• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

5

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)

Pohon Artocarpus heterophyllus memiliki tinggi 10-15 m. Batangnya tegak, berkayu, bulat, kasar dan berwarna hijau kotor. Daun A. heterophyllus tunggal, berseling, lonjong, memiliki tulang daun yang menyirip, daging daun tebal, tepi rata, ujung runcing, panjang 5-15 cm, lebar 4-5 cm, tangkai panjang lebih kurang 2 cm dan berwarna hijau. Bunga nangka merupakan bunga majemuk yang berbentuk bulir, berada di ketiak daun dan berwarna kuning. Bunga jantan dan betinanya terpisah dengan tangkai yang memiliki cincin, bunga jantan ada di batang baru di antara daun atau di atas bunga betina. Buah berwarna kuning ketika masak, oval, dan berbiji coklat muda (Heyne, 1987).

(2)

commit to user

Klasifikasi berdasarkan Cronquist: Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Sub classis : Hamamelidae Ordo : Hamamelidales Familia : Moraceae Genus : Artocarpus Species : Artocarpus Lamk

Amilum biji nangka adalah amilum yang diperoleh dari biji nangka

(Artocarpus heterophyllus Lamk).

Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berbau dan tidak berasa.

Mikroskopik : Berbentuk granul, ukuran granula pati berkisar antara 7,0 sampai 24,4 mikron. Bentuk granula sebagian bulat, angular dan sebagian polyhedral.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalan etanol (95%) p.

2. Amilum/pati

Amilum merupakan salah satu bentuk bahan tambahan dalam pembuatan tablet sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur. Sebagai bahan pengikat amilum akan membentuk jembatan cair dan meningkatkan kohesifitas antar partikel sehingga membentuk ikatan yang penting untuk membentuk suatu granul/algomerat. Perbandingan kekuatan bahan pengikat tablet berdasarkan kekuatan adhesif dari bahan pengikat tersebut yang paling besar dimiliki oleh

(3)

commit to user

glukosa, akasia (gom), gelatin, sirupus simplex, dan pati. Walaupun pati memiliki kekuatan adhesif yang paling kecil, pada umumnya pati juga berpengaruh kecil/tidak merusak waktu disintegrasi dari tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010).

(a)

(b)

Gambar 2. (a) Gambar Struktur Amilosa, (b) Gambar Struktur Amilopektin (Rowe et al., 2009)

Amilum memiliki dua komponen utama yakni amilosa dan amilopektin. Amilosa mempunyai rantai lurus dan larut dalam air. Umumnya amilosa menyusun pati 17-21%, terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui ikatan -(1,4) D-Glukosa (Schwartd dan Zelinskie, 1978). Amilosa dapat mempengaruhi proses pengembangan pati dan tingkat kekentalan pati. Semakin besar kadar amilosa, maka semakin kecil kemampuan mengembangnya pati dan kekuatan gel semakin rendah. Peningkatan kadar amilosa mengurangi daya ikat pati dan menurunkan kekuatan gel (Zobel, 1992). Sementara itu amilopektin mempunyai rantai

(4)

commit to user

D- -(1,6) D-glukosa. Amilopektin tidak dapat larut dalam air tetapi dapat larut dalam butanol (Schwartd dan Zelinskie, 1978). Amilosa berperan dalam pembentukan gel sedangkan amilopektin membentuk sifat viskoelastis (Zobel, 1992).

3. Tablet

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989). Tablet dapat mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah, atau zat lain yang cocok (Anonim, 1979). Pada dasarnya bahan pembantu tablet harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1994). Bahan tambahan dalam pembuatan tablet antara lain :

a. Bahan pengisi (dilluent/filler)

Bahan pengisi adalah zat inert yang ditambahkan pada zat aktif dalam jumlah yang cukup agar diperoleh bobot tablet yang rasional saat dicetak (Gennaro, 1995). Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: sukrosa, laktosa, amilum, kaolin kalsium karbonat,

(5)

commit to user

dekstrosa, manitol, selulosa, sorbitol dan bahan lain yang cocok (Banker and Anderson, 1986).

b. Bahan pelicin (lubricant)

Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet keluar ruang cetak melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan sisi tablet. Bahan pelicin juga ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan di antara partikel-partikel (Voigt, 1994). Bahan pelicin yang biasa digunakan adalah talk, mg stearat, asam stearat, kalsium stearat, natrium stearat, licopodium, lemak paraffin cair (Banker and Anderson, 1986).

c. Bahan pengikat (binder)

Bahan pengikat dimaksudkan untuk memberikan kekompakkan dan daya tahan tablet. Oleh karena itu, bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam serimpang butir granulat. Sebagai bahan pengikat yang khas antara lain gula dan jenis pati, gelatin, turunan selulosa, gom arab, tragakan (Voigt, 1984).

d. Bahan penghancur (disintegrant)

Bahan penghancur dimasukkan untuk menarik air masuk dalam tablet sehingga memudahkan hancurnya tablet dalam medium cair sehingga dapat pecah menjadi granul atau partikel penyusunnya (Banker dan Anderson, 1986). Kerja bahan penghancur adalah melawan kerja bahan pengikat dan kekuatan fisik tablet sebagai akibat

(6)

commit to user

tekanan mekanik pada proses pengempaan. Makin kuat kerja bahan pengikat maka diperlukan bahan penghancur yang lebih efektif. Bahan penghancurnya yang umum digunakan adalah amilum, alginat dan selulosa (Voigt, 1994). Konsentrasi bahan penghancur sangat mempengaruhi sifat fisik tablet. Kenaikan konsentrasi bahan penghancur akan mempercepat waktu hancur tablet setelah kontak dengan cairan pencernaan (Sulaiman, 2007).

Bahan penghancur dapat ditambahkan langsung (pada kempa langsung) atau dapat ditambahkan secara intragranular, ekstragranular serta kombinasi intra-ekstra pada granulasi. Pada penambahan secara intragranular, bahan penghancur akan berfungsi menghancurkan granul menjadi partikel halus, sementara penambahan secara ekstragranular akan membantu hancurnya tablet menjadi granul. Penambahan secara kombinasi lebih efektif (Sulaiman, 2007).

4. Metode Pembuatan Tablet

Pembuatan tablet terdapat 3 macam metode, yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering dan cetak langsung (Ansel, 1995).

a. Metode granulasi basah

Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan pada campuran serbuk, namun demikian, bahan

(7)

commit to user

pengikat itu dapat dimasukkan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dapat dimasukkan sendiri (Banker and Anderson, 1986).

Menurut Sheth dkk. (1980), keuntungan granulasi basah antara lain:

1). Zat aktif yang larut air dalam dosis kecil, maka distribusi dan keseragaman zat aktif akan lebih baik kalau dicampurkan dengan larutan bahan pengikat.

2). Zat aktif yang kompaktibilitasnya rendah dalam dosis yang tinggi harus dibuat dengan metode granulasi basah, karena jika digunakan metode cetak langsung memerlukan banyak eksipien sehingga berat tablet terlalu besar.

3). Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk.

4). Zat-zat yang bersifat hidrofob, sistem granulasi basah dapat memperbaiki kecepatan pelarutan zat aktif dengan perantara cairan pelarut yang cocok pada bahan pengikat.

5). Sistem granulasi basah dapat mencegah segregasi komponen penyusun tablet yang telah homogen sebelum proses pencampuran.

b. Metode granulasi kering

Proses granulasi kering sesuai untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan dan kelembaban (Anonim, 1995). Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh kelembaban atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan

(8)

commit to user

setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1995).

c. Metode cetak langsung

Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah mengalir sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Sheth dkk., 1980).

Keuntungan yang utama dari tabletisasi langsung adalah bahan obat yang peka lembab dan panas, yang stabilitasnya terganggu akibat operasi granulasi, dapat dibuat menjadi tablet (Voigt, 1984).

5. Pemeriksaan kualitas granul a. Waktu alir

Waktu alir adalah waktu yang diperlukan serbuk atau granul untuk mengalir melalui corong. Sifat aliran dipengaruhi oleh bentuk partikel, ukuran partikel melalui gaya kohesi diantara partikel. Sifat aliran ini dapat diperbaiki melalui bahan pelicin yang menurunkan gesekan antar partikel (Banker dan Anderson, 1986). Kecepatan alir granul yang baik adalah tidak kurang dari 10 gram perdetik untuk 100 gram granul (Parrot, 1971).

(9)

commit to user

b. Sudut diam

Sudut diam adalah sudut maksimum yang dibentuk permukaan serbuk dengan permukaan horizontal pada waktu berputar. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik (Banker and Anderson, 1986).

c. Uji pengetapan

Indeks pengetapan granul ditentukan setelah dilakukan penghentakan terhadap sejumlah granul sehingga diperoleh volume yang konstan. Pada saat volume konstan partikel serbuk berada pada kondisi paling mampat. Sifat fisik massa granul yang baik memiliki harga pengetapan lebih kecil dari 20% (Lachman dkk, 1994).

6. Pemeriksaan Kualitas Tablet a. Keseragaman bobot

Keseragaman bobot ditetapkan dengan ditimbang 20 tablet satu per satu, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga kolom B (Anonim, 1979).

(10)

commit to user

Tabel I. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet

Bobot Rata-rata Penyimpangan Bobot Rata-rata dalam %

A B 25 mg atau kurang 15% 30% 26 mg - 150 mg 10% 20% 151 mg - 300 mg 7,5% 15% Lebih dari 300 mg 5% 10% (Anonim, 1979) b. Kekerasan

Kekerasan adalah batasan yang dipakai untuk manggambarkan ketahanan tablet melawan tekanan-tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan, dan terjadinya keretakan tablet selama pengemasan, pengangkutan, dan pendistribusiannya kepada konsumen. Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg (Parrott, 1971).

c. Kerapuhan

Kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan dari tablet akibat adanya beban penguji mekanik (Voigt, 1994). Sifat fisik tablet kerapuhan diukur dengan menggunakan

friability tester. Nilai kerapuhan lebih dari 1% dianggap kurang baik

(Banker and Anderson, 1986).

d. Waktu hancur

Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Daya hancur tablet memungkinkan partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja dalam tubuh (Ansel, 1989). Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet

(11)

commit to user

tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan salut selaput (Anonim, 1979).

7. Tinjauan bahan a. Antalgin

Antalgin mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C13H16N3NaO4S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Memiliki nama kimia Natrium 2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4-metil amino metana sulfonat. Berupa serbuk hablur, putih atau putih kekuningan. Larut dalam air, dan HCl 0,02 N. Berat molekulnya sebesar 351,37 dengan rumus C13H16N3NaO4S.H2O. Struktur antalgin dapat dilihat pada gambar 2.

Tablet Antalginmengandung Metampiron, C13H16N3NaO4S.H2O tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 105,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995). Obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi.

(12)

commit to user

b. Laktosa

Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Pemerian serbuk hablur, putih, tidak berbau, dan rasa agak manis. Kelarutan larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).

Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk hidrat maupun anhidrat. Umumnya formulasi menggunakan laktosa menunjukkan laju pelapasan obat yang baik, granulnya cepat kering dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan pada kekerasan tablet. Harganya murah tetapi mungkin mengalami perubahan warna bila ada zat basa amina garam alkali (Lachman dkk, 1994).

(13)

commit to user

Gambar 4. Struktur molekul laktosa (Anonim, 1979)

c. Talk (Talcum)

Merupakan magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium silikat. Pemerian serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas butiran, warna putih atau putih kelabu. Kelarutan tidak larut dalam hampir semua pelarut. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).

d. Magnesii Stearat

Magnesii stearat mengandung tidak kurang dari 6,5 % dan tidak lebih dari 8,5 % MgO, dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Pemerian serbuk halus, putih, licin, mudah melekat pada kulit, dan bau lemah khas. Kelarutan praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam eter P. Khasiat dan penggunaan antasidum, zat tambahan (Anonim, 1979).

(14)

commit to user

Mikrokristalin selulosa dalam perdangan dikenal dengan nama dagang Avicel yang digunakan secara luas sebagai bahan tambahan dalam pembuatan tablet secara kempa dengan menunjukkan kekerasan dan friabilitas yang baik (Siregar dan Wikarsa, 2010). Mikrokristalin selulosa merupakan zat murni yang terdiri dari depolimerisasi selulosa yang mana berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, berbentuk serbuk kristal yang terdiri dari partikel berpori. Avicel biasanya digunakan sebagai bahan tambahan yakni sebagai adsorbent 20-90%, antiadherent 5-20%, bahan pengisi 20-90%, bahan penghancur 5-15% (Rowe et al., 2009).

B. Kerangka pemikiran

Amilum (pati) merupakan bahan penolong yang sering digunakan pada pembuatan tablet baik sebagai bahan pengisi, pengikat maupun penghancur. Sebagai bahan pengikat, amilum akan mengikat serbuk-serbuk menjadi massa yang siap digranulasi. Amilum digunakan sebagai bahan pengikat dapat dibuat dengan musilag. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa penggunaan amilum biji nangka sebagai bahan pengikat dapat digunakan dengan konsentrasi 5-15%.

Biji Nangka merupakan salah satu penghasil amilum yang cukup besar. Diketahui biji Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) mempunyai kadar amilum sebesar 75,61 %. Dalam penelitian terdahulu sudah diketahui, ternyata amilum dari biji nangka efektif untuk bahan tambahan dalam pembuatan tablet, baik untuk bahan pengikat, pelicin maupun penghancur.

(15)

commit to user

Antalgin merupakan analgetik yang efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi, sehingga antalgin memerlukan waktu hancur yang cepat untuk dapat segera kandungan kimia obat segera bereaksi dengan reseptornya. Sehingga pada penelitian ini dilakukan pengembangan penggunaan amilum biji nangka sebagai bahan eksipien tablet Antalgim yakni sebagai bahan pengikat. Perlu diteliti konsentrasi optimum dari amilum biji durian yang memenuhi persyaratan sebagai bahan pengikat. Pada pengujiaan ini digunakan amilum biji durian dengan konsentrasi 10%, 12.5% dan 15% yang dibuat dalam bentuk musilago.

C. Hipotesis

1. Perbedaan variasi konsentrasi amilum biji nangka digunakan sebagai bahan pengikat diduga berpengaruh terhadap sifat fisik tablet antalgin.

2. Peningkatan konsentrasi amilum biji nangka sebagai bahan pengikat diduga semakin baik sifat fisik tablet antalgin, formula III diduga memiliki sifat fisik tablet yang paling baik.

BAB III

Gambar

Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)
Tabel I. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet
Gambar 3. Gambar Struktur Antalgin (Anonim, 1995)
Gambar 4. Struktur molekul laktosa (Anonim, 1979)

Referensi

Dokumen terkait

“A closer look at the FBI’s Joint Terrorism Task Forces” dalam http://www.renewamerica.com/coloumns/webster/090601 di akses pada 27 april 2014 The United States Association

lembaran cenderung meningkat, akan tetapi pada industri kertas waktu reaksi atau waktu tinggal sangat mempengaruhi produktivitas, sehingga dengan pertimbangan ini dipilih

Berdasarkan hasil observasi dengan pihak BRI (Bank Rakyat Indonesia) yang bergerak dibidang jasa keuangan. Salah satu faktor penting dalam hal pelayanan

Jadi bukan soal Islam kita yang kita pamerkan, yang terpenting adalah aktualisasi, aktualisasi itu adalah akhlak yang terbentuk dari sana, maka kan Al-Qur‟an itu

The alteration zone at the Randu Kuning area and its vicinity can be divided into several hydrothermal alteration zones, such as potassic zone (magnetite-biotite-K feldspar),

Automotive business which contributed more than 50% to the company’s revenue and profit has shown it’s resilience this semester, where Astra Group’s car and motorcycle

Peserta didik dapat mendiskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar,cermin cekung, dan cermin cembung dengan tepat.. Peserta didik dapat menjelaskan

Beranekaragam peralatan sederhana dipergunakan untuk membersihkan gigi dan mulut mereka dari sisa-sisa makanan, mulai dari tusuk gigi, batang kayu, ranting pohon, kain, bulu