• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REPRESENTASI KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

REPRESENTASI KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS

(Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul ‘Ujung Aspal Pondok Gede’ )

Jusia Sembiring 110922027

Abstrak

Penelitian ini menggunakan studi analisis semiotika, dengan judul “Representasi Kehidupan Masyarakat Indonesia Dalam Lagu Iwan Fals Yang Berjudul Ujung Aspal Pondok Gede”. Rpepresentasi kehidupan masyrakat Indonesia itu dapat ditemukan pada lirik sebuah lagu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna konotasi dan makna denotasi yang terkandung pada lirik lagu Ujung Aspal Pondok Gede sebagai representasi kehidupan masyarakat Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti memakai beberapa teori yang dianggap relevan, seperti: Teori Komunikasi, Bahasa dan Lirik Lagu, Semiotika, Semiologi Roland Barthes, Makna dan Representasi. Untuk memahami lirik lagu sebagai produksi tanda dan pembangunan mitos, maka peneliti menggunakan analisis Roland Barthes yang berfokus pada penggalian makna menggunakan signifikasi dua tahap, pada tahap signifikasi pertama menggunakan denotasi, dan pada tahap kedua menggunakan konotasi dan mitos. Peneliti menggunakan data primer dan data skunder ataupu data yang telah ada sebelumnya dalam menganalisis lagu Ujung Aspal Pondok Gede. Pengambilan data dan informasi juga dilakukan peneliti melalui buku, jurnal, maupun internet. Keseluruhan makna yang terkandung dalam lirik lagu Ujung Aspal Pondok Gede saling berkaitan yang satu dengan yang lainnya. selanjutnya setelah diketahui seluruh makna yang terkandung maka akan timbul representasi kehidupan masyarakat Indonesia yang terkandung dari makna lirik lagu tersebut.

Kata Kunci: Representasi, Bahasa dan Lirik Lagu, Semiotika, Semiologi Roland Barthes

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan, yang terdiri dari pulau-pulau yang terpampang dari Sabang sampai Merauke. Dengan banyaknya pulau-pulau yang tersebar di Indonesia maka Indonesia juga memiliki berbagai kebudayaan. Setiap kebudayaan memunculkan bahasa yang berbeda, dimana bahasa tersebut digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dalam suatu kebudayaan.

Menurut Badan pusat statistik (BPS) pada tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia ± 273juta jiwa, sehingga bahasa yang ada di Indonesia juga beragam sesuai dengan adat-istiadat dari masing-masing daerah. Dengan banyaknya bahasa yang ada maka dibuat bahasa pemersatu (lingua franca) antar suatu suku dengan suku yang lainnya, agar komunikasi dapat berlangsung secara efektif.

(2)

2

Setiap manusia membutuhkan komunikasi di dalam kehidupannya sehari-hari. Kebutuhan itu bukan sekedar berbentuk material, tetapi juga kebutuhan yang bersifat non material. Salah satunya musik atau lagu. Kadang manusia membuat atau menyanyikan lagu untuk menyampaikan pesan ungkapan kasih sayang, sakit hati, kritikan, dukungan dan lain-lain. Lagu tersebut dinyanyikan atau disampaikan tanpa harus berkomunikasi secara langsung terhadap orang yang dituju.

Berkomunikasi dengan orang lain bukan hanya merupakan berkomunikasi langsung dengan orang tersebut, tetapi penyampaian pesannya dapat dilakukan dengan cara membuat lagu, puisi, soneta, gurindam dan yang lainnya. Umumnya orang-orang menggunakan musik dan lagu untuk menyampaikan hal-hal tertentu yang tercipta karena didorong oleh kondisi sosial, politik dan ekonomi masyarakat serta perilaku-perilaku umum yang dilakukan pejabat dan masyarakat.

Pesan yang terdapat dalam sebuah lirik lagu merupakan representasi dari pemikiran dan perasaan dari orang yang menciptakan lagu untuk menyampaikan pesan yang ingin dia sampaikan kepada khalayak banyak. Konsep dari pesan yang ingin disampaikan dapat berupa perasaan senang, marah, kritikan, pendapat, sedih bahkan pujian atas sesuatu hal yang yang dirasakan pencipta lagu tersebut. Ketika pendengar mengerti atas suatu lirik lagu yang diperdengarkan dan dapat memaknai isi liriknya, maka hal ini disebut sebuah proses komunikasi. Lagu merupakan sebuah kebudayaan yang menarik dalam kehidupan masyarakat karena dapat mempersatu manusia walaupun dari suku yang berbeda. Lagu identik dengan musik, karena musik mempunyai hubungan yang erat dengan lagu dalam penyampaian lirik dalam lagu.

Penggunaan bahasa sangat penting dalam proses penyampaian pesan kepada masyarakat. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang bisa diimajinasikan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. Lirik dalam lagu menggunakan bahasa dengan tujuan agar lagu tersebut bisa diterima dan dimaknai oleh pendengar. Salah satu lagu Iwan Fals yang berjudul “Ujung Aspal Pondok Gede” sering dijadikan sebagai sound track ketika ada berita tentang penggusuran masyarakat ataupun tanah masyarakat yang diklaim oleh para politikus maupun mafia tanah. Sebab lagu ini mencerminkan kehidupan masyarakat yang tergusur dari tanah yang sudah ditempati oleh nenek moyang mereka sendiri akibat ulah mafia tanah untuk kepentingan bisnis mereka. Itu disebabkan karena dulu awalnya minim ilmu pengetahuan masyarakat pada saat itu, serta masyarakat Ujung Aspal Pondok Gede yang nasibnya diangkat oleh Iwan Fals ke dalam lagu terkenal ramah, sehingga kesempatan itu dimanfaatkan mafia tanah dan politikus-politikus untuk menggusur mereka dari tanah mereka. Dalam penelitian ini, peneliti befokus pada perangkat analisis Semiologi Roland Barthes, yang menggunakan pemaknaan terhadap tanda (sign)yang terdapat dalam lirik lagu secara signifikasi dua tahap (two order signification)yaitu tahap denotasi dan konotasi. Dengan meneliti makna konotasi dari setiap tanda dalam lagu ini, peneliti juga berupaya mengetahui ideologi yang dibangun dalam lagu ini.

(3)

3 Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah representasi kehidupan masyarakat Indonesia dalam lirik lagu Iwan Fals yang berjudul “Ujung Aspal Pondok Gede”?

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses, suatu kegiatan yang berlangsung kontinu. Joseph A. Devito mengemukakan komunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses di mana komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan (Effendy, 2003: 5).

Bahasa dan Lirik Lagu

Menurut Ensiklopedia Indonesia, bahasa berarti alat untuk melukiskan suatu pikiran, perasaan atau pengalaman, alat ini terdiri dari kata-kata. Dalam wacana linguistik, bahasa diartikan sebagai suatu simbol bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap), yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pemikiran (Sobur, 2004: 274).

Bahasa Sebagai Alat Komunikasi

Menurut Gorys Keraf (Sobur, 2004: 303) komunikasi adalah kunci terakhir untuk membuka hakikat bahasa. Keraf berjasa dalam perkembangan linguistik modern, yang dimulai dari awal tahun tujuh puluhan. Menurutnya, fungsi terpenting dari bahasa adalah alat komunikasi dan interaksi. Bahasa berfungsi sebagai lem perekat dalam menyatupadukan keluarga, masyarakat dan bahasa dalam kegiatan sosialisasi. Komunikasi dengan mempergunakan bahasa adalah bersifat umum dan universal.

Semiotika

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani semion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk adanya hal lain. Contohnya asap menandai api, sirene mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut kota. Lebih jelas lagi, kita banyak mengenal tanda-tanda dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Misalnya, bila di sekitar rumah kita ada tetangga yang memasang janur maka itu petanda ada hajatan perkawinan, tetapi bila terpasang bendera warna kuning di depan rumah dan sudut jalan maka itu petanda ada kematian (Wibowo, 2011: 5).

Teori mengenai apa yang disebut „semiotika signifikasi‟ tidak dapat dilepas dari dasar-dasar „semiotika struktural‟ yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure. Saussure mendefinisikan „semiotika‟ (semiotics) di dalam Course in General Linguistics, sebagai “ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai

(4)

4

bagian dari kehidupan sosial”. Implisit dalam definisi tersebut adalah sebuah relasi, bahwa bila tanda merupakan bagian dari aturan-aturan sosial yang berlaku. Ada sistem tanda (sign system) dan ada sistem sosial (social system), yang keduanya saling berkaitan. Dalam hal ini, Saussure berbicara mengenai konvensi sosial (social convention) yang mengatur penggunaan tanda secara sosial, yaitu pemilihan, pengkombinasian dan penggunaan tanda-tanda dengan cara tertentu, sehingga ia mempunyai makna dan nilai sosial (Sobur, 2004: 159).

Semiologi Roland Barthes

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Menurut Berger dan Keraf, di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah penanda-petanda yang diusung Saussure (Sobur, 2004: 58).

Dalam semiologi Roland Barthes, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Dalam hal ini, denotasi lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Dan konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai „mitos‟ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberi pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam periode tertentu (Sobur, 2004: 70).

Aliran semiotik yang diusung oleh Barthes adalah aliran semiotika konotasi. Para ahli semiotika aliran konotasi pada waktu menelaah tanda tidak bepegang pada makna primer, tetapi mereka berusaha mendapatkannya melalui konotasi (Pateda, 2001: 53).

Representasi

Menurut Eriyanto (2001: 113), istilah representasi itu menunjuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan. Representasi ini penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan semestinya. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan.

Menurut David Croteau dan William Hoynes (2000: 194) representasi merupakan hasil dari suatu proses penyeleksian yang menggarisbawahi hal-hal tertentu dan hal lain diabaikan. Dalam representasi media, tanda yang akan digunakan untuk melakukan representasi tentang sesuatu mengalami proses seleksi. Mana yang sesuai dengan kepentingan-kepentingan dan pencapaian tujuan-tujuan komunikasi ideologisnya itu yang digunakan sementara tanda-tanda lain diabaikan.

Media sebagai suatu teks banyak menebarkan bentuk-bentuk representasi pada isinya. Representasi dalam media menunjukkan pada bagaimana seseorang atau suatu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam

(5)

5

pemberitaan. Isi media bukan hanya pemberitaan tetapi juga iklan dan hal-hal lain di luar pemberitaan. Intinya bahwa sama dengan berita (Wibowo, 2011: 122-123). METODOLOGI PENELITIAN

Tipe Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu penelitian yang tidak terpaku pada jumlah namun lebih berfokus pada pengembangan proses mental yang terjadi antara penelitian dan objek penelitian. Pendekatan kualitatif memandang bahwa makna adalah bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman seseorang dalam kehidupan sosialnya bersama orang lain. Makna bukan sesuatu yang lahir di luar pengalaman objek penelitian atau peneliti, akan tetapi menjadi bagian terbesar dari kehidupan penelitian ataupun objek penelitian. Penelitian kualitatif memberi otonomi yang sebesar-besarnya kepada peneliti dalam mengembangkan proses mental yang terjadi antara peneliti dan objek penelitian. Fenomena yang terjadi dalam penelitian membutuhkan proses-proses mental peneliti untuk memaknainya (Bungin, 2010: 5).

Semiotika adalah salah satu bagian dari bentuk analisis isi kualitatif yang amat berbeda dengan penelitian isi kuantitatif. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika untuk menganalisis makna yang terkandung dalam suatu teks. Melalui analisis semiotika ini dapat digunakan untuk menganalis sejumlah besar sistem tanda yang dapat dimanfaatkan pada kajian media dan kajian kultural lainnya. Semiotika menjadi suatu pendekatan terbaik dalam mengkaji suatu makna, khususnya yang berhubungan dengan lirik lagu Objek Penelitian

Subjek yang diteliti peneliti adalah lagu Iwan Fals yang berjudul “Ujung Aspal Pondok Gede”. Lagu ini dibuat pada tahun 1985 yang berisi tentang sengketa tanah yang berakibat penggusuran masyarakat kecil. Klip ini telah menjadi hits di kalangan pemuda, klip ini juga bertujuan untuk menyadarkan mafia tanah serta politikus agar tidak menindas yang lemah karena memang klip ini ditujukan kepada mereka. Dengan klip yang berdurasi lima menit sepuluh detik, klip ini menceritakan tentang keasrian dusun, keluguan serta ketertindasan dan kesengsaraan masyarakat dusun yang diangkat dari lagu Iwan Fals.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan dan menghimpun data dari refrensi yaitu buku, majalah, tabloid, artikel, dan jurnal dan sumber-sumber bacaan dari internet yang nantinya mendukung penelitian.

2. Pengamatan Langsung

Penelitian melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti sehingga dapat memahami makna yang terkandung di dalamnya dan mendiskripsikan serta menganalisisnya dengan menggunakan semiologi Roland Barthes. Pengamatan langsung dapat didukung dengan data yang terbagi menjadi dua bagian, antara lain:

(6)

6 a. Data Primer

Data primer untuk penelitian ini adalah lirik lagu “Ujung Aspal Pondok Gede” yang berdurasi lima menit sepuluh detik untuk membantu proses penelitian, maka peneliti akan mengambil lirik lagu sebagai bahan untuk membantu peneliti dalam memaknai lirik.

b. Data Skunder

Data skunder diperoleh dari literatur dan sumber bacaan yang mendukung data primer, seperti informasi dari buku, jurnal, forum website dan sebagainya.

Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan penyederhanaan data ke dalam susunan tertentu yang lebih mudah diinterpretasikan sehingga bisa digunakan untuk mengambil keputusan. Anlisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam susunan tertentu agar lebih mudah diinterpretasikan dan mudah pula membacanya.

Penelitian ini akan dianalisis menggunakan unsur-unsur semiotika Roland Barthes, yang merupakan turunan dari semiotika Saussure, berupa penanda dan petanda, denotasi dan konotasi, serta mitos terhadap masing- masing lirik yang ada dalam lagu Iwan Fals yang berjudul “Ujung Aspal Pondok Gede”. Penelitian akan dilakukan dengan menganalisis baris demi baris pada lirik lagu dan keseluruhan analisis nantinya akan disajikan dalam bentuk uraian deskriptif.

Lirik lagu ini terdiri dari lima paragraf kecuali pada bagian reffrain. Setiap paragraf akan diteliti berdasarkan liriknya. Analisis akan dilakukan dengan tahap menganalisis setiap barisnya, kemudian dianalisis secara menyeluruh. Setelah keseluruhan dari isi lirik lagu diteliti, maka peneliti akan memaparkan secara keseluruhan mengenai makna yang terdapat dalam lirik lagu tersebut.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Perangkat analisis semiotika akan dipakai pada lirik lagu Iwan Fals yang berjudul “Ujung Aspal Pondok Gede”. Lirik lagu dan video klip Iwan Fals yang dikumandangkan pada tahun 1985 ini yang di dalam liriknya banyak mengangkat tentang nilai-nilai lugunya kehidupan sosial masyarakat dusun. Hal ini terlihat jelas pada alunan musik balada yang mengiringi lirik lagu. Pada bagian ini lah yang membuat peneliti semakin tertarik untuk menelitinya. Adapun lirik yang akan diteliti adalah baris demi baris dalam satu paragraf lirik lagu tersebut, kemudian peneliti akan mencoba menggali makna denotasi dan konotasi melalui perangkat analisis semiologi Roland Barthes. Lirik lagu dalam penelitian ini terdiri dari lima paragraf kecuali refrain.

Pembahasan

Dari keseluruhan paragraf, yakni paragraf satu sampai paragraf lima niali-nilai sosial yang ada pada kehidupan masyarakat dususn disajikan secara sederhana namun memiliki makna yang dalam. Di awali dari paragraf pertama yang berisi hal-hal ringan seperti tempat seorang anak dilahirkan. Seperti halnya masyarakat dusun di Indonesia, kebanyakan ibu-ibu itu melahirkan di dalam

(7)

7

kamar rumah tepatnya di sebuah bale bambu. Selain dari kondisi rumah sakit jauh dari dusun juga didukung dengan pengalaman sebelumnya oleh masyarakat yang proses persalinan cukup dibantu oleh seorang dukun beranak. Kemudian di paragraf kedua tentang yang mengisahkan bagaimanaseorang ibu mencurahkan perhatian dan kasih sayang yang penuh terhdap anaknya.

Pada paragraf ketiga peneliti bisa menangkap sudah adanya kecemasan masyarakat terhadap tanah dan harta benda mereka yang ingin diklaim oleh para mafia tanah. Hal ini ditandai dengan lirik lagu yang menyinggung hak-hak masyarakat dusun. Dalam paragraf ini secara tidak langsung peneliti melihat adanya hukum rimba yang berlaku pada saat itu. Karena jika dilihat dari lirik yang disampaikan masyarakat tidak berdaya melawan hukum, sehingga ada kesan pasrah dari masyarakat.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap lirik lagu Iwan Fals yang bejudul Ujung Aspal Pondok Gede, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Industri musik merupakan industri yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu pesan atau sesuatu hal yang ingin disampaikan oleh si pencipta lagu dan musiknya sudah diaransemen sedemikian rupa agar kelihatan lebih menarik dan mudah bagi pendengar untuk mencerna makna lirik lagu ataupun pesan yang ingin disampaikan oleh si pembuat lagu terhadap pendengar, sehingga pesan yang disampaikan tersebut lebih tepat guna dengan iringan musik yang mengiringi sebuah lagu.

2. Makna dalam lagu Iwan Fals yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede yang melibatkan tentang pemahaman nilai-nilai hak asasi manusia, disusun dengan sangat sederhana dan menggambarkan realita yang memang terjadi sampai sekarang. Membuat lagu Ujung Aspal Pondok Gede melekat dengan kehidupan masyarakat. Sehingga lagu ini sering dibuat menjadi lagu song track untuk mengiringi sebuah berita yang berbau nilai-nilai suatu hak asasi seseorang ataupun masyarakat. Karena berbagai makna yang terdapat dalam lagu ini lebih menonjolkan rasa keadilan atas hak yang dimiliki seseorang maupun kelompok.

3. Pemunculan representasi yang telah diungkapkan dengan analisis semiologi Roland Barthes, mengacu pada mitos yang dapat diterima oleh masyarakat. Lagu ini digunakan untuk menyampaikan pesan agar para mafia memperhatikan nasib rakyat atas tindakan mereka dan bagi rakyat sendiri lagu ini merupakan sebuah alarm agar lebih berhati-hati agar hak-hak mereka tidak sampai diklaim oleh para mafia tanah. Kekuatan dari lagu ini sendiri terletak pada makna lirik yang disampaikan dan iringan musik yang mengiringi lagu tersebut.

Saran

1. Makna yang ada dalam lirik lagu Iwan Fals yang Berjudul Ujung Aspal Pondok Gede merupakan salah satu bentuk kejahatan terhadap hak-hak masyarakat yang dilakukan oleh para mafia tanah. Dengan adanya konflik

(8)

8

yang sering terjadi pemerintah semestinya bertindak tegas atas kasus tersebut agar tidak ada yang dirugikan baik dari pihak masyarakat maupun dengan pihak para petinggi negara ataupun para mafia tanah. Dengan adanya hukum yang tidak berpihak kepada siapapun mungik kasus yang seperti ini tidak akn terjadi di Indonesia.

2. Dengan adanya pembedahan makna lagu Iwan Fals yang berjudul Ujung Aspal Pondok Gede, ada baiknya para insan yang berkecimpung dalam dunia politik, hukum maupun lembaga swadaya masyarakat untuk mempromosikan ataupun membuat iklan khusus agar kegiatan pengklaiman terhadap hak-hak asasi masyarakat itu dihentikan ataupun diberi hukum yang tegas agar ada rasa jera oleh pelakunya. Karena menurut peneliti dengan makna yang disampaikan melalui lagu saja tidak cukup, karena bisa saja dianggap angin lalu oleh pelakunya. Tetapi dengan adanya iklan, hukum yang lebih tegas dan tidak berpihak dapat memberi efek jera pada pelaku. Sehingga negara kesatuan republik Indonesia ini dapat menjadi negara yang lebih kondusif dan lebih makmur.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan, 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikan, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenama Media Group. Croteau, David & Willian Hoynes, 2000. Media/Society, Industries Image and

Audiences. California: Pine Forge Press.

Eco, Umberto. 2009. Teori Semiotika Signifikasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori Produksi-Tanda. Bantul: Kreasi Wacana.

Effendy, Onong Uchjana, 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Yogyakarta: 2001.

Pateda, Mansur. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, Alex, 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wibowo, Indiawan S. W., 2011. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana

Referensi

Dokumen terkait

Masih terdapatnya sebahagian besar siswa yang belum nemenfaatkan jasa kanscler sekelah untuk nsnyelesaikan masalah belajarnya.. Tidak semua guru, teman

KERANGKA TEORI DAN

regresi yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan hasil bahwa, secara bersama-sama ke dua variabel Kemampuan dan Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap tingkat

Pernyataan yang terkait dengan proses katabolisme adalah ..... A.. DOKUNILrN

“ Korelasi Antara Motivasi Belajar dengan Kemampuan Siswa dalam Mata Pelajaran Teknik Kerja Bengkel Di SMK Negeri 4 Bandung

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

This study describes the kinds of verbal humor in The SpongeBob Movie: Sponge Out of Water ” animated film and the violation maxim principle of humor

Anderson (1999), the Integrated Reading Class is designed to empower the students to comprehend English articles by making use of reading techniques such as scanning, skimming,