• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP KEBERADAAN MILK COLLECTION POINT (MCP) (Kasus di TPK Los Cimaung KPBS Pangalengan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP KEBERADAAN MILK COLLECTION POINT (MCP) (Kasus di TPK Los Cimaung KPBS Pangalengan)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1

RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP KEBERADAAN

MILK COLLECTION POINT (MCP)

(Kasus di TPK Los Cimaung KPBS Pangalengan)

DAIRY FARMER’S RESPONSE TO THE EXISTENCE OF MILK

COLLECTION POINT (MCP)

(A case in TPK Los Cimaung KPBS Pangalengan)

Ning Ayu Dwi Tiya*, Syahirul Alim**, Hermawan**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinnagor-Sumedang 45363

*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2017 ** Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadajaran

E-mail: dningayu@yahoo.com ABSTRAK

Penelitian mengenai respon peternak sapi perah terhadap keberadaan Milk Collection Point (MCP) telah dilakukan di Kampung Los Cimaung Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung sejak Juli hingga Agustus 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui respon tertutup dan respon terbuka peternak sapi perah terhadap keberadaan MCP serta hubungan keduanya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survei dengan mengambil data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari 42 responden yang dipilih berdasarkan Simple Random Sampling dengan wawancara berdasarkan daftar pertanyaan. Data sekunder diperoleh dari KPBS Pangalengan dan kantor Desa Margamukti. Data dianalisis statistik menggunakan korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 37 responden termasuk ke dalam kategori respon tertutup tinggi (88,10%) dan sebanyak 23 responden termasuk ke dalam kategori respon terbuka tinggi (54,76%); nilai korelasi antara respon tertutup dengan respon terbuka sebesar 0,63. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa hubungan respon tertutup dengan respon terbuka peternak sapi perah terhadap keberadaan MCP cukup berarti.

Kata kunci: respon tertutup, respon terbuka, milk collection point

ABSTRACT

A Research about dairy farmer’s response to the existence of Milk Collection Point (MCP) had been done at Kampung Los Cimaung Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung from July to August 2016. The objectives of this research were to study and know covert response and overt response of dairy farmer on the existence of MCP, and their correlation. Method used in this study was survey by took primary and secondary data. Primary data were obtained from 42 respondents that were selected by Simple Random Sampling with a questionnaire-based interview. Secondary data were obtained from KPBS Pangalengan and village office of Desa Margamukti. Data were analized statistically useed Rank Spearman correlation. Results showed that 37 respondents were in high category of covert response (88.10%) and 23 respondents were in high category of overt response (54.76%); the correlation between covert response with overt response were 0.63. In conclusion, the correlation between covert response with overt response of dairy farmer on the existence of MCP were in moderate correlation.

(2)

Page 2

PENDAHULUAN

Masalah yang umumnya dihadapi oleh peternak sapi perah di Indonesia adalah rendahnya kualitas susu yang dihasilkan. Rendahnya kualitas susu, salah satunya, dipengaruhi oleh jumlah bakteri awal pada susu segar yang biasanya dihitung dengan menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Jumlah bakteri awal pada susu segar di Indonesia umumnya jauh melebihi Standar Nasional Indonesia mengenai Susu Segar Sapi yaitu maksimal 106 cfu/ml (Badan Standardisasi Nasional, 2011). Tingginya jumlah bakteri tersebut akan menurunkan kualitas susu dan pada akhirnya akan memengaruhi harga jual susu.

Dalam upaya meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan oleh peternak, Frisian Flag Indonesia (FFI) bekerja sama dengan Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan membentuk Milk Collection Point (MCP). MCP diresmikan pada tanggal 10 September 2015 di Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Los Cimaung yang terletak di Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Tujuan MCP adalah untuk meningkatkan kualitas susu dan memutus rantai penyetoran yang terlalu panjang sehingga dapat meminimalisasi penurunan kualitas susu. Adapun upaya lain MCP untuk meningkatkan kualitas susu adalah dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pengalaman para peternak sapi perah melalui pembinaan dan pelatihan berkesinambungan mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) pemerahan yang benar serta dengan menyediakan peralatan pemerahan.

MCP mengadaptasi sistem kartu anggota ber-barcode dimana peternak sapi perah menggunakan kartu yang telah terhubung (ter-link) dalam setiap penyetoran susu. Dengan membaca barcode pada kartu tersebut, maka komputer akan menemukan identitas peternak yang memuat data berupa identitas peternak, dan pencatatan berapa banyak susu yang disetor oleh peternak setiap penyetoran. Adaptasi sistem ini dapat meminimalisasi adanya kesalahan petugas (human error) dalam pencatatan saat penyetoran susu.

Higienitas sangat dijaga dalam MCP, hal ini dibuktikan dengan adanya tempat pencucian milk can yang telah terstandardisasi pada MCP. Aturan untuk memaksa peternak mencuci milk can miliknya di MCP menjadi fokus utama untuk mengurangi jumlah bakteri pada susu. Pada tempat pencucian tersebut dilengkapi dengan sabun, disinfektan, dan air bersih. Dengan demikian, milk can yang dibawa pulang peternak sudah dipastikan bersih dan siap disimpan.

(3)

Page 3 Sebelum adanya MCP harga susu di Kampung Los Cimaung ditentukan oleh kualitas susu perkelompok peternak, sehingga peternak dalam satu kelompok memiliki harga jual susu yang sama, namun dapat beragam antarkelompok. Setelah adanya MCP harga susu ditentukan oleh kualitas susu yang dihasilkan masing-masing individu peternak. Kualitas susu yang dinilai oleh FFI utamanya adalah hasil pengujian TPC atau jumlah bakteri susu.

Kampung Los Cimaung memiliki penduduk yang sebagian besar berprofesi sebagai peternak sapi perah yang terdiri dari beberapa kelompok. Peternak sapi perah di Kampung Los Cimaung berjumlah 206 orang yang terdiri dari berbagai skala usaha. Skala usaha peternakan rakyat sapi perah dibedakan menjadi tiga berdasarkan kepemilikan sapi betina produktif yaitu: 1) skala usaha kecil, 1 - 3 ekor, 2) skala usaha sedang, 4 - 6 ekor, dan 3) skala usaha besar, ≥ 7 ekor.

Respon peternak mengenai keberadaan MCP sangat beragam, dimana respon merupakan tanggapan atau reaksi seseorang tentang sesuatu. Penentuan harga susu yang dilakukan sepuluh hari sekali menurut peternak merugikan karena harga susu menjadi berubah sesuai kualitas susu pada hari dimana dijadwalkan penentuan harga, namun di sisi lain peternak juga merasa diuntungkan dengan pendapatan yang meningkat apabila kualitas susu baik.

MCP merupakan sistem baru dalam kegiatan TPK dimana baru diterapkan di Kampung Los Cimaung Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang “Respon Peternak Sapi Perah terhadap Keberadaan Milk Colection Point (MCP) (Kasus di TPK Los Cimaung KPBS Pangalengan)”.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) di Kampung Los Cimaung Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah survei dengan daerah pengamatan di TPK Los Cimaung Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Metode survei yaitu

(4)

Page 4 metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang utama (Daniel, 2002).

Penentuan Daerah Penelitian

Pertimbangan memilih wilayah TPK Los Cimaung KPBS Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung adalah:

1. Merupakan sentra pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

2. Kampung Los Cimaung merupakan tempat pertama kali diterapkannya sistem Milk Collection Point (MCP) yang didirikan atas kerja sama antara Frisian Flag Indonesia (FFI) dengan KPBS.

Penentuan Responden

Penentuan responden dilakukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Metode pengambilan sampel secara acak sederhana dengan menggunakan alat bantu berupa kalkulator. Jumlah peternak yang berada di wilayah TPK Los Cimaung yaitu sebanyak 206 orang. Menurut Parel dalam Paturochman (2012) cara terbaik dalam pengambilan sampel adalah mengambil persentase tertentu dari suatu populasi, yaitu 10%, 20%, atau 50% dan hasil perhitungannya tidak boleh kurang dari 30 sampel. Berdasarkan pendapat tersebut maka jumlah responden yang diambil adalah 20% dari 206 orang yaitu sebanyak 42 orang. Sesuai dengan pendapat Sudjana (2001) bahwa dengan n ≥30 maka nilai pengamatan mendekati sebaran normal. Ditentukan jumlah responden sebanyak 42 orang.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian survei umumnya menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung atau tidak langsung dari responden yang belum pernah diolah atau dilaporkan oleh siapapun, sedangkan data sekunder adalah data yang sudah diolah atau dilaporkan dari lembaga terkait atau data penunjang yang dapat memperkuat data utama (Paturochman, 2012). Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan para responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan data sekunder diperoleh dari kantor KPBS dan Desa Margamukti.

(5)

Page 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Respon Peternak terhadap Keberadaan MCP

(1) Respon Tertutup Peternak Sapi Perah Terhadap Keberadaan MCP

Respon tertutup terdiri dari aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif menurut Sarwono (2015) adalah teori-teori yang menitikberatkan proses-proses sentral (misalnya sikap, ide, harapan) dalam menerangkan tingkah laku. Teori-teori kognitif banyak mempelajari pembentukan konsep, berpikir, dan membangun pengetahuan. Sedangakan afektif menurut Sarwono (2010) merupakan istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. “sesuatu” itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok. Kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif, sedangkan kalau perasaan tak senang disebut sikap negatif. Kalau tidak timbul apa-apa berarti sikapnya netral.

Harga susu sapi perah meningkat sejak adanya MCP. Respon tertutup peternak terhadap harga yang ditentukan oleh MCP sangat baik terlihat dari jawaban peternak ketika diwawancara bahwa MCP meningkatkan harga sebanyak 34 orang, sisanya sebanyak 8 orang menyatakan harga susu sama saja seperti sebelum MCP ada. Harga susu yang meningkat memicu peternak menjadi lebih giat dalam meningkatkan kualitas susu sehingga harga menjadi meningkat pula. MCP menentukan harga susu secara objektif berdasarkan kualitas susu masing-masing peternak. MCP juga menerapkan bonus dan penalti terhadap kualitas susu dengan ketentuan tertentu. Respon peternak terhadap bonus umumnya baik karena rata-rata bonus yang diperoleh mencapai Rp. 1.000,- perliter. Bonus tersebut paling besar ditentukan oleh rendahnya jumlah bakteri. Penalti yang diberikan umumnya dari komponen Fat dengan nilai yang sangat kecil, paling tinggi mencapai Rp. 95,47,-.

MCP mengatur standar pemerahan kepada peternak untuk diperolehnya kualitas susu dengan standar baik. Adapun respon peternak terhadap aturan-aturan yang diberikan MCP beragam. Pada saat di wawancara peternak yang merespon baik mengatakan peraturan pemerahan tidak rumit jika dijalankan, peternak juga merespon kurang baik dengan mengatakan bahwa peraturan yang diberikan sama saja seperti sebelum adanya MCP, dan yang merespon tidak baik mengatakan peraturan pemerahan di MCP rumit dan terlalu memberatkan.

(6)

Page 6 Tabel 1. Penilaian Respon Tertutup Ditinjau dari Aspek Kognitif Peternak terhadap

Keberadaan MCP di Los Cimaung

Respon Tertutup Ditinjau dari Aspek Kognitif Kriteria (%)

Tinggi Sedang Rendah

Pengetahuan umum mengenai MCP 54,76 45,24 0,00

Pengetahuan mengenai manfaat MCP 9,52 85,71 0,00

Pengetahuan mengenai peraturan dalam MCP 73,81 26,19 0,00

Pengetahuan mengenai tujuan MCP 57,14 42,86 0,00

Respon Tertutup Ditinjau dari Aspek Kognitif 76,19 23,81 0,00 Keterangan: n = 42 orang

Aspek kognitif yang diamati terhadap keberadaan MCP meliputi pengetahuan responden mengenai manfaat, peraturan, tujuan, dan MCP itu sendiri. Aspek kognitif yaitu pengetahuan sesorang tentang sesuatu. Persentase aspek kognitif responden tersaji pada Tabel 1. Pada tabel terlihat respon peternak sedang dan tinggi menunjukkan bahwa secara garis besar peternak sudah mengetahui keberadaan dan hal-hal lain berkaitan dengan MCP.

Aspek kognitif mengenai keberadaan MCP dinilai dari pengetahuan peternak seputar MCP. Sebanyak 23 (54,76%) peternak merespon baik keberadaan MCP dengan mengetahui banyak hal mengenai MCP antara lain MCP merupakan kerjasama KPBS dengan FFI, peralatan MCP sudah lengkap seperti tersedia cooling unit, susu sapi perah sekarang diukur menggunakan timbangan digital otomatis dan diukur per-kilogram, kualitas susu yang dilihat secara individu, dan penggunaan barcode untuk pendataan. Sebaliknya sebanyak 19 (45,24%) peternak merespon kurang baik keberadaan MCP. Respon kurang baik tersebut dilihat dari kurangnya pengetahuan mengenai MCP.

Aspek kognitif mengenai manfaat MCP dinilai dari sejauh mana peternak mengetahui manfaat tersebut. Sebanyak 4 (9,52%) peternak merespon baik manfaat MCP yaitu dengan menyatakan MCP memotivasi agar dapat meningkatkan produksi susu, harga susu sesuai dengan kualitas masing-masing peternak, dan pendataan menggunakan barcode sehingga data tidak salah. Peternak yang merespon kurang baik, sebanyak 36 (85,71%), menyatakan bahwa MCP tidak meningkatkan produksi susu. Selanjutnya peternak yang merespon tidak baik, sebanyak 2 (4,76%), menyatakan manfaat MCP hanya dari sisi pendataan yang menggunakan barcode saja sehingga pendataan lebih cepat.

(7)

Page 7 Aspek kognitif mengenai aturan MCP dinilai dari pengetahuan peternak terhadap pemerahan yang baik dan syarat susu yang diterima. Sebanyak 31 (73,81%) peternak merespon baik peraturan MCP dengan menyebutkan sebagian besar pemerahan susu yang sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan oleh FFI, susu yang diterima oleh petugas tidak pecah, susu harus bersih saat disetorkan, suhu susu minimal 28oC, dan milk can yang digunakan tidak rusak dan harus tertutup. Sebaliknya sebanyak 11 (26,19%) peternak merespon kurang baik dengan hanya menyebutkan beberapa peraturan tersebut.

Aspek kognitif mengenai tujuan MCP dinilai dari sejauh mana pengetahuan peternak mengenai tujuan tersebut. Adapun tujuan-tujuan MCP yang terhimpun dari jawaban peternak yaitu meminimalisasi jumlah bakteri pada susu, meningkatkan kualitas susu, meningkatkan produksi susu, meningkatkan kesadaran untuk memproduksi susu dengan lebih bersih, dan menghemat waktu. Sebanyak 24 (57,14%) peternak merespon baik dengan menyebutkan sebagian besar tujuan MCP tersebut, sedangkan 18 (42,86%) merespon kurang baik dengan menyebutkan hanya beberapa tujuan MCP tersebut.

Tabel 2. Penilaian Respon Tertutup Ditinjau dari Aspek Afektif Peternak terhadap Keberadaan MCP di Los Cimaung

Respon Tertutup Ditinjau dari Aspek Afektif Kriteria (%)

Tinggi Sedang Rendah Sikap mengenai MCP memberikan kemudahan dalam

penyetoran 71,43 28,57 0,00

Sikap mengenai MCP meningkatkan pendapatan harga jual

susu 80,95 16,67 2,38

Sikap mengenai MCP menginspirasi peternak 83, 33 16,67 0,00

Sikap mengenai peraturan MCP rumit 57,14 21,43 21,43

Sikap mengenai MCP memudahkan dalam proses

pembayaran 35,71 61,90 2,38

Respon Tertutup Ditinjau dari Aspek Afektif 73,81 26,19 0,00 Keterangan: n = 42 orang

Afektif atau sikap dinyatakan dalam tiga domain “ABC”, yaitu Affect, Behavior, dan Cognition. Affect adalah perasaan yang timbul (senang, tak senang), behavior adalah perilaku yang mengikuti perasaan itu (mendekat, menghindar), dan cognition adalah penilaian terhadap objek sikap (bagus, tidak bagus) (Sarwono, 1977). Terlihat pada Tabel 2. secara umum sebanyak 31 orang peternak menyikapi dengan positif keberadaan MCP. Aspek afektif yang diamati terhadap keberadaan MCP meliputi sikap atau pernyataan responden mengenai kemudahan

(8)

Page 8 dalam pemyetoran susu, peningkatan pendapatan dari harga jual susu, menginsiprasi peternak untuk belajar mengelola bisnis yang baik, peraturan yang rumit, dan proses pembayaran mudah. Aspek afektif mengenai kemudahan dalam penyetoran susu dinilai dari pernyataan peternak terhadap kemudahan dalam penyetoran susu. Sebanyak 30 (71,43%) peternak memberi pernyataan penyetoran susu mudah dikarenakan tidak perlu mengantre dan prosesnya lebih cepat menggunakan komputer, serta pencatatannya tidak manual lagi. Sebanyak 12 (28,57%) lainnya menyatakan penyetoran susu sama saja seperti sebelum adanya MCP dan apabila komputer sedang tidak berfungsi atau sedang ada masalah menyebabkan antre cukup panjang.

Aspek afektif mengenai peningkatan pendapatan dinilai dari pernyataan peternak mengenai peningkatan pendapatan harga jual susu. Sebanyak 34 (80,95%) peternak menyatakan pendapatan meningkat, sedangakan 7 (16,67%) peternak menyatakan pendapatan tetap dan tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Ditemukan satu orang responden, 2,38%, menyatakan pendapatannya tidak meningkat; dikaitkan dengan aspek afektif lainnya, baginya, proses pembayaran oleh MCP sulit. Apabila dilihat dari keadaan di daerah penelitian, sebenarnya sistem pembayaran yang diterapkan oleh MCP sudah terstruktur dan memudahkan bagi peternak. Banyak faktor yang memengaruhi aspek afektif buruk terhadap peningkatan pendapatan, faktor tersebut antara lain adalah pengetahuan yang dimiliki dan pola pikir dibangun.

Aspek afektif mengenai MCP dapat menginspirasi peternak dinilai dari pernyataan mengenai dorongan MCP kepada peternak dalam mengelola bisnis yang baik. Sejak ada MCP harga susu meningkat dan MCP menginspirasi peternak. Sebanyak 24 (57,14%) peternak menyatakan MCP menginspirasi mereka untuk mengelola bisnis lebih baik. Peternak merasakan kenaikan harga dipengaruhi oleh kualitas susu yang baik dimana kualitas susu yang baik diperoleh dari kemauan peternak untuk disiplin, ulet, jujur, dan lain-lain. Sehingga peternak berusaha memaksimalkan kinerja untuk mencapai itu. Sebaliknya sebanyak 7 (16,67%) peternak menyatakan keberadaan MCP tidak memberikan pengaruh besar dan inspirasi untuk mengelola bisnis lebih baik.

Aspek afektif mengenai peraturan yang rumit dinilai dari pernyataan peternak mengenai aturan-aturan di MCP. Sebanyak 24 (57,14%) peternak meyatakan peraturan dalam MCP tidak rumit dan berdampak baik bagi peningkatan kualitas susu yang dihasilkan. Sebanyak 9 (21,43%) peternak menyatakan peraturan MCP tidak terlalu rumit dikarenakan sudah terbiasa sebelumnya dengan peraturan yang ada. Sisanya menyatakan peraturan MCP rumit dan sulit untuk diikuti,

(9)

Page 9 dan memberatkan karena aturan rumit tersebut apabila tidak diikuti sangat berpengaruh terhadap harga.

Aspek afektif lainnya adalah proses pembayaran dinilai dari pernyataan peternak mengenai proses pembayaran oleh MCP. Proses pembayaran dilakukan satu bulan sekali pada tanggal 10. Sebanyak 15 (35,71%) peternak menyatakan pembayaran mudah, sedangkan sebanyak 26 (61,10%) peternak menyatakan pembayaran sama saja seperti sebelumnya, sisanya menyatakan pembayaran sulit.

Tabel 3. Penilaian Respon Tertutup Peternak terhadap Keberadaan MCP di Los Cimaung

No Respon Tertutup Jumlah Persentase

....orang.... ....%....

1 Tinggi 37 88,10

2 Sedang 5 11,90

3 Rendah 0 0,00

Jumlah 42 100,00

Penggabungan aspek kognitif dan afektif disebut respon tertutup. Respon tertutup disajikan pada Tabel 3. Respon dimulai dari pengetahuan, kemudian pengetahuan dipengaruhi oleh bagaimana penerimaan seseorang terhadap sesuatu yang baru. Setelah menerima pengetahuan, seseorang dapat menyikapi dengan menerima atau tidak sesuatu yang baru tersebut. Sebagian besar peternak menunjukkan respon tertutup yang tinggi dibuktikan dengan persentase tinggi. Tidak terdapat respon rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan dan sikap peternak terhadap keberadaan MCP baik.

(2) Respon Terbuka Peternak Sapi Perah terhadap Keberadaan MCP

Psikomotorik (tindakan) menurut Jones dan Davis dalam Sarwono (1995) merupakan keseluruhan respon (reaksi) yang mencerminkan pilihan seseorang dan berakibat terhadap lingkungannya. Suatu tindakan dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian sesuatu agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Dilihat dari Tabel 4. respon terbuka peternak terhadap keberadaan MCP tinggi sebanyak 54,76%. Hal tersebut membuktikan peternak sudah menerapkan SOP pemerahan yang seharusnya. Aspek psikomotorik yang

(10)

Page 10 diamati adalah SOP pemerahan yang diterapkan oleh MCP dan dilakukan oleh peternak. Adapun SOP tersebut dapat dilihat pada Ilustrasi 1.

Ilustrasi 1. Standar Operasional Prosedur Pemerahan yang Diterapkan oleh MCP Menggunakan air panas (60-70 oC)

untuk merendam alat-alat pemerahan

1

Membersihkan kandang dari kotoran

2

Menggunakan serbuk gergaji

untuk menyerap air kotoran di lantai kandang

3

Mengikat ekor sapi, agar tidak

mengotori susu dan tidak mengganggu pemerahan

4

Membersihkan ambing (37 oC) dengan

air hangat agar merangsang turunnya susu

5

Menyeka ambing dengan lap kering

sampai benar-benar kering

6

Mencuci tangan menggunakan sabun.

7

Membuang 3-4 perahan awal

pada setiap puting.

8

Melakukan pemerahan dengan carayang baik dan benar.

9

Merendam puting pada larutan desinfektan selama beberapa

detik setelah pemerahan.

10

Menyaring susu saat dipindahkan pada

milk can

11

Menyetorkan susu ke TPK secepatnya

12

Membersihkan alat-alat perah menggunakan sabun

13

Menjemur alat-alat perah di tempat

(11)

Page 11 Tabel 4. Penilaian Respon Terbuka Peternak terhadap Keberadaan MCP di Los Cimaung

No Psikomotorik Jumlah Persentase

....orang.... ....%....

1 Tinggi 23 54,76

2 Sedang 19 45,24

3 Rendah 0 0,00

Jumlah 42 100,00

Prosedur awal pemerahan sudah dilakukan dengan baik. Adapun aspek yang kurang diperhatikan peternak adalah dari segi media penyerap kotoran dan sterilisasi alat. Serbuk gergaji dianggap tidak terlalu penting sebagai bahan penyerap kotoran, begitupun dengan perendaman alat perah dengan menggunakan air panas dianggap merepotkan. Peternak yang menggunakan air panas untuk merendam alat-alat pemerahan sebanyak 4 orang (9,52%), membersihkan kandang sebanyak 42 orang (100%), penggunaan serbuk gergaji untuk menyerap air kotoran dilantai kandang sebanyak 2 orang (4,76%), menali ekor sapi agar tidak mengotori susu dan tidak mengganggu pemerahan sebanyak 30 orang (71,43%), membersihkan ambing menggunakan air hangat untuk merangsang turunnya susu sebanyak 13 orang (30,95%), mengelap ambing menggunakan lap kering sampai benar-benar kering sebanyak 22 orang (52,38%), dan mencuci tangan sebelum dilakukan pemerahan sebanyak 28 orang (66,67%).

Pada saat pemerahan peternak sudah melakukan prosedur dengan sangat baik dibuktikan dengan pelaksanaan pemerahan yang benar. Adapun sebagian besar peternak tidak melakukan dipping. Peternak yang membuang 3-4 kali perahan awal setiap puting sebanyak 42 orang (100%), melakukan pemerahan dengan cara yang baik dan benar sebanyak 42 orang (100%), melakukan dipping menggunakan larutan disinfektan sebanyak 2 orang (4,76%). Hanya dua orang peternak yang melakukan dipping setelah pemerahan dan meskipun dipping sangat berpengaruh terhadap kualitas susu teutama dapat meminimalisasi jumlah bakteri. Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990) sesudah pemerahan sebaiknya bagian puting dicelupkan dalam larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya mastitis. Pemerahan yang baik dan benar yang dilakukan oleh responden yang dimaksud dalam pengamatan adalah pemerahan yang tidak melukai ternak, tidak terlalu lama, dan metode pemerahan sesuai dengan bentuk puting sapi perah.

(12)

Page 12 Prosedur akhir pemerahan sudah dilakukan dengan sangat baik. Peternak yang menyaring susu saat dipindahkan pada milk can sebanyak 42 orang (100%), menyetorkan susu segera setelah pemerahan ke MCP sebanyak 42 orang (100%), dan mencuci milk can pada tempat yang telah disediakan sebanyak 42 orang (100%). Hal-hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan dan mudah bagi peternak untuk melakukannya berulang-ulang.

(3) Hubungan antara Respon Tertutup dengan Terbuka terhadap Keberadaan MCP Hasil analisis statistik menggunakan Rank Spearman antara respon tertutup dengan respon terbuka adalah sebesar 0,63. Nilai tersebut sesuai tabel Guilford dalam Rakhmat (1998) menunjukkan hubungan antara respon tertutup dengan respon terbuka cukup berarti. Hubungan selaras antara respon tertutup dan terbuka dari responden yang diamati dikelompokkan menjadi dua yaitu respon tertutup tinggi dengan respon terbuka tinggi (T-T) dan respon tertutup sedang dengan respon terbuka sedang (S-S). Berikut tabel 17. Hubungan antara respon tertutup dengan respon terbuka terhadap keberadaan MCP di Los Cimaung disajikan.

Tabel 5. Hubungan antara Respon Tertutup dengan Respon Terbuka terhadap Keberadaan MCP di Los Cimaung

Kategori hubungan CR dan OR

Jumlah Usia Pendidikan Pengalaman

beternak ..orang.. ...%... ...th... SD SMP SMA Sarjana

Selaras T-T S-S Tidak selaras 23 5 20-60 27-55 8 3 9 2 4 2 2-37 10-32 T-S 14 31-56 8 5 1 6-25 Keterangan :

CR = Covert response (respon tertutup) T = Respon tinggi OR = Overt response (respon terbuka) S = Respon sedang

Hubungan yang selaras menunjukkan bahwa pengetahuan yang diperoleh disikapi dengan baik dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh tersebut. Peternak yang memiliki respon tertutup sedang secara psikomotorik dibuktikan dengan tidak melakukan point pemerahan penting seperti menggunakan air hangat untuk mengelap ambing dan mengelap

(13)

Page 13 ambing dengan kering. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1987) yang menyatakan bahwa antara kognitif-afektif dan psikomotorik terdapat suatu keterkaitan, namun hubungan tersebut ada yang selaras dan tidak selaras. Selaras artinya sistem koginitif dan afektif mempunyai sifat yang sama di semua seginya, maka timbulah keadaan yang selaras dengan psikomotorik dan tidak ada dorongan untuk berubah.

Hubungan yang tidak selaras menunjukkan ketidaksesuaian antara pengetahuan yang diperoleh dengan tindakan yang dilakukan, dalam hal ini respon tertutup tinggi dengan respon terbuka sedang (T-S). Peternak sudah memahami MCP dan peraturannya, namun tidak diterapkan seluruhnya saat melakukan pemerahan. Umumnya peternak dengan dalam kelompok T-S, sama dengan kelompok S-S, tidak melakukan beberapa poin pemerahan meskipun sudah mengetahui manfaat dan peranannya terhadap harga susu.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan terhadap hasil pengamatan selama penelitian dapat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan peternak terhadap keberadaan MCP di TPK KPBS Los Cimaung tinggi dengan mengetahui pengertian, manfaat, peraturan, dan tujuan MCP; pengetahuan tersebut memengaruhi sikap setuju terhadap MCP kemudian berimplikasi kepada tindakan berupa dilakukannya aturan MCP mengenai prosedur pemerahan dengan baik dan benar.

2. Hubungan antara respon tertutup (pengetahuan dan sikap) dengan respon terbuka (tindakan) peternak sapi perah terhadap keberadaan MCP di TPK KPBS Los Cimaung Pangalengan cukup berarti disebabkan pengetahuan dan sikap peternak terhadap keberadaan MCP tinggi, namun tindakan yang dilakukan masih sedang dan pengetahuan yang diketahui tersebut belum diterapkan sepenuhnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Syahirul Alim, S.Pt., M.Si. sebagai pembimbing utama, Ir. Hermawan, MS. sebagai pembimbing anggota, dan para penguji sidang sarjana yaitu Dr. Ir. Unang Yunasaf, M.Si., Dr. Ir. Taslim, MP., dan Dr. Ir. Lia Budimulyati Salman, MP. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada ketua panitia sidang sarjana, Indrawati Yudha Asmara, S.Pt., M.Si., Ph.D. kepada sekretaris panitia sidang

(14)

Page 14 sarjana, Dr. Ir. Diding Latipudin, M.Si., dan kepada Dekan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Ir. Husmy Yurmiati, MS. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Hasnawati dan Zainal Bahri yang selalu mendoakan dan memberi semangat yang luar biasa, serta memberikan dukungan dalam bentuk moril maupun materil kepada penulis. Selain itu kepada saudara tercinta Taruma Leo Wijaya dan Muhammad Tri Leon Singadilaga yang telah mendoakan penulis dan memberikan motivasi.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel, M. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi aksara.

Paturochman, maman. 2012. Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel (Untuk Penelitian Sosial Ekonomi). Unpad Press. Bandung.

Rakhmat, J. 1998. Metode Penelitian Komunikasi. PT Remaja. Bandung.

Sarwono, S. W. 1977. Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

________. 1987. Pengantar Umum Psikologi. Bulan Bintang. Jakarta.

________. 2010. Pengantar Psikologi Umum. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

________. 2015. Teori-Teori Psikologi Sosial. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana. 2001. Metode statistika. Penerbit Tarsito. Bandung.

Gambar

Ilustrasi 1. Standar Operasional Prosedur Pemerahan yang Diterapkan oleh MCP Menggunakan air panas (60-70 oC)

Referensi

Dokumen terkait

 Tahap ketiga, berdasarkan renstra yang telah disahkan oleh Senat Universitas, Pimpinan UBD bersama Kepala Biro, beserta Pimpinan Fakultas menyusun renop dan anggaran yang

Maksud dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Berau adalah untuk memberikan gambaran/pemetaan tentang situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Berau saat ini serta

Lambung kapal adalah untuk menyediakan daya apung ( bouyancy ) yang mencegah kapal tenggelam dan menyediakan displacement. Bentuk lambung kapal juga akan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan II dilakasanakan pada hari Selasa, 14 April 2015 pada jam pertama.Pertemuan kedua pada siklus II ini merupakan

melalui air liur, atau melalui kontak kulit dengan orang yang tidak memiliki luka yang tampak atau gejala lainnya tetapi orang tersebut sebagai penderita penyakit herpes.. Aba

[r]

[r]

Masalah seperti ini dapat melatih keteram- pilan siswa dalam menyelesaikan masalah sehingga menjadi terbiasa menggunakan stra- tegi tertentu, (d) Masalah teka-teki, seringkali