• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

SMA NEGERI 5 PURWOREJO

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Farida Tuzzaman NIM 092110013

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2013

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

nama : Farida Tuzzaman

NIM : 092110013

program studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar karya sendiri, bukan plagiat orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila ternyata terbukti/ dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 12 September 2013 Yang membuat pernyataan,

(5)

v MOTO ¨bÎ) yìtB ÎŽô£ãèø9$# #ZŽô£ç„ ÇÏÈ #sŒÎ*sù |Møît•sù ó=|ÁR$$sù ÇÐÈ

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

1. Hidup tidak menghadiahkan sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja keras (Farida T).

2. Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan, ketika hal itu memang harus dikerjakan entah mereka menyukainya atau tidak (Ernest New Man)

PERSEMBAHAN

Dengan cinta dan kasih sayang yang tulus skripsi ini aku persembahkan kepada.

• Suamiku tercinta yang selalu memberikan dukungan moril dan materinya serta cinta yang tak pernah putus.

• Anakku tersayang yang selalu mengukir semangat dan harapan.

• Ayah Bundaku, Ibuku Siti Almuroh, kakak dan adik-adikku yang selalu mengukir doa dan motivasi.

(6)

vi PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya skripsi berjudul “Penggunaan Teknik Panggil Pengalaman dalam Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas X SMA N 5 Purworejo Tahun Pelajaran 2012-2013” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi akhir Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Purworejo.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhamma-diyah Purworejo yang memberikan rekomendasi kepada penulis meng-adakan penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang memberikan perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesai-kan skripsi ini.

4. Drs. H.Khabib Sholeh, M.Pd. dosen pembimbing I dan Prof. Dr. H. Sukirno, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membimbing, mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran, serta mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

6. Nikmah Nurbaiti, S.Pd. M.Pd. kepala SMA N 5 Purworejo yang telah memberikan izin penelitian.

(7)

vii

berlipat ganda atas budi baik yang telah diberikan. Semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua insan yang peduli terhadap pendidikan. Amin

Purworejo, 12 September 2013 Penulis,

(8)

viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i PERSETUJUAN ... ii PENGESAHAN ... iii PERNYATAAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR DIAGRAM... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Istilah ... 4 C. Identifikasi Masalah ... 5 D. Pembatasan Masalah ... 6 E. Rumusan Masalah ... 6 F. Tujuan Penelitian ... 7 G. Manfaat Penelitian ... 7 H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

B. Kajian Teoretis ... 12

1. Hakikat Menulis ... 12

2. Menulis Puisi ... 16

3. Manfaat Pembelajaran Menulis Puisi ... 33

4. Teknik Panggil Pengalaman dalam Pembelajaran Menulis Puisi 34 C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELLITIAN ... 38

A. Waktu Penelitian ... 38

B. Desain Penelitian ... 38

1. Proses Tindakan Kelas Siklus I ... 40

2. Proses Tindakan Kelas Siklus II ... 42

C. Variabel Penelitian ... 48

(9)

ix

2. Teknik Nontes ... 51

E. Instrumen Penelitian ... 53

1. Instrumen Tes ... 53

2. Instrumen Nontes ... 55

F. Teknik Analisis Data ... 57

1. Teknik Kuantitatif ... 57

2. Teknik Kualitatif ... 58

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 59

A. Penyajian Hasil Penelitian ... 59

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

BAB V PENUTUP ... 125

A. Simpulan ... 125

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128 LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Puisi ... 54

Tabel 2 : Pedoman Penilaian ... 55

Tabel 3 : Hasil Observasi Awal ... 62

Tabel 4 : Skor Keterampilan Menulis Puisi pada Observasi Awal ... 63

Tabel 5 : Penerapan Pembelajaran Menulis Puisi dengan Teknik Panggil Pengalaman ... 64

Tabel 6 : Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II ... 66

Tabel 7 : Hasil Wawancara Siklus I dan Siklus II ... 67

Tabel 8 : Jurnal siswa siklus I dan Siklus II ... 69

Tabel 9 : Hasil Jurnal Guru Siklus I dan Siklus II ... 70

Tabel 10 : Hasil Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siklus I dan II ... 73

Tabel 11 : Hasil Observasi Siklus I ... 83

Tabel 12 : Hasil Observasi Siklus II ... 93

Tabel 13 : Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siklus I ... 105

Tabel 14 : Perolehan Nilai Kesesuaian Isi dengan Tema Siklus I ... 107

Tabel 15 : Perolehan Nilai Aspek Diksi Siklus I ... 108

Tabel 16 : Perolehan Nilai Aspek Rima Siklus I ... 109

Tabel 17 : Perolehan Nilai Aspek Tipografi Siklus I... 110

Tabel 18 : Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Tiap Aspek Siklus I ... 111

Tabel 19 : Hasil Keterampilan Menulis Puisi Siklus II ... 113

Tabel 20 : Perolehan Nilai Kesesuaian Isi dengan Tema Siklus II ... 115

Tabel 21 : Perolehan Nilai Aspek Diksi Siklus II ... 116

Tabel 22 : Perolehan Nilai Aspek Rima siklus II ... 117

Tabel 23 : Perolehan Nilai Aspek Tipografi siklus II ... 118

Tabel 24 : Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Tiap Aspek Siklus II ... 119

Tabel 25 : Peningkatan keterampilan menulis Puisi Tiap-tiap Aspek Siklus I dan Siklus II ... 120

(11)

xi

Diagram 1 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Puisi Siklus I ... 106

Diagram 2 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Puisi Tiap Aspek Siklus I ... 112

Diagram 3 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Puisi Siklus II ... 114

Diagram 4 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Puisi Tiap Aspek Siklus II ... 119

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Guru Menjelaskan Materi Menulis Puisi dengan

Menggunakan Teknik Panggil Pengalaman Siklus I ... 90 Gambar 2 : Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru tentang Menulis Puisi

dengan Teknik Panggil Pengalaman Siklus I ... 90 Gambar 3 : Guru Membimbing Kegiatan Menulis Puisi dengan Menggunakan

Teknik Panggil Pengalaman Siklus I ... 91 Gambar 4 : Kegiatan Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik Panggil

Pengalaman Siklus I ... 92 Gambar 5 : Siswa Mendengarkan Guru tentang Materi menulis Puisi siklus II 101 Gambar 6: Guru Membimbing Kegiatan Menulis Puisi Menggunakan Teknik

Panggil Pengalaman Siklus II ... 102 Gambar 7: Siswa Membaca Puisi di depan Kelas ... 102 Gambar 8 : Siswa Membuat Majalah dinding dengan Bimbingan Guru ... 103 Gambar 9: Antusias Siswa Mempublikasikan Puisi ke dalam Majalah Dinding 104

(13)

xiii Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 3 : Kartu Bimbingan Skripsi

Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 5 : Daftar Nama Siswa

Lampiran 6 : Teks Naskah Puisi Siklus I Lampiran 7 : Teks Naskah Puisi Siklus II

Lampiran 8 : Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Lampiran 9 : Pedoman Observasi

Lampiran 10: Hasil Observasi Awal Lampiran 11: Hasil Observasi Siklus I Lampiran 12 : Hasil Observasi Siklus II

Lampiran 13 : Skor Keterampilan Menulis Puisi pada Observasi Awal Lampiran 14 : Skor Keterampilan Menulis Puisi Siklus I

Lampiran 15 : Skor Keterampilan Menulis Puisi Siklus II

Lampiran 16 : Lembar Jurnal Peserta Didik Siklus I dan Siklus II Lampiran 17 : Lembar Jurnal Guru Siklus I dan Siklus II

Lampiran 18 : Hasil Wawancara Guru pada Observasi Awal Lampiran 19 : Pertanyaan Wawancara Siklus I dan Siklus II Lampiran 20 : Hasil Jurnal Guru Siklus I

Lampiran 21 : Hasil Jurnal Guru Siklus II Lampiran 22 : Hasil Jurnal Siswa Siklus I Lampiran 23 : Hasil Jurnal Siswa Siklus II Lampiran 24 : Hasil Karya Puisi Siklus I Lampiran 25 : Hasil Karya Puisi Siklus II

(14)

xiv ABSTRAK

Tuzzaman, Farida. 2013. ”Penggunaan Teknik Panggil Pengalaman

Dalam Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas X SMA N 5 Purworejo Tahun Pelajaran 2012-2013”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan penerapan pembelajar-an menulis puisi dengpembelajar-an menggunakpembelajar-an teknik ppembelajar-anggil pengalampembelajar-an, (2) men-deskripsikan pengaruh pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman terhadap sikap atau motivasi siswa, (3) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitan tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA N 5 Purworejo tahun pelajaran 2012-2013. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data nontes yang digunakan berupa observasi, jurnal, wawancara dan dokumentasi foto. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

Penerapan teknik panggil pengalaman dalam keterampilan menulis puisi antara lain (1) guru memberikan kesempatan kepada siswa beberapa menit untuk mengingat pengalaman siswa yang mengesankan, (2) guru memberikan arahan agar siswa menuliskan pengalamannya kedalam bentuk paragraf, (3) setelah paragraf selesai siswa melanjutkan menulis puisi sesuai dengan isi paragraf yang dibuat. Hasil analisis data menunjukkan bahwa menulis puisi dengan teknik panggil pengalaman mampu meningkatkan proses pembelajaran. Hasil observasi pada siklus I sebesar 65,62% mempunyai perhatian yang baik, sikap siswa saat pembelajaran berlangsung sebanyak 81,25% dikategorikan baik. Pada siklus II sebanyak 71,87% mempunyai perhatian baik, dilihat siswa pada saat pembelajaran menulis puisi sebesar 84,37% dikategorikan baik. Dari hasil jurnal siswa siklus I , 81,25% tertarik dengan teknik panggil pengalaman. Selanjutnya, hasil jurnal siklus II menunjukkan bahwa 84,37% siswa tertarik dengan teknik panggil pengalaman karena siswa tidak terbebani dalam memilih ide, banyak pilihan ide dari pengalaman yang pernah siswa alami. Kemudian, pada jurnal siklus II guru menyatakan, siswa terlihat lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi.Hasil Peningkatan keterampilan menulis puisi meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 6, 03%.

(15)

1

Penulis mengemukakan tujuh bagian pokok yaitu latar belakang masalah, penegasan istilah, identifikasi masalah, pembatasann masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dann sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa dan sastra mempunyai hubungan yang erat karena sastra merupakan bentuk karya seni yang bermediakan bahasa. Sastra hadir untuk dibaca dan dinikmati.Selanjutnya, dimanfaatkan antara lain untuk mengembangkan wawasan hidup dan kehidupan. Melalui bahasa sastrawan mengungkapkan segala yang bergejolak didalam jiwanya baik tenang konsep, gagasan, perasaan dan pikiran yang kesemuanya terkandung di dalam imajinasi. Imajinasi merupakan kekuatan inti dalam penciptaan karya seni, termasuk di dalam karya sastra, sedangkan persoalan yang dihadirkan di dalam karya sastra berdasarkan keadaan dan pengalaman yang diperoleh dari kehidupan.

Pembelajaran menulis puisi di SMA berkaitan erat dengan latihan mempertahankan perasaan, penalaran, dan daya khayal serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup. Seperti yang diungkap-kan Pradopo (2002: 105) bahwa puisi adalah ekspresi kreatif yaitu ekspresi

(16)

2

dalam jiwa yang memusatkan kesan-kesan (kondensasi). Kesan-kesan dapat diperoleh melalui pengalaman dan lingkungan.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, materi yang dirasa sulit oleh para siswa adalah menulis terutama menulis p uisi. Sampai saat ini pembelajaran menulis puisi belum mendapatkan perhatian secara optimal. Kurangnya kemampuan siswa dalam belajar menulis puisi disebabkan oleh minat siswa dalam belajar menulis puisi masih kurang, siswa merasa membuat puisi itu sulit, serta siswa belum mengetahui manfaat dan tujuan menulis puisi. Dari pengamatan penulis, pembelajaran menulis puisi diberikan kepada siswa baru mengacu pada teori yang harus mengikuti langkah- langkah dalam menulis puisi. Selain itu, menulis puisi kebanyakan diberikan sebagai tugas rumah.

Kesulitan yang dihadapi siswa ditandai dengan beberapa hal seperti siswa mengalami kesulitan menentukan ide, menemukan kata pertama dalam puisinya, mengembangkan ide menjadi puisi karena minimnya penguasaan kosakata, dan siswa kurang terbiasa mengemukakan perasaan, pemikiran dan imajinasainya kedalam puisi. Dalam hal itu dibutuhkan kompetensi guru yang memadai, tetapi juga harus didukung dengan metode pembelajaran yang sesuai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut seorang guru dituntut untuk mampu menggunakan metode pembelajaran yang praktis dan mudah untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas.

Prinsip penting dalam pembelajaran pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran sastra ialah pembelajaran yang disajikan kepada

(17)

siswa harus sesuai dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu. Belajar merupakan kegiatan untuk mencapai suatu proses, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari yang sederhana sampai yang rumit. Dalam proses belajar memang perlu ada pentahapan. Sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa, karya sastra yang akan disajikan hendaknya juga diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria tertentu lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa dengan metode yang diajarkan, pelajaran yang akan disampaikan akan tidak optimal, bahkan gagal. Dalam hal ini juga berlaku dalam pembelajaran sastra berbentuk prosa maupun puisi.

Di satu pihak guru harus berusaha meningkatkan kemampuan menulis para siswanya yang terhambat atau mengalami kendala. Oleh karena itu, untuk menyajikan pembelajaran puisi, unsur-unsur tujuan pokok yang perlu dicapai dalam pembelajaran puisi adalah meliputi peningkatan kemampuan menulis dan kreativitas.

Menurut Pradopo (2002: 3), puisi adalah karangan atau tulisan yang indah yang mempunyai makna tertentu dan mempunyai nilai estetis. Karangan atau tulisan yang indah itu dapat berasal dari pengalaman penyair ataupun dari penggambaran sesuatu.

Pembelajaran menulis puisi dapat terjadi dengan efektif jika guru dapat menerapkan strategi pembelajaran yang dapat memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif. Strategi tersebut diharapkan dapat membuat siswa mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu belajar, yang dapat memanfaatkan potensi siswa seluas- luasnya.

(18)

4

Bertolak dari permasalahan-permasalahan di atas, maka perlu adanya upaya- upaya untuk menerapkan variasi teknik kreatif dalam pembelajaran me-nulis puisi. Salah satu teknik meme-nulis puisi yaitu teknik panggil pengalaman. Karena dengan memanggil pengalaman siswa akan lebih mudah menuangkan ide atau gagasan sesuai dengan apa yang pernah mereka alami.

Penulis memilih SMA Negeri 5 Purworejo sebagai tempat penelitian karena jarak sekolah tersebut tidak jauh dari tempat tinggal penulis, sehingga penulis tidak akan mengalami kesulitan pada waktu penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis menyusun skripsi yang berjudul “Peng-gunaan Teknik Panggil Pengalaman dalam Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Purworejo Tahun Pelajaran 2012/ 2013”.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian judul kajian ini, maka penulis merasa perlu menegaskan kembali istilah- istilah tersebut, antara lain: 1. Penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu

(Depdiknas, 2008: 307)

2. Teknik panggil pengalaman adalah suatu teknik pembuatan puisi dengan cara mengingat kembali pengalaman paling mengesankan sebagai ba han untuk membuat sebuah puisi (Maulana,2012: 31)

3. Upaya adalah usaha, syarat untuk menyampaikan suatu maksud, me-mecahkan persoalan, mencari jalan keluar (Depdiknas, 2008: 1900)

(19)

4. Peningkatan adalah menaikkan (derajat, taraf dsb), mempertinggi, mem-perhebat (Depdiknas, 2008: 1750)

5. Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Depdiknas, 2008: 1529)

6. Menulis puisi adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis yang bersifat literer (Depdiknas, 2008: 8)

C. Identifikasi Masalah

Pembelajaran menulis puisi siswa kelas X SMA Negeri 5 Purworejo perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan oleh munculnya permasalahan kekurangmampuan sebagian besar siswa dalam menulis puisi.

Permasalahan yang berasal dari siswa adalah rendahnya minat siswa dalam menulis puisi. Kesulitan yang dihadapi siswa ditandai dengan beberapa hal seperti siswa kesulitan menemukan ide, menemukan kata pertama dalam puisinya, mengembangkan ide menjadi puisi. Hal ini terjadi karena minimnya penguasaan kosakata, siswa kurang terbiasa mengemukakan perasaan, pe-mikiran dan imajinasinya ke dalam puisi. Permasalahan kedua berasal dari guru, yaitu metode pengajaran yang yang digunakan kurang kreatif dan ber-variasi.

Untuk mengatasi permasalahan pertama, guru harus membimbing sis-wa mengenai pembelajaran menulis puisi secara jelas dan memberikan latihan-latihan menulis puisi berdasarkan pengalaman yang pernah siswa alami sendiri, sedangkan untuk mengatasi permasalahan kedua, Guru harus

(20)

6

menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dipahami siswa, serta memilih tehnik pembelajaran yang kreatif sehingga memudahkan siswa dalam menuangkan ide ke dalam bentuk puisi. Hal tersebut menuntut guru agar lebih seksama melaksanakan program serta memilih teknik yang cocok dan menarik sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya kemampuan siswa dalam menulis puisi di atas, penulis membatasi permasalahan ditinjau dari kurangnya minat siswa dalam menyadari pentingnya menulis puisi dan kurangnya minat siswa dalam menulis puisi serta menulis kreatif puisi merupakan salah satu kompetensi dasar yang menjadi bagian dalam standar kompetensi kemampuan bersastra kelas X SMA. Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti menggunakan teknik panggil pengalaman dalam upaya pening-katan keterampilan menulis puisi.

E. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul yang penulis kemukakan di atas, maka masalah utama yang penulis bahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan pembelajara n menulis puisi dengan teknik panggil pengalaman kelas X SMA?

2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran menulis puisi dengan mengguna-kan teknik panggil pengalaman dalam aktivitas belajar siswa kelas X SMA?

(21)

3. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis puisi setelah meng-gunakan teknik panggil pengalaman sebagai proses pembelajaran kelas X SMA?

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1. mendeskripsikan penerapan pembelajaran menulis puisi dengan meng-gunakan tehnik panggil pengalaman.

2. mendeskripsikan pengaruh pembelajara n menulis puisi dengan meng-gunakan teknik panggil pengalaman terhadap sikap atau motivasi pada siswa.

3. mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis puisi dengan mengguna-kan teknik panggil pengalaman.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis dan teoritis.

1. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk siswa. Penulis berharap siswa dapat meningkatkan minatnya dalam menulis. Setelah berminat, diharapkan bagi siswa dapat mengembangkan tulisannya, khususnya dalam menulis puisi menggunakan tehnik panggil pe-ngalaman.

(22)

8

b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman guru untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis puisi menggunakan teknik panggil pengalaman.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis puisi menggunakan teknik panggil pengalaman pada siswa kelas X.

2. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis, khususnya dalam menulis puisi menggunakan teknik panggil pengalaman.

H. Sistematika Penulisan

Inti dari skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan, berisi garis besar tentang latar belakang penulisan, penegasan istilah, identiifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II berisi tinjauan pustaka, kajian teori, kerangka berpikir dan hipotesis. Bagian kajian teori, menjelaskan mencakup empat subtansi yaitu mengenai hakikat menulis, menulis puisi, manfaatpembelajaran menulis puisi dan teknik panggil pengalaman dalam pembelajaran menulis puisi.

Bab III berisi metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, subyek penelitian, prosedur penelitian, tahap pengumpulan data dan teknik analisis data. Prosedur pennelitian meliputi prosedur tindakann pada siklus I,

(23)

dan prosedur tindakan pada siklus II. Tahap pengumpulan data mencakup instrumen pengumpul data, jenis data penelitian, dan sumber data.

Bab IV berisi substansi pokok yaitu penyajian data penelitian dan pembahasan data penelitian. Penyajian data penelitian terdiri atas proses pembelajaran menulis puisi, pengaruh penggunaan teknik panggil pengalam-an terhadap aktivitas dpengalam-an motivasi belajar siswa, dpengalam-an presentasi akademik siswa menulis puisi. Pada bagian pembahasan terdiri atas pembahasan proses pembelajaran menulis puisi, pengaruh penerapan teknik panggil pengalaman terhadap aktivitas dan motivasi belajar siswa dan peningkatan prestasi keterampilan siswa menulis puisi.

Bab V berisi simpulan dan saran. Simpulan adalah isi dari skripsi yang ditulis secara singkat, sedangkan saran adalah pendapat dari penulis kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan objek penelitian. Bab V merupakan bagian akhir dari skripsi.

(24)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS,

KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Penulis mengemukakan empat bagian pokok yaitu tinjauan pustaka, kajian teoretis dan kerangka berpikir serta hipotesis. Tinjauan pustaka memuat berbagai hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan menulis puisi, kajian teoretis berisi analisis berbagai teori yang berhubungan dengan menulis puisi dan pembelajarannya, kerangka berpikir berisi hubungan antar variabel yakni keterampilan menulis puisi dan pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik panggil pengalaman. Sedangkan hipotesis merupakan rumusan dugaan sementara terhadap jawaban permasalahan yang diteliti.

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang menulis puisi merupakan penelitian yang menarik. Banyak penelitian tentang menulis puisi tersebut dapat dijadikan salah satu bukti bahwa menulis puisi di sekolah-sekolah sangat menarik untuk diteliti. Namun, penelitian-penelitian tersebut belum seutuhnya sempurna. Oleh karena itu, perlu penelitian lanjutan demi melengkapi dan menyempurnakan penelitian sebelumnya.Ada beberapa peneliti terdahulu yang relevan dengan peneliti ini dan dapat dijadikan sebagai tinjauan pustaka di antaranya adalah sebagai berikut.

Nurul (2008) melakukan penelitian mengenai penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis puisi dengan judul “Peningkatan

(25)

terampilan Menulis Puisi Dengan Media Gambar Siswa Kelas III SD Negeri Cepoka 01 Gunungpati Semarang”. Hasilnya disimpulkan bahwa media gambar terbukti mampu membantu siswa dalam menumbuhkan pengertian dan perkembangan sastra serta dapat meningkatkan kualitas, kreativitas dan efektivitas siswa. Penelitian Nurul ini mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu sama-sama meneliti keterampilan menulis puisi. Perbedaannya terletak pada media yang digunakan, Nurul menggunakan media gambar, sedangkan penulis menggunakan teknik panggil pengalaman dalam pembelajaran menulis puisi.

Marisa (2007) melakukan penelitian mengenai penggunaan media video compact disk dalam pembelajaran menulis puisi dengan judul “Pening-katan Keterampilan Menulis Puisi dengan Media Video Compact Disk Keja-dian Alam Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tahunan Jepara”. Hasilnya disimpulkan bahwa media video compact disk terbukti mampu meningkatkan keterampilan menulis puisi dan dapat mengubah perilaku s iswa ke arah positif. Persamaan penelitian yang dilakukan Marisa dengan peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang keterampilan menulis puisi, hanya saja Marisa menggunakan media sebagai pembelajarannya, sedangkan peneliti menggunakan teknik atau metode dalam pengajaran menulis puisi.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, peningkatan keterampilan me-nulis puisi telah dilakukan dengan media video compack disk kejadian alam dan media gambar. Dari penelitian-penelitian peningkatan keterampilan me-nulis puisi pada siswa, peneliti mengubah media yang mereka gunakan

(26)

de-12

ngan menggunakan teknik panggil pengalaman. Dengan demikian, penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas berpikir dan meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Kajian Teoretis

Kajian teori merupakan penjabaran kerangka teori yang memuat beberapa kumpulan materi terpilih dari beberapa sumber untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Kajian teori ini menjelaskan tentang menulis, puisi, manfaat pembelajaran menulis puisi dan teknik panggil pengalaman dalam pembelajaran menulis puisi.

1. Hakikat Menulis

Dalam hakikat menulis puisi, penulis membagi menjadi tiga substansi diantaranya adalah pengertian menulis, menulis kreatif dan manfaat menulis.

a. Pengertian Menulis

Menulis dalam artian sederhana dapat diartikan dengan membuat huruf, angka dan sebagainya dengan alat tulis pensil, kapur,pena pada kertas, buku, papan tulis dan sebagainya (Anwar, 2003: 551)

Dalam artian yang lebih luas Suhendar (1992:10) menge-mukakan bahwa Menulis merupakan perubahan bentuk pikiran/angan-angan/perasaan dan sebagainya menjadi wujud lambang atau tanda tulis atau tulisan. Lebih lanjut bahwa menulis merupakan kegiatan me-ngungkapkan gagasan secara tertulis yang berbeda dengan kegiatan mengungkapkan pikiran secara lisan.

(27)

Nurgiyantoro (1995:296) menambahkan bahwa menulis adalah aktifitas produktif, aktifitas pengungkapan bahasa. Secara umum me-nulis adalah aktifitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Menulis dapat juga diartikan sebagai keterampilan berbahasa yang menuntut seseorang menghasilkan sesuatu (karangan) sebagai ung-kapan pikiran, perasaan dan kemampuannya dalam bahasa tertulis.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang diper-gunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan, 2008: 3).

Menurut Angelo (1990: 5), menulis merupakan suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi pembaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) menjabarkan bahwa menulis merupakan salah satu hal paling penting yang dilakukan disekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang penting dalam kesuksesan.

Crimmon dalam Slamet (2008: 141) mengungkapkan penger-tian menulis sebagai kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subyek, memilih hal- hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Menurut Nurudin (2012: 3) me nulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan.

(28)

14

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa menulis adalah perubahan bentuk pikiran atau perasaan kedalam bentuk tulisan yang merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan secara tidak langsung dan merupakan kegiatan produktif serta ekspresif.

b. Menulis Kreatif

Menurut Sukirno (2010: 3) istilah kreatif berarti: (1) memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan, (2) bersifat (mengandung) daya cipta. Kekreatifan berarti perihal kreatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa menulis kreatif adalah aktivitas menuangkan gagasan secara tertulis atau melahirkan daya cipta berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan dalam teks.

Sukirno (2010: 4) juga menyatakan bahwa menulis kreatif mempunyai Tujuan yaitu memberikan informasi kepada orang lain atau pembaca, menceritakan suatu peristiwa, melaporkan sesuatu, mengisahkan kejadian, melukiskan tindak-tanduk manusia pada sebu-ah peristiwa yang menimbulkan daya khayal atau imajinasi pem-bacanya dan menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara tersirat.

Selain tujuan, menulis kreatif juga mempunyai manfaat. Man-faat tersebut di antaranya adalah: (1) meningkatkan keterampilan meng ungkapkan sesuatu dengan bahasa yang tepat, (2) meningkatkan kebiasaan pemakaian diksi atau pilihan kata yang tepat, (3) mening katkan ketajaman keruntutan berpikir, (4) menghidupkan imaji atau

(29)

citraan yang tepat, (5) sebagai pemberi informasi, (6) hibura n untuk dokumentasi, laporan, (7) pengungkapan tokoh dan penokohan, (8) pengungkapan keruntutan berpikir, (9) penceritaan latar, dan pe-nyaluran hobi.

Tahap kreatif universal dalam menulis kreatif, kosasih (2012 :15) menyebutkan ada tiga tahap yaitu tahap pencarian ide dan pengendapan, tahap penulisan dan tahap editing atau revisi.

c. Manfaat Menulis

Kegiatan menulis dapat dimanfaatkan baik kepentingan pribadi sehari-hari maupun kepentingan membina mutu pekerjaan. Akhadiyah (1992:1-2) mengemukakan beberapa manfaat kegiatan menulis:

1) mengenali kemampuan dan potensi diri dan dapat mengetahui sampai dimana pengetahuan tentang suatu topik.

2) dapat mengembangkan berbagai gagasan.

3) dapat lebih banyak menyerap dan mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

4) dapat mengkomunikasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat.

5) dapat menilai diri sendiri secara objektif.

6) menulis dapat memecahkan suatu permasalahan yaitu dengan cara menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang konkret. 7) kegiatan menulis dapat mendorong belajar lebih aktif sehingga

(30)

16

8) kegiatan menulis yang terencana membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib.

Dari beberapa manfaat menulis yang telah dikemukakan,dapat disimpulkan bahwa menulis sangat bermanfaat dalam kehidupan kita. Selain untuk mencatat gagasan, masalah dan memecahkannya kegiatan menulispun dapat melatih kita lebih aktif dan kreatif.

2. Menulis Puisi

Dalam pembahasan menulis puisi, penulis membagi menjadi lima substansi antara lain, pengertian puisi, Hakikat puisi, unsur-unsur pembangun puisi, jenis-jenis puisi, dan penulisan puisi.

a. Pengertian Puisi

Badrun (1989: 2) menyatakan bahwa puisi itu merupakan bahasa multidimensional yang mampu menemb us pikiran, perasaan, dan imaji manusia. Menurut Baribin (1990: 40), puisi merupakan kar-ya imajinatif bermedium bahasa kar-yang unsur seni (estetiknkar-ya) dominan.

Pradopo (2002: 7), menyatakan bahwa puisi itu mengekspresi-kan pemikiran yang membangkitmengekspresi-kan perasaan yang merangsang imaji-nasi pancaindra dalam susunan berirama. Semua itu merupakan suatu yang penting direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik, dan memberi kesan. Menurut Suharianto (2005: 12), puisi adalah hasil pengungkapan kembali segala peristiwa atau kejadian yang terdapat pada kehidupan sehari-hari.

(31)

Menurut Waluyo (2002: 1), puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Puisi merupakan pancaran kehidupan sosial, gejolak kejiwaan, dan segala aspek yang ditimbulkan oleh adanya interaksi baik, baik secara langsung maupun tidak, secara sadar atau tidak, dalam suatu masa atau periode tertentu (Jalil, 1990: 2).

Puisi adalah sebuah genre sastra yang amat diperhatikan pemilihan aspek kebahasaan sehingga tidak salah jika dikatakan ba-hasa puisi adalah baba-hasa yang „sering‟ penggunaannya. Artinya, pemi-lihan bahasanya itu, terutama aspek diksi, telah melewati seleksi ketat, dipertimbangkan dari berbagai sisi, baik yang menyangkut unsur bunyi, bentuk, dan makna, yang kesemuanya harus memenuhi per-syaratan memperoleh efek keindahan (Nurgiyantoro dalam Pranoto, 2008: 13).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah hasil pengungkapan kembali segala peristiwa yang terjadi dalam bentuk tulisan dengan bahasa yang dipadatkan dan diberi irama, serta pemilih-an kata-kata kias.

b. Hakikat Puisi

Menurut Pradopo (2012: 314) hakikat puisi ialah apa yang menyebabkan puisi itu disebut puisi. Puisi baru (modern) tidak terikat pada bentuk formal, tetapi juga disebut puisi. Hal ini disebabkan di

(32)

18

dalam puisi modern terkandung hakikat puisi ini yang tidak berupa sajak, jumlah baris, ataupun jumlah kata pada setiap barisnya.

Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mengerti hakikat puisi. Pertama, sifat seni atau fungsi seni, kedua kepadatan, dan ketiga ekspresi tidak langsung.

1) Fungsi Estetik

Wellek dan Warren (1996:25) mengemukakan bahwa paling baik kita memandang kesusastraan sebagai karya yang di dalamnya fungsi estetiknya dominan. Yaitu fungsi seninya berkuasa. Tanpa fungsi seni itu karya kebahasaan tidak dapat disebut karya (seni)sastra. Puisi sebagai karya sastra maka fungsi estetik dominannya ada unsur estetiknya. Unsur-unsur keindahan itu merupakan unsur kepuitisannya misalnya diksi, irama dan gaya bahasanya. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk menggunakan efek tertentu yaitu efek estetikanya atau aspek kepuitisannya (Pradopo,1994:47) jenis-jenis gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa yaitu bunyi, kata, kalimat dan wacana yang dipergunakan secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu. Semua itu merupakan aspek estetika atau aspek keindahan puisi.

2) Kepadatan

Membuat sajak merupakan aktivitas pemadatan. Dalam puisi tidak semua peristiwa diceritakan. Yang dikemukakan

(33)

hanyalah inti masalah, peristiwa, atau inti cerita. Puisi merupakan ekspresi esensi. Karena puisi itu padat, maka penyair memilih kata dengan akurat (Altenbernd,170:9).

3) Ekspresi yang Tidak Langsung

Puisi sepanjang zaman selalu berubah. Dikemukakan Riffaterre (1978:1) dalam Pradopo (2012:318) bahwa di sepanjang waktu, dari waktu kewaktu puisi selalu berubah. Perubahan itu disebabkan oleh evolusi selera dan perubahan konsep estetik. Akan tetapi yang tidak berubah yaitu pengucapan sesuatu secara tidak langsung. Ucapan yang tidak langsung itu ialah menyatakan suatu hal dengan arti yang lain. Ketaklangsungan ekspresi ini menurut Riffaterre (1978:2) dalam Pradopo (2012:318) disebabkan oleh tiga hal yaitu (1) Penggantian arti (2), pemencongan arti, (3) penciptaan arti.

c. Uns ur-unsur Pembangun Puisi

Jabrohim (2003: 34) membagi dua unsur pembangun puisi yakni unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkrit, majas, versifikasi, dan tipografi, serta sarana retorika. Adapun unsur batin puisi terdiri atas tema, nada perasaan, dan amanat.

1) Struktur Fisik Puisi

Struktur fisik atau struktur kebahasaan puisi disebut juga metode puisi. Bahasa merupakan medium pengucapan maksud

(34)

20

yang hendak disampaikan penyair. Struktur fisik puisi yakni unsur estetika yang membangun struktur luar dari puisi, terdiri atas sebagai berikut.

a) Diksi (pemilihan kata)

Keraf dalam Jabrohim (2003: 35) menyatakan bahwa diksi disebut pula pilihan kata. Ada kesimpulan penting tentang pilihan kata. Pertama, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Kedua, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penyusun sejumlah besar kosakata bahasa itu.

Badrun (1989: 2) menyatakan bahwa untuk dapat memilih kata dengan baik diperlukan penguasaan bahasa. Syarat utama dalam diksi (pilihan kata) adalah menguasai bahasa.

Waluyo (1991: 73) berpendapat bahwa pemilihan kata mempertimbangkan berbagai aspek teoretis, maka kata-kata yang sudah dipilih bersifat absolut dan tidak bisa diganti dengan pada katanya, sekaligus maknanya berbeda. Bahkan, sekalipun unsur bunyinya hampir mirip dengan maknanya sama, kata yang sudah dipilih itu tidak dapat diganti. Jika kata

(35)

itu diganti akan mengganggu komposisi dengan kata lainnya dalam konstruksi keseluruhan puisi.

Penggunaan diksi di dalam puisi, di samping untuk mendapatkan kepuitisan juga untuk mendapatkan nilai estetik. Melalui diksi yang baik, penyair dapat mencurahkan perasaan dan isi pikiran dengan ekspresi yang dapat menjelaskan peng-alaman jiwa (Pradopo, 2002: 54).

b) Pengimajian

Badrun (1989: 1) menyatakan bahwa imaji adalah gambar pikiran, sedangkan imajeri adalah representasi gambar pikiran dalam bahasa. Imajeri adalah efek pikiran yang timbul sebagai refleksi kita atas objek yang diingat, dirasakan dan sebagianya, atau dengan kata lain sebagai kesan pikiran kita. Imajeri menampilkan aspek fisik pengalaman kita dalam imaji-nasi. Gambar- gambar angan, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut ba-hasa istilah citra atau imaji (image), sedangkan cara memben-tuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut dengan istilah citraan (imagery).

Wiyanto dalam Pranoto (2008: 16) memberi pengertian bahwa pengimajian adalah gambaran angan yang muncul di benak pembaca puisi. Lebih lengkapnya, citraan adalah gambaran-gambaran dalam pikiran dan bahasa yang

(36)

meng-22

gambarkannya. Sementara setiap gambar dalam pikiran disebut citra atau imaji, wujudnya adalah sesuatu yang dapat dilihat, diraba, dikecap, dan didengar. Akan tetapi, sesuatu yang dapat dilihat, diraba, dikecap, dicium, dan didengarkan itu tidak benar-benar ada, hanya ada dalam angan pembaca atau pendengar.

c) Kata konkret

Waluyo (1991: 81) untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret. Maksud-nya ialah bahwa kata-kata itu dapat meMaksud-nyaran kepada arti yang menyelurah. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkon-kret ini erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lam-bang. Jika penyair mahir memperkonkrit kata-kata, maka pem-baca seolah-olah melihat atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian, pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisinya.

d) Bahasa figuratif / majas

Waluyo (1991: 83) menyatakan bahwa penyair meng-gunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura, sehingga disebut figuratif. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi primatis, artinya meman-carkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni

(37)

secara tidak langsung mengungkapkan makna kata atau baha-sanya bermakna kias atau makna lambang.

Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk me-nyatakan apa yang dimaksudkan penyair karena (1) bahasa fi-guratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi konkrit dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca,(3) bahasa figuratif adalah cara nambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan me-nyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat (Perrine dalam Waluyo, 1991: 83).

Panuti Sujiman dalam Jabrohim (2003: 42-43) memberi pengertian bahwa bahasa figuratif adalah bahasa yang memper-gunakan kata-kata yang susunan dan artinya sengaja disim-pangkan dari susunan dan artinya yang biasa dengan maksud mendapat kesegaran dan kekuatan ekspresi.

Pradopo dalam Jabrohim (2003: 44-52) mengelompok-kan bahasa figuratif menjadi tujuh, yaitu simile, metafora, epik-simile, personifikasi, metonimi, sinekdoks, dan alegori. Simile adalah menyamakan satu hal dengan hal lain yang sesung-guhnya tidak sama, dengan menggunakan kata pembanding

(38)

24

bagai, sebagai, baik, seperti seumpama, laksana, serupa, pantun, dan sebagainya. Metafora adalah membandingkan se-suatu hal dengan hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa. Perlu diperhatikan pula bahwa metafora tidak menggunakan kata pembanding. Personifikasi adalah mempersamakan benda atau hal dengan manusia. Benda atau hal itu digambarkan dapat bertindak dan mempunyai kegiatan seperti manusia.

Epik-semile atau perumpamaan epos ialah pembandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingan lebih lanjut dalam kali-mat-kalimat atau frase- frase yang berturut-turut. Metonimia adalah pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu hal atau benda lainnya yang mempunyai kaitan rapat. Sinekdoks adalah bahasa figuratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu sendiri. Sinekdoks ada dua macam, yaitu parsprototo (sebagi-an untuk keseluruh(sebagi-an) d(sebagi-an totum pro parte (keseluruh(sebagi-an untuk sebagian). Alegori adalah cerita kiasan atau lukisan.

e) Versifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)

Jabrohim (2003: 53) menyebutkan versifikasi meli-puti ritma, rima, dan metrum. Secara umum ritma dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Panuti Sujiman

(39)

dalam Jabrohim (2003: 53-54) memberikan irama dalam puisi sebagai alunan yang dikesankan oleh perulangan dan per-gantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendeknya bunyi, keras lembutnya tekanan, dan tinggi rendahnya nada. Rima ada-lah pengulangan bunyi di dalam baris dan bait puisi. Adapun metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh jumlah suku kata yang tetap, tekanan yang tetap, dan alun suara yang menaik dan menurun yang tetap.

Suharianto (2005: 45) mengemukakan rima adalah istilah untuk persajakan atau persamaan bunyi, sedangkan irama yang sering juga dikatakan ritme adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lembut, atau cepat dan lambatnya kata-kata atau baris-baris puisi bila puisi tersebut dibaca.

Menurut Baribin (1990: 43-45) bunyi yang sama yang berulang-ulang ditemukan dalam sajak rima (sajak). Menurut tempatnya dalam puisi, rima dibedakan atas rima awal, rima tengah, dan rima akhir. Persamaan bunyi (rima) itu ada yang keseluruhan sama, dan ada yang sebagian bunyinya saja yang sama, maka menurut sempurna dan tidak sempurnanya persa-maan bunyi itu, rima dapat dibedakan rima sempurna dan rima tidak sempurna.

(40)

26

f) Tipografi (tata wajah)

Suharianto (1981: 37) menyatakan bahwa tipografi disebut juga ukiran bentuk, ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi. Termasuk ke dalam tipografi ialah penggunaan huruf- huruf untuk menulis kata-kata suatu puisi.

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik- larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dan tiap tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri dan tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan. Ciri yang demikian menunjukan eksistensi sebuah puisi (Waluyo, 1991: 97 ).

g) Sarana Retorika

Badrun (1989: 44) menyatakan bahwa sarana retorika merupakan susunan kata-kata yang artistik untuk memperoleh tekanan dan efek-efek tertentu. Cuddon dalam Badrun (1989: 44) menambahkan bahwa sarana retorika tidak mengubah arti kata seperti metafora.

Gaya merupakan keistimewaan, kekhasan seorang pengarang. Meskipun pengarang mempunyi gaya dan cara tersendiri, ada juga sekumpulan bentuk atau beberapa macam pola yang biasa dipergunakan oleh beberapa pengarang.

(41)

Jenis-jenis bentuk atau pola gaya ini disebut sarana retorika (retorical devices) (Jabrohim 2003: 57).

Altenbern dalam Jabrohim (2003: 57) menyatakan bahwa sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran. Dengan muslihat itu para penyair berusaha menarik perhatian, pikiran sehingga pembaca berkon-templasi dan tersugesti atas apa yang dikemukakan penyair. Pada umumnya sarana retorika menimbulkan ketegasan puitis, karena pembaca harus memikirkan efek apa yang ditimbulkan dan dimaksudkan oleh penyairnya. Sarana retorika adalah mus-lihat pikiran. Musmus-lihat pikiran ini berupa bahasa yang tersusun untuk mengajak pembaca berpikir. Sarana retorika berbeda dengan bahasa kiasan atau bahasa figuratif dan citraan.

Bahasa figuratif dan citraan bertujuan memperjelas gambaran atau mengkonkritkan dan menciptakan prespektif yang baru melalui perbandingan, sedangkan sarana retorika adalah alat untuk mengajak pembaca berpikir supaya lebih menghayati gagasan yang dikemukakan.

2) Struktur Batin

Struktur batin puisi meliputi tiga aspek yaitu tema, perasa-an, nada dan suasana serta amanat.

(42)

28

a) Tema

Suharianto (2005: 39) menyatakan bahwa tema adalah pokok permasalahan, tema puisi dinyatakan penyairnya dengan cara tersirat. Menurut Jalil (1990: 41), tema merupakan sesuatu yang menjadi pikiran, persoalan yang akan atau yang telah diungkapkan. Dari tema inilah kita dapat melihat mimik persoalan dari sebuah karya puisi.

b) Perasaan, Nada, dan Suasana

Perasaan adalah sikap penyair dalam menghadapi objek tertentu. Menurut Jabrohim (2003: 66-67), perasaan penyair ikut terekspresikan dalam puisi, nada adalah sikap penyair kepada pembaca, kemudian suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Ini berarti sebuah puisi akan membawa akibat psikologis pada pembacanya. Akibat psi-kologis ini terjadi karena nada yang dituangkan penyair dalam puisi.

Menurut Waluyo (2002: 39) puisi mengungkapkan perasaan penyair, nada dan perasaan penyair akan dapat kita tangkap kalau puisi itu dibaca keras dalam poetry reading atau deklamasi, kemudian Waluyo (2002: 37) menambahkan bahwa nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi, ada puisi yang bernada sinis,

(43)

protes, menggurui, memberontak, main- main, serius, dan se-bagainya.

c) Amanat

Jabrohim (2003: 67) menyatakan bahwa amanat atau tujuan adalah hal yang mendorong penyair unutuk menciptakan puisinya, kemudian Waluyo dalam Jabrohim (2003: 67) me-nyatakan bahwa amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Dalam puisi, tema berkaitan dengan arti, sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra.

Menurut Waluyo (2003: 40), amanat atau pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi, cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandangan pembaca. Amanat tidak lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.

d. Jenis-jenis Puisi

Kosasih (2012, 109-114) berpendapat bahwa berdasarkan isi atau gagasan, puisi dibagi dalam empat jenis, yaitu puisi naratif, puisi lirik, puisi deskriptif, puisi kontemporer.

(44)

30

1) Puisi Naratif

Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Puisi naratif dibagi menjadi 2, yaitu balada dan romansa.

Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa atau tokoh pujaan. Contoh dari balada adalah Balada Orang-Orang Tercinta dan Blues untuk Bonnie Karya Rendra. Sedangkan Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan yang diselingi perkelahian dan petualangan, contohnya Romance Perjalanan karya Kirdjomuljo.

2) Puisi Lirik

Puisi lirik merupakan sarana penyair untuk mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya ( Waluyo,1995:136).

Puisi lirik terbagi menjadi tiga jenis yaitu elegi, ode, dan serenda. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Dengan contoh Elegi Jakarta karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di kota Jakarta. Serenada ialah sajak Percintaan yang dapat dinyanyikan contohnya Rendra mencipkan serenda dalam empat kumpulan sajak yaitu Serenda Hitam, Serenda Biru, Serenda Merah Jambu, Serenda Ungu, Serenda Kelabu. Warna-warna di belakang serenda itu melambangkan sifat nyanyian cinta itu. Ada yang bahagia, sedih, kecewa dan sebagainya Kata “serenada” Berarti nyanyian yang

(45)

tepat dinyanyikan pada waktu senja. Sedangkan Ode adalah Puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, atau sesuatu keadaan. Misalnya Teratai I karya Sanusi Pane, Diponegoro karya Chairil Anwar.

3) Puisi Deskriptif

Dalam jenis puisi ini, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan atau peristiwa, benda atau suasana ya ng dipandang menarik perhatiannya. Puisi yang tergolong dalam jenis puisi deskriptif misalnya adalah satire, puisi yang bersifat kritik sosial, dan puisi impresionistik.

Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Puisi kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyairterhadap keadaan atau tehadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan atau orang tersebut.

4) Puisi Konte mporer

Puisi kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Kosasih (2012:113) berpendapat bahwa puisi kontemporer juga mengutamakan kekuatan bunyi daripada kekuatan makna. Contohnya puisi Pada

(46)

32

Mulanya Sepi karya Khusni Djamaluddin dan Tragedi Winka dan SihkaKarya Sutardji Calzoum Bachri.

e. Penulisan Puisi

Menurut Kosasih (2012:124) ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi antara lain :

1) Puisi diciptakan dalam suasana perasaan intens yang menuntut pengucapan jiwa yang spontan dan padat.

a) Sebuah protes sosial dalam puisi berbeda dengan protes sosial dalam esai, berita, pidato atau pamflet.

b) Hal yang sama juga berlaku untuk sajak cinta, yang harus dibedakan dengan surat cinta atau rayuan.

c) Tema-tema keTuhanan yang diangkat dalam puisi berbeda dengan khotbah atau doa-doa keagamaan.

2) Puisi mendasarkan masalah atau berbagai hal yang menyentuhke-sadaran sendiri. Tema yang tertulis berasal dari inspirasi diri sendiri yang khhas.

3) Dalam menulis puisi perlu memikirkan cara penyampaiannya. Cara penyampaian ide atau perasaan dalam berpuisi disebut gaya bahasa atau majas.

a) Gaya bahasa adalah perkataan yang terungkap karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati dan mampu menimbulkan perasaan tertentu dalam hati pembaca.

(47)

b) Gaya bahasa membuat kalimat dalam puisi lebih hidup dan merangsang pembaca untuk memberi reaksi tertentu dan berkontemplasi kepada yang dikemukakan penyair

3. Manfaat Pe mbelajaran Menulis Puisi

Pembelajaran menulis puisi merupakan tindak lanjut dari kegiatan membaca. Dengan membaca siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman batin dari ide-ide yang dituangkan oleh pengarang atau penyair. Melalui tulisannya itu penyair ingin mengungkapkan pengalaman dan memberikan pandangan hidup kepada para pembaca. Bahasa puisi merupakan bahasa yang padat (kondensaasi) yang memuat bermacam makna. Kegiatan menulis puisi akan menjadi wahana mengapresiasi tentang berbagai hal, baik kritik sosial maupun pencurahan perasaannya. Selain itu kegiatan menulis merupakan kegiatan yang akan mengem-bangkan kecerdasan intelektual siswa (diunduh dari http://sagoro-indo.blogspot.com)

Menurut Suwarjo (2006) manfaat menulis sastra (puisi) bagi anak adalah dapat menumbuhkan kesadaran sosial serta menjadi media sosialisasi diri pada kehidupan bermasyarakat (diunduh dari http;//kantongsastra.blogspot.com)

Amin Mustofa (2008) berpendapat bahwa Pembelajaran keterampilan menulis puisi akan banyak bermanfaat bagi para siswa. Diantaranya untuk membantu kecakapan berbahasa, meningkatkan

(48)

34

pengetahuan budaya, mengasah imajinasi, mengembangkan cipta dan rasa, mencetak siswa menjadi manusia kreatif, menunjang pembentukan watak dan meningkatkan kepekaan emosi siswa terhadap masalah disekitarnya (diunduh dari http://jurnaljpi.files.wordpress.com)

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis puisi memberikan beberapa manfaat bagi siswa. Dengan menulis puisi siswa dapat menumbuhkan kesadaran sosial dan imajinasi.

4. Teknik Panggil Pengalaman dalam Pe mbelajaran Menulis Puisi

Maulana (2012: 21) berpendapat bahwa dorongan hati menulis puisi, muncul dalam diri seseorang penyair tidak datang begitu saja dari dunia tak dikenal, tetapi datang dari sebuah pengalaman yang dihayatinya secara total. Pengalaman yang dimaksud disebut sebagai pengalaman puitik, yang sumbernya bisa berasal dari pengalaman fisik maupun dari pengalaman metafisik.

Dalam mengungkap pengalaman itu, seorang penyair mengungkap hubungan dirinya dengan Tuhan, dengan sesama manusia, maupun dengan alam yang mengitarinya. Ketika pengalaman tersebut hendak diekkspresikan dalam bentuk tulisan, maka hati dan pikiran seorang penyair dengan segera memilih sejumlah kosa kata dari sebuah ba hasa yang dikuasainya dengan baik.

Kemampuan dalam membayangkan dan memvisualkan sesuatu itulah yang ditulis oleh seorang penyair dalam sebuah puisi yang dikreasi dari sebuah pengalaman puitik yang dihayatinya secara total. Rendra

(49)

dalam Maulana (2012:22) menyebutnya sebagai pengalaman batin yang telah dihancur leburkan terlebih dahulu, kemudian dibentuk kembali menjadi dunia baru. Semua itu divisualkan lewat kata-kata yang telah dipilih oleh penyair secara sungguh-sungguh dalam sebuah puisi yang ditulisnya. Rendra dalam Maulana (2012:68) juga berpendapat bahwa puisi adalah penghayatan dari pengalaman, karena itu ia tidak dapat ditulis berdasar pada khayalan semata, seakan-akan mengalami peristiwa itu.

Kosasih (2012:125) berpendapat bahwa dalam perjalanan hidup manusia pasti pernah mengalami kejadian-kejadian menarik. Kejadian-kejadian itu sebenarnya dapat diungkapkan dalam bentuk puisi.

Dari uraian diatas penulis menggunakan teknik panggil penga-laman sebagai variasi pembelajaran menulis puisi. Teknik panggil pengalaman adalah suatu teknik pembuatan puisi dengan cara mengingat kembali pengalaman yang paling mengesankan sebagai bahan untuk membuat sebuah puisi. Teknik panggil pengalaman sangat membantu siswa dalam mengundang ide atau gagasan dengan mengangkat pengalaman pribadi (Maulana, 2012: 49)

Berikut merupakan langkah-langkah pembelajaran menulis puisi dengan teknik Panggil Pengalaman.

a. Guru menyampaikan topik atau materi yang akan dipelajari, Yaitu menyampaikan materi tentang menulis puisi (tema, diksi tipografi, dan rima)

(50)

36

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa beberapa menit untuk mengingat pengalaman yang tidak terlupakan.

c. Guru memberikan arahan agar siswa menuliskan pengalamannya tersebut kedalam bentuk paragraf.

d. Setelah paragraf selesai siswa menuliskannya kedalam bentuk bait-bait puisi yang indah sesuai dengan isi paragraf yang siswa buat.

Hasil puisi yang telah dibuat akan memperoleh penghargaan, selanjutnya dapat dipublikasikan di majalah dinding sehingga siswa termotivasi dan lebih percaya diri untuk menuangkan ide atau gagasannya secara ekspresif dan apresiatif dalam pembelajaran menulis puisi.

C. Kerangka Berpikir

Latar belakang kurangnya keterampilan menulis puisi siswa kelas X-1 SMA N 5 Purworejo adalah rendahnya minat siswa dalam menulis puisi, pembelajaran yang kurang bervariasi mempengaruhi perilaku siswa dalam proses belajar mengajar kurang baik. Untuk itu peneliti menggunakan teknik panggil pengalaman sebagai upaya peningkatan keterampilan menulis puisi siswa. Melalui teknik panggil pengalaman siswa diharapkan dapat dengan mudah menuliskan ide atau gagasannya sesuai dengan pengalaman yang pernah dialami.

D. Hipotesis

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik Panggil Pengalaman. Keterampilan menulis puisi

(51)

siswa kelas X SMA N 5 Purworejo akan mengalami peningkatan prestasi yakni siswa dapat dengan mudah menuliskan ide atau gagasannya sesuai dengan pengalaman yang pernah dialami dan terjadi perubahan perilaku siswa ke arah positif yaitu siswa menjadi lebih aktif di kelas serta terampil menulis puisi sesuai dengan langkah- langkah yang diterapkan.

(52)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian meliputi enam bagian pokok yaitu waktu dan tempat penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, serta teknik analisis data.

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama dua minggu, yaitu mulai tanggal 6 Mei 2013 sampai 18 Mei 2013. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Purworejo.

Elfanany (2013:80) berpendapat bahwa subjek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan, sedangkan objek penelitian merupakan masalah pembelajaran yang diharapkan mengalami perbaikan dan tanggapan siswa terhadap tindakan yang dilakukan. Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA N 5 Purworejo, sedangkanobjek dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini berbasis kelas, sehingga melibatkan komponen yang ada di dalam kelas, meliputi siswa, materi pelajaran, dan teknik pembelajaran yang tersaji dalam kegiatan pembelajaran.

(53)

Pelaksanaan penelitian ini melalui empat tahap yang dilakukan secara berbaur dan sistematis dalam dua siklus. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis puisi siswa. Siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis puisi setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang diadasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Bagan 1. Desain PTK

(Kembar D dan M, Kelly dalam Subiyantoro, 2007)

Keterangan:

ObA : Observasi Awal P : Perencanaan T : Tindakan O : Observasi R : Refleksi

RP : Revisi Perencanaan

Observasi awal dilakukan sebelum peneliti melakukan siklus I dan siklus II. Observasi awal dilakukan agar peneliti mengetahui kondisi siswa dalam kelas dan kesulitan yang dialami oleh siswa, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.

Perencanaan pada siklus meliputi dua hal, yakni perencanaan umum, dan perencanaan khusus. Perencanaan umum adalah perencanaan yang

SIKLUS I

SIKLUS II

(54)

40

meliputi keseluruhan aspek yang berhubungan dengan PTK. Perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Perencanaan khusus terdiri atas perencanaan ulang atau revisi perencanaan. Perencanaan ini berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan diterap-kan. Dalam perencanaan peneliti berkonsultasi dan bekerja sama dengan guru mata pelajaran, khususnya dalam penyusunan rencana pelaksanaan pem-belajaran (RPP). Selain itu, peneliti juga bekerja sama dalam menentukan dan memilih alokasi waktu yang akan digunakan dalam penelitian.

1. Proses Tindakan Observasi Awal

Proses tindakan pada observasi awal meliputi perencanaan, wawancara dengan guru dan pengamatan pembelajaran. Masing- masing tahap observasi awal dijelaskan sebagai berikut.

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merencanakan segala hal yang perlu dilakukan pada tahap tindakan observasi awal. Dengan adanya perencanaan, tindakan observasi awal yang dilakukan akan lebih terarah dan sistematis. Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap perencanaan observasi awal adalah sebagai berikut:

1) Peneliti melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X mengenai observasi awal yang akan dilakukan.

(55)

2) Peneliti menyiapkan lembar observasi yang meliputi perhatian dan sikap siswa serta situasi dalam kelas saat pembelajaran berlangsung.

3) Peneliti menyiapkan pertanyaan wawancara pada observasi awal guna mengetahui kesulitan yang dialami siswa pada saat pembelajaran menulis puisi berlangsung.

b. Wawancara dengan Guru

Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mengenai minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis, terutama menulis puisi serta untuk mengetahui kesulitan yang biasa dialami siswa dalam menulis puisi. Wawancara ini bertujuan agar pada penelitian siklus I dapat berjalan dengan baik.

c. Pengamatan Pe mbelajaran

Pada tahap pengamatan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai obsever. Peneliti mengamati pembelajaran menulis puisi di kelas yang di ajarkan langsung oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pengamatan pembelajaran meliputi perhatian dan sikap siswa saat pembelajaran berlangsung. Pengamatan pembelajaran di kelas sebagai upaya untuk mengetahui lebih lanjut keadaan yang sebenarnya di kelas. Kemudian peneliti juga mengamati hasiltes kemampuan awal guna mengetahui kemampuan peserta didik dalam menulis puisi.

(56)

42

2. Proses Tindakan Kelas Siklus I

Proses tindakan siklus I meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan

Masalah yang dialami dalam pembelajaran menulis puisi selama ini adalah masih kurangnya kemampuan siswa dalam menulis puisi karena metode pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran. Pada tahap ini peneliti merencanakan segala hal yang perlu dilakukan pada tahap tindakan. Dengan adanya perencanaan, tindakan pembelajaran yang dilakukan akan lebih terarah dan sistematis.

Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap perencanaan siklus I adalah sebagai berikut ini.

1) Peneliti melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X mengenai penelitian yang akan dilakukan. 2) Peneliti menyusun rencana pembelajaran menulis puisi dengan

menggunakan teknik panggil pengalaman.

3) Peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa rubrik penilaian, lembar observasi, pedoman wawancara, jurnal siswa dan jurnal guru, dan dokumentasi foto.

b. Tindakan

Tahapan tindakan dilakukan pada saat pembelajaran ber-langsung. Tindakan ini disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang

(57)

telah disusun. Pelaksanaan tindakan pada siklus I meliputi apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.

Pada tahap apersepsi, peneliti memberikan apersepsi kepada siswa mengenai pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman. Peneliti menyampaikan tujuan belajaran dan manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pem-belajaran ini.

Sebelum memasuki inti pembelajaran, peneliti membagi kelompok kelas, satu kelompok terdiri atas lima sampai enam anggota. Peneliti memberikan contoh puisi kepada masing- masing kelompok. Siswa mengamati contoh puisi dan mendiskusikan unsur-unsur yang terkandung dalam puisi tersebut. Peneliti kemudian menjelaskan mengenai menulis puisi dengan menggunakan teknik panggil pengalaman beserta langkah- langkahnya. Langkah- langkah yang dimaksud, antara lain: 1) memberikan kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk mengingat pengalaman mengesankan bagi siswa, 2) siswa menuliskan ide atau gagasan yang mereka temukan dari pengalaman yang mengesankan tersebut, 3) siswa menuliskan pengalamannya ke dalam bentuk paragraf, 4) siswa mengubah pengalaman pribadi yang mereka tulis dalam bentuk paragraf menjadi bait-bait puisi yang indah.

Pada tahap evaluasi, setelah siswa selesai menulis puisi secara individu, puisi terbaik dalam masing- masing kelompok kemudian

Gambar

Diagram 1. Hasil Tes Keterampilan Menulis Puisi Siklus I
Tabel 19 berikut  ini  menunjukkan hasil  tes keterampilan  menulis puisi  menggunakan teknik panggil pengalaman siklus II
Diagram 4  menunjukkan bahwa  nilai rata-rata siswa dalam  aspek kesesuaian isi dengan tema sebesar 20,85 aspek diksi sebesar  20,48  aspek  rima  sebesar  19,07  aspek  tipografi  sebesar  20,89

Referensi

Dokumen terkait

dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia kompetensi membaca puisi; dan 2) penggunaan metode pembelajaran kontekstual

Peristiwa berupa kegiatan pembelajaran menulis puisi yang berlangsung dalam kelas, wawancara dengan guru dan kepala sekolah, Informan, yaitu guru Bahasa Indonesia dan

Keberhasilan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia terutama keterampilan menulis puisi ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain ialah faktor

Bahasa Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa di Kelas V

Penerapan teknik kata kunci dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar menulis puisi mahasiswa, karena pada pembelajaran ini nilai mahasiswa meningkat dan mencapai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode mind mapping dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi Mahasiswa

Hal ini dibuktikan bahwa dengan menggunakan teknik akrostik dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi dan mendeklamasikan puisi siswa, hal ini terbukti dengan

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa dan meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia setelah diadakan