• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan. kesehatan. diselenggarakan. perikemanusiaan,. pemberdayaan,. serta. berdasarkan. pengutamaan. pada. manfaat. dengan. perhatian khusus pada kelompok yang rentan antara lain ibu, bayi, balita, ibu hamil, ibu melahirkan, usia lanjut dan keluarga miskin. Dalam. UU. Pembangunan. Nomor. 25. Nasional. Tahun. 2004. menghendaki. tentang arah. dan. Sistem. Perencanaan. tujuan. kebijakan. pembangunan diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional. Perencanaan pembangunan Daerah merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan nasional yang disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan dalam rangka menjawab permasalahan yang ada di daerah. Untuk menghasilkan suatu rancangan pembangunan daerah yang baik diperlukan tatanan perencanaan pembangunan yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD). Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, mengamanatkan bahwa setiap Pemerintahan. Daerah. dalam. rangka. mengimplementasikan. Visi. Misi,. diwajibkan menyusun RPJMD dan Renstra paling lambat 4 bulan setelah pelantikan. Penyusunan RPJMD dan Renstra dilaksanakan secara simultan, walaupun kedudukan Renstra merupakan penjabaran dari RPJMD. Agenda utama pembangunan yang telah dilaksanakan dalam periode Tahun 2008 – 2013 yang meliputi peningkatan kualitas sumberdaya manusia, revitalisasi pembangunan. pemerintahan, kebudayaan. pembangunan daerah. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. dan. ekonomi,. pemantapan. mempercepat. pembangunan. -1-.

(2) infrastruktur kewilayahan. Kelima agenda ini akan dilanjutkan pada periode 2013-2018. dengan. penekanan. pada. upaya. peningkatan. nilai. tambah. sumberdaya alam untuk memperkokoh kemandirian dan daya saing daerah. Sedangkan. pembangunan infrastruktur pada kawasan strategis ditujukan program nasional Masterplan Percepatan dan. untuk mendukung. Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dalam. upaya. kesinambungan. dan. keberlangsungan. agenda. pembangunan di Provinsi Sulawesi Tenggara, serta menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat, maka visi pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun. 2013. –. 2018. ditetapkan,. “Mewujudkan. Sulawesi. Tenggara. Sejahtera, Mandiri, dan Berdaya Saing”. Visi tersebut diarahkan untuk lebih. meningkatkan. kesejahteraan. masyarakat. melalui. penyempurnaan. program BAHTERAMAS dan mendorong kemandirian dan daya saing daerah melalui peningkatan nilai tambah sumberdaya alam yang difokuskan pada kawasan strategis provinsi dan Kabupaten/Kota. diemban. adalah. revitalisasi. (1). peningkatan. pemerintahan. daerah,. kualitas (3). Sedangkan misi yang. sumberdaya. pembangunan. manusia, (2) ekonomi,. (4). memantapkan pembangunan kebudayaan, (5) percepatan dan pemerataan pembangunan infrastruktur dasar, kewilayahan serta infrastruktur pada kawasan strategis. Pembangunan kesehatan merupakan penjabaran dari salah satu pilar utama dalam strategi pembangunan yang bertumpu pada manusia, dengan kebijakan peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan kebijakan meningkatkan kualitas iptek. dan. imtaq melalui peningkatan derajat. kesehatan masyarakat. Mencermati visi, misi, strategi dan kebijakan dalam RPJMD tahun 20132018, maka Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai SKPD yang bertanggung jawab dalam melaksanakan program pembangunan kesehatan di Sulawesi Tenggara, berkewajiban menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang dapat menjabarkan program kegiatan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu lima tahun kedepan. Renstra ini akan berfungsi sebagai perencanaan taktis, yang bersifat jangka pendek dan menengah namun tetap diletakkan pada jangkauan jangka panjang.. -2-. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(3) Penyusunan dokumen rencana strategis ini mengacu pada lampiran IV Permendagri Pemerintah. Nomor Nomor. 54 8. Tahun. Tahun. 2010. 2008. tentang. tentang. Pelaksanaan. Tahapan. dan. Peraturan Tata. Cara. Penyusunan, Pengawasan dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dalam. proses. penyusunan. renstra. ini,. merujuk. kewenangan. pemerintah dalam bidang kesehatan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang pembagian urusan pemerintahan. Penyusunan renstra juga berkaitan dengan renstra kementerian kesehatan, pencapaian standar pelayanan minimal, komitmen nasional dan internasional di bidang kesehatan. Pada bagian lain, Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara juga. berfungsi. sebagai. kontrak. kerja. penilaian. kinerja. Kepala. Dinas. Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu lima tahun, yang selanjutnya dijabarkan ke dalam Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai landasan pokok penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 1.2. Landasan Hukum a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara, dengan mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2687); b. Undang-Undang. Nomor. 17. Tahun. 2003. tentang. Keuangan. Negara. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. -3-.

(4) c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang pemeriksaan Keuangan Negara; d. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); e. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310); f. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); g. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); h. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); i. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); j. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004, tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); k. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;. -4-. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(5) l. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Nomor 4406); m. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; n. Peraturan. Pemerintah. Nomor. 39. Tahun. 2006. tentang. Tata. Cara. Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4663); o. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4664); p. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan. antara. Pemerintah,. Pemerintah. Daerah. Provinsi. dan. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; q. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; r. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; s. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. t. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan dan Tata Cara Penyusunan, Pengawasan dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah u. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 3 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2019. v. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 Nomor 3). Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. -5-.

(6) w. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Provinsi Sulawesi Tenggara; x. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 20132018;. 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan Renstra ini adalah tersedianya dokumen perencanaan kesehatan yang dapat dijadikan pedoman Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. serta. seluruh. penyelenggara. pemerintahan. daerah. dalam. melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan kesehatan. Penyusunan Rencana Strategis ini juga dimaksudkan sebagai pedoman dalam pengukuran pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara yang dituangkan dalam Laporan Kinerja Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP). Adapun tujuan penyusunan Renstra ini adalah sebagai berikut: a) Terjabarkannya lebih lanjut visi dan misi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara serta kebijakan lainnya dengan merumuskan program kegiatan dan pembangunan sebagai langkah dan strategi untuk mencapai visi, misi serta tujuan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara; b) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan di bidang Kesehatan dalam jangka waktu lima tahun dari tahun 2013 sampai dengan 2018 yang akan menjadi pedoman pembangunan kesehatan di. Provinsi Sulawesi. Tenggara; c) Tersusunnya tujuan dan sasaran pembangunan di bidang Kesehatan; d) Tersusunnya berbagai Kebijakan di Bidang Kesehatan yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan rencana pembangunan di bidang kesehatan dalam kurun waktu satu tahun sampai lima tahun. 1.4. Sistematika Penulisan. Bab I. Pendahuluan Pada bab ini memuat tentang latar belakang, landasan hukum,. -6-. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(7) maksud dan tujuan serta sistimatika penulisan. Bab II. Gambaran Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Pada Bab ini memuat informasi tentang peran (tugas dan fungsi) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, sumber daya yang dimiliki dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya, mengemukakan capaian-capaian penting yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara periode sebelumnya, mengemukakan capaian program prioritas SKPD yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya, dan mengulas hambatan-hambatan utama yang masih dihadapi dan dinilai perlu diatasi melalui Renstra ini. Bab III. Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas Dan Fungsi Pada bab ini menjelaskan identifikasi permasalahan, telaahan visi, misi dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, telaahan Renstra Kementerian. Kesehatan,. telaahan. Rencana. Tata. Ruang. dan. Kajian. Lingkungan Hidup Strategis. Bab IV. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan Pada Bab ini memuat tentang pernyataan visi dan misi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Di samping itu, juga memuat sasaran, strategi dan kebijakan dalam program pembangunan kesehatan. Bab V. Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif Pada bagian ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif. Bab VI. Indikator Kinerja SKPD yang Mengatur pada Tujuan dan Sasaran RPJMD Pada Bab ini dikemukakan indikator kinerja yang secara langsung menunjukan kinerja yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. -7-.

(8) Bab VII. Penutup Pada Bab ini memuat penegasan kembali tentang pentingnya Renstra, arah kebijakan pembangunan kesehatan dalam Renstra serta evaluasi untuk menilai keberhasilan pelaksanaan pembangunan melalui Renstra.. -8-. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(9) BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA. 2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan merupakan perangkat daerah. Pemerintah Propinsi. dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Pemerintah Propinsi di bidang pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam melaksanakan kewenanganan wajib Pemerintahan di bidang kesehatan yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan PP Nomor 38 Tahun 2007, melaksanakan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang kesehatan sesuai dengan PP nomor 7 Tahun 2007, melaksanakan tugas lainnya yang dilimpahkan oleh Gubernur sesuai dengan tugas-tugas Dinas Kesehatan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud. Pasal. 3, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi: - melaksanakan pembinaan gizi, kesehatan ibu dan anak - melaksanakan. pembinaan. pengendalian. penyakit. dan. kesehatan. lingkungan - melaksanakan pembinaan Upaya kesehatan dan kefarmasian - melaksanakan. pembinaan. sumberdaya. kesehatan. dan. promosi. kesehatan - melaksanakan kegiatan kesekretariatan bidang kesehatan - dan melaksanakan fungsi lainnya yang dilimpahkan oleh Gubernur sesuai dengan fungsi Dinas Kesehatan. (1) Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 11 Tahun 2012, tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Provinsi Sulawesi Tenggara, maka struktur Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada gambar 2.1.. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. -9-.

(10) Gambar 2.1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Dinas Kesehatan juga mempunyai 2 (dua) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang terdiri atas UPTD Balai Laboratorium Kesehatan (Balabkes) dan UPTD Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes). Di samping itu, Dinas Kesehatan juga mempunyai staf fungsional yang bekerja sebagai tenaga fungsional kesehatan yang dikelompokkan berdasarkan keahlian. dan. bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui Ketua Kelompok Jabatan Fungsional.. - 10 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(11) 2.2 Sumber Daya 2.2.1. Sumber Daya Manusia Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Kesehatan Provinsi. Sulawesi. Tenggara. didukung. oleh. sumberdaya. manusia. yang. memadai. Jumlah SDM yang bekerja di Dinas Kesehatan Proivinsi Sulawesi Tenggara dan UPT Balai Pelatihan Kesehatan serta Balai Laboratorium Kesehatan sampai dengan tahun 2012 adalah sebanyak 363 yang terdiri dari 27 pejabat struktural, dan 325 orang staf. Tabel. 2.1. Jumlah Tenaga Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2012 Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Tenggara No 1. Pendidikan Dokter Umum Gigi. Kantor Dinkes. Labkes. Bapelkes. Jumlah. 2 1. 0 0. 0 0. 3 1. 30 6. 3 0. 7 1. 40 7. 77 37. 6 4. 9 8. 92 49. 39 3 8 60 8. 17 0 2 16 0. 1 1 0 16 0. 57 4 10 92 8. Pascasarjana (S2): 2. 3 4 5 6 7. - Kesehatan - Umum Sarjana S1/DIV: - Kesehatan - Umum Diploma III: - Kesehatan - Umum Diploma I SLTA SLTP. Sumber: Data Kepagawaian Dinas Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2012. Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa pada tahun 2012. jumlah. pegawai yang bekerja di Dinas Kesehatan kualifikasi pendidikan di bidang kesehatan 203 orang (56,08%), hal ini berarti bahwa lebih dari setengah pegawai Dinas Kesehatan adalah tenaga teknis yang profesional di bidangnya, sehingga dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya menjadi lebih terarah. 2.2.2. Sarana Prasarana Penunjang Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menempati gedung eks Kantor KPU (Gedung Dinas Sosial) yang terletak di Jalan Balai Kota III No. 43 Kendari Kelurahan Pondambea, Kecamatan Kadia, Kota Kendari. Gedung. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 11 -.

(12) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara berdiri di atas lahan seluas 4.400 m2 dan terdiri dari tiga Bangunan kantor, satu bangunan tempat ibadah (masjid), dua garasi kendaraan roda empat, satu kantin, dan satu gudang. Bila dilihat dari bentuk bangunan, terdapat dua bangunan kantor bertingkat dan satu tidak bertingkat. Perkantoran ini mempunyai jaringan listrik PLN dengan daya 15.400 Watt, Air bersih (PDAM) dengan kapasitas air/bulan mencapai rata-rata 30 m3, dan. mempunyai Enam line jaringan telepon. (telkom). Disamping itu, Dinas kesehatan juga mempunyai pergudangan yang terletak di Kantor eks. Dinas Kesehatan (Jalan Dr. Ratulangi No.147 Kendari). Pergudangan tersebut adalah gudang kesehatan dan perbekalan kesehatan, Gudang Vaksin, Gudang. Peralatan Kesehatan. Kendaraan roda 4 (empat). tercatat 29 unit dan kenderaan roda 2 (dua) tercatat 24 unit. Berbagai peralatan lain yang dimiliki Dinas Kesehatan adalah peralatan meubiler (230 meja, 182 kursi, 44 lemari arsip), peralatan komputer (PC, Laptop, Printer, LCD/infokus, dan layar), mesin ketik, brankas, sound system, mesin fax, dan AC. Balai Laboratorium Kesehatan sebagai UPT Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jalan. Dr. Ratulangi No. 149. Kendari Kelurahan Kemaraya, Kec. Kendari Barat,. Kota. Kendari.. Total. luas. tanah. Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 695 m2. Laboratorium Kesehatan. mempunyai jaringan listrik PLN dengan daya 41.500 Watt, Air bersih (PDAM) dengan kapasitas air/bulan mencapai ratarata 30 m3, dan. mempunyai dua line jaringan telepon (telkom). Bangunan. Kantor Laboratorium Kesehatan terdiri dari ruang kantor, ruang laboratorium serta ruang pelayanan Pasien. Disamping itu Balai Laboratorium Kesehatan juga mempunyai kendaraan roda 4 (empat) sebanyak 3 (tiga) unit dimana salah satu kendaraan merupakan Kendaraan laboratorium Operasional Mini bus beserta peralatan pendukungnya yang merupakan bantuan dari Dirjen pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009, Kendaraan roda 2 sebanyak 1 unit, peralatan meubiler (meja, kursi dan lemari), peralatan kebersihan kantor, AC.. - 12 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(13) Balai Laboratorium Kesehatan sebagai UPT Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jalan Dr. Ratulangi No. 149 Kendari Kelurahan Kemaraya, Kec. Kendari Barat, Kota Kendari. Total luas tanah Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara 695 m2. Berbagai jenis peralatan laboratorium dimana dari tahun 2008-2010 dari dana APBD. dialokasikan untuk pengadaan Peralatan laboratorium berupa. Peralatan Spektropotometer, Peralatan Meditron Junior II dan Peralatan Mycobakterium Tubercolosis. Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) merupakan UPT Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak di Jalan Ahmad Yani No.91 – Wua-Wua Kendari. Luas areal Bapelkes ± 10.000 m2 dan luas bangunan ± 1000 m2. Bapelkes mempunyai jaringan listrik PLN dengan daya 30.100 Watt, Air bersih (PDAM), dan mempunyai empat line jaringan telepon (telkom). Bapelkes mempunyai gedung perkantoran 1 unit, kendaraan operasional roda 4 (empat) dan roda 2 (dua) masing-masing 1 unit, asrama 5 unit, rumah makan dan dapur, rumah dinas 1 unit, auditorium 1 unit, ruang belajar, ruang kelas 3 unit, tower air asrama 1 buah, ruang genset dan hidran, unit instalasi air 1 set, pompa air 1 buah, kereta dorong 2 buah, alat kantor 547 set, alat rumah tangga 4.904 buah, alat studio 22 buah, peralatan komputer (PC, Laptop, Printer, LCD/ infokus, dan layar), mesin ketik, brankas, sound system, mesin fax, dan AC dan alat komunikasi 19 buah. 2.3 Kinerja Pelayanan Pengukuran kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada prinsipnya merujuk pada indikator kinerja kunci seperti yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Panduan Penyusunan Renstra. Adapun pencapaian Kinerja dapat dijelaskan seperti berikut.. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 13 -.

(14) 2.3.1. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.3.1.1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Angka kelangsungan Hidup Bayi memberikan gambaran kemampuan seorang anak dalam periode usia di bawah 12 bulan. Angka kelansgungan hidup. merupakan. indikator. yang. memberikan. gambaran. tingkat. kesejahteraan masyarakat. Angka ini selain memberikan gambaran kondisi ekonomi. juga. memberikan. tersebut. mendapatkan. gambaran. akses. tentang. pelayanan. kemampuan. kesehatan. yang. keluarga. berkualitas. khususnya pada ibu hamil. Hasil estimasi yang dilakukan berdasarkan SDKI tahun 2007 dan laporan kematian bayi menunjukan bahwa AKHB di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan peningkatan yakni dari 959 per 1000 KH menjadi 965 per 1000 KH. Secara rinci disajikan pada Tabel berikut. Tabel 2.2.. Angka Kelangsungan Hidup Bayi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007-2012.. Indikator Angka Kelangsungan Hidup Bayi per 1000 KH. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. Target. 967,6. 969,6. 971,6. 974. 976. 978. Capaian. 959*). 960,2. 961,4. 962,6. 963,8. 955*). 99. 99. 99. 99. 99. 99. Ratio. Sumber Data : *) SDKI, 2007, 2012 dan Estimasi berdasarkan Laporan Kabupaten/Kota. Pada Tabel juga menjelaskan bahwa capaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara melalui indikator kelangsungan hidup bayi dikategorikan sangat baik dengan ratio di atas 99 atau indeks di atas 90 persen. 2.3.1.2. Angka Harapan Hidup Umur harapan hidup waktu lahir sangat berpengaruh pada umur harapan hidup waktu lahir sangat berpengaruh pada penurunan kematian bayi. Oleh karena itu umur harapan hidup sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin kenaikan angka harapan hidup pada waktu lahir dan penurunan AKB. Meningkatnya umur harapan hidup secara. tidak. langsung. juga. memberi. gambaran. tentang. adanya. peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Proyeksi umur harapan hidup waktu lahir di Provinsi Sulawesi. - 14 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(15) Tenggara tahun 2001 – 2020 ditunjukkan pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Proyeksi Umur Harapan Hidup di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 – 2011. Sumber : Sultra Dalam Angka Tahun 2011. Gambar 2.2. menunjukkan angka proyeksi umur harapan hidup penduduk. Provinsi. Sulawesi. Tenggara.. Tahun. 2007. umur. harapan. diproyeksikan sebesar 69,29 tahun dan tahun 2011 sebesar 70,01 tahun dengan rata-rata peningkatan 0,17 tahun. Angka tersebut masih rendah dari proyeksi umur harapan hidup nasional tahun 2011 yaitu 70,6 tahun. 2.3.1.3. Kematian Ibu Kematian Ibu juga merupakan indikator yang meggambarkan aspek kesejahteraan. Hal ini tidak hanya terkait dengan masalah kesehatan, juga masalah sosial ekonomi. Jumlah kasus kematian ibu dalam 5 tahun terakhir menunjukan penurunan yakni dari 92 kasus tahun 2007 menjadi 68 kasus tahun 2012.. Adapun kecenderungan penurunan setiap tahun seperti pada. Gambar berikut.. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 15 -.

(16) Gambar 2.3 Kecenderungan Kasus Kematian Ibu Tahun 2007-2012. Penyebab kematian ibu meliputi perdarahan sebesar 27,4%, eklamsia sebesar 38,3% dan sisanya adalah infeksi, serta penyakit lainnya yang tidak terdiagnosa. Secara rinci digambarkan pda grafik berikut. Gambar 2.4 Sebaran Kematian Ibu menurut Kabupaten/Kota dan Penyebabnya pada Tahun 2012. Pada gambar diatas juga menjelaskan bahwa penyumbang jumlah kematian ibu di Proinsi Sulawesi Tenggara pada Tahun 2012 yakni Kabupaten Kolaka sebanyak 15 kasus dan Kabupaten Buton sebanyak 12 kasus.. - 16 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(17) 2.3.1.4. Kematian Anak Pada tahun 1991, angka kematian balita (AKABA) mencapai 97 kematian per 1.000 kelahiran hidup; pada tahun 2002/2003 angka kematian tersebut jauh menurun menjadi 46 kematian per 1.000 kelahiran hidup;. pada tahun 2007 turun menjadi 44 kematian per 1.000 kelahiran. hidup dan pada tahun 2012 menjadi 43 per 1000 KH (SDKI). Saat ini, Angka Kematian Balita di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 62 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007), menurun menjadi 55 per 1000 KH pada Tahun 2012 (SDKI, 2012). Angka tersebut jauh lebih tinggi dari angka nasional, tetapi lebih rendah dibanding dengan Sulawesi Tengah sebesar 69 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007) dan 85 per 1000 KH Tahun 2012 (SDKI 2012). Angka kematian bayi (AKB) di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 41 per 1000 KH (SDKI, 2007) dan 45 per 1000 KH Tahun 2012 (SDKI, 2012). Angka tersebut jauh lebih tinggi dari angka nasional yakni 34 per 1000 KH dan 34 per 1000 KH. Kondisi ini merupakan salah satu akibat dari rendahnya kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta keadaan gizi. Jumlah kasus kematian bayi cenderung menunjukan penurunan dari 518 kasus. tahun 2007 menjadi 209 kasus tahun 2012, begitu pula. kematian anak balita juga cenderung menurun yakni dari 151 kasus tahun 2007 menjadi 89 kasus tahun 2012. Secara rinci penurunan dari tahun ke tahun ditunjukan pada Gambar berikut. Gambar 2.4 Kecenderungan Kasus Kematian Anak Tahun 2007-2012. Kasus Kematian Bayi 518. 151. 422 141. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Sultra 2013-2018 Th Prov. 2007 Th 2008. Kasus Kematian anak Balita 518. 212. 487. 429. 250. - 2010 Th 2009- 17 Th. 126 Th 2011. 2. 8. Th2012.

(18) Berbagai faktor penyebab kematian anak diantaranya penyakit ISPA, Pneumono, Diare, Campak, Kelainan saluran pencernaan dan lainnya. Sebab-Sebab Kematian Bayi. Sebab-Sebab Kematian Anak Balita. 2.3.1.5. Persentase Balita Gizi Buruk Keadaan. gizi. berdasarkan. indikator. BB/U. menjelaskan. bahwa. persentase balita kekurangan gizi (gizi kurang + Gizi buruk) pada tahun 2010 mencapai 22,8 %, lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional sebesar 17,9%. Persentase balita gizi buruk di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 6,5 % lebih tinggi dibanding angka nasional sebesar 4,9 %. Demikian juga prevalensi gizi kurang sebesar 16,3 % masih lebih tinggi dengan angka nasional sebesar 15,0 %. Bila dilihat dari jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan oleh Petugas Gizi. di Puskesmas,. juga. menunjukan tren. penurunan. yang. sangat. bermakna, yakni dari 2662 kasus tahun 2007 menjadi 327 kasus tahun 2012. Adapun kecenderungan kasus dari tahun ke tahun disajikan pada gambar di bawah ini :. - 18 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(19) Gambar 2.5 Perkembangan Kasus Gizi Buruk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2012. Sumber Data : Laporan Kasus Gizi Buruk Kabupaten/Kota 2007 – 2012. 2.3.1.6. Angka Kesakitan 2.3.1.6.1. Penyakit Menular Penyakit menular yang menjadi perhatian serius di Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu penyakit Malaria, TB paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Kusta, penyakit menular yang dapat dicegah dengan. imunisasi. (PD3I),. penyakit. potensial. KLB. (wabah),. Rabies,. Filariasis, dan Frambusia. 2.3.1.6.1.1. Malaria Pada tahun 2007 jumlah kasus 37.417 (API 0.79‰), tahun 2008 jumlah kasus 29.734 (API 0,30‰), namun di tahun 2009-2010 jumlah kasus cenderung menurun dari tahun 2009 jumlah kasus 28.372 (API 0,71‰), tahun 2010 jumlah kasus 28.205 (API 1,04‰) dan pada Tahun 2011 jumlah kasus yakni sebesar 32.039 (API 1,45‰) serta tahun 2012. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 19 -.

(20) kasus malaria yakni sebesar 29.457 (API 0,88‰). Angka kesakitan karena malaria pada tahun 2010 mengalami peningkatan disebabkan karena adanya kegiatan penguatan intensifikasi pengendalian malaria secara terpadu yang dimulai pada tahun 2010. Angka kesakitan Malaria dikatakan tinggi apabila angka Annual Parasite Insidens (API) > 5 per 1.000 penduduk, sedang apabila API 1-4 per 1.000 penduduk dan rendah apabila API < 1 per 1.000 penduduk. Jika diperhatikan API selama 5 tahun terakhir, terlihat bahwa angka kesakitan Malaria tertinggi di Sulawesi Tenggara terjadi peningkatan pada tahun 2010 dan 2011 yaitu 1,04‰ dan 1,45‰. Dengan demikian wilayah endemisitas malaria di Sulawesi Tenggara dan di kategori sedang dengan API 1-4 per 1.000 penduduk. Pada tahun 2012 angka kesakitan karena malaria mengalami penurunan dengan nilai API 0,88‰, dengan demikian wilayah endemisitas malaria di Sulawesi Tenggara di katagorikan rendah. Gambar 2.6 API Malaria di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007–2012. Sumber: Laporan Penemuan & Pengobatan Malaria Kab/Kota Tahun 2007-2012. Gambar 2.6. menunjukkan exponetial trendline API malaria tahun 2008 – 2011 cenderung mengalami peningkatan, namun pada tahun 2012 angka kesakitan karena malaria mengalami menurun. Oleh karena itu upaya program pengendalian penyakit malaria terus ditingkatkan dari semua level baik lintas program maupun lintas sektor sehingga program Eliminasi Malaria dapat tercapai di Sulawesi Tenggara pada tahun 2020 dengan nilai API > 1‰ dan Indonesia tahun 2030.. - 20 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(21) 2.3.1.6.1.2. TB Paru Penemuan kasus TB Paru/Case Detection Rate (CDR). dilakukan di. unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, Pustu, dan RS). Berdasarkan profil kesehatan kabupaten/kota CDR TB. Paru di Provinsi Sulawesi Tenggara. pada tahun 2011 penemuan kasus TB menunjukan peningkatan yakni dari 67,1% pada tahun 2010 menjadi 78,3% di tahun 2012. Dengan demikian CDR TB Paru sudah mencapai target yang ditetapkan, yaitu >70%. Gambaran CDR TB Paru di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2008 – 2012 ditunjukkan pada gambar 2.7. Gambar 2.7 CDR (Case Detection Rate) TB Paru di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008 – 2012. Sumber Profil Dinkes Prov. Sultra Tahun 2007 – 2012. Gambar 2.6 menunjukkan exponential trendline CDR TB Paru di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007–2012 cenderung meningkat. Diharapkan efektivitas penjaringan kasus TB Paru dapat terus ditingkatkan sehingga semakin banyak kasus yang dapat ditemukan, maka pemutusan rantai penyebarannya akan semakin cepat. 2.3.1.6.1.3. HIV/AIDS Kegiatan penemuan kasus HIV/AIDS di Sulawesi Tenggara sampai tahun 2010 dilaksanakan melalui kegiatan zero survei terhadap kelompok berisiko, baik yang berisiko tinggi maupun rendah, tetapi tahun 2011 penemuan kasus telah menggunakan metode VCT dan PITC dengan berfungsinya. jejaring. rujukan. rumah. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. sakit. di. Sulawesi. - 21 -. Tenggara..

(22) Berdasarkan laporan program, jumlah penderita HIV/AIDS. tahun 2011. berjumlah 53 kasus dan tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 102 kasus yang terdiri dari 39 kasus HIV dan 63 kasus AIDS. Perkembangan jumlah kasus dari tahun ke tahun cenderung mengalami. peningkatan.. Jumlah. kasus. HIV/AIDS. tahun. 2007–2011. ditunjukkan pada gambar 2.7. Gambar 2.8 Jumlah Kasus HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 – 2012. Sumber : Profil Dinas Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2007-2012. Gambar 2.6 menunjukkan, kasus HIV/AIDS tahun 2007 berjumlah 18 kasus, tahun 2008 berjumlah 10 kasus, tahun 2009 berjumlah 14 kasus, tahun 2010 berjumlah 14 kasus, tahun 2012 sebanyak 102 kasus.. tahun 2011 berjumlah 53 kasus dan Berdasarkan exponensial trendline. jumlah penemuan kasus AIDS cenderung meningkat dibandingkan dengan kasus HIV, dengan demikian dalam waktu jangka panjang peningkatan penemuan kasus HIV akan disertai dengan penurunan jumlah kasus AIDS, hal ini terjadi karena tingkat kesadaran masyarakat populasi risiko tinggi untuk memeriksakan status HIV nya lebih baik karena sejalan dengan semakin meningkatnya pengetahuan komprehensif HIV-AIDS di kalangan populasi risiko tinggi maupun risiko rendah. Deteksi kasus HIV secara dini yang dilakukan perawatan dukungan serta pengobatan secara langsung menekan terjadinya peningkatan kasus AIDS. Peningkatan serta lebih intensifnya kegiatan mobile VCT. pada. kalangan populasi risiko tinggi adalah cara yang terbaik dalam penemuan. - 22 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(23) kasus secara dini untuk mencegah penularan lebih luas pada populasi umum. 2.3.1.6.1.4.Kusta Angka Prevalensi Kusta di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 dilaporkan sebesar 1,45 per 10.000 penduduk (lebih tinggi dari target nasional < 1 per 10.000 penduduk). Total kejadian kasus tahun 2011 berjumlah 331 penderita yang terdiri dari laki-laki 198 penderita, perempuan 133 penderita. Dari 331 penderita kusta. tahun 2011 terdiri. dari 36 penderita kusta type PB (Pausi Basiler) dan 295 penderita type MB (Multi Basiler). Dari 36 kasus type PB 33 kasus (93,94%) diantaranya dinyatakan telah selesai melakukan pengobatan tepat waktu (RFT=Release from Treatment) dan dari 295 penderita type MB, 189 penderita (87,50%) diantaranya juga dinyatakan (RFT). Berdasarkan data tersebut tahun 2011 RFT Kusta Provinsi Sulawesi Tenggara belum mencapai target yang telah ditetapkan (> 90%) khususnya pada type MB. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, prevalensi penderita Kusta tahun 2007–2011 cenderung berfluktuasi. Tahun 2007 (1,5), tahun 2008 (1,33), tahun 2009 (1.33), tahun 2010 (1,50) dan tahun 2011 (1,45). Gambaran Prevalensi penyakit Kusta ditunjukkan pada gambar 2.8. Gambar 2.9 Prevalensi Penderita Kusta per 10.000 penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 – 2011 1,5. 1,5. 1,5. 1,33. 1,45. 1,33. 1. 1. 1. 1. 1. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 1. 0,5. 0. KUSTA. Sumber : Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2011. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. TARGET. - 23 -.

(24) Gambar 2.7 menunjukkan prevalensi Kusta di Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun 2007–2011 belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu < 1/10.000 penduduk. Kurun waktu. 2007–2011, angka prevalensi penyakit kusta secara. nasional juga belum menunjukkan penurunan, tahun 2007 sebesar menjadi 1,05 per 10.000 penduduk, tahun 2008-2009 menurun menjadi 1,33 per 10.000 penduduk, tahun 2010 terjadi peningkatan menjadi 1,5 per 10.000 penduduk dan tahun 2011 mengalami penurunan dengan angka prevalensi 1,45 per 10.000 penduduk. Dengan demikian prevalensi kusta di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007 – 2011 masih di atas prevalensi kusta secara nasional. 2.3.2. Cakupan Pelayanan Kesehatan 2.3.2.1. Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan 1). Sarana dan Prasarana Kesehatan Bila dilakukan pengelompokan bahwa jenis sarana pelayanan kesehatan dimaksud dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) yakni fasilitas pelayanan kesehatan rujukan dalam hal rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling) dan fasilitas pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM).. a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan Keadaan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan di Provinsi Sulawesi Tenggara secara kuantitatif menunjukan peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat pada beberapa jenis sarana pelayanan kesehatan misalnya saja pada tahun 2012 jumlah sakit sebanyak 25 unit lebih banyak dibanding tahun 2007 sebanyak 21 Rumah Sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan di Kabupaten/ Kota. Rumah Sakit Umum Provinsi sebagai pusat rujukan tertinggi berkembang pesat dan pada saat ini sedang tahap pembangunan gedung baru (relokasi) yang direncanakan akan mulai dimanfaatkan pada tahun 2012. Jumlah tempat tidur yang tersedia juga menunjukan peningkatan yakni dari 1032 TT tahun 2007 menjadi 2987 TT tahun 2012.. - 24 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(25) Tabel 2.3. Perkembangan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2012 No. Sarana Kesehatan. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. 16. 20. 20. 21. 25. 25. Perubahan Jumlah 9. Persen 56,25. 4. Jumlah RS. 2. Rumah Sakit Jiwa. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 0. 0. 3. Jumlah TT. 1032. 1163. 141. 1607. 1811. 2.987. 1955. 189,44. Jumlah TT Kls III. 660. 710. 799. 908. 943. 1.081. 421. 63,79. Indikator yang digunakan untuk menilai ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan meliputi ratio posyandu persatuan balita, ratio Puskesmas, poliklinik dan Pustu persatuan penduduk dan ratio Rumah Sakit Persatuan Penduduk. Tabel 2.4 Perkembangan Ratio Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2012 No. Sarana Kesehatan 1. 2. 3. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. Jumlah RS. 16. 20. 20. 21. 25. 25. Ratio per 150.000 pddk. 1,2. 1,5. 1,5. 1,54. 1,7. 1,7. 1032. 1163. 141. 1607. 1811. 2.987. Ratio terhadap 1500 pddk. 0,8. 0,9. 1. 1,1. 1,2. 2,04. Jumlah TT Kls III. 660. 710. 799. 908. 943. 1.081. Rasio terhdp 1500 pddk sasaran jamkesmas + Bahteramas. 0,7. 0,7. 0,8. 0,9. 1. 1,42. Jumlah TT. Hal yang menarik adalah pengembangan sistem rujukan antara regional. Bila akses rujukan yang dilakukan mengikuti alur transportasi secara regional, hal ini akan berdampak terhadap resiko yang sangat besar terhadap kematian. Sehubungan dengan pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan rujukan, telah dilakukan regionalisasi penataan sistem rujukan. Dalam penataan tersebut dijelaskan bahwa dengan mempertimbangkan kondisi geografis, dimana sebanyak 8 Kabupaten kota berada. berada di jazirah Sulawesi dan sebanyak 6 kabupaten kota. merupakan kepulauan, maka penguatan fasilitas kesehatan rujukan direncanakan sebagai berikut: a). Pelayanan kesehatan rujukan dari Pustu – Puskesmas – Puskesmas Rawat Inap di setiap kabupaten kota berada di RSUD Kabupaten Kota;. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 25 -.

(26) b). Berdasarkan pertimbangan kondisi geografis, dan ketersediaan transportasi, maka untuk mendukung pelayanan rujukan di wilayah kepulauan direncanakan akan dikembangkan RSU Raha Type C di Kabupaten Muna untuk menyangga rujukan dari wilayah Kabupaten Buton Utara. RSU Baubau Type C untuk menyangga rujukan pasien dari wilayah Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Buton. Demikian juga untuk menyangga rujukan pasien dari Kabupaten Kolaka Utara dan Kabupaten Bombana direncanakan pada BLUD RSU Benyamin Guluh Kab. Kolaka Type C. c). Rujukan tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah BLUD RSU Provinsi type B Non Pendidikan, yang berada di Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Rumah sakit ini. dapat. diakses oleh seluruh Kabupaten/Kota. Adapun gambaran kondisi. sistem rujukan di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat Gambar berikut.. No. Nama RS Rujukan. 1. RSU BLUD Prov. Sultra. 1. RegeonaL BLUD RSUD Prov. Sultra dan RSUD Abunawas. - 26 -. Lokasi. RS Kab/Kota yang diampuh Rujukan Provinsi Kendari 1. Regeonal RSUD Abunawas Kota Kendari 2. Regeonal RSUD Kota BauBau 3. Regeonal RSUD Kab Muna 4. Regeonal BLUD RSU Benyamin Guluh Kab. Kolaka 5. Regeonal RSUD Unaaha Rujukan Regional Kendari 1. Sebagian Wilayah RSUD Unaaha. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. Jumlah Penduduk 2.307.618 Jiwa. 757.386 Jiwa.

(27) No. Nama RS Rujukan. 2. Regeonal RSUD Kota BauBau. 3. Regeonal RSUD Kabupaten Muna Regeonal BLUD RSU Benyamin Guluh Kab. Kolaka. 4. 5. Lokasi. BauBau. Raha Kolaka. Regeonal BLUD RSU Unaaha. Unaaha. RS Kab/Kota yang diampuh 2. Sebagian wilayah SUD Bombana 3. Sebagian wilayah RSUD Kabupaten Konawe Utara 4. Sebagian wilaytah RSUD Konawe Selatan 5. RS Palang Merah 6. Sebagian Wilayah RSUD Buton Utara 7. RSUD Kab Konawe Kepulauan 8. RS Aliyah Kendari 9. RS Dewi Sartika 10. RS Permata Bunda 11. RS Hati Mulia 12. RS Griya Husada 13. RS Sarlina Saff 1. RSUD Kab Wakatobi 2. RSUD Kab Buton 3. RS Bhayangkara BauBau 4. Sebagian Wilayah RSUD Kab Buton Utara 5. Sebagian Wilayah RSUD Kab Bombana 6. RS Murhum 7. RS BHakti Medika 1. Sebagian wilayah RSUD Kab. Buton Utara 1. RSUD Kab. Kolaka Utara 2. RS Antam Pomalaa 3. Sebagian wilayah RSU Bombana 4. Sebagian Wilayah RSU Kab Koltim 5. RSIA Mekongga 1. Sebagian wilayah RSUD Kabupaten Kolaka Timur 2. Sebagian wilayah RSU Kab Konut 3. Sebagian wilayah RSU Kab. Konsel 4. RS Sakinah Idaman. Jumlah Penduduk. 506.428 Jiwa. 329.711 Jiwa 460.513 Jiwa. 377.357 Jiwa. b. Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar Sejalan. dengan. tuntutan. masyarakat. dalam. akses. pelayanan. kesehatan,. penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar juga menunjukan perkembangan. Jumlah Puskesmas Perawatan tahun 2007 sejumlah 63 unit meningkat menjadi 75 unit pada tahun 2012. Puskesmas non perawatan juga mengalami peningkatan dari 144 Unit tahun 2007 menjadi 177 unit pada 2012. Begitu pula Puskesmas keliling juga mengalami peningkatan dari 89 unit tahun 2007 menjadi 207 unit tahun 2012. Tabel 2.5. Perkembangan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2012 No. Sarana Kesehatan. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. Perubahan Jumlah. Persen. 1. Jumlah Puskesmas. 172. 207. 223. 240. 252. 252. 80. 46,51. 2. Jumlah Puskesmas Pembantu. 471. 589. 586. 491. 499. 499. 28. 5,94. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 27 -.

(28) Berdasarkan hasil evaluasi, kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan kinerja yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat Rasio Puskesmas per 30000 penduduk yang cenderung semakin baik yakni dari setiap 12.000 satu Puskesmas menjadi 7.500 orang setiap Puskesmas. Begitu pula bila dibandingkan dengan standar menurut Kementerian Kesehatan RI (1 : 30.000 penduduk) dapat dijelaskan bahwa ketersediaan Puskesmas bukan merupakan hambatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Perkembangkan rasio Puskesmas persatuan penduduk menunjukan penikangkatan pesat yakni dari 2,5 persatuan penduduk tahun 2007 menjadi 3,34 persatuan penduduk tahun 2012. Tabel 2.6. Perkembangan Ratio Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2012 No 1. 2. Sarana Kesehatan. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. Jumlah Puskesmas. 172. 207. 223. 240. 248. 252. Rasio Puskesmas per 30.000 pddk. 2,5. 2,99. 3,16. 3,2. 3,34. 3,34. Jumlah Puskesmas Pembantu. 471. 589. 586. 491. 499. 499. Rasio Pustu per 10.000 pddk. 2,32. 2,8. 2,7. 2,2. 1,9. 1,9. Adapun distribusi Puskesmas menurut Kabupaten/Kota dijelaskan seperti pada Tabel berikut. Tabel 2.7. distribusi Puskesmas menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 Jenis Puskesmas No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12. - 28 -. KAB/KOTA BUTON MUNA KONAWE KOLAKA KONAWE SELATAN BOMBANA WAKATOBI KOLAKA UTARA KONAWE UTARA BUTON UTARA KOTA KENDARI KOTA BAU-BAU Jumlah. Perawatan. Non Perawatan. Jumlah. 16 6 4 6 9 6 7 7 2 4 5 3 75. 16 30 26 15 13 16 12 9 11 5 10 14 177. 32 36 30 21 22 22 19 16 13 9 15 17 252. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(29) Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi ketersediaan sarana Prasarana pelayanan kesehatan di Puskesmas, dapat dijelaskan bahwa dari 252 Puskesmas yang dikategorikan baik sebanyak 162 unit (64,3%). Di samping ratio sarana pelayanan kesehatan terhadap penduduk, ketersediaan sarana juga dapat diukur dari cakupan terhadap wilayah. Cakupan. puskesmas. memberikan. gambaran. ketersediaan. pelayanan. kesehatan dasar masyarakat di dalam 2-3 wilayah desa/kelurahan. Indikator yang digunakan adalah disetiap 2 -3 desa diharapkan terdapat 1 unit Puskesmas Pembantu. Puskesmas. pembantu adalah jejaring Puskesmas. dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Berdasarkan hasil evaluasi data. dalam. kurun. waktu tahun. 2007-2012, diperoleh. gambaran bahwa cakupan Puskesmas Pembantu sebesar 28,1% tahun 2009 dan 21,2% tahun 2011. Hal ini seperti dijelaskan pada Gambar berikut. Gambar. 2.9 Cakupan Puskesmas Pembantu Tahun 2009-2011 di Provinsi Sulawesi Tenggara. Ratio. desa/kelurahan. terhadap. Puskesmas. Pembantu. sebesar. 3-5. desa/kelurahan, yang artinya bahwa setiap Puskesmas Pembantu memiliki wilayah Kerja 3-5 desa/kelurahan. c. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Disamping sarana pelayanan kesehatan rujukan dan pelayanan kesehatan dasar, upaya pendekatan pelayanan kesehatan terus dilakukan melalui Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat. Keberhasilan pengembangan UKBM juga dapat dilihat dengan semakin tahun jumlah UKBM semakin bertambah. Pada tahun 2007 jumlah Polindes dan Poskesdes sebanyak 536 unit bertambah menjadi 896 unit pada tahun 2011. Begitu pula jumlah Posyandu aktif juga bertambah yakni dari 2241 unit pada tahun 2007 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 29 -.

(30) menjadi 2869 Unit tahun 2011. Pada gambar di bawah ini dapat dilihat perkembangan UKBM di Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 2007 hingga 2011.. Perkembangan UKBM 3000. 2701. 2876. 2822. 2869. 2241. 2500 2000 1500 1000. 536. 500 0. 2007. 902. 896. 2009. 2010. 2011. Polindes+Poskesdes. Posyandu. 755 414. 2008. Jumlah UKBM pada Tahun 2012 (September 2012) sebanyak 3.715 unit, yang terdiri dari Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) sebanyak 757 unit, Pos Kesehatan Pesantren sebanyak 21 unit, Posyandu sebanyak 2891, Pos Obat Desa sebanyak 15 unit dan Pos Usaha Kesehatan Kerja (UKK) sebanyak 31 unit. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat. Posyandu merupakan entry point keterlibatan masyarakat dalam pelayanan kesehatan. Di. Provinsi. Sulawesi. Tenggara. ratio. Posyandu terhadap Desa adalah 1,36, yang artinya terdapat Desa yang memiliki sampai 2 (dua) Posyandu. Bila dibandingkan dengan jumlah Balita dapat dijelaskan bahwa rata-rata setiap Posyandu memiliki 86 – 89 balita atau dengan kata lain bahwa sampai dengan tahun 2012 ratio Posyandu per 1.000 balita 12. Pencapaian ini sudah cukup baik, karena dalam satu Posyandu idealnya 100 orang balita. Dengan demikian indeks ratio capaian kinerja sudah di atas >100.. - 30 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(31) Tabel 2.8. Ratio Posyandu Per 1.000 Balita dalam Kurun Waktu 2007-2012 Provinsi Sulawesi Tenggara Indikator. Ratio Posyandu terhadap balita (per 1000). Adapun. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. Posyandu. 2.701. 2.701. 2.822. 2.876. 2.869. 2.869. Jumlah Balita. 231.987. 232.286. 237.048. 247.346. 249.603. 255.341. Ratio. 11,6. 11,6. 11,9. 11,6. 11,5. 11,2. ketersediaan. sarana. pelayanan. kesehatan. kesehatan. di. Pelayanan. Kesehatan. Di. desa/Kelurahan disajikan pada Tabel berikut. Tabel 2.14.. Gambaran ketersediaan Sarana Desa/Kelurahan Tahun 2010. 2.3.2.2. Tenaga Kesehatan 2.3.2.2.1. Ratio Medis persatuan penduduk Keberadaan tenaga medis merupakan faktor yang sangat utama penting dalam pelayanan kesehatan. Tenaga medis yang dimaksudkan adalah dokter, dokter spesialis dan dokter gigi. Jumlah tenaga yang bekerja di pelayanan kesehatan terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2007 jumlah tenaga kesehatan sebanyak 3.851 orang menjadi 7.941 tahun 2012, terjadi penambahan sebanyak 4090 orang (106,21%). Persentase Penambahan yang paling besar adalah tenaga bidang (239,12%) dan tenaga farmasi sebesar 203,82%, dokter gigi 125,86% dan dokter umum sebesar 112,38%. Perkembangan jumlah Tenaga Kesehatan di Sulawesi Tenggara disajikan pada Tabel berikut. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 31 -.

(32) Tabel.2.11.Perkembangan. Tenaga Kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun. 2007-2012. N o. Tenaga Kesehatan. 1. Jumlah Spesialis. Dokter. 2. Jumlah Dokter Umum. 3. Jumlah Dokter Gigi. 4 5. Jumlah Perawat Jumlah Bidan. 6. Pencapaian. Perubahan. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. 47. 51. 54. 60. 70. 75. 28. 59,57. 202. 300. 299. 352. 444. 429. 227. 112,38. Jumlah. %. 58. 78. 77. 85. 131. 131. 73. 125,86. 2.017 662. 3.069 1.144. 2.999 1.244. 3.153 1.500. 3.349 1.779. 3.531 2.245. 1514 1583. 75,06 239,12. Jumlah Tenaga Farmasi dan Apoteker. 157. 124. 155. 199. 477. 477. 320. 203,82. 7. Jumlah Ahli Gizi. 385. 443. 507. 576. 581. 583. 198. 51,43. 8. Jumlah Tenaga Sanitasi. 323. 421. 491. 489. 464. 470. 147. 45,51. Sehubungan dengan ketersediaan tenaga kesehatan dapat dijelaksan melalui indikator seperti berikut pada Tabel Berikut. Tabel.2.12.Ratio Tenaga Medis di Provinsi Sulawesi Tenggara per 100.000 penduduk tahun 2007-2012. No. Tenaga Kesehatan. 1. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. 47. 51. 54. 60. 70. 75. Rasio Dokter Spesialis (4 Per-100.000 Penduduk). 2,31. 2,4. 2,55. 2,69. 3,07. 3,2. Jumlah Dokter Umum. 202. 300. 299. 352. 444. 429. Rasio Dokter (25 Per-100.000 Penduduk). 9,94. 14,4. 14,12. 15,77. 19,5. 19,6. 58. 78. 77. 85. 131. 131. 2,31. 3,75. 3,63. 3,81. 5,75. 5,75. Jumlah Dokter Spesialis. 2. 3. Pencapaian 2007. Jumlah Dokter Gigi Rasio Dokter Gigi (6 Per100.000 Penduduk). Pada tabel juga dijelaskan bahwa ratio tenaga medis di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan peningkatan yakni dokter spesialis dari 2,31 tahun 2007 menjadi 3,2 tahun 2012, dokter umum dari 9,94 tahun 2007 menjadi 19,6 per 100.000 pddk tahun 2012, dokter gigi meningkat dari 2,31 tahun 2007 menjadi 5,75 per 100.000 pddk tahun 2012. Capaian tersebut memberikan gambaran, bahwa. masih. kesehatan. - 32 -. yang. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. ada. fasilitas. belum. pelayanan. memiliki. tenaga.

(33) dokter. Kondisi ini tentunya akan menjadi hambatan di masa yang akan datang khususnya persiapan menyongsong SJSN tahun 2014. 2.3.2.2.2. Ratio Tenaga Kesehatan persatuan Penduduk Keberadaan tenaga kesehatan di luar tenaga medis juga sangat dibutuhkan, tenaga medis tanpa ditunjang tenaga para medis (tenaga kesehatan) tidak akan dapat bekerja secara optimal. Di bawah ini disajikan tentang ratio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk pada Tabel 2.12. Tabel 2.3 Ratio Tenaga Kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2007-2011. No. Tenaga Kesehatan. 1. Jumlah Perawat Rasio Perawat (158 Per-100.000 Penduduk) Jumlah Bidan Rasio Bidan (75 Per100.000 Penduduk) Jumlah Tenaga Farmasi dan Apoteker Rasio Tenaga Kefarmasian (28 Per100.000 Penduduk) Jumlah Ahli Gizi Rasio Ahli Gizi (25 Per-100.000 Penduduk) Jumlah Tenaga Sanitasi Rasio Tenaga Sanitarian (30 Per100.000 Penduduk). 2 3. 4. 5. 2007 2.017 99,3. 2008 3.069 147. Pencapaian 2009 2010 2.999 3.153 141,6 141,2. 2011 3.349 147. 2012 3.531 161. 662 32,6. 1.144 55,4. 1.244 58,7. 1.500 67,2. 1.779 78,1. 2.245 102. 157. 124. 155. 199. 477. 477. 2,7. 2,6. 4,1. 6,1. 20,9. 20,9. 385 19. 443 21,3. 507 23,9. 576 25,8. 581 25,5. 433 19,8. 323. 421. 491. 489. 464. 370. 15,9. 29,3. 23,2. 21,9. 20,4. 16,9. Pada tabel dijelaskan bahwa beberapa jenis. tenaga. dibutuhkan. kesehatan yakni. masih. sangat. ratio. tenaga. keperawatan per 100.000 penduduk baru mencapai 147. standar 158 per 100.000. pddk, tenaga kefarmasian 20,9 standar 25. per. 100.000. pddk.. Rasio. Tenaga. sanitarian per 100.000 penduduk baru mencapai 20,4 standar 30,0 per 100.000 pddk. Sedangkan tenaga kesehatan yang lainnya yakni Ahli Gizi,. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 33 -.

(34) dan Bidan dan Tenaga Kesehatan Masyarakat sudah melebih standar kebutuhan. 2.3.2.2.3. Cakupan Program Kesehatan Ibu Untuk. mengetahui. keberhasilan. pelayanan. kesehatan. ibu,. ada. beberapa indikator yang cakupan kunjungan ibu hamil (ANC), cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, cakupan penanganan komplikasi kebidanan, cakupan pelayanan ibu nifas dan cakupan peserta KB aktif (CPR). Berdasarkan hasil evaluasi dalam 5 terakhir (2007-2012) kinerja capaian program dapat dikategorikan baik yakni antara 80-100. Di sisi lain, beberapa indikator menunjukan kecenderungan peningkatan cakupan. Pada tabel berikut disajikan target, capaian dan indeks ratio capaian program Kesehatan Ibu Tahun 2007-2012. Tabel 4.7. Cakupan Program Kesehatan Ibu Tahun 2007-2012 Provinsi Sulawesi Tenggara No. Tahun. Indikator. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. 82. 84. 86. 88. 90. 92. Capaian. 70,75. 75,76. 84,32. 85,87. 82,09. 80,21. Ratio. 86,28. 90,19. 98,05. 97,58. 91,21. 87,2. Target. 25. 30. 35. 40. 45. 67. Capaian. 21,49. 29,14. 11,91. 25,43. 46,83. 49,59. Ratio. 85,96. 97,13. 34,03. 63,58. 104,0 7. 74. Target. 84. 85. 86. 87. 88. 88,5. Capaian. 71,45. 80,38. 84,32. 85,87. 89,03. 77,45. Ratio. 85,06. 94,56. 98,05. 98,70. 101,1 7. 87,5. Target. 83. 84. 85. 86. 87. 88,85. Capaian. 74,89. 58,32. 64,07. 84,38. 83,77. 77,45. Ratio. 90,23. 69,43. 75,38. 98,12. 96,29. 87,5. Target. 17. 26. 35. 44. 54. 68. Capaian. 33,79. 62,53. 50,98. 35,03. 42,43. 70,85. Ratio. 198,76. 240,50. 145,66. 79,61. 78,57. 104,2. Target 1. 2. 3. 4. 5. Cakupan kunjungan ibu hamil K4. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Cakupan pelayanan Ibu Nifas. Cakupan peserta KB aktif. Cakupan pelayanan ibu hamil berkualitas (K4) meningkat dari 70,75% tahun 2007 menjadi 80,21% tahun 2012. Begitu pula cakupan pertolongan. - 34 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(35) persalinan. oleh. tenaga. kesehatan,. pelayanan. ibu. nifas,. penanganan. komplikasi dan peserta KB aktif juga menunjukan peningkatan. 2.3.2.2.4. Program Kesehatan Anak Program kesehatan anak pada prinsipnya meliputi kegiatan pelayanan neonatal, kegiatan pelayanan kesehatan bayi, kegiatan pelayanan kesehatan balita. Sehubungan dengan hal tersebut, maka indikator untuk menilai keberhasilan program kesehatan anak meliputi cakupan kunjungan neonatal, cakupan penanganan neonatal komplikasi, cakupan kunjungan bayi, cakupan pelayanan kesehatan anak balita dan cakupan penjaringan SD dan setingkat. Hasil evaluasi dalam kurun waktu 2007-2012, menunjukan peningkatan capaian setiap indikator. Hal ini seperti pada tabel berikut. Tabel 4.8.. No. Cakupan Program Kesehatan Anak Tahun 2007-2012 Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun. Indikator. 2007 Target. 1. Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1). 3. Cakupan pelayanan anak balita. 88. 90. Capaian. 82,59. 78,47. 79,47. 86,35. 91,43. 88,12. Ratio. 98,32. 92,32. 92,41. 99,25. 15. 18. 21. 24. 38. 21,02. 5,00. 14,76. 6,21. 10,12. 34,21. 67. 33,33. 82,00. 29,57. 42,17. 90,03. 31,4. 83. 84. 85. 86. 87. 90. Capaian. 69,58. 56,19. 76. 85,62. 90,69. 89,25. Ratio. 83,83. 66,89. 89,41. 99,56. 58. 62. 66. 70. 74. 83. Capaian. 35,40. 37,2. 40,36. 66,70. 65,40. 54,71. Ratio. 61,03. 60,00. 61,15. 95,29. 88,38. 65,9. 24. 28. 32. 36. 51. 80. Capaian. 15,60. 15,6. 18,7. 21,70. 50,33. 80,8. Ratio. 65,00. 55,71. 58,44. 60,28. 98,69. 101. Capaian. Target 6. Cakupan penjaringan SD dan setingkat. 2012. 87. Target 5. 2011. 86. Target Cakupan kunjungan bayi. 2010. 85. Ratio. 4. 2009. 84. Target Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani. 2008. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 35 -. 103,90. 104,24. 97,9. 99,2.

(36) Kunjungan neonatal lengkap menunjukan peningkatan yakni. 74,89%. tahun 2007 menjadi 87,71% tahun 2012. Begitu pula cakupan penanganan komplikasi walaupun belum mencapai target, tetapi capaiannya cenderung meningkat. 4). Cakupan Pelayanan Gizi Kegiatan program perbaikan gizi difokuskan dalam rangka pencapaian indikator utama program perbaikan gizi yang meliputi cakupan pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu, dan cakupan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan. Kedua indikator tersebut merupakan indikator utama dalam kegiatan program gizi.. Hal ini seperti dijelaskan pada tabel. berikut. Tabel 2.13.. No 1. 2. Cakupan indikator Pelayanan Gizi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007-2012 Tahun. Indikator Cakupan Pemantauan Pertumbuhan Balita. Target. Cakupan Balita Gizi Buruk yang di rawat. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. 50. 55. 60. 65. 70. 75. Capaian. 51,6. 48,4. 45,9. 66,7. 70,3. 67,4. 103,20. 88,00. 76,50. 102,62. 100,43. 89,87. Target. 100. 100. 100. 100. 100. 100. Capaian. 100. 100. 100. 100. 100. 100. 100,00. 100,00. 100,00. 100,00. 100,00. 100,00. Ratio. Ratio. Cakupan pemantauan pertumbuhan balita walaupun ratio capaian kinerja menunjukan penurunan dari 103,2% pada. tahun 2012. menjadi 89,87% pada tahun 2012, tetapi pencapaian. cakupan. indikator. ini. menunjukan peningkatan yakni dari 51,6% tahun 2007 menjadi 67,4% tahun 2012. Sedangkan cakupan balita gizi buruk yang dirawat, ratio capaian kinerjanya sangat baik yaitu 100. Hal ini menunjukan bahwa penderita gizi buruk yang ditemukan semuanya dirawat.. - 36 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(37) 5). Program Pengendalian Penyakit a) Cakupan Pelayanan Imunisasi Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia Subur/Ibu Hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1: DPT dan kelas 2-3: TT). Imunisasi tambahan diberikan atas dasar ditemukannya masalah seperti desa non UCI, potensial KLB, dan lainnya sesuai kebijakan teknis program. Dalam hal ini desa/kelurahan dikatakan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi telah mendapat imunisasi lengkap. Gambaran desa/ kelurahan UCI di Sulawesi Tenggara tahun 2007 – 2011 ditunjukkan pada gambar 2.11 Gambar 2.11 Pencapaian UCI di tingkat Desa/Kelurahan di Sulawesi Tenggara tahun 2007-2011. Gambar 2.11 menunjukkan cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2007 (72,98%), tahun 2008 (56,02%), 2009 (53,10%), tahun 2010 (51,92%) dan tahun 2011 (63,5%). Berdasarkan exponential trendline cakupan desa UCI di Provinsi Sulawesi Tenggara cenderung menurun, dan belum mencapai target yang telah ditetapkan (>80%). b).. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakt TBC BTA+ Indikator untuk evaluasi pelaksanaan. program P2 TB ada 3 (tiga). yaitu Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate, CDR); Angka Konversi. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 37 -.

(38) dan Angka Kesembuhan (Cure Rate, CR). Namun demikian, yang akan dievaluasi sebagai indikator kinerja kunci adalah penemuan kasus. Pada Gambar 2.12 dijelaskan bahwa cakupan penemuan kasus TB BTA+ berfluktuasi. Pada tahun 2009 terjadi penurunan dari 79% tahun 2007 menjadi 49%, kemudian menunjukan peningkatan menjadi 79% tahun 2012. Bila dianalisis dari aspek kinerja (rasio pencapaian) dapat dikatakan sudah cukup yakni 98,8%. Pada gambar berikut disajikan kecenderungan penemuan kasus TB BTA+ selama kurun waktu 2007-2012.. Gambar 2.12 Cakupan Penemuan Kasus TB BTA+ kurun waktu 2007-2012 Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja petugas kesehatan semakin meningkat dengan menemukan. sebanyak-banyaknya penderita yang. kemudian harus diobati sampai sembuh, terutama pada tahun 2011 dimana target yang diharapkan dapat tercapai, bahkan untuk tingkat Nasional Provinsi Sulawesi Tenggara menempati posisi 3 (tiga) besar. c). Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Kasus DBD di Provinsi Sulawesi Tenggara relatif cukup tinggi, ini ditunjukkan dengan IR yang masih di atas 20/100.000 penduduk, berturutturut sejak tahun 2007 ampai 2011 adalah 50,19; 50,4 ; 30,21, 45,27 dan 45,27 dengan angka CFR tertinggi pada tahun 2009 yaitu 1,73. 6). Program Kesehatan Lingkungan Keberhasilan pelaksanaan program penyehatan lingkungan diukur melalui kemampuan. - 38 -. masyarakat. mengakses. sanitasi. yang. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. baik.. Indikator. yang.

(39) digunakan diantaranya persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas, persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat. Adapun pencapaian indikator program kesehatan lingkungan disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.9. No. 1. 2. Cakupan Program Kesehatan Lingkungan. Tahun. Indikator. Presentase Penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas. Persentase Kualitas air minum yang memenuhi syarat. Secara. nasional. ahun 2007 – 2012. 2007 Target Capaian Ratio Target Capaian Ratio. kondisi. 2008. 2009. 2010. 75. 75. 44,77. 65,56. 0,60. 87,41. 83,47. 80. 80. 39,9 50. proporsi. 75. 2012. 75. 75. 62,62. 54,62. 83,47. 83,47. 72,8. 85. 90. 95. 95. 25. 25. 25. 25. 45,45. 31. 29. 28. 28. 47,84. 62,6. rumah. 75. 2011. 62,6. tangga. dengan. akses. berkelanjutan terhadap air minum layak perkotaan dan perdesaan pada 2010 mencapai 68,8%, meningkat dari 47,71% pada tahun 2009 (Susenas, 2009). Sedangkan kondisi proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak perkotaan dan perdesaan di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sebesar 67,3 %, dengan perincian di wilayah perkotaan sebesar 61.9% dan wilayah pedesan sebesar 72.7% (Riskesdas 2010). Capaian pelayanan air minum layak tersebut tergolong cukup baik di atas capaian pelayanan nasional. 7). Pelayanan Kefarmasian dan perbekalan kesehatan Pelaksanaan program pelayanan Kefarmasian dan Perbekalan kesehatan diukur dengan menggunakan indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin. Hasil evaluasi terhadap capaian kegiatan ini menunjukan penurunan. Kondisi ideal terjadi pada tahun 2010, dimana hampir tidak ada obat yang dimusnahkan. Adapun kecendeungan capaian indikator ini disajikan pada gambar berikut.. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 39 -.

(40) Gambar 4.5 Cakupan pelayanan Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2007-2012. 8). Program Pemberdayaan dan Promosi Kesehatan Pelaksanaan menggunakan. program. indikator. pemberdayaan. cakupan. masyarakat. peningkatan. Rumah. diukur. Tangga. dengan. ber-PHBS,. Pengembangan UKBM Posyandu dan pengembangan Desa Siaga. Hasil evaluasi menunjukan beberapa indikator menunjukan peningkatan cakupan. Hal ini seperti pada tabel berikut. Tabel 2.15. Cakupan Program Promkes Tahun 2007 – 2012. No. Indikator. Tahun 2007. 2008. 2009. 2010 2011 2012. 1. Prosentase Rumah Tangga Ber-PHBS. 19.73. 21.9. 26.4. 38.54 38.72. 47,1. 2. Pembentukan Desa Siaga (Komulatif). 130. 380. 1041. 1490 1666. 1666. 3. Prosentase Sekolah Dasar yang Mempromosikan Kesehatan. 0. 37.77. 37.95. 38.56 40.56. 4. Prosentase Posyandu Purnama dan Mandiri. 33.3. 35.5. 39.2. 36.1 49.48. 40,56 49,8. Capaian program Rumah Tangga ber-PHBS pada tahun 2008 sebesar 21,9 % dan pada tahun 2011 sebesar menjadi 38,72%, dengan sasaran target 70% pada tahun 2014. Terjadinya peningkatan Rumah Tangga BerPHBS dikarenakan adanya berbagai kegiatan seperti peningkatan kapasitas tenaga promosi puskesmas sebanyak 24 orang, penyebarluasan informasi PHBS melalui media cetak, elektronik dan penyuluhan langsung, pembinaan yang terintegrasi dengan lintas sektor, lintas program dan organisasi kemasyarakatan sampai ke tingkat tatanan paling bawah dengan dukungan Biaya Operasional Kesehatan di puskesmas.. - 40 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(41) Capaian Posyandu Purnama dan Mandiri pada tahun 2008 sebesar 35,5% meningkat menjadi 49,48 pada tahun 2011, dengan sasaran target 60% pada tahun 2014. Peningkatan ini dapat dicapai melalui Pembinaan dan pelatihan kader Posyandu, pertemuan Pokjanal Posyandu dan Revitalisasi Posyandu. Capaian program desa siaga secara kuantitas pada tahun 2008 sudah terbentuk sebanyak 380 desa (20,72%) dan pada tahun 2012 meningkat menjadi. 1.666 desa (83.3%). Sedangkan secara kualitatif baru mencapai. 10,94% dari desa siaga yang terbentuk dengan sasaran target 35 % pada tahun 2014.. Kegiatan yang dilakukan dalam mendukung pengembangan. desa siaga antara lain TOT kalakarya bagi fasilitator provinsi 1 orang, TOT bagi fasilitator kabupaten/kota 20 orang, TOT bagi fasilitator puskesmas 430 orang, pelatihan kader dan tokoh masyarakat dalam pengembangan desa siaga di 1.286 desa masing-masing 2 orang kader dan 1 tokoh masyarakat, penguatan kelembagaan forum desa siaga di provinsi dan kabupaten/kota, pembinaan puskesmas ke desa dan pertemuan koordinasi dalam rangka evaluasi pengembangan desa siaga. 6) Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah satu program prioritas pemerintah saat ini termasuk di Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil evaluasi menunjukan bahwa cakupan pelayanan kesehatan dasar masih jauh dari target. Hal ini seperti pada gambar berikut. Gambar 2.14 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Dalam Kurun Waktu 2007 – 2012. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 41 -.

(42) Pada. gambar. dijelaskan. bahwa. walaupun. cakupan. pelayanan. kesehatan rujukan bagi masyarakat miskin masih jauh di bawah target (100%), namun demikian cenderung menunjukan peningkatan yakni dari 5% tahun 2007 menjadi 53,38% tahun 2012. 13). Pembebasan Biaya Pengobatan (PBP) Bahteramas Anggaran yang digunakan untuk kegiatan pelayanan pembebasan biaya pengobatan pada tahun 2008 masih sangat terbatas yakni Rp. 428.449.085,-. Hal ini disebabkan pada tahun 2008, kegiatan pelayanan baru dilakukan mulai 1 September 2008 di RSUD Provinsi, sedangkan di kabupaten/kota belum diberlakukan. Pada tahun 2009, kegiatan pelayanan mulai diberlakukan di seluruh RS kabupaten/kota, dan jumlah anggaran yang. digunakan. sebanyak. Rp.. 1,087.467.992,-.. Kegiatan. pelayanan. semakin meningkat pada tahun 2010 tidak hanya di RS tetapi juga di Puskesmas, jumlah anggaran yang digunakan sebesar Rp. 3.129.016.271,-. Untuk tahun 2011, anggaran yang sudah dibayarkan mencapai Rp 4,506,632,996. Dengan demikian jumlah anggaran yang telah digunakan untuk program pembebasan biaya pengobatan hingga tahun 2011 ini mencapai Rp 9,151,260,344. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Anggaran Jamkesmas dan Program Pembebasan Biaya Pengobatan-Bahteramas. 80.000.000.000 70.000.000.000. Anggaran (Rp). 60.000.000.000 50.000.000.000 40.000.000.000 30.000.000.000 20.000.000.000 10.000.000.000 Jumlah (Rp) Bahtermas. 2008 33.809.046 428.449.08. 2009 46.188.598 1.087.467.. 2010 58.828.579 3.129.016.. 2011 71.240.330 4.506.326.. Jumlah sasaran program pembebasan biaya pengobatan meningkat dari 89.112 jiwa pada tahun 2008, menjadi 90.383 jiwa pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 bertambah menjadi 91.583 jiwa. Peningkatan ini merupakan penambahan quota sasaran yang juga mencakup anak-anak di Panti Asuhan, dan adanya quota kepesertaan di setiap rumah sakit. Pada. - 42 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(43) grafik di bawah ini dapat dilihat perkembangan kepesertaan jamkesmas dan pembebasan biaya pengobatan. Gambar 2.15 Kepesertaan Jamkesmas dan Pembebasan Biaya Pengobatan Tahun 2008-2011. 1.200.000. Jumlah Peserta. 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 Jamkesmas Bahteramas. 2008 1.144.447 89.112. 2009 1.144.447 89.112. 2010 1.144.447 90.383. 2011 1.144.447 91.583. Pada tahun 2008, pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas belum dilaksanakan, dan baru dimulai pada tahun 2009 dengan jumlah kunjungan sebanyak 794 kunjungan rawat jalan tingkat lanjut. Pada tahun 2010, terdapat 18,685 kunjungan rawat jalan tingkat lanjut dan 160 rawat inap tingkat lanjut. Sedangkan pada tahun 2011 menunjukkan kenaikan yang cukup pesat menjadi 43,354 RJTL dan 52 RITL. Sehingga total kunjungan. yang. memanfaatkan. pelayanan. kesehatan. melalui. program. pembebasan biaya pengobatan bahteramas di Puskesmas sejak tahun 2009 sampai tahun 2011 sudah mencapai 63.045 pasien. Untuk kunjungan pelayanan kesehatan yang menggunakan fasilitas pembebasan biaya pengobatan–bahteramas di seluruh RS di Sulawesi Tenggara sejak tahun 2008 sampai September 2011 sebanyak 12.853 kunjungan. Jumlah kunjungan pada tahun 2008-2009 sebanyak 4.142 kunjungan, sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 4.050 kunjungan. Kenaikan tersebut pada umumnya sebagai akibat dari semakin tersosialisasinya program ini di tengah masyarakat Sulawesi Tenggara. Pada grafik di bawah ini dapat dilihat perkembangan pelaksanaan pemanfaatan Jamkesmas dan Pembebasan Biaya Pengobatan-Bahteramas tahun 2008-2013.. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 43 -.

(44) Jumlah Kunjungan. Pemanfataan Jamkesmas dan Pembebasan Biaya Pengobatan-Bahteramas 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 RI-Jamkesmas RI-Bahtermas RJ-Jamkesmas RJ-Bahteramas. 2008 1.745 430 367.648 16.411. 2009 16.636 430 899.487 2.435. 2010 23.432 1.189 791.450 22.316. 2011 15.922 1.142 630.440 46.314. Ket: RI = Rawat Inap; RJ= Rawat Jalan. 2.3.3. Pengelolaan Keuangan 1). Gambaran Pengelolaan Keuangan Dinas Kesehatan sebagai unsur teknis pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara memberikan berkontribusi bagi pendapatan daerah. Kontribusi ini berupa restribusi jasa pelayanan kesehatan melalui Balai Laboratorium Kesehatan, restribusi jasa pemakaian kekayaan negara melalui Balai Pelatihan Kesehatan, restribusi jasa ketatausahaan berupa leges untuk perizinan dan restribusi lainnya. Perkembangan penerimaan sejak tahun 2007 hingga 2011 dapat dilihat pada grafik berikut.. Penerimaan (Rp). Penerimaan PAD Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2008-2011. 2007 2008 2009 2010 2011 Penerimaan 242946409 615441425 788221550 625675810 925168000. Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Kesehatan mendapat pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. - 44 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(45) (APBD). Pembiayaan tersebut. digunakan untuk membiayai belanja tidak. langsung dan belanja langsung. Jumlah dana yang dialokasikan untuk pelaksanan kegiatan kesehatan bersumber dari APBD. Provinsi Sulawesi. Tenggara menunjukan penurunan dari tahun 2008. Grafik 2.16 Perkembangan APBD Dinkes Sultra Tahun 2007-2012. Pada tahun 2008 jumlah dana yang dialokasikan sebesar Rp. 23.616.865.100,- mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar Rp. 24.082.809.400,- menurun pada tahun 2010 sebesar Rp. 19.398.156.924,begitu pula pada tahun 2011 sebesar Rp. 19.088.290.800,-. Penurunan ini disebabkan oleh karena alokasi anggaran untuk klaim pembebasan biaya pengobatan dipindahkan dari DPA-SKPD Dinas Kesehatan ke DPA-Sekretariat Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara melalui pos bantuan. Kondisi ini menunjukan bahwa ketergantungan pada dana APBN dalam pembangunan kesehatan masih sangat tinggi. 2). Kerangka Pendanaan Pelaksaanaan Pembangunan Kesehatan Disamping mengelola dana APBD, Dinas Kesehatan juga menerima dana dari Kementrian Kesehatan berupa dana dekonsentrasi dan dana hibah bantuan luar negeri yang dimanfaatkan untuk membiayai program strategis kementrian kesehatan di Sulawesi Tenggara. Dana bantuan sosial berupa pembiayaan jaminan kesehatan (Jamkesmas) juga diperoleh untuk membiayai kegiatan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan Rumah Sakit. Dinas Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 45 -.

(46) Kesehatan. Kabupaten/Kota,. dan. juga. pembayaran. klaim. pelayanan. Jamkesmas ke seluruh rumah sakit yang bekerjasama melaksanakan program Jamkesmas di Sulawesi Tenggara. Dana untuk membiayai pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan melalui. dana. dekonsentrasi,. dana. bantuan. sosial/jaminan. kesehatan. masyarakat dan bantuan luar negeri serta dana tugas pembantuan secara keseluruhan menunjukan peningkatan. Pada tahun 2007 jumlah dana tersebut sebesar Rp. 60.720.285.000,- meningkat menjadi Rp. 97.803.152.000,- pada tahun 2012. Bila dilakukan analisis menurut sumber anggaran. terlihat bahwa dana. untuk kegiatan jaminan kesehatan masyarakat menunjukan peningkatan yang signifikan. yakni. dari. Rp.. 33.809.046.000,-. tahun. 2008. menjadi. Rp.. 71.240.417.000. Dana dekonsentrasi menurun yakni Rp. 42.878.240.000,tahun juta tahun 2007 menjadi Rp. 7.678.278.000,- selanjutnya mengalami peningkatan. menjadi. Rp.. 20.871.685.000,-. tahun. 2012.. Dana. dekonsentrasi yang dialokasikan digunakan untuk melakukan penguatan di kabupaten/kota, konsolidasi dan koordinasi serta hal-hal yang berkaitan dengan kewenangan pemerintah provinsi di bidang kesehatan. Adapun rincian anggaran APBN tahun 2008-2012 menurut sumber pembiayaan seperti pada grafik berikut. Grafik. 2.17 Rincian anggaran APBN Tahun 2007-2012 menurut Sumber Pembiayaan (dalam ribuan rupiah). - 46 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

(47) Dana dekonsentrasi yang dialokasikan digunakan untuk melakukan penguatan di kabupaten/kota, konsolidasi dan koordinasi serta hal-hal yang berkaitan dengan kewenangan pemerintah provinsi di bidang kesehatan. 2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2.4.1.Tantangan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Dalam. pengembangan. pelayanan. kesehatan. di Provinsi. Sulawesi. Tenggara, berbagai macam tantangan baik yang bersifat ekonomi, sosial maupun. budaya. termasuk. kebijakan-kebjiakan. yang. terkait. dengan. pelaksanaan pembangunan dan anggaran. a. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan masih kurang b. Kurangnya pengetahuan masyaraklat terkait PHBS, tingkat ekonomi masyarakat masih rendah, tingkat pendidikan masyarakat masih rendah. c.. Pemberdayaan optimal. masyarakat. dalam. pembangunan. kesehatan. belum. d. Masih rendahnya tingkat partisipasi laki-laki, keluarga dan masyarakat mengenai hak reproduksi perempuan e. Masih kurangnya pengetahuan kesehatan ibu dan anak f.. masyarakat. mengenai. pentingnya. Kebijakan pemerintah kabupaten/kota dalam penempatan pegawai yang tidak berdasarkan pada kompetensi dasar yang dimiliki.. g. Kesiapan fasilitas, tenaga dan sistem pelayanan dalam menyongsong SJSN. 2.4.2. Peluang Pengembangan Pelayanan Kesehatan. a. Implementasi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, tentang SJSN memberikan jaminan kepesertaan semesta terhadap seluruh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; b. Kebijakan pemerintah provinsi tentang pembebasan biaya pengobatan bagi masyarakat yang tidak mampu; c. kebijakan pemerintah pusat tentang bantuan operasional kesehatan; d. Keadaan infrastruktur penunjang berupa kemudahan akses antar wilayah.. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018. - 47 -.

(48) BAB III ISU - ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1.. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 3.1.1. Keadaan Gizi Masyarakat yang relatif masih rendah. Keadaan balita kekurangan gizi (gizi kurang + Gizi buruk) pada tahun 2010 mencapai 22,8%, lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional sebesar 17,9%. Persentase balita gizi buruk di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 6,5% lebih tinggi dibanding angka nasional sebesar 4,9%. Demikian juga prevalensi gizi kurang sebesar 16,3% masih lebih tinggi. dengan. angka. nasional. sebesar. 15,0%.. Bila. dilakukan. pengkategorian, dapat dijelaskan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara berada pada kategori tinggi (Prevalensi 20 – 29% dikategorikan tinggi). Dengan demikian, dilihat dari persentase balita kekurangan gizi, balita gizi buruk, dan balita gizi kurang di Provinsi Sulawesi Tenggara relatif. masih. merupakan masalah kesehatan. Faktor utama terjadinya balita gizi buruk di Provinsi Sulawesi Tenggara disebabkan oleh permasalahan ekonomi atau kemiskinan. Hal ini sangat berkorelasi mengingat makin tinggi angka kemiskinan yang tercermin dari rendahnya tingkat pendapatan, makin tinggi pula potensi terjadinya balita gizi buruk. Penyebab lain terjadinya balita gizi buruk adalah pola asuh anak yang salah serta akibat penyakit terutama infeksi. Oleh karenanya upaya penurunan terjadinya balita gizi buruk harus linier dengan upaya penurunan kemiskinan, dalam artian bahwa keberhasilan menurunkan angka kemiskinan akan berdampak pula terhadap penurunan terjadinya balita gizi buruk. Keadaan konsumsi rumah tangga diukur melalui konsumsi energi dan protein. Secara kuantitatif dijelaskan melalui tingkat konsumsi energi, sedangkan secara kualitatif melalui konsumsi protein. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum di Provinsi. - 48 -. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Prov. Sultra 2013-2018.

Referensi

Dokumen terkait

LBTS dirancang untuk dapat dibongkar-pasang dan dipindahkan dengan cepat ke lokasi yang berpopulasi tikus tinggi - digunakan terpal sebagai bahan LTBS agar praktis dan lebih

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui korelasi antara susut yang terjadi pada jaringan distribusi dengan variasi bentuk kurva beban dan variasi besar

Jumlah preposisi yang diperoleh atau dimiliki Anak Usia 5,0 tahun di empat PAUD di kota Banjarmasin adalah 2 kosakata. Tidak ditemukan preposisi dalam bahasa Banjar yang

Tetapi untuk beberapa waktu yang sudah saya alami ketika orang tua menanyakan nilai saya di sekolah orang tua tidak memarahi saya meskipun nilai saya buruk, dan orang tua

Tampak edema retina, spasme setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri. Jarang terjadi perdarahan atau eksudat atau spasme. Retinopatia arteriosklerotika pada

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok

Analisis data dilakukan secara kualitatif yakni menjelaskan dan menguraikan teori-teori, asas-asas, norma-norma, doktrin, dan kaidah-kaidah yang terkandung dalam

Laju pertumbuhan, nutrisi, umur dan berat tubuh adalah faktor-faktor yang mempunyai hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya dan biasanya dapat secara