• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

60

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data Sekunder

4.1.1. Sejarah Perusahaan

PT . Chingluh Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan sepatu yang berlokasi di Jl. raya serang KM 16 cikupa, kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Perusahaan ini merupakan perusahaan perseorangan yang bergerak dibidang pertextilan. Perusahaan ini memproduksi sepatu sport atau sepatu olah raga dan sepatu skate ( Running ) dengan merek ADIDAS.

PT. Chingluh Indonesia telah mengekspor sepatu merek Adidas ini ke beberapa Negara seperti ke negara-negara di eropa dan amerika latin serta ke negara-negara di asia. Untuk masalah pemasaran sepenuhnya merupakan tugas dan wewenang dari pemegang lisensi yg memliki kantor perwakilan di PT. Chingluh Indonesia. Nilai ekspor sepatu olah raga ini dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, hal ini tentunya menambah jumlah orderan di PT. Chingluh Indonesia.

(2)

61 4.1.2. Proses Produksi di PT. Chingluh Indonesia

Industri sepatu adalah industri yang padat karya dalam melaksanakan proses produksinya. Secara garis besar, proses produksi sepatu olahraga yang dilakukan di PT. Chingluh Indonesia terbagi dalam 7 tahap proses produksi yaitu : Rubber Mill, Hot Press, Trimming

dan Skyving, Stock Fit, Cutting, Stitching, dan Assembling.

1. Proses Rubber Mill

Rubber Mill merupakan proses pembuatan bahan baku

outsole sepatu. Bahan baku pembuatan outsole tersebut dapat berupa karet alam atau karet sintesis sesuai dengan model sepatunya. Pada proses ini, karet yang telah diproses ditambahkan bahan kimia yang diperlukan lalu kemudian diaduk, digiling serta ditipiskan. Keseluruhan proses ini dilakukan dengan permesinan. Untuk pembuatan Spons, karet yang telah diolah tersebut dimasukkan kedalam oven untuk mendapatkan proses kimia yang diinginkan. Untuk pembuatan outsole karet yang telah diolah tersebut selanjutnya ditambahkan dengan zat pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan , kemudian diaduk dan digiling

(3)

62 untuk mendapatkan bahan baku outsole. Bahan baku outsole ini kemudian diproses lebih lanjut pada bagian Hot press.

2. Proses Hot Press

Hot press adalah proses pencetakan outsole dengan

menggunakan panas dan tekanan. Pada bagian ini bahan baku outsole berupa adonan karet alam atau karet sintetis yang telah ditambah zat pewarna dan zat lainnya dicetak dengan cara dimasukkan kedalam Mold sesuai dengan model dan ukuran sepatu untuk kemudian di press dengan mesin press yang memiliki suhu tertentu. Mold dapat berasal dari vendor PT. Chingluh Indonesia.

3. Proses Stock Fit

Stock fit adalah proses pembuatan sol sepatu dengan cara

menyatukan outsole dan midsole dengan menggunakan bahan perekat. Bila diperlukan maka pada stock fit juga dilakukan penjahitan untuk memperkuat proses penyatuan sol. Bila proses penyatuan telah selesai maka selanjutnya menunggu hasil proses cutting dan stitching untuk kemudian dibawa ke bagian assembling guna proses penyatuan bagian atas ( upper ) dan bagian bawah sepatu ( bottom ) sehingga menjadi sebuah sepatu.

(4)

63 4. Cutting

Pada proses ini, material dipotong – potong dengan menggunakan Cutting Dies yang telah berbentuk pola – pola dasar bahan upper dan komponen – komponen lain sepatu. Bahan baku yang berupa kain atau pun kulit ( leather ) dipotong membentuk pola-pola yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Preparation – Stitching

Potongan – potongan bahan hasil dari proses Cutting selanjutnya diproses pada bagian Preparation – Stitching untuk disatukan dengan menggunakan mesin lem, press dan jahit. Penjahitan dilakukan sesuai dengan pola yang telah dibuat dan menggunakan benang sesuai dengan model sepatu yang telah direncanakan. Bersamaan dengan proses penjahitan, bila diperlukan maka dilakukan juga proses pelapisan atau penambahan spond (foam/busa) untuk bagian dalam sepatu dengan cara manual yaitu dengan cara direkatkan dengan lem khusus. Berikut ini adalah proses kerja yg ada diproses Preparation – Stitching :

(5)

64

Tabel 4.1. Proses – proses kerja pada line preparation – stitching

MACHINE TYPE NAMA PROSES

Hotmelt spray Tempel toe box ke vamp

Hotmelt spray Lem vamp

Manual Tempel eyestay rienf ke vamp lining

Folded Folded vamp lining

Manual Tempel vamp lining ke vamp

PBN2 Jahit double eyestay opening

Pounch Pounching vamp

Manual Tempel heel reinf ke heel

Manual Tempel Quarter olay med underlay ke heel cap

Manual Tempel collar reinf ke heel cap

Computer JUKI Jahit variasi tongue

PBN1 Jahit tepi heel lining

PBN1 Jahit tepi tongue

PBN1 Jahit balik vamp dan heel cap

Folded Folded heel cap

Hammer Hammering heel cap

PBN2 Jahit double heel

PBN1 Jahit balik collar lining

(6)

65 MACHINE TYPE NAMA PROSES

Hotmelt spray Lem & tempel collar foam + Lem balik collar lining Manual Balik & tonjok collar lining

Hammering Hammering upper ( area collar )

PBN1 Jahit tepi bawah cooler lining

Pounch Pounching eyestay

PBN1 Jahit tongue ke upper

Manual Cleaning + Blower

Manual Packaging

6. Assembling

Pada bagian Assembling ini, bahan upper yang telah dijahit pada proses sebelumnya akan dirakit menjadi sepasang sepatu. Tahap perakitan dimulai dengan proses Lasting yaitu proses pemasangan bagian atas sepatu ( upper ) sesuai dengan ukuran / nomor ( size ) sepatu pada Laste. Lasting dilakukan secara bertahap mulai dari bagian depan ( Toe ) dengan menggunakan mesin Toe

Last, bagian samping dan bagian belakang ( Heel ) dengan

(7)

66 mesin tekan ( press machine ) dengan menggunakan lem perekat sebelum di press. Setelah proses lasting dilakukan selanjutnya dimasukkan kedalam mesin Heater ( mesin pemanas ) dengan temperature atau suhu tertentu. Proses ini bertujuan agar bagian atas sepatu benar – benar merekat dan pas dengan ukuran yang diinginkan serta untuk membakukan bentuk sepatu sesuai dengan ukurannya. Setelah itu dilakukan proses pengambilan dari mesin

heater dan diberi nomor yang telah diseuaikan dengan outsole-nya,

lalu proses selanjutnya memberi marking pada upper-nya agar proses pengelemannya tidak terlalu berlebihan.

Selanjutnya adalah proses pengeleman ( primer &

cementing ) dan proses perekatan bagian upper dan bagian outsole

(bottom) dengan menggunakan lem tertentu sesuai dengan jenis bahan sepatu yang digunakan. Pekerjaan penggabungan ini masih dilakukan dengan cara manual yakni ditekan, penekanan ini dilakukan pada bagian bottom secara bergantian yang diawali dengan bagian samping kemudian bagian muka atau depan dan selanjutnya bagian belakang. Setelah itu di press dengan mesin (press universal). Setelah proses penggabungan itu selesai maka sepatu tersebut dimasukkan kedalam mesin Chiller ( mesin pendingin ) yang bertujuan agar lem tersebut cepat kering.

(8)

67 Pada proses selanjutnya yaitu Finishing, dilakukan pembersihan terhadap bagian – bagian sepatu yang kotor terkena sisa lem. Selain itu juga dilakukan pemberian tali sepatu serta pemasangan insole. Sebelum sepatu dikemas kedalam kotak atau yang disebut dengan inner box, sepatu – sepatu yang telah selesai diproduksi harus dicek terlebih dahulu oleh bagian Quality Control apakah sudah sesuai dengan standarisasi permintaan buyer seperti sample yang ada.

Bila semua telah selesai maka dilakukan pengepakan menggunakan kemasan ( inner box ) yang telah disiapkan sesuai dengan ukuran sepatu dan modelnya. Kemasan – kemasan tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam outer box atau Dus dan selanjutnya diberi label “QC Checked” yang artinya sudah oke dan siap untuk di distribusikan sesuai dengan jumlah order yang diminta oleh negara – negara pembeli.

(9)

68 4.2. Sistem Produksi Sepatu

Tabel 4.2. Alur Pembuatan Sepatu

Sistem Produksi Sepatu adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh manusia dan mesin untuk mengolah material menjadi sepatu.

Sistem Pembuatan Sepatu terdiri dari proses pembuatan Upper, proses

pembuatan bottom, proses perakitan ( Assembling ) dan proses pengemasan sepatu ( Packaging ).

4.2.1 Proses Flow Chart

Proses Flow chart atau peta aliran proses merupakan kumpulan lembaran yang berisi spesifikasi sepatu, gambar komponen-komponen sepatu dan urutan proses pembuatan sepatu yang harus dijalankan untuk menghasilkan sepasang sepatu ADIDAS yang berkualitas bagus.

OUTPUT INPUT

PROSES

QC CHECKED PROSES

(10)

69

Tabel 4.2.1. Diagram Precedance Pembuatan Sepatu Soccer

dimana :

1. Supplier bahan baku 2. Proses Rubber Mill 3. Raw material pada WH 4. Poses subcont cutting 5. Proses hot press 6. Proses cutting pola

7. Proses printing dan emboss 8. Stockfitting 9. Proses preparation 10. Proses stitching 11. Proses assembling 2 1 9 13 5 8 10 11 12 3 6 4 7

(11)

70 12. Scaning dan inspection

13. Final inspec

4.2.2. Komponen – Komponen Upper

Komponen – komponen Upper dihasilkan dari bagian proses Cutting material upper. Secara umum komponen upper terdiri dari 10 bagian yaitu :

Tabel 4.2.2. Contoh komponen pada Upper sepatu

No. Gambar Nama Fungsi No. Gambar Nama Fungsi

1. vamp Bagian luar sepatu 6. Heel reinf Pelindung samping kaki 2. Tongue Pelind ung kaki dari ikatan tali sepatu 7. Collar foam Busa pelindung belakang kaki

(12)

71

Lanjutan Tabel 4.2.2. Contoh komponen pada Upper sepatu

3. Heel lining Pelindu ng belakan g kaki 8. Eyest ay reinf Pelindung lubang sepatu 4. Toe box Pelindu ng jari-jari kaki 9. Heel Pelindung kaki dan penyambun g vamp & backtab 5. Vamp lining Mempe rkuat 7 melind ungi vamp 10. Heel cap (backt ab) Mencengker am bagian tumit

4.2.3. Proses Pembuatan Upper

1. Jenis material yang paling sering digunakan untuk membuat upper antara lain material kulit ( leather ), material synthetic, dan material mesh. Tetapi dalam pembuatan upper sepatu bola adalah menggunakan material synthetic.

(13)

72 2. Proses pemotongan ( Cutting process ) adalah proses memotong material menjadi pola-pola dengan menggunakan mesin cutting yang menggunakan tenaga hydrolic.

3. Preparation / Prepit adalah proses-proses yang perlu dilakukan untuk menyiapkan material yang akan dijahit, dari beberapa pola-pola potongan dijahit menjadi beberapa sub pola-pola bagian upper sepatu.

4. Proses jahit Upper ( Stitching ) adalah proses menjahit / merangkai komponen – komponen upper ( sub pola upper ) menjadi suatu bagian upper sepatu yang utuh. Proses jahit upper ini dilakukan oleh beberapa operator jahit yang ahli menjahit, urutannya proses jahit yang dilakukan harus mengikuti layout dan flow proses yang telah ditentukan team Continous Improvement.

5. Proses buttom adalah proses pembuatan bottom sepatu yang akan digabung dengan upper sepatu pada bagian assembling, prosesnya pun dimulai dari pemotongan material dengan pola dan ukuran tertentu.

6. Proses perakitan sepatu ( Assembling ) merupakan proses penggabungan upper sepatu dan bottom sepatu dengan menggunakan mesin semi otomatis. Setelah itu sepatu diberi label

(14)

73 dan dimasukkan ke dalam inner box dan outer box ( scaning &

packaging ).

4.2.4. Data Downtime

Downtime merupakan pemberhentian line yang tidak

terjadwalkan. Data downtime diperoleh berdasarkan hasil pengumpulan waktu pemberhentian line produksi yang tidak terjadwal. Data downtime yang ada di dalam PT. Chingluh Indonesia terbagi atas :

 Downtime Machine yaitu pemberhentian line yang disebabkan karena adanya kerusakan mesin.

 Downtime Process yaitu pemberhentian line yang disebabkan karena material yang tidak adanya material, cacat ditengah line atau adanya perubahan layout ( penambahan/pengurangan proses ).

Untuk dapat melakukan perhitungan jumlah BTS ( Build to

Schedule ) pada proses produksi, dapat dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Pengumpulan data hasil downtime proses dan downtime mesin setiap hari dalam satuan menit.

(15)

74 2. Setelah data downtime yang dibutuhkan telah tersedia, maka dari data tersebut akan diakumulatisikan ke dalam jumlah pasang sepatu berdasarkan standar waktu yang telah diberikan untuk menghasilkan satu pasang sepatu ( Takt time ), untuk diperhitungkan jumlah produk yang terbuang karena adanya pemberhentian proses atau mesin yang tidak terjadwalkan.

Dibawah ini contoh perhitungannya :

1 jam = 60 menit = 200 pasang ( Target produksi )

= = = 0,3 menit

Misalkan waktu downtime = 10 menit

Downtime = waktu downtime X takt time

= 10 x 0,3

= 3 pasang

Jadi, disaat terjadi downtime 10 menit maka hasil produksi kehilangan 3 pasang sepatu.

3. Hasil produksi yang terbuang didapat karena adanya proses downtime maka dari data diatas akan diperhitungkan untuk

(16)

75 menghasilkan besarnya jumlah BTS yang dihasilkan karena adanya downtime dan rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :

BTS = –( ( )) x 100%

= x 100%

= 98 %

4.2.5. Data Defect / Cacat

Data defect / cacat adalah data yang diperoleh berdasarkan hasil pengumpulan data cacat yang dihasilkan oleh proses upper dan outsole karena kualitas dari beberapa jumlah produk yang dihasilkan belum memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

Berikut adalah prosedur perhitungan jumlah BTS ( build to schedule ) pada proses produksi berdasarkan data defect.

1. Pengumpulan data defect / cacat yang dihasilkan karena upper maupun outsole yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar kualitas yang diharapkan.

2. Setelah data defect yang dibutuhkan telah tersedia maka dari data tersebut akan diakumulasikan untuk perhitungan jumlah produk

(17)

76 tanpa cacat ( A Grade ) yang dihasilkan, dan rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :

A Grade = Unit yang dijadwalkan – cacat

3. Dari data A Grade yang telah didapat dilakukan perhitungan untuk menghasilkan besarnya persentase BTS untuk proses upper dan outsole yang dihasilkan dan berikut contohnya ;

BTS = Σ

Σ x 100%

4.3. Urutan Pembuatan Line Balancing

Merupakan langkah-langkah atau urutan perhitungan line balancing sebelum model sepatu tersebut diproduksi secara massal ( tahap trial ) atau

Pre-Determinant line balancing, sampai kemudian sepatu tersebut diproduksi secara

massal lalu kemudian membuat aktual line balancing untuk dijadikan dasar melakukan improvement. Berikut langkah-langkahnya :

4.3.1. Pre-Determinant Line Balancing

Yaitu dengan system perhitungan terkomputerisasi untuk menentukan waktu standar sebuah produksi secara cepat, akurat dan

(18)

77 detail. Metode data waktu gerakan atau dalam industri sepatu dikenal dengan nama Line Balancing Sheet.

Tahap-tahap menentukan cycle time ( Standard Minutes ) :

1. Obesrvasi dilapangan untuk mengetahui proses kerja

2. Analisa urutan elemen proses kerja

3. Menyusun elemen kerja berdasarkan basic movement

4. Input data handling

5. Hasil dari Pre-determinant data

 Cycle Time

Waktu untuk mengerjakan satu siklus proses produksi. Didapat dengan menggunakan program dan trial.

 Takt Time

Waktu standar produksi perpasang sepatu berdasarkan order produksi. Waktu yang ada per shift dibagi dengan jumlah produk yang diminta oleh costumer (target).

=

(19)

78 Contoh : waktu yang ada = 1 jam = 3600 detik

Target produksi = 200 psg/jam

Takt time = 3600 detik / 200 psg/jam

= 18 detik

 Kebutuhan Tenaga Kerja

Dimana hasil bagi antara Cycle Time dengan takt time.

Contoh : Cycle Time = 23,78 detik

Takt Time = 24 detik

Maka tenaga kerja yang dibutuhkan adalah = 23,78/24 = 0,99 orang = 1 orang

Sehingga didapat total kebutuhan operator dalam satu line dengan pembulatan angka.

 Layout Proses Produksi

Merupakan perkiraan layout sebelum dilakukan pengukuran line balancing kembali.

(20)

79 4.3.2. Perhitungan Line Balancing

Setelah perhitungan Pre-determinant line balancing selesai dilakukan dan telah diaplikasikan di area produksi, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan line balancing kembali dengan tujuan menyeimbangkan proses produksi agar proses improvement bisa dilakukan dan diperoleh hasil yang optimal dan sumber daya yang minimal. Berikut adalah tabel Line Balancing Sheet-nya :

Gambar

Tabel 4.2. Alur Pembuatan Sepatu
Tabel 4.2.2. Contoh komponen pada Upper sepatu
Tabel 4.3.1. Tabel line balancing before

Referensi

Dokumen terkait

Sementara dari sisi sektoral, sektor utama yaitu sektor keuangan, perdagangan, dan industri diperkirakan masih akan meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi dunia dan

Beberapa penelitian dan pengertian di atas, menunjukkan jika sarana prasarana dan kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu: (1) Karena metode pembelajaran proyek menggunakan media Mind Map

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari adanya media internal “IntraPAS” terhadap pemenuhan kebutuhan informasi bagi

dan panitia harus mengisi semua field yang terdapat pada form yang disediakan, jika sudah maka klik tombol “ Publish ”, kemudian sistem akan menampilkan form untuk

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan taufik, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Akibat

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh kualitas pelayanan, kualitas produk dan citra merek terhadap niat beli ulang mobil merek Toyota di PT Agung

1) Akad yang digunakan adalah akad jual beli. Implikasi dari penggunaan akad jual beli mengharuskan adanya penjual, pembeli, dan barang yang dijual. Bank syari’ah