• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYESUAIAN DIRI ANAK DALAM KELUARGA PASCA PERCERAIAN DI NAGARI AMPANG KURANJI KEC KOTO BARU KAB DHARMASRAYA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYESUAIAN DIRI ANAK DALAM KELUARGA PASCA PERCERAIAN DI NAGARI AMPANG KURANJI KEC KOTO BARU KAB DHARMASRAYA SKRIPSI"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENYESUAIAN DIRI ANAK DALAM KELUARGA PASCA PERCERAIAN DI NAGARI AMPANG KURANJI

KEC KOTO BARU KAB DHARMASRAYA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (1)

Oleh

MUTIA EVANI 10070288

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2014

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Mutia Evani (10070288), “Penyesuaian Diri Anak Dalam Keluarga Pasca Perceraian Di Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto Baru Kabupateen Dharmasraya”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2014.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perceraian yang dilakukan oleh orang tua untuk mengakhiri hubungan sangat berakibat pada mental anak. Anak-anak hasil perceraian mengalami depresi ringan dan juga berpengaruh pada cara berinteraksi anak dengan lingkungan sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada diri anak itu, menuntut anak untuk mampu mengontrol dan mengarahkan tindakan, sikap ataupun perilaku untuk mencapai tujuan yang mampu memberikan komitmen untuk menjadi diri sendiri dan bisa diterima oleh lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses penyesuaian diri anak dalam keluarga setelah orang tuanya bercerai.

Teori yang digunakan adalah fungsionalisme struktural yang dikemukakan oleh Talcott Parsons. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Informan pada penenelitian ini adalah anak (umur 2-14 tahun), anak yang berasal dari orang tua yang bercerai, dan orang tuanya bercerai minimal 1 tahun dan belum menikah. Pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara: (1) wawancara, (2) observasi (non-participant observation), (3) studi dokumentasi. Unit analisisnya adalah individu anak dari keluarga yang bercerai. Analisis data digunakan dengan model analisis data interaktif (Miles dan Huberman) yang mencakup dalam empat tahapan, yaitu : (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap reduksi data (3) tahap penyajian data, (4) tahap kesimpulan.

Hasil penelitian ini adalah bentuk-bentuk penyesuaian diri yang dilakukan oleh anak yaitu 1) Berhenti sekolah untuk mengurangi biaya rumah tangga, 2) Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, 3) Membantu ekonomi keluarga, 4) Pergi Kesurau, 5) Mengikuti kegiatan di luar rumah.

(6)

“KATA PENGANTAR”

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Penyesuaian Diri Anak Dalam Keluarga Pasca Perceraian”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Sosiologi di Sekolah Tingi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Fachrina, M.Si selaku pembimbing I dan ibu Erningsih, S.Sos, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberi pengarahan bimbingan, dan memberikan penunjuk sehingga selesai skripsi ini.

2. Tim penguji ujian skripsi, ibu Rinel Fitlayeni, MA, Bapak Faishal Yasin, S.Sos, M.Pd, Ibu Isnaini, M.Si yang telah memberikan kritikan dan saran demi kesempurnaan penulis skripsi ini.

3. Ibu Dr. Maihasni, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat dan Ibu Marleni, M.Pd selaku sekretaris Pendidikan Sosiologi beserta staf yang memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat beserta staf pengajar lainnya yang telah memberikan ilmu selama penulis mengikuti pendidikan di Program Studi Pendidikan Sosiologi. 5. Ibu Dr. Zusmelia, M.Si selaku ketua STKIP PGRI Sumatera Barat beserta

staf dan karyawan.

(7)

6. Teristimewa penulis persembahkan untuk Ayahanda (Fahri), Ibunda (Elda) dan Adik tersayang (Osi Andila) serta orang-orang terdekat yang telah memberikan dorongan serta semangat kepada penulis dari perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

7. Ibu dan Anak informan yang telah memberikan informasi yang penulis butuhkan untuk penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman angkatan 2010 Program Studi Pendidikan Sosiologi, khusunya sesi G, yang ikut memberikan semangat dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang membantu penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari dengan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan tentu ada ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata dengan kerendahan hati atas kekurangan yang ada pada penulis dimana penulis berharap semoga skripsi ini mempunyai arti dan memberikan manfaat kepada pembaca.

Padang, September 2014

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Teoritis ... 7

2.2 Penjelasan Konseptual ... 9

2.2.1 Penyesuaian Diri ... 9

2.2.1.1 Pengertian Penyesuaian Diri ... 9

2.2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ... 9

2.2.1.3 Bentuk-Bentuk Penyesuaian Diri ... 11

2.2.2 Perceraian ... 11 2.2.2.1 Pengertian Perceraian ... 12 2.2.2.2 Sebab-Sebab Perceraian ... 12 2.2.2.3 Dampak Perceraian ... 13 2.2.3 Anak ... 14 2.3 Penelitian Relevan ... 15 iv

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ... 17

3.2 Informan Penelitian ... 18

3.3 Jenis Data ... 21

3.4 Metode dan Proses Pengumpulan Data ... 22

3.4.1 Wawancara ... 22 3.4.2 Observasi ... 23 3.4.3 Studi Dokumentasi ... 24 3.5 Unit Analisis ... 25 3.6 Analisis Data ... 25 3.7 Lokasi Penelitian ... 28 3.8 Jadwal Penelitian ... 29

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis ... 30

4.2 Kondisi Demografis ... 31

4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 31

4.2.2 Mata Pencaharian Penduduk ... 31

4.2.3 Tingkat Pendidikan ... 32

4.2.4 Agama ... 34

4.3 Sarana dan Prasarana ... 34

4.3.1 sarana ... 34

4.3.1.1 Sarana Pendidikan ... 35

4.3.1.2 Sarana Kesehatan ... 36

4.3.1.3 Sarana Komunikasi dan Transportasi ... 36

4.3.2 Prasarana ... 37

4.3.2.1 Listrik ... 37

4.3.2.2 Air Bersih ... 37

4.4. Sistem Kekerabatan ... 38

(10)

BAB V Hasil dan Pembahasan

5.1 Latar Belakang Keluarga Informan ... 40 5.3 Penyesuaian Diri Yang Dilakukan Oleh Anak Setelah Orang Tuanya

Bercerai ... 53 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 64 6.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN vi

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Model Analisis Data Interaktif ... 26 2. Foto Wawancara Dengan Informan ... 77

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Angka Perceraian Di Nagari Ampang Kuranji ... 5

2. . Karakteristik Informan ... 20

3. Jadwal Penelitian ... 29

4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan ... 32

5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 33

6. Jumlah Penduduk Yang Sedang Menjalankan Pendidikan ... 33

7. Sarana Peribadatan ...35

8. Sarana Pendidikan ... 35

9. Sarana Kesehatan ... 36

10. Sarana Transportasi ... 37

11. Prasarana Air Bersih ... 38

(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Pedoman Wawancara ... 68 2. Data Informan ... 70 3. Transkip Wawancara ... 73 4. Dokumen Penelitian ... 77 ix

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat ada yang namanya suatu wadah kegiatan atau tempat manusia melakukan aktivitas sehari-hari yang mengatur perilaku manusia dalam seluruh aspek kehidupan, baik individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Menurut Koentjaraningrat masyarakat sendiri berasal dari akar kara arab syaraka yang artinya, ikut serta atau berperan serta. Apa yang disebut masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi (Koentjaraningrat, 1996 : 119).

Wadah atau tempat manusia beraktivitas dan hidup bersama disebut sebagai lembaga atau institusi. Lembaga bermanfaat bagi manusia sebagai pengawas atau konsekuensi hidup orang banyak, menjaga berlangsungnya stabilitas sosial serta menjalankan peran sesuai dengan keinginan individu. Lembaga yang sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga agama, lembaga ekonomi dan lembaga pemerintahan.

Lembaga keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Keluarga memiliki fungsi majemuk bagi terciptanya kehidupan sosial dalam masyarakat. Dalam keluarga diatur hubungan antara anggota-anggotanya sehingga anggota keluarga mempunyai fungsi dan peran yang jelas. Dimana ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, perlindungan dan pemberi rasa aman. Sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah

(15)

tangga, sebagai pengasuh dan mendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

Sebagai sebuah lembaga sosial, keluarga memiliki banyak fungsi yang dilaksanakan, hakekat dan tingkat pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Fungsi ini mengacu pada peran individu dalam mengetahui yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban. Mengetahui fungsi keluarga sangat penting sebab dari sinilah terukur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis (Suhendi dan Wahyu, 2001:44).

Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Keberadaan masyarakat sangat diwarnai oleh masing-masing keluarga dalam mempertahankan dan membangun dirinya. Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dan masing-masing anggota merasa adanya pertautan bathin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri (Suhendi dan Wahyu, 20011 : 12).

Jika salah satu dari peran keluarga itu tidak berjalan dengan baik, maka keluarga akan menjadi berantakan dan bahkan bisa menyebabkan perpecahan (perceraian). Seperti halnya perkawinan, perceraian juga merupakan suatu proses yang didalamnya menyangkut banyak aspek seperti, emosi, ekonomi, sosial dan pengakuan secara resmi oleh masyarakat melalui hukum yang berlaku. Akibatnya sistem ini bisa memunculkan ketegangan-ketegangan dan ketidak bahagiaan yang

(16)

dirasakan oleh semua anggota keluarga. Apabila terjadi sesuatu dengan perkawinan (misalnya perceraian) maka akan timbul masalah-masalah yang harus dihadapi baik oleh pasangan yang bercerai maupun anak-anak serta masyarakat diwilayah terjadinya perceraian. Masalah yang akan dihadapi antara lain : (1) apa yang dirasakan pasangan suami-istri dan anak-anak yang mengalami perceraian, (2) penyesuaian apa yang harus dilakukan oleh setiap anggota keluarga yang mengalami perceraian, (3) cara masyarakat mengatasi dan menyelesaikan masalah ketidakstabilan dan ketidakbahagiaan keluarga (Ihromi,1999:136).

Pentingnya penyesuain diri ini ketika anak berada dalam situasi dan lingkungan yang baru demi terciptanya hubungan yang baik, hal ini selaras dengan pendapat Wilis (2008:55), bahwasanya penyesuaian diri merupakan kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar dengan lingkungan sehingga individu merasa puas terhadap diri dan lingkungannya. Penyesuain diri itu dilakukan untuk melepaskan diri dari hambatan-hambatan dan ketidakenakan yang ditimbulkannuya sehingga akan mendapatkan suatu keseimbangan psikis yang dalam hal ini tentu tidak menimbulkan konflik bagi dirinya sendiri dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku dimasyarakat karena hal itu merupakan faktor penentu apakah dia kelak mampu menyesuaikan diri dengan baik atau tidak pada lingkungan.

Dampak terjadinya perceraian terhadap anak sangat tergantung pada penilaian mereka sebelumnya terhadap perkawinan orang tua mereka serta rasa aman di dalam keluarga. Diketahui bahwa lebih dari separuh anak yang berasal dari keluarga tidak bahagia menunjukkan reaksi bahwa perceraian adalah yang

(17)

terbaik untuk keluarganya. Sedangkan anak-anak yang berasal dari keluarga bahagia lebih dari separuhnya menyatakan kesedihan dan bingung menghadapi perceraian orang tua. (Ihromi,1999:160).

Trauma yang dialami anak karena perceraian orang tua berkaitan dengan kualitas hubungan dengan keluarga sebelumnya maka mereka akan merasakan trauma yang sangat berat, sebaliknya bila anak merasakan tidak ada kebahagian kehidupan dalam rumah, maka trauma yang dihadapi anak sangat kecil dan malah perceraian dianggap sebagai jalan keluar terbaik dari konflik terus menerus yang terjadi antara ayah dan ibu (Ihromi,1999:160).

Perihal dampak perceraian terhadap anak-anak. Dari hasil-hasil penelitian diketahui bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai sering hidup menderita, khususnya dalam hal keuangan serta kehilangan rasa aman. Dampak lain dari perceraian meningkatnya perasaan dekat dengan ibu serta menurunnya jarak terhadap ayah. Ini terjadi bila anak berada dalam asuhan perawatan ibu. Selain itu anak-anak yang orang tuanya bercerai merasa malu dengan perceraian tersebut. Mereka menjadi inferior terhadap anak-anak lain. Oleh karena itu tidak jarang mereka berbohong dengan mengatakan bahwa orang tua mereka tidak bercerai atau bahkan menghindari pertanyaan-pertanyaan tentang perceraian orang tua mereka (Ihromi,1999:161).

Menurut Adrian (2010 : 11) perceraian bagi anak adalah tanda kematian keutuhan keluarganya, rasanya separuh diri anak telah hilang, hidup tak akan sama lagi setelah orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima kesedihan dan perasaan kehilangan yang mendalam, perasaan kehilangan,

(18)

penolakan dan ditinggalkan akan merusak kemampuan anak berkonsentrasi disekolah.

Berdasarkan observasi awal hari Kamis, 10 April 2014 di Nagari Ampang Kuranji, Kecamatan koto Baru, Kabupaten Dharmasraya terdapat anak korban dari perceraian orang tuanya. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.1 Angka Perceraian Dari Tahun 2010-2013 di Nagari Ampang Kuranji

Tahun Jumlah Orang Bercerai Jumlah Anak

2010 25 Orang 82 Orang

2011 20 Orang 52Orang

2012 15Orang 43 Orang

2013 19 Orang 52 Orang

Jumlah 79 Orang 229 orang

Sumber : Data Sekunder dari Kantor Wali, 2014

Dari pengamatan di lokasi penelitian terlihat bahwa keadaan atau situasi keluarga dilokasi penelitian perceraian orang tuanya, mempunyai dampak terhadap anak-anak mereka, banyak perubahan perilaku pada anak-anak. Fakta yang terlihat bahwa banyak perubahan perilaku pada anak-anak dimana setelah adanya perceraian orang tua, mereka jarang berinteraksi dengan teman sebayanya, cenderung berdiam diri didalam rumah dan dijumpai juga anak tinggal atau putus sekolah.

Dari permasalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai : “Penyesuaian Diri Anak Dalam Keluarga Pasca Perceraian Di Nagari Ampang Kuranji, Kecamatan Koto baru, Kabupaten Dharmasraya”.

(19)

1.1 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana penyesuaian diri anak dalam keluarga pasca perceraian Di Nagari Ampang Kuranji, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya”.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : “Mendeskripsikan penyesuaian diri anak dalam keluarga setelah orang tuanya bercerai”.

1.3 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan, dan menambah khasanah ilmu sosiologi terutama pada sosiologi keluarga.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran dan acuan bagi penelitian lain yang berminat terhadap penelitian yang sama dengan pokok permasalahan yang sama.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan teoritis

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah “teori Fungsionalisme Struktural” yang dikemukakan oleh Talcott Parsons. Teori ini dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua sistem “tindakan”, terkenal dengan skema AGIL. Suatu fungsi (function) adalah “kumpulan kegiatan yang ditunjukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem”. (Ritzer, 2011 : 121).

Dengan menggunakan defenisi ini, Parsons yakin bahwa ada empat fungsi penting untuk semua sistem, Adaptation (A), Goal attainment (G), Integration (I), dan Latency (L), atau pemeiharaan pola. Secara bersama-sama, ke empat imperatif fungsional ini dikenal sebagai skema AGIL. Agar tetap bertahan (survive), suatu sistem harus memiliki empat fungsi ini :

a. Adaptation (Adaptasi) : sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. b. Goal attainment (pencapaian tujuan) : sebuah sistem haus

mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.

c. Integration (integrasi) : sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya (A, G, L).

(21)

d. Latency (latensi atau pemeliharaan pola) : sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi individual mapun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi (Ritzer,2011 : 121).

Dalam perspektif fungsionalisme struktural yang diperhatikan adalah fungsi dari bagian-bagian dalam struktur yang sangat dibutuhkan bagi keseluruhan struktur. Demikian juga kelangsungan kehidupan anak pada keluarga yang bercerai, walaupun keluarga mengalami perceraian tetapi anak masih tetap membutuhkan kedua orang tuanya dalam melangsungkan kehidupan. Dalam suatu keluarga itu mempunyai fungsi yang harus dilaksanakan dan sangat dibutuhkan oleh anak.

Jadi kaitannya dengan permasalahan yang diteliti adalah bahwa suatu sistem apabila terjadi kerusakan pada salah satu sub sistem, maka akan mempengaruhi kinerja sistem lainnya, sebaliknya apabila kedua sub sistem berjalan dengan baik maka tujuan dari kedua sub sistem terlaksana. Perceraian bisa memunculkan ketegangan-ketegangan dan ketidakbahagiaan yang dirasakan oleh semua anggota keluarga, karenanya apabila terjadi sesuatu dengan perkawinan (misalnya perceraian) maka akan timbul masalah-masalah yang harus dihadapi baik oleh pasangan yang bercerai maupun anak-anak serta masyarakat di wilayah terjadinya perceraian.

Peran orang tua sangat dibutuhkan, apabila terjadi perceraian orang tua maka fungsi dan perannya tidak akan berjalan dengan baik terhadap anaknya,

(22)

karena orang tua sudah tidak tinggal bersama lagi. Seharusnya anak selalu berkumpul bersama orang tua, mendapatkan perawatan, penanaman nilai dan norma, curahan kasih sayang, serta perhatian dan sebagainya dari orang tua, dikarenakan orang tuanya bercerai hal itu tidak lagi didapatkan dan dirasakan oleh anak secara sempurna.

2.2 Penjelasan Konseptual 2.2.1 Penyesuaian diri

2.2.1.1 Pengertian Penyesuaian Diri

penyesuain diri merupakan suatu konstruk psikologi yang luas dan kompleks, serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Dengan perkataan lain, masalah penyesuaian diri menyangkut seluruh aspek kepribadian individu

dalam interaksinya dengan lingkungan dalam dan luar dirinya

(Desmita,2009:191).

2.2.1.2 Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

Menurut Desmita (2009 : 196) Faktor-Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dilihat dari konsep psikogenik dan sosiopsikogenik. Psikogenik memandang bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh riwayat kehidupan sosial individu, terutama pengalaman khusus yang membentuk perkembangan psikologis. Pengalam khusus ini lebih banyak beraitan dengan latar belakang kehidupan keluarga, terutama menyangkut aspek-aspek :

(23)

a) Hubunngan orang tua-anak, yang merujuk pada iklim hubungan sosial dalam keluarga, apakah hubungan tersebut bersifat demokratis atau otoriter yang mencakup :

 Penerimaan-penolakan orang tua terhadap anak.

 Perlindungan dan kebebasan yang diberikan kepada

anak.

 Sikap dominatif-integratif (pemisif atau sharing).  Pengembangan sikap mandiri-ketergantungan.

b) Iklim intektual keluarga, yang merujuk pada sejauh mana iklim

keluarga memberikan kemudahan bagi perkembangan

intelektual anak, perkembangan berpikir logis atau irasional, tukar pendapat, pengembangan berpikir logis atau irrasional yang mencakup :

 Kesempatan untuk berdialog logis, tukar pendapat

dan gagasan.

 Kegemaran membaca dan mminat kultural,.

 Pengembangan kemampuan memecahkan masalah.

 Pengembangan hobi.

 Perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar anak. 10

(24)

c) Iklim emosional keluarga, yang merujuk pada sejauhmana stabilitas hubungan dan komunikasi di dalam keluarga terjadi, yang mencakup :

 Intensitas kehadiran orang tua dalam keluarga.  Hubungan persaudaraan dalam keluarga.  Kehangatan hubungan ayah ibu.

2.2.1.3 Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri

Runyon dan Haber (1984:10) penyesuain diri merupakan proses yang terus berlangsung dalam kehidupan individu situasi dalam kehidupan selalu berubah, individu mengubah tujuan dalam hidupnya seiring dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya.

Ada beberapa bentuk penyesuaian diri : a) Penyesuaian diri yang positif

Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan perilaku individu dalam menghadapi tuntuta dirinya dan masyarakat, mampu menemukan manfaat dari situasi baru dan memenuhi segala kebutuhan secara sempurna dan wajar.

b) Penyesuaian diri yang negatif

Individu dengan penyesuaian diri yang negatif adalah tidak mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan, emosi, ssikap dan perilaku individu dalam menghadapi

(25)

tuntutan dirinya dan masyarakat, serta tidak mampu menemukan manfaat dari situasi baru dalam memenuhi segala kebutuhan secara sempurna dan wajar.

2.2.2 Perceraian

2.2.2.1 Pengertian Perceraian

Menurut Goode dalam Ihromi (1999 : 135) berpendapat bahwa perceraian merupakan suatu “kegagalan” adalah bias. Karena semata-mata mendasarkan perkawinan pada cinta yang romantis. Perceraian adalah cerai hidup antar pasangan suami-istri sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-masing.

2.2.2.2 Sebab-Sebab Perceraian

George Levinger pada tahun 1966 menyusun kategori sebab-sebab perceraian, yaitu : (Ihromi, 1999 : 153).

a) Karena pasangannya sering mengabaikann kewajiban terhadap rumah tangga dan anak, seperti jjarang pulang kerumah, tidak ada kepastian waktu berada dirumah, serta tidak adanya kedekatan emosional dengan anak dan pasangan.

b) Status ekonomi, makin rendah status ekonomi keluarga makin besar kemungkinan terjadinya perceraian atau salah satunya meninggalkan keluarga. Masalah keuangan (tidak cukupnya penghasilan yang diterima untuk menghidupi keluarga dan kebutuhan rumah tangga). c) Adanya penyiksaan fisik terhadap pasangan.

(26)

d) Pasangan sering berteriak dan mengeluarkan kata-kata kasar serta menyakitkan.

e) Tidak setia, seperti punya kekasih lain, dan sering brzinah dengan orang lain.

f) Adanya keterlibatan/campur tangan dan ketekanan sosial dari pihak kerabat pasangannya.

g) Seringnya muncul kecurangan, kecemburuan serta ketidak percayaan dari pasangannya.

h) Berkurangnya perasaan cinta sehingga jarang berkomunikasi, kurangnya perhatian dan kebersamaan diantara pasangan.

i) Adanya tuntutan yang dianggap terlalu berlebihan sehingga pandangannya sering menjadi tidak sabar, tidak toleransi, dan diarasakan terlalu “menguasai”.

2.2.2.3 Dampak Perceraian

a) Dampak perceraian terhadap mantan pasangan suami istri

Masalah utama yang dihadapi oleh mantan pasangan suami-istri setelah perceraian adalah masalah penyesuaian kembali terhadap peranan masing-masing serta hubungan dengan lingkungan sosial (social relationship).

Traumatis pada salah satu pasangan hidup individu yang telah berupaya sungguh-sungguh dalam menjalankan kehidupan pernikahan dan ternyata harus berakhir dalam perceraian, akan dirasakan kesedihan, kekecewaan, tidak tentram, frustasi dan kwatir dalam diri.

(27)

b) Dampak perceraian terhadap anak

Menurut Leslie (1967) reaksi anak terhadap peceraian sangat tergantung pada penilaian mereka sebelumnya terhadap perkawinan orang tua mereka serta rasa aman di dalam keluarga. Separuh dari anak dari keluarga yang bercerai menyatakan kesidahaan, bingung, frustasi, trauma, dll.

c) Ketidakstabilan kehidupan dalam pekerjaan

Setelah bercerai, individu merasakan dampak psikologis yang tidak stabil. Ketidakstabilan psikologis ditandai oleh perasaan tidak nyaman, tidak tentram, gelisah, takut, khawtir, dan marah. Akibatnya secara fisiologis mereka tidak dapat tidur dan tidak dapat berkonsentrasi dalam bekerja sehingga mengganggu kehidupannya kerjanya.

2.2.3 Anak

Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa anak-anak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan sehari-hari dimana individu relatif tidak berdaya dan bergantung pada orang lain. Bagi kebanyakan anak (young children) uraian selanjutnya digunakan kata “anak-anak” yang menunjuk pada pengertian anak masih anak-anak. Masa anak-anak sering kali dianggap tidak ada akhirnya sewaktu mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yakni pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak tetapi orang dewasa. Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh

(28)

ketergantungan yakni kira-kira usia 2 tahun sampai anak matang secara seksual kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria (Hurlllock, 1999 : 108).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak adalah masa dimana individu setelah melewati masa bayi yakni masa dimana penuh ketergantungan pada orang lain dan masa ini masa yang terpanjang dalam rntang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan penuh ketergantungan. Usia anak dalam penelitian ini berkisar dari 12-17 tahun. 2.3 Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Heskurniati (2014) dengan judul penelitian “Peran Orang Tua Tunggal Dalam Keluarga (Studi kasus : perempuan sebagai keluarga di nagari dusun tangah kecamatan sangir batang harikabupaten solok selatan)”. Menyatakan bahwa ibu dapat berperan baik dan dan bertanggung jawab dan menjadi tunggang punggung keluarga dan mengurusi seluruh urusan keluarga.

Penelitian kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rici Sepriani (2014)dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mendorong Anak Berprestasi Pada Orang Tua yang Bercerai Di Nagari Punggasan Kecamatan Linggi Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan”. Menyatakan bahwa memiliki kemampuan yang kuat dalam belajar, memiliki minat dan motivasi yang kuat dalam belajar, partisipasi orang tua perempuan yang kuat terhadap belajar anak.

Penelitian ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fitri Yanti (2014) dengan judul penelitian “Pola Asuh Anak Dari Orang Tua Bercerai di Nagari Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman”. Menyatakan bahwa 15

(29)

orang tua lebih cenderung menggunakan bentuk pola asuh permisif, dimana orang tua bercerai membebaskan anak didalam bertindak atau berperilaku hal itu dikarenakan orang tua mengalami perceraian. Selain itu ada juga ditemukan orang tua bercerai menggunakan bentuk pola asuh demokratis dimana orang tua bercerai memberikan aturan-aturan yang jelas pada anaknya dalam bertindak dan berperilaku.

Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah penulis ingin mengkaji tentang “Penyesuaian Diri Anak Dalam Keluarga Pasca Perceraian di Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya”. Sedangkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (1) Heskurniati adalah Peran Orang Tua Tunggal Dalam Keluarga (Studi kasus : perempuan sebagai keluarga di nagari dusun tangah kecamatan sangir batang harikabupaten solok selatan). (2) Rici Sepriani adalah Faktor-Faktor Yang Mendorong Anak Berprestasi Pada Orang Tua Yang Bercerai Di Nagari Punggasan Kecamatan Linggi Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan. (3) Fitri Yanti (2014) dengan judul penelitian “Pola Asuh Anak Dari Orang Tua Bercerai di Nagari Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman.

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian

Sebagaimana diketahui pendekatan kualitatif dilakukan untuk

menganalisis data berupa kata-kata dan perbuatan-perbuatan manusia dengan cara interprestasi. Data tersebut terdiri dari pembicaraan-pembicaraan orang atau data lisan, tulisan-tulisan, aktifitas yang dilakukan oleh orang, isyarat-isyarat yang disampaikan oleh orang dan ekpresi fisik seperti raut muka ketika gembira dan marah. Oleh sebab itu metode penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang menganalisis data berupa kata-kata, makna-makna, alasan-alasan kejadian dan perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang perorangan maupun kelompok sosial dengan cara interprestasi (Afrizal,2008:20-23). Sedangkan penelitian dengan tipe deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan peneliti mengamati sesuatu (objek penelitian) dan kemudian menjelaskan suatu kondisi sosial tertentu. (Morissan, 2012 : 37).

Data kualitatif ini penulis dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat (Afrizal,2008:18). Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan informasi mengenai penyesuaian diri anak dalam keluarga pasca perceraian di Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Data seperti ini lebih lengkap diungkapkan dengan melakukan metode penelitian kualitatif karena tujuan penulis dalam penelitian ini bukan untuk melihat hubungan antara dua atau lebih variabel

(31)

melainkan melihat secara holistik (utuh) dan menjelaskan tentang bagaimana penyesuaian diri anak dalam keluarga pasca perceraian. Maka dari itu alasan penulis menggunakan penelitian kualitatif, karena sifat masalah itu sendiri yang mengharuskan menggunakan penelitian kualitatif karena berbicara mengenai penyesuaian diri anak dalam keluarga pasca perceraian di Nagari Ampang Kuranji.

3.2 Informan Penelitian

Afrizal (2008:101) informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya atau orang lain bahkan suatu kejadian kepada peneliti. Informan ini tidak dipahami sebagai objek atau orang-orang yang hanya memberikan respon terhadap sesuatu (ha-hal yang berada di luar dirinya), melainkan sebagai subjek penelitian.

Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat diperolehnya. Informan bisa ditentukan oleh peneliti apabila peneliti memahami masalah umum penelitian serta memahami pula anatomi masyarakat dimana penelitian itu dilaksanakan (Bungin, 2011: 107).

Pada penelitian ini penulis menentukan infroman dengan mekanisme Purposive Sampling (secara sengaja). Mekanisme ini dilakukan dengan cara menetapkan kriteria-kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh orang yang dijadikan seumber informasi. Kritria yang ditentukan itu harus menjamin validitas data yang dikumpulkan. Oleh sebab itu, dengan mekanisme ini, penulis mengetahui identitas orang-orang yang menjadi informan penelitian ini.

(32)

Alasan dipilih mekanisme purposive sampling adalah karena penulis telah menetapkan kriteria-kriteria informan tersebut. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Anak (Umur dibawah 14 tahun).

2. Anak yang berasal dari keluarga yang bercerai.

3. Orang tuanya bercerai minimal 1 tahun dan belum menikah.

Berdasarkan atas keseluruhan data dimana tidak ditemui lagi variasi data baru dari informan, maka penelitian ini dihentikan. Untuk itu jumlah infroman dalam penelitian ini adalah 6 orang anak dari 6 keluarga. Kemudian diperlukan informan pendukung untuk trianggulasi data (mengkonfirmasi) yaitu 6 orang tua bercerai (ibu), dan keluarga luas seperti nenek, etek, makwo yaitu 3 orang. Untuk lebih jelasnya, lihat pada tabel dibawah ini :

(33)

Tabel 3.1 Karakteristik Informan

No Nama

Informan

Umur Pendidikan Lama perceraian

orang tua

Ket

1 Agus Arianto 14 Tahun SMP 2 Tahun Anak

2 Nikmatul auva 14 Tahun SMP 2 Tahun Anak

3 Gigin Andre 14 Tahun SMP 1 Tahun Anak

4 Cia Lestari 13 Tahun SMP 1 tahun Anak

5 Reni Elisa 12 Tahun SD 1 Tahun Anak

6 Doni Irawan 11 Tahun SD 1 Tahun Anak

7 Ibu Tuti 39 Tahun SMP 2 Tahun Ibu dari Agus

8 Ibu Juli 41 Tahun SD 1Tahun Ibu dari Doni

9 Ibu Yan 38 Tahun MTSN 1 Tahun Ibu dari Reni

10 Ibu Zar 55 Tahun SD 2 Tahun Ibu dari Auva

11 Ibu si’a 45 Tahun SMA 1 Tahun Ibu dari

Cia

12 Ibu Dar 45 Tahun SD 1 Tahun Ibu dari

Gigin

13 Nuraisyah 61 Tahun SD - Nenek Dari

Gigin

14 Repila 38 Tahun Sd - Etek dari

Reni

15 Lelawati 50 Tahun SMA - Makwo dari

Auva Sumber : Peneliti

(34)

3.3 Jenis Data

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data atau informasi, data yang dikumpulkan dalam dua bentuk, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah segala data yang bersumber dari kata-kata dan tindakan dari orang-orang yang diamati dan diwawancarai, ini merupakan data utama dari suatu penelitian kualitatif (Moleong, 2010 : 157). Data primer dari penelitian ini dilakukan pada anak-anak yang orang tuanya telah bercerai. Dimana data primer tersebut merupakan data mentah yang harus penulis olah dari hasil wawancara dengan anak dan orang tua yang bercerai tersebut yaitu data mengenai tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai penyesuaian diri anak dalam keluarga pasca perceraian.

Untuk melengkapi atau mendukung data primer maka pengumpulan data sekunder juga dilakukan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari media yang dapat mendukung dan relevan dengan penelitian ini, serta data yang diperoleh dari studi kepustakaan, dokumen-dokumen terkait, literatur hasil penelitian dan artikel. Data ini berupa buku-buku, laporan hasil penelitian atau dokumen yang ountentik, karena buku-buku tertulis lebih kuat dari informasi lisan untuk hal-hal tertentu, seperti keakuratan dalam menentukan waktu kejadian (tanggal,jam), angka-angka tertentu, janji-janji, prtauran-peraturan, realisasi sesuatu dan responpemerintah (Afrizal,2008:24-25). Data sekunder dari penelitian ini dapat diperoleh dari data Kantor wali Nagari.

(35)

3.4 Metode dan Proses Pengumpulan Data 3.4.1 Wawancara

Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka denngan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap dengan topik yang diteliti. Bentuk wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, karena wawancara mendalam bersifat terbuka. Pelaksanaan wawancara mendalam tidak hanya sekali, melainkan berulang-ulang dengan identitas yang tinggi. Peneliti tidak cepat puas dengan informasi yang diberikan oleh informan ketika wawancara, sehingga peneliti perlu mengecek dan mengklarifikasi atas informasi yang diberikan oleh informan tersebut melalui wawancara berikutnya (Bungin, 2011 : 111).

Dalam melakukan penelitian sebelum peneliti pergi kelapangan, peneliti terlebih dahulu membuat pedoman wawancara agar dalam mewawancarai informan tidak mngambang dan sesuai dengan tujuan penelitian, yang kemudian dikembangkan di lapangan, setelah itu peneliti langsung pergi ketempat penelitian yang telah ditentukan. Setelah sampai ditempat penelitian peneliti mencari informan yang akan diwawancarai. Setelah mendapatkan beberapa informan peneliti melakukan wawancara, namun sebelum peneliti melakukan wawancara tersebut peneliti memberitahukan dulu maksud dan tujuan peneliti kepada informan. Kemudian peneliti menanyakan apakah informan tersebut bersedia untuk diwawancarai sesuai dengan tujuan penelitian. Pada umumnya semua infroman bersedia untuk diwawancarai. Infroman yang telah dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

(36)

Pengumpulan data dilakukan pada waktu-waktu tertentu, artinya peneliti harus tahu diri kapan bisa melakukan wawancara. Dalam penelitian peneliti berusaha tidak menganggu aktifitas mereka dan melihat situasi dan kondisi yang tepat untuk melakukan wawancara. Dimana wawancara dilakukan ditempat yang memungkinkan dan mendukung seperti pergi kerumah informan, dan ditempat-tempat dimana informan dapat ditemui dan bersedia untuk diwawancarai. Adapun tempat wawancara dilakukan selama penelitian yaitu di warung dan dirumah informan. Wawancara ini dilakukan pada waktu siang sampai sore hari pada saat informan sudah tidak beraktivitas. Karena pada waktu itu merupakan waktu istirahat dan informan tidak terlalu sibuk. Wawancara di akhiri apabila data yang dikumpulkan sudah menemukan jawaban penelitian.

3.4.2 Obsevasi

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya, selain panca indra lainya seperti telinga, mulut dan kulit. Karena observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatanya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya (Bungin, 2011 : 118).

Dalam penerapannya melalui metode observasi non partisipan, peneliti telah melihat, mendengarkan dan mengamati fenomena yang sedang dialami atau yang sedang dilakukan oleh subjek penelitian. Sebelum melakukan observasi non partisipan, peneliti telah memupuk terlebih dahulu hubungan baik dengan informan. Ada rasa saling mempercayai yang dibentuk antara peneliti dengan

(37)

informan. Sikap saling mempercayai tersebut dikenal dengan istilah rapport (Afrizal,2008:25).

Dari pengamatan di lokasi penelitian terlihat bahwa keadaan atau situasi keluarga dilokasi penelitian sangat memperihatikan, terlihat banyak perubahan terutama pada anak-anaknya seperti : perilaku anak sehati-hari. Fakta yang terlihat bahwa banyak perubahan perilaku pada anak-anak dimana setelah adanya perceraian mereka sering jarang berinteraksi dengan teman sebayanya banyak berdiam diri didalam rumah dan dengan adanya perceraian anak menjadi putus sekolah.

Tujuan dilakukan observasi menurut Guba dan Linclon dalam Moleong (2010:174-175) adalah untuk dapat mengecek kebenaran dari data yang diperoleh, metode pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencata tindakan-tindakan dan kejadian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Diman observasi penulis gunakan untuk melihat bagaimana proses kehidupan anak dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, bagaimana aktivitas yang dilakukan dari pagi samapai sore, bagaimana melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya dan bagaimana ia menjalankan peranan pasca perceraian orang tuanya.

3.4.3 Studi Dokumentasi

Dalam penelitian kualitatif metode ini merupakan alat pengumpul data yang utama karena pembuktian-pembuktian hipotsisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teoti atau hukum-hukum yang diterima baik mendukung maupun menolong hipotesis tersebut. Metode ini merupakan 24

(38)

penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan fokus penelitian. Dokumn tersebut dapat berupa dokumen pribadi, dokumen resmi,foto, surat dan lain-lain (Afrizal, 2008 : 46). Dimana dokumen yang peneliti peroleh dari Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji dalam bentuk buku, yaitu buku mengenai profil Nagari, dokumen tersebut berupa arsip-arsip mengenai letak geografis, denah wilayah, jumlah penduduk.

3.5 Unit Analisi

Unit analisis adalah seluruh hal yang kita teliti untuk mendapatkan penjelasan ringkas mengenai keseluruhan unit dan untuk menjelaskan berbagai perbedaan di antara unit analisis tersebut (Morissan, 2012 : 48). Dari uraian diatas unit analisis penelitian ini adalah individu yaitu anak dari keluarga bercerai.

3.6 Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain (Bogdan & Biklen, dalam buku

Moleong,2010:248).

Analisis data yang akan penulis lakukan adalah seperti yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman Proses analisis data dapat digambarkan sebagai berikut :

(39)

Gambar 1 : Skema Model Analisis Data Interaktif (Sumber : Miles dan Huberman dalam Sugiyono,2008)

Berdasarkan skema diatas, kterangan dari kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil wawancara dianalisis secara kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data merupakan mencari data dilapangan dengan membuat catatan lapangan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Dalam tahap ini penulis terjun ke lapangan untuk mengambil data mengenai penyesuaian diri anak dalam keluarga pasca perceraian. Dengan cara memberikan kode-kode pada setiap data tertentu.

2. Reduksi data merupakan merangkum, memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam hal ini peneliti mencata semua informasi yang diperoleh dari informan dilapangan

Penyajian Data Pengumpulan Data Kesimpulan Reduksi Data 26

(40)

menyangkut penyesuain diri anak dalam keluarga pasca perceraian di Nagari Ampang Kuranji. Dari data yang telah diperoleh, peneliti mencatat semua informasi dari informan dan setelah data tersebut dikumpulkan peneliti menyederhanakan kembali dengan cara melakukan pemilahan-pemilahan data yakni mengambil data yang sesuai dengan pertanyaan peneliti. Dimana pada tahap ini peneliti melakukan pemilahan data dengan cara mengotakkan data dengan memberikan simbol berupa warna-warna tertentu sehingga memudahkan peneliti mengolah data dan menentukan pola-polanya dan membuang data yang mengolah data yang tidak dipergunakan dalam penelitian ini.

3. Penyajian Data, merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Pada tahap ini dilakukan pengkategorian data atau pengelompokkan data kedalam klasifikasi-klasifikasi yang menentukan data penting dan tidak penting pada tahap pertama. Dimana pada tahapan ini, setelah data dikotak-kotakan sesuai dengan pola-polanya maka data tersebut disajikan dalam bentuk uraian singkat dan bagan sesuai dengan permasalahan agar tidak keluar dari tujuan penelitian.

4. Penarikan Kesimpulan, merupakan bagian dari kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan setelah adanya reduksi data, penyajian data akhirnya dapatlah ditarik sebuah kesimpulan. Keseimpulan dalam penelitian 27

(41)

kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas. 3.7 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan Di Nagari Ampang Kuranji Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Alasan penulis mengambil lokasi di Kangarian Ampang Kuranji tersebut terdapat anak yang menjadi korban perceraian, dimana pada observasi awal terdapat fenomena anak korban perceraian dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya, Fakta yang terlihat bahwa banyak perubahan perilaku pada anak-anak setelah adanya perceraian mereka jarang berinteraksi dengan teman sebayanya banyak berdiam diri didalam rumah dan dengan adanya perceraian anak putus sekolah.

(42)

3.8 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam satu bulan, sepeti terlihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1

Jadwal Rencana Penelitian

Kegiatan Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov

Pembuatan proposal Menunggu ACC judul Bimbingan proposal Seminar proposal Penelitian Bimbingan Skripsi Kompre Wisuda Sumber : Peneliti 29

(43)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Nagari Ampang Kuranji merupakan salah satu Nagari yang berada diwilayah pemerintahan Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Nagari Ampang Kuranji ini memiliki luas wilayah 3.056,5 Ha dengan suhu rata-rata 23-320 Cdan tinggi dari permukaan laut adalah 70 mdl. Secara administrasi, Nagari Ampang Kuranji memiliki daerah batasan yakni :

Sebelah Utara : Nagari Koto Padang

Sebelah Selatan : Nagari Koto Besar

Sebelah Timur : Nagari Koto Baru

Sebelah Barat : Sungai Abai Siat

Nagari Ampang Kuranji berdasarkan administrasi pemerintahannya memiliki 4 (empat) jorong, yaitu :

1. Jorong Lubuak Agam. 2. Jorong Koto Gadang. 3. Jorong Koto Diateh. 4. Jorong Pasa Banda.

Luas Nagari Ampang Kuranji adalah 3.056,5 Ha Jorong yang paling luas adalah Jorong Pasa Banda dan yang paling kecil adalah Jorong Koto Diateh yaitu sekitar 12% dari luas Nagari keseluruhannya. Bentuk wilayah Nagari Ampang Kuranji Merupakan Daerah dataran rendah yang memiliki banyak rawa (payo) serta dilintasi oleh beberapa sungai serta irigasi.

(44)

4.2 Kondisi Demografis

4.2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Masyarakat Nagari Ampang Kuranji memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.522 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.247 Kepala keluarga. Dengan masing-masing jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu penduduk laki-laki sebanyak 2.302 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.221 jiwa. Dinagari Ampang Kuranji terdapat 52 kepala keluarga yang bercerai pada saat anaknya berada pada usia 2-14 Tahun, dan yang menjadi subjek penelitian adalah 6 Kepala Keluarga dengan jumlah anak sebanyak 6 orang (Sumber, Profil Nagari Ampang Kuranji).

4.2.2 Mata Pencaharian Penduduk

Penduduk Nagari Ampang Kuranji berdasarkan mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan beragam, yaitu terdiri dari 11 jenis pekerjaan untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini :

(45)

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Nagari Ampang Kuranji

No Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (jiwa) 1 Petani 946 2 Rumah Tangga 416 3 Swasta 262 4 Pedagang 229 5 PNS 90 6 Sopir 33 7 Tukang Kayu 11 8 Montir 6 9 Tukang Sumur 3 10 TNI/Polri 3 11 Tukang Jahit 3

Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

Dilihat pada diatas bahwa masyarakat Nagari Ampang Kuranji pekerjaannya paling banyak bertani.

4.2.3 Tingkat Pendidikan

Penduduk Nagari Ampang Kuranji berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak adalah dengan tingkat SLTA/Sederajat yaitu 738 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah untuk tingkat pendidikan S2/Sederajat, sehingga dapat disimpulkan bahwa Nagari Ampang Kuranji memiliki SDM yang cukup baik, untuk lebih jelasnya tentang jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan tersebut, maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

(46)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Nagari Ampang Kuranji

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1 Buta Aksara - 2 Tk - 3 Tidak tamat SD 331 4 Tamat SD/Sederajat 424 5 Tamat SMP/Sederajat 440 6 Tamat SLTA/Sederajat 738 7 Tamat Akademi -  D1 20 -  D2 14 -  D3 63 8 Sarjana -  S1 55 -  S2 2 -  S3 - Total 2.087

Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

Dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak adalah tingkat SLTA/Sederajat.

Tabel 4.3

Jumlah penduduk Nagari Ampang Kuranji yang sedang menjalankan pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1 Tk 132

2 SD 412

3 SMP 218

4 SLTA 345

5 PT 197

Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

(47)

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat penduduk Nagari Ampang

Kuranji yang sedang menjalankan pendidikan dapat dilihat terbanyak pada tingkat SD.

4.2.4 Agama

Seluruh warga masyarakat di Nagari Ampang Kuranji adalah muslim (islam) dengan jumlah penduduk adalah sebesar 4.522 jiwa. Dimana kegiatan keagamaan pada masyarakat Nagari Ampang Kuranji dapat dilihat dari pelaksanaan sholat berjama’ah di Mesjid atau di Mushalah. Di Nagari Ampang Kuranji termasuk masyarakat yang cukup aktif dalam melaksanakan kegiatan kagamaan. Diantaranya pengajian rutin bagi anak-anak usia sekolah dan belum sekolah yang dimulai dari siang hari setelah sholat dzuhur sampai sore hari setelah sholat ashar dan taklim bagi ibuk-ibuk dan remaja yang dilaksanakan pada hari selasa, rabu dan minggu. Dalam setiap memperingati besar islam masyarakat di Nagari Ampang Kuranji melaksanakan berbagai kegiatan rutinitas yang mereka lakukan setiap tahunnya seperti memperingati tahun baru islam, kegiatan yang mereka lakukan adalah ceramah agama dan berdo’a di mesjid atau mushalah serta memperingati israj’ dan mijraj’ serta memperingati hari kelaharian Nabi Muhammad S.A.W.

Sarana peribadatan di Nagari Ampang Kuranji terdiri dari Mesjid 5 Unit dan 17 surau atau Mushalla. Untuk jelasnya sebagaimana tabel berikut :

(48)

Tabel 4.4 Sarana Peribadatan di Nagari Ampang Kuranji

No Jenis Sarana Jumlah

1 Mesjid 5

2 Mushalla 17

Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013 4.3 Sarana dan Prasarana

4.3.1 Sarana

4.3.1.1 Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi suatu potensi sumber daya manusia yang ada pada sutau wilayah tersebut. Adanya sarana pendidikan yang baik dan memenuhi standar dapat memunculkan sumber daya sumber daya manusia yang berpotensi. Yang sangat berguna sebagai generasi penerus dalam pembangunan suatu wilayah. Oleh karena itu dalam suatu perencanaan harus memperimbangkan kebutuhan sarana pendidikan. Di Nagari Ampang Kuranji sarana pendidikan yang ada antara lain 3 Unit Paud, 3 Unit TK (Taman Kanak-Kanak), 2 Unit Sekolah Dasar, serta 1Unit SLTP untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini :

Tabel 4.5 Sarana Pendidikan Di Nagari Ampang Kuranji

No Jenis Sarana Jumlah

1 Paud 3 buah

2 TK 3 buah

3 SD 2 buah

4 SLTP 1 buah

Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan yng ada di Nagari Ampang Kuranji Sebanyak 9 buah.

(49)

4.3.1.2 Sarana Kesehatan

Dalam hubungannya dengan kesehatan, maka ketersediaan sarana kesehatan merupakan salah satu aktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kebutuhan akan sarana kesehatan sangat penting dalam suatu perencanaan. Adapun sarana kesehatan yang ada di Nagari Ampang Kuranji adalah 1 Unit Pustu, 1 Polindes dan 4 Bidan Nagari guna menunjang tenaga kesehatan di Nagari Ampang Kuranji. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini :

Tabel 4.6 Sarana Kesehatan di Nagari Ampang Kuranji

No Jenis Sarana Jumlah

1 Pustu 1

2 Polindes 1

3 Petugas Kesehatan 4

Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang ada di Nagari Ampang Kuranji Sebanyak 6 buah yaitu : Pustu 1, Polindes 1 dan Petugas Kesehatan 4.

4.3.1.3 Sarana Komunikasi dan Transportasi

Untuk jaringan telepon sebagai sarana komunikasi pada kawasan Nagari Ampang Kuranji umumnya masyarakat memakai Hand Phone yang didukung oleh 2 (dua) tower operator seluler (Telkomsel dan XL) disamping itu juga ada telepon rumah.

Sedangkan sarana transportasi yang terdapat di Nagari Ampang Kuranji seperti terlihat pada tabel berikut :

(50)

Tabel 4.7 Sarana Transportasi di Nagari Ampang Kuranji No Jenis Kendaraan Jumlah (Unit)

1 Kendaraan Roda Dua 1.251

2 Angkutan Pedesaan 23

3 Kend. Pribadi roda 4 86

4 Angkutan Trapel 12

5 Truck Umum 8

6 Tiper 4

7 Pick Up 26

Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa Pendudukn Nagari Ampang Kuranji banyak menggunakan kendaraan roda dua.

4.3.2 Prasarana 4.3.2.1 Listrik

Di Nagari Ampang Kuranji pelayanan Listrik pada umumnya telah tersambung pada rumah penduduk. Namun masih ada sekitar 12% dari jumlah Kepala Keluarga yang belum tersambung listrik dikarenakn rumah penduduk tersebut jauh dari pemukiman penduduk.

4.3.2.2 Air Bersih

Sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk konsumsi adalah air yang berasal dari air sumur dan sumur bor. Namun juga ada masyarakat Nagari yang memanfaatkan air sungai untuk cuci dan kakus. Sumber air bersih dapat dilihat pada tabrl dibawah ini :

(51)

Tabel 4.8 Prasarana Air Bersih di Nagari Ampang Kuranji No Jenis Sumber

Air Bersih

Jumlah (Unit) Pemanfaatan (KK)

Kondisi

1 Sumur Gali 734 790 Baik

2 Sumur Bor 37 37 Baik

3 Depot Isi Ulang 2 612 Baik

Sumber : Kantor Wali Nagari Ampang Kuranji 2013 4.4 Sistem Kekerabatan

Secara mayoritas, Nagari Ampang Kuranji masih didominisi oleh masyarakat asli (pribumi) Nagari Ampang Kuranji dengan memiliki suku,agama dan status sosial yang sama. Walaupun Nagari ini cukup banyak ditempati oleh penduduk pendatang yang berasal dari luar daerah dengan suku, bahasa dan status sosial yang berbeda-beda pula, akan tetapi dalam kehidupan sehari-harinya masyarakat Nagari Ampang Kuranji masih terlihat menjunjung tinggi nilai-nilai dan adat istiadat yang telah mereka pegang teguh sejak dulunya. Kondisi ini terlihat dari kehidupan masyarakatnya yang masih sangat sederhana dengan hidup

gotong royong, saling tolong menolong terutamasaat upacara

perkawinan,kematian dan acara-acara seperti idul fitri, idul adha, maulid nabi dan lain-lain.

Di Nagari Ampang Kuranji terdapat pula organisasi sosial yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Adapun organisasi sosial yang ada di Nagari ini adaah : PKK, majelistaklim.

PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) merupakan kumpulan dari ibu-ibu dan para istri aparat kelurahan yang mengadakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesejahteeraan keluarga. Salah satunya adalah ariasan PKK yang 38

(52)

dilakukan setiap 1x dalam sebulan yang diikuti oleh para ibu-ibu dilingkungan Nagari Ampang Kuranji.

Majelistaklim adalah kelompok pengajian yang dilakukan oleh ibu-ibu dan bapak-bapak yang diadakan 1x seminggu dimasjid atau dimushalla. Selain mempertebal keimanan, kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar masyarakat di Nagari Ampang Kuranji,

Alasan kenapa tidak tahun 2012, 2013 deskrpisi lokasi tempat peneliti melakukan penelitian karena baru dibuat yang baru dan belum selesai. Makanya disini penulis membuat data dari tahun 2010.

(53)

BAB V

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Latar Belakang Keluarga Informan 1. Kasus Keluarga Informan 1

ibu Tuti (39 tahun) yang berpendidikan tamatan SMP, ibu Tuti berasal dari Jorong Koto Diateh. Penyebab ibu Tuti Bercerai Yaitu Mantan suaminya tersebut punya pacar diluar rumah, mereka bercerai selama 2 tahun, profesi ibu Tuti sebagai Petani, yang memiliki anak sebanyak 4 orang, yang menjadi tanggungannya hanya tinggal 3 orang karena anak yang pertama sudah bekerja dirantau, bentuk keluarga ini keluarga inti, yaitu ibu Tuti dan anak-anaknya. Anak yang menjadi Tanggungannya yaitu Dori (19 Tahun) sudah tamat SMA, Agus (14 Tahun) sudah tidak sekolah lagi dikarenakan tidak cukup biaya dan yang paling kecil Cilta (6 Tahun) yang belum sekolah.

Kendala yang dirasakan oleh ibu tuti setelah mengalami perceraian yaitu masalah ekonomi karena untuk pemenuhan kebutuhan dia hanya bekerja sendiri, kadang-kadang anaknya menolong ibu Tuti dalam hal keuangan, ada anaknya yang kerja dibengkel dan satu lagi menolong ibunya pergi ke kebun. Ibu Tuti mulai berangkat kerja jam 06.00 Wib sampai jam 12.00 Wib, terkadang ibu Tuti bekerja hanya sampai Jam 10.00, penghasilan yang didapat oleh ibu Tuti berkisar Rp 250.000/minggu. Dalam sebulan mendapatkan pengadasilan sebesar Rp. 1.000.000

(54)

Setelah bercerai ayah tidak lagi menjalankan perannya baik dalam pemenuhan kebutuhan anak sebagai tanggungan yang wajib dilakukannya bahkan ayah sejak bercerai sama sekali tidak mempedulikan anaknya, ibu Tuti menjelaskan bahwa setelah bercerai ayah hanya 4 kali bertemu dengan anaknya, itupun karena kebetulan saja bertemu dijalan.

Pandangan anak saat orang tua bercerai tidak mempersalahkan hal itu, sebab anak cukup merasakan kenyamanan dalam keluarga, karena setelah bercerai ibu sangat berperan dalam keluarga dan banyak memberikan perhatian kepada anakya sedangkan ayah sudah menikah lagi dengan orang lain, berikut ungkapan ibu Tuti (39 Tahun) kepada penulis mengenai penyesuaian diri yang dilakukan oleh anaknya :

“yo banyaklah perubahan yang tajadi deg etek kini, semenjak etek lah baceghai, etek la menjadi kepao keluarga, etek mancaghi pitih soghang kininye, yo hasil yang etek dapek de dag lo mencukupi kebutuhan sekeluarga de, etek ibo clik anak etek agus, inyo baranti sakolah gara-gara ibo clik etek, karno inyo tau etek soghang yang mancaghi pitih, mako e nye d bagenti skolah bisa mangurang e biaya idup to e” (Tanggal Wawancara, 2 September 2014, Jam 16.00 Wib).

Artinya :

“ya banyak perubahan yang terjadi pada diri etek sekarang, semenjak etek bercerai, etek yang menjadi kepala keluarga sekarang , etek mencari uang sendiri, etek sangat kasihan melihat anak etek Agus, dia berhenti sekolah gara-gara dia kasihan melihat etek , karena dia tau etek sendiri yang mencari uang, makanya dia pengen berhenti sekolah supaya bisa mengurangi biaya hidup keluarga kita” (tanggal wawancara, 2 September 2014, Jam 16.00 Wib).

(55)

Ungkapan wawancara diatas dibenarkan oleh anaknya Agus (14 tahun), dimana anak mengungkapkan “

“apak e sjak baceghai jo amak e, y dag do apak e pai kasiko de, mageh pitih tuk lanjo kami pun dag do. Yo banyak pauban yang tajadi kini, kini amak sebagai ibuk sekaligus kapalo keluarga, yo ni awak ibo clik amak awak ni, mako nye wak ingin bagenti skolah ni, yo ado go kughang biaya idup tek ni, ibo e clik amak e de mancaghi soghang e ni” (Tanggal wawancara, 3 September 2014, Jam 15.00 Wib).

Artinya :

“semenjak orang tua bercerai ayah saya tidak pernah datang, memberi uang tuk belanja kamipun tidak ada, ya banyak perubahan yang terjadi sekarang, sekarang ibu sebagai ibu sekaligus kepala keluarga bagi kami, iya saya kasihan lihat ibu maka dari itu saya ingin berhenti sekolah, supaya bisa berkurang biaya kehidupan kami, ya kasihan lihat ibu cari yang sendiri” (tanggal wawancara 3 september 2014, jam 15.00 Wib).

Berdasarkan data diatas dapat kita simpulkan bahwa peran dan fungsi ayah tidak lagi didapatkan oleh dirinya, dan sekarang ibu berperan ganda menjadi seorang ibu sekaligus kepala rumah tangga.

Sebelum otang tua bercerai kehidupan anak baik-baik saja karena mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya.

2. Kasus Keluarga Informan 2

Wawancara yang penulis lakukan selanjutnya dengan Auva (14 tahun) dari Jorong Pasa Banda, yang merupakan anak dari ibu Zar yang mengalami perceraian, ibu Zar telah mengalami perceraian selama 2 tahun, yang menjadi penyebab perceraian ibu Zar ini adalah adanya kekerasan dalam rumah tangga.

Auva memiliki 3 saudara, tetapi yang menjadi tanggungan orang tuanya hanya dia seorang, karena anak pertama dan kedua sudah menikah, bentuk

(56)

keluarga ini yaitu keluarga luas, selain ibu Zar dan anaknya Auva juga ada menantu tinggal bersama mereka. Kendala yang dirasakan oleh ibu Zar setelah mengalami perceraian yaitu masalah ekonomi karena untuk pemenuhan kebutuhan dia hanya bekerja sendiri, kadang-kadang menantu dari suami anaknya yang pertama ibu Zar ini juga ikut membantu keuangan keluarga, ibu Zar bekerja sebagai pedagang dipasar. Ibu Zar bekerja dari jam 06.30 Wib sampai jam 16.00 Wib, terkadang kalau hari hujan tidak bisa pergi kepasar untuk berdagang, penghasilan yang didapat oleh ibu Zar Rp 300.000/minggu.

Berikut ini ungkapan informan kepada penulis mengenai penyesuaian diri anak adalah sebagai berikut :

“amak jo apak e baceghai karno apak e panangan amak e ni, dag tlok gi deg amak e nanggung e de ni, yo walaupun ado raso kecewa e ni. yo kini amak ela membiayan e sdon e gi e ni, untung la cuman soghang wak yang dibiayan e deg nye, yo kadang ado laki uni e nolong, tuk membiasokan diri ni yo wak menyibukkan diri jo kegiatan-kegiatan diluaw uma yo bentuk pai olahraga pas waktu sore ni, sto eskul disekolah ni” (Tanggal wawancara 4 September 2014, Jam 14.00 Wib). Artinya :

“iya ibu dan ayah bercerai karena adanya kekerasan dalam rumah tangga, ibu sudah tidak bisa lagi menahan semua ini, ya walaupun ada rasa kecewa.iya sekarang ibu yang membiayai kebutuhan semuanya, untung cumam saya keperluannya dipenuhi ibu, ya kadang ada suami kakak yang menolong, untuk membiasakan diri saya menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan diluar rumah seperti pergi olahraga diwaktu sore hari dan ikut eskul disekolah” (Tanggal wawancara, 3 September 2014 Jam 14.00 Wib).

Ungkapan wawancara diatas dibenarkan oleh ibu Zar (55 Tahun) sebagai berikut :

(57)

“yo etek baceghai la 2 taun, etek baceghai karno laki etek dulu tek panangan e de, yo dag tlok gi deg etek nahan e de, tu etek mintak ceghai, yo kini etek la kaijo sughang e, tapi laki anak etek ado go nolong etek e tuk biaya skolah auva, yo auva kini de tuk menghibur diri e ny kdok sto kegiatan diluaw uma bentuk olahraga tu sto eskul lo disekolah” (Tanggal wawancara 5 September 2014 Jam 16.45 Wib) Artinya :

“stek bercerai sudah 2 tahun,etek bercerai karena suami etek sering melakukan kekerasan kepada etek, etek sudah tidak tahan lagi makanya etek mintak pisah, ya sekarang cuman etek yang bekerja tapi suami dari anak etek kadang menolong etek membiayai sekolah auva, iya auva tuk membiasakan dirinya, untuk menghibur dirinya dia sering ikut kegiatan diluar rumah seperti olahraga dan kegiatan eskul disekolah seperti drum band dan mengaji kesurau habis pulang sekolah ” (Tanggal wawancara 5 September 2014 Jam 16.45 Wib).

Berdasarkan wawancara dengan informan dapat kita ambil kesimpulan bahwa penyebab orang tuanya bercerai karena ayahnya sering melakukan kekerasan terhadap ibunya dan untuk menghibur dirinya dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan diluar rumah.

3. Kasus keluarga Infroman 3

Wawancara yang penulis lakukan selanjutnya dengan ibu Nurasiah (61 Tahun) dari jorong Lubuk Agam, yang merupakan nenek dari anak yang orang tuanya mengalami perceraian, anaknya bernama Dar yang telah mengalami perceraian 1 tahun, yang menjadi perceraian ibu Dar adalah ibu Dar kurang bisa mengambil hati suaminya.

Cucu yang orang tuanya bercerai 2 orang,cucu yang pertama yaitu Ulfa (17 Tahun) sedangkan cucu kedua gigin (14 Tahun) cucu ini masih sekolah

Gambar

Tabel  1.1  Angka  Perceraian  Dari  Tahun  2010-2013  di  Nagari  Ampang  Kuranji
Tabel 3.1 Karakteristik Informan
Gambar 1 : Skema Model Analisis Data Interaktif  (Sumber : Miles dan Huberman dalam Sugiyono,2008)
Tabel 4.5 Sarana Pendidikan Di Nagari Ampang Kuranji  No   Jenis Sarana   Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENYEDIAAN JASA PERBAIKAN PERALATAN KERJA JASA PEMELIHARAAN GENSET JB: Barang/jasa JP: Jasa Lainnya.. 1

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi anggota Badan Perwakilan Desa di Kabupaten Sleman tentang kesetaraan gender dan organisasi peka gender.. Populasi

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan keikutsertaan PUS sebagai peserta aktif pengguna alat kontrasepsi di Desa Pal IX Kabupaten Kubu

The compensatory provision of alternate fuels constitutes a normal adaptive response to tran- siently low nutrient intake during the establish- ment of breastfeeding, 2,12 resulting

Kebutuhan akan informasi bagi para pecinta sepakbola bisa didapatkan melalui media internet, informasi tentang berita terbaru, seperti jadwal pertandingan, klasemen, hasil

pada saat Pembuktian Kualifikasi penyedia Jasa harus membawa seluruh Dokumen Asli sesuai yang di Upload / diunggah beserta 1 ( satu ) rekaman Termasuk dokumen Kontrak /

Pada observasi pada hari sabtu, tanggal 11 April 2016, dan pada hari senin, 13 April 2016, pukul:11.20-11.55 WIB, kegiatan Azizun Niswah, S.Ag dalam proses pembelajaran mata

Kata Pengantar ... Lingkungan Alam ... Lingkungan Buatan ... Manfaat Lingkungan Alam dan Buatan ... Memelihara Lingkungan Alam ... Memelihara Lingkungan Buatan ... Apakah Denah dan