• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI SKRIPSI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN

ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI

SKRIPSI

Oleh : RIZQIANI HAYATI

ULY GUSNIARTI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2007

(2)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI

Telah Disetujui Pada Tanggal

---

Dosen Pembimbing

(3)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANGTUA DENGAN MOTIF BERPRESTASI

Rizqiani Hayati Uly Gusniarti

Universitas Islam Indonesia

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap harapan orangtua dengan motif berprestasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara persepsi terhadap harapan orangtua dengan motif berprestasi.

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja siswa SMK Yapenda I Kedungwuni Kabupaten Pekalongan kelas I, usia 15-18 tahun. Subjek yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini berjumlah 92 orang. Adapun skala yang digunakan pada variabel motif berprestasi merupakan adaptasi dari skala yang dibuat oleh Nurmawati (2004) dengan mengacu pada ciri-ciri motif berprestasi yang dikemukakan oleh Mc.Clelland (1985). Sedangkan skala persepsi terhadap harapan orangtua disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Berndt (1997).

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik product moment dari Pearson dengan perangkat lunak SPSS 12.0. Hasil analisis menunjukkan nilai r= 0,589 p=0,000 (p<0,01) yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara persepsi terhadap harapan orangtua dengan motif berprestasi sehingga hipotesis penelitian yang diajukan diterima. Kata kunci : Motif Berprestasi, Persepsi terhadap Harapan Orangtua

(4)

Pengantar

Prestasi tinggi adalah dambaan setiap orang karena suatu keberhasilan meraih prestasi akan menumbuhkan rasa bangga bagi individu dalam hidupnya baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Banyak hal yang menyebabkan individu mempunyai dorongan untuk berprestasi. Faktor yang amat penting dalam mendorong terciptanya prestasi adalah motif berprestasi. Dalam bidang pendidikan motif berprestasi anak adalah hal yang sering dibahas. Setiap anak mempunyai motif berprestasi yang berbeda. Ada anak yang motif berprestasinya tinggi, ada pula anak yang motif berprestasinya rendah.

Motif berprestasi adalah tingkah laku yang menunjukkan suatu usaha untuk melakukan yang terbaik, melakukannya lebih baik dari orang lain, atau secara umum untuk meraih sesuatu (Ruch, 1967). Mc. Clelland dan Atkinson adalah ahli yang banyak membahas tentang motif berprestasi. Menurut Mc.Clelland (1985) motif untuk berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan satu ukuran keunggulan (standard of excellence), baik berasal dari prestasinya sendiri di waktu lalu maupun prestasi orang lain.

Orang yang punya motif berprestasi tinggi cenderung punya prestasi tinggi. Ia mempunyai kemauan keras untuk maju dan menjadi yang terbaik. Motif berprestasi merupakan salah satu faktor internal yang menentukan keberhasilan studi. Anak yang motif berprestasinya tinggi memasang target yang realistis dan memiliki inisiatif dan daya eksploratif sehingga memungkinkan tercapai tujuan belajarnya. Anak yang motif berprestasinya rendah tidak memiliki ini. Anak-anak

(5)

yang mempunyai motif berprestasi yang tinggi diduga akan mengerahkan lebih banyak usaha dan kemampuan untuk memperoleh prestasi yang tinggi.

Bagi kebanyakan anak lingkungan yang mereka hadapi pertama adalah lingkungan keluarga. Pendidikan anak dalam lingkungan keluarga merupakan awal dan pusat bagi seluruh pertumbuhan dan perkembangan si anak menjadi individu yang dewasa.

Setiap orangtua mempunyai harapan ideal agar keturunannya nanti tumbuh dan berkembang menjadi seorang manusia yang baik, berpengetahuan baik, mempunyai keunggulan tertentu dibandingkan dengan teman sebayanya, berakhlak serta bermoral yang baik. Tetapi harapan ideal ini harus dicapai melalui suatu proses yang panjang. Anak-anak mungkin tidak akan mampu untuk segera memenuhi harapan orangtuanya. Mereka masih membutuhkan pengarahan yang benar dari orangtuanya.

Setiap orangtua mengharapkan anaknya bahagia, meraih prestasi yang tinggi dan sukses dalam kehidupannya kelak. Tak dapat disangkal harapan orangtua membawa pengaruh pada keinginan berprestasi anak. Boocock dkk mengatakan bahwa anak dengan motif berprestasi tinggi biasanya datang dari keluarga yang mempunyai harapan tinggi pada mereka. Tetapi harapan orangtua tersebut tidak akan membawa dampak apapun kecuali jika dikomunikasikan pada anak (http://billydicken.blogspot.com/). Harapan dan tuntutan menjadi tidak berarti bila tidak ditunjang dengan teladan orangtua yang mencerminkan pentingnya belajar (Shapiro,1997).

(6)

Anak-anak yang orangtuanya menaruh harapan tinggi pada dirinya akan menyerap harapan tersebut dalam sikap mereka terhadap sekolah. Anak yang memiliki motivasi tinggi berharap akan berhasil dan tidak mengalami kesulitan dalam menetapkan sasaran yang tinggi bagi diri sendiri (Shapiro,1997). Anak yang motif berprestasi yang tinggi akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuannya.

Kesadaran bahwa tugas utama mencerdaskan anak ada pada orangtua akan memberikan pengaruh positif dalam pembentukan tanggung jawab dan pengkondisian lingkungan keluarga untuk mewujudkan anak-anak berprestasi. Dengan lahirnya kesadaran tersebut dengan demikian orangtua yang tadinya hanya pasif bisa lebih aktif dan secara langsung memberi motivasi pada anak-anaknya untuk berprestasi lebih baik lagi. Karena harapan atau tuntutan saja tidak berarti jika tidak ditunjang dengan teladan orangtua yang mencerminkan pentingnya belajar.

Memang motif berprestasi seseorang tidak hanya dapat dilihat dari harapan orangtua terhadap anak saja, ada faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhinya. Penelitian ini hanya mengungkap tentang persepsi anak tentang harapan orangtuanya dalam hubungan dengan motif berprestasi. Maka pertanyaan yang diajukan adalah berupa : “Apakah ada hubungan antara persepsi terhadap harapan orangtua dengan motif berprestasi?”

(7)

Tinjauan Pustaka

1. Motif Berprestasi

Menurut Sumadi Suryabrata motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Suryabrata, 2002).

Menurut Mc. Clelland motif terbagi dalam tiga kelompok, yaitu motif untuk berhubungan dengan orang lain, motif untuk berkuasa, dan motif untuk berprestasi.

Motif untuk berhubungan dengan orang lain/berafiliasi (affiliation motive) adalah motif seseorang untuk berhubungan dengan orang lain sehingga tercipta suasana yang penuh dengan keakraban dan keharmonisan. Sedangkan motif untuk berkuasa (power motive) adalah motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain.

Terakhir adalah motif untuk berprestasi (achievement motive). Mc. Clelland menggunakan istilah “n-ach” yang merupakan kependekan dari istilah need of achievement atau motif berprestasi. Ia mendefinisikan motif berprestasi sebagai motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence) (Zakianto&Ali Nafis, 2001).

Mc.Clelland (1985) mengemukakan ciri-ciri individu yang memiliki motif berprestasi tinggi yaitu :

a. Cenderung memilih tugas yang tingkat kesulitannya sedang b. Persisten/gigih

(8)

c. Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kinerjanya d. Membutuhkan umpan balik terhadap kinerjanya e. Inovatif

Selanjutnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi motif berprestasi, yaitu :

1. Pola asuh

Motif berprestasi akan berkembang baik pada keluarga dimana orangtua tanggap terhadap kebutuhan anak-anaknya dan tidak menuntut anak di luar batas kemampuannya, dibanding pada keluarga dimana orangtua selalu menuntut atau terlalu memanjakan atau malah tidak peduli terhadap anak-anak mereka.

2. Tingkat ekonomi orangtua

Anak-anak yang mempunyai orangtua dengan tingkat ekonomi menengah cenderung mempunyai motif berprestasi tinggi. Orangtua pada tingkat ekonomi menengah cenderung berorientasi pada masa depan dan sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya.

3. Etnis

Menurut Mc.Clelland ras merupakan salah satu faktor esensial bagi perkembangan motif berprestasi. Namun perkembangan motif berprestasi bukan ditentukan oleh jenis rasnya tetapi lebih pada nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki oleh ras tersebut.

(9)

4. Harapan orangtua terhadap anaknya

Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut untuk bertingkah laku yang mengarah pada pencapaian prestasi.

5. Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan

Motif berprestasi dipelajari pada masa kanak-kanak awal terutama melalui interaksi dengan dengan orangtua dan significant others.

6. Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan

Dalam diri seseorang akan berkembang hasrat berprestasi yang tinggi bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif, kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal.

7. Peniruan tingkah laku (modelling)

Anak mengambil atau meniru banyak karakteristik dari seorang yang dijadikan model melalui observational learning.

8. Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung

Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi anak dalam belajar, cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik untuk belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi, dan tidak khawatir akan kegagalan.

2. Persepsi Terhadap Harapan Orangtua

Persepsi adalah interpretasi stimulus yang ditangkap oleh penginderaan (Satiadarma, 2001). Menurut Desiderato persepsi adalah pengalaman tentang

(10)

objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2001). Persepsi merupakan proses kognitif yang kompleks, yang menunjukkan aktivitas mengindera, menginterpretasi, dan memberi perhatian terhadap objek-objek fisik maupun sosial.

Peristiwa persepsi menunjukkan adanya suatu aktivitas mengindera, menginterpretasi, dan memberi penilaian terhadap suatu objek. Sensasi dari dunia luar individu akan diolah bersama pengetahuan, pengalaman, ingatan, serta nilai-nilai yang dimiliki individu untuk menentukan arti suatu objek persepsi. Persepsi dapat dikatakan sebagai penilaian seseorang terhadap kesan-kesan yang diperoleh dari objek tersebut.

Lingkungan yang penting bagi anak adalah lingkungan keluarga. Melalui peranan keluarga inilah anak-anak mulai menerima pengalaman dalam pendidikan. Dalam keluarga bapak dan ibu sangat berperan sebagai orangtua. Bapak dan ibulah yang meletakkan dasar-dasar kepribadian pada anak melalui sikap tingkah laku dan kebiasaan, sedangkan anak akan mempersepsi apa yang ia lihat dan menginternalisasikan pada dirinya.

Harapan adalah suatu sasaran yang menjadi arah perilaku manusia. (Satiadarma, 2001). Harapan membuat manusia lebih mampu menghadapi kehidupan. Demikian pula para orangtua yang berharap bahwa anak-anaknya merupakan harapan masa depan yang dapat melanjutkan generasi mereka di masa datang. Harapan inilah yang mendorong para orangtua untuk menyusun langkah-langkah dalam menumbuh-kembangkan anak-anaknya agar pada akhirnya kelak dapat memenuhi harapan mereka (Satiadarma, 2001).

(11)

Menurut Berndt (1997) orangtua mempengaruhi motif berprestasi anaknya dalam berbagai cara. Pernyataan berikut menunjukkan bagaimana orangtua dari anak yang mempunyai motivasi tinggi berperilaku :

1. Orangtua mempunyai harapan yang tinggi pada anaknya dan mengungkapkan harapan tersebut secara jelas.

2. Orangtua menunjukkan pada anak bahwa mereka menghargai prestasi anak. 3. Orangtua hangat, menerima, dan responsif terhadap anak.

4. Orangtua membantu anak belajar di rumah.

5. Orangtua menjadikan pekerjaan akademik seperti permainan kemudian membangun komitmen untuk mencapai keberhasilan.

6. Orangtua menanamkan pada anak bahwa usaha akan menuntun pada kesuksesan.

Hal senada diungkapkan oleh Mc.Clelland (Zakianto&Ali Nafis, 2001) bahwa orangtua dari anak yang berprestasi melakukan beberapa usaha khusus terhadap anaknya. Mereka berkomunikasi, mendengarkan anak, memastikan anak-anak mereka menyelesaikan tugas-tugas sekolah, dan memberi kesempatan bagi anak untuk mengembangkan diri agar dapat berdiri sendiri.

Harapan anak atas kemampuan mereka dimulai di rumah. Sebuah studi dilakukan oleh Stevenson dan Lee untuk mengungkap mengapa siswa-siswa Amerika menunjukkan prestasi di bawah rata-rata internasional dalam matematika dan sains dibanding siswa-siswa dari Hongkong dan Jepang. Hasilnya ditemukan bahwa anak-anak dari ketiga latar belakang budaya ini tidak mempunyai perbedaan dalam kemampuan intelektual bawaan mereka,

(12)

perbedaan yang nyata adalah dalam hal minat dan harapan orangtua mereka (Shapiro,1997).

Harapan orangtua sangat berpengaruh terhadap motif berprestasi anak. Dalam lingkungan keluarga anak dapat sedini mungkin menginternalisasikan dan mensosialisasikan diri dengan segala sesuatu yang datang dari luar, terutama dari ayah dan ibunya. Melalui harapan itulah orangtua menanamkan pada anaknya bahwa untuk meraih suatu prestasi dan mencapai kesuksesan dibutuhkan suatu usaha yang keras. Hal inilah yang menjadikan anak mempunyai motif berprestasi tinggi.

Harapan orangtua hendaknya disesuaikan dengan kondisi anak sehingga anak akan mempersepsi harapan tersebut secara positif. Apabila persepsi anak terhadap harapan orangtuanya tersebut positif maka anak akan memberi respon positif pula. Oleh karena itu orangtua harus memahami keadaan anak sehingga dapat menempatkan diri secara tepat. Orangtua hendaknya dapat membangun hubungan yang hangat dengan anak sehingga dapat lebih memahami kondisi anak dan menunjukkan afeksinya terhadap anak. Apabila orangtua dapat memahami kondisi anak maka orangtua dapat meletakkan harapannya secara tepat sesuai dengan kondisi anak tersebut. Anak akan mempersepsi harapan orangtua secara positif sehingga timbul motif berprestasi yang tinggi dalam dirinya dalam usaha mewujudkan harapan orangtuanya tersebut.

Setiap orangtua pasti mempunyai harapan agar anak-anaknya berkembang menjadi manusia yang baik dan berprestasi. Tetapi harapan ini harus dicapai melalui proses yang panjang. Harapan atau tuntutan saja tidak berarti jika tidak ditunjang dengan teladan orangtua yang mencerminkan pentingnya belajar.

(13)

Apabila orangtua serius dalam mengharapkan keberhasilan anak, orangtua juga harus mengungkapkan ini dalam perbuatan nyata selain dengan kata-kata (Shapiro,1997). Anak yang motif berprestasi yang tinggi akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuannya. Bila motif berprestasinya tinggi ia akan belajar dengan sungguh-sungguh tanpa dipaksa, dengan demikian ia akan dapat meraih prestasi yang tinggi.

Metode Penelitian

Subjek penelitian ini adalah remaja siswa SMK Yapenda I Kedungwuni Kabupaten Pekalongan kelas I usia 14-18 tahun, berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala sikap untuk melihat motif berprestasi dan persepsi terhadap harapan orangtua. Pernyataan terdiri dari pernyataan favourable dan unfavourable dengan 4 kemungkinan jawaban: SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).

Skala yang digunakan untuk mengukur motif berprestasi subjek merupakan adaptasi skala motif berprestasi yang disusun oleh Nurmawati (2004). Penyusunan skala motif berprestasi didasarkan pada ciri-ciri individu yang memiliki motif berprestasi tinggi berdasarkan teori Mc. Clelland (1985). Sedangkan skala persepsi anak terhadap harapan orangtua disusun oleh peneliti berdasarkan teori dari Berndt (1997).

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment dari Pearson untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

(14)

persepsi terhadap harapan orangtua dengan motif berprestasi. Perhitungan statistik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan jasa komputer dengan program SPSS for window versi 12.0

Hasil Penelitian

Uji normalitas menunjukkan bahwa sebaran skor variabel motif berprestasi dan skor yang diperoleh pada skala persepsi terhadap harapan orangtua mengikuti distibusi normal (p> 0,05). Dari hasil uji linieritas kedua variabel diperoleh nilai F= 43,485 dengan p Linearity = 0,000 (p< 0,05) dan F deviation from linearity 0,806 dengan p= 0,762 (p > 0,05) maka data tersebut dikatakan linier.

Maka uji hipotesis dilakukan dengan teknik korelasi product moment dari Pearson karena data memenuhi persyaratan normalitas dan linearitas. Uji korelasi menunjukkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1 Correlations TotalPA TotalMB Pearson Correlation 1 .589(**) Sig. (2-tailed) . .000 TotalPA N 92 92 Pearson Correlation .589(**) 1 Sig. (2-tailed) .000 . TotalMB N 92 92

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari analisis menunjukkan besarnya koefisien korelasi antara persepsi terhadap harapan orangtua dengan motif berprestasi adalah sebesar rxy = 0,589 dan p = 0,000 (p<0.01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang sangat

(15)

signifikan antara persepsi anak terhadap harapan orangtua dengan motif berprestasi. Maka hipotesis penelitian diterima. Hasil analisis juga menunjukkan koefisien determinasi (R squared) persepsi anak terhadap harapan orangtua dengan motif berprestasi sebesar 0,347 berarti persepsi anak terhadap harapan orangtua memiliki sumbangan efektif sebesar 34,7% terhadap motif berprestasi.

Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi anak terhadap harapan orangtua dan motif berprestasi, artinya semakin positif persepsi terhadap harapan orangtua, maka semakin tinggi motif berprestasinya. Sementara bila persepsi terhadap harapan orangtuanya negatif, maka semakin rendah pula motif berprestasinya.

Berdasarkan deskripsi penelitian dari mean hipotetik dan mean empirik dapat disimpulkan bahwa motif berprestasi subjek pada penelitian ini berada pada kategori tinggi, persepsi subjek terhadap harapan orangtua juga berada pada kategori positif. Maka dapat disimpulkan bahwa motif berprestasi dapat dipengaruhi pula oleh bagaimana persepsi anak terhadap harapan orangtuanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Mc.Clelland (1985) yang menyatakan bahwa harapan orangtua terhadap anaknya akan mempengaruhi motif berprestasi anak.

Ada beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar anak yaitu minat orangtua terhadap anaknya, harapan orangtua bagi kehidupan anak di masa datang, dan macam kehidupan orangtua itu sendiri (Sukadji,1986). Harapan saja tidak berarti bila tidak ditunjang dengan teladan orangtua yang mencerminkan pentingnya belajar. Orangtua juga harus

(16)

mengungkapkan dalam perbuatan nyata selain kata-kata (Shapiro, 1997). Orangtua yang mempunyai harapan tinggi terhadap anaknya akan menyusun langkah-langkah tertentu dalam menumbuhkembangkan anaknya agar pada akhirnya kelak dapat memenuhi harapan mereka.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara motif berprestasi dengan persepsi terhadap harapan orangtua. Hal ini berarti semakin positif persepsi seseorang terhadap harapan orangtuanya maka akan semakin tinggi motif berprestasinya. Demikian pula sebaliknya bila persepsi terhadap orangtua negatif maka motif berprestasinya pun akan semakin rendah.

Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti mengajukan saran-saran berdasarkan hasil yang diperoleh yaitu sebagai berikut: 1. Bagi Subjek Penelitian

Subjek dapat mempertahankan motif berprestasi yang dimilikinya, sehingga dapat meraih prestasi yang diinginkan.

2. Bagi Orangtua

Para orangtua diharapkan tetap memberi perhatian pada anak secara konsisten agar anak tetap memiliki motif berprestasi yang tinggi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya mungkin dapat diungkap faktor lain dalam lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi motif berprestasi anak, misalnya suasana kompetisi dengan saudara kandung, pola asuh orangtua, tingkat sosial ekonomi

(17)

orangtua, serta etnis. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat memperoleh teori yang lebih mendalam tentang persepsi terhadap harapan orangtua.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Berndt, T.J. 1997. Child Development 2nd edition. USA: Brown&Benchmark Publisher.

Mc.Clelland, D. 1985. Human Motivation. USA: Scott Foresman and Company. Nurmawati, A.G. 2004. Perbedaan Tingkat Motif Berprestasi antara Remaja

Laki-laki dan Perempuan Etnis Jawa. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Petri, H.L. 1981. Motivation Theory and Research. USA: Wadsworth,inc.

Rakhmat, J. 1991. Psikologi Komunikasi edisi revisi. Bandung: PT. Remisi Rosdakarya.

Ruch, F.L. 1967. Psychology and Life 7th edition. USA: Scott, Foresman and Co. Satiadarma, M.P. 2001. Persepsi Orangtua Membentuk Perilaku Anak. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Shapiro, L.E. 1997. Mengajarkan Emotional Intelegence Pada Anak. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Sukadji, S. 1986. Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan. Jurusan Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi UI. Urusan Produksi dan Distribusi Alat Tes Fakultas Psikologi UI.

Suryabrata, S. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada. Zakianto, B.D.K& Ali-Nafis, T.R.U. 2001. Sukses di Perguruan Tinggi Edisi Khusus. http://billydicken.blogspot.com/

(19)

IDENTITAS PENULIS

Nama : Rizqiani Hayati

Alamat : Pandega Asih V/ E3 Yogyakarta E-mail : qyan_lovegil@yahoo.com

Gambar

Tabel 1  Correlations        TotalPA  TotalMB  Pearson  Correlation  1  .589(**)  Sig

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisis apakah investor merespon secara lemah terhadap pengumuman laba perusa- haan yang menghadapi kos stickiness maka di- bangun model dengan meregres cumulative

Tanah yang baik memiliki kandungan hara yang cukup bagi tanaman. Beberapa unsur hara yang terpenting dalam tanah antara lain ialah nitrogen, fosfor dan kalium.

Peraga dot matrix sebagai penyampaian pesan informasi ini dilengkapi dengan menggunakan fasilitas SMS, pertama kali mikrokontroler akan memeriksa dan mengambil

Bapak Muhammad Taufiq Tamam selaku Dekan Fakultas Teknik da Sains sebagai Pembimbing Akademik angkatan 2013 yang selalu mengarahkan mahasiswanya untuk menjadi pribadi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan dapat meningkatkan

Dari penjelasan di atas, maka pada tahap growth seperti halnya dengan tahap start up diharapkan informasi yang dihasilkan oleh aktivitas arus kas ( cash flow ) lebih memiliki

Dari hasil penelitian tersebut dapat dibuktikan bahwa penerapan metode Inside Outside Circle dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sains kelas V

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku spasial (daerahjelajah danjarak tempuh) yang nyata antara tikus perlakuan medroksiprogesteron asetat dan kontrol..