• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: SAMJULAIFI. Nomor Induk Mahasiswa : PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: SAMJULAIFI. Nomor Induk Mahasiswa : PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI

DESA KO’MARA KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR

Oleh: SAMJULAIFI

Nomor Induk Mahasiswa :105610524815

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i SKRIPSI

PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI

DESA KO’MARA KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

SAMJULAIFI

Nomor Induk Mahasiswa :105610524815

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa : Samjulaifi

Nomor Induk Mahasiswa : 10561052415

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benarskripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasilplagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 05 April 2020 Yang Menyatakan,

(6)

v ABSTRAK

Samjulaifi, Muhammadia dan Jaelan Usman. Prinsip-Prinsip Pengelaan Badan Usaha Milik Desa Dalam Kesejahteraan Masyarakat di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prinsip pengelolaan badan usaha milik desa dan faktor penghambat dan faktor pendukung pengelolaan badan usaha milik desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 7 orang Pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data melalui reduksi data, pengajian data dan penarikan kesimpulan, sedangkan keabsahan data menggunakan triangulasi data, teknik dan waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip pengelolaan Badan Uaha Milik Desa di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalardilihat dari tiga dimensi : 1) Kooperatif sudah terlihat cukup maksima bentuk kerjasama yang baik antara pengelola BUMDes dengan pemerintah desa. Dalam hal ini berupa pemberian anggaaran desa untuk program usaha, meskipun anggaran yag didapatkan masih minim, 2) Akuntabeldinilai sudah cukup bertanggung jawab dibuktikan dengan laporan secara administrasi yang rutin dilaporkan sekali dalam setahun, adapun pertanggungjawaban dalam bentuk lain yaitu penerapan dari bentuk usahanya berupa simpan pinjam dan penyediaan tenda besi atau pelaminan, 3) Sustainable secara umum dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik Karena sebagian besar penduduk Desa Ko’mara Jaya bekerja sebagai petani. Sehingga pengelola BUMDes berharap pelaksanaan program yang direkomendasikan yaitu berupa bantuan modal dalam bidang pertanian, misalnya bantuan pupuk, racun, dan bibit. Sehingga masyarakat lebih mudah menjangkau dan tidak kesulitan dalam mencari bahan pertanian. Faktor pendukungnya yaitu komitmen pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan desa melalui BUMDes sangat tinggi. Ini dibuktikan dengan suntikan dana BUMDes berasal dari dana desa, APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan kementerian terkait. Sedangkan faktor penghambat yaitu anggaran yang dimiliki desa dalam menjalankan usaha BUMDes ada, namun masih sangat kecil untuk mengembangkan usaha yang besar.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsiyang berjudul“Prinsip-Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa di Kabupaten Takalar”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Muhammadiah, M.M selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Jaelan Usman, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos. MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. 4. Ibu Dr. A. Rosdianti Razak, M.Si, Bapak Dr. Abdi, M.Pd, Bapak Dr. Jaelan

Usman, M.Si, dan Bapak Nasrul Haq, S.Sos, M.PA, selaku penguji yang telah meluangkan selama proses ujian.

5. Segenap Staf dan Kariyawan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Bapak Prof. Dr. Abdul Rahman Rahim, S.E, M.M Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Kedua orang tua, Bapak Marzuki dan Ibu Jemari yang telah membesarkan penulis dan tidak ada henti-hentinya mendoakan dan memberikan apapun yang terbaik, terlebih kasih sayang serta sabar yang tak pernah bosan membimbing dan memotivasi serta menguatkan penulis ketika dalam

(8)

vii keadaan sulit.

8. Kakak dan adik (Syamsul, Diski, Yusril, dan Asgar) dan keluarga besar yang selalu memberikan do’a di dalam sujud, serta senantiasa memberikan dukungan disetiap langkah-langkah saya.

9. Teman-teman seangkatan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sahabat-sahabat kelas A Ilmu Administrasi Negara yang selama ini menjadi teman seperjuanganku dalam menulis skripsi.

10. Teman-teman penyemangat Anil Ma’rufi, Joham, Nurhidayah, Astri, Tina, Aldi Ahmad, Irsan Azis, Muh. Isra, Ari Zulfahri, yang banyak memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 05 April 2020

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x BAB I. PENDAHULUAN………. 1 A. Latar Belakang……… 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Penelitian Terdahulu ... 9

B. Teori Manajemen ... 10

C. Konsep Badan Usaha Milik Desa ... 13

D. Konsep Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa ... 16

E. Tujuan Pendirian Badan Usaha Milik Desa ... 23

F. Konsep Ksejahteraan Masyarakat ... 25

G. Kerangka Pikir ... 29

H. Fokus Penelitian ... 30

I. Deskripsi Fokus Penelitian ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 33

C. Sumber Data ... 33

(10)

ix

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 35

G. Pengabsahan Data ... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 38

B. Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa Ko’mara ... 49

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa dalam Meningkatkaan Kesejahteraan Masyarakat Desa Ko’mara... 58 BAB V. PENUTUP ... 65 A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN ... 69

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Informan Penelitian... 34 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 39 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan... 40

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir... 30 Gambar 3.2 Model Analisis Data………... 36 Gambar 4.2 Struktur Organisasi BUMDES Ko’mara Jaya... 48

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemandirian suatu daerah merupakan tuntutan dari pemerintah pusat saat diberlakukannya otonomi pada masa Orde Baru yaitu pada tahun 1966. Era otonomi ini membuat daerah-daerah yang ada di Indonesia berlomba-lomba untuk menjadi daerah terbaik diantara daerah-daerah lainnya karena ini menjadi peluang besar bagi daerah untuk memajukan dan mengembangkan daerahnya sendiri untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Demitercapainya wacana daerah untuk memajukan dan mengembangkan daerahnya, maka daerah harus mengatur strategi dalam menjalankan pemerintahannya untuk dapat dimaksimalkan guna mendukung peningkatan kehidupan yang lebih maju, baik itu dalam bidang ekonomi, sosial maupun politik.

Era otonomi saat ini, bukan hanya daerah yang memiliki otonomi dearah akan tetapi desa juga memiliki otonomi desa yang mana desa memiliki hak dan kewenangan penuh dalam mengelola dan menjalankan pemerintahannya sendiri sehingga mandiri dan kreatif dalam meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat yang ada di desa pertamakali diatur dalam UU No. 8 Tahun 2005 tentang perubahan atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Seiring berjalannya waktu undang-undang tersebut mengalami perubahan menyesuaikan keadaan yang terjadi, hingga pemerintah memiliki inisiatif untuk mengeluarkan Undang-undang tentang desa. Selama ini desa dianggap sebagai tempat yang rendahan dibanding kelurahan, sehingga tidak sedikit desa yang

(14)

beralaih menjadi kelurahan untuk mengangkat derajat sosial dimata masyarakat lainnya. Hal ini tentu tidak bisa membuat pemerintah berdiam diri. Karena jika dibiarkan maka desa akan perlahan hilang, sedangkan desa sangat penting untuk kelestarian adat dan budaya. Maka dari itu, pemerintah pusat ingin mendongkrak mindset ini dengan dikeluarkannya UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa yang terbaru yang mana desa merupakan daerah otonom dan berhak untuk mengatur dan mengelola desanya sendiri.

Undang-undang No. 6 Tahun 2014 pasal 72 ayat (1) dan ayat (4) tentang Desa, akan tetapi desa tidak sepenuhnya menggantungkan pendapatannya dari bantuan tersebut. Karena sebelum Undang-undang tersebut diberlakukan bantuan alokasi dana desa tidak ada dan desa harus menguras tenaga dan memutar otak untuk mendapatkan pendapatan desa yang maksimal. Maka dari itu desa harus menggali potensi desa baik dari segi Sumber Daya Alam (SDA) maupun dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Ekonomi (SDE) yang ada di desa tersebut yang nantinya akan menjadi sumber pendapatan desa atau keuangan desa.

Keuangan desa yang didapatkan dari sumber pendapatan desa haruslah dikelola dengan baik demi tercapainya pembangunan desa. Namun, kita ketahui bahwa sumber pendapatan desa sebagaian besar berasal dari bantuan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, karena memang desa merupakan daerah otonom yang kecil jika hanya mengandalkan pendapatan asli desa tidak akan mampu meningkatkan pembangunan desa baik itu meningkatkan dalam segi infrastruktur maupun dalam segi administratif. Sehingga perlu pengelolaan dan manajemen

(15)

yang baik dalam pendapatan asli desa dan keuangan desa agar desa memiliki pendapatan asli desa yang memadai untuk menopang kesejahteraan masyarakat desa.

Salah satu strategi dalam memudahkan desa untuk mendapatkan sumber pendapatan desa adalah pemerintah membuat kebijakan yang mengatur hal tersebut. Salah satunya adalah Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Pemerintah Daerah yang menyebutkan bahwa pemerintah desa juga dianjurkan untuk memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang berguna untuk mengatur perekonomian desa dan memenuhi kebutuhan serta menggali potensi desa, dan Undang-undang ini merupakan salah satu upaya dari pemerintah pusat dalam meningkatkan peran desa untuk ikut berkecimpung dan turun tangan langsung dalam meningkatkan perekonomian desa. Undang-undang tersebut memayungi Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa yang merupakan peraturan lanjut dari UU No. 32 Tahun 2004 dimana dalam peraturan ini disebutkan bagaimana cara mendirikan dan mengelola BUMDes itu sendiri.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution). Selain itu BUMDes juga berperan sebagai lembaga sosial yang berpihak pada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan

(16)

sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumber daya lokal ke pasar. Pendirian BUMDes juga didasari oleh UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dalam Pasal 87 ayat (1) yang berbunyi, “Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUMDes,” dan ayat (2) yang berbunyi, “BUMDesa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan,” dan ayat (3) yang berbunyi, “BUMDesa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Potensi yang dimiliki BUMDes sebagai lembaga usaha mandiri masyarakat desa dalam memberikan kesejahteraan masyarakat desa sendiri. Agar rakyat pedesaan dapat mengembangkan potensi, sehingga tidak dirugikan dan lebih diuntungkan, maka diperlukan arus balik dalam pemerataan sumber daya alam dan kebijakan. Salah satu BUMDes yang didirikan dengan tujuan sebagai penopang atau penguat ekonomi desa adalah BUMDes Ko’mara Jaya yang didirikan pada 09 Mei 2016 sebagai penguatan ekonomi Desa Ko’mara. Sebagai salah satu desa di Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Desa Ko’mara dinilai mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya Seperti di bidang pariwisata, kolam perikanan, pengelolaan air bersih, kios kuliner, dan perkreditan. Program-program BUMDes Ko’mara ini memanglah tidak banyak, meski hanya mimiliki beberapa program utama yaitu simpan pinjam tapi belum bisa berjalan lancang karna masih banyak sekali hambatan dilapangan.

Setelah penelitian melakukan observasi awal mengenai prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa dan berdasarkan wawancara awal peneliti dengan

(17)

beberapa pihak terkait, maka terdapat beberapa masalah, yaitu kurangnya pembinaan dan bimbingan dari pemerintah Desa juga dukungan berupa bantuan dana financial maupun non financial. Hal ini disebabkan karena Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar belum mengadakan program khusus untukpengenalan dan pengembangan BUMDes ke Pemerintah Desa, seperti bimbingan teknis mengenai BUMDes, bimbingan terhadap pengurus BUMDes, dan pelatihan pengelolaan keuangan BUMDes.

Berdasarkan hasil observasi awal ada beberapa program BUMDes yang terkendala seperti kooperatif dalam hal ini kurangnya kerja sama antara kepala desa dengan pengelola BUMDes itu sendiri. Dalam hal ini pemerintah desa kurang memberikan dukungan terhadap pelaksanaan BUMDes, ini terlihat dengan kurangnya anggaran yang diberikan kepada penelola BUMDes. Dengan alasan pengelola BUMDes masih kurang dalam perencanaan pengembangan BUMDes dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan Peran pemerintah daerah sangatlah penting untuk kemajuan BUMDes ini, pemerintah daerah baik itu pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan maupun Pemerintah Kabupaten/Kota. Pengelolaan BUMDes harus dijalankan dengan menggunakan prinsip kooperatif, akuntabel, dan sustainabel. Namun faktanya pemerintah daerah sendiri seperti acuh tidak memberikan dukungan secara maksimal kepada BUMDes Desa Ko’mara ini, meski terkadang mereka hanya menjadi perantara saja takala ada informasi dari pemerintah terkait BUMDes Desa Ko’mara.

Selain itu akuntabel salah satu penghambat dalam pengelolaan program BUMDes di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten

(18)

Takalar, yaitu kurangnya laporan dari pengelola BUMDes ke peerintah desa terkait perkembangan pelaksanaan program BUMDes itu sendiri. Sehingga terjadi kesalahpahaman antara pemerintah desa dan pihak pengelola BUMDes terkait pelaporan yang akan diberikan. Dalam prinsip sustainabel terlihat masalah yang cukup kontradiktif antara salah satu program yang selama ini dijalankan dengan pekerjaan sebagian masyarakat Desa yang berprofesi sebagai petani. Sehingga masyarakat berharap ada perbaikan program BUMDes yang lebih menunjang kebutuhan pertanian masyarakat Desa Ko’mara Jaya.

Beberapa hal yang ditemukan saat observasi awal tersebut di atas mengindikasikan bahwa masih adanya masalah dalam pelaksanaan program BUMDes di Desa Ko’mara ini Kabupaten Takalar. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Prinsip-Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas yang telah dipaparkan, maka sebagai rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana prinsip pengelolaan BUMDes yang terdiri atas kooperatif, akuntabel, dan sustainabel dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar?

2. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat prinsip pengelolaan BUMDes yang terdiri atas kooperatif, akuntabel, dan sustainabel dalam meningkatkan

(19)

kesejahteraan masyarakat Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sesuai denga rumusan masalah yang akan di teliti yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana prinsip pengelolaan BUMDes yang terdiri atas kooperatif, akuntabel, dan sustainabel dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat prinsip pengelolaan BUMDes yang terdiri atas kooperatif, akuntabel, dan sustainabel dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas maka hasil penelitian diharapkan dapat menghasilkan manfaat :

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang teori-teori dan konsep-konsep yang diperoleh selama perkuliahan dibandingkan dengan penerapan secara nyata.

b. Memberikan pengetahuan yang lebih tentang Ilmu Administrasi Negara khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan BUMDes dalam

(20)

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Kabupaten Takalar.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi penulis atau peneliti adalah menambah ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Administrasi Negara yang berkaitan tentang masalah dalam pengelolaan BUMDes dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Kabupaten Takalar.

b. Manfaat yang didapat oleh pihak pemerintah daerah Kabupaten Takalar dan pemerintah Desa Ko’mara ialah mengetahui pengelolaan BUMDes dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Kabupaten Takalar.

c. Manfaat bagi masyarakat dan dunia usaha adalah membangun kesadaran masyarakat dan dunia usaha untuk peduli dalam pengelolaan BUMDes dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Ko’mara ini sehingga bisa terus berkembang dan maju dalam mengatasi kemiskinan dan keluar dari desa tertinggal.

(21)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan lebih dahulu dan dianggap memiliki kaitan dan mendukung penelitian ini yaitu:

1. Penelitian Tedi Kusuma (2018) dengan judul “ Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Kariya Mandiri Sejati (Studi Kasus di Desa Sidoasri Kec. Candipuro Kab. Lampung Selatan)”yang menyimpulkan bahwa kondisi BUMDes di Desa Sidoasri sudah berjalan sesuai dengan tujuan pembentukan BUMDes dan mampumembantu meningkatkan perekonomian desa.Namun masih terdapat kendaladalam pengelolaan BUMDes di beberapa daerah seperti jenis usaha yangdijalankan masih terbatas, keterbatasan sumber daya manusia yang mengelolaBUMDes dan partisipasi masyarakat yang rendah karena masih rendahnya pengetahuan mereka.

2. Penelitian Ahmad Nur Ihsan (2018) dengan judul “Analisis Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Gerbang Lentera Sebagai Penggerak Desa Wisata Lerep” menujukan bahwa walaupun masih baru, BUMDes Gerbang Lentera merupakan salah satu BUMDes yang pengelolaannya sudah baik di Kabupaten Semarang sehingga menjadi rujukan desa lain untuk berkunjung dan studi banding. Proses pengelolaan BUMDes berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan didirikannya BUMDes. Hal ini dapat dibuktikan dengan unit-unit usaha berjalan dengan baik. Faktor-faktor baiknya pengelolaan BUMDes Gerbang Lentera antara lain Sumber daya

(22)

yang tersedia, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, dukungan pemerintah dan adanya kerjasama dengan pihak ketiga. Tapi tetap ada hambatan dalam pengembangan BUMDes yaitu masih sulitnya mencari karyawan karena gaji yang kurang bisa menjanjikan. Kesimpulan pengelolaan BUMDes Gerbang Lentera Desa Lerep sudah sangat baik, terutama dibandingkan dengan BUMDes-BUMDes lain di Kabupaten Semarang. Hanya saja seperti kebanyakan BUMDes milik desa-desa lain di Kabupaten Semarang masih sulit mencari karyawan karena masih sulitnya BUMDes memberikan gaji.

3. Peelitian Mirnawati (2018) dengan judul “ Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam Meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Studi Desa Ekang Anculai Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan) yang menyimpulkan bahwa Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam Meningkatkankan kesejahteraan Masyarakat di Desa Ekang Ancualai Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan sudah terlaksana dengan baik dilihat dari tahap perencanaan, pengerganisasian, pengarahan, dan pengawasannya berjalan dengan baik dan setiap unit-unit usaha tersebut cukup memberikan manfaat bagi masyarakat.

B. Teori Manajemen

Menurut Manulang (Atik & Ratminto, 2012: 1) manajemen merupakan suatu seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penyusunan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. G. R Terry (Hasibuan, 2007 : 2) senada dengan

(23)

Manulang mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Dari dua pendapat ahli di atas, manajemen memiliki kata kunci “perencanaan”, “pengarahan”, “pengendalian”, “sumber daya”, dan “tujuan”.

Stoner dan Freeman (Safroni, 2012: 44) berpendapat bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Sedangkan manajemen menurut Massie (Azhar Arsyad, 2002: 1) merupakan suatu proses dimana kelompok secara kerjasama mengerahkan tindakan atau kerjanya untuk mencapai tujuan bersama. Proses tersebut diantaranya mencakup teknik-teknik yang digunakan oleh para manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan atau aktifitas orang lain menuju tercapainya tujuan bersama.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, kepemimpinan, pengendalian dan pengawasan melalui pemanfaatan sumber daya dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “managemen”, terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut ke dalam bahasa Indonesia, istilah inggris tersebut lalu di Indonesia menjadi manajemen. Manajemen berasal dari kata to

(24)

manageyang artinya mengatur, pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan melalui aspek-aspeknya antara lain planning, organizing, actuating, dan controlling.

Dalam kamus bahasa Indonesia lengkap disebutkan bahwa pengelolaan adalah proses atau cara perbuatan mengelola atau proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain, proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

Menurut Suharsimi Arikunta pengelolaan adalah subtantifa dari mengelola, sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimuai dari penyusunan data, merencana, mengorganisasikan, melaksanakan, sampai dengan pengawasan dan penilaian. Dijelaskan kemudian pengelolaan menghasilkan suatu dan sesuatu itu dapat merupakan sumber penyempurnaan dan penngkatan dan pengelolaan selanjutnya.

Marry Parker Follet (1997) mendefinisikan pengelolaan adalah seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan.

Drs. M. Manulang dalam bukunya dasar-dasar manajemen istilah pengelolaan (manajemen) Mengandung tiga pengertian, yaitu : pertama, manajemen sebagai suatu proses, kedua, manajemen sebagai kolektifitas orang-orang yang melakukan aktifitas manajemen dan yang ketiga, manajemen sebagai suatu seni (suatu arti) dan sebagai suatu ilmu.

(25)

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan (manajemen) suatu cara atau proses yang dimulaai dari perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan agar berjalan efektif dan efesien.

C. Konsep Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Dalam buku panduan BUMDes yang di keluarkan Departemen Pendidikan Nasional (2007:4). BUMDes merupakan badan usaha milik desa yang didirikan atas dasar kebutuhan dan potensi desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Berkenaan dengan perencanaan dan pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa dan partisipasi masyarakat. BUMDes juga merupakan perwujudan partisipasi masyarakat desa secara keseluruhan, sehingga tidak menciptakan model usaha yang dihegemoni oleh kelompok tertentu ditingkat desa. Artinya, tata aturan ini terwujud dalam mekanisme kelembagaan yang solid. Penguatan kapasitas kelembagaan akan terarah pada adanya tata aturan yang mengikat seluruh anggota (one for all).

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa menyatakan bahwa Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUMDes, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.

(26)

Anom Surya Putra (2015:9) menyatakan beberapa pengertian dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) diantaranya yaitu:

1. BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk menghadirkan institusi negara (Kementerian Desa PDTT) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Desa (selanjutnya disebut Tradisi Berdesa).

2. BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif. 3. BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan

kualitas hidup manusia Indonesia di Desa.

4. BUMDes merupakan salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa.

Dinyatakan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 pasal 5 ayat 1 Tentang Badan Usaha Milik Desa bahwa BUMDes dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Apa yang dimaksud dengan “kebutuhan dan potensi desa” adalah:

1. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok.

2. Tersedia sumberdaya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama kekayaan desa dan terdapat permintaan di pasar.

3. Tersedia sumberdaya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat.

4. Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi.

(27)

Dalam buku panduan BUMDes Departemen Pendidikan Nasional (2007:6). BUMDes merupakan wahana untuk menjalankan usaha di desa. Apa yang dimaksud dengan “usaha desa” adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan ekonomi desa seperti antara lain:

1. Usaha jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air, listrik desa, dan usaha sejenis lainnya.

2. Penyaluran sembilan bahan pokok ekonomi desa.

3. Perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan agrobisnis.

4. Industri dan kerajinan rakyat.

Dalam buku panduan BUMDes yang di keluarkan Departemen Pendidikan Nasional(2007:4). Terdapat 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan lembaga ekonomi komersial pada umumnya yaitu:

1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama.

2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui penyertaan modal (saham atau andil).

3. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal (local wisdom).

4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi pasar.

5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village policy).

(28)

6. Difasilitasi oleh Pemerintah, PemProv, PemKab, dan PemDes.

7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (PemDes, BPD, anggota).

D. Konsep Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007), pengelolaan BUMDes harus diljalankan dengan menggunakan prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable, dan sustainable, dengan mekanisme member-base danself help yang dijalankan secara profesional, dan mandiri. Berkenaan dengan hal itu, untuk membangun BUMDes diperlukan informasi yang akurat dan tepat tentang karakteristik ke-lokal-an, termasuk ciri sosial-budaya masyarakatnya dan peluang pasar dari produk(barang dan jasa) yang dihasilkan. BUMDes sebagai badan usahayang dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asasmandiri, harus mengutamakan perolehan modalnya berasal dari masyarakat dan Pemdes. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat memperoleh modal dari pihak luar, seperti dari Pemerintah Kabupaten atau pihak lain, bahkan dapat pula melakukan pinjaman kepada pihak ke tiga, sesuai peraturan perundang-undangan. Pengaturan lebih lanjut mengenai BUMDes tentunya akandiatur melalui Peraturan Daerah (Perda). BUMDes didirikan dengan tujuan yang jelas. Tujuan tersebut, akan direalisir diantaranya dengan cara memberikan pelayanan kebutuhan untuk usaha produktif terutama bagi kelompok miskin di pedesaan, mengurangi praktek ijon(rente) dan pelepasan uang, menciptakan pemerataan kesempatan berusaha, dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa.

(29)

Hal penting lainnya adalah BUMDes harus mampu mendidik masyarakat membiasakan menabung, dengan cara demikian akan dapat mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa secara mandiri.Pengelolaan BUMDes, diprediksi akan tetap melibatkan pihak ketiga yang tidak saja berdampak pada masyarakat desa itusendiri, tetapi juga masyarakat dalam cakupan yang lebih luas (kabupaten). Oleh sebab itu, pendirian BUMDes yang diinisiasi oleh masyarakat harus tetap mempertimbangkan keberadaan potensi ekonomi desa yang mendukung, pembayaran pajak di desa, dan kepatuhan masyarakat desa terhadap kewajibannya. Kesemua ini menuntut keterlibatan pemerintah kabupaten. Karakteristik masyarakat desa yang perlu mendapat pelayanan utama BUMDes adalah:

1. Masyarakat desa yang dalam mencukupi kebutuhan hidupnya berupa pangan, sandang dan papan, sebagian besar memiliki matapencaharian di sektor pertaniandan melakukan kegiatan usaha ekonomi yang bersifat usaha informal;

2. Masyarakat desa yang penghasilannya tergolong sangat rendah, dan sulit menyisihkan sebagian penghasilannya untuk modal pengembangan usaha selanjutnya;

3. Masyarakat desa yang dalam hal tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, sehingga banyak jatuh ke tangan pengusaha yang memiliki modal lebih kuat;

4. Masyarakat desa yang dalam kegiatan usahanya cenderung diperburuk oleh sistem pemasaran yang memberikan kesempatan kepada pemilik modal untuk

(30)

dapat menekan harga, sehingga mereka cenderung memeras dan menikmati sebagian besar dari hasil kerja masyarakat desa. (Sumber: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, 2007).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BUMDes sangat bermanfaat bagi masyarakat desa, baik memiliki usaha produktif maupun yang belum memiliki untuk sama-sama mengembangkan ekonomi masyarakat desa secara bersama-sama. Karakter BUMDes sesuai dengan ciri-ciri utamanya, prinsip yang mendasari, mekanisme dan sistem pengelolaanya.Secara umum pendirian BUMDes dimaksudkan untuk:

1. Meningkatkan pelayanankepada masyarakat (standar pelayanan minimal), agar berkembang usaha masyarakat di desa.

2. Memberdayakan desa sebagai wilayah yang otonom berkenaan dengan usaha-usaha produktif bagi upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran dan peningkatan PADesa.

3. Meningkatkan kemandirian dan kapasitas desa sertamasyarakat dalam melakukan penguatan ekonomi di desa. (Sumber: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, 2007).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BUMDes memiliki peran yang penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat desa dan sebagai kontribusi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa sehingga menunjang program pembangunan di desa. Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk dielaborasi atau diuraikan agar difahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa, anggota (penyerta modal), BPD, Pemkab,

(31)

dan masyarakat. Menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007), pengelolaan BUMDes harus diljalankan dengan menggunakan prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable, dan sustainable. Terdapat 6 (enam) prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:

1. Kooperatif

Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya. BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsisebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution)sehingga membutuhkan kerjasama yang sinergis antara pengurus, pemerintah desa, masyarakat serta instansi terkait. BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentinganmasyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial.Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntunganmelalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar. Dalammenjalankan usahanya prinsip kooperatif harus selaluditekankan. BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yangterbangun di masyarakat desa.

2. Partisipatif

Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan BUMDes sangat diharapkan dan peran pemerintah dalam melakukan sosialisasi danpenyadaran kepada masyarakat desa melalui pemerintah provinsi dan/atau

(32)

pemerintah kabupaten tentang arti penting berpartisipasi dalam BUMDes bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui pemerintah desa masyarakat dimotivasi, disadarkan dan dipersiapkan untuk membangun kehidupannya sendiri. BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut prinsip partisipasi. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga. Ini sesuai dengan peraturan per undang-undangan (UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat 3). Penjelasan ini sangat penting untuk mempersiapkan pendirian BUMDes, karena implikasinya akan bersentuhan dengan pengaturannya dalam Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Desa (Perdes).

3. Emansipatif

Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDesharus diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama.Mekanisme operasionalisasi BUMDes diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat desatanpa memandanglatar belakang perbedaan apapun. Untuk itu, masyarakat desa perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat menerima gagasan baru tentang lembaga ekonomi yang memiliki dua fungsi yakni bersifat sosial dan komersial. Dengan tetap berpegang teguh pada karakteristik desa dan nilai-nilai yang hidup dan dihormati. Maka persiapan yang dipandang paling tepat adalah berpusat pada sosialisasi,

(33)

pendidikan, dan pelatihan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap peningkatan standar hidup masyarakat desa

4. Transparan

Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka. Transparansi dalam pengelolaan BUMDes sangat diperlukan mengingat BUMDes merupakan lembaga ekonomi yang beroperasi dipedesaandi mana nilai-nilai yang harus dikembangkan adalah kejujuran dan keterbukaan. Kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. Keberadaan BUMDes diharapkan mampu mendorong dinamisasi kehidupan ekonomi di pedesaan. Peran pemerintah desa adalah membangun relasi dengan masyarakat untuk mewujudkan pemenuhan standar pelayanan minimal sebagai bagian dari upaya pengembangan komunitas (development based community) desa yang lebih berdaya dan memenuhi prinsip transparansi dalam pengelolaannya.

5. Akuntabel

Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis maupun administratif. Pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah merupakan perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desayang dilakukan secara akuntabel. Oleh karena itu perlu upaya serius untukmenjadikan pengelolaan badan usaha tersebut dapat berjalan secaraefektif,

(34)

efisien, professional, mandiri dan bertanggungjawab. Untuk mencapai tujuan BUMDes dilakukan dengan cara memenuhikebutuhan (produktif dan konsumtif) masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang dikelola masyarakat dan Pemdes. Pemenuhan kebutuhan ini diupayakan tidak memberatkan masyarakat, mengingat BUMDes akan menjadi usaha desa yang paling dominan dalam menggerakkan ekonomi desa. Lembaga ini juga dituntut mampu memberikan pelayanan kepada non anggota (di luar desa) dengan menempatkan harga dan pelayanan yang berlaku standar pasar. Artinya terdapat mekanisme kelembagaan/tata aturan yang disepakati bersama, sehingga tidak menimbulkan distorsi ekonomi di pedesaan disebabkan usaha yang dijalankan oleh BUMDes. 6. Sustainable

Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes. BUMDes didirikan dengan tujuan yang jelasya itu pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Tujuan tersebut, akan dicapai diantaranya dengan cara memberikan pelayanan kebutuhan untuk usaha produktif terutama bagi kelompok miskin di pedesaan, mengurangi praktek ijon (rente) dan pelepasan uang, menciptakan pemerataan kesempatan berusaha, dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Hal penting lainnya adalah BUMDes harus mampu mendidik masyarakat membiasakan menabung, dengan cara demikian akan dapat mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa secara mandiri dan berkelanjutan. (Sumber: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, 2007). Terkait dengan implementasi Alokasi Dana Desa (ADD), maka proses penguatan ekonomi desa melalui BUMDes diharapkan akan lebih

(35)

berdaya. Hal ini disebabkan adanya penopang yakni dana anggaran desa yang semakin besar. Sehingga memungkinkan ketersediaan permodalan yang cukup untuk pendirian BUMDes. Jika ini berlaku sejalan, maka akan terjadi peningkatan PADesa yang selanjutnya dapat digunakan untuk kegiatan pembangunan desa. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hal yang penting dalam upaya penguatan ekonomi desa adalah memperkuat kerjasama, membangun kebersamaan/menjalin kerekatan disemua lapisan masyarakat desa, sehingga itu menjadi daya dorong(steam engine) dalam upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan membuk akses pasar.

E. Tujuan Pendirian BUMDes

Pendirian BUM Desa dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.

Dalam BAB II Pasal 3 Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia, Nomor 4 tahun 2015, tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha MIlik Desa. menyebutkan beberapa tujuan pendirian BUMDes yaitu:

1. Meningkatkan perekonomian Desa, dengan adanya BUMDes diharapkan masyarakat desa mampu meningkatkan perekonomianya, yaitu dengan cara ikut serta dalam kegiatan BUMDes.

2. Mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa, Aset desa bisa lebih dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan desa.

(36)

3. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa, Hadirnya BUMDes di tengah-tengah masyarakat desa yaitu untuk meningkatkan usaha masyarakat yang terkendala dengan modal.

4. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga.

5. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga.

6. Membuka lapangan kerja, BUMDes mampu memfasilitasi bagi masyarakat yang belum mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari pekerjaan untuk diberdayakan dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa.

8. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa, BUMDes mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, seperti dalam poin 6) yaitu dengan adanya lapangan pekerjaan, maka pendapatan masyarakat meningkat dan hasilnya dibagi dengan pendapatan asli desa melalui sistem bagi hasil.

BUMDesa dapat membentuk unit usaha seperti Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas dan Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam puluh) persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga keuangan mikro.

(37)

F. Konsep Kesejahteraan Masyarakat

Kehidupan yang didambakan oleh semua manusia di dunia ini adalah kesejahteraan. Baik tinggal di kota maupun yang di desa, semua mendambakan kehidupan yang sejahtera. Sejahteraan lahir dan bathin. Namun, dalam perjalanannya, kehidupan yang dijalani oleh manusia tak selamanya dalam kondisi sejahtera. Pasang surut kehidupan ini membuat manusia selalu berusaha untuk mencari cara agar tetap sejahtera. Mulai dari pekerjaan kasar seperti buruh atau sejenisnya, sampai pekerjaan kantoran yang bisa sampai ratusan juta gajinya dilakoni oleh manusia. Jangankan yang halal, yang harampun rela dilakukan demi kesejahteraan hidup.

Menurut Wikipedia, sejahtera menunjuk ke keadaan yang lebih baik, kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat atau damai. Lebih jauh, menurut Wikipedia, dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Menurut Wipipedia pula, dalam kebijakan social, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kesejahteraan meliputi seluruh bidang kehidupan manusia. Mulai dari ekonomi, sosial, budaya, iptek, hankamnas, dan lain sebagainya. Bidang-bidang kehidupan tersebut meliputi jumlah dan jangkauan pelayanannya. Pemerintah memiliki kewajiban utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Untuk mendapatkan kesejahteraan itu memang tidak gampang. Tetapi bukan berarti mustahil didapatkan. Tak perlu juga melakukan yang haram, sebab yang halal masih banyak yang bisa dikerjakan untuk mencapai kesejahteraan. Kita

(38)

hanya perlu memperhatikan indikator kesejahteraan itu. Adapun indikator tersebut diantaranya adalah.

Pertama. Jumlah dan pemerataan pendapatan. Hal ini berhubungan dengan masalah ekonomi. Pendapatan berhubungan dengan lapangan kerja, kondisi usaha, dan factor ekonomi lainnya. Penyediaan lapangan kerja mutlak dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki pendapat tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnyan. Tanpa itu semua, mustahil manusia dapat mencapai kesejahteraan. Tanda-tanda masih belum sejahteranya suatu kehidupan masyarakat adalah jumlah dan sebaran pendapatan yang mereka terima. Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha diperlukan agar masyarakat mampu memutar roda perekonomian yang pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah pendapatan yang mereka terima. Dengan pendapatan yang mereka ini, masyarakat dapat melakukan transaksi ekonomi.

Kedua, pendidikan yang semakin mudah untuk dijangkau. Pengertian mudah disini dalam arti jarak dan nilai yang harus dibayarkan oleh masyarakat. Pendidikan yang mudah dan murah merupakan impian semua orang. Dengan pendidikan yang murah dan mudah itu, semua orang dapat dengan mudah mengakses pendidikan setinggi-tingginya. Dengan pendidikan yang tinggi itu, kualitas sumberdaya manusianya semakin meningkat. Dengan demikian kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak semakin terbuka. Berkat kualitas sumberdaya manusia yang tinggi ini, lapangan kerja yang dibuka tidak lagi berbasis kekuatan otot, tetapi lebih banyak menggunakan kekuatan otak. Sekolah dibangun dengan jumlah yang banyak dan merata, disertai dengan

(39)

peningkatan kualitas, serta biaya yang murah. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan tidak hanya terbuka bagi mereka yang memiliki kekuatan ekonomi, atau mereka yang tergolong cerdas saja. Tapi, semua orang diharuskan untuk memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Sementara itu, sekolah juga mampu memberikan layanan pendidikan yang sesuia dengan kebutuhan peserta didiknya. Pendidikan disini, baik yang bersifat formal maupun non formal. Kedua jalur pendidikan ini memiliki kesempatan dan perlakuan yang sama dari pemerintah dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat. Angka melek huruf menjadi semakin tinggi, karena masyarakatnya mampu menjangkau pendidikan dengan biaya murah. Kesejahteraan manusia dapat dilihat dari kemampuan mereka untuk mengakses pendidikan, serta mampu menggunakan pendidikan itu untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya.

Ketiga, kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata. Kesehatan merupakan faktor untuk mendapatkan pendapatan dan pendidikan. Karena itu, faktor kesehatan ini harus ditempatkan sebagai hal yang utama dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat yang sakit akan sulit memperjuangkan kesejahteraan dirinya. Jumlah dan jenis pelayanan kesehatan harus sangat banyak. Masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan tidak dibatasi oleh jarak dan waktu. Setiap saat mereka dapat mengakses layanan kesehatan yang murah dan berkualitas. Lagi-lagi, ini merupakan kewajiban pemerintah yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Apabila masih banyak keluhan masyarakat tentang layanan kesehatan, maka itu pertanda bahwa suatu Negara masih belum mampu mencapai taraf kesejahteraan yang diinginkan oleh rakyatnya.

(40)

Inilah tiga indikator tentang kesejahteraan rakyat. Inidikator ini akan menjadi factor penentu dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh semua pihak dalam mencapai kesejahteraan. Ketiga hal ini diyakini merupakan puncak dari gunung es kesejahteraan yang didambakan oleh semua orang.

Masyarakat utama adalah masyarakat yang unggul di segala bidang, utama akhlak anggota masyarakatnya dan unggul dari sudut politik, ekonomi dan budaya. Pengembangan masyarakat jaga perlu untuk mensejahterahkan masyarakat Pengembangan masyarakat (community development) adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya. Istilah pengembangan masyarakat dapat berarti banyak untuk beragam orang. Menurut Sanders yang dikutip Fredian menunjukan pengembangan masyarakat dapat dipandang sebagai suatu proses, metode, program, atau gerakan. Dengan kata lain, gambar tersebut menunjukan empat cara untuk memandang pengembangan masyarakat.

1. Sebagai suatu Proses , pengembangan masyarakat sebagai suatu proses bergerak dalam tahapan-tahapan, dari suatu kondisi atau keadaan tertentu ke tahap-tahap berikutnya, yakni mencakup kemajuan dan perubahan dalam artian kriteria terspekifikasi.

2. Sebagai suatu Metode, pengembangan masyarakat merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan dengan cara sedemikian rupa sehingga beberapa tujuan dapat dicapai. Metode- metode lain, misalnya perubahan yang

(41)

dilakukan pemerintah, perubahan dengan menggunakan beberapa imbalan, dan perubahan melalui pendidikan dapat menjadipelengkap bagi metode pengembangan masyarakat yang melakukan tahapan-tahapan yang disarankan dalam suatu proses agar supaya keinginan pengguna metode (pemerintah, pusat, swasta, badan atau mesyarakat lokal itu sendiri dapat dilaksanakan. 3. Sebagai suatu Program, metode pengembangan masyarakat dinyatakan

sebagai suatu gugus prosedur dan isinya dinyatakan sebagai suatu daftar kegiatan. Dengan menjalankan prosedur, kegiatan-kegiatan dianggap dilaksanakan.

4. Sebagai suatu Gerakan, pengembangan masyarakat merupakan suatu perjuangan, sehingga ini menjadi alasan yang membuat orang-orang mengabdi. Dalam hal ini, pengembangan masyarakat tidak netral, seperti sebagai suatu proses, tetapi menyangkut emosi. Dengan kata lain, seorang hanya bisa setuju atau tak setuju terhadap pengembangan mesyarakat itu. G. Kerangka Pikir

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes Ko’mara Jaya di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Peelitian ini akan dikaji berdasarkan model prinsip pengelolaan Badan Usaha Milik Desa yang dikemukakan oleh Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007), yang menyatkan bahwa pengelolaan Badan Usaha Milik Desa harus diljalankan dengan menggunakan prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable, dan sustainable. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir:

(42)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

H. Fokus Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir maka fokus penelitian ini adalahbagaimana pengelolaan Badan Usaha Milik Desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa disini dilihat berdasarkan beberapa hal yaitu, Kooperatif, Akuntabel, dan Sustainabel.

Prinsip-Prinsip Pengelolaan BUMDes 1. Kooperatif 2. Akuntabel 3. Sustainable Faktor Pendukung 1. Komitmen Pemerintah 2. Tersedianya Potensi Sumbber Daya Alam Faktor Penghambat 1. Anggaran 2. Sumber Daya Manusia Pengelola Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Meningkatan Kesejahteraan masyarakat Desa Ko’mara

(43)

I. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka bisa dikemukakan deskripsifokus penelitian tentang pengelolaan Badan Usaha Milik Desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa di Kabupaten Takalar yaitu:

1. Kooperatif, Yaitu semua pihak yang terlibat di dalam Badan Usaha Milik Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkkeng Utara Kabupaten Takalar harus mampu melakukan kerjasama yang baik dan optimal diantara mereka, demi pengembangan usaha dan menjaga kelangsungan hidup agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyaraat setempat. Kooperatif disini dapat terwujud dalam upaya penyediaan jasa seerti simpan pinjam serta jasa sewa peralatan pelaminan atau hajatan lainnya.

2. Akuntabel. Yaitu seluruh pihak yang terlibat di dalam Badan Usaha Milik Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar haus dapat mempertanggung jawabkan secara teknis maupun admiidtatif seluruh kegiatan usaha yang dilakukan seperti dalam uasah simpan pinjam dan jasa sewa peralatan pelaminan atau hajatan lainnya. Akuntabel disini dapat dilihat ketika seluruh anggota terlibat langsung dalam seluruh kegiatan usaha serta saling mengawasi satu sama lainnya agar tetap berjalan dengan optimal. 3. Sustainable. Yaitu semua pihak dari Badan Usaha Milik Desa Ko’mara

Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar harus memiliki inovasi-inovasi baru agar seluruh kegiatan usaha dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah Badan Usaha Milik Desa. Kegiatan pengembangan dan pelestarian jenis usaha dapat dilakukan dengan

(44)

memanfaatkan dukungan dari pemerintah serta mengelolaa sumber daya alam potensial yang ada pada Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

4. Faktor pendukung adalah hal-hal yang mempengaruhi sesuatu yang berkembang, memajukan, menambah dan menjadi lebih dari sebelumnya. 5. Faktor penghambat adalah hal-hal yang berpengaruh sedikit atau bahkan

(45)

33 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan berlangsung selama 2 (dua) bulan dilaksanakan mulai 23 November 2019-23 Januari 2020 dan tempat penelitian yang dilaksanakan oleh penulis bertempat di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Adapun fokus penelitian di tempatkan pada BUMDes Ko’mara Jaya Desa Ko’mara.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan alasan karena penulis berusaha mengetahui secara mendetail menggambarkan tentang mekanisme pengelolaan BUMDes oleh masyarakat desa Ko’mara.

Adapun tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Alasan peneliti menggunakan tipe penelitian ini karena untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan cara memberikan pemaparan berupa penggambaran yang jelas tentang fenomena atau gejala soaial.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu: 1. Data Primer

Data primer, yang diperoleh secara langsung dari informan yang bersangkutan dengan cara wawancara untuk mendapatkan jawaban yang berkaitan denganpengelolaan BUMDes. Selain itu data primer dalam penelitian ini didapat

(46)

dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti mengenai BUMDes ini.

2. Data Sekunder

Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder yang digunakan peneliti berupa arsip pemerintah desa mengenai BUMDes, catatan peneliti dilapangan, foto-foto kegiatan perencanaan, pembentukan, serta pengelolaan BUMDes di Desa Ko’mara.

D. Informan Penelitian

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling dimana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan criteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapunkriteria dari informan yang ditunjuk atau dipilih dalam penelitian ini adalah:

Tabel 3.1 Identitas Informan

No Nama Informan Inisial Jabatan

1 Mapparessa Alle SE MA Kepala Desa

2 Abdul Kadir AK Pendamping Desa

3 Irwandi A.Md IR Sekretaris Desa

4 Arifin Eppe AE Ketua BPD

5 Dorasit Dg Bundu DB Ketua BUMDes

(47)

7 A.Rezky Fajriani S.An ARF Masyarakat E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data informan yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara melakukan wawancara kepada beberapa informan yang di ambil sebagai sampel dari desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

2. Observasi Lapangan

Teknik ini dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung dilapangan yang merupakan lokasi penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumentsi merupakan bukti yang mendukung penelitian, dokumentasi dlam bentuk foto, rekaman, maupun catatan hasil wawancara pada saat melakukan penelitian dengan pihak-pihak terkait.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 20), yaitu: (1) Reduksi data (data reduction), denganmerangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dari data; (2) Penyajian data (data display), menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya; dan (3) Penarikan

(48)

kesimpulan (verification), penarikan kesimpulan terhadap makna-makna yang muncul dari data.

Gambar 3.2

Model Analisis Data Interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 20) G. Pengabsahan Data

Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan: (1) Perpanjangan pengamatan; (2) Peningkatan ketekunan peneliti; dan (3) Triangulasi.

1. Perpanjangan pengamatan

Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, mewawancara kembali sumber data, baik yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini dilakukan guna menguatkan hubungan peneliti dengan narasumber agar terbangun kondisi yang akrab, terbuka, dan saling memercayai, sehingga dapat menggali dan mendapatkan informasi yang tepat.

Data Reduction Data Display Display Conclusions: Drawing/Verifying Drawing/Verifying Data Collection Collection

(49)

2. Peningkatan ketekunan peneliti

Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, sehingga kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi

Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Tringulasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu:

a. Triangulasi sumber, dengan menguji kredibilitas data melaluipengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber.

b. Triangulasi teknik, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Tringulasi waktu, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan wawancara,observasi,atau teknik lain dalam waktu atau situasi berbda.

(50)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

Pada sub bab ini menyajikan gambaran umum lokasi penelitian yang mencakup sejarah Desa Ko’mara, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ko’mara Jaya yaitu sebagai berikut :

1. Desa Ko’mara

Desa Ko’mara dahulunya sebagian besar wilayahnya berupa hutan yang merupakan suatu wilayah pemerintahan disebut pa’rasangan, kemudian dirubah menjadi desa seiring dengan lahirnya undang-undang nomor 29 tahun 1959, tentang daerah-daerah tingkat II di Sulawesi Selatan. Kemudian wilayah pemerintahan yang di sebut pa’rasangan dan menaungi unit pemerintahan dalam kurung waktu panjang pemerintahan setelah orde baru pemerintahan pa’rasangan di rubah menjadi desa Ko’mara menaungi unit pemerintahan disebut lingkungan.

Desa Ko’mara adalah sebuah desa yang terletak dipinggiran sungai dan mempunyai luas hamparan wilayah 12.198 krn2 (1219.80 Ha). Dengan kondisi dataran dan berbukit yang dikelilingi hamparan persawahan, perkebunan, hutan dengan ± 500 MDPL, dimana terdiri dari 5 kepala lingkungan (Dusun), yang memiliki batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatas dengan Desa Barugaya b. Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Lantang c. Sebelah Timur berbatas dengan Desa Kale Ko’mara d. Sebelah Barat berbatas dengan Desa Timbuseng

(51)

Jarak antara Ibu Kota Desa dengan Ibu Kota Kecamatan ± 20 Km, dapat ditempuh melalui jalan darat dengan berbagai jenis kendaraan. Mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Ko’mara adalah Petani. Hal ini disebabkan karena minimnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan Lin selain menjadi petani. Sehingga keadaan ekonomi di Desa Ko’mara lebih didominasi oleh ekonomi menengah ke bawah.Selengkapanya dapat dilihat dalam table berikut ini :

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Buruh Tani 46 2 Petani 800 3 Peternak 16 4 Pedagang 94 5 Tukang Kayu 10 6 Tukang Batu 15 7 Penjahit 2 8 PNS 24 9 Pensiunan 8 10 TNI / Polri 11 11 Perangkat Desa 18

12 Pengrajin Industri Rumah Tangga 36

13 Wiraswasta 51

14 Karyawan Honorer 25

15 Buruh Usaha Jasa Transportasi 10 Sumber : Kantor Desa Ko’mara 2019

(52)

Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahan. Dan pada gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikin biasanya akan dapat mempertajam sistematika pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang lebih maju.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Desa Tingkat Pendidikan Tidak

Tamat SD

SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Magister

1 Ko’mara 60 731 94 588 14 100 3

Sumber : Kantor Desa Ko’mara 2019 a. Visi dan Misi Desa Ko’mara

1) Visi

Adapun visi Desa Ko’mara yaitu “Mewujudkan Ko’mara yang Adil, Mandiri menuju masyarakat yang sejahtera beriman dan bertakwa”.

(53)

a) Adil yaitu menjadikan emerintahan yang adil dalam melayani masyarakat tanpa membedakan status, mudah dan berkualitas sesuai visi pemerintah yaitu terdepan dalam melayani.

b) Mandiri yaitu mampu membangaun Desa dengan menggali potensi yang ada di Desa dengan mengedepankan nilai kebersamaan dan mlestarikan budaya gotong royong.

c) Beriman dan Bertakwa yaitu mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat di sektor ekonomi dengan memenuhi sandang dan pangan kesehatan jasmani dan rohani serta rasa aman di dalam masyarakat Desa.

2) Misi Desa

a) Meningkatkan kualitas dan pelayanan aparat pemerintahan yang adil dan inklusif.

b) Meningkatkan kualitas SDM aparat desa dan masyarakat. c) Meningkatkan kualitas dan kuantitatif infrastuktur pedesaan.

d) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan tercukupinya kebutuhan sandang, pangan papan, pendidikan dan kesehatan.

e) Meningkatkan pelayanan kesehatan. f) Meningkatkan pelayanan pendidikan.

g) Meningkatkan kualitas keamanan, ketentraman, ketertiban masyarakat desa.

(54)

b. Tujuan

1) Terwujudnya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kehidupaan beragama.

2) Terbangunnya perekonomian daerah berbasis potensi lokal yang berdaya saing.

3) Meningkatnya pembangunan sarana dan persarana desa.

4) Termaanfaatkannya dan terkelolanya sumber daya alam berbasis elestarian lingkungan hidup.

5) Terciptanya sistem pemerintahan yang baik dan demokrasi. 6) Terciptanya masyarakat yang aman dan tentram. c. Sasaran

1) Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman aparat dan masyarakat terhadap pengetahuan agama sehingga terwujud masyarakat yang berkarakter agamis, berbudaya, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan falsafah pancasila.

2) Menigkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana perekonomian desa, serta terbangun dan mantapnya jaringan infrastuktur yang andal guna meningkatkan mobilitas perekonomian.

a) Meningkatkan optimalisi kesehatan masyarakat. b) Meningkatkan taraf pendidikan.

c) Meningkatkan pembangunan ekonomi dengan mendorong semakin tumbuh dan berkembangnya pembangunan dibidang pertanian, peternakan, perikanan, industri, perdagangan dan pariwisata.

(55)

d) Mengupayakan pelestarian sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhandan pemerataan pembangunan guna meningkatkan perekonomian.

e) Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik berdasarkan demokratisasi, transparansi, penegakan hukum, berkeadilan, kesetaraan gender, dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat. 2. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ko’mara Jaya

Pemerintah Desa Ko’mara mendirikan badan usaha milik desa dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Lembaga ini bernama Badan Usaha Milik Desa “ Ko’mara Jaya “. BUMDes Ko’mara Jaya berkedudukan di Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

Adapun Visi dan Misi BUMDes Ko’mara Jaya a. Visi BUMDes Ko’mara Jaya

“Bumdes Ko’mara Jaya mewujudkan masyarakat yang jujur, adil, sejahtera lahir dan batin, dengan MOTTO sederhana tapi bisa”.

b. Misi BUMDes Ko’mara Jaya

1) Meningkatkan iman dan taqwa kepada tuhan yang maha esa 2) Meningkatkan produksi lokal

3) Meningkatkan pelayanan secara umum

4) Pengelolaan kegiatan yang transparansi dan akuntabel berdasarkan nilai-nilai local

Gambar

Tabel 3.1 Data Informan Penelitian.....................................................................
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir.....................................................................
Gambar 2.1  Bagan Kerangka Pikir
Tabel 3.1  Identitas Informan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dan pembahasan adalah prosedur memperoleh akta kelahiran setelah Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 yaitu terlebih dahulu melaui Putusan/Penetapan

Batako dengan campuran cangkang kelapa sawit dapat berpotensi dalam pengaplikasian batako untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan rendah non struktur

Tujuan penelitian ini ialah mengetahui silabus yang digunakan untuk mengajar vokal klasik baik SMK N2 Kasihan juga jurusan musik ISI Yogyakarta, persiapan pengajar

Demikian pula menurut pasal 187 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, bahwa yang dimaksudkan dengan Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat

... Sebagai inti dari sistem kebudayaan, sistem nilai budaya menjiwai semua pedoman yang mengatur tingkah laku warga pendukung kebudayaan yang bersangkutan. Pedoman

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1, tujuan perkawinan adalah “Untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Kompone mikroskop dan fungsinya,yaitu 1.) Lensa Okuler untuk membentuk bayangan maya,tegak,diperbesar dari lensa objektif 2.) Lensa objektif untuk membentuk

Metode analisis daya dukung pondasi tiang pancang menggunakan metode statis dan hasil metode dinamis, untuk metode statis mengunakan data N-SPT digunakan Metode Mayerhorf