SISTEM PEMERINTAHAN ULU-APAD DI DESA PAKRAMAN SUKAWANA, BANGLI, BALI (Struktur, Fungsi, dan Persepsi Siswa danGuru Terhadap Pemanfaatannya Sebagai Sumber Pengayaan IPS di SMP Negeri 7 Kintamani)
Oleh
I Putu Eka Noviantara NIM 0814021044
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
Sistem Pemerintahan Ulu-Apad Di Desa Pakraman Sukawana, Bangli, Bali (Struktur, Fungsi, dan Persepsi Siswa dan Guru Terhadap Pemanfaatannya Sebagai Sumber
Pengayaan IPS di SMP Negeri 7 Kintamani)
Oleh:
I Putu Eka Noviantara, NIM 0814021044
Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui bagaimana struktur dan dinamika struktur pada sistem pemerintahan Ulu-Apad di Desa Pakraman Sukawana, Bangli, Bali. (2) Untuk mengetahui bagaimana fungsi sistem pemerintahan Ulu-Apad di Desa Pakraman Sukawana, Bangli, Bali dalam rangka pemertahanan filsafat Tri Hita Karana. (3) Untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa dan guru terhadap pemanfaatan sistem pemerintahan Ulu-Apad sebagai sumber pengayaan IPS di SMP Negeri 7 Kintamani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah yaitu: (1) Teknik Penentuan Informan. (2) Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Wawancara, Kuisioner/ Angket, Studi Dokumen). (3) Teknik Penjamin Keaslian Data (Triangulasi Data, Triangulasi Metode). (4) Teknik Analisis Data. Penelitian ini menghasilkan temuan, antara lain: (1) Struktur Sistem Pemerintahan Ulu-Apad di desa Pakraman Sukawana berdasarkan konsep Rwabineda (Kiwa-Tengen) yang mengutamakan senioritas perkawinan, (2) Dinamika Struktur Sistem Pemerintahan Ulu-Apad berdasarkan urutan (senioritas), dimana untuk mencapai posisi utama dalam sistem pemerintahan harus melalui beberapa tahapan, diantaranya harus melangsungkan upacara Mapiuning Menek Madesa dan akhirnya tercatat sebagai anggota Krama Pamugbung dengan urutan mulai dari posisi paling bawah, hingga akhirnya jika ada Krama yang keluar maka secara otomatis urutan akan naik, maka disini terlihat bagaimanaperubahan struktur itu terjadi. (3) Fungsi Sistem Pemerintahan Ulu-Apad terhadap pemertahanan konsep Tri Hita Karana telah berjalan sesuai posisi masing-masing, dimana Jero Kubayan bertindak di bidang Parahyangan, Jero Pengelanan bertindak di bidang Pawongan, dan Jero Mekel bertindak di bidang Palemahan, (4) persepsi guru dan siswa di SMP N 7 Kintamani sebagian besar menyatakan kurang setuju dengan Sistem Pemerintahan Ulu-Apad dijadikan sebagai sumber pengayaan IPS.
Sistem Pemerintahan Ulu-Apad Di Desa Pakraman Sukawana, Bangli, Bali (Struktur, Fungsi, dan Persepsi Siswa dan Guru Terhadap Pemanfaatannya Sebagai Sumber
Pengayaan IPS di SMP Negeri 7 Kintamani)
Oleh:
I Putu Eka Noviantara, NIM 0814021044
Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to: (1) To determine how the structure and dynamics of the structure of the governance system in the Ulu-Apad Pakraman Sukawana, Bangli, Bali. (2) To determine how the system functions of government in the Ulu-Apad Pakraman Sukawana, Bangli, Bali in order preservation philosophy of Tri Hita Karana. (3) To determine how the perceptions of students and teachers to use the Ulu-Apad system of government as a source of enrichment IPS in SMP Negeri 7 Kintamani. The method used in this research is descriptive qualitative research method steps, namely: (1) Determination Technique informants. (2) Data Collection Techniques (Observation, Interview, Questionnaire, Study Document). (3) Data Authenticity Assurance Techniques (Data Triangulation, Triangulation Method). (4) Data Analysis Techniques. This research resulted in findings, among others: (1) Structure-Government System Ulu-Apad Pakraman village Sukawana based concept Rwabineda (Kiwa-Tengen) that prioritizes seniority marriage, (2) Structural Dynamics Government Systems Ulu-Apad based sequence (seniority), in which to achieve their central position in the system of government has to go through several phases, of which should solemnize Mapiuning Menek Madesa and finally registered as a member of Krama Pamugbung the sequence starting from the bottom position, and finally if there Krama is out then the order will automatically go up, (3) Function Government System Ulu-Apad against the concept of Tri Hita Karana retention has aligned positions, respectively, Diman Jero Kubayan act in the field of Parahyangan, Jero Pengelanan Pawongan act in the field, and Jero Mekel Palemahan act in the field, (4) the perception of teachers and students in SMP N 7 Kintamani largely agreed with the Government System Ulu-Apad IPS used as a source of enrichment.
A. Pendahuluan
Dalam masyarakat Bali, terdapat dualisme sistem pemerintahan yang menunjuk kepada dua pengertian. Pertama, istilah sistem pemerintahan desa dinas, yaitu desa yang merupakan kesatuan wilayah administrasi pemerintahan. Kedua, istilah sistem pemerintahan desa pakraman, yaitu sistem pemerintahan desa yang merupakan kesatuan wilayah masyarakat adat (Ayu Putu Nantri dan I Ketut Sudantra, 1991:1).
Eksistensi desa pakraman di Bali hingga saat ini tetap terjaga bahkan bisa melampaui peran pemerintah desa adminitrasi dalam pengaruhnya kepada masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan pelaksanaan nilai-nilai yang dianut masyarakat Bali yang didasarkan adat-adat keyakinan agama Hindu. Nilai-nilai tersebut dikenal sebagai Tri Hita Karana yaitu nilai yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam atau lingkungan.
Untuk sistem pemerintahan adat atau Desa Pakraman di Bali dibedakan menjadi dua, yaitu sistem pemerintahan Bali dataran (Majapahit) dan sistem pemerintahan Bali pegunungan (Bali Aga atau Bali Mula). Yang membedakan sistem pemerintahan Bali dataran dengan
Bali pegunungan adalah, dimana sistem pemerintahan pada Bali dataran menggunakan konsep Trimurti atau serba tiga dalam pengaturan pelinggihnya (Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan), sedangkan pada sistem pemerintahan Bali pegunungan menggunakan konsep Rwabhineda (Ulu dan Tebenan), pandangan idiologis berdasarkan ajaran Rwabhineda yaitu harmonisasi dari dua pertentangan (Benarry Oposition). Untuk sistem pemerintahan Bali pegunungan dikenal dengan nama sistem pemerintahan Ulu-Apad (Tenganan, Terunyan, Penglipuran, Gobleg, dan masih banyak lainnya). Salah satu desa pakraman di Bali yang menggunakan sistem pemerintahan Bali pegunungan (Ulu-Apad) yaitu desa pakraman Sukawana yang merupakan salah satu desa tua di Bali atau desa Bali Aga (Pageh, 2011:179).
Sebagai suatu sistem, sistem pemerintahan Ulu-Apad memiliki struktur tersendiri sesuai dengan konsep Rwabhineda. Dimana susunan pemerintahannya terdiri dari Penghulu Desa atau Dulun Desa, yaitu Jero Kubayan, Jero Bahu, Jero Singgukan, Jero Penakehan, Jero Pengelanan, dan empat orang Kelian Desa (Penyarikan). Sesuai dengan konsep Ideologi Rwabhineda atau struktur serba dua maka desa pakraman yang menggunakan
sistem pemerintahan Ulu-Apad memiliki dua Penghulu Desa atau Dulun Desa yaitu Krama Tuwaan (Krama yang lebih tua) dan Krama Nyomanan (Krama yang lebih muda).
Menurut pendapat beberapa siswa di SMP Negeri 7 Kintamani mereka tidak begitu mengenal sistem pemerintahan Ulu-Apad, mereka hanya mengetahui pemerintahan desa adat yang modern yaitu pemerintahan desa dinas atau pemerintahan desa Bali dataran. Begitu juga menurut guru IPS di SMP Negeri 7 Kintamani (Ni Komang Wisnu Asih. S.Pd, pada tanggal 5 Oktober 2013) pengetahuan tentang sistem pemerintahan Ulu-Apad hampir tidak ada yang mengenal, karena memang tidak pernah dikenalkan di dalam kelas, dan siswa-siswi lebih mengenal sistem pemerintahan desa adat moderen secara umum. Guru-guru IPS khususnya di SMP Negeri 7 Kintamani juga lebih berpatokan pada buku paket, dan jarang ada guru yang mencoba untuk mengenalkan budaya yang ada di sekitar lingkungan sekolah.
Dengan demikian sistem pemerintahan Ulu-Apad yang ada di desa-desa Bali Aga tidak pernah diajarkan didalam kelas. Hal ini membuat murid-murid lupa akan tradisi yang mereka miliki, terutama siswa-siswi di SMP Negeri 7 Kintamani yang terletak di
Desa Sukawana yang merupakan salah satu desa Bali Aga. Penelitian sejenis sudah dilaksanakan oleh Pageh, dkk (2011) dengan judul “Model Rekayasa Desa Pakraman Bali Aga Berbasis Kearifan Lokal Tri Hita Karana di Era Globalisasi”. Dari penelitian tersebut dapat dihasilkan ideologi yang dapat dijadikan pedoman untuk memahami dan menyelesaikan, bagaimana konsep dasar ideologi dalam desa pakraman dengan hubungan pada kearifan lokal Tri Hita Karana.
Dalam penelitian ini sudah dijelaskan tentang sistem pemerintahan Ulu-Apad yang menggunakan konsep Rwabhineda namun belum ada pemanfaatannya sebagai sumber belajar.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian tentang Sistem Pemerintahan Ulu-Apad di Desa pakraman Sukawana, Bangli, Bali (Struktur, Fungsi dan Persepsi Siswa dan Guru Terhadap Pemanfaatannya Sebagai Sumber Pengayaan IPS di SMP Negeri 7 Kintamani). Mengingat sebagian besar siswa SMP Negeri 7 Kintamani merupakan bagian dari komunitas Bali Aga. Dengan demikian sangat penting bagi mereka untuk mengetahui dan mengenal sistem pemerintahan yang ada di desanya yaitu sistem pemerintahan Ulu-Apad sehingga nantinya sistem
pemerintahan tradisional yang sudah ada sejak dulu tersebut tidak hilang seiring dengan perkembangan jaman.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini lebih banyak bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas kepada pembaca, sehingga metode yang digunakan lebih bersifat deskriptif kualitatif. Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan antara lain sebagai berikut: (1) Teknik Penentuan Informan. (2) Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Wawancara, kuesioner/angket Studi Dokumen). (3) Teknik Penjamin Keaslian Data (Triangulasi Data, Triangulasi Metode). (4) Teknik Analisis Data.
C. Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini yang menjadi tempat penelitian adalah Desa Pakeraman Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Untuk mendapat gambaran umum mengenai kawasan yang akan diteliti maka akan diuraikan wilayah Desa Pakraman Sukawana secara umum. Melalui uraian ini akan dapat diperoleh karakteristik dan gambaran umum mengenai lokasi dari penelitian ini terutama dari kondisi geografis lokasi penelitian.
Desa Sukawana Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 1000 s/d 1500 dpl diatas permukaan laut, curah hujan relatif sedang, Luas wilayah Desa Sukawana 33,61 km persegi atau 3361 ha. Secara administratif Br Kuum, Banjar Kutedalem, Banjar Paketan, Banjar Lateng, Banjar Kubusalia, Banjar Desa, Banjar Sukawana, Banjar Tanah Daha dan Banjar Munduk Lampah. Keadaan iklim desa Sukawana seperti desa yang lain adalah beriklim tropis suhu berkisar rata-rata 230 C -260 C. Curah hujan rata rata 1800 s/d 1887 mm/tahun atau rata rata 149 hari kalender. Orbitrasi dari Ibu Kota Propinsi adalah 72 Km, Kota Kabupaten 36 km, Ibu kota kecamatan 5 km. Jarak Banjar Dinas terjauh ke pusat pemerintahan desa adalah 5 km.
Pembahasan
Sistem Pemerintahan Ulu-Apad
Desa Pakraman Sukawana merupakan desa Bali Aga atau Bali Mula yang memberlakukan sistem pemerintahan desa Pakraman. Pemerintahan Desa Pakraman yang ada di desa Sukawana dapat dibagi menjadi dua yaitu pemerintahan berdasarkan sistem Ulu-Apad yang dipimpin oleh Jero Kubayan dengan wakilnya Jero
Kubahu, dan pemerintahan Bali dataran yang dipimpin oleh Jero Bendesa.
Struktur Sistem Pemerintahan Ulu-Apad
Kehidupan sosial desa Sukawana tidaklah berbeda dengan desa Bali Aga lain pada umumnya, desa Sukawana mengenal desa pakraman yang lazim disebut Krama Adat Desa Sukawana, Krama desa Sukawana adalah keluarga yang memeluk Agama Hindu yang bertempat tinggal di wilayah Sukawana, termasuk pendatang dari desa lain yang bertempat tinggal di Sukawana.
Susunan sistem pemerintahan Desa Pakraman terdiri dari: Penghulu Desa (Dulun Desa), yaitu Jero Kubayan, JeroBahu, dibantu oleh Jero Singukan, Jero Penakehan, Jero Pengelan, dan empat orang kelian desa (Penyarikan). Desa Pakraman Sukawana memiliki struktur pemerintahan berdasarkan ideologi Rwabhineda yang dikembangkan oleh Rsi Markandeya. Sukawana memiliki dua Dulun Desa, yaitu Krama Tuwaan (Krama yang lebih tua) dan Krama Nyomanan (Krama yang lebih muda), pembagian Krama ini berdasarkan konsep Rwabhineda atau Kiwa-Tengen. Krama Tuwaan dan Nyomanan ini biasanya dibagi berdasarkan silsilah keluarga masing-masing Krama. Krama Dulun Desa
terdiri dari: kelompok Jero Kubayan Mucuk (Krama Tuwaan) dan kelompok Jero Kubayan Kiwa (Krama Nyomanan).
Pada suatu sistem tentu mereka memiliki tugasnya masing-masing sesuai dengan jabatannya, untuk tugas yang harus dilaksanakan biasanya telah diatur dalam Awig-awig Desa Pakraman Sukawana. Dalam sistem pemerintahan ulu-apad Krama Telu Likur di desa Sukawana, pastinya melaksanakan sebuah rapat atau dalam istilah Bahasa Balinya sangkepan. Dalam pelaksanaan rapat (sangkepan) dilaksanakan pada saat Bulan Purnama dan Tilem, yang dilaksanakan setiap lima belas hari. Untuk sangkepan rahina Coma Kliwon, dan Nemu Gelang dilangsungkan sehari dalam setahun. Pemimpin dalam sangkepan ini adalah Jro Kubayan bersama Krama Telu Likur.
Dinamika Struktur Sistem Pemerintahan Ulu-Apad
Dalam suatu stuktur tentu memiliki dinamika atau proses yang terus berkembang dan memiliki interaksi antara satu dengan yang lain. Untuk sampai ke posisi utama atau menjabat sebagai Jero Kubayan harus melalui beberapa proses, proses tersebut diawali dengan tingkat usia kecil yang ditandai dengan masuk sebagai anggota Truna Desa (Muda-Mudi) yang kemudian
melakukan pernikahan dan melakukan upacara Mapiuning Menek Madesa yang biasanya dilaksanakan pada saat Piodalan Ngusaba Desa yang dilaksanakan pada hari Purnama Sasih Kalima, sehingga menyebabkan kenaikan tingkat menjadi anggota Krama Pamugbung yang dimulai pada tingkatan paling bawah yang dimana jika posisi diatas ada yang kosong secara otomatis akan naik ketingkat selanjutnya.
Setelah usai Ngayah sebagai Jero Saya Nitik barulah dianggap sah sebagai anggota Krama Telu Likur yang diawali dengan menjabat sebagai Jero Kelian dan begitu juga dengan anggota Krama Telu Likur lainnya akan terus naik ketingkat selanjutnya dimana Jero Kelian sebelumnya yang ada pada urutan pertama akan naik jabatannya menjadi Jero Pengelan, kemudian Jero Pengelan yang berada pada urutan pertama akan naik jabatannya menjadi Jero Penakehan, begitu pula dengan jabatan Jero Singukan, Jero Kubahu dan sampai pada jabatan Jero Kubayan. Kenaikan tingkat ini ditandai dengan dilangsungkannya upacara Mesaksi, dan yang menjadi saksinya adalah Jero Kubayan Tuwaan dan Jero Kubayan Nyomanan.
Fungsi Sistem Pemerintahan Ulu-Apad di Desa Pakraman Sukawana Terhadap Pemertahanan Filsafat Tri Hita Karana
Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan nya, Manusia dengan alam lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan
materialisme. Membudayakan Tri Hita
Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong pertikaian dan gejolak.
(1) Parahyangan, (Hubungan manusia dengan Tuhan). Jro Kubayan sebagai pemimpin dalam sistem pemerintahan Ulu-Apad di desa Pakraman Sukawana bertugas sebagai pemimpin upacara adat. Tentu ini menunjukkan bahwa Jro Kubayan sebagai perantara antara hubungan manusia dengan tuhan. (2) Pawongan, (Hubungan manusia
dengan manusia). Jro Pengelan sebagai pembagi suatu individu menjadi kelompok-kelompok organisasi tradisional (Sekaha) tentu menimbulkan interaksi antara satu individu dengan individu lainnya. Hal ini membuktikan bahwa konsep
Tri Hita Karana pada bidang Pawongan dapat berjalan dengan baik.
(3) Palemahan, (Hubungan manusia dengan lingkungannya). Merujuk kepada lingkungan atau wilayah dengan batas-batas yang jelas sebagai tempat untuk penempatan bangunan suci, karang desa, dan kebun atau sawah. Pembagian tanah diatur secara tertib dan jelas yang mana merupakan sempadan sungai, pura, jalan dan sebagainya. segalanya diatur oleh Jro Mekel selaku wakil dari desa dinas yang termasuk kedalam Krama Telu Likur atau Dulun desa (Ulu-Apad).
Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Pemanfaatan Sistem Pemerintahan Ulu-Apad Sebagai Sumber Pengayaan IPS
Persepsi Guru
Dari sepuluh guru yang diwawancarai khususnya guru IPS di SMP Negeri 7 Kintamani Sistem pemerintahan Ulu-Apad enam guru diantaranya menyatakan sistem pemerintahan Ulu-Apad sangat bagus dimanfaatkan sebagai sumber belajar terutama sejarah lokal, agar tradisi yang dimiliki desa Bali Aga ini tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman, diharapkan nantinya perkembangan
zaman seperti saat ini tidak menghilangkan makna bahwa pentingnya Sistem pemerintahan ini bagi masyarakat khususnya masyarakat Bali Aga. Namun empat guru lainnya berpendapat bahwa hal ini tidaklah penting, guru tersebut mengatakan bahwa Sistem perintahan tersebut dapat dipelajari secara alami oleh siswa. Seiring dengan perkembangan waktu siswa akan bertambah dewasa dan akhirnya menjadi bagian dari sistem Ulu-Apad itu sendiri,
Persepsi Siswa
Dapat disimpulkan bahwa dari lima puluh orang siswa-siswi di SMP Negeri 7 Kintamani dua puluh empat orang menyatakan setuju dan sisanya tiga puluh enam orang menyatakan kurang setuju. Siswa yang menyatakan setuju ini adalah para pemangku alit di desa pakraman Sukawana yang notabene telah mengenal system pemerintahan Ulu-Apad. Sedangkan yang menyatakan kurang setuju ini karena mereka tidak begitu mengenal system pemerintahan Ulu-Apad tersebut.
Mengingat tentang perkembangan teknologi sekarang ini yang sudah maju, mungkin siswa tidak terlalu memperhatikan tentang Sistem pemerintahan Ulu-Apad, tetapi jika kita lihat dari budaya, tentu siswa harus lebih
mengerti tentang yang artinya warisan budaya yang sudah berjalan dari turun temurun seperti Sistem Ulu-Apad ini.
D. Simpulan Dan Saran Simpulan
Desa Pakeraman Sukawana terdapat dualisme sistem pemerintahan desa yaitu Sistem pemerintahan tradisional yang dikenal dengan sistem pemerintahan Ulu-Apad yang diketuai oleh Jero Kubayan dan sistem pemerintahan Bali Dataran atau moderen yang dikepalai oleh Jero Bendesa Adat. Dimana pada umumnya desa-desa tua (Bali Aga) di Bali, desa Pakeraman Sukawana untuk penentuan kepemimpinannya menganut sistem kepemimpinan Ulu-Apad.
Kepemimpinan Ulu-Apad ditentukan menurut usia perkawinannya (Senioritas) yang berada pada urutan pertama akan menduduki posisi teratas (Tetua Desa) pada urutan Krama Telu Likur.
Untuk mencapai posisi teratas pada Krama Telu Likur harus melalui beberapa proses, diawali dengan menjadi anggota dari Teruna Desa dan setelah itu melangsungkan upacara pernikahan sehingga masuk kedalam anggota Krama Pamugbung yang diawali dari posisi paling bawah. Namun lambat laun setelah anggota dari Krama Telu Likur
ada yang menjadi Krama Baki, dan Krama Balu secara otomatis akan naik keurutan selanjutnya dan begitu seterusnya hingga mencapai posisi teratas.
Setelah melakukan wawancara dengan guru dan siswa di SMP N 7 Kintamani didapatkan persepsi yang berbeda, dimana dari sepuluh orang guru IPS enam orang diantaranya menyatakan sangat setuju jika sistem pemerintahan Ulu-Apad dijadikan sebagai sumber pengayaan IPS, namun empat diantaranya menyatakan tidak setuju. Begitu juga dengan siswa-siswi di SMP N 7 Kintamani ada yang menyatakan setuju dan ada juga yang menyatakan kurang setuju.
Saran
Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran yakni:
1. Masyarakat Desa Pakraman Sukawana hendaknya terus menjaga dan mewariskan sistem pemerintahan Ulu-Apad agar tetap eksis ditengah perkembangan zaman seperti saat ini.
2. Pemerintah Kabupaten Bangli hendaknya agar ikut memelihara dan menjaga kesucian sistem pemerintahan Ulu-Apad ini sebagai budaya spiritual yang tidak ternilai
harganya bagi keberlangsungan umat Hindu di Bali. Mengingat desa-desa yang ada di Bangli sebagian besar masih menggunakan sistem pemerintahan Ulu-Apad.
3. Penelitian tentang sistem pemerintahan terutama desa Bali Aga masih sedikit yang melakukan, sehingga diharapkan kedepannya diharapkan peneliti lain dapat meneliti aspek-aspek lain sistem pemerintahan tradisional seperti sistem pemerintahan Ulu-apad di desa Pakeraman Sukawana.
Daftar Pustaka
Ayu Putu Nantri dan I Ketut Sudantra, 1991, “Struktur Organisasi dan Hubungan Antar Lemabaga dalam Desa Adat Gianyar”, Laporan Penelitian, Universitas Udayana, Denpasar.
Alfian, Magdalia. 2007. Sejarah Jilid 2 Untuk IPS Kelas XI. Jakarta : Erlangga
Alwasilah, A.C. 2002. Pokok Kualitatif Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta : PT Rineka Cipta.
Kotler, Phillip. Marketing Management Analysis, Planning,
Implementation& Control. Prentice Hall Int,1995
Pageh, I Made. Dkk. 2011. “Model Rekayasa Desa pakraman Bali Aga Berbasis Kearifan Lokal Tri Hita Karana di Era Globalisasi”, Laporan Penelitian Stranas. Undiksha: Singaraja.