• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan kognitif. Kemampuan intelektual ini ditandai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan kognitif. Kemampuan intelektual ini ditandai"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kanak-kanak akhir disebut juga sebagai usia sekolah dasar. Pada periode ini, anak dituntut untuk melaksanakan tugas belajar yang membutuhkan kemampuan intelektual dan kognitif. Kemampuan intelektual ini ditandai dengan anak mampu menerima pelajaran secara sistematis dan berkelanjutan yang dapat dilihat selama proses belajar (Mubin, 2006). Belajar merupakan proses dalam memperoleh ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk menghasilkan perubahan dalam pemahaman, pengetahuan dan daya analisis. Untuk mengetahui seberapa besar pemahaman anak dalam belajar dilakukan penilaian belajar, melalui pertanyaan secara lisan dan tertulis (Chairinniza, 2007).

Hasil dari penilaian belajar disebut dengan istilah prestasi akademik (Chaplin, 1997). Prestasi akademik merupakan hasil yang diperoleh anak yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka rapor yang membedakan antara anak yang berprestasi dan yang kurang berprestasi (Chaplin, 1997). Nilai atau angka rapor yang baik mengindikasikan keberhasilan anak di sekolah, sebaliknya apabila anak mendapatkan nilai rapor yang kurang baik mengindikasikan anak mengalami kegagalan. Prestasi akademik yang baik di sekolah biasanya dapat memotivasi anak untuk belajar lebih giat (Suryadinata, 1999). Peningkatan prestasi akademik yang diperoleh anak di sekolah salah satunya dipengaruhi oleh cara orang tua dalam mendidik anak, orang tua yang sangat berperan aktif

(2)

dalam aktifitas belajar anak akan menghasilkan prestasi akademik yang baik (Chairinniza, 2007).

Cara mendidik dipengaruhi oleh latar belakang budaya. Latar belakang budaya yang berbeda akan menghasilkan cara mendidik yang berbeda sehingga menyebabkan prestasi akademik yang berbeda pada setiap budaya (Chao dalam Darling & Stenberg, 1993). Pada Masyarakat Tionghoa, keberhasilan atau prestasi akademik di sekolah merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dilatar belakangi oleh beberapa prinsip yang dipegang oleh Tionghoa, yaitu orang tua Tionghoa menuntut anak untuk bekerja keras dan lebih giat dalam belajar, ditambah lagi dengan disiplin terhadap waktu guna menghasilkan prestasi akademik yang baik. Prestasi akademik yang baik mengindikasikan keberhasilan orang tua Tionghoa dalam mendidik anak (Maloedyn, 2010). Prestasi akademik yang diperoleh anak Tionghoa diindikasikan sebagai kerja keras atau usaha yang dilakukan oleh anak (Santrock, 2003).

Sebaliknya, pada Non-Tionghoa orang tua cenderung bersikap pasif kepada anak sehingga anak sulit berpikir dan berinisiatif. Ditambah lagi dengan kurangnya keterlibatan orang tua dalam belajar dan kurangnya pemberian dorongan atau motivasi menyebabkan orang tua kurang memahami dan mengetahui kelemahan dan kelebihan anak dalam belajar sehingga menyebabkan prestasi akademik anak Non-Tionghoa cenderung lebih rendah dibandingkan dengan anak Tionghoa (Sugito, 2007).

Hal ini selaras dengan hasil penelitian international mathematic and

(3)

Non-Tionghoa mempunyai kemampuan lebih rendah dari anak Non-Tionghoa dalam bidang studi matematika sehingga prestasi akademik yang diperoleh anak Non-Tionghoa cenderung kurang baik (Gunarsa, 2004). Didukung juga oleh hasil olimpiade fisika Asia tahun 2008 yang menyatakan bahwa anak Tionghoa menduduki tingkat pertama dalam olimpiade tersebut (Mendiknas, 2012).

Selain pengaruh latar belakang budaya, prestasi akademik juga dipengaruhi oleh faktor keluarga. Keluarga dalam hal ini orang tua merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pencapaian prestasi akademik (Dalyono, 2007). Keluarga merupakan lembaga utama dalam mendidik dan membimbing anak untuk menjadikan anak menjadi pribadi yang cerdas (Chairinniza, 2007). Untuk mendukung hal ini, anak membutuhkan bantuan orang tua dalam mencapai keberhasilan anak di sekolah melalui peran aktif orang tua dalam aktivitas belajar anak dan mengajarkan disiplin terhadap waktu. Disiplin terhadap waktu ini dapat mendukung perkembangan kognitif dan prestasi akademik anak di sekolah (Gunarsa, 2004). Orang tua mempunyai peran yang penting dalam membentuk anak berprestasi karena orang tua merupakan salah satu potensi besar dan positif yang memberikan pengaruh pada prestasi anak, khususnya dalam hal mendorong potensi anak (Tu’u dalam kartika, 2008). Peran tersebut diterapkan oleh orang tua melalui pola asuh (Hurlock dalam Kartika, 2008).

Pola asuh adalah sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua meliputi cara orang tua menunjukkan otoritasnya dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya (Kohn dalam

(4)

Tarmudji, 2001). Baumrind (dalam Hetherington & Parke, 1975) membagi pola asuh menjadi 3, yaitu pola asuh autoritarian, authoritative, dan permissive. Pertama, pola asuh authoritarian menggambarkan orang tua yang berperilaku kasar, tidak resposif terhadap kebutuhan anak, dan memandang anak perlu untuk dikontrol. Kedua, pola asuh authoritative menggambarkan orang tua yang hangat, suportif, menuntut perilaku yang baik, tegas, terbuka, rasional. Ketiga, pola asuh permissive menggambarkan orang tua yang tidak konsisten terhadap kedisiplinan. Sementara Maccoby & Martin (dalam Papalia, 2008) menambahkan satu jenis pola asuh yaitu pola asuh uninvolved. Pola asuh ini menggambarkan orang tua yang hanya fokus pada kebutuhannya sendiri dibandingkan dengan kebutuhan anak.

Setiap orang tua, menerapkan pola asuh yang berbeda-beda (Chao dalam Darling & Stenberg, 2003). Menurut Baumrind (dalam Santrock, 1998) dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan orang tua menggunakan kombinasi dari semua pola asuh yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh akan terlihat lebih dominan dari pola asuh lainnya dan sifatnya hampir stabil sepanjang waktu. Pola asuh yang diterapkan oleh setiap budaya berbeda-beda termasuk cara mendidik anak yang dapat mempengaruhi prestasi akademik di sekolah (Parke & Gauvain, 2009).

Menurut Zhao (dalam Papalia, 2008) pola asuh yang diterapkan oleh keluarga Tionghoa adalah autoritarian yaitu orang tua menekankan kepada anak untuk hormat kepada yang lebih tua dan mengajarkan perilaku yang tepat secara sosial yang dilaksanakan dengan menggunakan kontrol yang ketat.

(5)

Orang tua juga memberikan perintah atau aturan-aturan kepada anak-anak agar anak berusaha sebaik mungkin untuk memperoleh hasil yang maksimal di sekolah (Amy, 2002). Sementara menurut Chao (dalam Parke & Gauvain, 1994) pola asuh yang diterapkan oleh keluarga Tionghoa adalah authoritative, yaitu orang tua berperan sebagai pengajar dan melatih anak dalam belajar. Orang tua juga memberikan kontrol kepada anak tetapi tidak mendominasi anak mereka.

Sebaliknya, pola asuh yang diterapkan oleh Non-Tionghoa adalah cenderung permissive. Hal ini didasarkan oleh hasil riset Geertz tahun 2007 yang menyatakan bahwa orang tua Non-Tionghoa cenderung memberikan aturan kepada anak tanpa ada alasan yang jelas, kurangnya usaha orang tua dalam mengembangkan inisiatif anak, membiasakan anak untuk mengambil keputusan secara pasif dan tidak memberikan dorongan emosional. Ditambah lagi dengan kurangnya keterlibatan orang tua dalam aktifitas belajar dan kedisiplinan waktu yang menyebabkan orang tua kurang memahami kelemahan anak dalam belajar (Sugito, 2007).

Sehubungan dengan hal diatas dapat dikatakan bahwa masa kanak-kanak akhir merupakan masa usia sekolah dasar. Pada masa ini anak memandang bahwa nilai atau angka rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi akademik di sekolah. Prestasi akademik yang baik mengindikasikan anak berhasil di sekolah. Untuk mendukung hal ini dibutuhkan keterlibatan keluarga sebagai lembaga utama yang mendidik dan mengasuh anak, keluarga yang terlibat aktif dalam belajar anak akan mendukung keberhasilan anak di sekolah

(6)

(Gunarsa, 2004). Selain itu orang tua berperan penting untuk membentuk anak yang berprestasi. Peran tersebut melalui pola asuh orang tua (Hurlock dalam Kartika, 2008). Pola asuh yang berbeda akan menghasilkan prestasi akademik yang berbeda (Parke & Gauvain, 2009). Pola asuh dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang menyebabkan perbedaan prestasi akademik pada setiap budaya (Chao, 1994).

Hal ini menarik perhatian peneliti untuk melihat pengaruh pola asuh

permissive, authoritharian, authoritative, dan uninvolved terhadap prestasi

akademik yang diraih oleh etnis Tionghoa dan Non-Tionghoa. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian prestasi akademik ditinjau dari pola asuh dan etnis.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaan prestasi akademik ditinjau dari pola asuh

authoritative, authoritarian, permissive, dan uninvolved dan etnis yaitu

Tionghoa dan Non-Tionghoa

C. Tujuan Penelitian

Untuk melihat perbedaan prestasi akademik ditinjau dari pola asuh

authoritative, authoritarian, permissive, dan uninvolved dan etnis yaitu

(7)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu Psikologi, terutama Psikologi perkembangan terutama hal mengenai pola asuh yang diterapkan oleh etnis Tionghoa dan Non-Tionghoa dalam prestasi akademik.

2. Manfaat praktis a. Orang Tua

Diharapkan hasil penelitian ini memberikan informasi kepada orang tua agar orang tua dapat menerapkan pola asuh yang tepat guna mendukung prestasi akademik yang baik

b. Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini adalah : BAB I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

(8)

BAB II : Landasan Teori

Berisi teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari pengertian prestasi akademik, faktor yang mempengaruhi prestasi akademik,ciri-ciri individu yang berprestasi,pengertian pola asuh, dimensi pola asuh, aspek-aspek pola asuh, jenis-jenis pola asuh, aspek perkembangan kanak-kanak akhir, praktik pengasuhan orang tua Tionghoa, praktik pengasuhan orang tua Non-Tionghoa, prestasi akademik ditinjau dari pola asuh dan etnis serta hipotesa penelitian BAB III: Metode Penelitian

Berisi mengenai identifikasi variabel penelitian,populasi, sampel, pengambilan sampel, defenisi operasional, jumlah sampel, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, Prosedur Pelaksanaan Penelitian, Metode analisa data

BAB IV: Hasil Analisis Data

Bab ini peneliti menjabarkan hasil dari analisis datanya kedalam bentuk penjelasan yang lebih terperinci dan runtut disertai dengan data yang mendukungnya.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan berisi jawaban dari pertanyaan penelitian sebagaimana yang dituangkan dalam perumusan masalah penelitian. Saran diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang menjadi referensi penulis dalam skripsi ini adalah skrips ini membahas tentang pengaruh komunikasi persuasif Personal Sales terhadap keputusan pembelian

Jaw aban dibukt ikan dengan daft ar rat a-rat a nilai uji kompet ensi mat a pelajaran produkt if t ahun t erakhir dan hasil penet apan kompet ensi sisw a sesuai dengan

Dari tabel VI.3. dapat kita lihat bahwasanya kedisiplinan yang terdapat pada PT. Ramayana Lestari Semtosa Panam Square dikategorikan bagus, adapun responden

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah biaya produksi,penerimaan dan keuntungan usaha pupuk organik CV Agroniaga Mandiri Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang

Ini bisa menjadi salah satu penjelasan mengapa remaja wanita dalam hal ini siswi SMA Islam Al Azhar 2 tidak begitu memperhatikan citra tubuh karena dalam berpakaian di sekolah

Di dalam sistem ini, pemain dapat melihat hasil kerjanya dalam permainan ini yang berupa Trophy yang diperoleh dari pencapaiannya di Story Mode dan juga High Score yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun pelaksanaan diklatpim IV pada tahun 2014 di Kabupaten Pringsewu telah menggunakan pola baru dengan perubahan kurikulum, penekanan

c) Direktur selain berperan sebagai koordinator, juga berperan sebagai negosiator bayangan, yang mernbantu melakukan penawaran kepada pelanggan. Selain itu menjadi