• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kabupaten Bandung Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kabupaten Bandung Tahun 2008"

Copied!
316
0
0

Teks penuh

(1)

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan

Kabupaten Bandung

Tahun 2008

Kerjasama

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung

dengan

(2)

Assalamu’alaikum Wr. Wb,

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, publikasi Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kecamatan tahun 2008 dapat diselesaikan. Publikasi ini merupakan salah satu

upaya Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung dalam menyediakan data

statistik yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan daerah yang

berbasis potensi lokal.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan merupakan gambaran

produktivitas suatu kecamatan dalam menghasilkan suatu produk barang dan jasa, hingga

dapat mengetahui pendapatan per kapita suatu kecamatan. Hasil Publikasi ini dapat

digunakan Pemerintah Daerah/ Badan Perencanaan Daerah ( BAPEDA ) Kabupaten

Bandung untuk memonitor maupun mengevaluasi pembangunan di setiap kecamatan

sehingga dapat terukur dan terarah.

Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan dan respon sehingga publikasi ini dapat diterbitkan, Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Soreang, Desember 2008

Bupati Bandung

(3)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan memuji Syukur ke Hadirat Allah SWT, publikasi Produk Domestik

Regional Bruto ( PDRB ) Kecamatan Kabupaten Bandung Tahun 2008 dapat

diselesaikan.

Publikasi PDRB Kecamatan Kabupaten Bandung Tahun 2008 ini

merupakan kelanjutan dari publikasi sebelumnya yang merupakan hasil kerjasama

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan

Daerah (Bapeda) Kabupaten Bandung. Publikasi ini memuat Indikator Makro

Ekonomi yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian Kabupaten Bandung

seperti laju pertumbuhan ekonomi, peranan sektoral dan PDRB perkapita pada

tingkat kecamatan. Dengan demikian dapat diketahui gambaran akan

keterbandingan antar kecamatan di Kabupaten Bandung.

Data yang digunakan untuk menyusun publikasi ini bersumber dari berbagai

Dinas, Badan dan Lembaga di tingkat Kabupaten Bandung dan dari survei-survei

yang dilakukan BPS Kabupaten Bandung.

Diharapkan publikasi ini dapat bermanfaat untuk keperluan penelitian,

evaluasi dan perencanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Bandung. Akhirnya

masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sebagai upaya penyempurnaan

publikasi dimasa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Soreang, Desember 2008

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN BANDUNG

Soegiri Soetardi, MA

Nip. : 340010736

(4)

Tahun 2008

ISSN

: 0854.9303

Nomor Publikasi

: 3204.0805

Katalog BPS

: 9205.3204

Ukuran Buku

: 25 cm x 17,5 cm

Jumlah Halaman

:

Naskah

Seksi Statistik Neraca Wilayah Kabupaten Bandung

Desain gambar kulit

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung

Diterbitkan oleh

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung

(5)

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar ………..

i

Sambutan ………...

ii

Daftar isi ……….

iii

Daftar Tabel Analisis ...

vi

Daftar Grafik Analisis...

vii

Daftar Lampiran Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan ………...

viii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang ………

1

1.2.

Maksud dan Tujuan ………...

3

1.3.

Cakupan Penelitian ………...

4

BAB II

METODOLOGI

2.1.

Pengertian Produk Domestik Regional Bruto ………...

5

2.2.

Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB ………...

5

2.2.1. Pendekatan Produksi ………..

5

2.2.2. Pendekatan Pendapatan ………...

6

2.2.3. Pendekatan Pengeluaran ………

6

2.3.

Pendapatan Regional ………...

6

2.4

Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun...

6

2.5

Pendapatan Per Kapita ………...

7

2.6

Produk Domestik dan Produk Regional ………...

7

2.7

Pendapatan Regional ADH Berlaku dan Harga Konstan...

8

2.8.

Metode Penghitungan PDRB ………...

8

2.8.1. Metode Langsung ………

8

2.8.2. Metode Tidak Langsung ………...

11

2.9.

Penyajian Angka Indeks ………...

11

2.9.1. Indeks Perkembangan ………...

12

2.9.2. Indeks Berantai ………....

12

2.9.3. Indeks Implisit ……….

13

2.10.

Perkiraan Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Konstan ..

14

2.10.1. Revaluasi ………...

14

2.10.2. Ekstrapolasi ………....

15

2.10.3. Deflasi ………..

15

2.10.4. Deflasi Berganda (Double Deflation) ………..

15

BAB III

URAIAN SEKTORAL

3.1.

Pertanian ………...

18

3.1.1. Tanaman Bahan Makanan ………...

18

3.1.2. Tanaman Perkebunan ……….

18

3.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya ……….

19

3.1.4. Kehutanan ………

20

(6)

3.2.

Pertambangan dan Penggalian ………....

20

3.2.1. Pertambangan ………..

21

3.2.2. Penggalian …..………..

21

3.3.

Sektor Industri Pengolahan ……….

21

3.3.1. Industri Pengolahan Minyak dan Gas Bumi (Migas)

22

3.3.2. Industri Pengolahan Bukan Migas ………

22

3.4.

Listrik, Gas dan Air Bersih ………...

23

3.4.1. Listrik ………

23

3.4.2. Gas Kota ………

23

3.4.3. Air Bersih ………..

23

3.5.

Bangunan ………....

24

3.6.

Perdagangan, Hotel dan Restoran ………..

24

3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran………..

24

3.6.2. Hotel………...

25

3.6.3. Restoran……….

25

3.7

Angkutan dan Komunikasi ………...

26

3.7.1. Angkutan Rel………

26

3.7.2. Angkutan Jalan Raya ………..

27

3.7.3. Angkutan Laut ……….

27

3.7.4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan ……….

27

3.7.5. Angkutan Udara ………..

28

3.7.6. Jasa Penunjang Angkutan ……….

28

3.7.7. Komunikasi ………..

28

3.8.

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ………...

29

3.8.1. Bank ………...

29

3.8.2. Lembaga Keuangan Lainnya ……….

30

3.8.3. Sewa Bangunan ………...

30

3.8.4. Jasa Perusahaan ………...

31

3.9.

Jasa-Jasa ………...

31

3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum ………...

31

3.9.2. Jasa Swasta ………...

32

3.9.2.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan ………..

32

3.9.2.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi ………...

32

3.9.2.3. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga ……...

33

BAB IV

KONDISI PEREKONOMIAN KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2008

4.1.

Gambaran Umum ………..

35

4.2.

Struktur Ekonomi ...

40

4.3.

Pertumbuhan Ekonomi ...

43

(7)

BAB V

KINERJA PEREKONOMIAN KECAMATAN DI KABUPATEN

BANDUNG TAHUN 2007

5.1.

PDRB Antar Kecamatan ………

51

5.2.

Struktur Perekonomian Daerah ………..

53

5.3.

Pertumbuhan Ekonomi ………...

56

5.4.

PDRB Per Kapita ………

58

(8)

DAFTAR TABEL ANALISIS

Hal

4.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga

Berlaku Tahun 2006-2008...

38

4.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2006-2008...

39

4.3 Peranan NTB Atas Dasar Harga Berlaku Setiap Kelompok Sektor dalam

Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun 2006-2008...

42

4.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kelompok Sektor dalam Perekonomian

Kabupaten Bandung Tahun 2006-2008...

44

5.1 PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Bandung

Tahun 2008...

52

5.2 Peranan NTB Terhadap Total PDRB Setiap Kecamatan Tahun 2008…...

55

5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan di Kabupaten Bandung Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2006 – 2008….………...

57

5.4 Perbandingan PDRB Per Kapita adh Berlaku dan Konstan Kecamatan-

(9)

DAFTAR GRAFIK ANALISIS

Hal

4.1

LPE Kabupaten Bandung dan Sektor-sektor Dominan Tahun 2003-2008....

35

4.2

Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2007 dan 2008………..

40

4.3

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung dan Kelompok Sektor

Tahun 2003 – 2008 ...

43

4.4

PDRB Per Kapita Tahun 2003 – 2008 ...

47

5.1

PDRB per Kapita Menurut Kecamatan Kabupaten Bandung Tahun 2008

61

5.2

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Bandung Tahun 2008

62

5.3

Plot LPE dan PDRB Per kapita Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten

(10)

DAFTAR LAMPIRAN PDRB KECAMATAN

Hal

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Ciwidey ………

69

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Rancabali ………..

77

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Pasirjambu ………

85

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Cimaung ………...

93

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Pangalengan ………. 101

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kertasari ………...

109

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Pacet ……….. 117

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Ibun ………...

125

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Paseh ……….

133

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Cikancung ………

141

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Cicalengka ……… 149

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Nagreg ………

157

Produk DomestikRegional Bruto Kecamatan Rancaekek ……….

165

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Majalaya ………...

173

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Solokanjeruk ………

181

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Ciparay ………...

189

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Baleendah ………. 197

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Arjasari ……….

205

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Banjaran ……… 213

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Cangkuang ………... 221

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Pameungpeuk ……….. 229

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Katapang ………..

237

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Soreang ……….

245

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Kutawaringin...……….. 253

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Margaasih ………. 261

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Margahayu ………... 269

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Dayeuhkolot ………

277

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Bojongsoang ………. 285

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Cileunyi ………

293

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Cilengkrang ……….

301

Produk Domestik Regional Bruto Kecamatan Cimenyan ……….

309

Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun... 317

Angka Agregat PDRB Per Kapita ADH Berlaku PDRB Kecamatan... 320

(11)

Tabel PDRB Per Kapita ADH Berlaku PDRB Kecamatan...

322

Tabel PDRB Per Kapita ADH Konstan PDRB Kecamatan...

323

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Terpaan ekonomi seperti kenaikan BBM dan krisis ekonomi mewarnai

perjalanan perekonomian di Kabupaten Bandung selama Tahun 2008. Meski

demikian visi pemerintah Kabupaten Bandung untuk mewujudkan “Kabupaten

Bandung yang Repeh Rapih Kertaharja Tahun 2025”, terus digulirkan. Berbagai

kebijakan yang dilakukan pemerintan Kabupaten Bandung dalam mewujudkan

visi maupun misinya dengan harapan dapat mewujudkan cita-cita dan harapan

masyarakat Kabupaten Bandung dengan tetap mengacu pada salah satu visi

pembangunan nasional.

Upaya untuk mewujudkan visi Kabupaten Bandung maka pemerintah

menetapkan beberapa missi antara lain: mendorong peningkatan IPM (Indeks

Pembangunan Manusia) dengan melibatkan peran aktiv pemangku

kepentingan; mengoptimalisasi potensi ekonomi lokal yang melibatkan peran

serta masyarakat dan dunia usaha serta membuka peluang investasi serta

mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Mensikapi akan pencapaian pertumbuhan yang tinggi dan mendukung

visi dan missi provinsi Jawa Barat menjadi provinsi termaju dengan pencapaian

IPM sebesar 80 pada tahun 2015, maka pemerintah Kabupaten Bandung dalam

pelaksanaan pembangunan harus diarahkan pada bidang-bidang yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Khusus di bidang ekonomi,

pembangunan harus lebih ditingkatkan secara bersamaan antara pertumbuhan

ekonomi dengan pendapatan perkapita, sehingga akan meningkatkan daya

beli masyarakat agar dapat memenuhi segala kebutuhannya.

(13)

Namun demikian, untuk mencapai tujuan tersebut masih banyak kendala

yang harus dihadapi baik internal maupun ekternal. Kondisi internal yang

mempengaruhi percepatan pembangunan antara lain Sumber Daya Manusia

(SDM) yang perlu terus ditingkatkan kualitasnya dalam mengelola potensi

wilayah, sedangkan kondisi eksternal diantaranya pengaruh situasi dan kondisi

perekonomian, politik dan keamanan nasional dan global terhadap kinerja

perekonomian Kabupaten Bandung.

Kondisi makro ekonomi Kabupaten Bandung selama tahun 2008 lebih

buruk dibandingkan dengan tahun 2007. Beberapa kejadian yang dialami

sepanjang tahun ini seperti yang terjadi baik di tingkat nasional maupun

internasional ternyata berpengaruh langsung pada perekonomian Kabupaten

Bandung. Fluktuasinya harga BBM akibat dari fluktuasinya harga minyak

dunia yang mencapai harga tertinggi hampir mencapai 150 dolar AS/barel

kemudian mengalami penurunan harga hingga mencapai nilai terendah di

bawah 45 dolar AS/barel, juga adanya krisis ekonomi dunia (global economic

crisis) yang berakibat pada depresiasi nilai rupiah yang hampir mendekati

Rp.13.000,00 per dolar AS berakibat pada meningkatnya angka inflasi.

Perekonomian Kabupaten Bandung pada tahun 2008 yang diukur

berdasarkan perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

dasar konstan 2000 menunjukkan perlambatan meski tidak terlalu besar.

Kondisi ini tercermin dari indikator makro ekonomi yaitu melemahnya laju

pertumbuhan ekonomi dari 5,92 persen di tahun 2007 menjadi 5,30 persen di

tahun 2008.

Hal yang perlu menjadi catatan selama perjalanan perekonomian di

tahun 2008 adalah semakin melambatnya laju pertumbuhan terutama di sektor

industri, keuangan, dan transportasi sebagai akibat dari bergejolaknya tingkat

(14)

konsumsi yang berakibat pada cost push inflation yaitu kenaikan inflasi sebagai

dampak dari kenaikan biaya produksi, tarif transpor, komunikasi dan biaya

hidup. Mengingat Kabupaten Bandung merupakan salah satu basis industri

tekstil nasional yang berorientasi ekspor, maka hal tersebut sangat dirasakan

sekali. Sebagai salah satu akibat yang langsung terjadi adalah meningkatnya

angka PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Namun demikian, meskipun hampir

seluruh sektor mendapat imbas dari krisis ini sektor pertanian masih memberi

harapan baik. Hal ini tergambar dari laju pertumbuhan positif yang lebih

tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 3,88 persen pada tahun

2008 dari 1,92 persen pada tahun 2007.

Kontribusi perekonomian terbesar masih tetap dipengaruhi oleh sektor

utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan

restoran dan sektor pertanian.

1.2. Maksud dan Tujuan

Tujuan utama dalam perencanaan pembanguan ekonomi adalah untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat.

Secara

luas,

interprestasi

kesejahteraan masyarakat adalah peningkatan kualitas hidup, pembagian

distribusi pendapatan yang merata, perluasan kesempatan kerja, dan

pergeseran

aktivitas

sektoral

perekonomian.

Untuk

menggambarkan

kesejahteraan masyarakat, diperlukan data yang spesifik. Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu data statistik yang digunakan

dalam sistem evaluasi dan perencanaan ekonomi makro suatu wilayah. Suatu

cakupan teoritis merupakan penerapan konsepsi dan definisi PDB atau PNB di

suatu wilayah dengan tujuan :

1.

Untuk menyedikan data ekonomi makro bagi perencanaan dan evaluasi

(15)

2.

Untuk menggambarkan derajat kesejahteraan masyarakat.

3.

Untuk memperlihatkan pergeseran aktivitas perekonomian masyarakat.

Usaha untuk meraih tujuan pembangunan ekonomi tersebut dapat

dilakukan dengan berbagai strategi, antara lain dengan meningkatkan kinerja

sektor sekunder dan tersier tanpa meninggalkan sektor primer dan menggenjot

ekspor ke luar negeri.

PDRB Kecamatan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

perkembangan ekonomi di tingkat kecamatan. Informasi mengenai

perkembangan ekonomi di tingkat yang lebih kecil (kecamatan) sangat

diperlukan

mengingat

sasaran

pembangunan

adalah

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dengan mengoptimalisasi potensi ekonomi lokal

dengan melibatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha serta membuka

peluang investasi serta mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan.

1.3 . Cakupan Penelitian

Dalam cakupan publikasi PDRB ini memiliki tiga cakupan penelitian,

diantaranya cakupan waktu penelitian, wilayah penelitian, dan materi

penelitian. Adapun cakupan waktu penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah selama dua tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2007 dan

tahun 2008 dengan menggunakan tahun dasar 2000. Wilayah penelitian yang

digunakan yaitu seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung yang

terdiri dari 30 kecamatan dan kecamatan hasil pemekaran dari kecamatan

Soreang dan Ketapang yaitu Kecamatan Kutawaringin. Dengan demikian

jumlah wilayah cakupan sebanyak 31 Kecamatan. Materi penelitiannya adalah

data-data PDRB yang disusun berdasarkan lapangan usaha.

(16)

BAB II

METODOLOGI

2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang

dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

wilayah atau daerah pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, tanpa

memperhitungkan kepemilikan.

2.2. Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Pendekatan penyusunan PDRB kecamatan atas dasar harga berlaku

dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak

langsung. Yang dimaksud metode langsung adalah metode perhitungan

dengan menggunakan data yang bersumber dari data dasar masing-masing

daerah. Metode langsung tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 3

macam pendekatan yaitu: pendekatan produksi (Production Approach),

pendekatan pendapatan (IncomeApproach) dan pendekatan pengeluaran

(Expenditure Approach). Metode tidak langsung adalah metode perhitungan

dengan cara alokasi yaitu mengalokir PDRB kabupaten ke kecamatan dengan

memakai berbagai macam indikator produksi atau indikator lainnya yang

cocok sebagai alokator.

2.2.1. Pendekatan Produksi

Merupakan jumlah nilai tambah bruto produksi barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu daerah/wilayah dalam

suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.

(17)

2.2.2.

Pendekatan Pendapatan

Merupakan nilai balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi

yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah/wilayah dalam jangka

waktu tertentu, biasanya satu tahun.

2.2.3.

Pendekatan Pengeluaran

Merupakan jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk

konsumsi rumahtangga dan lembaga nirlaba/lembaga yang tidak mencari

untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto,

perubahan stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) di dalam suatu

daerah/wilayah dalam periode tertentu, biasanya satu tahun.

2.3. Pendapatan Regional

Pendapatan Regional merupakan sebutan yang lebih populer dalam

publikasi PDRB. Namun dalam kenyataannya, pendapatan regional sulit

untuk dihitung mengingat sukarnya mendeteksi arus pendapatan yang

mengalir antar regional/provinsi. Oleh karena keterbatasan tersebut, maka

yang sering atau umum dipakai adalah PDRN. PDRN atas dasar Biaya Faktor

merupakan PDRB setelah dikeluarkan biaya penyusutan barang-barang modal

karena aus akibat digunakan dalam proses produksi, dan pajak tidak langsung

netto (pajak setelah dikurangi subsidi pemerintah.

2.4. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun

Jumlah penduduk yang biasa digunakan sebagai pembagi dalam

penghitungan PDRB agar diperoleh pendapatan per kapita adalah jumlah

penduduk pertengahan tahun. Jumlah penduduk tersebut merupakan rata-rata

(18)

jumlah penduduk pada tahun bersangkutan yaitu jumlah penduduk pada akhir

tahun ditambah penduduk awal tahun di bagi dua.

2.5. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita merupakan pendapatan yang diterima oleh

masing-masing penduduk. Pendapatan per kapita tersebut diperoleh dengan membagi

pendapatan regional/produk regional neto dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun.

2.6. Produk Domestik dan Produk Regional

Di dalam literatur ekonomi terdapat perbedaan pengertian Produk

Domestik dengan Produk Regional. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian

dari kegiatan produksi yang dilakukan di suatu daerah/wilayah, beberapa

faktor produksinya berasal dari daerah/wilayah lain, seperti tenaga kerja,

mesin/alat bahkan modal untuk investasi. Dengan demikian menyebabkan

nilai produksi di daerah/wilayah atau domestik tidak sama dengan

pendapatan yang diterima oleh penduduk tersebut. Hal ini disebabkan karena

adanya arus pendapatan yang mengalir antar daerah (termasuk juga yang

mengalir antar dari/ke luar negeri) pada umumnya terdiri dari upah/gaji,

deviden dan keuntungan, akhirnya timbul perbedaan antara produk domestik

dan produk regional. Produk regional merupakan produk domestik setelah

ditambah pendapatan yang mengalir ke dalam daerah/wilayah tersebut,

kemudian dikurangi pendapatan yang mengalir ke luar daerah/wilayah.

Sehingga dapat dikatakan bahwa produk regional merupakan produk yang

betul-betul dihasilkan oleh faktor-faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal,

entrepreneur) yang dimiliki penduduk daerah/wilayah yang bersangkutan.

(19)

Namun karena masih terbatasnya data untuk memantau pendapatan yang

mengalir dari/ke luar suatu daerah/wilayah, maka antara produk domestik

dengan produk regional sampai saat ini diasumsikan sama.

2.7. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan

Dalam uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa Pendapatan

Regional

menggambarkan

perekonomian

suatu

daerah/wilayah.

Perkembangan tersebut sebenarnya didasarkan atas beberapa faktor:

(1)

Perubahan Harga

Yaitu kenaikan / penurunan perekonomian yang diakibatkan oleh

perubahan harga yang terjadi di pasar. Pada umumnya harga tersebut

cenderung menaik sehingga pendapatan regional atas dasar harga berlaku dari

tahun ke tahun selalu menunjukkan kenaikan.

(2)

Perubahan Riil

Yaitu kenaikan/penurunan perekonomian yang dihitung berdasarkan

perubahan riil, artinya tidak termasuk lagi perubahan harga. Pengertian yang

umum digunakan para ekonom yaitu pendapatan yang telah dihilangkan

pengaruh inflasinya. Pendapatan regional atas dasar harga berlaku yang telah

dikurangi dengan perkembangan inflasi dikenal dengan pendapatan regional

atas dasar harga konstan. Pendapatan regional yang terakhir inilah pada

umumnya banyak dimanfaatkan oleh para birokrat, peneliti dan para ekonom.

2.8. Metode Penghitungan PDRB

Dalam menyajikan statistik pendapatan regional terdapat 2 (dua) metode

yang digunakan metode langsung dan metode tak langsung.

(20)

2.8.1.

Metode Langsung

Metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan

data yang bersumber dari daerah/wilayah yang bersangkutan, tidak termasuk

data yang diperoleh dari angka nasional atau daerah/wilayah lain. Pada

prinsipnya metode langsung ini menggunakan tiga macam pendekatan :

(1)

Pendekatan Produksi

(2)

Pendekatan Pendapatan

(3)

Pendekatan Pengeluaran

Disamping itu metode langsung sama dengan literatur yang

menyebutkan sebagai suatu pengukuran arus sirkuler atau Circular Flow.

Pengukuran tersebut dibedakan menurut 3 (tiga) metode:

a.

Metode Total Keluaran (The Total Output Method)

b.

Metode Pendapatan dari Produksi (The Income From Production

Method)

c.

Metode Pengeluaran atas Keluaran (The Spending on Output Method)

(1)

Pendekatan Produksi

Pendekatan produksi dilakukan bila tersedia data produksi dari

masing-masing sektor. Nilai tambah (value added) barang dan jasa yang diproduksi

dihitung dengan cara mencari selisih nilai produksi (output) dengan biaya

antara (intermediate Cost). Nilai tambah tersebut akan sama dengan balas jasa

faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi. Pendekatan ini

umumnya digunakan terhadap kegiatan-kegiatan produksi yang berbentuk

barang/komoditi seperti sektor pertanian, pertambangan, penggalian dan

industri.

(21)

(2)

Pendekatan Pendapatan

Perkiraan nilai tambah dengan pendekatan pendapatan adalah dengan

cara menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor produksi (upah/gaji, surplus

usaha) termasuk juga penyusutan dan pajak tak langsung neto (pajak tak

langsung dikurangi subsidi). Di dalam surplus usaha termasuk bunga

modal neto (selisih bunga yang diterima dengan bunga yang dibayarkan)

sewa tanah dan keuntungan (profit). Di dalam sektor-sektor yang tidak

mencari untuk (non profit making) termasuk sektor pemerintahan, surplus

usahanya tidak diperhitungkan, karena outputnya berupa pelayanan kepada

masyarakat yang produksinya jasa (sektor pemerintahan). Hal tersebut

dilakukan karena tidak tersedianya/kurang lengkapnya data produksi dan

biaya antara.

(3)

Pendekatan Pengeluaran

Perkiraan nilai tambah berdasarkan pendekatan pengeluaran adalah

dengan cara menghitung penggunaan akhir dari barang-barang dan jasa yang

diproduksinya. Secara makro penggunaan akhir dari barang /jasa tersebut

digunakan untuk :

a.

Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga.

b.

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta yang Tidak Mencari Untung

(Lembaga Nirlaba).

c.

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah.

d.

Pembentukan Modal Tetap Bruto.

e.

Perubahan Stok.

(22)

2.8.2.

Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung merupakan penghitungan dengan cara

menggunakan data yang bersumber dari luar daerah/wilayah yang

bersangkutan, seperti data nasional. Perkiraan dilakukan berdasarkan alokasi

dengan mengalokasikan data tersebut ke daerah yang bersangkutan, yaitu

menggunakan alokator yang cocok dengan sektor/kegiatan masing-masing.

Metode tidak langsung ini sedapat mungkin dihindari, karena dalam praktek

perhitungan PDRB, metode ini sangat jarang dilakukan oleh karena

mengandung banyak kelemahan. Kecuali untuk daerah-daerah yang cakupan

datanya tidak tersedia dengan lengkap seperti PDRB kecamatan.

2.9.

Penyajian Angka Indeks

Agregat-agregat pendapatan yang diuraikan sebelumnya, disajikan

dalam 2 (dua) bentuk:

1.

Atas dasar harga berlaku (at current price)

2.

Atas dasar harga konstan/tetap (atconstant price).

Dari kedua penyajian tersebut, terdapat perbedaan antara lain :

a.

Penyajian atas dasar harga yang berlaku, menunjukkan agregat

pendapatan dinilai menurut harga yang terjadi di pasar, baik untuk

menilai produksi maupun biaya antara. Termasuk juga penyajian PDRB

menurut penggunaan (konsumsi rumahtangga, konsumsi lembaga

nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan

stok dan ekpor neto).

b.

Penyajian atas dasar harga konstan, yaitu agregat pendapatan yang

(23)

antara dinilai menurut harga tahun dasar, sehingga akan menunjukkan

perkembangan agregat pendapatan secara riil dari tahun ke tahun.

Disamping itu, agregat pendapatan, disajikan pula dalam bentuk angka

indeks, antara lain : indeks perkembangan, indeks berantai dan indeks implisit.

Secara rinci masing-masing indeks tersebut adalah sebagai berikut :

2.9.1. Indeks Perkembangan

Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan

pendapatan/per-ekonomian dari tahun ke tahun yang dibandingkan dengan tahun dasar.

Indeks tersebut diperoleh dengan membagi nilai agregat pendapatan

masing-masing tahun dengan nilai tahun dasar dikalikan 100. Indeks perkembangan

tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

PDRB

it

IP = x 100 %

PDRB

io

IP = Indeks Perkembangan

i = Sektor 1, …Sektor 9

t = Tahun t

0 = Tahun dasar

2.9.2. Indeks Berantai

Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat pendapatan atau

yang lebih populer dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth).

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah/wilayah ditunjukkan oleh indeks berantai

(24)

atas dasar harga konstan. Indeks tersebut diperoleh dengan membagi

masing-masing agregat pendapatan dengan tahun sebelumnya dikalikan 100. Indeks

berantai tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

PDRB

it

IB = x 100 %

PDRB

i(t-1)

IB = Indeks Berantai

i

= Sektor 1, …Sektor 9

t

= Tahun t

t-1 = Tahun sebelumnya

Pertumbuhan ekonomi didapatkan dengan mengurangi indeks berantai

dengan 100. Kalau indeks tersebut kurang dari 100 berarti pertumbuhannya

negatif.

2.9.3.

Indeks Implisit

Indeks ini merupakan indikator tingkat perkembangan harga

dibandingkan harga pada tahun dasar. Bila dari data ini disusun indeks

berantainya akan menunjukkan perkembangan harga dari tahun ke tahun

secara makro. Indeks implisit ini diperoleh dengan cara membagi agregat harga

berlaku dengan harga konstan pada tahun yang sama, dikalikan 100. Indeks

implisit tersebut dirumuskan sebagai berikut :

PDRB HB

it

IH

=

x 100 %

(25)

IH =

Indeks Implisit

HB =

Harga Berlaku

HK =

Harga Konstan

2.10.

Perkiraan Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Konstan

Perkiraan Pendapatan Regional atas dasar harga konstan ini sangat

banyak kegunaannya terutama bagi para penentu kebijakan atau decision

maker untuk memproyeksikan hasil pembangunan di masa datang. Bahkan

bagi dunia usaha akan dapat dimanfaatkan untuk menyusun strategi produksi,

distribusi dan termasuk marketing/ pemasaran produk yang dihasilkan. Ada

beberapa metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai agregat harga

konstan :

2.10.1. Revaluasi

Yang dimaksud dengan revaluasi adalah menilai produksi dan biaya

produksi masing-masing tahun dengan harga yang terjadi pada tahun dasar

(publikasi ini menggunakan harga tahun 2000). Dengan demikian akan dapat

menggambarkan perkembangan kuantitas produksi dari tahun ke tahun.

Dalam praktek sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara

karena terdiri dari berbagai jenis input (komponen biaya) sehingga harus

dinilai menurut harga masing-masing komponen. Pada umumnya biaya antara

atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian antara ouput (nilai produksi)

dengan ratio tetap biaya antara. Ratio tersebut didapat melalui survei khusus

yang dikenal dengan Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR).

(26)

2.10.2. Ekstrapolasi

Ekstrapolasi dilakukan dengan mengalikan nilai tambah tahun dasar

(2000) dengan indeks produksi masing-masing kegiatan/komoditi. Di samping

indeks produksi sektor yang bersangkutan, dapat juga digunakan indeks yang

mewakili atau diasumsikan sama dengan gerakan produksi, seperti tenaga

kerja, jumlah perusahaan, jumlah penduduk dan lain-lain. Metode ekstrapolasi

dapat pula dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, yaitu

mengalikan dengan ratio tetap nilai tambah. Ratio nilai tambah merupakan

perbandingan

nilai

tambah

dengan

nilai

output

suatu

komoditi/kegiatan/sektor, yang didapatkan dari Survei Khusus Pendapatan

Regional (SKPR).

2.10.3. Deflasi

Metode deflasi digunakan untuk mendapatkan nilai tambah harga

konstan, yaitu dengan membagi nilai tambah harga berlaku dengan indeks

harga masing-masing tahun. Indeks harga yang dapat digunakan antara lain

indeks harga komoditi yang bersangkutan atau indeks harga yang diasumsikan

sejalan dengan perkembangan harga komoditi tersebut, seperti indeks harga

konsumen (IHK), indeks perdagangan besar (IHPB) dan lain lain. Di samping

itu, indeks harga dapat pula digunakan sebagai inflator untuk mendapatkan

nilai tambah atas dasar harga yang berlaku, yaitu mengalikan nilai tambah

harga konstan dengan indeks harga.

2.10.4. Deflasi Berganda (Double Deflation)

Untuk mendapatkan nilai tambah harga konstan dapat juga dilakukan

dengan mendeflate nilai output dan biaya antara atas dasar harga yang berlaku.

Selisih output dan biaya antara yang telah di deflate akan didapatkan nilai

(27)

tambah atas dasar harga konstan. Dalam kenyataannya sangat sulit melakukan

deflasi terhadap biaya antara, hal ini disebabkan karena belum tersedianya

data harga berbagai jenis input yang digunakan

dalam berproduksi. Oleh sebab itu dalam estimasi nilai tambah atas dasar

harga konstan, metode deflasi berganda belum digunakan

(28)

BAB III

URAIAN SEKTORAL

Salah satu kendala dalam memahami publikasi Produksi Domestik

Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya

yang memuat data dan informasi statistik. Disamping itu banyak masyarakat

yang senang untuk menekuni data-data statistik sehingga kurang menghar- gai

data/informasi. Padahal dalam perencanaan pembangunan sangat diperlukan

data-data statistik, karena selain dibutuhkan untuk strategi pembangunan, juga

digunakan untuk bahan evaluasi kebijakan.

Untuk itu, pada bab ini akan diuraikan tentang ruang lingkup, metode

perhitungan, sumber data baik terhadap PDRB atas dasar harga berlaku

maupun harga konstan.

United Nation (UN) memberikan rekomendasi, secara makro perekono-

mian diklasifikasikan menjadi 9 sektor, yaitu:

1. Pertanian

2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri pengolahan

4. Listrik,Gas kota dan Air Bersih

5. Konstruksi/Bangunan

6. Perdagangan, Hotel,& Restoran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan

9. Jasa-jasa

(29)

3.1. Pertanian

Sektor Pertanian dari sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunana,

peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Untuk lebih jelasnya

sebagai berikut:

3.1.1. Tanaman Bahan Makanan

Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan misalnya:

Padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele,

sayur-sayuran, buah-buahan, dan hasil produksi ikutannya. Termasuk pula disini

hasil-hasil produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas

Pertanian Tanaman Pangan, sedangkan data harga seluruhnya bersumber dari

BPS.

Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku diperoleh dewngan

cara Pendekatan Produksi yaitu dengan mengalikan setiap jenis kuantum

produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi biaya

antara. Biaya antara diperoleh dari perkalian rasio biaya antara dengan nilai

outputnya. Rasio Biaya Antara diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan

Regional (SKPR) yang dilakukan oleh BPS. NTB atas dasar harga konstan 2000

dihitung dengan cara Revaluasi.

3.1.2. Tanaman Perkebunan

Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman perkebunan yang diusahakan

oleh rakyat dan perusahaan misalnya karet, kopra, kopi, kapol, teh, tebu,

tembakau, cengkeh, dan serbagainya, termasuk produksi ikutannya dan

hasil-hasil pengolahan sederhana.

Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan Kabupaten Bandung,

sedangkan data harga dikumpulkan oleh BPS kabupaten Bandung. NTB atas

(30)

dasar harga berlaku dihitung dengan cara Pendekatan Produksi, yaitu

mengalikan kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian

hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan

rasio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil SKPR. Adapun

NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi.

3.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya

Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar dan ternak kecil, misalnya

sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, serta unggas termasuk hasil-hasil

ternak,susu segar, telur dan kulit. Yang dimaksud dengan produksi peternakan

adalah jumlah ternak yang lahir dan penambahan berat ternak. Produksi

peternakan

dihitung

berdasasrkan

perkiraan

dengan

menggunakan

pendekatan sebagai berikut:

Produksi = Jumlah Pemotongan

+(Populasi akhir – Awal Tahun)

+(Ternak Keluar –Ternak Masuk)

Data jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak dan keluar masuk

ternak, diperoleh dari Dinas Peternakan, sedangkan data harga diperoleh dari

BPS Kabupaten Bandung.

NTB atas dasara harga berlaku diperoleh dengan cara Pendekatan

Produksi yaitu mengalikan setiap jenis produksi ternak dengan

masing-masing harganya, kemudian dikurangi dengan biaya antara.Biaya antara

diperoleh dari hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

cara Revaluasi.

(31)

3.1.4. Kehutanan

Sub sektor ini mencakup komiditi kayu pertukangan, kayu bakar, arang,

bambu, rotan, dan lain-lainnya. Data produksi dan harga diperoleh dari Perum

Perhutani atau dari Kantor Wilayah Kehutanan Kabupaten Bandung.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara Pendekatan

Produksi yaitu mengalikan dengan masing –masing harganya, kemudian

dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dari hasil SKPR. NTB atas dasar

harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi.

3.1.5. Perikanan

Sub sektor ini mencakup kegiatan perikanan laut, perikanan darat dan

pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan). NTB atas dasar

harga berlaku dihitung dengan menggunakan pendekatan prodoksi, yaitu out

put dikurangi biaya antaranya. Data produksi perikanan diperoleh dari Dinas

Perikanan Kabupaten Bandung sedangkan biaya antara diperoleh dari hasil

perkalian ratio biaya, ratio biaya antara terhadap outputnya. Besarnya biaya

antara diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung cara

Revaluasi

3.2. Pertambangan dan Penggalian

Sektor ini dikelompokan dalam tiga sub sektor, yaitu Minyak dan Gas

Bumi (Migas), Pertambangan Tanpa Migas dan Penggalian. Sektor ini

mencakup kegiatan-kegiatan penggalian, pengeboran, dan pengambilan segala

macam benda non biologis, barang-barang tambang, mineral dan barang galian

yang tersedia di alam, baik yang berupa benda padat,benda cair, misalnya

minyak mentah, maupun gas bumi.

(32)

3.2.1. Pertambangan

Sub sektor ini mencakup komoditi minyak mentah, gas bumi, biji emas,

dan perak. Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)

dan PT.ANTAM. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara

Pendekatan Produksi, yaitu mengalikan produksi dengtan harganya,

kemudian dikurangi biaya antara yang diperoleh dari hasil survei yang

dilakukan oleh BPS. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara

Revaluasi.

3.2.2. Penggalian

Sub sektor ini mencakup kegiatan pengglian dan pengambilan segala

jenis barang galian, misalnya batu kapur, pasir, batu-batuan, dan sebagainya.

Data produksi dan harga diperoleh dari sub Dinas Pertambangan Kabupaten

Bandung, dan Pusat Pengembangan Teknologi dan Mineral (P.P.T.M),

sedangkan biaya antara diperoleh dari perkalian rasio biaya antara dengan

outputnya. Rasio biaya antara diperoleh dari Survei Penggalian yang dilakukan

oleh BPS Kabupaten Bandung.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan metode Pendekatan

Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. NTB atas dasar harga

konstan 2000 dihitung dengan menggunakan Metode Deflasi yaitu dengan

membagi NTB harga berlaku dibagi Indeks Harga untuk barang-barang

Galian.

3.3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor ini terdiri dari industri pengolahan minyak dan gas bumi serta

industri pengolahan bukan migas.

(33)

3.3.1. Industri Pengolahan Minyak dan Gas Bumi (Migas)

Sub sektor ini mencakup kegiatan pengolahan, pengilangan minyak bumi

dan gas alam misalnya: premium, minyak tanah, minyak diesel, avtur, avigas,

dan sebagainya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan

Pendekatan Produksi yaitu nilai out put dikurangi biaya antara.

Nilai output maupun biaya antara diperoleh dari survey yang dilakukan

BPS. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

Metode Deflasi, dengan Indeks Harga dari hasil Pengilangan Minyak Bumi

sebagai deflatornya.

3.3.2. Industri Pengolahan Bukan Migas

Sub sektor ini mencakup industri besar dan sedang, industri kecil dan

industri rumah tangga. Industri besar dan sedang mencakup perusahaan

industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja 20 orang atau lebih. Industri

kecil dengan tenaga kerja 5 sampai 19 orang, dan industri rumah tangga

dengan tenaga kerja 1 sampai 4 orang.

NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang

menggunakan Pendekatan Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara.

Nilai output dan biaya antara dipoeroleh dari Survei Tahun Industri Besar dan

sedang yang setiap tahun dilakukan oleh BPS.

Industri kecil dan rumah tangga estimasi berdasarkan indikator jumlah

tenaga kerja dan rata-rata output per tenaga kerja,yang bersumber dari Survei

Industri Kecil dan Ruamah Tangga BPS.NTB atas dasar harga konstan 2000

dihitung menggunakan Metode Deflasi, dengan deflatornya IH barang- barang

Industri.

(34)

3.4. Listrik,Gas, dan Air Bersih

3.4.1. Listrik

Sub sektor ini mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga

listrik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN0 dan Non

PLN.

NTB atas dasar harga berlaku mengguanakan metode Pendekatan

Produksi yaitu nilai output dikurangai biaya antara. Nilai output diperoleh

dari perkalian produksi listrik PLN dan Non PLN degan tarip listrik. Datanya

diperoleh dari PLN dan Survei Listrik Non PLN. Biaya antara diperoleh dari

perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai outputnya. Ratio ini didapat dari

hasil survey yang diselenggarakan oleh BPS. NTB atas dasar harga konstan

2000 diperoleh dengan menggunakan Metode Revaluasi.

3.4.2. Gas Kota

Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan gas kota, yang biasanya

diusahakan oleh Perusahaan Gas Negara (P.N.Gas). NTB atas dasar harga

berlaku berdasarkan Pendekatan Produksi yaitu. Nilai output dan biaya antara

diperoleh dari Survei Gas yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Bandung setiap

tahunnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

Metode Revaluasi.

3.4.3. Air Bersih

Sub sektor ini mencakup kegiatan proses pembersihan, pemurnian, dan

proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian

dan penyaluran baik yang dilakukan oleh Perusahaan Air Minum (PAM)

maupun bukan PAM. NTB atas dasar harga berlaku dengan Pendekatan

(35)

antara diperoleh dari Survei Air Minum oleh BPS yang dilakukan setiap

tahunnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

Metode Revaluasi.

3.5. Bangunan

Sektor ini mencakup kegiatan pembangunan fisik (konstruksi), baik yang

digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana lainnya yang dilakukan oleh

perusahaan konstruksi maupun yang dilakukan oleh perorangan.

NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan Produksi yaitu

nilai output dikurangi biaya antara. Data nilai output dari biaya antara

diperoleh dari Survei Perusahaan Konstruksi anggota AKI dan Non AKI,

dilengkapi dengan kegiatan konstruksi yang dilakukan oleh perorangan

(individu). NTB atas dasar konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

metode deflasi dengan IH barang bangunan sebagai deflator.

3.6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor ini terdiri dari Perdagangan Besar & Eceran, Hotel dan Restoran.

3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran

Perdagangan besar mencakup kegiatan pengumpulan dan penjualan

kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen/importir ke

pedagang besar lainnya atau pedagang eceran. Pedagang eceran mencakup

kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau

rumah tangga, baik barang baru atau barang bekas.

NTB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000

dihitung dengan menggunakan Metode Arus Barang (Commodity Flow). Output

perdagangan dihitung berdasarkan besarnya margin perdagangan dari

(36)

barang-barang hasil sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri serta

barang dari impor. Dengan mengurangi nilai output dengan biaya antara

didapatkan NTB. NTB berdasarkan harga konstan didapatkan dengan cara

yang sama seperti pada harga berlaku.

3.6.2. Hotel

Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang

menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan.

Yang termasuk dalam akomodasi adalah hotel berbintang maupun tidak

berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap

seperti losmen dan motel.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian

jumlah malam kamar yang terjual dengan rata-rata tarif per malam kamar.

Biaya antara diperoleh dari perkalian nilai output dengan ratio biaya antara

hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 menggunakan Metode

Ekstrapolasi, dimana Indeks Jumlah Malam Kamar yang terjual dipakai

sebagai ekstrapolatornya.

3.6.3. Restoran

Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha penyediaan makanan dan

minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan

yang termasuk dalam sub sektor ini seperti bar, kantin, kafe tenda, warung

kopi, rumah makan, warung nasi, warung sate, katering, dan lain-lain.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan Pendekatan Produksi

yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara

mengalikan pengeluaran makanan dan minuman per kapita selama setahun

(37)

dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Biaya antara diperoleh dari

perkalian nilai output dengan rasio biaya antara yang diperoleh dari SKPR.

Pengeluaran makanan dan minuman perkapita diperoleh dari hasil Survei

Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). NTB atas dasar harga konstan 2000

dihitung berdasarkan Metode Deflasi dengan IHK kelompok makanan sebagai

deflatornya.

3.7. Angkutan dan Komunikasi

Secara umum sektor angkutan sangat menunjang perekonomian daerah

namun demikian dengan kelangkaan BBM tentu sangat berpengaruh terhadap

sektor-sektor lainnya. Jelas ini ini sangat berpengaruh langsung terhadap

kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi.

Kinerja sektor ini merupakan penentu pada setiap sektor-sektor lainnya

yang terkait langsung serta berfungsi sebagai sarana pendistribusian barang

dan mobilitas penduduk. Sektor angkutan dan komunikasi mempunyai

keterkaitan terhadap sektor-sektor lainnya dan berimbas langsung terhadap

sistem perekonomian wilayah.

3.7.1. Angkutan Rel

Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang

dengan menggunakan kereta api yang dikelola oleh Perusahaan Kereta Api

Indonesia (P.T. K.A.I.). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan

Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan

biaya antara diperoleh dari Laporan Keuangan P.T.K.A.I. NTB atas dasar harga

konstan 2000 dihitung dengan menggunakan Metode Ekstrapolasi, sebagai

ekstrapolatornya adalah Indeks Jumlah Penumpang dan Angkutan Barang.

(38)

3.7.2. Angkutan Jalan Raya

Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dari penumpang

dengan menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya (darat),baik bermotor

maupun tidak bermotor. Termasuk kegiatan lainya seperti sewa kendaraan

(rental car),baik dengan atau tanpa pengemudi.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu output dikurangi biaya antara.Nilai output diperoleh dengan mengalikan

jumlah kendaraan umum dengan rata-rata output per kendaraan.Biaya antara

diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya.NTB atas

dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan Metode Revaluasi.

3.7.3 Angkutan Laut

Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang

dengan mengguanakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah

domestic oleh Perusahaan Angkutan Laut. NTB atas dasar harga berlaku

dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara.

Nilai rata-rata output dan biaya antara diperoleh dari hasil SKPR. NTB atas

dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan Metode

Ektrapolasi, sebagai ekstrapolator nya adalah Indeks Jumlah Penumpang dan

Barang.

3.7.4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan

Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang

dengan menggunakan kapal atau angkutan sungai, baik baik bermotor

maupun tidak bermotor, serta kegiatan penyebrangan dengan kapal feri. NTB

atas dasar harga berlaku berdasarkan Pendekatan Produksi yaitu output

dikurangi biaya antaranya. Nilai output dari biaya antara diperoleh dari SKPR.

(39)

Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas dasar harga

konstan 2000, sebagai ekstrapolatornya dipakai Indeks Jumlah Penumpang

dan Barang.

3.7.5. Angkutan Udara

Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan penumpang dan barang

dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan

penerbangan yang beroperasi didaerah tersebut. NTB atas dasar harga berlaku

dihitung dengan Pendekatan Produksi, yaitu output dikurangi biaya

antaranya. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari hasil SKPR. Adapun

NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan pendekatan

Metode Revaluasi.

3.7.6. Jasa Penunjang Angkutan

Sub sektor ini mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan

memperlancar kegiatan pengangkutan terdiri dari jasa pelabuhan udara, laut,

darat (terminal dan parkir), sungai, bongkar muat laut dan darat, keagenan

penumpang, ekspedisi laut, jalan tol dan lain-lain.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara

diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

menggunakan Metode Deflasi,sebagai deflatornya dipakai Indeks Harga

Konsumen (IHK).

3.7.7. Komunikasi

Sub sektor ini mencakup kegiatan pos dan giro,telekomunikasi dan jasa

penunjang komunikasi. Pos dan Giro mencakup kegiatan pemberian jasa

(40)

kepada pihak lain seperti pengiriman surat,wesel, dan paket yang diusahakan

oleh Perusahaan Pos Indonesia dan perusahaan swasta lainya. Kegiatan

telekomunikasi meliputi pemberian jasa kepada pihak lain seperti pengiriman

berita melalui telegram, telepon, e-mail dan telex yang diusahakan oleh

PT.Telkom, Indosat, PT. Satelindo, dan Excelcomindo. Jasa penunjang

komunikasi meliputi kegiatan yang menunjang kegiatan komunikasi seperti

warung telekommunikasi (wartel), dan telepon seluler ( ponsel).

NTB atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan Pendekatan

Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output kegiatan pos,

giro, dan telekomunikasi diperoleh dari Laporan Keuangan PT. Pos dan Giro,

dan PT.Telkom wilayah Kabupaten Bandung. Data penunjang komunikasi,

diperoleh dari SKPR seperti wartel, dan telepon seluler.NTB atas dasar harga

konsatan dihitung dengan mjenggumakan Metode Ekstrapoasi. Ekstrapolator

yang digunakan adalah jumlah surat yang dikirim untuk kegiatan pos dan giro

serta jumlah pulsa untuk kegiatan telekomunikasi.

3.8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor ini terdiri Dari sub sektor Bank, Lembaga Keuangan Lainnya,

Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan .

3.8.1. Bank

Sub sektor ini mencakup kegiatan bank sentral dan bank komersial yang

memberikan jasa keuangan pada pihak lain, diantaranya menerima simpanan

dalam bentuk giro, dan deposito, memberikan kredit,kredit jangka pendek,

menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat berharga,

mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya,

menyewakan tempat menyimpan barang berharga dan sebagainya.

(41)

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

Yaitu nilai output dikurangi biaya antara .Nilai output dan biaya antara

bersumber dari Laporan Keuangan Bank Indonesia. NTB atas dasar harga

konstan 2000 dihitung dengan menggunakan Metode Deflasi dengan

deflatornya Indeks Kurs.

3.8.2. Lembaga Keuangan Lainnya

Sub sektor ini mencakup kegiatan asuransi, dana pension, pegadaian,

koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan .Dalam sub sektor ini juga

mencakup kegiatan valuta asing, pasar modal, leasing, dan jasa penunnjangnya

misalnya pialang ,penjamin emisi dan sebagainya.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Data output antara diperoleh dari

hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 sama dengan sub sektor bank.

3.8.3. Sewa Bangunan

Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha persewaan banguanan dan

tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat

tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen serta usaha persewaan tanah

persil.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian

antara pengeluaran rumah tangga untuk sewa rumah,kontrak rumah, sewa beli

rumah dinas, perkiraan sewa rumah,pajak dan pemeliharaan rumah perkapita

setahun yang bersumber dari hasil SUSENAS dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun.

(42)

Nilai biaya antara diperoleh dari perkalian pengeluaran pemeliharaan

rumah per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. NTB atas dasar

harga konstan 2000 didapatkan dengan menggunakan Metode Deflasi dan IHK

Perumahan sebagai deflatornya.

3.8.4. Jasa Perusahaan

Sub sektor ini mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (Advokat dan

Notaris), jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian

data,jasa bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran,jasa

persewaan mesin dan peralatan dan sejenisnya.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari dari

perkalian jumlah perusahaan dengan rata-rata output per perusahaan hasil

SKPR.

Nilai biaya antara diperoleh dengan mengalikan ratio biaya antara

dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan

menggunakan Metode Revaluasi

3.9. Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa dikelompokan kedalam dua sub sektor yaitu sub sektor

Jasa Pemerintahan Umum dan Jasa Swasta.

3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum.

Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa yang dilakasanakan oleh

pemerintah untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum, seperti jasa

pemerintahan umum pertahanan dan keamanan dan sebagainya.

(43)

3.9.2. Jasa Swasta

Sub sektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak swata,

misalnya jasa social dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta jasa

perorangan dan rumah tangga.

3.9.2.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan

Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa pendidikan, kesehatan,

riset/penelitian,palang

merah,panti

asuhan,

panti

wreda,

yayasan

pemeliharaan anak cacat (Y.P.A.C), rumah ibadat dan sejenisnya yang dikelola

swasta.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu output dikurangi biaya antara.Nilai outrput dari hasil perkalian jumlah

indikator produksi (jumlah murid jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah

dokter,jumlah panti asuhan,dan sebagainya)dengan rata-rata output per

masing-masing indikator dari hasil survey SKPR.Biaya antara diperoleh dari

perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga

konstan 2000 menggunakan Metode Revaluasi, yaitu perkalian jumlah

masing-masing indikator dengan rata-rata output pada tahun 2000.

3.9.2.2.

Jasa Hiburan dan Rekreasi

Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa bioskop, kebun binatang,taman

hiburan, pub, bar, karaoke, diskotek,kolam renang dan kegiatan hiburan lainya.

NTB atas dasar harga berlaku dengan Pendekatan Produksi yaitu nillai

output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian

jumlah pengunjung/penonton dengan rata-rata tariff per pengunjung

/penonton hasil survei SKPR.Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya

antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000

(44)

menggunakan Metode Revaluasi atau sama dengan sub sektor jasa social dan

kemasyarakatan.

3.9.2.3. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

Sub sektor ini mencakup kegiatan yang pada umumnya melayani

perorangan dan rumah tangga misalnya jasa reparasi,pembantu rumah tangga,

tukang cukur, tukang jahit,semir sepatu dan sejenisnya.

NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi

yaitu output dikurangi biaya antara.Nilai output diperoleh dari hasil perkalian

jumlah masing-masing jenis kegiatan usaha jasa perorangan dan rumah tangga

dengan rata-rata output per masing-masing jenis kegiatan tersebut. Biaya

antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB

atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan Metode Revaluasi.

Gambar

Grafik  4.4.  PDRB Per Kapita Tahun 2003-2008
TABEL 2.1. : LAJU PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KECAMATAN CIWIDEY ATAS DASAR HARGA BERLAKU KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008
TABEL 2.2. : LAJU PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KECAMATAN CIWIDEY (PERSEN)
TABEL 3.1. : DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB KECAMATAN CIWIDEY ATAS DASAR HARGA BERLAKU KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang disusun dalam bentuk Buku ini semoga dapat berguna dalam memandu masyarakat dan berbagai pihak dalam mengembangkan sumber energi

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh bid-ask spread, market value dan variance return terhadap holding period saham secara parsial maupun simultan pada saham

Rumah susun (rusun) Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah

Pada foto Rontgen kepala polos lateral, tampak kepala yang membesar dengan disproporsi kraniofasial, tulang yang menipis dan sutura melebar 5 , yang menjadi alat

Objek wisata yang daya tariknya bersumber pada kebudayaan, seperti peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan objek wisata lain yang berkaitan dengan kebudayaan... d.

Sistem penghantaran kuasa elektrik kepada pengguna boleh dilakukan dalam dua sistem iaitu sistem AU atau sistem AT. Terangkan kebaikan dan keburukan kedua-dua sistem ini dalam

Output atas dasar harga konstan menggunakan pendekatan ekstrapolasi yaitu perkalian antara output tahun dasar dengan indeks produksi untuk masing-masing tahun, sedangkan

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dimana kegiatan penelitian menekankan pada pemecahan masalah-masalah yang berkonteks kelas dan diharapkan mampu