• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator monitoring dan evaluasi program pengendalian kusta :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indikator monitoring dan evaluasi program pengendalian kusta :"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Indikator monitoring dan evaluasi program pengendalian kusta : 1. Indikator utama

a. Angka penemuan kasus baru (CDR = case detection rate)

Adalah jumlah kasus yang baru ditemukan pada periode satu tahun per 100.000 penduduk.

Merupakan indikator yang paling bermanfaat dalam menetapkan besarnya masalah dan transmisi yang sedang berlangsung. Selain itu juga dipergunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan obat serta menunjukkan aktivitas program. Rumus :

jumlah kasus yang baru ditemukan dalam satuta h un

jumlah penduduk pada tah un yang sama x 100.000

Angka penemuan kasus baru di puskesmas Sukadiri pada tahun 2013 10

54.459 x 100.000=18,36

Berdasarkan indikator epidemiologi angka penemuan kasus baru ≤ 5 per 100.000 penduduk, pada puskesmas sukadiri ditemukan 18, 36 kasus dalam 100.000 penduduk hal itu menandakan angka penemuan kasus di puskesmas Sukadiri tinggi.

b. Angka cacat tingkat 2 (grade 2 dissability rate)

Adalah angka kasus yang baru yang telah mengalami cacat tingkat 2 per 100.000 penduduk. Angka ini dapat merefleksikan perubahan dalam deteksi kasus baru dengan penekanan pada penemuan kasus secara dini.

Rumus :

jumlah k asus baru dengan cacat tingkat 2 yang ditemukandalam periode satuta h un

jumla h penduduk 100.000

Angka cacat tingkat 2 pada puskesmas Sukadiri tahun 2013 adalah 0

54.459 x 100.000=0

Angka cacat tingkat 2 pada kasus kusta baru tidak ditemukan di puskesmas sukadiri, hal ini menandakan deteksi kasus baru dengan penekanan pada penemuan kasus secara dini di puskesmas tersebut sangat baik. Hal tersebut dapat memenuhi sasaran strategis dari pedoman program kusta yaitu rencana penurunan cacat kusta tingkat 2 sebesar 35 % pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2010. c. Angka kesembuhan (RFT = release from treatment)

Angka ini penting dalam kualitas tatalaksana pasien dan kepatuhan pasien dalam minum obat. Untuk menganalisa pengobatan, digunakan analisa kohort, yaitu

(2)

tekhnik analisa yang digunakan di dalam mempelajari angka kesakitan yang berubah menurut tanggal/waktu mulai diberikan pengobatan MDT dan dimonitoring selama pengobatan, yaitu selama 6-9 bulan untuk pasien PB dan 12 bulan untuk pasien MB.

1. RFT rate MB

Jumlah kasus baru MB dari periode kohort 1 tahun yang sama yang

menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan) dinyatakan dalam presentase.

Rumus :

jumlah kasus MB yang menyelesaikan12 dosis dalam 12−18 bulan

jumlah seluru h kasusbaru MB yg mulai MDT pada periode ko h ort tah un yang samax 100 Angka kesembuhan kusta MB pada Puskesmas Sukadiri tahun 2013 adalah

8

8x 100 =100

Angka kesembuhan kusta MB pada puskesmas Sukadiri dapat tercapai 100 % yang menandakan kualitas tatalaksana dan kepatuhan pasien kusta MB di puskesmas Sukadiri adalah baik.

2.RFT rate PB

Jumlah kasus baru PB dari periode kohort 1 tahun yang sama yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan) dinyatakan dalam presentase. Rumus :

jumla h seluru h kasus baru PB yang menyelesaikan6 dosis dalam waktu 6−9 bulan

jumlah seluru h kasusbaru PB yang mulai MDT pada periode ko h ort ta hun yang samax 100

Angka kesembuhan kusta PB pada Puskesmas Sukadiri tahun 2013 adalah 3

3 x 100 =100

Pada data RFT rate pasien PB di puskesmas Sukadiri dengan hasil 100 %, menunjukkan bahwa kualitas tatalaksana dan kepatuhan pasien kusta PB di puskesmas sukadiri adalah baik.

d. Prevalensi dan angka prevalensi (PR = prevalence rate)

Angka ini menunjukkan besarnya masalah di suatu daerah, menentukan beban kerja dan sebagai alat evaluasi.

Prevalensi adalah jumlah kasus terdaftar pada suatu saat tertentu, angka prevalensi adalah jumlah kasus kusta terdaftar PB dan MB pada suatu saat tertentu per 10.000 penduduk.

Rumus :

jumlah kasus kusta terdaftar pada suatu saat tertentu

jumla h penduduk padata h un yang sama x 10.000 Prevalensi kasus kusta di Puskesmas Sukadiri tahun 2013 adalah

(3)

11

54.459 x 10.000=2,01

Angka prevalensi kasus kusta yang tercatat di Puskesmas Sukadiri adalah 11 dengan prevalensi 2,01 kejadian per 10.000 penduduk. Berdasarkan target penemuan kasus kusta seharusnya target kasus kusta yang ditemukan adalah 1 per 10.000 jumlah penduduk atau pada puskesmas Sukadiri target penemuan kasus kusta adalah 5. Jadi prevalensi dan angka prevalensi yang ditemukan di Puseksmas Sukadiri tinggi.

2. Indikator lain yang bermanfaat a. Proporsi cacat tingkat 2

Angka ini bermanfaat untuk menunjukkan keterlambatan antara kejadian penyakit dan penegakan diagnosis (keterlambatan pasien mencari pengobatan atau keterlambatan petugas dalam penemuan pasien). adalah jumlah kasus cacat tingkat 2 yang ditemukan diantara kasus baru pada periode satu tahun.

Rumus :

jumlah kasus baru dengan cacat tingkat 2 dalam periode satu tah un jumlah kasus baru yang ditemukan dalam periode yang sama x 100 Proporsi cacat tingkat 2 pada kasus kusta di puskesmas Sukadiri tahun 2013 adalah

0

10 x 100 =0

Dari hasil perhitungan proporsi cacat tingkat 2 pada kasus kusta yang di temukan di Puskesmas Sukadiri yaitu 0 % menunjukkan bahwa tidak adanya keterlambatan antara kejadian penyakit dan keterlambatan penegakan diagnosis di puskesmas tersebut.

b. Proporsi kasus anak (0-14 tahun)

Jumlah kasus pada anak (0-14 tahun) diantara kasus yang baru ditemukan pada periode satu tahun. Dapat dipakai untuk melihat keadaan penularan saat ini dan memperkirakan kebutuhan obat.

Rumus :

jumla h kasus anak(0−14 t h)yang baru ditemukan pad aperiode satu tah un jumla h kasus yang baru ditemukan dalam periode yang sama x 100 Proporsi kasus anak (0-14 tahun) di puskesmas Sukadiri tahun 2013 adalah

2

10 x 100 =20

Dari hasil perhitungan jumlah proporsi kasus anak yang menderita kusta di Puskesmas Sukadiri adalah 20 % hal tersebut tersebut berarti Puskesmas Sukadiri harus mempersiapkan minimal 20 % obat untuk kusta anak dari seluruh perencanaan obat untuk kasus kusta yang tercatat di Puskesmas tersebut.

(4)

Jumlah kasus MB yang ditemukan diantara kasus baru pada periode satu tahun. Angka ini dapat dipakai untuk memperkirakan sumber penyebaran infeksi dan untuk menghitung kebutuhan obat.

Rumus :

jumlah kasus MB yang baru ditemukan pada periode satu tah un jumlah kasus yang baru ditemukandalam pe riode yang sama x 100

Proporsi MB pada kasus kusta di puskesmas Sukadiri tahun 2013 adalah 7

10 x 100 =70

Dari perhitungan menunjukkan kasus kusta yang terbanyak yang ditemukan di Puskesmas Sukadiri adalah kusta tipe MB dengan presentase 70 % dari jumlah kasus kusta yang tercatat dalam tahun 2013.

d. Proporsi perempuan

Jumlah kasus perempuan diantara kasus baru yang ditemukan pada periode satu tahun. Dapat memberikan gambaran tentang akses pelayanan terhadap perempuan diantara kasus baru.

Rumus :

jumlah kasus perempuan yang baru ditemuakn pad aperiode satuta h un jumla h kasus baru ditemukandala m periode satu tah un yang sama x 100 Proporsi perempuan pada kasus kusta di puskesmas Sukadiri tahun 2013 adalah

4

10 x 100 =40

Dari hasil perhitungan proporsi perempuan penderita kusta di Puskesmas Sukadiri adalah 40 % yang berarti lebih rendah dibanding dengan penderita laki-laki. Berdasarkan distribusi menurut jenis kelamin menyebutkan bahwa dibeberapa negara seperti Afrika menunjukkan prevalensi wanita lebih sedikit dibanding laki-laki karena akses untuk perempuan lebih terbatas. Hal tersebut menunjukkan bahwa akses pelayanan kesehatan di Puskesmas Sukadiri baik.

3. Indikator tatalaksana kasus

Bermanfaat untuk melihat kualitas tatalaksana kasus. a. Proporsi kasus baru yang didiagnosis dengan benar

Jumlah kasus baru yang didiagnosis dengan benar (setelah dikonfirmasi) diantara kasus yang baru ditemukan pada periode satu tahun. Indikator ini bermanfaat untuk melihat kualitas diagnosis .

Rumus :

jumlah kasus baru yang didiagnosis dengan benar pada perioade satu tah un jumlah kasus ya n g baru ditemukan pada periode yang sama x 100

Proporsi kasus baru yang didiagnosis dengan benar di puskesmas Sukadiri tahun 2013 adalah

(5)

10

10 x 100 =¿ 100 %

b. Proporsi kasus defaulter

Jumlah kasus yang tidak menyelesaikan pengobatan tepat waktu (PB tidak ambil obat lebih 3 bulan, MB tidak ambil obat lebih 6 bulan) diantara kasus baru yang mendapat pengobatan pada periode satu tahun. Indikator ini bermanfaat untuk melihat kualitas kegiatan pembinaan pengobatan / keteraturan berobat.

Rumus :

jumlah kasus PB

MB yang tidak menyelesaikan pengoba tan tepat waktu jumlah kasus baru PB

MB yang mendapat pengobatan pada periode yang sama x 100

Proporsi kasus defaulter pada puskesmas sukadiri pada tahun 2012 0

10 x 100 =¿ 0 %

Proporsi kasus kusta yang tidak menyelesaikan pengobatan secara tepat waktu di Puskesmas Sukadiri adalah 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembinaan pengobatan atau keteraturan dari pasien kusta di Puskesmas Sukadiri baik.

c. Jumlah kasus kambuh

Jumlah kasus kambuh atau relaps yang ditemukan. Jika jumlah yang ditemukan relaps di suatu daerah tinggi, penyelidikan lebih lanjut harus dilakukan. Indikator ini dapat menggambarkan efektivitas POD selama pengobatan MDT.

Jumlah kasus kambuh pada puskesmas sukadiri tahun 2013 tidak ditemukan. Hal tersebut menggambarkan bahwa POD di Puskesmas Sukadiri telah efektif selama pengobatan MDT.

d. Proporsi kecacatan pada saat RFT

Jumlah kasus yang cacat atau derajat cacat bertambah berat pada saat RFT, diantara jumlah kasus yang sudah dinyatakan RFT pada periode satu tahun. Indikatior ini dapat menggambarkan efektivitas POD selama pengobatan MDT. Rumus :

jml kasuscacat ataubertamba hberat derajat kecacatannya pd saat dinyatakan RFT pd periode satuta hun jumlah kasus yang suda h dinyatakan RFT pada periode yang sama x 100

Proporsi kecacatan pada kasus kusta di puskesmas Sukadiri tahun 2012 adalah 0

(6)

Tidak ditemukan kasus yang cacat pada saat RFT di Puskesmas Sukadiri, hal ini juga menunjukkan bahwa di pUskesmas Sukadiri POD telah efektif selama pengobatan MDT.

Referensi

Dokumen terkait

Sulistiyawati, 2014, Hubungan Tipe Reaksi Kusta Dengan Tingkat Kecacatan Penderita Kusta di Puskesmas Pasean Kabupaten Pamekasan Periode 1 Januari 2011-31 Desember 2012,

cacat kusta tingkat 2 pada penderita kusta multibasiler yang telah menyelesaikan pengobatan.. Penatalaksanaan pada pasien ini diajarkan cara perawatan ulkus yaitu

Dalam penelitian ini masalah yang dikaji adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian cacat tingkat 2 pada penderita kusta di kampung rehabilitasi Rumah Sakit Kusta

Input pelaksanaan program Pengendalian Kusta di Puskesmas Lompentodea belum berjalan dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari belum tersedianya fasilitas khusus

Input pelaksanaan program Pengendalian Kusta di Puskesmas Lompentodea belum berjalan dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari belum tersedianya fasilitas khusus

Probolinggo tahun 2014 menunjukkan tingkat kasus kusta masih tinggi dengan rata-rata di tiap kecamatan di Kabupaten Probolinggo adalah 17 kasus dari jumlah

Capaian indikator Kusta tahun 2020 sudah melebihi target yang ditetapkan. Dimana capaiannya mencapai 88% dan target yang ditetapkan 87%. Pada tahun 2020 jumlah kasus kusta baru

Data dari Kemenkes RI menunjukkan bahwa pada tahun 2020, kasus kecacatan tingkat 2 pada kusta mencapai angka 2,32 per 1.000.000 penduduk di seluruh Indonesia, sedangkan jumlah kasus