ix ABSTRAK
HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN STATUS GIZI ANAK UMUR
3-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI III BADUNG
Early childhool caries (ECC) merupakan penyakit yang dapat menyebabkan masalah pada bidang estetika dan sosial seorang anak. ECC juga dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan dalam makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian ECC dan gambaran status gizi anak serta hubungan antara ECC dengan status gizi anak umur 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Mengwi III Badung.
Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional ini menggunakan sampel sebanyak 107 orang anak umur 3 sampai 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Mengwi III Badung. Teknik sampling yang digunakan adalah multistage sampling. Analisis statistik dilakukan dengan uji Fisher’s Exact.
Sampel paling banyak terdistribusi pada kategori yang mengalami ECC yaitu
sebanyak 71% dengan rincian 25.2% pada ECC kelas I, 32.7% pada kelas II dan
13.1% pada kelas III. Gambaran status gizi menunjukkan sampel paling banyak terdistribusi pada kelompok status gizi normal (77.6%).
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara ECC dengan
status gizi anak (P-value> 0.05), namun secara keseluruhan tampak adanya
kecenderungan semakin bertambahnya umur maka keparahan ECC juga akan
meningkat.
x ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) WITH NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN AGED 3 TO 5 YEARS
OLD IN PUSKESMAS MENGWI III BADUNG’S WORK AREA Aim: the aim of this study was to find out about ECC incidence and nutritional status of those children and investigate the relationship between those two categories. Method: this study was conducted on 107 children aged 3 to 5 years old through multistage sampling and the data was analyzed with Fisher’s Exact test. Result: the result shows that the data from ECC category were distributed greatly at children with ECC group (71%) which divided into 25.2% from ECC type I group, 32.7% from ECC type II group, and 13.1% from ECC type III group. The data from nutritional status category were distributed greatly at children with normal weight group (77.6%). Conclusion: there is no relation between ECC incidence with nutritional status in children aged 3 to 5 years old at Puskesmas Mengwi III Badung’s Work Area (P-value> 0.05), but the data shows that ECC severity tends to increase when the children grows older.
xi DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM... ... i
PRASYARAT... ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN... ... iii
LEMBAR PENGUJI... ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... ... v
KATA PENGANTAR... ... vi
ABSTRAK... ... ix
ABSTRACT... ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) ... 7
2.1.1 Definisi ... 7 2.1.2 Etiologi ... 8 2.1.3 Faktor Resiko ... 10 2.1.4 Karakteristik ... 12 2.1.5 Klasifikasi ... 13 2.1.6 Patofisiologi ... 15 2.1.7 Indikator Karies ... 15 2.1.7.1 DMF-T ... 16 2.1.7.2 Def-t ... 16 2.1.8 Pencegahan Karies ... 17
xii
2.2 Gizi ... 18
2.2.1 Definisi Gizi ... 18
2.2.2 Definisi Status Gizi ... 19
2.2.3 Pengertian Keadaan Gizi ... 19
2.2.4 Indikator Status Gizi ... 20
2.3 Hubungan Early Childhood Caries (ECC) dengan Status Gizi ... 20
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Berpikir ... 22
3.2 Konsep Penelitian ... 23
3.3 Hipotesis ... 23
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 24
3.4.1 Variabel ... 24
3.4.2 Definisi Operasional ... 24
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 28
4.2 Populasi dan Sampel ... 28
4.2.1 Populasi Target ... 28 4.2.2 Populasi Terjangkau... 28 4.2.3 Kriteria Eligibilitas... 28 4.2.4 Besar Sampel ... 29 4.2.5 Pengambilan Sampel ... 30 4.3 Pengumpulan Data ... 31
4.3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 31
4.3.2 Instrumen Penelitian ... 31
4.3.3 Prosedur Pengumpulan Data ... 32
4.4 Teknik Analisis Data... 33
4.4.1 Pengolahan Data ... 33
4.4.2 Analisis Data... 33
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ... 34
5.2 Distribusi Tingkat Keparahan ECC Sampel ... 34
5.3 Distribusi Status Gizi Sampel ... 35
5.4 Hubungan ECC dengan Status Gizi Sampel ... 36
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Kejadian ECC ... 38
6.2 Gambaran Status Gizi Anak ... 39
xiii BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan ... 45 7.2 Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN... ...
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan umur... ... 34
Tabel 5.2 Tingkat keparahan ECC sampel ... 34
Tabel 5.3 Tingkat keparahan ECC berdasarkan umur sampel ... 35
Tabel 5.4 Distribusi status gizi sampel ... 35
Tabel 5.5 Distribusi status gizi sampel berdasarkan umur ... 36
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 ECC tipe I... ... 14
2.2 ECC tipe II ... 14
2.3 ECC tipe III ... 14
3.1 Kerangka berpikir... 22
xvi DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua Calon Subjek Penelitian
Lampiran II : Lembar Persetujuan Orang Tua
Lampiran III : Lembar Pengambilan Data
Lampiran IV : Lembar Ethical Clearance
Lampiran V : Izin Penelitian
Lampiran VI : Lampiran Data Excel
Lampiran VII : Hasil Analisis SPSS
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih perlu mendapatkan perhatian, terlebih lagi rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam memahami pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Penyakit yang cukup sering menyerang gigi dan mulut di Indonesia sampai saat ini adalah karies, yaitu suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan hasil dari disolusi kimia lokal pada permukaan gigi yang disebabkan oleh peristiwa metabolisme pada biofilm (plak gigi) yang melapisi daerah yang terkena karies. Kerusakan dapat mengenai enamel, dentin dan sementum(Fejerskov dkk., 2008).
Umumnya karies bisa menyerang siapa saja, namun karies yang sering mengenai anak di bawah umur 6 tahun adalah rampant caries atau Early Childhood Caries (ECC). Menurut Makhdoom dkk. (2015), ECC menjadi masalah baik di negara maju maupun negara berkembang, dan telah dianggap
sebagai suatu epidemi di negara-negara berkembang. ECC adalah masalah
kesehatan masyarakat yang terus mempengaruhi bayi dan anak-anak prasekolah di seluruh dunia. Sebuah tinjauan komprehensif epidemiologi ECC menunjukkan bahwa prevalensinya bervariasi dari populasi penduduk; namun, anak-anak dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah, tanpa memandang ras, suku, atau
budaya, adalah kelompok komunitas yang paling rentan menderita ECC
2
ECC tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut, namun
juga memiliki dampak yang lebih luas, terutama pada anak-anak umur di bawah 6
tahun. Banyaknya gigi sulung yang hilang karena ECC mengakibatkan hilangnya
ruang untuk erupsi gigi permanen sehingga anak-anak tersebut memiliki gigi dengan estetika yang rendah, gangguan proses bicara dan juga kurangnya percaya diri sehingga mengalami kesulitan atau gangguan dalam bersosialisasi (Kaste dkk., 1999 sit. Makhdoom dkk., 2015). Selain masalah estetika dan masalah sosial
yang dapat ditimbulkan, ECC juga dapat menyebabkan nyeri dan
ketidaknyamanan sehingga proses asupan makanan menjadi terganggu sehingga berdampak terhadap status gizi anak.
Berdasarkan hasil Riskesdes tahun 2007 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI, masih terdapat banyak anak bawah umur lima tahun yang menderita masalah gizi. Permasalahan gizi anak yang dihadapi oleh Indonesia cukup kompleks tidak hanya kekurangan gizi, namun juga terdapat masalah kegemukan. Dari sekitar 25 juta anak, 4,6 juta diantaranya menderita gizi kurang, yaitu berat badannya yang tidak memenuhi berat badan normal. Di samping itu sebanyak 3,4 juta anak tergolong kurus di mana berat badannya kurang proporsional dengan tinggi badannya, dan 3,1 juta anak kegemukan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masalah-masalah gizi tersebut masih terkait dengan masalah kesehatan gigi dan mulut.
Indeks decay, missing, filling (DMF-T) telah digunakan selama lebih dari 70 tahun sebagai indeks untuk menilai status karies pada epideomologi gigi. Indeks DMF-T diterapkan pada gigi permanen dan dinyatakan sebagai jumlah
3
total gigi yang mengalami karies (D/decay), dicabut karena karies (M/missing), atau direstorasi (F/filling) pada tiap individu. Menurut data Riskesdas nasional tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6 dengan nilai masing-masing: D-T=1,6; M-T=2,9; F-T=0,08; yang berarti kerusakan gigi penduduk Indonesia sebanyak 4-5 buah gigi per orang. Sementara indeks DMF-T untuk di Provinsi Bali sendiri adalah sebesar 4,1 dengan nilai masing-masing D-T=1,1; M-T=3,0; F-T=0,12. Sedangkan pada umur di bawah 10 tahun data tidak tersedia.
Data yang minim mengenai keberadaan karies pada anak juga ditemukan pada Puskesmas Mengwi III Badung, dikarenakan kurangnya kesadaran orangtua melakukan pemeriksaan gigi rutin terhadap anaknya. Orangtua cenderung memeriksakan anaknya ke dokter gigi di Puskesmas hanya apabila ada keluhan. Menurut data tahun 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Mengwi III Badung, tercatat 31 kasus karies pada gigi sulung dari bulan Januari-Mei. Jumlah kunjungan pemeriksaan gigi anak umur prasekolah (0-5 tahun) dari bulan Januari-26 Mei 2016 adalah sebesar 57 kunjungan, hal ini terhitung sedikit mengingat jumlah seluruh anak yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Mengwi III Badung berjumlah 1.409 anak, yang berasal dari satu desa dan tiga kelurahan (Desa Penarungan, Kelurahan Sempidi, Lukluk dan Sading).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak anak yang tidak melakukan pemeriksaan gigi rutin, dikarenakan salah satunya adalah kurangnya kesadaran orang tua untuk memeriksakan anaknya. Pihak Puskesmas juga tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan gigi rutin pada anak saat Posyandu karena keterbatasan tenaga kerja.
4
Oleh karena uraian di atas di mana tingginya masalah gizi masih terkait dengan masalah kesehatan gigi dan mulut, serta karena belum pernah dilakukan penelitian terkait hubungan ECC dengan status gizi anak di wilayah puskesmas tersebut maka penulis tertarik meneliti hubungan ECC dengan status gizi anak umur 3-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Mengwi III Badung untuk memberikan gambaran mengenai kejadian karies yang dan juga hubungannya dengan status gizi anak di wilayah terkait.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Apakah Ada Hubungan Antara ECC dengan Status Gizi Anak Umur 3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Mengwi III Badung?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk membuktikan adanya hubungan antara ECC dengan status gizi anak umur 3-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Mengwi III Badung.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran kejadian ECC di Wilayah Kerja
5
2. Untuk mengetahui gambaran status gizi anak umur 3-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Mengwi III Badung
3. Untuk mengetahui hubungan antara ECC dengan status gizi anak umur 3-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Mengwi III Badung
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan informasi bagi praktisi kedokteran gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi yang tepat kepada anak dengan status gizi tertentu, terutama kepada puskesmas setempat dalam memberikan pelayanan yang holistik termasuk pelayanan kesehatan gigi pada anak dalam program Posyandu serta memberikan saran dan informasi kepada Dinas Kesehatan setempat dalam upaya peningkatan kesehatan gigi anak dan peningkatan status gizi anak.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kepada praktisi kedokteran gigi mengenai hubungan antara ECC dengan status gizi anak di Wilayang Kerja Puskesmas Mengwi III Badung, dan agar dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.
6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang Kedokteran Gigi Anak yang meliputi analisis hubungan antara ECC dengan status gizi anak di wilayah kerja Puskesmas Mengwi III Badung.