• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM PENDEK "SIGARLAKI DAN SI LIMBAT"

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM PENDEK "SIGARLAKI DAN SI LIMBAT""

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL

ANIMASI FILM PENDEK

"SIGARLAKI DAN SI LIMBAT"

Dini Hariati

Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, (62-21) 5350660, ak4itsuk1@yahoo.com Dosen Pembimbing : Tunjung Riyadi S.Sn, Dermawan Syamsuddin S.Sn

ABSTRAK

Tujuan penulis membuat penelitian ini ialah untuk membuat pengemasan cerita rakyat yang menarik untuk remaja. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah dengan pencarian data melalui buku, artikel, majalah, ,internet, observasi dan studi kasus. Penulis berharap, bahwa hasil penelitian ini dapat memberi pembuktian melalui media film animasi pendek, bahwa kalangan selain anak-anak juga bisa menikmati cerita rakyat. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa rancangan sebuah film animasi pendek cerita rakyat, bila dikemas dengan cara penyampaian yang tepat, dapat menarik tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk kawula muda, tanpa kehilangan pesan moralnya.

Kata Kunci : Cerita rakyat, komedi, untuk remaja.

The purpose of the making of this project is to make a short animation based on traditional folktales, so that it could be more appealing to the teenagers. The research methods used for making this project are data gathering from literatures, articles, web browsing, observation, and case studying. We hope that the result of this project could prove that a short animation based on a traditional folktales can appeal both the children and the teenagers alike without losing its main moral value.

Keyword : Folktales, comedy, for teens

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat kaya akan konten budaya. Tetapi sayangnya, kebanyakan konten budaya tersebut mulai terkikis arus globalisasi dan modernisasi, sehingga menyebabkan menurunnya minat masyarakat terhadap konten budaya tersebut. Salah satu konten budaya ini adalah cerita rakyat. Selain dianggap kuno dan kekanak-kanakan, kebiasaan menyebarkan cerita rakyat yang dilakukan secara lisan pun sudah sangat berkurang, sehingga menyebabkan cara penyebaran tersebut sudah tidak efektif lagi. Para orang tua yang terlalu sibuk bekerja, atau para anak yang lebih tertarik kepada hiburan dari media elektronik.

Dari masalah tersebut, penulis menyimpulkan bahwa penyampaian atau pengemasan cerita rakyat tersebut dalam suatu bentuk hiburan yang dapat dilihat melalui media elektronik adalah salah satu solusi untuk cara penyampaian yang lebih efektif. Salah satu bentuk hiburan tersebut adalah film animasi, yang pada masa kini mulai marak dan memiliki banyak penggemar dari segala kalangan dan usia. Sebenarnya, sudah ada beberapa studio animasi Indonesia yang sudah menerjemahkan beberapa cerita

(2)

rakyat dalam bentuk media film animasi. Contohnya cerita rakyat seperti Bawang Putih Bawang Merah, Timun Mas, dan Si Kancil oleh Bening Studio pada tahun 1998, atau serial animasi Dongeng Aku dan Kau, Kilip dan Putri Rembulan, Mengapa Domba Bertanduk dan Berbuntut Pendek, Si Kurus dan Si Macan oleh RedRocket Studio pada sekitar tahun 2000an, yang juga sudah mulai menggunakan teknik mix media animasi 2D dan 3D. Tetapi film-film animasi tersebut lebih ditujukan untuk segmen pasar anak-anak.

Gambar 1. VCD Dongeng Aku dan Kau, Simalang Pemimpi Pada tahun-tahun berikutnya, salah satu stasiun televisi di Indonesia, menayangkan beberapa film live action dipadu visual effect yang kadang menggunakan cerita rakyat sebagai dasarnya. Tetapi lagi-lagi, sayangnya secara kualitas visual efek yang mereka gunakan masih sangat kurang. Begitupun dari segi cerita, yang kadang menggunakan terlalu banyak bumbu sehingga akhirnya menjadi overdramatis.

Gambar 2. Layar Kemilau MNC TV: Jaka Tarub dan 7 Bidadari

Kemudian, menurut Alan Malingi, seorang pemerhati budaya dari Bima, mengungkapkan beberapa masalah yang akhirnya menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian ini. Masalah-masalah tersebut adalah cara penyampaian cerita rakyat secara lisan yang sudah tidak efektif, sehingga harus didokumentasikan agar tidak hilang ditelan arus modernisasi. Tetapi, para penulis dewasa, kebanyakan kurang tertarik dengan upaya tersebut dengan alasan bahwa erita rakyat itu kuno dan

(3)

membosankan. Padahal, mereka yang sudah dewasa itulah yang memiliki potensi paling besar untuk mengemasnya dengan baik untuk generasi muda mendatang. Masalah ini akhirnya menyebabkan Alan Malingi lalu memilih kalangan remaja sebagai pelaku pelestarian cerita rakyat, karena anak-anak remaja tersebutlah yang biasanya masih mendapatkan cerita rakyat langsung dari mulut orangtuanya, masih menunjukkan naluri ketertarikan kepada cerita dongeng, dan karena masih memiliki daya serap tinggi untuk menuliskan cerita rakyat tersebut. Dengan ini diharapkan, saat sudah tumbuh beranjak dewasa, anak-anak muda tersebut sudah lebih tertarik dan terinspirasi untuk mengemas dan mengolah, sekaligus mendokumentasikan cerita rakyat tersebut.

Sedangkan menurut Riza, head of animation departement di Cyber Media College, untuk media film animasi sebagai salah satu sarana dokumentasi tersebut, walaupun sudah mulai berkembang pesat di Indonesia, tetapi biasanya masih diidentikkan hanya untuk anak-anak saja. Ini kadang menyebabkan penggarapan film tersebut tidak ditanggapi serius, dan akhirnya dikerjakan atau diolah secara asal-asalan. Padahal, pangsa pasar animasi sendiri tidak melulu harus anak-anak, tetapi juga remaja, dan orang dewasa.

Oleh karena alasan-alasan tersebut, proyek film animasi pendek ini penulis tujukan untuk generasi nuda, yaitu para remaja berusia sekitar 12-18 tahun yang tinggal di perkotaan dengan kondisi golongan menengah keatas, dimana mereka adalah yang juga rentan terhadap pengaruh globalisasi dan produk-produk luar.

Kemudian, dengan pertimbangan remaja sebagai target audiens, penulis mulai menyusun beberapa strategi desain dalam pembuatan film pendek bertema cerita rakyat ini, diantaranya adalah :

1. Film animasi ini mengambil genre action dan komedi dengan beberapa perubahan dan modifikasi, misalnya seperti setting cerita yang jadi zaman sekarang, atau cerita dikemas dalam suatu pertunjukan drama. Penulis memilih untuk tidak sepenuhnya mengikuti cerita asli dengan alasan, orang yang sudah mengetahui cerita slinya menjadi kurang tertarik karena menganggap bahwa tidak ada sesuatu yang baru.

2. Dengan setting zaman sekarang, selain lebih dekat dan lebih mudah diterima target audiens, penulis juga lebih leluasa untuk menentukan elemen-elemen cerita, properti-properti yang digunakan dan dialog tanpa harus terbentur dengan keterbatasan nilai-nilai budaya atau teknologi.

3. Tokoh-tokoh dalam cerita juga dimodifikasi, seperti penokohannya yang tidak lagi terlalu hitam putih seperti di cerita asli, tetapi menjadi lebih abu-abu, dan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga tokoh-tokoh tersebut menjadi lebih hidup, menarik dan dinamis.

4. Dari segi desain, penulis juga menyesuaikan dengan kondisi dan selera target audiens. Seperti pemulihan tone warna dan visual style yang mengacu dari film-film animasi, game, atau media hiburan seperti apa saja yang disukai target audiens.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan pencarian data melalui buku, artikel, majalah, ,internet, observasi dan studi kasus, dan juga dengan mengamati referensi-referensi gambar atau video yang relevan dengan proyek penelitian yang dilakukan.

(4)

HASIL DAN BAHASAN

Berikut adalah hasil berupa animasi film pendek berjudul "Sigarlaki dan si Limbat" yang dibuat berdasarkan salah 1 cerita rakyat Indonesia dari daerah Sulawesi Utara, yang mengisahkan tentang dua orang pemburu yang berselisih karena salah satu dari mereka menuduh temannya tanpa bukti konkret. Untuk versi film pendek ini, penulis mengisahkan cerita tersebut sedang dipentaskan diatas suatu panggung drama, dengan beberapa tambahan atau improvisasi adegan dari penulis sendiri.

Dibawah ini adalah contoh-contoh elemen yang ada di dalam film animasi pendek "Sigarlaki dan si Limbat"

(5)

Gambar 4. Visualisasi suasana panggung 3d

(6)

.

Gambar 6. Typeface logo Sigarlaki dan si Limbat

Lalu dibawah ini juga terdapat contoh item-item pendukung, seperti poster, kemasan DVD, dan beberapa contoh merchandise seperti pin atau bookmark.

(7)

Gambar 8. Contoh cover dvd

(8)

Gambar 10. Contoh pin

Gambar 11. Contoh pembatas buku

SIMPULAN DAN SARAN

Indonesia sebenarnya tidak kekurangan bahan bertema budaya lokal yang dapat dijadikan animasi. Tetapi sayangnya masih banyak dari budaya-budaya tersebut yang belum tereksplor dengan baik, atau kalaupun diangkat menjadi film animasi, kualitas pengolahannya masih sangat kurang memadai. Padahal bila unsur-unsur budaya tersebut bisa diolah dengan baik dan tepat, maka bukan tidak mungkin unsur-unsur budaya lokal tersebut bisa menjadi tidak kalah menariknya dengan budaya luar, sehingga dapat menambah minat dan menginspirasi generasi muda untuk terus mengembangkan dan melestarikan budaya Indonesia.

(9)

REFERENSI

Adi Abdul Somad, Aminudin, Yudi Irawan. 2007. Aktif dan Kreatif Bahasa

Indonesia untuk kelas X SMA . Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

Nasional

Brown, Blain. 2012. Cinematography Theory and Practice. Maltham, USA.

Focal Press

Majalah CONCEPT.Vol04.Ed.22.2008

Tim Penulis AdiCita Grup . 366 Cerita Rakyat Nusantara. Yogyakarta. Adicita

Karya Nusa

Williams, Richard. The Animator’s Survival Kit

Yusa Biran ,H.Misbach Yusa Biran. 2010. Teknik Menulis Skenario Film.

Jakarta. Fakultas Film dan Televisi IKJ

Posted Desember 10, 2007 by Kang Aden

Kang Aden. 10 Desember 2007. Sigarlaki dan Limbat. diakses 27 April 2012. dari legendakita. wordpress.com

Samsuni. Sigarlaki dan Limbat. diakses tanggal 27 April 2012. dari

ceritarakyatnusantara.com/

monicha t-wBie 08. 7 Oktober 2008 .Si Sigarlaki dan Si Limbat (Cerita rakyat dari Sulawesi Utara). diakses tanggal 27 April 2012. dari monika-ku.blogspot.com/

RIWAYAT PENULIS

Dini Hariati lahir di kota DKI Jakarta pada 12 Januari 1990. Penulis menamatkan

pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Komunikasi Visual Animasi pada tahun 2012. Saat ini bekerja sebagai (jabatan) di (instansi tempat bekerja).

Gambar

Gambar 1. VCD Dongeng Aku dan Kau, Simalang Pemimpi
Gambar 3. Visualisasi 3d karakter
Gambar 4. Visualisasi suasana panggung 3d
Gambar 6. Typeface logo Sigarlaki dan si Limbat
+3

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada kenyataanya TBM 2 tidak hanya dilakukan pemangkasan bentuk, wiwil juga dilakukan pada tahap pertumbuhan tanaman ini, karena tunas air masih tumbuh pada

Perbandingan antara sistem availability yang sedang berjalan dengan sistem high availability yang diusulkan menyimpulkan bahwa sistem high availability yang diusulkan lebih

1) Struktur makro dalam analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk menampilkan tema pokok yang disampaikan oleh Karno sebagai penulis. Tema-tema tersebut

Difraksi Fresnel: jika titik P dan Difraksi Fresnel: jika titik P dan sumber gelombang datang tidak begitu jauh dari celah, sehingga gelombang datang tidak dapat dianggap

Penelitian ini membahas mengenai pelaksaan bank garansi dalam menjamin suatu kerjasama pengolahan kayu yang nilai jaminannya lebih kecil daripada nilai barang

- Dengan membandingkan berbagai rute pemberian obat (oral dan intraperitoneal), sehingga dapat diperoleh onset of action, intensitas, dan duration of action dari suatu

Sebagai bentuk apresiasi terhadap partisipasi para seniman dan menghormati undangan Disparbud, saya dan beberapa pengurus selalu hadir dalam gelaran tersebut, meskipun

Untuk periode yang berakhir pada tanggal-tanggal 30 Juni 2002 dan 2001, tidak terdapat pembelian yang dilakukan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang jumlah