• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN

BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Kebutuhan kedelai nasional meningkat setiap tahun, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai. Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya sebanyak ± 2,2 juta ton biji kering, belum dapat terpenuhi seluruhnya dari produksi kedelai dalam negeri. Pada tahun 2016 telah ditetapkan target produksi kedelai dalam negeri sebesar 1.500.000 ton. Agar dapat tercapai sasaran produksi tersebut diperlukan kerja keras dan dukungan bersama baik instansi terkait, petani, dan pemangku kepentingan lainnya.

Strategi peningkatan produksi kedelai untuk pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri tahun 2016 akan dilakukan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi. Peluang peningkatan produksi dalam negeri masih cukup luas, dengan didukung lahan dan iklim yang sesuai, ketersediaan teknologi tepat guna serta dukungan program Pemerintah.

Dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan peningkatan produksi kedelai tahun 2016, maka disusun Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai dan Bantuan Pemerintah Tahun 2016 (DIPA Revisi) sebagai acuan bagi daerah. Petunjuk teknis ini sebagai acuan dalam penyusunan Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai dan Bantuan Pemerintah oleh masing-masing Satuan Kerja (Satker) yang dialokasikan pada anggaran pengelolaan produksi kedelai 2016. Dengan diterbitkannya Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai dan Bantuan Pemerintah Tahun 2016 (DIPA Revisi) ini, diharapkan semua pihak dapat saling berkoordinasi dan bersinergi sehingga kegiatan pengelolaan produksi kedelai dapat berjalan sesuai yang diharapkan sehingga sasaran produksi kedelai dapat tercapai.

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Tanaman Pangan

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... vi Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Definisi ... 3 D. Dasar Hukum ... 8

Bab II. Sasaran, Strategi Dan Kebijakan A. Sasaran... 13

B. Strategi... 13

C. Kebijakan... 15

Bab III. Program, Kegiatan Dan Output Pengelolaan Produksi Kedelai A. Program Dan Kegiatan... 17

B. Pelaksanaan Kegiatan... 19

C. Keterpaduan Pelaksanaan Pencapaian Produksi Kedelai 2016... 27 D. Sasaran Strategis Dan Indikator Keluaran (Output)

(6)

E. Penilaian Resiko Indikator Kinerja Keberhasilan... 31

F. Jadwal Tentatif Pelaksanaan Program Dan Kegiatan... 34

Bab IV. Pengelolaan Bantuan Pemerintah Program Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2016 A. Gambaran Umum, Tujuan, Sasaran Dan Indikator Keberhasilan... 37

B. Penyusunan Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah... 40

C. Ruang Lingkup Pemberian Bantuan Pemerintah Pengelolaan Produksi Kedelai... 41

D. Pemanfaatan Dan Persyaratan Penerima Bantuan Pemerintah Program Pengelolaan Produksi Kedelai... 49

E. Bentuk Bantuan Pemerintah Dan Alokasi Anggaran Bantuan Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai... 60

F. Tata Kelola Pemberian Bantuan Pemerintah... 66

G. Dukungan Pelaksanaan Pemberian Bantuan Pemerintah.. 75

Bab V. Pengendalian, Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan A. Pengendalian... 83

B. Monitoring... 84

C. Evaluasi... 86

D. Pelaporan... 86

Bab VI. Penutup... 91

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi

Kedelai Tahun 2016 ... 13

Tabel 2. Skenario Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2016 ... 18 Tabel 3. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja (Output) Kegiatan dan Target

Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai TA. 2016 ... 30

Tabel 4. Faktor Risiko yang Kemungkinan Berpengaruh Terhadap

Keberhasilan Pelaksanaan Kegiatan ... 32

Tabel 5. Jadwal Tentatif Pelaksanaan Program Kegiatan Pengelolaan

Produksi Kedelai Tahun 2016 dengan Penyaluran Bantuan Pemerintah Bentuk Uang ... 34

Tabel 6. Jadwal Tentatif Pelaksanaan Program Kegiatan Pengelolaan

Produksi Kedelai Tahun 2016 dengan Penyaluran Bantuan

Pemerintah Bentuk Barang ... 35

Tabel 7. Contoh Rincian Bantuan Pemerintah Perhektar dalam Bentuk

Bantuan Sarana/Prasarana Berupa Sarana Produksi Kegiatan Intensifikasi Kedelai Tahun 2016 ... 61

Tabel 8. Contoh Rincian Bantuan Pemerintah Perhektar dalam Bentuk

Bantuan Sarana/Prasarana Berupa Sarana Produksi Kegiatan Intensifikasi Kedelai Wilayah Timur Tahun 2016 ... 61

Tabel 9. Contoh Rincian Bantuan Pemerintah Perhektar dalam Bentuk

Bantuan Sarana/Prasarana Berupa Sarana Produksi Kegiatan Intensifikasi Kedelai Teknologi Budidaya Jenuh Air Tahun 2016.... 62

Tabel 10. Contoh Rincian Bantuan Pemerintah Perhektar dalam Bentuk

Bantuan Sarana/Prasarana Berupa Sarana Produksi Kegiatan Ekstensifikasi Kedelai Tahun 2016... 62

(8)

Tabel 11. Contoh Rincian Bantuan Pemerintah Perhektar dalam Bentuk

Bantuan Sarana/Prasarana Berupa Sarana Produksi Kegiatan Ekstensifikasi Kedelai Wilayah Timur Tahun 2016... 63

Tabel 12. Alokasi Anggaran Bantuan Pemerintah,Bentuk Sarana/Prasarana

Berupa Sarana Produksi Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai per Provinsi TA. 2016... 65

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi

Kedelai Tahun 2016... 94

Lampiran 2. Alokasi Program Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2016... 95 Lampiran 3. Spesifikasi Teknis Plastik Hermetik Penyimpan Kedelai.…... 102 Lampiran 4. Contoh Penyaluran Bantuan Pemerintah Program Pengelolaan

Produksi Kedelai Tahun 2016.………...… 103

Lampiran 5. Blanko Pelaporan Pelaksanaan Program Pengelolaan Produksi

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, sehingga dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran akan kebutuhan protein berakibat pada meningkatnya kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun. Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya sebanyak ± 2,2 juta ton biji kering, akan tetapi kemampuan produksi dalam negeri saat ini berdasarkan angka ramalan II BPS tahun 2015, baru mampu memenuhi sebanyak 982.967 ton atau 44,68 % terhadap kebutuhan, dan sisanya sebesar 53,32 % dipenuhi dari impor. Hal ini menyebabkan berbagai kerugian bagi Indonesia antara lain; hilangnya devisa negara yang cukup besar, mengurangi kesempatan kerja dan meningkatnya ketergantungan jangka panjang, sehingga mempengaruhi sistem ketahanan pangan nasional.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan kedelai yang semakin meningkat dan mengurangi ketergantungan impor, maka Pemerintah akan terus berupaya keras untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri, sehingga secara bertahap dapat dicapai swasembada. Pada tahun 2016 dalam upaya mempercepat peningkatan produksi kedelai, telah

(11)

Untuk mendukung tercapainya sasaran produksi kedelai tahun 2016 ditempuh melalui program intensifikasi dalam rangka peningkatan produktivitas melalui kegiatan penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Budidaya Kedelai Jenuh Air (BJA); ekstensifikasi dalam rangka Perluasan Areal Tanam kedelai melalui kegiatan Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-IP) pada lahan sawah, lahan kering maupun lahan baru, serta pembinaan, pengawalan dan pendampingan.

Untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut telah dialokasikan anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2016, yang dimanfaatkan untuk Bantuan Pemerintah dan kegiatan pendukung. Anggaran Bantuan Pemerintah dialokasikan untuk kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi kedelai, dimanfaatkan untuk membantu kelompok tani/gabungan kelompok tani berupa sarana produksi benih, rhizobium, bahan organik atau kapur pertanian dalam upaya mendukung peningkatan produksi kedelai nasional.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mendukung peningkatan produksi kedelai nasional dalam rangka mencapai target program percepatan peningkatan produksi kedelai tahun 2016 sebagai upaya menuju swasembada.

(12)

2. Tujuan Khusus

a. Menyediakan sarana produksi budidaya kedelai berupa benih, rhizobium, bahan organik atau kapur pertanian spesifik lokasi secara gratis untuk kelompok tani/Gapoktan.

b. Meningkatkan minat dan motivasi petani berusaha tani tanaman kedelai

c. Meringankan beban biaya usaha tani kedelai bagi kelompok tani/Gapoktan peserta program.

d. Mendorong petani menerapkan teknologi budidaya kedelai sesuai rekomendasi, untuk mencapai tingkat produktivitas tinggi. e. Memperluas areal tanam kedelai, untuk meningkatkan luas

panen dan produksi

f. Mempercepat peningkatan produksi kedelai untuk mencapai swasembada.

g. Menambah lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

C. DEFINISI

1. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi

kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah/ nonpemerintah

2. Bantuan Pemerintah Program Pengelolaan Produksi Kedelai

(13)

3. Bentuk Bantuan Pemerintah meliputi Pemberian penghargaan; Beasiswa; Tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya; Bantuan Operasional; Bantuan Sarana Prasarana; bantuan rehabilitasi/ pembangunan gedung/bangunan; dan bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh pengguna Anggaran (PA)

4. Bantuan Pemerintah Bentuk Bantuan Sarana Prasarana

diberikan kepada kelompok masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga pendidikan, Lembaga keagamaan, dan lembaga kesehatan

5. Bentuk Bantuan Pemerintah Program Pengelolaan Produksi

Kedelai adalah bantuan Sarana/Prasarana

6. Bantuan Sarana/Prasarana Program Pengelolaan produksi

kedelai adalah bantuan berupa paket sarana produksi meliputi benih kedelai, rhizhobium, bahan organik atau kapur pertanian spesifikasi lokasi, yang diberikan kepada kelompok tani/ Gapoktan, dalam rangka pelaksanaan kegiatan intensifikasi dan ektensifikasi kedelai, untuk mendukung percepatan pencapaian sasaran produksi kedelai.

7. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang

dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota.

(14)

9. Usaha Tani adalah usaha dibidang pertanian, peternakan dan perkebunan.

10. Pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan dan peternakan) adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat

11. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta

keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang.

12. Kelompok tani/Gapoktan dalam program pengelolaan

produksi kedelai meliputi kelompok tani/gabungan kelompok tani yang berusaha tani pada lahan tanaman pangan dan atau petani perkebunan yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan perkebunan dan/atau Lembaga Masyarakat di Sekitar Hutan (LMDH) yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan Perhutani atau lahan kehutanan dan/atau lembaga masyarakat lainnya yang berusaha tani kedelai pada lahan tidur/lahan bera.

(15)

lahan tanaman pangan dan atau petani perkebunan yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan perkebunan dan/ atau Lembaga Masyarakat di Sekitar Hutan (LMDH) yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan Perhutani atau lahan kehutanan dan /atau lembaga masyarakat lainnya yang berusaha tani kedelai pada lahan tidur/lahan bera.

14. Intensifikasi Pertanian adalah pola penerapan teknologi

usahatani budidaya komoditas, yang dititikberatkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas serta produktivitas per hektar, dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya alam per satuan luas melalui penerapan teknologi tepat guna, peningkatan pemanfaatan semua sarana dan prasarana seperti air, benih unggul, bahan organik .

15. Intensifikasi kedelai adalah pola penerapan teknologi

usahatani kedelai, yang dititikberatkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas serta produktivitas per hektar, melalui penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai.

16. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai adalah

pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman kedelai, organisme pengganggu tanaman dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan kelestarian lingkungan.

17. Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai adalah penanaman

(16)

18. Ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) kedelai adalah kegiatan penambahan areal tanam kedelai melalui peningkatan indeks pertanaman baik di lahan sawah, lahan kering maupun lahan bukaan baru.

19. Varietas unggul adalah varietas yang telah dilepas oleh

Pemerintah baik berupa varietas baru maupun varietas lokal yang mempunyai kelebihan dalam potensi hasil dan/atau sifat-sifat lainnya.

20. Benih varietas unggul bersertifikat adalah benih bina yang

telah disertifikasi.

21. Bahan organik adalah bahan-bahan yang dapat diperbaharui,

didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Merupakan semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang masih hidup atau yang telah mati, pada berbagai tahapan dekomposisi.

22. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah

Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

23. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut

KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab

(17)

24. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/Kuasa PA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN

D. DASAR HUKUM

Dasar hukum pelaksanaan Pengelolaan Produksi Kedelai dan Bantuan Pemerintah Tahun 2016 sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tent ang Sistem Budidaya Tanaman;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara;

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

5. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2014 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012, tentang Pangan

9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

(18)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi Penerimaan Bukan Pajak.

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

16. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.

17. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan kelima atas Peraturan Presiden No.47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.

18. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara.

19. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. 20. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan

(19)

21. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2014 tentang Perubahan Keenam atas Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara

22. Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketujuh atas Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eseon I Kementerian Negara

23. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Perubahan Presiden Nomor 54 Tahun 2010;

24. Peraturan Presiden Nomor 172 tahun 2014, tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

25. Peraturan Presiden No.4 tahun 2015, Perubahan keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

26. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-2019.

(20)

28. Peraturan Presiden N0.45 tahun 2015, tentang Kementerian Pertanian

29. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016

30. Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 31. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 tentang

Bagan Akun Standar;

32. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007, tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara 33. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 171/KMK.05/2007 tentang

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. 34. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/ PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan;

35. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara dan Lembaga

36. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN;

37. Peraturan Menteri keuangan Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun Standar

(21)

39. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/ 10/2006 tentang Pedoman Budidaya Tanaman Pangan Yang Baik dan Benar (Good Agriculture Practises);

40. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/ 3/2013 tentang Pedoman Administrasi Keuangan kementerian Pertanian.

41. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/Pd.310/ 9/2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura

42. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1243)

43. Peraturan Menteri Pertanian Nomor.56/Permentan/ PK.110/11/2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina Tanaman Pangan, dan Tanaman Hijauan Pakan Ternak

(22)

BAB II

SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. SASARAN

Peningkatan produksi kedelai untuk mencapai swasembada terus diupayakan melalui program dan kegiatan dengan sumber dana dari APBN. Pada tahun 2016, sasaran produksi kedelai sebesar 1.500.000 ton. Secara rinci sebagai berikut:

Tabel 1 : Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai Tahun 2016

B. STRATEGI

Strategi pencapaian produksi kedelai tahun 2016 dilakukan melalui:

1. Intensifikasi

Intensifikasi dilakukan melalui perbaikan usahatani budidaya kedelai, dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas serta produktivitas

(23)

pengawalan, sosialisasi, pemantauan, pendampingan dan koordinasi.

2. Ekstensifikasi

Ekstensifikasi dilakukan dengan cara Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) pada lahan sawah maupun lahan kering; pembukaan lahan baru; kerjasama pemanfaatan lahan Perhutani, PTPN, hutan rakyat, perkebunan, lahan transmigrasi dan di lahan komoditi lain yang dapat dilaksanakan dengan tumpangsari.

3. Pengamanan Produksi

Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak akibat perubahan iklim seperti kebanjiran dan kekeringan serta pengaruh Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) dan pengamanan kualitas produksi serta mengurangi kehilangan hasil pada saat penanganan panen dan pasca panen.

4. Peningkatan Manajemen

Memperbaiki pengelolaan peningkatan produksi kedelai nasional melalui koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan dalam kegiatan antara lain; a) perbaikan sistem perbenihan; b) peraturan penetapan harga pembelian kedelai petani; c) peraturan jaminan pasar kedelai petani; d) peraturan pengendalian impor kedelai; e) peraturan penerapan tarif bea masuk impor kedelai; f) perbaikan sistem pembiayaan kedelai; g) perbaikan pengelolaan mekanisasi pertanian; h) penguatan sistem data, i) penumbuhan investasi bidang budidaya kedelai skala luas; j) penguatan

(24)

pengawasan dan pelayanan pada masyarakat; l) pengembangan teknologi agribisnis kedelai; m) kegiatan pendukung lainnya yang mendorong pencapaian swasembada kedelai nasional.

C. KEBIJAKAN

Kebijakan Kementerian Pertanian pada pengelolaan produksi kedelai adalah percepatan peningkatan produksi dalam upaya pencapaian swasembada kedelai pada 3 (tiga) tahun kedepan tahun 2017 atau lebih cepat. Pencapaian swasembada kedelai tersebut ditempuh secara terpadu dari mulai sub-sistem hulu pengelolaan sumber daya dan sarana produksi, on-farm pengelolaan budidaya dan sub sistem hilir pengelolaan pasca panen, pengolahan serta pemasaran hasil.

(25)
(26)

BAB III

PROGRAM, KEGIATAN DAN OUTPUT

PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI

A. PROGRAM DAN KEGIATAN

Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai nasional pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah menetapkan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada berkelanjutan Padi dan Jagung serta percepatan peningkatan produksi kedelai. Dalam upaya pencapaian sasaran produksi kedelai, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan upaya melalui empat strategi. Strategi pertama adalah Intensifikasi dengan program dan kegiatan penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai untuk peningkatan produktivitas dan mutu, serta pembinaan pertanaman swadaya petani. Strategi kedua adalah Ekstensifikasi melalui program dan kegiatan Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP). Strategi ketiga Pengamanan Hasil dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), antisipasi dampak anomali iklim, serta penurunan kehilangan hasil saat pasca panen. Strategi keempat melalui Perbaikan manajemen. Dalam mewujudkan pencapaian kinerja program tersebut, kegiatan

(27)

produksi kedelai, sangat memerlukan dukungan secara integrasi dari berbagai unit kerja lingkup Kementerian Pertanian dan Instansi lain. Kegiatan Intensifikasi dilaksanakan pada areal tanam PAT-PIP tahun sebelumnya atau pada lahan yang selama ini telah terbiasa melakukan budidaya kedelai dengan tingkat produktivitas masih dibawah rata-rata Provinsi. Kegiatan Ekstensifikasi dilaksanakan pada lahan sawah maupun lahan kering termasuk pemanfaatan lahan terlantar (bera), lahan bukaan baru, kerjasama pemanfaatan lahan Perhutani, PTPN, hutan tanaman rakyat, perkebunan, lahan transmigrasi dan lahan potensial lainnya dengan sistem monokultur maupun tumpangsari. Skenario peningkatan sasaran produksi kedelai tahun 2016 seperti pada Tabel 2, berikut:

Tabel 2 : Skenario Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2016

(28)

Skenario peningkatan produksi 2016 dapat terealisasi apabila seluruh faktor kunci dan pendukung peningkatan produksi berikut ini dapat dipenuhi:

1. Fasilitasi Pemerintah dalam penyediaan bantuan sarana produksi 2. Penetapan kebijakan harga beli kedelai petani dan jaminan pasar 3. Pengaturan importasi kedelai dan penerapan tarif bea masuk

impor kedelai

4. Kondisi iklim yang mendukung pertanaman kedelai

5. Dukungan nyata Pemerintah Daerah dan seluruh pemangku kepentingan

B. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Intensifikasi Kedelai

Sasaran pelaksanaan program intensifikasi kedelai tahun 2016 terdiri dari dua kegiatan yaitu melalui penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) seluas 306.000 ha (30 Provinsi, 238 Kabupaten/Kota) dan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) seluas 10.000 ha (6 Provinsi, 9 Kabupaten). Luas satu unit intensifikasi kedelai minimal 10 ha. Untuk memfasilitasi pelaksanaan intensifikasi kedelai, Pemerintah memberikan bantuan berupa sarana produksi dan pendampingan petugas penyuluh/ mantri tani, TNI AD, perguruan tinggi maupun pendamping lainnya.

(29)

dengan rekomendasi setempat (spesifik lokasi). Untuk areal pasang surut di luar pulau Jawa, diberikan juga sarana produksi berupa bahan organik atau kapur pertanian. Sedangkan untuk penerapan teknologi BJA sarana produksi yang diberikan berupa benih kedelai, pupuk an organik bersubsidi meliputi NPK, SP-36, Urea, KCL, Rhizobium, Pestisida organik/an-organik, herbisida dan kapur pertanian. Pengadaan/pembelian pupuk an organik harus pupuk bersubsidi yang disediakan oleh Pemerintah.

Dana yang akan diberikan kepada kelompoktani pelaksana intensifikasi kedelai maksimal senilai Rp. 1.000.000,00 per hektar, khusus untuk wilayah Indonesia Timur (Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat) maksimal senilai Rp. 1.660.000,00 per hektar dan untuk pelaksana penerapan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) akan di berikan dana maksimal senilai Rp. 4.472.500,00 per hektar, selain sarana produksi tersebut diberikan juga sarana pendukung pembuatan saluran BJA senilai Rp 2.000.000,- /ha. Dana untuk pengadaan sarana pendukung penerapan teknologi BJA dan penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan kelompok tani, adapun dananya akan diberikan oleh bendahara satuan kerja dinas setempat kepada kelompoktani secara tunai. Sarana produksi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masing masing daerah berdasarkan rekomendasi teknis setempat (spesifik lokasi). Benih kedelai yang akan ditanam pada kegiatan

(30)

pembelian benih unggul tersebut menggunakan dana swadaya petani. Dana benih yang tidak terpakai dapat digunakan untuk sarana produksi lain kecuali pupuk an organik.

2. Ekstensifikasi melalui Perluasan Areal Tanam dengan

cara Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP)

Kegiatan ekstensifikasi dilaksanakan dengan cara melakukan Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) kedelai yang diarahkan untuk menambah luas tanam kedelai sehingga terjadi peningkatan luas tanam, luas panen dan produksi. Kegiatan PAT-PIP dilaksanakan pada lahan sawah maupun lahan kering dengan memanfaatkan lahan terlantar (bera), lahan bukaan baru, kerjasama pemanfaatan lahan perhutani, hutan tanaman rakyat, perkebunan, lahan transmigrasi dan lahan potensial lainnya dengan sistem monokultur maupun tumpangsari.

Khusus untuk usahatani kedelai dengan sistem tumpangsari yang dilaksanakan di lahan Perhutani, Inhutani, PTPN ataupun Perkebunan, perlu diperhatikan cara perhitungan realisasi tanam pelaksanaan program pengembangan kedelai, karena terdapat 2 atau 3 tanaman dalam satu-satuan lahan.

(31)

Kabupaten/Kota. Luas 1 unit untuk PAT-PIP kedelai minimal 5 Ha. Untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan PAT-PIP, Pemerintah memberikan bantuan kepada kelompok tani, berupa sarana produksi meliputi benih kedelai bersertifikat, rhizobium dan bahan organik atau kapur pertanian sesuai spesifik lokasi.

Dalam upaya memenuhi penyediaan benih kedelai bersertifikat dimasing-masing wilayah, agar dalam lokasi PAT-PIP sebagian pertanamannya dapat diarahkan untuk memproduksi benih sumber, untuk pertanaman berikutnya.

Dana yang akan diberikan kepada kelompoktani pelaksana PAT-PIP kedelai maksimal senilai Rp. 1.550.000,00 per hektar dan khusus untuk wilayah Indonesia Timur (Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat) maksimal senilai Rp. 1.840.000,00 per hektar. Komponen sarana produksi disesuaikan dengan kebutuhan masing masing daerah sesuai rekomendasi teknis setempat (spesifik lokasi). Benih kedelai yang akan ditanam pada kegiatan ekstensifikasi harus bersertifikat dan apabila tidak tersedia benih bersetifikat, dapat menggunakan benih unggul bermutu, namun pembelian benih unggul tersebut menggunakan dana swadaya petani. Dana benih yang tidak terpakai dapat digunakan untuk sarana produksi lain kecuali pupuk an organik.

(32)

3. Pembinaan Peningkatan Produktivitas Areal Tanam

Kedelai Swadaya

Hamparan lahan yang biasa ditanami kedelai saat ini (eksisting) yang tidak mendapat bantuan intensifikasi diharapkan dapat dikelola secara swadaya dengan di dukung pengawalan dan pendampingan oleh petugas lapangan (PPL/POPT/Petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota). Areal tanam pengembangan kedelai secara swadaya seluas 300.000 hektar, direncanakan dilakukan pengawalan dan pendampingan. Dukungan Pemerintah yang dapat diakses oleh petani berupa benih dan saprodi lainnya, pembiayaan kredit dan sumber permodalan lainnya.

4. Gerakan Tanam/Panen Kedelai Bersama TNI-AD di

Provinsi

Untuk mendukung percepatan peningkatan produksi kedelai dalam rangka pencapaian swasembada kedelai, pada tahun 2016 dilakukan kerjasama dengan TNI-AD yang merupakan lanjutan program TNI AD Membangun Ketahanan Pangan (TMKP) pada tahun 2014 dan 2015.

Pelaksanaan kerjasama meliputi pendampingan, gerakan tanam dan panen pada kegiatan intensifikasi melalui penerapan teknologi PTT dan BJA serta kegiatan ekstensifikasi melalui

(33)

PAT-5. Pendampingan Peningkatan Produksi Kerjasama

dengan Perguruan Tinggi

Untuk mendukung percepatan peningkatan produksi kedelai dalam rangka pencapaian swasembada kedelai, pada tahun 2016 dilaksanakan pendampingan pada seluruh Provinsi lokasi intensifikasi dan ekstensifikasi PAT-PIP oleh perguruan tinggi setempat. Dalam melaksanakan pendampingan dengan perguruan tinggi, Dinas Pertanian Provinsi bekerjasama dengan tenaga dosen dan mahasiswa yang ditunjuk oleh perguruan tinggi tersebut.

6. Bantuan Teknologi Penyimpanan Kedelai (Plastik

Hermetik)

Salah satu permasalahan peningkatan produksi kedelai nasional adalah keterbatasan ketersediaan benih kedelai bermutu tepat waktu di tingkat lapangan. Penyimpanan benih kedelai di daerah tropis lembab seperti di Indonesia dihadapkan pada masalah daya simpan yang rendah.

Benih kedelai cepat mengalami kemunduran daya tumbuh di dalam penyimpanan disebabkan kandungan lemak dan proteinnya relatif lebih tinggi sehingga perlu ditangani secara serius sebelum disimpan karena kadar air benih akan meningkat

(34)

Untuk mencegah peningkatan kadar air selama penyimpanan benih, diperlukan kemasan yang kedap udara dan uap air. Jenis kemasan yang sudah umum digunakan untuk benih kedelai adalah kemasan plastik Polyetheline (PE) dan High Density Polyethylene (HDPE), jenis yang terbaru adalah kemasan plastik khusus kedap udara/teknik hermetik yang telah dimanfaatkan oleh IRRI (International Rice Reseach Institute).

Bantuan kemasan plastik hermetik sesuai spesifikasi pada lampiran 3, diberikan dalam bentuk barang kepada:

a. Kelompok tani yang melaksanakan penangkaran benih kedelai pada kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi PAT-PIP, maupun swadaya sesuai dengan kemampuan produksi. b. Kelompok tani yang melaksanakan penangkaran benih

kedelai pada Kegiatan Budidaya Jenuh Air (BJA)

c. Instansi Pemerintah penghasil benih kedelai seperti Balai Benih, BPSB dan BPTP diberikan sesuai kapasitas produksi yang dihasilkan.

d. Produsen benih yang bekerjasama dengan kelompoktani penangkar/memiliki petani penangkar binaan dan sanggup mendukung program Pemerintah dalam penyediaan benih unggul kedelai.

(35)

Kegiatan penyiapan kebijakan yang mendorong peningkatan produksi kedelai, dilaksanakan melalui :

a. Pertemuan dan koordinasi dengan instansi terkait; Sosialisasi perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan, serta Pengelolaan Data dan Informasi dilakukan secara berjenjang oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan tingkat lapangan.

b. Penyusunan Pedoman Umum ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian, selaku Pengguna Anggaran (PA)

c. Petunjuk Teknis ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku penanggung jawab Program,

d. Petunjuk Teknis ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) ditingkat Pusat, Dinas Pertanian Provinsi, maupun Dinas Pertanian yang membidangi Tanaman Pangan di tingkat Kabupaten/Kota.

8. Sarana Penunjang Kelancaran Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pengadaan sarana penunjang kelancaran tugas kantor berupa peralatan, bahan maupun honor yang dialokasikan di pusat maupun di daerah, agar dilaksanakan secara efisien, efektif dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(36)

C. KETERPADUAN PELAKSANAAN PENCAPAIAN PRODUKSI

KEDELAI 2016

Untuk mencapai sasaran produksi kedelai tahun 2016 perlu dilaksanakan program dan kegiatan secara terpadu melibatkan Instansi terkait, meliputi :

1. Perbenihan

Penyediaan benih berkoordinasi dengan Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, Balitkabi, BPSB, BBI, BUMN, BUMD dan Penangkar benih. Benih yang digunakan untuk pelaksanaan program (Intensifikasi, Ekstensifikasi PAT-PIP dan swadaya) dapat menggunakan benih kelas sampai BR4.

Apabila di lokasi pelaksana program tidak tersedia benih bersertifikat, maka diperkenankan menggunakan benih unggul swadaya petani hasil JABAL menggunakan dana swadaya petani. Ketentuan ini dapat dilakukan dengan persetujuan Kepala Dinas Pertanian Provinsi atas usulan Kepala Dinas Kabupaten/ Kota. Untuk kegiatan pengelolaan pengembangan kedelai secara swadaya Pemerintah telah menyediakan benih bersubsidi. Dana benih yang tidak terpakai dapat digunakan untuk sarana produksi lain kecuali pupuk an organik.

(37)

pengalokasian pupuk bersubsidi dan bantuan alat mesin pertanian berupa traktor, pompa air dan sprayer serta bantuan peralatan pasca panen, dengan Direktorat PPHTP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, serta Instansi terkait lainnya.

3. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk mendukung peningkatan SDM pertanian, berkoordinasi dengan Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh) Provinsi dan Kabupaten serta Instansi terkait lainnya dalam: a). pengawalan dan pendampingan kegiatan pengelolaan produksi kedelai, b). peningkatan kompetensi melalui pelatihan aparatur dan non aparatur pertanian serta c). pemberian materi bagi penyuluh pertanian yang dimaksudkan sebagai bahan dan alat bantu penyuluhan dalam rangka pelaksanaan penyuluhan pertanian.

4. Pembiayaan

Dalam mendukung kegiatan pengembangan kedelai secara swadaya Pemerintah telah menyediakan pembiayaan dalam bentuk skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembiayaan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian serta Instansi terkait lainnya. Selain itu perlu juga kerjasama dengan Swasta/Investor/sumber lainnya dalam bantuan modal.

(38)

5. Teknologi

Dalam penerapan teknologi (penggunaan varietas unggul, inovasi teknologi budidaya, sosialisasi penggunaan kalender tanam terpadu) di lapangan berkoordinasi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat dan Instansi terkait lainnya.

6. Industri Hilir

Guna mendukung mutu hasil dan fasilitasi pengolahan kedelai diperlukan pelatihan dan pendampingan pengelolaan pasca panen, berkoordinasi dengan Direktorat PPHTP, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan instansi terkait lainnya

7. Regulasi Pendukung

Regulasi sistem perbenihan kedelai tanaman pangan, berkoordinasi dengan Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Regulasi tata niaga kedelai meliputi harga, jaminan pasar dan tarif bea masuk berkoordinasi dengan Kementerian Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN, BULOG, Gakoptindo, Kopti dan pemangku kepentingan lainnya.

(39)

D. SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KELUARAN

(OUTPUT) KEGIATAN

Sasaran strategis kinerja kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi khususnya untuk komoditi kedelai adalah mendorong peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan intensifikasi kedelai dengan penerapaan teknologi PTT dan BJA dengan Indikator kinerja kegiatan (output) seluas 316.000 hektar dan kegiatan ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam Kedelai melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) seluas 384.000 hektar.

Sasaran Strategis, Indikator Keluaran (Output) Kegiatan dan Target Kegiatan Pengelolaan Produksi kedelai TA. 2016, seperti Tabel 3 berikut: Tabel 3 : Sasaran Strategis, Indikator Kinerja (Output) Kegiatan dan Target

Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai TA. 2016

(40)

E. PENILAIAN RISIKO INDIKATOR KINERJA KEBERHASILAN

Penilaian risiko indikator keberhasilan kinerja, diprioritaskan pada kegiatan intensifikasi melalui penerapan teknologi PTT dan BJA serta kegiatan ekstensifikasi PAT-PIP. Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan produksi kedelai adalah realisasi serapan anggaran, realisasi tanam, panen, produktivitas dan produksi. Penilaian dilakukan secara berjenjang dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Jika tolok ukur keberhasilan tidak berjalan sesuai dengan sasaran, maka kinerja Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Provinsi dan Kabupaten/Kota pelaksana kegiatan dianggap kurang berhasil. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan.

Beberapa faktor risiko yang kemungkinan berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan seperti Tabel 4 berikut :

(41)

Tabel 4 : Faktor Risiko yang Kemungkinan Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Kegiatan

No

Uraian

Kegiatan

Risiko

1 Intensifikasi melalui penerapan teknologi PTT dan BJA Kedelai

a. Ketepatan Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis

b. Ketepatan penetapan kelompoktani penerima Bantuan Pemerintah

c. Ketepatan penyediaan benih dan saprodi lainnya

d. Ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis

e. Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggran

f. Ketepatan penetapan SKPD g. Iklim yang mendukung

h. Serangan OPT yang eksplosif 2 Ekstensifikasi

melalui PAT-PIP Kedelai

a. Ketepatan Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis

b. Ketepatan penetapan kelompoktani penerima Bantuan Pemerintah

c. Ketersediaan benih dan saprodi lainnya d. Ketepatan alokasi anggaran terhadap

(42)

2 Ekstensifikasi melalui PAT-PIP Kedelai

e. Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja dan anggaran

f. Ketepatan penetapan SKPD g. Iklim yang mendukung

h. Serangan OPT yang eksplosif 3 Pembinaan, pengawalan dan Pendampingan Monev a. Ketersediaan anggaran

b. Kontinuitas dan ketepatan sosialisasi dan pelaksanaan

c. Ketersediaan data yang akurat d. Ketersediaan SDM

e. Koordinasi antar instansi terkait 4 Penyusun Kebijakan, Pedoman, Juknis, Sosialisasi, Data dan Informasi

a. Komitmen seluruh stakeholder dalam mengeluarkan kebijakan

b. Ketersediaan SDM yang handal dalam penyajian data dan informasi

c. Ketersediaan sarana teknologi data dan informasi

d. Ketersediaan anggaran

e. Kemudahan akses terhadap data 5 Sarana dan

Prasarana penunjang

a. Ketepatan pelaksanaan pengadaan b. Ketersediaan SDM

c. Efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan

(43)

F. JADWAL TENTATIF PELAKSANAAN PROGRAM DAN

KEGIATAN

Dalam upaya pencapaian sasaran pelaksanaan program dan kegiatan secara tepat waktu, maka pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan produksi tanaman kedelai agar dilakukan minimal sesuai dengan jadwal seperti berikut:

Tabel 5 : Jadwal Tentatif Pelaksanaan Program Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2016 dengan Penyaluran Bantuan Pemerintah Bentuk Uang

Keterangan : Pelaksanaan pertanaman diupayakan sampai akhir September 2016, kecuali lokasi yang tidak sesuainya jadwal pertanamannya dapat dilakukan sampai dengan akhir Desember 2016.

(44)

Tabel 6 : Jadwal Tentatif Pelaksanaan Program Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2016 dengan Penyaluran Bantuan Pemerintah Bentuk Barang

(45)
(46)

BAB IV

PENGELOLAAN BANTUAN PEMERINTAH

PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI

KEDELAI TAHUN 2016

A. GAMBARAN UMUM, TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR

KEBERHASILAN

1. Gambaran Umum

Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran produksi kedelai tahun 2016, telah dialokasikan anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2016. Pemanfaatan APBN salah satunya digunakan untuk pelaksanaan kegiatan intensifikasi melalui penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai, serta kegiatan ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP)

Kelompok tani/Gapoktan pelaksana kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi kedelai, mendapat Bantuan Pemerintah berupa sarana produksi benih, rhizobium, bahan organik atau kapur pertanian dan sarana produksi lainnya.

(47)

dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, perlu disusun petunjuk teknis sebagai acuan bagi pelaksanaan program pengelolaan produksi kedelai tahun 2016 dan sebagai dasar Penyusunan Petunjuk Teknis disusun oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) masing-masing Satuan Kerja (Satker) ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

2. Tujuan Pemberian Bantuan Pemerintah

a. Tujuan Umum

Mendukung peningkatan produksi kedelai nasional, dalam rangka mencapai target program percepatan peningkatan produksi kedelai tahun 2016.

b. Tujuan Khusus

1) Menyediakan sarana produksi budidaya kedelai spesifikasi lokasi berupa benih, rhizobium, kapur pertanian atau bahan organik untuk PTT dan PAT-PIP dan untuk pilot proyek BJA termasuk bantuan pupuk dan pestisida secara gratis bagi kelompok tani/Gapoktan, dan masyarakat/ lembaga lainnya.

2) Meningkatkan minat dan motivasi petani berusahatani tanaman kedelai

3) Meringankan beban biaya usaha tani kedelai bagi kelompok tani/Gapoktan peserta program.

(48)

produktivitas tinggi.

5) Memperluas areal tanam kedelai untuk meningkatkan luas panen dan produksi

6) Mempercepat peningkatan produksi kedelai untuk mencapai swasembada.

7) Menambah lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

3. Sasaran Pemberian Bantuan Pemerintah dan Indikator

Keberhasilan

a. Sasaran

1) Kelompok tani/ Gapoktan Tanaman Pangan atau; 2) Lembaga Masyarakat di Sekitar Hutan (LMDH) yang

melakukan budidaya Tanaman Pangan atau;

3) Kelompok tani/Gapoktan Perkebunan yang melakukan Budidaya Tanaman Pangan atau;

4) Lembaga masyarakat lainnya yang menggarap lahan tidur/lahan bera/lahan lainnya untuk budidaya kedelai.

b. Indikator Keberhasilan

Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan Bantuan Pemerintah kegiatan pengelolaan produksi kedelai, maka perlu ditetapkan indikator keberhasilan sebagai alat

(49)

keberhasilan pengelolaan produksi kedelai mencakup indikator output, outcome dan impact. Indikator keberhasilan pemberian Bantuan Pemerintah program pengelolaan produksi kedelai :

1) Indikator

Output

Tersalurnya Bantuan Pemerintah bentuk sarana prasarana berupa paket benih, rhizobium dan bahan organik atau kapur pertanian, untuk kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) kedelai tahun 2016 kepada kelompok tani/Gapoktan.

2) Indikator outcome

• Meningkatnya produktivitas • Meningkatnya areal tanam kedelai

3) Indikator

Impact

Meningkatnya produksi kedelai

B. PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No 168/ PMK.05/ 2015 Bab IV, Pasal 6, ayat (2) bahwa Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyusun Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah, berdasarkan Pedoman Umum. Sehubungan perihal tersebut, setiap Satker yang mendapat alokasi anggaran program pengelolaan produksi kedelai 2016, perlu menyusun

(50)

Petunjuk Teknis disusun oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) masing-masing Satker, paling sedikit memuat:

1. Dasar hukum pemberian Bantuan Pemerintah 2. Tujuan Penggunaan Bantuan Pemerintah 3. Pemberi Bantuan Pemerintah

4. Persyaratan Penerima Bantuan Pemerintah 5. Bentuk Bantuan Pemerintah

6. Alokasi Anggaran dan rincian jumlah Bantuan Pemerintah 7. Penyaluran dan Bantuan Pemerintah

8. Pertanggung Jawaban Bantuan Pemerintah 9. Ketentuan Perpajakan dan

10. Sanksi.

Dalam menyusun Bab Bentuk Bantuan Pemerintah, agar penetapan rincian paket bantuan, yang meliputi jenis, volume, harga, bantuan sarana produksi per hektar, disesuaikan dengan kebutuhan dan rekomendasi, serta harga yang berlaku di masing-masing daerah sesuai spesifik lokasi.

C. RUANG LINGKUP PEMBERIAN BANTUAN PEMERINTAH

PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI

1. Definisi

(51)

b. Bantuan Pemerintah Program pengelolaan Produksi kedelai adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada Kelompok tani/Gabungan Kelompok tani (Gapoktan), dan kelompok masyarakat/ lembaga lainnya.

c. Bentuk Bantuan Pemerintah meliputi Pemberian penghargaan; Beasiswa; Tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya; Bantuan Operasional; bantuan sarana prasarana; bantuan rehabilitasi/ pembangunan gedung/

bangunan; dan bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh pengguna Anggaran (PA)

d. Bantuan Pemerintah Bentuk Bantuan Sarana Prasarana diberikan kepada kelompok masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga pendidikan, Lembaga keagamaan, dan lembaga kesehatan

e. Bentuk Bantuan Pemerintah Program Pengelolaan

Produksi Kedelai adalah bantuan Sarana/Prasarana

f. Bantuan Sarana/Prasarana Program Pengelolaan produksi kedelai adalah bantuan berupa paket sarana produksi meliputi benih kedelai, rhizobium, bahan organik atau kapur pertanian spesifikasi lokasi, yang diberikan kepada kelompok tani/Gapoktan, dalam rangka pelaksanaan kegiatan intensifikasi dan ektensifikasi kedelai, untuk mendukung percepatan pencapaian sasaran produksi kedelai.

(52)

g. Kelompok tani adalah kumpulan Petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota.

h. Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

i. Usaha tani adalah usaha dibidang pertanian, peternakan dan

perkebunan.

j. Pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan) adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat

k. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang.

(53)

atau petani perkebunan yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan perkebunan dan/atau Lembaga Masyarakat di Sekitar Hutan (LMDH) yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan perhutani atau lahan kehutanan dan/atau lembaga masyarakat lainnya yang berusaha tani kedelai pada lahan tidur/lahan bera.

m. Kelompok tani/Gapoktan penerima Bantuan Pemerintah Program Pengelolaan Produksi Kedelai adalah kelompok tani/gabungan kelompok tani penerima Bantuan Pemerintah yang berusaha tani pada lahan tanaman pangan dan/atau petani perkebunan yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan perkebunan dan/atau Lembaga Masyarakat di Sekitar Hutan (LMDH) yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan perhutani atau lahan kehutanan dan/atau lembaga masyarakat lainnya yang berusaha tani kedelai pada lahan tidur/lahan bera.

n. Intensifikasi Pertanian adalah Pola penerapan teknologi

usahatani budidaya komoditas, yang dititikberatkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas serta produktivitas per hektar, dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya alam per satuan luas melalui penerapan teknologi tepat guna, peningkatan pemanfaatan semua sarana dan prasarana seperti air, benih unggul, rhizobium/bahan organik.

o. Intensifikasi kedelai adalah Pola penerapan teknologi

(54)

Terpadu (PTT) dan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai.

p. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman kedelai, organisme pengganggu tanaman dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan.

q. Budidaya Jenuh Air (BJA) kedelai adalah penanaman kedelai dengan memberikan irigasi terus menerus sejak tanam sampai panen, dan membuat tinggi permukaan air tetap, sehingga lapisan di bawah perakaran jenuh air.

r. Ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan

Indeks Pertanaman (PAT-PIP) kedelai adalah kegiatan penambahan areal tanam kedelai melalui peningkatan indeks pertanaman baik di lahan sawah, lahan kering maupun lahan bukaan baru.

s. Varietas unggul adalah varietas yang telah dilepas oleh Pemerintah baik berupa varietas baru maupun varietas lokal yang mempunyai kelebihan dalam potensi hasil dan/atau sifat-sifat lainnya.

t. Benih varietas unggul bersertifikat adalah benih bina yang

telah disertifikasi.

u. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA, adalah

(55)

v. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/lembaga yang bersangkutan

w. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/Kuasa PA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN

2. Dasar Hukum

Dasar hukum Pemberian Bantuan Pemerintah Pengelolaan Produksi Kedelai 2016 sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);

c. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Perubahan

(56)

d. Peraturan Presiden Nomor 172 tahun 2014, tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

e. Peraturan Presiden No.4 tahun 2015, Perubahan keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

f. Peraturan Menteri keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga

3. Arah Pemberian Bantuan Pemerintah

Bentuk Bantuan Pemerintah terdiri dari 7 bentuk bantuan, meliputi Pemberian Penghargaan; Beasiswa; Tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya; Bantuan operasional; Bantuan Sarana/Prasarana; bantuan rehabilitasi/pembangunan gedung/ bangunan; dan Bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA).

Bentuk Bantuan Pemerintah kegiatan pengelolaan produksi kedelai adalah Bantuan Sarana/Prasarana, berupa bantuan paket sarana produksi terdiri dari benih kedelai, rhizobium, dan bahan organik/kapur pertanian sesuai spesifikasi lokasi, yang diberikan kepada kelompok

(57)

Jumlah luas areal tanam yang dialokasikan bantuan sarana produksi kegiatan intensifikasi seluas 306.000 hektar tersebar di 30 Provinsi, 238 Kabupaten/Kota, dan penerapan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) seluas 10.000 ha tersebar di 6 Provinsi, 9 Kabupaten. Luas areal tanam satu unit intensifikasi kedelai minimal sebesar 10 ha. Untuk kegiatan ekstensifikasi Perluasan Areal Tanam melalui peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) seluas 384.000 hektar, tersebar di 28 Provinsi pada 218 Kabupaten/Kota.

Lokasi pelaksanaan intensifikasi kedelai, diprioritaskan pada areal PAT tahun sebelumnya atau pada lokasi yang memiliki areal tanam dengan produktivitas masih di bawah rata-rata produktivitas tingkat Kabupaten. Tipe lahan dapat berupa lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan, lahan kering dan sawah pasang surut, bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa. Lokasi intensifikasi kedelai di Kabupaten diusahakan berada pada satu kawasan agar luasan minimal 100 ha, berada dalam satu Desa/Kecamatan, namun apabila tidak memungkinkan dapat menambah pada wilayah Desa/Kecamatan yang berdampingan sehingga mencapai luasan yang ditentukan, mempunyai potensi untuk pengembangan kedelai dan anggota kelompok taninya responsif terhadap penerapan teknologi. Hamparan terkecil untuk kegiatan intensifikasi kedelai minimal 5 ha.

(58)

Lokasi untuk kegiatan ekstensifikasi melalui kegiatan PAT-PIP kedelai adalah perluasan areal tanam pada lahan sawah, lahan kering, lahan kehutanan, Perhutani, lahan perkebunan, lahan rawa lebak atau pasang surut atau lahan bukaan baru yang dapat ditingkatkan indeks pertanamannya, antara 0 – 100, atau dari 100 – 200; atau dari 200 - 300 . Lokasi PAT-PIP kedelai di Kabupaten diusahakan berada pada satu kawasan di luasan minimal 100 ha, berada dalam satu Desa/Kecamatan, namun apabila tidak memungkinkan dapat menambah pada wilayah Desa/Kecamatan yang berdampingan sehingga mencapai luasan yang ditentukan, mempunyai potensi untuk pengembangan kedelai dan anggota kelompok taninya responsif terhadap penerapan teknologi. Luasan terkecil untuk kegiatan PAT-PIP kedelai minimal 5 ha. Dengan diberikannya bantuan sarana produksi, akan mendukung percepatan peningkatan produksi kedelai nasional, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

D. PEMANFAATAN DAN PERSYARATAN PENERIMA BANTUAN

PEMERINTAH PROGRAM PENGELOLAAN PRODUKSI

KEDELAI

1. Pemanfaatan Bantuan Pemerintah

(59)

a. Bantuan Pemerintah Kegiatan Intensifikasi Kedelai dimanfaatan untuk:

1) Mendorong petani menerapkan teknologi budidaya kedelai sesuai rekomendasi, untuk mencapai tingkat produktivitas tinggi

2) Meningkatkan minat dan motivasi petani berusaha tani kedelai

3) Meringankan beban petani dalam mengeluarkan biaya usaha tani kedelai

4) Dilaksanakan pada lokasi PAT tahun sebelumnya atau pada lokasi yang produktivitasnya masih di bawah rata-rata Kabupaten/Kota.

5) Besaran dana yang akan diberikan kepada kelompok tani/Gapoktan pelaksana intensifikasi kedelai maksimal senilai Rp. 1.000.000,- per hektar sudah termasuk pajak, sedangkan khusus untuk wilayah Indonesia Timur (Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat) maksimal senilai Rp. 1.660.000,00 per hektar sudah termasuk pajak dan untuk pelaksana pilot proyek penerapan teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) akan di berikan dana maksimal senilai Rp. 4.472.500,00 per hektar sudah termasuk pajak, serta sarana pendukung pembuatan saluran BJA senilai Rp 2.000.000,-/ha. 6) Bantuan Pemerintah diperuntukkan bagi pengadaan

(60)

7) Untuk areal pasang surut di luar pulau Jawa, diberikan juga sarana produksi berupa bahan organik atau kapur pertanian

8) Untuk penerapan teknologi budidaya jenuh air sarana produksi yang di berikan berupa benih kedelai, pupuk an organik bersubsidi (NPK, SP-36, Urea, KCL), Rhizobium, Pestisida organik/anorganik, herbisida dan kapur pertanian.

9) Alokasi paket bantuan per hektar meliputi jenis, volume dan harga bantuan sarana produksi ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) masing-masing Satker.

10) Komponen sarana produksi yang diberikan disesuaikan

dengan kebutuhan masing masing daerah berdasarkan rekomendasi teknis setempat (spesifik lokasi). Harga setiap komponen saprodi disesuaikan dengan harga yang berlaku di daerah masing-masing.

11) Apabila dana bantuan saprodi setelah dilaksanakan pengadaan masih tersisa, maka sisa dana tersebut harus disetor ke Kas Negara.

b. Bantuan Pemerintah Kegiatan Ekstensifikasi Kedelai

dimanfaatan untuk:

(61)

3) Meringankan beban petani dalam mengeluarkan biaya usaha tani kedelai

4) Mempercepat peningkatan produksi kedelai untuk mencapai swasembada.

5) Menambah lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

6) Besaran dana yang akan diberikan kepada kelompoktani pelaksana ekstensifikasi PAT-PIP kedelai maksimal senilai Rp. 1.550.000,00 per hektar sudah termasuk pajak, khusus untuk wilayah Indonesia Timur (Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat) maksimal senilai Rp. 1.840.000,00 per hektar sudah termasuk pajak. 7) Bantuan Pemerintah diperuntukkan bagi pengadaan

paket sarana produksi lengkap meliputi benih kedelai, rhizobium dan bahan organik atau kapur pertanian sesuai spesifikasi lokasi.

8) Spesifikasi bantuan sarana produksi meliputi benih bersertifikat, rhizobium dan bahan organik atau kapur pertanian harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9) Apabila benih bersertifikat tidak tersedia, maka dapat digunakan benih unggul yang disediakan secara swadaya.

Dana benih yang tidak terpakai dapat digunakan untuk sarana produksi lain kecuali pupuk an organik.

(62)

11) Komponen sarana produksi yang diberikan disesuaikan

dengan kebutuhan dimasing masing daerah berdasarkan rekomendasi teknis setempat (spesifik lokasi). Harga setiap komponen saprodi disesuaikan dengan harga yang berlaku di daerah masing-masing.

12) Apabila dana bantuan saprodi setelah dilaksanakan pengadaan masih tersisa, maka sisa dana tersebut harus disetor ke kas Negara.

2. Persyaratan Penerima Bantuan Pemerintah

Penerima Bantuan Pemerintah pengelolaan produksi kedelai, dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah kelompok tani/ Gapoktan yang telah ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi kedelai. Seleksi dan penetapan kelompok tani penerima bantuan, ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melalui Surat Keputusan penerima Bantuan Pemerintah berdasarkan hasil seleksi dan disahkan oleh KPA sebagai dasar pemberian bantuan. Surat Keputusan Penerima bantuan paling sedikit memuat Identitas penerima bantuan; Jumlah Barang dan/atau nilai uang; Nomor rekening penerima bantuan untuk Bantuan Pemerintah dalam bentuk uang.

(63)

a. Persyaratan kelompok tani/Gapoktan penerima Bantuan Pemerintah yang melaksanakan kegiatan intensifikasi kedelai adalah sebagai berikut :

1) Kelompok tani/Gapoktan yang aktif mempunyai lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi baru

2) Kelompok tani/Gapoktan masih aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara, diusahakan lahan usaha taninya berada dalam satu hamparan

3) Kelompok tani/Gapoktan dengan kemampuan penerapan teknologi usaha taninya masih belum optimal sehingga produktivitas yang dihasilkan rendah bila dibandingkan dengan potensi hasil dari varietas yang ditanam, namun masih berpeluang untuk ditingkatkan dengan penerapan teknologi usahatani yang lebih baik.

4) Bagi kelompok tani/Gapoktan yang menerima Bantuan Pemerintah dalam bentuk uang, maka kelompok tani harus mampu mengelola Bantuan Pemerintah meliputi pengeloaan keuangan, pengadaan barang secara transparan, efektif dan efisien, penyaluran bantuan kepada anggotanya, penatausahaan uang dan barang, penyetoran pajak, pembuatan laporan dan pertanggung jawaban pemanfaatan bantuan.

(64)

Pejabat Pembuat Komitmen, membuat berita acara serah terima barang, menyusun laporan, menyetorkan pajak dan sisa uang yang tidak dimanfatkan

5) Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan intensifikasi

6) Wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi spesifik lokasi sesuai petunjuk teknis.

7) Kelompok tani/Gapoktan pelaksana program intensifikasi ditetapkan dengan Surat Keputusan PPK

dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Surat Keputusan Penerima bantuan paling sedikit memuat Identitas penerima Bantuan; Jumlah Barang dan/atau nilai uang; Nomor rekening penerima bantuan untuk Bantuan Pemerintah dalam bentuk uang.

8) Jika bantuan diterima dalam bentuk uang, maka kelompok tani/Poktan harus memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/ Bank Daerah) yang terdekat dan bagi kelompok tani yang belum memiliki, harus/ wajib membuka rekening di bank. Rekening bank dapat berupa rekening kelompok tani ataupun rekening gabungan kelompok tani (Gapoktan).

(65)

b. Persyaratan kelompok tani/Gapoktan penerima Bantuan Pemerintah yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi kedelai adalah sebagai berikut :

1) Kelompok tani/Gapoktan yang aktif mempunyai lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi baru

2) Kelompok tani yang dapat melaksanakan perluasan areal tanam melalui peningkatkan Indeks Pertanaman (IP) atau pada lahan bukan baru, dengan komoditi kedelai karena penggunaan lahan tersebut masih belum optimal dan berpeluang untuk dapat ditingkatkan.

3) Kelompok tani/Gapoktan masih aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara, diusahakan lahan usaha taninya berada dalam satu hamparan

4) Kelompok tani/Gapoktan yang penerapan teknologi usaha taninya masih belum optimal sehingga produktivitasnya rendah bila dibandingkan dengan potensi hasil dari varietas yang ditanam, namun masih berpeluang untuk ditingkatkan dengan penerapan teknologi usahataninya yang lebih baik.

5) Bagi kelompok tani/Gapoktan yang menerima Bantuan Pemerintah dalam bentuk uang, maka kelompok tani harus mampu mengelola Bantuan Pemerintah

(66)

secara transparan, efektif dan efisien, penyaluran bantuan kepada anggotanya, penatausahaan uang dan barang, penyetoran pajak, pembuatan laporan dan pertanggungjawaban pemanfaatan bantuan. Bersedia mengadakan perjanjian kerjasama dengan Pejabat Pembuat Komitmen, membuat Berita acara pemeriksaan dan penerimaan barang, menyusun laporan, menyetorkan pajak dan sisa uang yang tidak dimanfatkan

6) Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan ekstensifikasi.

7) Wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi spesifik lokasi sesuai petunjuk teknis.

8) Kelompok tani pelaksanaan program ekstensifikasi ditetapkan dengan Surat Keputusan PPK dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Surat Keputusan penerima bantuan paling sedikit memuat Identitas penerima Bantuan; Jumlah Barang dn/atau nilai uang; Nomor rekening penerima bantuan untuk Bantuan Pemerintah dalam bentuk uang. 9) Jika bantuan diterima dalam bentuk uang, maka

kelompok tani/Poktan harus memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah

(67)

dapat berupa rekening kelompok tani ataupun rekening gabungan kelompok tani (Gapoktan). Jika menggunakan rekening Gapoktan mekanisme pengaturan antar kelompok tani diatur lebih lanjut oleh PPK disahkan oleh Kuasa pengguna Anggaran (KPA).

c. Cara Penetapan Penerima Bantuan Pemerintah

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melakukan seleksi penerima Bantuan Pemerintah berdasarkan kriteria/ persyaratan yang telah ditetapkan di dalam Petunjuk Teknis.

Berdasarkan hasil seleksi tersebut, PPK menetapkan Surat Keputusan penerima Bantuan Pemerintah dan disahkan oleh KPA sebagai dasar pemberian bantuan. Surat Keputusan, paling sedikit memuat:

1) Identitas penerima bantuan;

2) Jumlah barang dan/atau nilai uang;

3) Nomor rekening penerima bantuan untuk Bantuan Pemerintah dalam bentuk uang.

d. Seleksi penerima Bantuan Pemerintah

Seleksi penerima Bantuan Pemerintah pengelolaan produksi kedelai secara umum meliputi seleksi administrasi dan seleksi aspek teknis dengan tahapan meliputi seleksi

(68)

Tahapan seleksi penerima Bantuan Pemerintah sebagai berikut:

1) Merekapitulasi seluruh usulan/proposal yang masuk dalam e-proposal dan/ atau manual menjadi daftar long-list calon penerima Bantuan Pemerintah.

2) Berdasarkan daftar panjang (long-list) dilakukan proses seleksi administrasi meliputi meliputi verifikasi nama kelompok, nama ketua kelompok, alamat kelompok, jenis usaha kelompok, besarnya usulan dana Bantuan Pemerintah, sesuai dengan data yang terdapat di dalam usulan/proposal.

3) Calon Penerima Bantuan Pemerintah yang lulus seleksi administrasi direkapitulasi ke dalam daftar sedang (medium-list).

4) Berdasarkan daftar sedang (medium-list), Tim Teknis melakukan seleksi aspek teknis dengan cara verifikasi/membandingkan kesesuaian antara kondisi di lapangan dengan data usulan/proposal.

5) Calon Penerima Bantuan Pemerintah yang lulus seleksi teknis direkapitulasi ke dalam daftar pendek (short-list).

6) Berdasarkan daftar pendek (short-list) calon penerima bantuan, Tim Teknis mengusulkan kepada PPK untuk ditetapkan menjadi calon penerima dana Bantuan

(69)

7) Surat Keputusan PPK tentang penerima Bantuan Pemerintah, yang disahkan oleh KPA, merupakan Dasar untuk penyaluran Bantuan Pemerintah.

E.

BENTUK BANTUAN PEMERINTAH DAN ALOKASI

ANGGARAN BANTUAN KEGIATAN PENGELOLAAN

PRODUKSI KEDELAI

1. Bentuk Bantuan Pemerintah

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/ Lembaga, terdapat 7 (tujuh) bentuk Bantuan Pemerintah yaitu: a). Pemberian penghargaan; b). Beasiswa; c). Tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya; d). Bantuan operasional; e). Bantuan sarana/ prasarana; f). Bantuan rehabilitasi/ pembangunan gedung/ bangunan; dan g). Bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh PA. Untuk Bantuan Pemerintah kegiatan pengelolaan produksi kedelai diberikan dalam kategori bentuk bantuan Sarana/ Prasarana berupa bantuan paket sarana produksi meliputi benih, rhizobium dan bahan organik atau kapur pertanian. Jenis volume, dan harga patokan bantuan sarana produksi per hektar per kegiatan disusun oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Gambar

Tabel 1 :  Sasaran   Luas   Tanam,  Luas   Panen,  Produktivitas dan  Produksi  Kedelai Tahun 2016
Tabel 2 :  Skenario Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2016
Tabel 3 :  Sasaran Strategis, Indikator Kinerja (Output) Kegiatan dan Target  Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai TA
Tabel  4  :  Faktor Risiko yang Kemungkinan Berpengaruh Terhadap  Keberhasilan Pelaksanaan Kegiatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanah mempunyai ciri khusus yang bersegi dua, yakni sebagai benda dan sumberdaya alam. Seperti halnya air dan udara, yang merupakan sumber daya alam karena tidak dapat diciptakan

Pelaksanaan penambahan penyertaan modal negara pada Islamic Development Bank sebagaimana dimaksud dalam. Pasal 2 dan Pasal 3 dilakukan oleh Menteri

yang diperoleh langsung dari TKI (tenaga kerja Indonesia) yang sudah kembali.

Batu Bata Pinggir Rabat & Saluran ad.. Plesteran

Karakter-karakter yang diamati yaitu: tinggi tanaman (diukur dari permukaan tanah sampai daun bendera yang masih tegak), jumlah anakan produktif, panjang daun

 penulisan perintah perintah program program pada pada matlab matlab diperlukan diperlukan ketelitian ketelitian yang yang sangat sangat tinggi tinggi karena

Perdagangan Perancis secara keseluruhan yang meliputi ekspor dan impor di tahun 2002 bila dibandingkan dengan nilai perdagangan pada periode yang sama tahun 2001 mengalami kenaikan

Aturan kontrol fuzzy kita gunakan diringkas dalam Tabel 1.; yaitu, jika Tingkat Penjualan rendah (Low) dan stok barang menengah (Medium) maka tingkat laba adalah