• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. T KHUSUSNYA AN. M DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. T KHUSUSNYA AN. M DENGAN"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

“ISPA” DI WILAYAH RT 001 RW 02 KELURAHAN UTAN PANJANG KECAMATAN KEMAYORAN JAKARTA PUSAT

TANGGAL 19 – 31 MARET

Disusun Oleh MUHAMAD FADLY

2015750028

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul asuhan keperawatan pada keluarga Tn. T Khusunya An. M dengan pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada sistem Pernafasan “ISPA” di wilayah Rt 001 Rw 02 kelurahan Utan panjang Kecamatan Kemayoran. ini telah disetujui untuk diujikan pada sidang dihadapan tim penguji

Jakarta, 22 Mei 2018

( Drs. Dedi Muhdiana, M. Kes )

Mengetahui

Ka. Prodi D III Keperawatan

Fakultas ilmu keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. T Khusunya An M Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi Dengan Sistem Pernafasan “ISPA” di wilayah R001 RW 02 kelurahan Utan panjang Kecamatan Kemayoran jakarta pusat ini telah diujikan dan dinyatakan “Lulus” dalam Ujian Sidang dihadapan tim penguji pada pada tangga 22 Mei 2018

Penguji I

( Drs. Dedi Muhdiana, M. Kes )

Penguji II

(Ns. Lily Herlinah,, M. Kep.,Sp.kep. Kom )

Mengetahui

Ka. Prodi D III Keperawatan

Fakultas Ilmu keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada

Keluarga Tn. T Khususnya An. M Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi Pada Sistem Pernapasan “ ISPA “ di Wilayah Rt 001 Rw 02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat

Dalam penulis karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahana, baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna penyempurnaan dimasa yang akan datang. Dalam penyelasaian Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, saran dan data – data baik secara penulisan maupun secara lisan, maka pada kesempatan ini penulis jugan ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UMJ

2. Ibu Ns. Titin Sutini, M. Kep., Sp. Kep. An. selaku Ka. Prodi D III Keperawatan FIK UMJ

3. Bapak Drs. Dedi Muhdiana, M, Kes, Selaku Pembimbing keperawatan keluarga yang telah banyak memberi bantuan, bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.

4. Ibu. Ns. Lily herlina, Sp,Kep. Kom. Selaku penguji sidang

5. Seluruh dosen dan staff pendidikan akademik yang telah memberikan dukungan dalam menyusun karya tulis ilmiah

(5)

6. Ibu Rw 02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat serta seluruh ibu kader yang telab memberikan bimbingan, arahan serta dukungan selama praktek lahan dan selama proses penyusunan karya tulis ilmiah

7. Keluarga Tn. T yang telah bersikap kooperatif dan dapat bekerjasama dengan baik selama dilakukan pembinaan dan dalam menyusun karya tulis ilmiah

Akhir kata penulis menyadari dari karya tulis ini banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan baik itu berupa saran ataupun kritik yang membangun dari semua pihak dan semoga Karya Tulis Ilmiah I I dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama kesehatan.

Jakarta, 22 Mei 2018

(6)

DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ……….iii

DAFTAR ISI ………iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan penulis ... 3 1. Tujuan umum. ... 3 2. Tujuan khusus. ... …3 C. Ruang Lingkup. ... 4 D. Metode penulis. ... 4 E. Sitematis penulis . ... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Masalah Keperawatan ... 7

1. Pengertian ... 7 2. Etiologi ... 8 3. Patofisiologi. ... 9 4. Faktor resiko ... 10 5. Klasifikasi ... 10 6. Komplikasi ... 11 7. Penatalaksanaan ... 12 8. Pemeriksaan penunjang ... 12

B. Pemenuhan Kebutahan Oksigenasi ... 13

1. Fisiologi pernapasan perfusi ... 13

2. Tiga langkah proses oksigenasi ... 14

3. Faktor yang mempengaruhi ... 15

C. Asuhan Keperawatan Keluarga ... 16

1. Konsep Keluarga ... 16

a. Pengertian ... 16

b. Jenis / Type Keluarga ... 17

c. Struktur Keluarga ... 19

d. Peran Keluarga ... 20

e. Fungsi Keluarga... 20

f. Tahapan Perkembangan dan Tugas Perkembangan keluarga ... 24

g. Tugas Keluarga dalam Bidang kesehatan ... 24

2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga ... 27

a. Pengkajian keperawatan ... 27

b. Diagnose keperawatan... 29

c. Perencanaan keperawatan ... 36

d. Pelaksanaan keperawatan ... 37

(7)

BAB III TINJAUAN TEORI A. Pengkajian Keperawatan ... 40 B. Diagnosa Kepereawatan ... 57 C. Perencanaan Keperawatan ... 60 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 71 E. Evaluasi Keperawatan ... 79 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan ... 82 B. Diagnosa Keperawatan ... 84 C. Perencanaan Keperawatan ... 85 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 86 E. Evaluasi Keperawatan ... 87 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 88 B. SARAN ... 89 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteria, virus maupun reketsia tanpa atau disertai denagan radang parenkim paru. (Sari Kartika Wijayaningsih, 2013) Menurut WHO tahun 2013 di dunia angka kematian anak akibat pneumonia atau infeksi saluran pernafasan akut yang mempengaruhi paru paru dinyatakan menjadi penyebab kematian sekitar 1,2 juta anak setiap tahun. Dapat dikatakan setiap jam ada 230 anak di dunia yang meninggal karena pneumonia ( WHO, 2013).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa di Indonesia pneumonia menempati peringkat kedua kematian balita (15,5%) dari seluruh penyebab kematian anak balita disebabkan kasus pneumonia pada tahun 2013 ditetapkan menjadi (78,8%) per 1000 balita dan kematian bayi akibat pneumonia sebanyak (13,6%) per 1000 balita. Berdasarkan data dari hasil yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Kecamatan Kemayoran maka untuk penyakit dengan penderita ISPA di tahun 2017 adalah yang nomor 1 dengan berjumlah 4533 penduduk.

Berdasarkan data ISPA dapat di sebabkan oleh virus, bacteria, maupun riketsia sedangkan infeksi barcterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebabkan oleh virus, terutama bila ada epidemic. Penyulit bacterial umunya di sertai keradangan parenkim ISPA yang disebabkan virus pernafasan merupakan penyebab terbesar ISPA infeksi virus memberikan gambaran klinik yang khas akan terapi sebaliknya beberapa jenis virus bersama sama dapat gula gambaran yang hampir sama. Dalam klinik di kenal 6 kelompok besar pernafasan sebagai penyebab ISPA yaitu orthomyxovirus, paramyxovirus, metamyxovirus, adenovirus, picomavirus, coronavirus, (alsagaffah dan mukty 2010)

(9)

Tanda dan gejala secara umum yang sering di dapat adalah: pilek, batuk ,keluar secret cair dan jernih dari hidung, kadang bersin bersin, sakit tenggorokan, sakit kepala sekret

menjadi kental, demam, nausea., muntah, anoreksia ( Sari kartika wijayaningsih, 2013 )

Apabila ISPA tidak di tanggani dampak menimbulkan dampak seperti terjadinya penyakit otitis media, sinusitis, bronchitis, bronchopneumonia, dan pleuritis. ( alsagaffah dan mukty 2010). Peran orang tua dalam perawatan anak. Peran aktif orang tua dalam pencegahan ISPA sangat di perlukan karena yang biasa terkena dampak ISPA adalah usia balita dan anak yang kekebalan tubuhnya masih rentan terkena infeksi. Sehingga di perlkan peran orang tua dalam menangani hal ini. Orang tua harus mengerti tentang dampak negatif dari ISPA sepert ISPA ringan bisa menjadi pneumonia yang kronologisnya dapat mengakibatkan kematian jika tidak di tangani. Ispa juga dapat di cegah dengan mengetahui penyakit ISPA, mengatur pola makan balita menciptakan lngkungan yang nyaman, dan menghindar faktor pencetus (andarmoyo, S) 2012

Penanganan penyakit ISPA tidak lepas dari peran perawat keluarga. Beberapa peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga yang menderita ISPA adalah perawat sebagai pendidik (promotif) dengan memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang pengertian, penyebab, dampak dan cara merawat penderita ISPA. Perawat sebagai pelaksana (kuratif) memberikan asuhan keperawatan secara professional kepada keluarga yang mengalami penyakit ISPA

B. Tujuan penulis 1. Tujuan Umum

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan kepada klien selama… di harapkan penulis dapat gambaran dan pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan kepada Keluarga Tn. T khusunya kepada An. M dengan infeksi saluran pernafasan atas melalui pendekatan proses keperawatan.

(10)

Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada klien di harapkan penulis mampu melakukan.:

a. Mampu menguraikan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gagguan

b. Mampu menguraikan masalah keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan dasar kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan sistem pernafasan ISPA.

c. Mampu menguraikan perencanakan tindakan keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan gangguan sistem pernafasan.

d. Mampu menguraikan evaluasi pada asuhan keperawatan keluarga dengan pemenuhan kebuthan oksigenasi dengan sistem pernafasan.

e. Mampu menguraikan dokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan keluarga dari pengkajian, diagnosa, perencanaan pelaksanaan, evaluasi. f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktek g. Mampu mengidentifikasi faktor faktor pendukung, penghambat serta dapat

mencari solusi.

h. Mampu memberikan saran ataupun masukan guna meningkatkan mutu asuhan keperawatan keluarga khususnya keluarga dengan ISPA

C. Ruang lingkup

Mengingat banyaknya masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat terutama pada sistem pernafasan maka penulis membatasi makalah ini pada pembahasan tentang asuhan keperawatan pada keluarga Tn. T khususnya dengan An. M dengan ISPA.

D. Metode penulis

Metode yang penulis gunakan dalam menyusun makalah ilmiah adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang mempelajari, menganalisa, dan menarik kesimpulan dari pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan membandingkan dengan hasil studi keperpustakan.

(11)

1. Studi literatur

Suatu kegiatan untuk memperoleh dengan cara mempelajari buku buku dan literatur yang berhubungan dengan asuhan keperawatan keluarga dan keperawatan sistem pernafasan infeksi saluran pernapasan atas.

2. Studi Kasus

a. Observasi

Observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien yang bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan, dan keperawatan serta hasil tindakan yang di lakukan.

b. Wawancara

yaitu dengan melakukan wawancara dengan keluarga memperoleh data data khususnya yang terkait dengan ISPA dan tugas tugas kesehatan serta serta faktor kesehatan dalam keluarga sesuai dengan masalah yang dihadapi.

c. Pemeriksaan fisik

Yaitu dilakukan pada seluruh anggota keluarga, akan tetapi difokuskan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

E. Sistematis Penulis

Makalah ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu.

BAB I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistem penulisan

BAB II : Tinjuan Tertulis

Konsep dasar terdiri dari: pengertian, etiologi, tanda gejala, patofisiologi, klasifikasi, komplikasi, penataklasanaan, pemeriksaan penunjang

(12)

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi terdiri dari: pengaturan pernafasan, faktor yang mempengaruhi fungsi pernafasan, dan perubahan dalam fungsi pernapasan.

Asuhan Keperawatan Keluarga terdiri dari:

Konsep keluarga terdiri dari: pengertian, jenis/tipe keluarga, Struktur keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga, tahap perkembangan dan tugas perkembangan keluarga.

Konsep Keperawatan keluarga terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

BAB III : Tinjuan Kasus

Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan pada keluarga Tn. T khusunya An. M dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan sistem pernafasan ISPA di Wilayah Kemayoran Kelurahan Utan Panjang Jakarta Pusat dengan infeksi saluran pernafasan atas, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

BAB IV : Pembahasan

Membahas kesenjangan yang terjadi antara Bab II dan Bab III meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperewatan, evaluasi keperawatan.

BAB V : Penutup

A. Kesimpulan

Berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan keluarga pada Keluarga Tn. T Khususnya An. M dengan pemenuhan kebutuhan dasar Oksigenasi pada gangguan system pernapasan “ISPA” di wilayah Rt 001 Rw 02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta pusat mulai dari Pengkajian, diagnosa keperawatan, Rencana keperawatan, Pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan

(13)

B. Saran

Berisi tentang usulan-usulan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. T khususnya An. M dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan system pernapasan “ISPA” di wilayah Rt 001 Rw 02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Jakarta Pusat guna meningkatan mutu pelayanan keperawatan

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI

(14)

BAB II TINJAUAN TEORI 1. Definsi

Infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteria, virus maupun reketsia tanpa atau disertai denagan radang parenkim paru. (Sari Kartika Wijayaningsih, 2013)

2. Etiologi

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan korinebacterium. Virus penyebabnyaantara laingolongan mikovirus,koronavirus, picornavirus, mikoplasma, herpesvirus, bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebabnya ISPA diantara bakteri stafilokokus dan strapteplokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Tabel 6. Dalam klinik dikenal 6 kelompok besar virus pernapasan sebagai penyebab ISPA (alsagaff dan mukti, 2010)

GROUP VIRUS SUB GROUP TIPE

A

Orthmyxovirus Influenza virus

B C

Paramyxovirus Para influenza virus 1-4

Metamyxovirus Respiratory syncytial

Virus (RS- virus ) Adenovirus 1-31 Picornavirus Rhinovirus 1-55 Coxsackie virus A 1-21 Coxsackie virus B 1- 6 Echovirus 1-32 Coronavirus

(15)

3. Patofisiologi.

Bakteri Virus Jamur

(streptococcus) (mikrovirus, adnovirus)

ISPA

Reaksi Antibodi antigen silia yang terdapat pada permukaan

saluran pernapasan bergerak ke atas

Radang pada saluran napas atas virus masuk ke faring

Merusak lapisan epitel &

mukosa saluran pernapasan

Infeksi produksi mukus iritasi

Tubuh mengigil dan deman Bersihan jalan napas peradangan

tidak efektif

kering

Peningkatan suhu tubuh

Nyeri akut

Sakit saat mengunyah

Anoreksia

Gangguan nutrisi: kurang

(16)

4. Faktor resiko

Faktor faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA menurut (Sari kartika wijayaningsih, 2012) adalah:

a. Usia

Anaknya yang usia nya lebih muda kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA yang lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya yang lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.

b. Status imunusasi

Anak dengan status imunisasi yang lengkap dan daya tahan tubuhnya adalah lebih baik debandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.

c. Lingkungan

Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara, di kota kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.

5. Klasifikasi

Program pemberatasan ISPA (P2 ISPA) mengklarifikasi ISPA sebagai berikut:

a. Pneumonia berat, yang di tandai dengan: tidak minum/ menyusu, tarikan dinding dada kealam, kejang, dan napas berbunyi.

b. Pneumonia, ditandai dengan napas cepat, bila: 1) Usia 2-11 bulan -> 50x/menit

2) Usia 1- 5 tahhun -> 40x/menit

c. Bukan pneumonia ditandai dengan batuk, pilek, disertai demam.

Klasifikasi penyakit ISPA menurut ( Wong, 2008: 935) digolongkan menjadi 3 yaitu:

a. Nasofaringitis

Nasofaringitis akut (sama dengan flu pada umumnya) disebabkan oleh berbagai jenis virus yang berbeda, biasanya rinovirus, RSV, virus influenza, atau virus pada influenza. Gejala gejala nasofaringitis lebih berat pada bayi dan anak anak dibandingkan dengan

(17)

orang dewasa. Demam merupakan gejala yang paling banyak terjadi, terutama pada anak anak kecil. Tanda tanda fisik yang terjadi adalah edema dan vasodilatasi mukosa. Manifestasi lainnya yang terjadi pada:

1) Anak yang lebih kecil: demam, iribilitas, gelisah, bersin, muntah dan/ atau diare. 2) Anak yang lebih besar: hidung dan tenggorokan kering dan iritasi, bersin, rasa

pedas, nyeri otot, batuk kadang kadang. b. Faringitis

infeksi streptokokus hemolitik group A pada jalan napas atas ( streptokokus tenggorokan) itu sendiri bukan merupakan penyakit serius, namaun anak anak yang terserang berisiko mengalami rentang penyakit serius: demam rematik akut, penyakit inflamasi jantung, sendi , dan system saraf pusat, dan glomerulonefritis akut yang merupakann infeksi gejala akut. Kerusakan permanen dapat terjadi akibat rentang penyakit ini, terutama deman rematik akut. Manifestasi yang dapat terjadi pada:

1) Anak yang lebih kecil: demam, malaise, umum, anoreksia, sakit tenggorokan sedang, sakit kepala.

2) Anak yang lebih besar: demam ( mencapai 400 C ), sakit kepala, Anoreksia,

disfagia, nyeri abdomen dan muntah.

c. Tonsilitis

Tonsilitis sering terjadi bersamaan dengan faringitis, karena banyaknya jaringan limfoid dan sering terjadinya ISPA. pada saat tonsil palatin membesar karena edema, keduanya dapat bertemu di garis tengah (kissing tonsils) yang menyambut jalan napas atau makan. Anak mengalami kesulitan menelan dan bernapas. Jika terjadi pembesaran adenoid, ruang di belakang lubang hidung posterior menjadi tersumbat, sehingga mempersulit atau bahkan tidak memungkin udara mengalir dari hidung ke tenggorokan. Akibatnya, anak bernapas melalui mulut.

d. Influenza

Penyakit ini disebarkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung ( infeksi droplet besar ) atau melalui benda benda yang terkontaminasi secret nasofaring. Tidak ada kelompok usia yang spesifik, namun serangan terbanyak terjadi pada anak kecil yang

(18)

sebelumnya belum pernah kontak dengan jenis virus tersebut. Influenza lebih banyak terjadi pada musim dingin. Penyakit ini memiliki inkubasi 1 sampai 3 hari, dan orang yang terkena penyakit ini sangat infeksius selama 24 jam sebelum dan sesudah awitan gejala. Sebagian besar pasien mengalami kekeringan tenggorokan dan mukosa hidung, batuk kering, dan kecenderungan mengalami suara sesak.

6. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi antara lain adalah:

a. otitis media b. sinusitis c. bronchitis

d. bronkopneumonia

e. pleuritis ( Alsagaff & Mukty, 2010)

7. Penatalaksanaan

Untuk penanganan ISPA di rumah adalah

a. istirahat yang cukup minimal 8 jam perhari

b. beri makanan yang bergizi tinggi, sedikit tetapi sering

c. berikan anak asupan cairan ( air putih hangat, air buah dan sebagainya)

d. dianjurkan memberi obat tradisional yaitu dengan jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok the diberikan tiga kali sehari

e. menutup mulut dan hidung bila batuk/ bersin, cuci tangan dengan sabun setelah batuk / bersin gunakan masker

(19)

8. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara pemeriksaan yang lazim dikerjakan, yaitu:

a. Biakan Virus

bahan berasal dari dari secret hidung atau hapusan dinding belakang faring kemudian

dikirim dalam media gelatin, lactalbumine dan ekstrak yeast ( GLY) dalamm suhu 40 C.

untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan diambil dari dua tempat dapat juga diambil dari tinja dan hapusan rektum. Untuk pembiakan mikoplasma pneumonia digunakan media tryticase soya boilon dan bovine albumin (TSB).

b. Reaksi serologis

Reaksi serologis yang digunakan antara lain adalah pengikatan komplemen, reaksi hambatan hemadsorpsi, reaksi hambatan hemaglutinasi, reaksi netralisasi, RIA serta ELISA.

c. Diagnostik Virus secara langsung

Dengan cara khusus yaitu imonofluiresensi RIA, ELISA dapat diidentifikasi virus influenza, RSV dan mikoplasma pneumonia mikropon electron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona. Selain itu dapat juga dilakukna dengan cara yang lebih sederhana yaitu pemeriksaan darah tepi, jumlah leokusit dan hitung jenis. Leukosit dengan peningkatan sel PMN di dalam darah maupun sputum menandakan ada infeksi sekunder oelh karena bakteri , jarang terjadi leokositosis yang paling sering jumlah leukosit normal atau rendah (Alsagaff & mukty, 2010 )

B. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi

1. Fisiologi pernapasan perfusi

Sebagian besar sel dal tubuh memperoleh energy dari reaksi kimia yang melibatkan oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernapasan terjadi antara udar di lingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni: ventilasi, perfusi, dan difusi (cance

(20)

Mc, 1994) supaya pertukaran gas dapat terjadi, organ, saraf, dan otot pernapasan harus utuh dan system saraf pusat mampu mengatur siklus pernapasan

2. Ada Tiga langkah dalam proses oksigenasi:

1. Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar paru paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma di persarafi oleh frenik, yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.

2. Perfusi fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah ke dan dari membran kapiler alveoli shingga dapat berlangsung pertukaran gas, sirkulisasi pulmonal merupakan suatu reservoir untuk darah sehingga paru dapat meningkatkan volume darahnya tanpa peningkatan tekanan dalam arteri atau vena pulmonary yang besar. Sirkulasi pulmonary juga berfungsi suatu, filter menyaring thrombus kecil sebelum thrombus tersebut mencapai organ organ vital.

3. difusi merupakan gerakan molekal dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan terjadi di membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membrane peningkatan ketebalan membrane merintangi proses difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih lama untuk melewati membran tersebut.

ekspirasi merupakan proses pasif normal yang bergantung keproperty recoil elastis dan membutuhkan sedikit kerja otot atau tidak sama sekali. Recoil elastis dihasilkan oleh serabut elastis dijaringan paru dan oleh tegangan permukaan dalam cairan yang melapisi alveoli meier detten, 1992) klien yang mengalami penyakit pulmonary obstruksi kronik lanjut akan kehilangan recoil elastis paru dan thoraks. Akibatnya, kerja napas klien meningkat.

3. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi

Menurut carpenito, 2012) itu ada 8 yang mempengaruhi oksigenasi

1. Tahap perkembangan

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada

(21)

bulat pada waktu bayi dan masa kanak kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diamsumsikan berbentuk oval.

2. lingkungan

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi, makin tinggi daratan, makin rendah Pa O2, sehingga semakin sedikit o2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.

3. Gaya Hidup

Aktivitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung. Demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

4. Status kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada tergantunggunnya pengeriman oksigen ke sel sel tubuh. Selain itu penyakit penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigenasi adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas gas tersebut ke sel.

5. Narkotika

Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotika. Analgetik perawat harus memantu laju kedalaman pernapasan

(22)

Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi kondisi yang dapat mempengaruhi pernapasan yaitu:

Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru

Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru transport oksigen dan transport oksida melalui darah ke sel jaringan

gangguan pada respirasi yaitu hipoksia. Perubahan pada napas dan obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcakupan oksigen didalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan sianosis dapat di tandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membrane mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral, korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3-5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.

7. Perubahan pola napas

Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspone (sesak) kadang kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti penderita asma

8. obstruksi jalan napas

Obstruksi jalan napas lengkap dan sebagian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Obstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inspirasi.

(23)

C. Asuhan keperawatan keluarga

Pada sub Bab ini penulis akan menguraikan mengenai konsep keluarga, dan konsep proses keperawatan keluarga secara tertilis.

1. konsep keluarga

a. Pengertian

Istilah keluarga didefinisikan berbeda bedda tergantung dari orientasi teoritis yang digunakan. Beberapa definisi keluarga sering menggunakan teori interaksi system atau tradisional. Secara tradisional keluarga didefinisikan sebagai berikut:

WHO (1969)

Keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (dalam andarmoyo, 2012)

Bergess (1962)

Keluarga terdiri dari atau kelompok orang yang mempunyai iakatan perkawinan, keturunan sedarah atau hasil adopsi dalam anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial serta mempunyai kebiasaan/ kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan sendiri (dalam Chayatin nurul 2012)

Depkes RI ( 1988)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan keadaan saling ketergantungan ( dalam Andarmoyo, 2012)

Allender dan spradley (2001)

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan menge mbangkan dalam interaksi social, peran dan tugas (dalam Susanto, 2012)

(24)

b. Type/ fungsi keluarga

keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbgai macam pola kehidupan. Tipe keluarga berkembang mengikuti sesuai dengan perkembangan sosial. Menurut friedman, bowden, & jones tahun 2003 (dalam chayatin nurul, 2012)

1. keluarga tradisional

a. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak anak. Yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah

b. Reconstituted nuclear, pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak anaknya. Baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil perkawinan yang baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah

c. The extended family

Keluarga inti di tambah dengan sanak saudara, seperti nenek, kakek, keponakan, paman, bibi dan sebagainya.

d. Middle age

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/ kedua duanya bekerja di rumah, anak anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawianan meniti karir

e. Dyadic nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/ salah satu bekerja diluar rumah

f. The single parent family

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hokum perkawianan)

g. Dual carier

(25)

h. Commuter married

Suami/istri kedaunya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling menacri pada waktu waktu tertentu.

i. Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah

j. Institutional

Anak anak atau orang orang dewasa tinggal dalam suatu panti k. The single adult living alone

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (seperasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.

2. Non tradisional

a. The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa anak

b. The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri c. Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.

d. The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. e. Cohabiting family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

(26)

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat alat rumah tangga bersama, yang saling merasa saling menikah dengan satu dengan yang lainnya, berbagai sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.

g. Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh setaturan / nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya

h. Foster family

Keluarga menerima yang tidak ada hubungan keluarga / saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

i. Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan denga keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

j. Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional ndan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasaan dalam kriminal dalam kehidupannya.

C. Struktur keluarga

Menurut dermawan, A C, (2008) adapun struktur keluarga diantarannya yaitu: 1. Berdasarkan jalur hubungan darah

a. Patrineal, keluarga yang disusun melalui jalur garis ayah suku suku di Indonesia rata rata menggunakan struktur keluarga patrineal.

b. Matrineal, keluarga yang disusun melalui jalur garis ibu. 2. Dominasi keberadaan tempat tinggal

a. Patrilokal, satu keluarga yang tinggal sedarah dari pihak suami b. Matrilokal, satu keluarga yang tinggal sedarah dari pihak istri 3. Dominasi pengambil keputusan

(27)

b. Matriakal, pengambilan keputusan ada pada pihak istri

d. Peran keluarga

Peran keluarga menggambarkan masing masing anggota keluarga baik di dalam keluarga di lingkungan masyrakat, diantarannya yaitu Ayah sebagai suami dan pemimpin keluarga dan mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik atau pengayom, selalu menjaga dan melindungi keluarga, dan sebagai anggota kelompok masyarakat. Ibu sebagai istri dan pengatur atau pengurus rumah tangga, pengasuh anak anak, pendidik, menjaga dan melindungi anak anak dan keluarga. Ibu juga sebagai pencari nafkah tambahan anak berperan melaksanakan tugas perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis, dan sosia. Kakek/nenek dalam keluarga adalah semata mata hadir dalam keluarga, menjaga dan melindungi anak, cucu, dan sebagai orang tua ( setiawati, santun 2008 & andarmoyo, S, 2012).

e. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga Menurut friedman (1986) dalam citrs, dermawan A, (2008) adapun fngsi keluarga sebagai berikut:

1. Fungsi Afektif, fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Terkait dengan saling mengasihi, mensaling mendukung, dan saling menghargai antar anggota keluarga. 2. Funsi sosialisasi, mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Di mulai sejak lahir

dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar dan bersosialisasi.

3. Fungsi reproduksi, keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4. Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluargannya yaitu: sandang, pangan dan papan.

5. Fungsi perawatan kesehatan, untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

2. Fungsi keluarga (PP No. 21 thn. 1994 dan UU No. tahun 1992)

(28)

Keluarga adalah wahana utama dan pertama menciptakan seluruh anggota keluarga menjadi insan yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tugas dan fungsi keagamaan adalah:

1) Membina norma / ajaran agama sebagai dasar tujuan hidup seluruh anggota keluarga

2) Menerjemahkan ajaran / norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari – hari seluruh anggota masyarakat.

3) Memberikan contoh konkrit pengalaman ajaran agama dalam hidup sehari hari. 4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang

tidak atau kurang diperolehnya di sekolah atau masyarakat.

5) Membina rasa, sikap dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

b) Fungsi sosial budaya

Keluarga berfungsi untuk menggali, mengembangkan dan melestarikan sosial budaya Indonesia, dengan cara :

1) Membina tugas tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.

2) Membina tugas tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma budaya asing yang tidak sesuai

3) Membina tugas tugas keluarga sebagai lembaga dimana anggotanya mengadakan kompromi / adaptasi dari praktik / globalisasi dunia

4) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya masyarakat / bangsa untuk terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

c) Fungsi kasih sayang

Keluarga berfungsi mengembangkan rasa cinta dan kasih sayng setiap anggota keluarga, antarkerabat, antargenrasi. Termasuk dalam fungsi ini adalah:

1) Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada diantara anggota keluarga kedalam symbol symbol nyata/ ucapan dan perilaku secara optimal dan terus menerus.

(29)

2) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya secara kuantitatif dan kualitatif.

3) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniami dan ikhromi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang

4) Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga bahagia sejahtera.

d) Fungsi perlindungan

Adalah fungsi untuk memberikan rasa aman secara lahir dan batin kepada setiap anggota keluarga. Fungsi Ini menyangkut:

1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar kegiatan

2) Membina keamanan keluarga baik fisik, psikis, maupun dari berbgai bentuk ancaman dan tantangan datang dari luar.

3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga bahagia sejahtera.

e) Fungsi reproduksi

Memberikan keturunan yang berkualitas melalui : pengaturan dan perencanaan yang sehat dan menjadi insan pembangunan yang handal, dengan cara:

1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.

2) Memberikan contoh pengalaman kaidah kaidah pembentukan keluarga dengan hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.

3) Mengamalkan kaidah reproduksi sehat baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga. 4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif

(30)

f) Fungsi pendidikan dan sosialisasi

Keluarga merupakan tempat pendidikan utama dan pertama dari anggota keluarga yang berfungsi untuk meningkatkan fisik, mental, sosial dan spiritual secara selaras dan seimbang. Fungsi ini adalah:

1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama.

2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat dimana anak dapat mencari pemecahan msalah dari konflik yang dijumpainya, baik dilingkungan sekolah maupun dengan masyarakat.

3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal hal yanhg diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan fisik dan mental, yang tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat

4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga bahagia sejahtera.

g) Fungsi ekonomi

Keluarga meningkatkan keterampilan dalam usaha ekonomis produktif agar pendapatan keluarga meningkat dan tercapai kesejahteraan.

1) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun didalam lingkungam keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidpan keluarga. 2) Mengatrur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya

terhadap anggota keluarga berjalan serasi, selaras dan seimbang.

3) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal mewujudkan keluarga bahagia sejahtera.

h) Fungsi pembinaan lingkungan

Meningkatkan diri dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam sehingga tercipta lingkungan yang serasi selaras dan seimbang.

(31)

1) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup interen keluarga.

2) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup ekstern keluarga

3) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

4) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga bahagia sejahtera.

Meskipun banyak fungsi keluarga seperti disebutkan diatas, pelaksanaan fungsi keluarga di Indonesia secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut:

Asih: memberi kasih sayang, perhatian, rasa aman, hangat kepada seluruh anggota keluarga sehingga dapat berkembang sesuai usia dan kebutuhan.

Asah: memenuhi pendidikan anak sehingga siap menajdi manusia dewasa, mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan masa depan.

Asuh: memelihara dan merawat anggota keluarga agar tercapai kondisi yang sehat fisik, mental, sosial, dan spiritual.

f. Tahapan dan tugas perkembangan keluarga

Tahap siklus perkembangan keluarga yang adaptasi menurut Duval dan miller (1985) dalam setiawati, santun (2008) & Andarmoyo, sulistyo, (2012) diantarannya sebagai berikut:

1. pasangan pemula atau pasangan baru menikah

Tahapan ini di mulai saat dua insan dewasa mengikat janji melalui pernikahan dengan landasan cinta dan kasih sayang tugas tahapan perkembangan keluarga pemula antara lain saling memuaskan antara pasangan, beradaptasi dengan keluarga besar dari masing masing pihak secara harmonis, merencanakan dengan matang jumlah anak dan memperjelas peran masing masing.

(32)

Tahapan ini dimulai sejak ibu hamil sampai dengan kelahiran anak pertama sampai dengan anak tersebut berumur 30 bulan atau 2,5 tahun. Kehadiran bayi pertama akan menimbulkan suatu perubahan yang besar dalah kehidupan berumah tangga tahapan tugas keluarga yaitu: mempersiapkan biaya persalinan, mempersiapkan mental calon orang tua dan mempersiapkan berbagai kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir tugas keluarga antara lain: memberikan ASI sebagai kebutuhan pertama bayi (minimal 6 bulan), memberikan kasih saying mulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar besar masing masing pasangan, pasang kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga termasuk sirkulasi hubungan seks dan mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

3. keluarga dengan anak prasekolah

Dimulai ketika anak berusia 30 bulan atau 2,5 tahun dan berakhir ketika berusia 5 tahun. Tugas yang dimiliki pada keluarga yaitu : menanamkan nilai nilai dan norma kehidupan mulai menanamkan keyakinan beragama, mengenalkan kultur keluarga memenuhi kebutuhan bermain anal, membantu anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil memperhatikan dan memberikan stimulasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

4. keluarga dengan anak usia sekolah

Dimulai ketikan anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekoklah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja tugas yang dimiliki keluarga lebih do tekankan pada pemenuhan tugas perkembangan anak antara lain memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat alat sekolah maupun biaya sekolah. Membiasakan belajar teratur memperhatikan anak saat menyelasaikan tugas tugas sekolahnya. Mensosialisasikan anak anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan temann sebaya.

5. keluarga dengan anak remaja

Dimulai ketika anak pertama melewati usia 13 tahun. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, dan berakhir saat anak berusia 19 tahun 20 tahun keluarga dengan remaja berada dalam posisi dilemma mengingat anak sudah

(33)

mulai menurun perhatiannya terhadap orang tua di bandingkan dengan teman sebaya. Tugas keluarga tahapan ini antara lain: memberikan perhatian lebih pada remaja bersama sama mendiskusikan tentang rencana .

6. keluarga dengan melepaskan anak usia muda ke masyarakat

Remaja yang akan beranjak dewasa harus siap meninggalkan kedua orang tuanya untuk mulai hidup baru, bekerja dan berkeluarga. Tugas keluarga yaitu: mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak pertama dalam melepaskan diri, dan membantu anak yang kecil untuk mandiri, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dan menentu, dan menata kembali peran, fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak-anaknya.

7. keluarga dengan tahapan berdua kembali

Tahap dari siklus kehidupan keluarga setelah dimulai terakhir anak anak meninggalkan rumah dan mulai kehidupan baru antara lain: menjaga keintiman pasangan, membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi dengan anak anak dan cucu, dan mempertahankan dan meningkatkan kesehatan

8. keluarga dengan Tahapan masa tua

Masa tua dihinggapi perasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga tugas keluarga pada menyenangkan antara pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua dengan berolahraga, berkebun, mengasuh cucu, pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini.

g. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

menurut friedman (1981) menjadi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

1) mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

2) mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga 3) memberikan keperawatan anggotanya yang sakit

4) memodifikasi lingkungan

(34)

2. Konsep Proses Asuhan Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan keluarga disesuaikan dengan fokus keperawatan. Jika ia melihat keluarga sebagai latar belakang atau konteks dari keluarga maka keluarga merupakan focus utama tetapi jika ia melihat di dalam keluarga individu yang rawat, maka anggota keluarga secara individu merupakan focus utama (setiadi, 2008)

A. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga (lyer et al, (1996) dalam setiadi, (2008). Dasar pemikiran dan pengkajian adalah suatu perbandingan, ukuran atau penilaian mengenai keadaan keluarga dengan menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan, harapan, teori dan konsep yang berkaitan dengan permasalahan

Cara pengumpulan pengkajian data tentang keluarga yang dapat dilakukan antara lain dengan:

1) Wawancara

Wawancara yaitu menanyakan atau Tanya jawab atau yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi keluarga dengan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Tujuan wawancara adalah:

a) Mendapatkan informasi yang diperlukan

b) Meningkatkan hubungan perawat- keluarga dalam komunikasi c) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

Wawancara dengan keluarga dikaitkan dalam hubungan dengan kejadian-kejadian pada waktu lalu dan sekarang.

2) Pengamatan

Pengamatan dilakukan yang berkaitan dengan hal hal yang tidak perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan, kebersihan).

(35)

Yang biasa dijadikan acuan anatara lain adalah KMS, kartu keluarga dan catatan kesehatan lainnya misalnya informasi - informasi tertulis maupun lisan dari tujukan dari berbagai lembaga yang menangani keluarga dan dari anggota tim lainnya.

4) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik hanya dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan

Pada awal pengkajian perawat harus membina hubungan yang baik dengan keluarga dengan cara:

1) Diawali perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah 2) Menjelaskan tujuan kunjungan

3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga

4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dilakukan

5) Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jaringan perawat.

Dalam pengkajian keluarga terdapat tahap tahap pengkajian yang disebut sebagai penajajakan untuk mempermudah proses pengkajian.

1) Penjajakan I

Data data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain a) Data umum

b) Riwayat dan tahap perkembangan c) Lingkungan

d) Struktur keluarga e) Fungsi keluarga

f) Stress dan koping keluarga g) Harapan keluarga

h) Data tambahan i) Pemeriksaan fisik 2) Penjajakan II

(36)

Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan data data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya:

a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

B. Diangnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat. Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain.:

Analisa data

Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisa data, yaitu mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara menganalisa data adalah:

a) Validasi data, yaitu meniliti kembali data yang terkumpul dalam format pengkajian b) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual c) Mengembangkan standar

d) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan.

Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga untuk melakukan analisa data, yaitu:

a) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga, yang meliputi:

Keadaan kesehatan fisik, mental dan sosial anggota keluarga

Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga

(37)

Status imunisasi anggota keluarga

Kehamilan dan KB

 

b) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi:

Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi luas rumah dan sebagainya.

Sumber air minum

Jamban keluarga

Tempat pembuangan air limbah

Pemanfaatan pekerangan yang ada dan sebagainya.

 

c) Karakteristik keluarga yang meliputi:

Sifat sifat keluarga

Dinamika dalam keluarga

Komunikasi dalam keluarga

Interaksi antar anggota keluarga

Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga

Kebiasaan dan nilai nilai yang berlaku dalam keluarga

Dalam proses analisa data dikelompokan menjadi 2 yaitu data subjektif dan objektif

No. DATA ETIOLOGI MASALAH

Data Subjektif:



Data Objektif



(38)

Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/simpton.

Masalah (problem)

Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan sesingkat mungkin. Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA (1995) dalam setiadi (2008) adalah sebagai berikut:

Aktual (terjadi deficit / gangguan kesehatan)

Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala yang jelas mendukung bahwa benar benar terjadi.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas Ketidakefektifan pola napas

Gangguan pertukaran gas Nyeri akut

Gangguan tumbuh kembang

Resiko (ancaman kesehatan)

Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani

Resiko terjadi infeksi

Resiko peningkatan suhu tubuh

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Resiko kurang volume cairan dan elektrolit

Potensial/sejahtera

Status kesehatan berada pada kopndisi sehat dan ingin meningkat lebih optimal

Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan Potensial peningkatan proses keluarga

Potensi peningkatan koping keluarga Resiko terhadap tindakan kekerasaan

(39)

Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/ situasi tertentu.

Menurut NANDA ada 2 diagnosa keperawatan sindrom, yaitu:

Syndrom trauma pemerkosaan

Pada kelompok ini menunjukkan adanya tanda dan gejala, seperti cemas, takut, sedih, gangguan istirahat tidur dan lain lain.

Resiko sindrom penyalahgunaan

Misalnya resiko gangguan proses pikir, resiko gangguan gambaran diri dan lain lain.

B) Penyebab (etiologi)

Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga yaitu:

a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotannya

b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

c) Memberikan keperawatan anggotannya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda

d) Mempertahankan suasana dirumah yang mengutungkan kesehatan dan perkembangan keperibadian anggota keluarga

e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

C. Tanda (sign)

Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata “yang dimanifestasikan dengan”

Prioritas masalah

Untuk menemukan prioritas terhadap diagnose keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas ( skala baylon dan maglaya) sebagai berikut:

(40)

a) Tentukan skor untuk tiap kriteria

b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot c) Jumlahkan ekor untuk semua kriteria

d) Skor tinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot.

No KRITERIA NILAI BABOT

1. Sifat masalah

a) Tidak/kurang sehat 3

b) Ancaman kesehatan 2 1

c) Keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

a) Mudah 2

b) Sebagian 1 2

c) Tidak dapat 0

3. Potensial masalah untuk dicegah

a) Tinggi 3

b) Cukup 2 1

c) Rendah 1

4. Menonjolnya masalah

a) masalah berat baru segera ditangani 2

b) ada masalh tetapi tidak perlu segera 1 1

ditangani 0

c) masalah tidak dirasakan

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala:

Kriteria I: yaitu sifat masalah untuk mengetahui sifat msalah ini mengacu pada etiologi

masalah kesehatan yang terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu

Ancaman kesehatan

(41)

o Penyakit keturunan (asma, DM, dan lain lain.)

o Anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular (TBC, gonore hepatitis, dan lain lain)

o Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan sumber daya keluarga

o Resiko terjadi kecelakaan (lingkungan rumah tidak aman )

o Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing masing anggota keluarga o Keadaan yang menimbulkan stress, antara lain.:

Hubungan keluarga tidak harmonis

Hubungan orang tua dan anak yang tegang Orang tua yang tidak dewasa

o Sanitasi lingkungan yang buruk, diantaranya: Ventilasi kurang baik

Sumber air minum tidak memenuhi syarat Polusi udara

Tempat pembuangan sampah yang tidak sesuai syarat

Tempat pembuangan tinja yang mencemari sumber air minum

o Kebiasaan yang merugikan kesehatan, seperti: Merokok

Minum minuman keras Makan obat tanpa resep Makan daging mentah

o Sifat keperibadian o Riwayat persalinan sulit o Peran yang tidak sesuai o Imunisasi yang tidak lengkap

(42)

Yaitu kegagalan dalam menetapkan kesehatan seperti keadaan sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa ) dan gagal dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.

Situasi krisis (keadaan sejahtera)

 Perkawinan  Kehamilan  Persalinan  Masa nifas 

Menjadi orang tua 

Penambahan anggota keluarga (bayi) 

Abortus 

Anak masa sekolah 

Anak remaja 

Kehilangan pekerjaan 

Kematian anggota keluarga 

Pindah rumah

Kriteria II, yaitu kemungkinan masalah dapat diubah

Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani

masalah

Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga

Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu

Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan

songkongan masyarakat

Kriteria III, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor faktor yang perlu diperhatikan

adalah:

Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit/ masalah

Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah

Tindakan yang sedang di jalankan adalah tindakan tindakan yang tepat dalam

memperbaiki masalah

Adanya kelompok “High Risk” atau kelompok yang sangat peka menambah

(43)

Kriteria IV, yaitu menonjolnya masalah

Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun sampai skor terendah.

C. Perencanaan Keperawatan 1. Definisi

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga yang meliputi :

Penetapan tujuan

Ada beberapa tingkat tujuan dapat disusun dalam jangka pendek (khusus) danm jangka panjang (umum). Tingkatan ini digunakan untuk membedakan masalah yang dapat diselsaikan sendiri oleh keluarga dan masalah yang harus diserahkan pada tim keperawatan atau kolektif. Tujuan khusu/ jangka pendek sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat dimotivasi/memberi kepercayaan pada keluarga bahwa kemajuan sedang dalam proses dan membimbing keluarga kearah tujuan jamngka panjang/umum. Tujuan jangka umum merupakan tujuan akhir yang pencapaian pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

Penetapan Kriteria dan Standar

Merupakan standar evaluasi yang menggambarkan tentang faktor-faktor yang dapat member petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam pertimbangan. Bentuk dan kriteria ini adalah :

No Kriteria Standar

1. Pengetahuan a. Keluarga mampu menyatakan pengertian ISPA secara

umum

b. Keluarga mampu menyebutkan akibat dari infeksi saluran pernapasan atas

(44)

2. Sikap a. Keluarga mampu memutuskan untuk membuat rencana kontrol kepuskesmas

b. Keluarga mampu membuat rencana agar tidak terjadi infeksi saluran pernapasan atas

3. Psikomotor a. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang bersih

dan sehat

D. Pelaksanaan keperawatan

Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan untuk perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga yaitu : (setiadi, 2008. )

1) Tahap I : Persiapan

Persiapan ini meliputi kegiatan – kegiatan : a) Kontrak dengan keluarga

b) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan c) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif d) Mengidentifikasi aspek – aspek hukum dan etik

Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan dan psikis pada saat implementasi.

2) Tahap II : Intervensi

Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara professional adalah :

a) Independent

Adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan kompetensi tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan lsinnys. Lingkup tindakan independent ini adalah :

1) Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik.

2) Merumuskan diagnose keperawatan 3) Mengidentifikasi tindakan keperawatan

(45)

4) Melaksanakan rencana pengukuran 5) Merujuk kepada tenaga kesehatan lain 6) Mengevaluasi respon klien

7) Partisipasi dengan consumer atau tenaga kesehatan lainnya.

Tipe Tindakan independent keperawatan dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu: 1) Tindakan diagnosa

a) Wawancara

b) Observasi dan pemeriksaan fisik

c) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (Hb) dan membaca hasil dari pemeriksaan laboratorium

2) Tindakan terapeutik

Tindakan untuk mencegah, megurangi, dan mengatasi masalah klien 3) Tindakan edukatif

Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada klien

4) Tindakan merujuk

Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. b) Independent

Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya.

3) Tahap III : Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatab yang lengkap dan akuran terhadap suatu keadaan dalam proses keperawatan

E. Evaluasi Keperawatan

penulis akan memaparkan proses keperawatan yang terakhir yaitu: evaluasi keperawatan merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat melakukan rencana asuhan keperawatan adapun pencapaian faktor yang perlu di evaluasi dalam asuhan keperawatan, meliputi beberapa ranah, yaitu:

(46)

1. Ranah Kognitif ( pengetahuan ), evaluasi pada ranah ini memiliki tingkat pada pengetahuan dan pemahaman keluarga tentang penyakit, tanda dan gejala, pengebotan, pencegahan, dan upaya meminimalkan komplikasi

2. Ranah Afektif (emosional ), dilihat ketika perawat melakukan wawancara dengan pasien, dalam hal ini mengamati ekspresi wajah, nada suara dan isi pesan yang di sampaikan.

3. Ranah Psikomotor, dilakukan dengan , melihat bagaimana keluarga merupakan tindakan yang sudah direncanakan apakah sesuai atau sebaliknya (Andarmoyo, sulistyo, 2012)

(47)

BAB III TINJAUAN KASUS

Pada bab ini disampaikan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. T Khusunya An. M dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada gangguan sistem pernapasan “ISPA” di Wilayah Rt 001 Rw. 002 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta pusat. Untuk melengkapi data, penulis mengadakan pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan pemeriksaan Fisik. Asuhan Keperawatan Keluarga yang penulis lakukan dalam Kasus ini berlangsung 4 hari terhitung dari 26 maret – 30 maret 2018 dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga yang meliputi langkah langkah sebagai berikut: pengumpulan data, analisa data, perumusan masalah, prioritas masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas

Tn. T sebagai kepala keluarga dengau usia 41 tahun, pendidikan SMA Pekerjaan pesuruh di kelurahan alamat H. Jiung Kel. Utan panjang kec. Kemayoran, Tn. T mempunyai seorang Istri dan 3 orang anak untuk memberikan gambaran lebih jelas maka penulis akan memaparkan dalam bentuk susunan anggota dalam Tabel 3. 1

a. Susunan Anggota Tabel 3. 1

No Nama (inisial) Jenis Hub dg TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan Status

kelamin KK imunisasi

2. Ny. Y P Istri 33 Tahun SMP Ibu Lengkap

rumah tangga

3. An. M L Anak 13 Tahun Siswa Pelajar Lengkap

4. An. M P Anak 11. Tahun Siswa Pelajar Lengkap

(48)

b). Genogram Keluarga Tn. T

Keluarga Tn. T Keluarga dari Ny. Y



Tn. T

Ny. I Ny. H Tn. U Tn. A Ny. E Ny. U Ny. Y

An. M

An M An. N ISPA

13 tahun ISPA 11 Tahun 9 Tahun

Keterangan: Orang tua keluarga Tn. T memiliki 6 anak dan Tn. T anak pertama dari 6 bersaudara lalu orang tua bapak Tn. T meninggal dunia tanggal 10 november 2017 karena sakit lalu tinggal ibu sendiri dan 1 anaknya. Lalu dari keluarga orang tua Ny. Y memiliki 2 anak yaitu Ny. R dan Ny. Y lalu orang tua bapak dari Ny. Y meninggal dunia karena jatuh dari tangga pada tahun 14 mei 1985 dan selalng berapa tahun ibu nya Ny. Y meninggal karena mengalami stroke pada 12 juni 1992. Lalu Ny. Y tinggal sama saudaranya. Lalu selang berapa tahun Tn. T akhirnya kerja di suatu pabrik dan ibunya bekerja di suatu pasar swalayan dan mereka bertemu dan mereka pacaran selama kurang lebih satu tahun lalu tidak lama berselang akhirnya mereka menikah tanggal 28 mei 2003. Dan tidak lama berselang Tn. T Dan Ny. Y memiliki anak pertaman yaitu. An. M lahir 7 juli 2005 lalu selang 2 tahun lahir anak ke2 yaitu An. 2 oktober 2007, lalu selang 2 tahun 1 januari 2009.

(49)

Keterangan:

= Laki laki = Perempuan

= serumah

= Meninggal = entry

b. Resume Kasus:

Satu anggota keluarga mengalami keluhan: batuk, pilek, sesak napas, RR: 28x/menit, lingkungan rumah kotor, di dalam rumah banyak barang barang yang berdebu, rumah tidak terdapat cahaya matahari, rumah tidak ada ventilasi ruangan, jendela yang tidak pernah dibuka terdengar suara napas ronchi, terdapat secret di hidung, anak tampak lemas, anak susah mengeluarkan secret, dan anggota keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit ISPA.

c. Data dasar

4). Tipe Keluarga

Tipe keluarga Tn. T adalah keluarga inti / nuclear family dalam satu rumah tinggal 2 yaitu Tn. T, Ny. Y An. M, An. M, dan An.N

5). Suku

Tn. T bersuku jawa dan Ny. Y bersuku sunda dan mereka tidak mengikuti adat adat kebiasaan yang ada di wilayah kampung mereka masing masing

(50)

6). Agama

Tn. T dan Ny. Y rajin beribadah dan sholat 5 waktu setiap hari dan ke tiga anaknya juga rajin mengikuti sholat 5 waktu setiap hari

7). Status Sosial dan ekonomi

Untuk memenuhi Kebutuhan keluarga Tn. T sehari hari, hanya Tn. T yang bekerja dan memliiki penghasilan untuk menafkahi keluarga. Penghasilan yang didapat oleh Tn. T tidak menentu dari kisaran 700.000 sampai 1.300.000-/bulan. Dari gaji tersebut di gunakan untuk memenuhi kebutuhan harian, bulanan makan, pakaian, dana kesehatan lalu membayar kontrakan dan membayar pajak/rekening listrik dan kadang kadang itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari

8). Aktivitas Rekreasi Keluarga

Aktifitas pada Tn. T dan Ny .Y adalah pergi reakreasi ke monas, lalu ke kebun binatang untuk menghibur ke 3 anak anaknya. Untuk berlibur dan untuk menyenangkan ke 3 buah hatinya.

II. Riwayat & Tahap perkembangan keluarga 9). Tahap Perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan Keluarga Tn. T saat ini adalah tahap perkembangan Remaja . Karena anak pertama Tn. T yaitu An. M berusia 13 tahun. Pada tahap ini dimulai dari anak berusia 13 tahun sampai berusia 17 tahun. Tugas perkembangan pada tahap anak Remaja adalah yaitu:

 Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang

sudah bertambah dewassa dan meningkat otonominya

Keluarga Tn. T memberikan kebebasan dan boleh bergaul kepada teman temannya kepada An. M tetapi harus bisa menjaga diri dan tanggung jawab apa yang dilakuin

 Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

An. M memiliki hubungan yang baik terhadap bapak dan ibunya dan juga terhadap anak anaknya

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Bermain adalah hal yang paling disukai oleh anak dan menjadi fitrahnya. Beragam permainan menjadi pesona dan daya tarik anak, baik itu permainan yang dilakukan

Me%it2me%it $ertama saya mem$eratika% ker+a kasir* sesuai de%&a% sara% ak 3rfa% selaku sala satu $e+aat di toko

Seperti halnya pada hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa aksesi Bogor 80-II-5 dan Medan yang memiliki cabang produktif lebih banyak dibandingkan aksesi lainnya ternyata

RAYA CILEDUG NO.30 PETUKANGAN UTARA

Apabila Orang tua calon siswi tidak dapat hadir wawancara pada waktu yang sudah ditentukan, mohon konfirmasi ke SMA Stella Duce 2 di No Telp 0274 513129 atau ke Bapak Y. Himawan

Oleh karena itu perlu adanya suatu program aplikasi yang bisa membantu karyawan dalam mengisi data lembur dengan data lebih akurat dan perhitungan oleh Admin karena

Apakah yang saudara ketahui tentang Tubuh dan Jiwa Baik Dalam pandangan Filsafat Klasik Maupun Filsafat Modern. Uraikan tentang maksud manusia sebagai mahluk yang

Bentuk badan usaha dalam Pra Rancangan Pabrik Selulosa Asetat dari Kulit Buah Kakao yang direncanakan ini adalah perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT).. Perseroan