• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stroke ppt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Stroke ppt"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Penyakit serebrovaskular (CVD) atau stroke adalah setiap

kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh

darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen

pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding

pembuluh darah otak.

Di negara-negara maju maupun berkembang seperti Indonesia,

stroke merupakan penyakit neurologis yang serius dan paling

banyak dijumpai serta angka kematian cukup tinggi. Di Amerika

Serikat, stroke merupakan penyakit yang menyebabkan kematian

nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker. Setiap tahun, lebih

dari 700.000 orang Amerika mengalami stroke, 25% di antaranya

berusia di bawah 65 tahun dan 150.000 orang meninggal akibat

stroke atau komplikasi segera setelah stroke.

(3)

Menurut WHO MONICA project, stroke

didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak

yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis

fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam

(kecuali akibat pembedahan atau kematian), tanpa

tanda-tanda penyebab non vaskular, termasuk

didalamnya tanda-tanda perdarahan subaraknoid,

perdarahan intraserebri, iskemik atau infark serebri.

3

(4)

Kegawadaruratan neurologi yang masih menyebabkan kematian tertinggi adalah stroke.

Lima belas juta orang dari seluruh dunia menderita stroke setiap tahunnya yang terdiri dari 5 juta orang meninggal, 5 juta orang lainnya yang tersisa menderita cacat permanen, sehingga keluarga dan masyarakat sendiri dapat terbebani.1

Sekitar 500.000 orang terserang stroke setiap tahunnya, 400.000 orang terkena stroke

iskemik dan 100.000 orang menderita stroke hemoragik (termasuk perdarahan

intraserebral dan subarakhnoid) dengan 175.000 di antaranya mengalami kematian.2

Prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk serta yang telah

didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi stroke tertinggi dijumpai di NAD (16,6%) dan terendah di Papua (3,8%). Terdapat 13 provinsi dengan prevalensi stroke lebih tinggi dari angka nasional.3

Faktor risiko yang potensial bisa dikendalikan pada penyakit stroke diantaranya

hipertensi, penyakit jantung, fibrilasi atrium, endokarditis, stenosis mitralis, infark jantung, anemia sel sabit, Transient Ischemic Attack (TIA), stenosis karotis asimtomatik, diabetes melitus, hiperhomosisteinemia, hiperatrofi ventrikel kiri sedangkan faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan yaitu umur, jenis kelamin, herediter, ras (etnis), geografis. 1,4

(5)

 Klasifikasi modifikasi Marshall:3

1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya

 Stroke iskemik

 Transient Ischemic Attack (TIA)

 Trombosis Serebri

 Emboli Serebri

 Stroke hemoragik

 Perdarahan Intraserebral

 Perdarahan Subarakhnoid

2. Berdasarkan stadium pertimbangan waktu

Transient Ischemic Attack (TIA)

 Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)

 Stroke in Evolution

Completed Stroke

3. Berdasarkan sistem pembuluh darah

 Sistem Karotis

 Sistem Vertebro-basilar

(6)

Klasifikasi stroke iskemik dari Trial of Org 10172

in Acute Stroke Treatment (TOAST)

1. Large-artery atherosclerosis (embolus/thrombosis) 2. Cardioembolism (high risk/medium risk)

3. Small-vessel occlusion

4. Stroke of other determined etiology 5. Stroke of undetermined etiology

Oxfordshire Community Stroke Project

Classification

1. Total Anterior Circulation Syndrome (TACS) 2. Partial Anterior Circulation Syndrome (PACS) 3. Lacunar Syndrome (LACS)

(7)

(8)
(9)

Major Risk Factors for

Ischemic Stroke

non-modifiable

- age

- male sex

- race (more common in

blacks)

- inherited

predisposition

modifiable  - hypertension - diabetes mellitus

 - cardiac diseases (atrial fibrillation,

infective endocarditis, mitral

stenosis,

 recent large MI, left

ventricular hypertrophy)  - cigarette smoking  - overw eight  - homocysteine ↑  - cholesterol ↑, especially in hypertensives

(10)

Major Risk Factors for

Hemorrhagic Stroke

intracerebral hemorrhage

advanced age

race (more common in ?)

male sex

high blood pressure

heavy use of alcohol

cocaine use

anticoagulant or

thrombolytic therapy

amyloid angiopathy in the

elderly (rare)

Subarachnoid hemorrhage

Congenital or acquired

aneurysms or angiomatous

malformations

high blood pressure

(11)

Pada sumbatan kecil terjadi daerah iskemia yang

dalam waktu singkat dapat dikompensasi dengan

mekanisme kolateral dan vasodilatasi lokal. Secara

klinis gejala yang timbul adalah transient ischemic

attack (TIA) yang timbul dapat berupa hemiparesis

sepintas atau amnesia umum sepintas, yaitu selama

≤ 24 jam.

(12)

Bila sumbatan agak besar, daerah iskemia lebih luas.

Penurunan CBF regional lebih besar tetapi dengan

mekanisme kompensasi masih mampu memulihkan

fungsi neurologik dalam waktu beberapa hari

sampai dengan 2 minggu. Mungkin pada

pemeriksaan klinis ada sedikit gangguan. Keadaan

ini secara klinis disebut RIND (Reversible Ischemic

Neurologic Deficit)

(13)

 Sumbatan yang cukup besar menyebabkan daerah iskemia

yang luas sehingga mekanisme kolateral dan kompensasi tidak dapat mengatasinya. Dalam keadaan ini, timbul defisit

neurologis yang berlanjut.

Lapisan inti yang sangat iskemik (ischemic-core) terlihat sangat

pucat karena CBF-nya paling rendah. Tampak degenerasi

neuron, pelebaran pembuluh darah tanpa adanya aliran darah. Kadar asam laktat di daerah ini tinggi dengan PO2 yang

rendah. Daerah ini akan mengalami nekrosis.

 Daerah di sekitar ischemic-core yang CBF-nya juga rendah tetapi masih lebih tinggi daripada CBF di ischemic core.

Walaupun sel-sel neuron tidak sampai mati, fungsi sel terhenti dan terjadi functional paralysis. Pada daerah ini PO2 rendah, PCO2 tinggi dan asam laktatmeningkat. Terjadi kerusakan neuron dalam berbagai tingkat, edema jaringan akibat

bendungan dengan dilatasi pembuluh darah dan jaringan berwarna pucat. Astrup menyebutnya sebagai ischemic

penumbra. Daerah ini masih mungkin diselamatkan dengan resusitasi dan manajemen yang tepat.

 Daerah disekeliling penumbra tampak bewarna kemerahan dan edema. Pembuluh darah mengalami dilatasi maksimal, PCO2 dan PO2 tinggi serta kolateral maksimal. Pada daerah ini, CBF sangat meninggu sehingga disebut sebagai daerah dengan perfusi berlebihan (luxury perfusion).

(14)

Pada proses iskemia fokal terjadiKerusakan membran sel

Aliran masuk Ca

++

ke dalam sel melalui kerusakan

reseptor Ca

++

.

Meningkatnya asam arakhidonat dalam jaringan diikuti

oleh naiknya kadar prostaglandin yang menyebabkan

vasokonstriksi dan menungkatnya agregasi trombosit.

Lepasnya neurotransmiter asam amino eksitatorik di

daerah otak tetrtentu yang mempunyai kepekaan selektif

terhadap iskemia, yaitu di daerah talamus, area CA di

hipotalamus, sel-sel granuler dan Purkinje di serebelum

serta lapisan 3,5,6 korteks piramidalis.

Lepasnya radikal bebas, yaitu unsu yang mempunyai

elektron pada lingkar paling luarmya tidak berpasangan

sehingga sangat labil dan reaktif. Besarnya peran radikal

bebas dalam kerusakan sel-sel saraf dan jaringan iskemik

masih dalam penelitian.

(15)

Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena

pecahnya mikroaneurisma (Berry aneurism) akibat

hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah

subkortikal, serebelum, pons dan batang otak.

Perdarahan di daerah korteks lebih sering disebabkan

oleh sebab lain, misalnya tumor otak yang berdarah,

malformasi pembuluh darah otak yang pecah atau

penyakit pada dinding pembuluh darah (Congophilic

Angiopathy) tetapi dapat juga akibat hipertensi maligna

dengan frekuensi lebih kecil daripada perdarahan

subkortikal.

(16)

Perdarahan Subarakhnoid

Perdarahan terjadi biasanya akibat pecahnya aneurisma

kongenital yang sering terjadi di arteri komunikans

anterior, arteri serebri media, arteri serebri posterior dan

arteri komunikans posterior. Gejala timbul sangat

mendadak, berupa sakit kepala hebat dan munta-muntah.

Darah yang masuk ke ruang subarakhnoid dapat

menyebabkan komplikasi hidrosefalus karena gangguan

absorbsi cairan otak di Granulatio Pacchioni. Perdarahan

subarakhnoid sering bersifat residif selama 24-72 jam

pertama dan dapat menimbulkan vasospasme serebral

hebat disertai infark otak.

(17)

(18)

Arteri serebri anterior

jarang terjadi

paralisis (kelemahan) dan hilangnya sensasi pada

kaki kontralateral. Pengendalian miksi mungkin

akan terganggu karena kegagalan untuk

menghambat kontraksi refleks kandung kemih

sehingga menimbulkan gangguan precipitate

micturition.

(19)

Arteri serebri media

 paling sering terjadipembuluh darah yang sering terlibat dalam stroke

iskemik. Tergantung pada lokasi yang terkena, beberapa sindroma klinis yang mungkin timbul adalah

 Stroke belahan superior

 hemiparesis kontralateral yang mengenai wajah, tangan dan lengan tetapi kaki tidak terpengaruh; defisit hemisensorik kontralateral dengan distribusi yang sama; tidak timbul hemianopia homonim. Jika hemisfer yang dominan terkena, disertai afasia Broca (gangguan ekspresi bahasa dengan pemahaman yang

masih utuh).

Stroke belahan inferior

 Lebih jarang terjadi, biasanya mengakibatkan hemianopia homonim

kontralateral yang mungkin lebih buruk pada sisi inferior; gangguan nyata fungsi sensorik; gangguan pemikiran spasial. Jika hemisfer yang dominan

terlibat, disertai afasia Wernicke (gangguan pemahaman dan bicara yang lancar tetapi sering tidak bermakna).

 Oklusi pada bifurcatio arteri serebri media

hemiparesis dan defisit hemisensorik kontralateral yang melibatkan wajah dan

lengan jauh lebih berat dari kaki, hemianopia homonim dan jika hemisfer dominan terlibat disertai afasia global (gabungan ekspresif dan reseptif).

Oklusi batang arteri serebri media

 paling berat. Mengakibatkan hemiplegia dan hilangnya sensasi kontralateral yang mempengaruhi wajah, lengan dan kaki.

(20)

Arteri karotis interna

Sindroma klinis oklusi arteri karotis interna meliputi

oklusi arteri karotis interna ekstrakranialis dan

intrakranialis yang bertanggung jawab atas

seperlima kasus stroke iskemik.

Dapat asimptomatik dan simptomatik

gejala yang hampir sama dengan stoke arteri serebri

media (hemiplegia, defisit hemisensori kontralateral

dan hemianopia homonim, afasia juga dapat muncul

pada keterlibatan hemisfer dominan)

(21)

Arteri serebri posterior

hemianopia homonim yang mempengaruhi

lapang pandang kontralateral.

Dengan oklusi yang berdekatan terhadap

sumber arteri serebri posterior pada tingkat

midbrain, abnormalitas okuler yang timbul,

antara lain vertical gaze palsy, oculomotor

nerve palsy, internuclear opthalmoplegia dan

penyimpangan mata ke arah vertikal.

Infark arteri cerebri posterior dapat

menyebabkan kortikal blindness, gangguan

memori atau ketidakmampuan memngenali

wajah yang familier.

(22)

Arteri basilar

 Sindroma klinis oklusi arteri basiler, antara lain:

 Trombosis (oklusi trombotik pada arteri basilaris)

 Trombosis basilar biasanya mempengaruhi bagian proksimal arteri basilaris yang mensuplai pons. Keterlibatan bagian dorsal pons mengakibatkan paresis nervus abducens unilateral atau bialteral, gangguan gerakan mata horizontal tetapi nistagmus vertikal dan occular bobbing mungkin muncul.

Hemiplegia atau quadriplegia biasanya muncul dan koma

adalah hal yang sering terjadi.

Emboli

Emboli cukup kecil untuk dapat melewati arteri vertebralis

menuju ke arteri basilaris yang lebih besar dan biasanya

tertahan pada bagian puncak arteri basilaris, di mana terdapat bifurcatio ke dalam arteri serebri posteriorberkurangnya aliran darah menuju formasio retikularis ascending midbrain dan thalamus yang menyebabkan hilangnya atau gangguan kesadaran yang muncul dengan segera.

Paresis nervus okulomotorius unilateral atau bilateral menjadi

ciri yang khas. Hemiplegia atau quadriplegia dengan postur deserebrasi atau dekortikasi terjadi karena keterlibatan

(23)

Infark lakunar

Arteri kecil yang terletak di kedalaman otak

mungkin mengalami oklusi karena perubahan di

dalam dinding pembuluh darah yang dipicu oleh

hipertensi kronis.

paling sering terjadi di deep nuclei otak (putamen,

thalamus, pons, nukleus kaudatus dan bagian

posterior dari kapsula interna.

Ada 4 sindroma lakunar klasik, antara lain stroke

dengan hemiparesis motorik murni, stroke dengan

gangguan sensoris murni, ataksia hemiparesis dan

dysarthria-clumsy hand syndrome.

(24)

ANAMNESIS

Karakteristik gejala dan tanda

Apa konsekuensi fungsionalnya (misalnya tidak bisa

berdiri, tidak bisa mengangkat tangan)?

Kecepatan onset dan perjalanan gejala neurologis

Apakah ada kemungkinan presipitasi

Apakah ada gejala-gejala lain yang menyertai

Apakah ada riwayat penyakit dahulu atau riwayat

penyakit keluarga yang relevan

Apakah ada perilaku atau gaya hidup yang relevan

(25)

Pemeriksaan status generalis

 Pemeriksaan tanda-tanda vital

 Pemeriksaan pada leher (hilangnya denyut nadi carotis/bruit arteri carotis)

 Pemeriksaan pada jantung

Pemeriksaan neurologis

 Pemeriksaan tingkat kesadaran

 Pemeriksaan defisit kognitif

 Pemeriksaan lapang pandang

 Pemeriksaan gerak bola mata, nistagmus

Pemeriksaan pupil dan refleks cahaya

PEMERIKSAAN FISIK

DAN NEUROLOGIS

(26)

Pemeriksaan doll‟s eye phenomenon

Pemeriksaan faring dan lingual

Pemeriksaan motorik

Pemeriksaan fungsi sensoris

Pemeriksaan fungsi serebelum

Pemeriksaan refleks asimetri

(27)

Pemeriksaan kimia darah lengkap

Pemeriksaan hemostatis

Pemeriksaan neurokardiologi

Pemeriksaan radiologi

(28)

Pasien stroke berisiko tinggi mengalami komplikasi

medis serius yang disebabkan oleh arteriosklerosis

(iskemia/infark miokard), tirah baring yang lama

dan mobilitas rendah (ulkus dekubitus, DVT, emboli

paru, depresi dan malnutrisi) dan akibat langsung

stroke itu sendiri (peningkatan tekanan intrakranial,

kejang, ulkus saluran cerna yang diinduksi stress,

masalah berkemih, pneumonia aspirasi).

Komplikasi perdarahan terutama dapat terjadi pada

penggunaa antikoagulan dan trombolitik.

4

(29)

Strategi manajemen stroke mempunyai tujuan utama

untuk:

1,2

Memperbaiki keadaan penderita sehingga

kesempatan hidup maksimum, di mana dilakukan

usaha medis/terapeutik terutama dalam fase akut

hingga optimal.

Memperkecil pengaruh stroke terhadap penderita

dan keluarga.

Mencegah timbulnya serangan stroke berulang.

Mencegah timbulnya komplikasi akibat stroke

(30)

 Aspek patologi membicarakan anatomi, etiologi dan patofisiologi stroke secara klinis dan intervensi medik

(surgikal) dilakukan berdasarkan proses patologis tersebut.

 “Impairment” menggambarkan hilangnya fungsi fisiologis, psikologis dan anatomis yang disebabkan stroke. Tindakan psikoterapi, terapi okupasional, EMG/Evoked Potential ditujukan untuk menetapkan kelainan ini.

 “Disability” menggambarkan setiap hambatan, kehilangan

kemampuan untuk berbuat sesuatuy yang seharusnya mampu dilakukan orang yang sehat, seperti tidak bisa jalan, menelan dan melihat.

“Handicap” menggambarkan halangan atau gangguan pada

seseorang penderita stroke akibat “impairment” atau “disability” tersebut.

WHO- konsekuensi

stroke

(31)

Airways and Breathing

Circulation

Pengobatan mendik untuk memulihkan sirkulasi otak

di daerah yang terkena stroke

Untuk tujuan khusus ini digunakan obat-obat yang

dapt menghancurkan emboli atau trombus yang ada

di pembuluh darah otak.

Manajemen stroke iskemik

fasa akut

(32)

 The Food and Drug Administration (FDA)

 intravena r-TPA (recombinant-Tissue Plasminogen Activator) pada penelitian stroke akut sejak tahun 1996.

keuntungan terhadap reperfusi segera akibat lisisnya trombus

dan perbaikan sel serebral sangat bermakna.

 Penggunaan r-TPA dihubungkan dengan perbaikan outcome pasien dalam 3 jam onset stroke. Pengobatan sedini mungkin ( dalam 90 menit) menghasilkan outcome yang sangat baik.

 Tujuan terapi trombolitik ini adalah rekanalisasi trombus arterial dan memperbaiki daerah penumbra iskemik yang disebabkan oleh kondisi hipoperfusi yang kritis terhadap jaringan otak yang masih hidup berada di sekitar inti infark yang rusak dan irreversibel. Daerah iskemik penumbra masih sekitar 80% pada pasien dengan 3 jam onset stroke tetapi

proporsi semakin berkurang dengan bertambahnya waktu.

(33)

Pada guideline Stroke 2007 Perdossi, tekanan arteri rata-rata pada stroke akut dianjurkan di bawah 145 mmHg. AHA/ASA guideline 2007 dan ESO 2009 merekomendasikan penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut:

 Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15% (sistolik maupun diastolik) dalam 24 jam pertama onset stroke, apabila tekanan darah sistolik >220 mmHg atau tekanan darah diastolik >120 mmHg

 Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberikan terapi

trombolitik (r-TPA), TD sistolik diturunkan hingga <185 mmHg dan TD diastolik < 110 mmHg.

Obat antihipertensi yang diberikan adalah labetalol,

nitropruside, nikardipin, nitropaste atau diltiazem intravena.

Manajemen tekanan darah

pada stroke akut

(34)

Antikoagulan ini dapat mengurangi kejadian deep vein

thrombosis dan emboli pulmonal.

Efek samping yang sering terjadi dari pemberian

antikoagulan adalah bahaya perdarahan intraserebral

yang cepat terutama pada orang tua, hipertensi berat dan

infark yang sangat luas.

Penggunaan heparin subkutan lebih disukai daripada

intravena dan pemberiannya hanya beberapa hari

kemudian dilanjutkan dengan antikoagulan per oral. ESO

guideline 2008 merekomendasikan pemberian heparin,

Low Molecular Weight Heparin atau heparinoid setelah

stroke iskemik akut tidak bermanfaat.

Pemberian antikoagulan

pada stroke iskemik akut

(35)

Berdasarkan AHA/ASA guideline 2011 tentang pemberian aspirin pada stroke akut dengan dosis 325 mg dalam 24-48 jam setelah onset stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut.

 Pemberian Terapi Citicholin

 Mekanisme yang pasti tentang citicholin sebagai terapi pada stroke iskemik akut belum jelas.

 Diperkirakan citicholin menurunkan pelepasan free fatty acid dan mengurangi radikal bebas sehingga mencegah kerusakan sel

neuron otak. Pemberian citicholin juga mengurangi progresivitas kerusakan sel iskemik dengan pelepasan asam lemak bebas.

 Pada penelitian ICTUS (International Citicholine Trial in Acute Stroke, ongoing) dikatakan bahwa citicholin diberikan pada fase akut stroke iskemik dengan dosis 2x1000 mg intravena selama 3 hari dan dilanjutkan dengan oral 2x1000 mg selama 3 minggu cukup bermanfaat.

Pemberian terapi

antitrombolitik pada stoke

iskemik akut

(36)

 Penanganan stroke hemoragik dapat bersifat medik atau bedah tergantung keadaan dan syarat yang diperlukan untuk masing-masing jenis terapi.

 Penanganan medik fase akut dilakukan pada penderita stroke hemoragik dengan menurunkan tekanan darah sistemik yang tinggi (TD sistolik >220 mmHg atau TD diastolik >120 mmHg atau MAP >130 pada stroke

hemoragik) sedini dan secepat mungkin agar membatasi pembentukan edema vasogenik akibat robeknya sawar darah otak pada daerah iskemia sekitar perdarahan.

 Pada perdarahan subarakhnoid tekanan darah diturunnkan hingga sistolik 140-160 mmHg tetapi tergantung kondisi pasien agar tidak terjadi

vasospasme.

 Penurunan tekanan darah akan menurunkan risiko perdarahan ulang atau terus-menerus akan tetapi daerah otak sekitar hematom bertambah

iskemik karena autoregulasi hilang sehingga obat antihipertensi diberikan apabila TD sistolik >180 mmHg atau TD diastolik >100 mmHg. Pada fase akut sebaiknya digunakan obat antihipertensi intravena baik kontinu maupun intermitten agar dapat diatur penurunan tekanan darah sesuai target dengan pemantauan kontinu.

Manajegen stroke

hemoragik

(37)

Tindakan bedah pada ICH sampai sekarang masih

kontroversial, terutama pada „ganglionic hemorrhage‟ prognosis biasanya buruk.

 Ada beberapa indikasi untuk tindakan bedah, misalnya volume 55 cc, midline shift ≥ 5mm, perdarahan pada ICH, pasien dapat survive tetapi level fungsionalnya kurang baik.

 Tindakan bedah yang dilakukan adalah aspirasi sederhana, kraniotomi dan bedah terbuka, evakuasi endoskopik dan aspirasi stereotaksik.

 Pada penatalaksanaan perdarahan subarakhnoid dilakukan pengobatan kausal untuk mencegah komplikasi dan

perburukan kondisi penderita. Pengobatan kausal dilakukan oleh spesialis bedah saraf.

(38)

Prinsip perawatan dan pengobatan umum pada penderita stroke akut adalah mempertahankan kondisi agar dapat menjaga tekanan perfusi dan oksigenasi serta makanan yang cukup agar

metabolisme sistemik otak terjamin. Secara klinis dilakukan:

 Stabilisasi fungsi kardiologis melalui ABC.

 Mencegah infeksi sekunder terutama pada traktus respiratorius dan urinarius.

 Menjamin nutrisi, cairan dan elektrolit yang stabil dan optimal.

 Mencegah dekubitus dan trombosis vena dalam.

Mencegah timbulnya stress ulcer dengab pemberian

antasida/PPI.

Menilai kemampuan menelan penderita untuk menilai apakah

dapat diberikan makanan per oral atau dengan NGT (naso gastric tube).

Perawatan umum pada

stroke akut

(39)

Prevensi Primer dan Sekunder Serangan Stroke Pada AF

Farmakoterapi:

1. Terapi “Upstream” dan modifikasi faktor risiko (ACEI, ARBs, statin, digitalis, amiodarone, β-blocker dan calcium antagonis.

2. Platelet inhibitor (aspirin, clopidogrel, ticlopidine). 3. Multitarget (inhibitor koagulasi):

 Antagonis vitamin K (warfarin, acenocumarol, phenprocoumon).  Heparin, Low Molecular Weight Heparin

4. Selective inhibitors faktor-faktor koagulasi Faktor Xa inhibitor:

Short acting, direct inhibitor (rivaroxaban)

Long acting, indirect inhibitors (idraparinux, biotinylated idraparinux) Faktor Iia (trombin) inhibitor:

Direct oral trombin inhibitor (dabigatran)

Pencegahan

(40)

Non farmakoterapi: 1. Modifikasi faktor risiko 2. Electrical cardiioversion

3. Electrical ablation of right atrial conductive tissue 4. Percutaneous left atrial appendage occlusion 5. Minimally invasive surgical isolation of the LAA

(41)

Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek, yaitu death, disease,

disability, discomfort, disatisfaction dan destitution (Asmedi & Lamsudin, 1998). Keenam aspek tersebut terjadi pada stroke fase awal atau pasca stroke. Kapelle et al mengatakan prognosis

fungsional stroke pada infark lakunar cukup baik karena tingkat ketergantungan pada activity daily living (ADL) hanya 19% pada bulan pertama dan meningkat sedikit (20%) sampai tahun

pertama.1

 Dari berbagai penelitian, fungsi neurologis dan fungsi aktivitas hidup sehari-hari pasca stroke menurut waktu cukup bervariasi. Suatu penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbaikan fungsi paling cepat pada minggu pertama dan menurun pada minggu ketiga sampai 6 bulan pasca stroke (kojima et al., 1990).

 Pasien dengan TIA memiliki prognosis yang lebih baik

dibandingkan dengan pasien stroke minor. Menurut analisis multivarian disimpulkan bahwa usia, indeks massa tubuh yang lebh rendah dan stroke perdarahan adalah faktor risiko yang signifikan untuk kematian setelah stroke.1

(42)

 Kegawadaruratan neurologi yang masih menyebabkan kematian tertinggi adalah stroke. Lima belas juta orang dari seluruh dunia menderita stroke setiap tahunnya yang terdiri dari 5 juta orang meninggal

Faktor risiko yang potensial bisa dikendalikan pada penyakit stroke

diantaranya hipertensi, penyakit jantung, fibrilasi atrium, endokarditis, stenosis mitralis, infark jantung, anemia sel sabit, Transient Ischemic Attack (TIA), stenosis karotis asimtomatik, diabetes melitus,

hiperhomosisteinemia, hiperatrofi ventrikel kiri sedangkan faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan yaitu umur, jenis kelamin, herediter, ras (etnis), geografis. 1,4 Menit pertama sampai beberapa jam setelah onset stroke defisit neurologis merupakan kesempatan untuk mencegah

kematian ataupun kecacatan permanen yang serius. Sistem diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat sangat penting dalam terapi stroke akut yang optimal. Diagnosis stroke akut didasarkan pada anamnesis,

pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan penunjang.

Dari berbagai penelitian, fungsi neurologis dan fungsi aktivitas hidup

sehari-hari pasca stroke menurut waktu cukup bervariasi. Suatu penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbaikan fungsi paling cepat pada minggu pertama dan menurun pada minggu ketiga sampai 6 bulan pasca stroke (kojima et al., 1990).

(43)

1.

Gofir A. Manajemen Stroke Evidence Based Medicine.

Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press. 2009; pg.19-29, 46-52,

55-61, 64-7085-95, 121-31, 151-8, 165-66.

2.

Misbach. Stroke Aspek diagnostik, Patofisiologi,

Manajemen. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Jakarta. 1999;

pg.1-9, 19-25, 46-58, 59-85

3.

Rasyid Al. Updates on Neuroemergency 2011. Jakarta:

FKUI. 2011; PG 40-6, 54.

4.

Goldszmidt AJ, Caplan LR. Esensial Stroke. Jakarta: EGC.

2009; pg. 2-43.

5.

Misbach J, Tobing SML (ed). Guidelines Stroke 2004.

Jakarta: Perdossi. 2004; pg.3-11

Referensi

Dokumen terkait

Stroke iskemik disebabkan oleh sumbatan setempat pada suatu pembuluh darah tertentu di otak yang sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis (pengerasan dinding pembuluh

Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah.. yang disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh

Stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah baik didalam jaringan otak yang mengakibatkan perdarahan intraserebral, atau di ruang subarakhnoid yang

Hal tersebut dapat merusak dinding pembuluh darah, sehingga bila kolesterol atau substansi fat-like lain terperangkap di arteri otak akan menghambat aliran darah otak, yang

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya

Resiko vasospasme tergantung pada tebalnya darah di ruang subarakhnoid dan ventrikel disebabkan oleh ruptur aneurisma sakular, malformasi vaskular atau tumor otak

Stroke yang terjadi akibat hipertensi disebabkan oleh adanya perubahan patologik yang terjadi pada pembuluh darah serebral di dalam jaringan otak yang mempunyai dinding

Menurut Muttaqin (2008), stroke hemoragik merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada