• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Etnis Batak Toba Dalam Pemilukada Kota Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perilaku Etnis Batak Toba Dalam Pemilukada Kota Medan Tahun 2010"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

25

Perilaku Etnis Batak Toba Dalam

Pemilukada Kota Medan Tahun 2010

NOVA A. MALAU

Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: 061-8220760,

Email: novaangelinamalau@yahoo.co.id

Diterima tanggal 28 Agustus 2012/Disetujui tanggal 29 September 2012

This research is a study about the behavior of Toba ethnic in electing the regent of Medan. The focus is examining about the factors which influence Toba society at Binjai District in deciding the selection candidate. The finding of this research among others there are three factors which influence society in electing the candidate of mayor. First, characteristic and perspective with mission of the couple candidates. Second, the background of party which carries the candidate. Third, influence from association or group of ethnic. The method which is used is the descriptive-qualitative method that is intend to describe an event more detail.

Key Words : Behavior of politic, political grouping, general elections

Pendahuluan

Pemilu

merupakan

sarana

untuk

memobilisasi dan menggerakkan dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik. Keikutsertaaan masyarakat ini dirasakan penting karena perlunya partisipasi politik masyarakat pada dasarnya disebabkan bahwa masyarakat tersebutlah yang paling mengetahui apa yang mereka kehendaki.1 Partisipasi politik rakyat dalam pemilu memberikan pemahaman mengenai perilaku politik. Pengertian perilaku politik sendiri adalah sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.2

1

Mirriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai

Politik, (Jakarta: Gramedia. 1982), hal 1-5.

2 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Widia Sarana 1992), hal. 131.

Interaksi antara pemerintah dengan masyarakat, antara lembaga pemerintah dengan kelompok masyarakat, serta individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik. Setiap individu dalam masyarakat, memiliki latar belakang dan konteks yang berbeda-beda. Hal inilah yang membuat kondisi masyarakat heterogen, dan bervariasi. Mulai dari kondisi sosial, ekonomi, psikologi, dan budaya. Terdapat pula kelompok-kelompok kategorial dalam masyarakat, seperti jenis kelamin, perbedaan usia dan perbedaan pendidikan. Hal-hal ini mempengaruhi perilaku politik pada momen politik nantinya, sebab hal-hal yang melatarbelakangi ini akan berimplikasi pada bangunan pengetahuan dan preferensi kemudian. Perilaku politik tidaklah merupakan sesuatu yang berdiri sendiri tetapi

(2)

26

mengandung keterkaitan dengan hal lain, baik faktor internal maupun faktor eksternal yang menyangkut lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya.

Kajian perilaku politik dapat dilakukan dengan menggunakan tiga unit analisa dasar analisis, yaitu individu sebagai aktor politik, agregasi politik, dan tipologi kepribadian politik. Agregasi politik adalah kelompok individu yang tergabung dalam suatu organisasi, seperti partai poltik, kelompok kepentingan, birokrasi dan lembaga-lembaga pemerintah. Tipologi kepribadian politik adalah tipe-tipe kepribadian pemimpin, seperti pemimpin otoriter, pemimpin demokratis. Perilaku individu sebagai aktor politik yang lebih memiliki pengaruh dalam proses politik adalah pimpinan politik dan pemerintah.3 Dalam menganalisa ini, penulis menggunakan analisis agregasi politik, yang mana alasannya adalah agregasi politik sebagai kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan politik. Oleh karena itu, kelompok masyarakat akan sangat mempengaruhi suasana kehidupan politik karena masyarakat tersebut nantinya akan memilih calon-calon yang akan duduk di lembaga pemerintahan.

Faktor yang mempengaruhi pilihan kepartaian, yang pertama adalah identifikasi partai, yang merupakan konsep yang merujuk kepada kedekatan emosional seseorang dengan salah satu partai politik yang ada. Akibat kedekatannya, maka seseorang akan menjatuhkan pilihannya kepada partai tersebut dalam setiap pelaksanaan pemilu dengan tidak mempertimbangkan aspek rasionalitas pilihan tersebut. Kedua, orientasi isu yaitu seperangkat petunjuk yang memungkinkan seseorang untuk menjatuhkan pilihannya kepada satu partai politik berdasarkan isu yang menjadi tema pokok yang diperjuangkan oleh partai politik yang bersangkutan. Tentunya isu yang menarik

3 Sastroatmodjo Sudijono, Perilaku Politik, (Semarang: IKIP Semarang Press. 1995), hal. 10-11

perhatian responden dari salah satu partai politik adalah isu yang dia rasakan memberikan keuntungan tertentu kepadanya. Di samping aspek yang di kemukakan di atas, Clliford Geertz juga memperkenalkan politik aliran pada masa pasca kemerdekaan. Aliran merupakan sebuah metafora dari kenyataan kehidupan sosial politik di Indonesia, dimana partai politik pada masa pasca kemerdekaan melakukan mobilisasi massa dengan membentuk sejumlah auxiliary organizations dalam rangka memenangkan pemilihan umum 1955. Dalam kehidupan kepartaian merupakan perwujudan dari dukungan melalui mobilisasi massa. Bagi Clliford Geertz, konsep aliran mencakup pengertian suatu pola interaksi sosial yang menyeluruh dan berakar pada suatu landasan sosial struktural yang khas, yang mencerminkan pandangan hidup serta kepercayaan dan dianut masyarakatnya.

Jaringan-jaringan paguyuban, termasuk hubungan-hubungan patron-klien etnik, relatif tersedia dan mudah digunakan untuk penggalangan kekuatan politik. Dengan kata lain, penggunaan sarana etnik, jaringan komunikasi dan komponen-komponen sentimental etnik (affective component of ethnicity) dapat dieksploitisir dalam usaha penggalangan kekuatan politik untuk kepentingan pilkada. Kelompok etnik itu tidak lagi dilihat sebagai kelompok budaya, bahasa, atau agama tetapi telah diberi peran baru sebagai kelompok kepentingan politik. Parpol hanya tinggal menggerakkan mesin politiknya, memproduksi tujuan-tujuan politik dengan menggunakan bahan baku yang telah tersedia. Studi ini membahas faktor apa yang memengaruhi perilaku politik masyarakat Kelurahan Binjai.

Metode

Penelitian ini bersifat diskriptif-kualitatif. Pengumpulan data dengan teknik penelitian lapangan. Analisis data menggunakan analisis kualitatif.

(3)

27

Faktor yang mempengaruhi masyarakat Etnis Batak Toba memilih calon

Dalam masyarakat yang pluralisme budayanya tinggi, terdapat kegiatan yang bervariasi dan tidak mustahil terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya. Untuk memahami perilaku politik diperlukan tinjauan dari sudut pandang yang multidimensi. Hal ini berarti bahwa latar belakang dan faktor-faktor yang mendorong perilaku politik tidak bersifat determinan, tetapi bersifat memberi pengaruh.

Perilaku politik merupakan produk sosial sehingga untuk memahami perilaku politik tidak hanya menggunakan konsep politik saja, tetapi juga didukung konsep ilmu sosial. Sebagai manifestasi sikap politik, perilaku politik tidak dapat dipisahkan dari budaya politik yang oleh Almond dan Verba diartikan sebagai suatu sikap yang khas bagi warga Negara terhadap system politik dan aneka ragam bagiannya, serta sikap terhadap peranan warga Negara terhadap sistem itu. Dengan demikian, perilaku politik berarti menilai serta mempertanyakan tempat dan peranan warga negara didalam sistem itu. Dengan persepsi ini dibentuklah pemahaman konsep yang memadukan dua tingkat orientasi politik, yaitu sistem dan individu. Perilaku politik juga dipengaruhi oleh sistem kultural yang melekat dan berlaku dalam masyarakat. Perilaku patrenalistik dalam masyarakat memiliki pengaruh dalam perilaku politik antara pimpinan dan anak buah. Tingkat pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran politik. Makin tinggi pendidikan masyarakat menjadi makin tinggi kesadaran politiknya. Demikian sebaliknya, makin rendah tingkat pendidikannya, makin rendah pula tingkat kesadaran politiknya.

Selain lingkungan sosial politik tersebut, beberapa lingkungan sosial politik yang mempengaruhi perilaku politik ialah keluarga, lingkungan pendidikan/sekolah,

agama, dan kelompok permainan. Lingkungan-lingkungan sosial itu merupakan lingkungan yang memberikan sumbangan bagi perkembangan pemikiran-pemikiran, norma-norma, nilai-nilai dan etika pergaulan. Di dalam keluarga terjadi pembiasaan menurut sikap dan prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam keluarga tersebut. Pandangan-pandangan itu memiliki pengaruh dalam kehidupan tingkah laku politik masyarakat.

Dalam Masyarakat Batak Toba Pemilih di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai terdapat kelompok-kelompok kategorial dalam masyarakat, seperti jenis kelamin, perbedaan usia, agama, perbedaan pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Karateristik sosial dan pengelompokan sosial, usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan, latar belakang keluarga, dan lainnya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan pilihan-pilihan politik. Interaksi yang terjadi di dalam kelompok-kelompok sosial seperti usia, jenis kelamin, agama, dan pekerjaan dan sebagainya akan menjadi susunan bangunan pengetahuan yang akan mempengaruhi preferensi politik dan perilaku pemilih seseorang hingga kemudian akan mempengaruhi bentuk-bentuk pilihan politiknya. Setiap orang akan mengidentifikasi diri sebagai anggota dari kelompok sosial dimana dia berada. Hal itu akan membuat seseorang menjatuhkan pilihannya berdasarkan orientasi berdasarkan konteks kelompok sosialnya

Pada pemilihan Walikota Medan putaran kedua mendapat hasil bahwa masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan sebagian besar memilih pasangan calon Sofyantan dan Nelly dibanding pasangan calon Rahudman-Eldin. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat Kelurahan Binjai dalam memilih calon Walikota Medan 2010.

Pertama, karakteristik dan visi misi calon. Hal ini dikarenakan pada tahun 1991,

(4)

28

Kompas pernah menyebut Sofyan Tan sebagai sosok paling “asli” dibanding dengan orang Indonesia “asli” karena gagasan, pilihan hidup dan apa yang dilakukannya lewat Perguruan Sultan Iskandar Muda. Bahkan Mantan Presiden B.J. Habibie mengagumi sosok Sofyan Tan. Sofyan memutuskan tidak meneruskan praktek dokternya di tahun 1990. Menjadi dokter memang jalan menuju kelimpahan materi. Tapi justru itu tak dia lakukan. Sofyan adalah tipe orang yang tak bisa diam melihat ketidakadilan. Disekelilingnya, dia menyaksikan orang miskin terdiskriminasi, lingkungan alam dirusak karena keserakahan pembangunan yang tidak ramah lingkungan, dan batin manusia gersang untuk bersolidaritas terhadap sesama yang menderita. Tak bisa menerima kepincangan seperti itu, Sofyan akhirnya memutuskan menjadi “dokter masyarakat” daripada dokter medis.

Sofyan Tan telah mendapat berbagai macam penghargaan. Ditahun 1990 Sofyan Tan dianugerahi“Penghargaan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional di Bidang Kesetiakawanan Sosial” oleh Menpora RI Ir. Akbar Tanjung. Surat Kabar ternama dari Medan, Waspada, tahun 1994 menobatkannya sebagai “Tokoh Terpopuler Versi Harian Waspada”. Sebelumnya pada tahun 1989, ia juga mendapat beasiswa dari Ashoka Internasional, dalam kategori Ashoka Inovator for Public karena dia dianggap telah melakukan inovasi dalam mengatasi persoalan pluralisme melalui pendidikan. Tahun 2002, Gubernur Sumatera Utara Tengku H. Rizal Nurdin memberikan “Anugerah Wiyata Mandala Sebagai Tokoh Pendidikan Sumut”. Tahun 2007, Sofyan Tan juga terpilih sebagai penerima Penghargaan Danamon Award 2007.

Sedangkan Rahudman merupakan Plt Walikota Tahun 2009-2010. Ini disebabkan Walikota dan Wakil Walikota pada saat itu dipaksa harus melepas kekuasaannya karena skandal korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran pada tahun 2005 lalu. Sejak

Rahudman menjadi Plt Walikota Medan, ia sama sekali tidak memberikan konstribusi yang signifikan terhadap pembangunan di Kota Medan. Kualitas pelayanan publik seperti pengurusan administrasi kependudukan, kesehatan, dan pendidikan sangat mempersulit masyarakat. Rekam Jejak Rahudman pun tidak terlepas dari buku hitam atau skandalnya sewaktu masih menjabat sebagai sekda Tapanuli Selatan seperti yang sering dikabarkan oleh media.

Visi dan misi pasangan calon, paguyuban, dan partai yang mendukung menjadi alasan bagi masyarakat etnis batak toba pemilih di kelurahan Binjai dalam menjatuhkan pilihannya. Masyarakat batak toba di kelurahan binjai tersebut dalam menentukan pilihannya sudah lebih dewasa dan lebih rasional walaupun masih dipengaruhi kelompok/kumpulan etnis karena kumpulan etnis juga memiliki peran penting di dalam kehidupan bermasyarakat etnis batak toba pemilih di kelurahan Binjai. Visi dan misi Rahudman- Eldin yang didukung oleh partai Demokrat dan Golkar dalam pemilukada tahun 2010 yang lalu adalah menciptakan Medan menjadi kota metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera. Sedangkan visi dan misi Sofyan Tan dan Nelly yang didukung oleh partai PDS dan PDI-P adalah mewujudkan kota Medan yang tertata, manusiawi, sejahtera dan modern. Kedua, latar belakang partai politik yang mengusung pasangan calon. Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan negara yang kemudian telah berkembang menjadi penyalur kepentingan kelompok. Pada masyarakat batak toba pemilih di kelurahan Binjai dalam menjatuhkan pilihannya pada pemilukada tahun 2010 sangat dipengaruhi oleh indentifikasi partai politik. Partai politik adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, tujuan dan nilai yang sama dan tujuan dari kelompok ini adalah merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Dalam

(5)

perundang-29

undangan di Indonesia partai politik diartikan sebagai suatu organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum. Dapat diketahui bahwa masyarakat batak toba pemilih di kelurahan Binjai dalam menjatuhkan pilihannya juga dipengaruhi oleh partai politik pada pemilukada tahun 2010. Dalam pendekatan psikologis, ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pemilih. Tiga faktor tersebut adalah identifikasi partai, orientasi isu atau tema dan orientasi kandidiat. Identifikasi partai yang dimaksud disini adalah bukan sekedar partai apa yang dipilih tetapi juga tingkat identifikasi individu terhadap partai tersebut. Oleh sebab itu, dalam pendekatan ini sosialisasilah yang menentukan perilaku pemilih dan orientasi pada pilihan-pilihan politik seseorang bukan karateristik sosiologis.

Partai yang mendukung Rahudman - Dzulmi Eldin adalah Partai Demokrat dan Partai Golkar sedangkan partai yang mengusung Sofyan Tan dan Nelly adalah PDS dan PDI Perjuangan. Sehingga Pemilukada 2010 menciptakan kompetisi antara Partai Demokrat dan Golkar yang mengusung pasangan Rahudman-Eldin dengan PDIP dan PDS yang mengusung pasangan Sofyan Tan-Nelly.

Partai-partai ini sangat mempengaruhi masyarakat etnis batak toba pemilih di kelurahan Binjai dalam menentukan pilihannya. Terutama partai PDS (Partai Damai Sejahtera), partai ini satu-satunya partai pada pemilukada 2010 yang merupakan partai Kristen terutama Kristen Protestan. Partai ini memiliki kedekatan khusus dengan masyarakat etnis batak toba karena kesamaan ideologi partai PDS dengan masyarakat etnis batak toba yaitu menciptakan suasana bermasyarakat yang hidup dalam kasih dan damai. Partai PDS ini juga memiliki sebuah wadah bagi

pemuda/pemudi Kristen untuk berkumpul seperti GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), KMK (Kesatuan Mahasiswa Kristen), dan Kumpulan Pemuda-Pemudi Kristen.

Ketiga, pengaruh dari paguyuban atau kelompok etnik.. Geertz mengungkapkan bahwa agama dapat dijadikan sebagai alat untuk bertahan, dijadikan pegangan, atau dijadikan ikatan solidaritas baru, menggantikan symbol solidaritas yang lain. Hal ini juga yang terjadi pada masyarakat etnis batak toba pemilih di kelurahan Binjai. Pada pemilukada tahun 2010 yang lalu masyarakat batak toba pemilih di kelurahan binjai dalam mentukan pilihannya dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan yang dipegangnya atau dianutnya.

Masyarakat di kelurahan Binjai khususnya etnis batak toba pemilih sebagian dari kelompok/kumpulan etnis yang ada di kelurahan Binjai tersebut. Mereka yang merupakan bagian dari kelompok etnis merupakan mereka yang sudah berkeluarga/ berumah tangga pada umumnya.

Lingkungan sosial memberikan bentuk-bentuk sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan norma dalam masyarakat. Sehingga setiap orang akan mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok sosial dimana dia berada yang pada akhirnya bermuara pada perilaku politik tertentu atau pilihan politik tertentu. Begitu juga halnya dengan kelompok/kumpulan etnis batak toba pemilih di kelurahan Binjai. Kelompok dan kumpulan etnis ini mempengaruhi setiap insan yang menjadi bagian dari kelompok/ kumpulan etnis dalam menjatuhkan pilihannya pada pemilukada tahun 2010.

Teori politik aliran Geertz juga dapat kita lihat pada masyarkat etnis Batak Toba. Masyarakat Batak Toba juga memiliki Jaringan-Jaringan Paguyuban termasuk Patron-Klien yang menarik bagi peneliti untuk dilihat bagaimana perilaku politiknya dalam Pemilukada Medan 2010 yang lalu. Masyarakat Batak Toba di Kelurahan Binjai

(6)

30

memiliki kebiasaan atau kecenderungan yang sama dalam memilih seorang pemimpin. Etnis Batak Toba dalam memilih seorang pemimpin masih dipengaruhi oleh sisa-sisa kebiasaan lama. Ada istilah bagi orang Batak Toba yang menyatakan “ Dang tumagonan tu halak adong do di hita” (buat apa memilih orang lain kalau masih ada dari kita sendiri). Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa Faktor kesamaan suku masih menjadi faktor utama bagi orang Batak Toba dalam memilih pemimpin.

Masyarakat batak toba di Kelurahan Binjai dalam menentukan pilihannya sudah lebih dewasa atau lebih rasional walaupun masih ada sebahagian yang masih terpengaruh oleh kelompok/kumpulan etnis. Kumpulan/ kelompok etnis ini juga mempengaruhi perilaku politik masyarakat batak toba pemilih di kelurahan binjai tersebut. Hal ini sejalan dengan pemikiran Geertz yang mengungkapkan bahwa kelompok paguyuban etnis sering dimobilisasikan oleh kelompok kepentingan (partai politik) dalam mensukseskan tujuannya atau kepentingannya. Masyarakat lebih dituntun untuk menentukan pilihan karena ikatan identitas etnis tertentu dengan salah satu calon. Hal ini membuat rasa primordialisme tidak dapat dihilangkan didalam masyarakat. Masyarakat diberi pandangan bahwa kepentingan masyarakat hanya akan dapat dipenuhi apabila masyarakat tersebut memilih pasangan yang berasal dari etnis yang sama dengan pemilih tersebut.

Bagi masyarakat batak toba pemilih di Kelurahan Binjai kelompok/kumpulan etnis merupakan suatu wadah bersilaturahmi, bertukar pendapat, dan saling membantu sehingga memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dalam paguyuban masyarakat batak toba ini memiliki ketua (pemimpin) dan biasanya pemimpin ini adalah “Raja Parhata” (tokoh adat) yang sangat dihormati oleh anggota kelompok/kumpulan etnis masyarakat batak toba pemilih tersebut. Kelompok masyarakat etnis batak toba mempercayakan pemimpin

dalam memberikan solusi dan mana yang baik dan tidak baik dilakukan oleh seluruh anggota kelompok, sehingga Raja Parhata ini dapat mempengaruhi pilihan politik dalam pemilukada 2010 yang lalu

Penutup

Masyarakat batak toba pemilih di Kelurahan Binjai pada umumnya memilih pasangan Sofyan Tan-Nelly dalam pemilukada tahun 2010 putaran kedua yang lalu. Mayoritas masyarakat batak toba khususnya di kelurahan Binjai dalam menjatuhkan pilihannya. Terdapat tiga hal yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih calon yaitu pertama, karakteristik dan visi misi pasangan calon. Kedua, latar belakang partai yang mengusung calon. Ketiga, pengaruh dari paguyuban atau kelompok etnik.

Daftar Pustaka

Budiardjo, Mirriam. 1982. Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: Gramedia. Sudijono, Sastroatmodjo. 1995. Perilaku

Politik, Semarang: IKIP Semarang Press.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Widia.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan metode Fast Grey-Level Grouping (FGLG) dengan nilai bin standar 20, didapatkan peningkatan kualitas kontras suatu citra yang cukup baik bagi citra yang memiliki

Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai peranan komunikasi dalam mempengaruhi kinerja

Peta tangan kiri-tangan kanan merupakan suatu alat dari studi gerakan untuk mengetahui gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan dalam

Perhatikan gambar persegi AB Jika tinggi segitiga sama den dan jumlah luas daerah yang pada bangun tersebut 25 cm 2 diarsir adalah…cm 2.. Pada suatu latihan, 11 ora ng, dan 5

Tarif mempunyai peran yang sangat penting dalam angkutan udara baik bagi perusahaan penerbangan, pengguna jasa angkutan udara maupun bagi pemerintah. Dalam

Pelaksanaan KKN -PPM akan dibim bing oleh D osen Pem bim bing Lapangan yang akan m endam pingi m asing-m asing unit KKN - PPM dan untuk pelaksanaan kegiatan KKN -PPM di tingkat D

Dari grafik lama waktu penyelesaian KTI mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan tingkat akhir di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta didapatkan hasil dengan presentase

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Quality of Service, Discrimination , Self Assessment terhadap Penggelapan pajak.. Populasi dalam penelitian ini