dapat dilakukan pencegahan dan penangan awal kepada si anak.

b. Edukasi untuk kesiap siagaan dan respon masyarakat terhadap penderita influenza.

(45)

c. Pengembangan program ISPA yaitu diarahkan pada pengendalian ISPA diatas umur 5 tahun, ISPA akibat polusi udara sesuai dengan perkembangan dan kemampuan program (Budiman, 2007).

2.6 Sumber Daya Program Kesehatan Lingkungan

Dalam melaksanakan program penyakit ISPA diperlukan sumber daya untuk mencapai tujuan program, sumber daya program penyakit ISPA adalah sebagai berikut :

2.6.1 Tenaga Pelaksana

Adapun tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan program pencegahan penyakit ISPA adalah terdiri dari tenaga inti dibidang kesehatan lingkungan seperti sanitarian atau diploma III kesehatan lingkungan. Disamping itu dalam pelaksanaan program penyakit ISPA ini juga dibutuhkan tenaga pendukung yang telah ditunjuk oleh pimpinan puskesmas dalam pelaksanaan program (Depkes RI, 2000).

2.6.2 Sarana dan Prasarana Penanganan ISPA

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program adalah ruangan sebagai tempat petugas kesehatan lingkungan melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan, konsultasi, konseling, demonstrasi, pelatihan atau perbaikan sarana sanitasi dasar dan penyimpanan peralatan kerja.

Peralatan-peralatan kesehatan lingkungan berupa alat-alat peraga penyuluhan, alat pengukur kualitas lingkungan (air, tanah, dan udara), lembar chek list untuk inspeksi pada keadaan lingkungan dan rumah penduduk, serta alat

(46)

transportasi untuk mendukung kegiatan program kesehatan lingkungan yang dilaksanakan.

Alat peraga dan media penyuluhan yang digunakan dalam melaksanakan program penanggulangan pencegahan penyakit ISPA antara lain berupa maket, media cetak, sound system, media elektronik dan formulir untuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan (Depkes RI, 2000).

2.6.3 Sumber Dana Program Kesehatan Lingkungan

Untuk mendukung tercapainya cakupan program penanggulangan penyakit ISPA dibutuhkan dana, adapun dana ini diperoleh dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, BLN (Bantuan Luar Negeri), kemitraan dan swadaya masyarakat. Besarnya dana yang dibutuhkan sangat berbeda dimasing-masing puskesmas, tergantung masalah kesehatan lingkungan yang ditangani di wilayah kerja puskesmas (Depkes RI, 2000).

2.7 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana implementasi pelayanan promotif dan preventif untuk pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas melalui indikator masukan (input), proses (process), dan keluaran (output).

(47)

Oleh karena itu , fokus penelitian disusun sebagai berikut:

Gambar 2.1 Fokus Penelitian

Berdasarkan gambar di atas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian sebagai berikut :

1. Masukan (input) adalah segala kebutuhan yang dimasukkan dalam pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) sehingga dapat berjalan dengan baik, meliputi kebijakan, tenaga kesehatan, pendanaan, serta sarana, prasarana dan peralatan.

a. Kebijakan adalah terdiri dari konsep dan asas yang dirangkai menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu kegiatan, pekerjaan, kepemimpinan, dan cara untuk bertindak yang dapat diterapkan bagi individu dan kelompok.

b. Tenaga Kesehatan adalah seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang kesehatan formal yang melaksanakan pelayanan promotif dan preventif.

Masukan : 1. Kebijakan 2. Tenaga Kesehatan 3. Pendanaan 4. Sarana, Prasarana dan Peralatan Proses : Pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pelaksanaan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) Keluaran : Program Promotif dan

(48)

c. Pendanaan adalah biaya atau materi berupa uang yang digunakan untuk pelayanan promotif dan preventif.

d. Sarana, Prasarana dan Peralatan adalah sesuatu yang digunakan termasuk di dalamnya tempat, media dan peralatan pendukung dalam terlaksananya pelayanan promotif dan preventif.

2. Proses (process) adalah serangkaian kegiatan pelayanan promotif dan preventif melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di puskesmas.

a. Upaya kesehatan masyarakat adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas yang berfokus kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan.

b. Upaya kesehatan perorangan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan tenaga medis atau pun paramedis di puskesmas yang berfokus pada individu/ perorangan untuk menyembuhkan penyakit.

3. Keluaran (output) adalah hasil dari suatu pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif. Dari hasil tersebut diharapkan adanya peningkatan pelayanan promotif dan preventif di puskesmas yaitu:

a. Pelayanan promotif adalah kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

(49)

b. Pelayanan preventif adalah kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam upaya pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan informasi Implementasi Pelayanan Promotif Dan Preventif Untuk Penyakit ISPA di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area. Adapun dasar pertimbangan dari pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena puskesmas ini adalah puskesmas dengan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan promotif dan preventif untuk Penyakit ISPA yang masih rendah sebanyak 2.533 kasus, dengan jumlah penduduk sekitar 46.245 jiwa.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai selesai. 3.3 Informan Penelitian

Pada penelitian kualitatif sampel lebih sering disebut sebagai narasumber. Pemilihan informan berdasarkan asas kecukupan adalah informan yang dapat menggambarkan seluruh fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian. Informan atau narasumber dalam penelitian ini adalah:

1. Kepala Puskesmas Sukaramai

(51)

3. Pegawai Sanitarian di Bidang Kesehatan Lingkungan

4. Ketua Program ISPA

5. Camat

6. Pasien

3.4 Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara mendalam (indepth interview) yaitu melakukan tanya jawab terhadap informan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Pengamatan (observasi) yaitu mengamati kegiatan, sarana dan prasarana kegiatan pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Sukaramai. 3.5 Jenis dan Sumber Data

1. Data primer diperoleh dengan cara Observasi langsung serta wawancara mendalam (Indepth Interview) dan terbuka dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan. Pertanyaan tersebut digunakan oleh pewawancara agar memudahkan dalam wawancara, penggalian data dan informasi (Moleong, 2012).

2. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari Profil Puskesmas Sukaramai dan referensi buku-buku serta hasil penelitian yang berhubungan dengan Implementasi Pelayanan Promotif Dan Preventif.

(52)

3.6 Instrumen Pengambilan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara kepada informan.

3.7 Triangulasi

Untuk menjaga kualitas dan keakuratan data dilakukan triangulasi. Triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi sumber, yaitu dengan memilih informan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Patton, dalam Moleong, 2007).

3.8 Metode Analisis Data

Menurut Bogdan dan Bilken sebagaimana dikutip Moleong (2012), mengatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang dipelajari, memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain.

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi

Puskesmas Sukaramai terletak di Jln. Ar-Hakim Gg Kantil Kelurahan Tegal Sari I Kecamatan Medan Area Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara. Dengan letak geografis :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sukaramai II 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukaramai I 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pasar Merah Barat 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai

Kecamatan Medan Area adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di wilayah Kota Medan berada pada ketinggian 12 m diatas permukaan laut yang merupakan daerah resapan air bagi Kota Medan. Kecamatan Medan Area merupakan daerah pemukiman penduduk, daerah pengembangan wisata. Luas wilayah kecamatan Medan Area adalah 153.1 Ha. Secara garis besar Kecamatan Medan Area merupakan kawasan pemukiman namun masih memiliki kawasan pertanian yang masih memiliki peluang untuk dapat dikembangkan menjadi kawasan agrobisnis yang bernilai ekonomis. Untuk sarana kebersihan menjadi prioritas utama dan untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan sarana pendukung kebersihan yang berfungsi dengan baik, guna mengangkut sampah, dan juga personil yang mampu bekerja dengan baik. Kenyataannya di Kecamatan Medan Area untuk sarana kebersihannya masih belum cukup memadai.

(54)

Dengan kondisi umum geografis berdasarkan keterangan di atas, membuat lingkungan sangat berpengaruh atas kesehatan masyarakatnya. Tingkat kelembapan yang cukup tinggi pada saat hujan membuat masyarakat juga mudah terserang penyakit berbasis lingkungan salah satunya ISPA. Untuk itu perlu adanya tindakan dalam mencegah penyakit ISPA tersebut, karena terjadi peningkatan untuk penderita penyakit ini dan disetiap tahunnya selalu ada di masyarakat.

4.1.2 Demografis

Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Sukaramai semua kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Area merupakan wilayah yang datar. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sukaramai tahun 2016 sebanyak 46.254 jiwa dari 4 kelurahan.

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaramai Tahun 2016 No Keterangan Tegal Sari I Tegal Sari II Tegal Sari III Pasar Merah Timur Jumlah 1 Perempuan 6.956 4.915 5.370 7.073 24.314 2 Laki-laki 5.327 4.402 5.851 6.441 21.913 TOTAL 12.193 9.317 11.221 13.514 46.245

Sumber: Profil Puskesmas Sukaramai Tahun 2016

4.1.3 Gambaran Tenaga Kesehatan di Puskemas Sukaramai

Wilayah kerja Puskesmas Sukaramai memiliki tenaga kesehatan yang terdiri dari medis, paramedis, dan staf administrasi yang bekerja dalam upaya peningkatan derajat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sukaramai.

Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sukaramai

No Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum 4

2 Dokter Gigi 2

(55)

4 Petugas Sanitasi/Kesling 1

5 Analis 2

6 Gizi 1

7 Sarjana Kesehatan Masyarakat 2

8 Apoteker 1

9 Asisten Apoteker 1

10 Sanitarian 1

Jumlah 29

Sumber: Profil Puskesmas Sukaramai Tahun 2016

4.1.4 Gambaran Sarana dan Prasarana di Puskesmas Sukaramai

Berikut adalah gambaran fasilitas kesehatan berupa sarana dan prasarana di Wilayah Puskesmas Sukaramai:

4.1.4.1 Sarana dan Prasarana Gedung

Berikut ini data sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Puskesmas Sukaramai, meliputi:

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas Sukaramai

No Sarana Jumlah

1 Ruang Kepala Puskesmas 1 buah

2 Ruang Periksa Pasien/Poli Umum 1 buah

3 Ruang Kartu 1 buah

4 Ruang Komputer 2 buah

5 Ruang Tunggu 1 buah

6 Ruang Pengobatan Gigi 1 buah

7 Ruang Obat/Apotek 1 buah

8 Ruang KIA/KB 1 buah

9 Ruang Gizi 1 buah

10 Ruang TB 1 buah

11 Ruang Laboratorium 1 buah

12 Ruang Imunisasi 1 buah

13 Ruang Rapat 1 buah

14 Ruang Kamar Mandi 3 buah

15 Dapur 1 buah

16 Gudang (Obat & Umum) 1 buah

Gambar

Gambar 2.1 Fokus Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan promotif dan preventif yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Belawan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di Belawan pada umumnya

Demikian pula penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Noor (2016) menjelaskan bahwa implementasi pelayanan preventif dan promotif di Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai

Apakah Bapak/ Ibu mengetahui adanya kegiatan penyuluhan kesehatan atau pelayanan pencegahan penyakit (program promotif dan preventif) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas

Tabel 4.12 Matriks pernyataan informan tentang strategi yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala pelaksanaan program promotif dan preventif di

Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi program promotif dan preventif di Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat belum berjalan secara maksimal sehingga

Manfaat Jaminan Kesehatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan yaitu “Manfaat pelayanan promotif dan preventif

Pelayanan promotif dan preventif melalui upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan menjadi sangat penting terutama untuk mendukung program Jaminan

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang Saran Untuk Peningkatan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era JKN di Puskesmas Belawan