• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) ( X Print) 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) ( X Print) 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Salah satu langkah efektif yang dapat

dikembangkan dalam sistem pertanian yang produktif dan berkelanjutan adalah pemanfaatan pupuk hayati. Pada penelitian Nurhidayati, 2013 dihasilkan pupuk hayati dari isolat bakteri penambat nitrogen, bakteri pelarut fosfat, dan mikoriza yang telah diaplikasikan pada beberapa tanaman dengan media tanam tanah asal isolat. Untuk membuat pupuk hayati yang bisa diaplikasikan lebih luas, perlu dilakukan uji multilokasi. Penelitian ini menggunakan sawi hijau (Brassica rapa var.

parachinensis L.) sebagai tumbuhan percobaan. Parameter yang

diamati adalah pertumbuhan vegetatif tanaman. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah komposisi pupuk hayati, sedangkan faktor kedua adalah lokasi. Data hasil pengamatan pertumbuhan sawi akan diuji dengan ANOVA two way. Apabila terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan Uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan komposisi pupuk hayati dan lokasi pengambilan tanah berpengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman, luas daun, dan berat kering tanaman tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah daun dan panjang akar tanaman sawi hijau.

Kata Kunci— pupuk hayati, mikoriza, Bacillus, Azotobacter

I. PENDAHULUAN

ektor pertanian mempunyai peran yang penting dalam pemantapan ketahanan pangan. Suatu sistem pertanian agar tetap produktif dan berkelanjutan diperlukan penggantian unsur hara yang telah digunakan oleh tanaman, atau hilang dari tanah. Maka perlu dikembangkan suatu teknologi yang mampu mendukung pencapaian produksi optimum tanaman dan aman terhadap lingkungan.

Salah satu langkah yang dapat dikembangkan adalah pemanfaatan pupuk hayati. Pupuk hayati merupakan bahan yang mengandung mikroorganisme bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk ini dapat memperbaiki kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah serta meningkatkan kualitas hasil tanaman [1].

Mikroorganisme pupuk hayati terutama berkaitan dengan unsur hara nitrogen dan fosfor yang merupakan dua unsur hara yang banyak dibutuhkan tanaman [2]. Sebelumnya telah

dihasilkan pupuk hayati dari isolat bakteri penambat nitrogen, bakteri pelarut fosfat, dan mikoriza yang telah diaplikasikan pada beberapa tanaman dengan media tanam tanah asal isolat. Untuk membuat pupuk hayati yang bisa diaplikasikan lebih luas, maka dilakukan uji multilokasi, yaitu penerapan pupuk hayati tersebut pada tanah yang berasal dari lokasi yang berbeda.

Secara fisiografis, wilayah Provinsi Jawa Timur dapat dikelompokkan dalam tiga zona: zona selatan-barat, zona tengah, dan zona utara. Di bagian utara (dari Bojonegoro, Tuban, Gresik, hingga Pulau Madura) terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng yang relatif tandus [3]. Sawi hijau (Brassica rapa var. parachinensis L.) sering dimanfaatkan sebagai tumbuhan percobaan karena tanaman ini mudah tumbuh dan responsif terhadap perubahan lingkungan.

II. URAIANPENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2014. Penanaman dan pengamatan dilakukan di Green House Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

B. Cara Kerja

Pengambilan Sampel Tanah untuk Media Tanam

Tanah diambil menggunakan sekop pada lapisan olah yaitu kedalaman 0 - 20 cm [4]. Tanah dibersihkan dari kotoran kemudian digemburkan agar butirannya menjadi halus. 1). Analisa Sifat Fisika dan Kimia Tanah

Analisa sifat fisika dan kimia tanah dilakukan sebelum penanaman. Analisa sifat fisika tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Analisa sifat kimia tanah dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Sifat fisika tanah yang diukur adalah tekstur tanah sedangkan sifat kimia tanah yang diukur antaralain pH tanah, kandungan NPK, dan C-organik.

Uji Multilokasi Pengaruh Isolat Bakteri Penambat

Nitrogen, Bakteri Pelarut Fosfat dan Mikoriza Asal Desa

Condro, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang

terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica

rapa Var. parachinensis L.)

Norma Rahmawati dan Tutik Nurhidayati

Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: nurlita@bio.its.ac.id

(2)

2). Sterilisasi Media Tanam

Formalin 15% ditambahkan ke media tanam tanah dan kompos sambil diaduk hingga rata. Media tanam yang telah ditambah formalin ditutup menggunakan karung goni selama 3 hari kemudian dijemur atau dikering-anginkan hingga seluruh formalin menguap (kurang lebih 7 hari).

4). Peremajaan Isolat Bakteri

Isolat bakteri didapat dari hasil isolasi pada penelitian yang dilakukan tahun 2013 pada lahan budidaya tanaman cabai rawit asal Desa Condro, Lumajang, Jawa Timur. Isolat bakteri dibuat menjadi sub kultur kerja. Isolat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bakteri penambat nitrogen non simbiotik dan bakteri pelarut fosfat. Masing – masing sub kultur bakteri dilakukan pada medium NA (Nutrient Agar) yang telah disterilkan menggunakan autoklaf dengan suhu 121°C, tekanan 1.5 atm selama 15 menit. Selanjutnya diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam.

5). Pembuatan Pupuk Hayati Penambat Nitrogen

Kultur isolat berusia 24 jam dalam medium NA (Nutrient Agar) dilarutkan dalam molase dan akuades dengan perbandingan 1 : 6. Dicampurkan dalam media pembawa berupa serbuk kayu sebanyak 2 kg yang telah disterilisasi menggunakan autoklaf selama 60 menit pada suhu 121°C [5]. Dilakukan pengadukan berkala selama 2 minggu dengan penambahan nutrisi berupa 10 mL molase tiap 1 kg media pembawa setiap 3 hari sekali, 10 ml pupuk urea setiap seminggu sekali, serta akuades untuk menjaga kelembapan media pembawa. Hal tersebut dilakukan hingga terjadi perubahan warna pada media pembawa yang diasumsikan bahwa inokulan bakteri telah hidup dan dapat diaplikasikan pada tanaman [6].

6). Pembuatan Pupuk Hayati Penambat Nitrogen

Kultur isolat yang berusia 24 jam dalam medium NA (Nutrient Agar) dilarutkan dalam molase dan akuades dengan perbandingan 1 : 6. Dicampurkan dalam media pembawa berupa pupuk kandang sebanyak 2 kg yang telah disterilisasi menggunakan autoklaf selama 60 menit pada suhu 121°C [5]. Dilakukan pengadukan secara berkala selama 2 minggu dengan penambahan nutrisi berupa 10 mL molase tiap 1 kg media pembawa setiap 3 hari sekali, 2 gr pupuk NPK setiap seminggu sekali, serta akuades untuk menjaga kelembapan media pembawa. Hal tersebut dilakukan hingga terjadi perubahan tekstur pada media pembawa yang diasumsikan bahwa inokulan bakteri telah hidup dan dapat diaplikasikan pada tanaman [6].

7). Peremajaan Mikoriza

Inokulan mikoriza yang digunakan merupakan koleksi laboratorium Botani Jurusan Biologi ITS Surabaya dalam bentuk propagul, yang berasal dari hasil perbanyakan spora asal Desa Condro, Lumajang, Jawa Timur dengan tanaman inang jagung (Zea mays). Tanah steril dimasukkan dalam polibag, ditambahkan starter mikoriza sebanyak 20 gram pada lubang media tanam. Diletakkan benih jagung sebanyak 5 biji pada tiap lubang. Dilakukan pemeliharaan tanaman

selama 2 minggu. Setelah 2 minggu, dilakukan stressing pada tanaman inang yaitu dengan menghentikan pemeliharaan tanaman. Dilakukan topping, yaitu memotong tajuk tanaman inang dan menyisakan batang bawahnya kira-kira 1/4 saja. Pemanenan dilakukan setelah tanaman inang mengalami stressing selama 3 minggu. Panen dilakukan dengan cara membongkar tanaman inang dan mengambil bagian akarnya. Akar dipotong kecil – kecil lalu dicampur dengan media tanam [7].

8). Penanaman

. Media tanam steril berupa tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 dimasukkan dalam polibag. Pupuk hayati penambat N, pupuk hayati pelarut P, dan mikoriza diinokulasikan sebanyak masing – masing 20 gram pada kedalaman 1 cm dalam media tanam [8]. Diletakkan benih tanaman yang telah diseleksi sebanyak 5 biji. Setelah tanaman tumbuh selama 7 hari, dilakukan penjarangan pada masing-masing polibag dengan memilih satu tanaman yang pertumbuhannya paling baik.

9). Pemeliharaan Tanaman

Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali yaitu pagi hari [4].

10). Parameter Pengukuran Pertumbuhan Tanaman

Parameter tanaman yang diamati dalam penelitian ini yaitu parameter pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi:

a. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun yang tertinggi [9].

b. Jumlah daun (helai)

Perhitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang sudah berkembang sempurna minimal 2/3 dari daun normal [10].

c. Luas Daun (cm)

Luas daun diukur dengan menggunakan metode blue print. Daun yang diukur adalah daun tanaman contoh [11].

Luas daun = Berat pola x Luas kertas (cm2 Berat kertas Keterangan :

Berat Pola : Kertas yang sudah dibuat gambar Berat Kertas : Berat kertas yang belum digambar Luas Kertas : Kertas yang pertama kali digunakan

)

d. Berat kering tanaman (g)

Berat kering tanaman dihitung pada keseluruhan bagian tanaman [12].

e. Panjang akar (cm)

Panjang akar diukur dari pangkal batang hingga ujung akar [13].

C. Rancangan Penelitian dan Analisa Data 1). Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri atas 2 faktor. Faktor pertama adalah perbandingan komposisi pupuk hayati penambat nitrogen, bakteri pelarut fosfat, dan mikoriza yang terdiri dari 5 taraf, yaitu:

(3)

N1 = 1 : 1 : 1 N2 = 1 : 2 : 0 N3 = 2 : 0 : 1 N4 = 0 : 1 : 2 N0 = 0 : 0 : 0

Faktor kedua adalah lokasi pengambilan media tanam yang terdiri dari 3 taraf, yaitu:

L1 = Lokasi pengambilan media tanam tanah di Tuban L2 = Lokasi pengambilan media tanam tanah di Gresik L3=Lokasi pengambilan media tanam tanah di Bangkalan

Terdapat 15 kombinasi perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali.

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Media Tanah

Kode Komposisi Pupuk Hayati (N) Lokasi Pengambilan Tanah (L)

L1 L2 L3 N1L1 N1 N1L2 N1L3 N2L1 N2 N2L2 N2L3 N3L1 N3 N3L2 N3L3 N4L1 N4 N4L2 N4L3 N0L1 N0 N0L2 N0L3 2). Analisa Data

Data pengamatan diuji menggunakan Analysis of Variance two way dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau kombinasi perlakuan terhadap parameter yang diukur. Apabila terdapat perbedaan nyata (P < 0,05) maka dilanjutkan dengan Uji Tukey.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa tanah dilakukan sebelum penanaman untuk mengetahui perbedaan sifat fisika dan kimia pada tanah. Hasil analisa tanah dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3. Tabel 2. Karakteristik Sifat Fisika pada Masing-masing Tanah Lokasi Pengambilan Tanah Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Klas

L1 (Tuban) 8 60 32 Lempung Berdebu

L2 (Gresik) 17 49 34 Lempung Liat Berdebu L3 (Bangkalan) 10 86 4 Lempung Berdebu

Tabel 3. Karakteristik Sifat Kimia pada Masing-masing Tanah [14].

Lokasi Pengambilan

Tanah

Sifat Kimia Tanah

PH KTK C-Organik (ppm) N-Total (%) P2O5 (ppm) L1 (Tuban) 8,07 0,81 2,70 S 0,30 S 49 T L2 (Gresik) 8,35 0,35 2,04 S 0,25 S 69 ST L3 (Bangkalan) 8,61 0,35 0,95 SR 0,11R 4 SR

Keterangan : T = Tinggi; S = Sedang; R = Rendah; ST = Sangat Tinggi; SR = Sangat Rendah

1). Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi Hijau.

Tabel 4. Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi Hijau (B. rapa var. parachinensis L.).

Kode Komposisi Pupuk Hayati (N)

Lokasi Pengambilan Tanah (L)

L1 L2 L3 10,6 N1 ab 7,83abc 5,87 abc 7,27 N2 abc 12,27a 8,47abc 10,23 N3 ab 10,23ab 3,20c 11 N4 a 9,27abc 7,27abc 12,5 N0 a 4,23bc 8,75abc

Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama artinya tidak ada perbedaan nyata antar perlakuan dan jika ada perbedaan huruf maka artinya ada perbedaan nyata antar perlakuan. Jika terdapat huruf ab mengindikasikan bahwa nilai tersebut tidak berbeda nyata baik dengan a maupun dengan b namun a dan b berbeda nyata. 3 2 1 12 10 8 6 4 2 Lokasi R at a-R at a Ti ng gi T an am an N1 N2 N3 N4 N0 Komposisi

Gambar 1. Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi Hijau (B. rapa var. parachinensis L.).

Keterangan : Komposisi BPN : BPF : Mikoriza dan lokasi untuk:

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa interaksi perlakuan komposisi pupuk hayati dan lokasi pengambilan tanah berpengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman sawi hijau. Uji Tukey menunjukkan bahwa perlakuan N0L1, N2L2, dan N4L1 berbeda nyata dengan perlakuan N3L3. Hasil pengamatan tinggi tanaman ditunjukkan dalam Tabel 4. dan Gambar 1.

Perlakuan komposisi pupuk hayati tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata tinggi tanaman. Peran bakteri dan mikoriza dalam pertumbuhan tanaman baru kelihatan jika dikombinasikan dengan tanah yang diambil dari lokasi yang berbeda. Peran bakteri pelarut fosfat dalam pertambahan tinggi tanaman baru kelihatan jika dikombinasikan dengan pemberian pupuk NPK [15]. Masing-masing tanah memiliki sifat kimia yang berbeda. Pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan N3L3 cenderung lebih rendah diduga karena kandungan C-organik, N-total, dan P2O5 pada tanah Bangkalan memiliki kriteria

rendah. Bahan organik dibutuhkan bakteri

N1L1 = 1 : 1 : 1 dan Tuban N3L1 = 2 : 0 : 1 dan Tuban

sebagai sumber energi untuk aktivitas metabolisme [16].

N1L2 = 1 : 1 : 1 dan Gresik N3L2 = 2 : 0 : 1 dan Gresik N1L3 = 1 : 1 : 1 dan Bangkalan N3L3 = 2 : 0 : 1 dan Bangkalan N2L1 = 1 : 2 : 0 dan Tuban N4L1 = 0 : 1 : 2 dan Tuban N2L2 = 1 : 2 : 0 dan Gresik N4L2 = 0 : 1 : 2 dan Gresik N2L3 = 1 : 2 : 0 dan Bangkalan N4L3 = 0 : 1 : 2 dan Bangkalan

(4)

Pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan komposisi pupuk hayati yang ditanam pada tanah yang diambil dari beberapa lokasi menunjukkan hasil yang berbeda. Selain disebabkan oleh sifat kimia tanah, hal ini juga disebabkan oleh perbedaan sifat fisika tanah. Tanaman sawi yang ditanam pada tanah Tuban (L1), memiliki rata-rata tinggi tanaman yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan rata-rata tinggi tanaman yang ditanam pada tanah Gresik (L2) dan Bangkalan (L3). Tekstur ideal bagi tanah pertanian adalah tekstur lempung berdebu [17]. Tekstur tanah Tuban maupun Bangkalan memiliki kriteria lempung berdebu, namun tanah Bangkalan memiliki perbandingan pasir, debu, dan liat yang tidak seimbang. Tanah dengan aerasi, drainase, dan kemampuan menyimpan air atau unsur hara yang baik harus memiliki komponen pasir, debu, dan liat yang seimbang [18].

2). Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Luas Daun Tanaman Sawi Hijau.

Cahaya merupakan sumber energi yang digunakan untuk pembentukan fotosintat. Dengan luas daun yang tinggi, maka cahaya dapat lebih mudah diterima daun sehingga semakin banyak fotosintat yang dihasilkan yang ditunjukkan oleh peningkatan laju asimilasi bersih [9].

Tabel 5. Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Rata-rata Luas Daun Tanaman Sawi Hijau (B. rapa var. parachinensis L.).

Kode Komposisi Pupuk Hayati (N)

Lokasi Pengambilan Tanah (L)

L1 L2 L3

16,2

N1 abcde 7,4bcde 5,0cde

7,7

N2 bcde 21,1abc 11,7abcde

18,5 N3 abcd 18,1abcde 1,8e 22,1 N4 ab 12,7abcde 8,5bcde 26 N0 a 2,6de 7,8bcde

Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama artinya tidak ada perbedaan nyata antar perlakuan dan jika ada perbedaan huruf maka artinya ada perbedaan nyata. Jika terdapat huruf ab mengindikasikan bahwa nilai tersebut tidak berbeda nyata baik dengan a maupun dengan b namun a dan b berbeda nyata.

3 2 1 25 20 15 10 5 0 Lokasi R at a-ra ta L ua s D au n N1 N2 N3 N4 N0 Komposisi

Gambar 2. Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Rata-rata Luas Daun Tanaman Sawi Hijau (B. rapa var. parachinensis L.).

Keterangan : Komposisi BPN : BPF : Mikoriza dan lokasi untuk:

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa interaksi perlakuan komposisi pupuk hayati dan lokasi pengambilan tanah berpengaruh signifikan terhadap luas daun. Uji Tukey menunjukkan bahwa perlakuan N0L1 berbeda nyata dengan perlakuan N3L3. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman sawi hijau ditunjukkan dalam Tabel 5. dan Gambar 2. Peran pupuk hayati dalam pertumbuhan luas daun baru kelihatan ketika dikombinasikan dengan tanah yang diambil dari lokasi yang berbeda. Masing-masing tanah memiliki sifat kimia seperti kandungan unsur hara dan kandungan bahan organik yang berbeda.

Kode Komposisi Pupuk Hayati (N)

Selain disebabkan oleh sifat kimia, perbedaan sifat fisika pada masing-masing tanah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan luas daun.

Daun paling luas pada perlakuan N0L1 karena kebutuhan unsur hara pada perlakuan ini telah tercukupi. Kandungan C-organik dan unsur hara pada tanah Tuban memiliki kriteria sedang hingga tinggi. Hasil analisa sifat kimia tanah Gresik menunjukkan kandungan organik dan unsur hara yang lebih tinggi tetapi tekstur tanahnya memiliki kriteria lempung liat berdebu. Sedangkan tekstur tanah Tuban memiliki kriteria lempung berdebu dengan perbandingan yang seimbang. Luas daun pada perlakuan N3L3 cenderung lebih sempit karena tanah Bangkalan memiliki kandungan bahan organik dan unsur hara yang rendah dan komponen penyusun tanah yang tidak seimbang.

3). Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Berat Kering Tanaman Sawi Hijau.

Semakin meningkatnya laju fotosintesis dan penumpukan asimilat maka berat kering tanaman semakin meningkat, karena hampir 90% berat kering adalah hasil fotosintesis. Tabel 6. Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Rata-rata Berat Kering Tanaman Sawi Hijau (B. rapa var. parachinensis L.).

Lokasi Pengambilan Tanah (L)

L1 L2 L3 0,44 N1 ab 0,14b 0,10b 0,09 N2 b 0,42ab 0,18b 0,27 N3 b 0,27b 0,02b 0,28 N4 b 0,15b 0,16b 0,84 N0 a 0,04b 0,21b

Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama artinya tidak ada perbedaan nyata antar perlakuan dan jika ada perbedaan huruf maka artinya ada perbedaan nyata antar perlakuan. Jika terdapat huruf ab mengindikasikan bahwa nilai tersebut tidak berbeda nyata baik dengan a maupun dengan b namun a dan b berbeda nyata.

N1L1 = 1 : 1 : 1 dan Tuban N3L1 = 2 : 0 : 1 dan Tuban N1L2 = 1 : 1 : 1 dan Gresik N3L2 = 2 : 0 : 1 dan Gresik N1L3 = 1 : 1 : 1 dan Bangkalan N3L3 = 2 : 0 : 1 dan Bangkalan N2L1 = 1 : 2 : 0 dan Tuban N4L1 = 0 : 1 : 2 dan Tuban N2L2 = 1 : 2 : 0 dan Gresik N4L2 = 0 : 1 : 2 dan Gresik N2L3 = 1 : 2 : 0 dan Bangkalan N4L3 = 0 : 1 : 2 dan Bangkalan

(5)

3 2 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0,0 Lokasi R at a-R at a Be ra t Ke ri ng N1 N2 N3 N4 N0 Komposisi

Gambar 3. Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Rata-rata Berat Kering Tanaman Sawi Hijau (B. rapa var. parachinensis L.).

Keterangan : Komposisi BPN : BPF : Mikoriza dan lokasi untuk:

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa interaksi perlakuan komposisi pupuk hayati dan lokasi pengambilan tanah berpengaruh signifikan terhadap berat kering. Hasil pengamatan berat kering tanaman sawi ditunjukkan dalam Tabel 6. dan Gambar 3.

Perlakuan komposisi pupuk hayati memberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata berat kering tanaman sawi jika dikombinasikan dengan tanah yang diambil dari lokasi berbeda. Masing-masing tanah memiliki sifat kimia seperti kandungan bahan organik yang berbeda. Bahan organik dibutuhkan mikroorganisme tanah sebagai sumber energi untuk aktivitas metabolismenya [16]. Selain disebabkan oleh sifat kimia tanah, hal ini juga disebabkan oleh perbedaan sifat fisika pada masing-masing tanah.

Tanaman sawi pada perlakuan N0L1 ternyata mampu tumbuh karena kebutuhan unsur hara pada tanaman tercukupi dan tekstur tanah yang baik. Tekstur tanah pada tanah yang diambil dari Tuban memiliki kriteria lempung berdebu dengan perbandingan pasir, debu, dan liat yang seimbang. Berdasarkan hasil analisa kimia tanah, kandungan C-organik, N-total, dan P2SO5

Kode Komposisi Pupuk Hayati (N)

pada tanah Tuban memiliki kriteria sedang sampai tinggi.

Berat kering yang rendah pada perlakuan lain dapat diduga akibat bakteri penambat nitrogen, bakteri pelarut fosfat maupun mikoriza tidak saling bersinergis dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Bakteri dapat digunakan sebagai suplemen hara yang meningkatkan produksi tanaman. Namun jika mikroba di tambahkan terlalu banyak, maka akan terjadi persaingan nutrient untuk pertumbuhan bakteri, sehingga menurunkan daya kerja dan pertumbuhan bakteri [19]. Bakteri tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh [20].

4). Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau (B. rapa var. parachinensis L.).

Daun merupakan organ penting tanaman yang berperan dalam proses fotosintesis karena memiliki klorofil. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan proses fotosintesis semakin banyak [9].

Tabel 7. Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau (B. rapa var. parachinensis L.).

Lokasi Pengambilan Tanah (L) L1 L2 L3 5 N1 a 5 a 4 b 6 N2 a 6 a 5 b 5 N3 a 5 a 4 b 5 N4 a 6 a 4 b 7 N0 a 4 a 5 b

Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama artinya tidak ada perbedaan nyata antar perlakuan dan jika ada perbedaan huruf maka artinya ada perbedaan nyata antar perlakuan. 3 2 1 6,5 6,0 5,5 5,0 4,5 4,0 3,5 3,0 Lokasi R at a-R at a Ju m la h D au n N1 N2 N3 N4 N0 Komposisi

Gambar 4. Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau (B. rapa var. parachinensis L.).

Keterangan : Komposisi BPN : BPF : Mikoriza dan lokasi untuk:

Berdasarkan hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa interaksi perlakuan komposisi pupuk hayati dan lokasi pengambilan tanah tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah daun. Hal ini diduga karena jumlah daun lebih dipengaruhi oleh faktor lain seperti genetis dan faktor lingkungan lain.

Lokasi pengambilan tanah berpengaruh signifikan terhadap jumlah daun tanaman sawi hijau. Berdasarkan uji Tukey dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah daun tanaman sawi hijau pada lokasi 3 (Bangkalan) berbeda nyata dengan rata-rata jumlah daun tanaman sawi hijau pada lokasi 1 (Tuban) dan 2 (Gresik). Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun tanaman sawi hijau ditunjukkan dalam Tabel 7. dan Gambar 4.

N1L1 = 1 : 1 : 1 dan Tuban N3L1 = 2 : 0 : 1 dan Tuban N1L2 = 1 : 1 : 1 dan Gresik N3L2 = 2 : 0 : 1 dan Gresik N1L3 = 1 : 1 : 1 dan Bangkalan N3L3 = 2 : 0 : 1 dan Bangkalan N2L1 = 1 : 2 : 0 dan Tuban N4L1 = 0 : 1 : 2 dan Tuban N2L2 = 1 : 2 : 0 dan Gresik N4L2 = 0 : 1 : 2 dan Gresik N2L3 = 1 : 2 : 0 dan Bangkalan N4L3 = 0 : 1 : 2 dan Bangkalan

N1L1 = 1 : 1 : 1 dan Tuban N3L1 = 2 : 0 : 1 dan Tuban N1L2 = 1 : 1 : 1 dan Gresik N3L2 = 2 : 0 : 1 dan Gresik N1L3 = 1 : 1 : 1 dan Bangkalan N3L3 = 2 : 0 : 1 dan Bangkalan N2L1 = 1 : 2 : 0 dan Tuban N4L1 = 0 : 1 : 2 dan Tuban N2L2 = 1 : 2 : 0 dan Gresik N4L2 = 0 : 1 : 2 dan Gresik N2L3 = 1 : 2 : 0 dan Bangkalan N4L3 = 0 : 1 : 2 dan Bangkalan

(6)

Perbedaan signifikan antar tanah disebabkan oleh sifat fisika dan kimia tanah yang berbeda. Komponen pasir, debu, dan liat pada tanah yang diambil dari Tuban dan Gresik memiliki perbandingan seimbang sedangkan komponen pasir, debu, dan liat pada tanah Bangkalan memiliki perbandingan tidak seimbang dengan didominasi komponen debu 84%. Kandungan unsur hara pada tanah Bangkalan memiliki kriteria yang rendah atau sangat rendah. Sedangkan tanah Tuban dan Gresik memiliki kriteria sedang hingga tinggi.

Jumlah daun tanaman sawi hijau berkaitan erat dengan tinggi tanaman. Tanaman sawi hijau memiliki batang yang beruas. Batang merupakan tempat melekatnya daun-daun, dimana tempat melengketnya daun disebut buku. Semakin tinggi batang maka buku dan ruas daun semakin banyak sehingga jumlah daun meningkat [9].

5). Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Panjang Akar Tanaman Sawi Hijau (B. rapa var. parachinensis L.).

Fosfat berfungsi merangsang pertumbuhan akar. Selain fosfat, tanaman membutuhkan nitrogen bagi pertumbuhannya yaitu untuk pembentukan dan pembelahan sel [9].

Tabel 8. Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Rata-Rata Panjang Akar Tanaman Sawi Hijau (B. rapa var. parachinensis L.).

Kode Komposisi Pupuk Hayati (N)

Lokasi Pengambilan Tanah (L)

L1 L2 L3 20,13 N1 a 15,43a 9,1a 10,53 N2 a 11,7a 15a 15,4 N3 a 15,33a 6,77a 15,93 N4 a 9a 17,3a 17,2 N0 a 7,23a 13a

Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama artinya tidak ada perbedaan nyata antar perlakuan. 3 2 1 20,0 17,5 15,0 12,5 10,0 7,5 5,0 Lokasi R at a-ra ta P an ja ng A ka r N1 N2 N3 N4 N0 Komposisi

Gambar 5. Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi Pengambilan Tanah terhadap Rata-rata Panjang Akar Tanaman Sawi Hijau (B. rapa var. parachinensis L.).

Keterangan : Komposisi BPN : BPF : Mikoriza dan lokasi untuk:

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa interaksi perlakuan komposisi pupuk hayati dan lokasi pengambilan tanah tidak berpengaruh signifikan terhadap panjang akar sawi hijau. dimana nilai P adalah > 0,05 yaitu 0,064. Lokasi pengambilan tanah tidak berpengaruh signifikan terhadap panjang akar sawi hijau dimana nilai P = 0,05. Komposisi pupuk hayati juga tidak berpengaruh signifikan terhadap panjang akar sawi hijau dimana nilai P adalah > 0,05 yaitu 0,568.

Pada penelitian ini panjang akar tidak berbeda nyata diduga karena distribusi asimilat lebih banyak ke arah pertumbuhan tajuk. Pada tanaman sawi, berat kering tajuk diharapkan lebih tinggi karena hasil produksi yang dimanfaatkan adalah daun.

Pertumbuhan akar memacu pertumbuhan tajuk karena adanya sifat homeostasis untuk menjaga keseimbangan akar dan tajuk. Besarnya rasio tajuk/akar tergantung spesies, umur,kondisi lingkungan dan musim tumbuh. Tajuk yang sedang berkembang merupakan sink (pemakai) yang lebih kuat, sedangkan akar merupakan sink yang lebih lemah. Sink yang kuat pada saat pertumbuhan vegetatif adalah pucuk daun yang sedang membesar. Namun setelah daun menjadi source (penghasil) terjadi perubahan pembagian asimilat ke organ lain seperti akar dan batang [21].

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN

Interaksi perlakuan komposisi pupuk hayati dan lokasi pengambilan tanah berpengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman, luas daun, dan berat kering tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah daun dan panjang akar sawi hijau.

DAFTARPUSTAKA

[1] Mezuan, dan Handayani, I.P., Inoriah, Entang, “Penerapan Formulasi Pupuk Hayati untuk Budidaya Padi Gogo : Studi Rumah Kaca”, Jurnal

Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Vol 4 (2002) 1.

[2] Simanungkalit, R.D.M, “Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia: Suatu Pendekatan Terpadu”, Buletin Agrobio Vol 4 (2001) 56-61.

[3] Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Buku Laporan Status Lingkungan

Hidup Daerah Provinsi Jawa Timur, Surabaya: Badan Lingkungan

Hidup (2010).

[4] Purwani, Jati, Pengaruh Mikroba Konsorsia Azotobacter sp. dan

Pseudomonas sp. terhadap Hasil Caism pada Tanah Masam Ultisol Jasinga. Bogor: Balai Penelitian Tanah (2012).

[5] Muraleedharan, H., Seshadri, S., dan Perumal, K, Biofertilizer

(Phosphobacteria). Chennai: Shri AMM Murugappa Chettiar Research

Centre Taramani (2010).

[6] Nurhidayati, T., dan Hidayati, T, “Potensi Rhizobium dan Mikoriza Arbuskula dalam Efisiensi Penyerapan Nutrien sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Kacang Hijau (Vigna radiata) Pada Lahan Pesisir. Penelitian Dosen Muda (LITMUD)”. Jakarta: Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (2008).

[7] Setiawati, R., Teknik Perbanyakan Mikoriza. Workshop dan Pelatihan

Agroekosistem pada Budidaya Tanaman Tembakau. Surabaya:

Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2010).

[8] Espiritu, B. M, “Use of compost with microbial inoculation in container media for mungbean (Vigna radiata L. Wilckzek) and pechay (Brassica napus L.)”, J. ISSAAS Vol 17 (2011) 160-168.

[9] Mohamad, Risnawaty, “Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim (Brassica Rapa L.) Akibat Pemberian Pupuk Kotoran Sapi Olahan Biogas di Kelurahan Dulomo Utara Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo”, Sikripsi. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo (2013).

N1L1 = 1 : 1 : 1 dan Tuban N3L1 = 2 : 0 : 1 dan Tuban N1L2 = 1 : 1 : 1 dan Gresik N3L2 = 2 : 0 : 1 dan Gresik N1L3 = 1 : 1 : 1 dan Bangkalan N3L3 = 2 : 0 : 1 dan Bangkalan N2L1 = 1 : 2 : 0 dan Tuban N4L1 = 0 : 1 : 2 dan Tuban N2L2 = 1 : 2 : 0 dan Gresik N4L2 = 0 : 1 : 2 dan Gresik N2L3 = 1 : 2 : 0 dan Bangkalan N4L3 = 0 : 1 : 2 dan Bangkalan

(7)

[10] Gustia, Helfi, “Pengaruh Penambahan Sekam Bakar Pada Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)”,

E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan Vol 1 (013) 12-17.

[11] Nurshanti, Dora Fatma.. “Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brasicca Juncea L) dengan Tiga Varietas Berbeda”, Agronobis Vol 2 (4). (2009).

[12] Ningsih, Resky, “Bioaugmentasi Bakteri Pelarut Fosfat Genus Bacillus pada Modifikasi Media Tanam Pasir dan Kompos (1:1) untuk Pertumbuhan Tanaman Sawi”, Skripsi. Surabaya: Jurusan Biologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (2012).

[13] Datta, J.K., Sikdar, M.S., Banerjee, A., dan Mondal, N.K., “Screening of Mustard Varieties under Combined Dose of Fertilizers and Subsequent Soil Health and Biodiversity in Old Alluvial Soil of Burdwan, West Bengal, India”, Academic Journal of Plant Sciences Vol 5 (2012) 76-83 [14] Hardjowigeno, S, Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo (1995). [15] Herman, Maman dan Pranowo, Dibyo, “Pengaruh Mikroba Pelarut Fosfat

terhadap pertumbuhan dan Serapan Hara P Benih Kakao (Theobroma Cacao L.)”, Buletin RISTRI Vol 4 (2013) 129-138

[16]

[17] Suwarno, Safar. 2011. “Sifat Fisika Tanah”. <http://epetani.deptan.go.id/> [2 Agustus 2014].

Havlin, J. L., J. D. Beaton, S. L. Tisdale, and W. L. Nelson. “Soil Fertility and Fertilizers. New Jersey: Sixth Ed. Prentice Hall (1999).

[18] Daniel, T. W., J. A. Helms dan F. S. Baker, Prinsip-Prinsip Silvikultur, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press (1992).

[19] Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi, World vegetables. Principles,

Production, and Nutritve Values, New York: Chapman and Hal (1997).

[20] Doeswono, Pengaruh Bahan Organik terhadap Produksi Tanaman, Jakarta: Akadimika Prosondo (1983).

[21] Salisbury, F.B dan C. W. Ross, Fisiologi Tumbuhan, Jilid 1. Diterjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumarjono. Bandung: ITB Press (1995).

Gambar

Tabel  1.  Kombinasi Perlakuan Komposisi Pupuk Hayati dan  Lokasi Pengambilan Media Tanah
Tabel  5.  Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi  Pengambilan Tanah terhadap Rata-rata Luas Daun Tanaman  Sawi Hijau (B
Gambar  3.  Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi  Pengambilan Tanah terhadap Rata-rata Berat Kering  Tanaman Sawi Hijau (B
Tabel  8.  Pengaruh Komposisi Pupuk Hayati dan Lokasi  Pengambilan Tanah terhadap Rata-Rata Panjang Akar  Tanaman Sawi Hijau (B

Referensi

Dokumen terkait

Dari tiga teori yang dikembangkan Bruner, dipilih Teori Tahap-tahap Belajar, karena penyebab utama masalah pembelajaran bangun datar sederhana adalah proses belajar

Semua itu merupakan ‘ibrah ‘pelajaran’ bagi para aktivis dakwah, bahawa orang-orang yang telah mempertaruhkan dirinya untuk berdakwah, tidak boleh tidak, ia akan berhadapan

Analisis ragam pengaruh berbagai taraf penurunan Kadar Air benih terhadap beberapa tolok ukur viabilitas benih (Tabel Lampiran 1) menunjukkan bahwa faktor penurunan Kadar Air

3 Jika terdapat penggabungan kata antara nomina dengan pendamping nomina-nya (di, pada, dari, ke, kepada) sebelum kata ‘adalah’, ‘ialah’ dan membentuk makna lokasi, maka kalimat

Evaluasi terhadap kinerja sistem IOCS adalah berdasarkan sudut pandang pengguna internal di perusahaan dan dilakukan pada PT Garuda Indonesia Tbk yang merupakan flag carrier

Maksud dan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk; 1) Mengetahui sistem keuangan yang berjalan pada Apotek Pharm 24. 2) Melakukan pengolahan akuntansi pada Apotek Pharm 24

CTT memiliki beberapa kelemahan yaitu: (1) tingkat kesukaran dan daya beda butir soal tergantung pada kelompok peserta yang mengerjakannya, (2) penggunaan metode dan teknik

Nilai yang terdapat dalam cuplikan teks di atas adalah selalu berusaha untuk melakukan apapun demi orang yang disayangi dengan memberikan perhatian dan