• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH), KUALITAS PENDAMPINGAN, DAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN DI DESA NGRECO, WERU, SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH), KUALITAS PENDAMPINGAN, DAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN DI DESA NGRECO, WERU, SUKOHARJO"

Copied!
219
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM

KELUARGA HARAPAN (PKH), KUALITAS

PENDAMPINGAN, DAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN

DI DESA NGRECO, WERU, SUKOHARJO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh:

RIRIN NUR HIDAYATI

(2)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

i

ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM

KELUARGA HARAPAN (PKH), KUALITAS

PENDAMPINGAN, DAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN

DI DESA NGRECO, WERU, SUKOHARJO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh:

RIRIN NUR HIDAYATI

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

(6)

v

MOTTO

“Success is no accident, it is hard work, perseverance learning, sacrifice and most of all love what you do.”

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH), KUALITAS PENDAMPINGAN, DAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN DI DESA NGRECO, KECAMATAN

WERU, KABUPATEN SUKOHARJO

Ririn Nur Hidayati Universitas Sanata Dharma

2018

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis persepsi masyarakat tentang Program Keluarga Harapan (PKH); (2) menganalisis kualitas pendampingan Program keluarga Harapan (PKH); dan (3) menganalisis pengelolaan dana bantuan oleh penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif campuran dengan metode penelitian studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2018. Populasi penelitian adalah seluruh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH komponen pendidikan dan komponen kesehatan di Desa Ngreco yang berjumlah 161 KPM. Sampel penelitian sebanyak 115 KPM yang diambil dari teknik

purposive sampling. Data penelitian dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) masyarakat penerima dana bantuan memiliki persepsi positif terhadap Program Keluarga Harapan (PKH); (2) masyarakat memiliki persepsi yang baik terhadap kualitas pendampingan yang dilakukan oleh pendamping sosial Program Keluarga Harapan (PKH); dan (3) pengelolaan dana bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) oleh masyarakat Desa Ngreco adalah kurang baik.

(10)

ix

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF THE SOCIETY PERCEPTION ON PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH), QUALITY OF MONITORING PROCESS, AND THE FUND MANAGEMENT SYSTEM OF PROGRAM KELUARGA

HARAPAN (PKH) IN DESA NGRECO, WERU, SUKOHARJO

Ririn Nur Hidayati

Sanata Dharma University

2018

This research attempts to know: (1) the society perception on Program Keluarga Harapan (PKH); (2) the quality of Program Keluarga Harapan (PKH) monitoring process; and (3) the fund management system by the beneficiary of the Program Keluarga Harapan (PKH).

This research is descriptive mixed methods research with case study research method. This research was held on September-October, 2018. The research population is Keluarga Penerima Manfaat (KPM) of education and health components in Desa Ngreco covered 161 Keluarga Penerima Manfaat (KPM). The research sample is 115 of Keluarga Penerima Manfaat (KPM). The research sampling technique is purposive sampling technique. The data collection methods are questionnaire and interview to gather quantitative and qualitative data.

The results of data analysis show that: (1) Keluarga Penerima Manfaat (KPM) had a positive society perception on Program Keluarga Harapan (PKH); (2) Keluarga Penerima Manfaat (KPM) had a good perception on quality of Program Keluarga Harapan (PKH) monitoring process; and (3) management system of Program Keluarga Harapan (PKH) fund was bad.

(11)

x

KATA

PENGANTAR

Puji dan syukur saya sembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir

dengan judul “ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH), KUALITAS

PENDAMPINGAN, DAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN DI DESA NGRECO, WERU, SUKOHARJO”.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari sejumlah pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikan.

2. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku dosen pembimbing

yang telah sabar membimbing, memberikan saran dan meluangkan waktu

dalam memberikan bimbingan kepada saya sampai menyelesaikan skripsi

(12)

ilmunya selama proses perkuliahan.

7. Kcluarga Ccmaru. Jbu Moryunti, B::ipok Sutrisno. Kake!,, Mari;-anto. Adik

Dino yang senantiasa selolu mcmberikan scmnngat. kcsabaran. dukungan dan don.

8. Bowi Prabono yang selalu ada seriap saat dan v.aktu memberiknn dukung:m.

waktu, kesabaran, dan doa, kepada penulis untuk dapm men) elesai\..an

skripsi ini.

9. Filemon Kristian Novarimawan, dan Aini Masnon yang selalu nda untuk bertukar pi\..iran dnn memherikan semangm dnlam pen) dc-;nian skripsi ini I 0. Br. Yohane:. Sarju. .J .. f\l.f\1. yang sclalu nwmhantu penulis sclama mnsa

perkulinhan

11. Seluruh lc111un-te111011 Pcndidikan L \..onnmi ::!0 13 dan Univcrsitas Sonata

Dhnrma ) ;,ng telah membcri\..nn dukungan dan doan> n.

Penulis mcn)'adari masih hanynk ke\..u1angan ) ang tcrdap:n pada skrip:,i ini.

Sarnn dan kritik snngnt diharapkan dari pcmbncn �ang <lapat bennanfout pada

masa mcndatang. Akhir kata, penulis berharap :,,l,.ripsi ini mcmbcrikan manfaat

bagi sesama masyarakat dan pcndidikun di Indonesia.

Yo�nol-.arta, 30 Januari 2019

r�

Rann �ur I hdayati

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Batasan Masalah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

(14)

xiii

BAB II KAJIAN TEORETIK ... 9

A. Konsep Kebijakan Publik ... 9

1. Pengertian Kebijakan Publik... 9

2. Elemen-elemen Kebijakan Publik ... 10

3. Tahap-tahap Kebijakan Publik ... 14

B. Program Keluarga Harapan (PKH) ... 15

1. Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH) ... 15

2. Landasan dan Dasar Hukum Pelaksanaan PKH ... 17

3. Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH) ... 19

4. Sasaran Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) ... 20

5. Hak dan Kewajiban Keluarga Penerima Manfaat PKH ... 21

6. Besar Dana Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) ... 22

C. Persepsi Masyarakat... 22

1. Pengertian Persepsi ... 22

2. Pengertian Masyarakat ... 23

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat ... 24

4. Dimensi Persepsi Masyarakat ... 25

D. Kualitas Pendampingan ... 27

1. Pendamping (Pekerja Sosial) ... 27

2. Peran Pendamping ... 28

3. Pengertian Kualitas Pelayanan ... 32

4. Pendamping Sosial PKH ... 33

5. Dimensi Kualitas Pendampingan ... 36

E. Pengelolaan Dana Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH)... 37

1. Pengelolaan Dana ... 37

2. Bantuan Dana Program keluarga Harapan (PKH) ... 38

3. Indikator Pengelolaan Dana ... 40

F. Penelitian Terdahulu ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian... 44

(15)

xiv

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 45

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 45

E. Operasional Variabel ... 47

1. Persepsi Masyarakat tentang Program Keluarga Harapan (PKH) ... 47

2. Kualitas Pendampingan ... 49

3. Pola Pengelolaan Dana ... 52

F. Jenis Data yang Diperlukan ... 54

G. Teknik Pengumpulan Data ... 55

H. Pengujian Instrumen Penelitian ... 56

1. Uji Validitas ... 56

2. Uji Reliabilitas... 61

I. Teknik Analisis Data... 63

1. Analisis Data Kuantitatif ... 63

2. Analisis Data Kualitatif ... 74

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 76

A. Lokasi dan Luas Wilayah... 76

B. Penduduk... 78

C. Mata Pencaharian ... 79

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 82

A. Pelaksanaan Penelitian ... 82

B. Deskripsi Data ... 83

1. Usia... 84

2. Latar Belakang Pendidikan ... 86

3. Profesi... 88

C. Analisis Data ... 90

1. Persepsi Masyarakat ... 90

2. Kualitas Pendampingan ... 93

3. Pengeloaan Dana ... 96

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 99

(16)

xv

2. Kualitas Pendapingan Pendamping Program Keluarga Harapan ... 103

3. Pola Pengelolaan Dana Bantuan Program Keluarga Harapan ... 109

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 114

A. Kesimpulan ... 114

1. Persepsi Masyarakat tentang Program Keluarga Harapan (PKH) .... 114

2. Kualitas Pendampingan ... 115

3. Pengelolaan Dana ... 117

B. Keterbatasan Penelitian ... 118

C. Saran ... 118

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Skor Alternatif Jawaban ... 47

3.2 Kisi-kisi Kuisioner Variabel Persepsi Masyarakat ... 47

3.3 Kisi-kisi Wawancara pada KPM Variabel Persepsi Masyarakat ... 48

3.4 Kisi-kisi Wawancara pada Pendamping ... 48

3.5 Skor Alternatif Jawaban ... 49

3.6 Kisi-kisi Kuisioner Variabel Kualitas Pendampingan ... 50

3.7 Kisi-kisi Wawancara pada KPM Variabel Kualitas Pendampingan... 50

3.8 Kisi-kisi Wawancara pada Pendamping ... 51

3.9 Skor Alternatif Jawaban ... 53

3.10 Kisi-kisi Kuisioner Variabel Pengelolaan Dana ... 53

3.11 Kisi-kisi Wawancara pada KPM Variabel Pengelolaan Dana ... 54

3.12 Kisi-kisi Wawancara pada Pendamping ... 54

3.13 Hasil Pengujian Validitas Persepsi Masyarakat ... 57

3.14 Hasil Pengujian Validitas Kualitas Pendampingan ... 58

3.15 Hasil Pengujian Validitas Pengelolaan Dana Butir 1 – 13 ... 59

3.16 Hasil Pengujian Validitas Pengelolaan Dana Butir 14a dan 15a ... 60

3.17 Hasil Pengujian Validitas Pengelolaan Dana Butir 14b dan 15b ... 61

3.18 Hasil Uji Reliabilitas... 62

3.19 Interval Kelas Variansi Persepsi Masyarakat ... 65

3.20 Interval Kelas Variansi Kualitas Pendampingan ... 68

3.21 Interval Kelas Variansi Pengelolaan Dana ... 72

4.1 Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah Tahun 2016 (Ha) ... 77

4.2 Jumlah Penduduk berdasarkan Usia ... 78

4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 79

4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 79

4.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 80

(18)

xvii

5.2 Karakteristik Responden Komponen Pendidikan Berdasarkan Usia ... 84

5.3 Karakteristik Responden Komponen Kesehatan Berdasarkan Usia ... 85

5.4 Karakteristik Komponen Pendidikan Berdasarkan Pendidikan ... 87

5.5 Karakteristik Komponen Kesehatan Berdasarkan Pendidikan ... 87

5.6 Karakteristik Responden Komponen Pendidikan Berdasarkan Profesi ... 88

5.7 Karakteristik Responden Komponen Kesehatan Berdasarkan Profesi ... 89

5.8 Analisis Statistik Variabel Persepsi Masyarakat ... 92

5.9 Kategori Kelas Interval Variabel Persepsi Masyarakat ... 92

5.10 Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Masyarakat ... 93

5.11 Analisis Statistik Variabel Kualitas Pendampingan ... 94

5.12 Kategori Kelas Interval Variabel Kualitas Pendampingan ... 94

5.13 Distribusi Frekuensi Variabel Kualitas Pendampingan ... 95

5.14 Analisis Statistik Variabel Pola Pengelolaan Dana ... 98

5.15 Interval Kelas Variansi dalam Pola Pengelolaan ... 98

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Kuisioner dan Pedoman Wawancara ... 123

Lampiran II Data Induk ... 132

Lampiran III Data Hasil Wawancara ... 141

Lampiran IV Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 172

Lampiran V Data Responden ... 183

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terciptanya masyarakat adil dan makmur merupakan salah satu cita-cita

bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan, sebagaimana telah diamanatkan

dalam alinea ke empat Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini tercermin dari

berbagai program pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilaksanakan

oleh pemerintah selama ini. Program pembangunan ekonomi tersebut senantiasa

diarahkan dan ditujukan pada upaya pengentasan kemiskinan karena pada

dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Namun, masalah kemiskinan sampai saat ini masih menjadi perhatian

pemerintah, terutama penanggulangan kemiskinan masyarakat pedesaan yang

merupakan mayoritas penduduk Indonesia. Hal ini cukup masuk akal mengingat

masih banyak penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan, yaitu

sejumlah 25,67 juta jiwa pada bulan September 2018. Berdasarkan data Badan

Pusat Statistika (BPS), persentase penduduk miskin pada September 2018

sebesar 9,66% atau turun 0,16% (0,28 juta orang) dibanding Maret 2018, dan

turun 0,46% (0,91 juta orang) dibanding September 2017. Kendati mengalami

penurunan namun angka tersebut masih dapat dikatakan cukup tinggi jika

(22)

Secara umum tingkat kemiskinan suatu rumah tangga terkait dengan

tingkat pendidikan dan kesehatan. Rendahnya pendapatan keluarga sangat miskin

menyebabkan keluarga tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan

dan kesehatan, bahkan untuk tingkat minimal sekalipun. Sebagai contoh, asupan

gizi kurang berdampak buruk pada produktivitas dan daya tahan tubuh seseorang

sehingga menyebabkan terperangkap dalam siklus kesehatan yang buruk.

Seringnya anak tidak masuk sekolah karena sakit dapat menyebabkan kurang

berprestasi di sekolah atau bahkan putus sekolah. Ada juga sebagian dari

anak-anak keluarga sangat miskin sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan

karena harus membantu mencari nafkah. Selain itu, pemeliharaan kesehatan ibu

hamil pada keluarga sangat miskin sering tidak memadai sehingga dapat

menyebabkan buruknya kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan atau bahkan

kematian bayi.

Minimnya akses terhadap pendidikan dan kesehatan tersebut dapat

menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang rendah. Kualitas sumber daya

manusia yang rendah akan menyebabkan tenaga kerja kurang mampu bersaing

dalam dunia kerja. Sementara itu dunia kerja merupakan salah satu alternatif cara

yang mampu mengeluarkan penduduk miskin dari lingkaran kemiskinan.

Sedangkan pada kenyataannya, kebutuhan pasar tenaga kerja di zaman sekarang

memprioritaskan orang-orang dengan pendidikan tinggi. Maka sangat penting

untuk membuat kebijakan yang nantinya dapat menciptakan generasi sehat dan

(23)

Dalam upaya percepatan pengentasan masalah kemiskinan tersebut

Pemerintah telah membuat dan mengimplementasikan berbagai solusi atau

program kebijakan. Dari keseluruhan program penanggulangan kemiskinan yang

ada, pemberian bantuan secara langsung masih menjadi pilihan solusi yang

diambil oleh pemerintah. Solusi ini dianggap paling efektif dalam membantu

mengurangi angka kemiskinan dengan cara yang mudah, dan tidak membutuhkan

waktu serta upaya yang besar. Salah satu contoh dari program pengangkatan

kemiskinan dengan cara memberikan bantuan langsung adalah Program Keluarga

Harapan (PKH).

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang dikeluarkan oleh

pemerintah melalui Kementerian Sosial dengan cara memberikan bantuan sosial

bersyarat kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Keluarga yang berhak mendapat bantuan ini adalah keluarga yang memenuhi salah satu dari kriteria

tertentu yaitu keluarga dengan anggota keluarga anak berusia 0-6 tahun, anak di

bawah usia 18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar, dan ibu hamil.

Bantuan PKH ini disalurkan kepada penerima selama 4 kali dalam setahun dan

akan dihentikan apabila dalam keluarga tersebut sudah tidak ada lagi anggota

keluarga yang memenuhi kriteria yang telah disebutkan sebelumnya.

PKH telah dilaksanakan sejak tahun 2007 di Indonesia. Namun, sampai

saat ini di Indonesia masih terjadi kesenjangan ekonomi yang ditunjukkan

dengan timpangnya pertumbuhan pengeluaran baik pangan maupun nonpangan

(24)

tidak meratanya akses terhadap layanan dasar, seperti kesehatan, pendidikan, air

dan sanitasi, dan pelayanan dasar lainnya di desa dan di kota dapat menyebabkan

kesenjangan ekonomi. Akses pelayanan di desa lebih sedikit dan lebih sulit

dibandingan di kota.

Kurangnya akses terhadap pendidikan dan kesehatan tersebut juga terjadi

di desa Ngreco, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Kurangnya

pengetahuan dan wawasan mengenai pentingnya pendidikan dan kesehatan, serta

sulitnya akses terhadap pendidikan dan kesehatan tersebut menjadi alasan

mengapa masyarakat desa Ngreco dapat dikatakan miskin dan berhak untuk

mendapatkan bantuan dari pemerintah. Alasan lainnya adalah faktor pekerjaan

yang didominasi oleh tenaga kerja di sektor pertanian yang meliputi petani dan

buruh tani, yaitu sebesar 76,53% dari jumlah penduduk Desa Ngreco.

Dikarenakan mayoritas pekerjaan penduduk Desa Ngreco adalah petani dan

buruh tani, pendapatan merekapun tidak menentu yang dapat dipengaruhi oleh

kondisi iklim dan cuaca. Dengan pendapatan yang tidak menentu disertai dengan

pengeluaran atau konsumsi pangan yang lebih tinggi dari pendapatan tidak jarang

membuat mereka untuk lebih mengesampingkan pendidikan, kesehatan dan

kebutuhan lainnya.

Dengan adanya bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah

diimplementasikan di Desa Ngreco kurang lebih 5 tahun ini diharapkan sedikit

banyak dapat mengurangi beban rumah tangga sangat miskin yang menjadi

(25)

pendidikan dan kesehatan. Berdasarkan pada kondisi Desa Ngreco dan adanya

Program Keluarga Harapan di desa tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

perspektif masyarakat tentang Program Keluarga Harapan (PKH) dengan judul

“Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Program Keluarga Harapan (PKH),

Kualitas Pendampingan dan Pengelolaan Dana Bantuan Di Desa Ngreco,

Weru, Sukoharjo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap Program Keluarga Harapan

(PKH)?

2. Bagaimanakah kualitas pendampingan yang diberikan oleh pendamping

Program Keluarga Harapan (PKH)?

3. Bagaimanakah pengelolaan dana bantuan oleh penerima manfaat Program

Keluarga Harapan (PKH)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis persepsi masyarakat tentang Program Keluarga Harapan

(PKH).

2. Untuk menganalisis kualitas pendampingan yang diberikan oleh pendamping

(26)

3. Untuk menganalisis pengelolaan dana bantuan oleh penerima manfaat

Program Keluarga Harapan (PKH).

D. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi masalah hanya

sebatas persepsi masyarakat tentang Program Keluarga Harapan (PKH) dan

kualitas pendampingan oleh pendamping PKH, serta meneliti tentang

pengelolaan dana bantuan PKH oleh penerima manfaat. Lokasi penelitian hanya

akan dilakukan di Desa Ngreco, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.

Subjek penelitian ini adalah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program

Keluarga Harapan (PKH) khususnya para ibu rumah tangga yang termasuk

dalam komponen kesehatan dan komponen pendidikan. Hal ini dikarenakan

sasaran dari Program ini adalah para ibu rumah tangga sebagai penerima dana

manfaat PKH dan diberikan pendampingan langsung oleh pendamping. Selain itu

ibu rumah tangga dianggap lebih dekat dengan pengaturan keuangan atau

penggunaan dana dalam keluarga. Komponen pendidikan dan kesehatan dipilih

karena KPM komponen kesejahteraan sosial (disabilitas dan lansia) dinilai tidak

dapat mempresepsikan pengalamannya tentang PKH karena tidak merasakan

langusng pengalaman tersebut secara langusng.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi masyarakat,

pemerintah, bagi pembaca, serta bagi penelitian selanjutnya baik secara teoritik

(27)

1. Manfaat Teoritik

a. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

persepsi masyarakat tentang Program Keluarga Harapan (PKH), kualitas

pendampingan, dan pengelolaan dana bantuan oleh penerima manfaat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

mengenai persepsi masyarakat tentang Program Keluarga Harapan

(PKH), kualitas pendampingan, dan pengelolaan dana bantuan oleh

penerima manfaat PKH, yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan implementasi suatu kebijakan selanjutnnya.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman menganai

persepsi masyarakat tentang Program Keluarga Harapan (PKH), kualitas

pendampingan, dan pengelolaan dana bantuan oleh penerima manfaat

PKH. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi

penelitian selanjutnya.

F. Definisi Operasional

1. Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat dalam penelitian ini adalah pendapat atau

(28)

yang berdasarkan pada pengalaman sebagai penerima manfaat bantuan dana

PKH.

2. Kualitas Pendampingan

Kualitas pendampingan dalam penelitian ini adalah persepsi

masyarakat tentang kualitas pendampingan dari pendamping sosial Program

Keluarga Harapan (PKH) yang berdasarkan pada pengalaman sebagai

penerimana manfaat PKH yang telah didampingi selama ini.

3. Pengelolaan Dana

Pengelolaan dana dalam penelitian ini adalah hal-hal yang dilakukan

oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH)

dalam mengelola dana bantuan PKH, yang menyangkut perencanaan dana

tersebut akan digunakan, pengorganisasian dana sesuai kebutuhan dan

(29)

9

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Konsep Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan merupakan sebuah instrumen untuk mengontrol tingkah

laku warga negara dan juga mempunyai dampak terhadap masyarakat luas.

Secara hirarki kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional maupun

lokal seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden,

peraturan menteri, peraturan pemerintah daerah/provinsi, keputusan

gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan

bupati/walikota.

Kebijakan publik menurut Thomas R Dye adalah apapun pilihan

pemerintah untuk melakukan atau untuk tidak melakukan (Islamy, 2009:

19). Definisi tersebut menunjukkan bahwa kebijakan publik dibuat oleh

badan pemerintah dan kebijakan publik juga menyangkut pilihan yang

harus dilakukan atau tidak dilakukan. Segala keputusan yang diambil oleh

pemerintah adalah kebijakan, namun tidak mengambil keputusan pun juga

merupakan suatu kebijakan. Hal tersebut terjadi karena jika pemerintah

tidak mengambil keputusan pun akan tetap menimbulkan pengaruh atau

dampak yang sama dengan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu.

Menurut Nugroho, ada dua karakteristik dari kebijakan publik, yaitu

(30)

karena maknanya adalah hal-hal yang dikerjakan untuk mencapai tujuan

nasional; (2) kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah diukur,

karena ukurannya jelas yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita-cita

sudah ditempuh (Nugroho, 2007: 51). Selanjutnya, menurut Anderson

kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud

yang ditetapkan oleh seorang atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu

masalah atau suatu persoalan. Sementara menurut Dunn kebijakan publik

adalah pedoman yang berisi nilai-nilai dan norma-norma yang mempunyai

kewenangan untuk mendukung tindakan-tindakan pemerintah (Nugroho

2007: 6).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa kebijakan

publik merupakan suatu tindakan yang dilakukan pemerintah untuk

mencapai tujuan bagi kepentingan seluruh masyarakat. Kebijakan publik

muncul dari adanya permasalahan publik sehingga kebijakan yang

dihasilkan merupakan upaya penyelesaian masalah tersebut. Namun tidak

semua permasalahan publik dianggap membutuhkan suatu kebijakan.

Lahirnya suatu kebijakanakan melalui suatu proses yang disebut siklus

kebijakan publik.

2. Elemen-elemen Kebijakan Publik

Anderson mendefinisikan kebijakan publik sebagai serangkaian

tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan

(31)

Lebih lanjut Anderson menyatakan ada elemen-elemen penting yang

terkandung dalam kebijakan publik antara lain (Nugroho, 2007: 11):

a. Solusi untuk masalah publik

Kebijakan bertujuan untuk menyelesaikan masalah sosial yang

secara politis diakui sebagai masalah publik. Kebijakan tersebut

mengharuskan pembentukan kembali komunikasi diantara pelaku sosial

yang rusak atau berada di bawah ancaman.

b. Adanya kelompok sasaran yang menjadi akar masalah publik

Kebijakan publik berawal dari adanya tuntutan atau dukungan dari

sekelompok orang dalam upaya mengatasi suatu permasalahan publik,

maka dari itu mereka termasuk kedalam elemen penting dari sebuah

kebijakan publik.

c. Koherensi yang disengaja

Kebijakan publik dibuat dengan arah tertentu. Hal ini

mengandaikan teori perubahan sosial atau “model kausalitas”, dimana kebijakan akan berusaha untuk diterapkan dalam upaya untuk

menyelesaikan masalah publik yang bersangkutan. Dengan kata lain

terjadi adanya keterhubungan antara permasalahan yang hendak

diselesaikan oleh kebijakan tersebut dengan aksi atau keputusan yang

terbentuk untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

d. Keberadaan beberapa keputusan dan kegiatan

Kebijakan publik ditandai oleh sekelompok tindakan yang

(32)

gerakan sosial umum. Poin ini berarti bahwa suatu kebijakan publik

tidak mempunyai arti penting tanpa tindakan-tindakan riil yang

dilakukan dengan program, kegiatan atau proyek.

e. Program Intervensi

Dalam kebijakan publik, adanya suatu intervensi dari pihak–pihak tertentu merupakan hal yang biasa asalkan intervensi yang dilakukan

tersebut tidak spesifik atau tidak terlalu berpihak pada kepentingan dari

pihak yang mengintervensi tersebut. Artinya bahwa kebijakan publik

tersebut masih harus lebih besar berpihak pada kelompok sasaran.

f. Peran kunci dari para aktor publik

Dalam kebijakan publik diperlukan adanya para aktor publik yang

memang diberi legitimasi/berkapasitas untuk menetapkan kebijakan

tersebut. Jika suatu kebijakan tidak ditetapkan oleh pihak yang diberi

wewenang dalam hukum untuk menetapkan kebijakan publik maka

kebijakan yang dikeluarkan tidak dapat dikatakan sebagai suatu

kebijakan publik, namun bisa disebut sebagai suatu kebijakan korporasi

atau kebijakan individu saja.

g. Adanya langkah-langkah formal

Kebijakan publik mengasumsikan produksi atau output yang

dimaksudkan untuk menyalurkan perilaku kelompok atau individu.

Dalam hal ini, definisi tentang sebuah kebijakan publik adalah adanya

fase implementasi konkret untuk ukuran memutuskan. Namun, dalam

(33)

politik-administratif untuk campur tangan atau kurangnya jalan lain untuk

instrumen intervensi tertentu.

h. Keputusan dan kegiatan yang menyebabkan hambatan

Banyak diantara kebijakan publik yang dikeluarkan aktor

politik-administratif sering koersif. Dengan demikian, intervensi publik banyak

yang saat ini diimplementasikan melalui prosedur antara negara dan

otoritas publik (pengelolaan sampah, pemeliharaan jalan, pembangunan

daerah), antara, misalnya, yayasan negara dan perusahaan swasta atau

publik atau koperasi.

Elemen-elemen tersebut memiliki hubungan yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Adanya aduan-aduan yang dilaporkan oleh

suatu kelompok sasaran atau permasalahan yang dilihat langsung oleh

pemerintah kemudian permasalahan tersebut ditampung oleh aktor publik

yang berkapasitas membuat kebijakan publik.

Aktor publik berusaha mencarikan solusi dari aduan-aduan tersebut,

dengan mempertimbangkan adanya intervensi dalam pembuatannya

(misalnya adanya kerjasama dengan pihak swasta) dalam rangka

melancarkan implementasinya nantinya. Kemudian solusi-solusi tersebut

disusun menjadi terpadu dan diimplementasikan. Pengimplementasian

kebijakan ini kemudian diterapkan oleh kelompok sasaran yakni untuk

membentuk perilaku kelompok sasaran dalam rangka mengatasi persoalan

yang muncul di awal tadi. Berdasarkan elemen yang terkandung dalam

(34)

untuk memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan serta sasaran

tertentu yang diinginkan.

3. Tahap-tahap Kebijakan Publik

Terdapat tahap-tahap yang harus dilewati dalam pembuatan suatu

kebijakan. Hal tersebut dilakukan agar suatu kebijakan dapat disusun dan

dilaksanakan dengan baik. Tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan

menurut Dunn adalah sebagai berikut (Nugroho 2007: 7):

a. Fase Penyusunan Agenda

Pada fase ini para pejabat yang dipilih menentukan masalah dalam

agenda publik.

b. Formulasi Kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian

dibahas oleh para pembuat kebijakan untuk perumusan pilihan

kebijakan atau alternatif kebijakan.

c. Fase Adopsi Kebijakan

Pada fase ini alternatif atau pilihan kebijakan dipilih dan diadopsi

dengan dukungan suatu masyarakat.

d. Implementasi Kebijakan

Kebijakan yang telah diambil kemudian dilaksanakan oleh unit-unit

administratif dengan memobilisir sumber daya yang dimiliki.

e. Penilaian Kebijakan

Unit-unit pemeriksaan menilai apakah pembuat kebijakan telah

(35)

Setiap kebijakan memiliki proses dan tahapan dalam menjadi sebuah

kebijakan publik. Kebijakan-kebijakan pemerintah pada kenyataannya

bersumber dari aktor-aktor yang memiliki wewenang dalam sistem politik.

Kebijakan pemerintah dalam bentuknya yang positif pada umumnya dibuat

berlandaskan hukum dan kewenangan tertentu.

B. Program Keluarga Harapan (PKH)

1. Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program

penanggulangan kemiskinan bersyarat yang memberikan bantuan tunai

kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Bantuan diberikan

dengan persyaratan terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber

daya manusia (SDM) yaitu pendidikan dan kesehatan.

Program Keluarga Harapan berada di bawah Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di pusat maupun di daerah.

PKH sebenarnya telah dilaksanakan di berbagai negara, khususnya

negara-negara latin dengan nama program yang berfariasi. Namun secara

konseptual arti aslinya adalah Conditional Cash Transfer (CCT).

Merujuk pada Sistem Jaminan Sosial Nasional berdasarkan UU No.

40 Tahun 2004, PKH menjadi model jaminan yang unik. Di satu sisi,

PKH merupakan bantuan sosial yang dimaksudkan demi

mempertahankan kehidupan (life survival) dalam kebutuhan dasar

terutama pendidikan dan kesehatan. Di sisi lain, PKH bernuansa

(36)

keluar dari kemiskinannya melalui promosi kesehatan dan mendorong

anak bersekolah. Dana yang diberikan kepada Keluarga Penerima

Manfaat (KPM) secara tunai. Dana bantuan diberikan agar KPM dapat

mengakses fasilitas pendidikan dan kesehatan yakni anak-anak harus

bersekolah hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), anak balita harus

mendapatkan imunisasi, dan ibu hamil harus memeriksakan kandungan

secara rutin.

Fokus persyaratan PKH adalah penurunan kemiskinan, investasi

kapital/modal manusia dan memelihara sumber daya manusia yang ada

saat ini. PKH menuntut pesertanya untuk mengubah perilaku yang

membawa manfaat dalam beberapa hal, dan mengasumsikan bahwa

bantuan tunai yang diterima akan memampukan penerimanya melakukan

itu. Atau dengan kata lain, diasumsikan bahwa adanya bantuan tunai

yang diterima, penerimanya dapat melakukan investasi di bidang

pendidikan dan kesehatan sesuai dengan yang disyaratkan. Bantuan tunai

merupakan insentif yang tepat untuk mendorong pesertanya memenuhi

kewajiban tersebut yang nantinya akan berdampak pada peningkatan

status kesehatan dan kehadiran sekolah serta prestasi sekolah. Dengan

begitu program ini diharapkan akan memutus rantai kemiskinan dengan

memperbaiki kualitas hidup dan membuka berbagai kesempatan dalam

hidup.

Program Keluarga Harapan (PKH) harus terintegrasi dengan

(37)

Program itu antara lain Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia

Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Beras untuk Warga Miskin

(Raskin), dan Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu).

Program pengentasan kemiskinan selama ini tidak berjalan efektif

salah satu penyebabnya antara satu program dan program pengentasan

kemiskinan lain terpisah dan tak saling terintegrasi. Hal tersebut

diungkapkan oleh Mantan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa

(2015), “Kalau sebuah keluarga penerima PKH diintervensi, keluarga

dapat KIS dan KKS, orang tuanya dapat Kube, anak dapat KIP, Raskin

dapat, dan rumahnya dibedah dengan Rutialahu, maka dalam jangka

lima tahun, mereka bisa terentas dari kemiskinan”. Keluarga penerima

PKH memang harus diprioritaskan, karena keluarga tersebut merupakan

keluarga sangat miskin. Maka dari itu, tujuan bantuan difokuskan pada

keluarga miskin agar mereka bisa mandiri dan bisa lepas dari rantai

kemiskinan.

2. Landasan dan Dasar Hukum Pelaksanaan Program Keluarga

Harapan (PKH)

a. Landasan Hukum

1) Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional.

2) UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

3) Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan

(38)

4) Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

5) Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan

yang Berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan

Pelaksanaan Program Keluarga Harapan.

6) Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke 46 tentang

Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung

Tunai Bersyarat Bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)

Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan (PKH).

b. Dasar Hukum Pelaksanaan Program Keluarga Harapan

(PKH)

1) Permensos No 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga

Harapan.

2) Permensos No. 10 Tahun 2017 tentang Program Keluarga

Harapan.

3) SK dirjen No.12/LJS.SET.OHH/09/2016 Tentang

Pedoman Umum PKH

4) Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

selaku ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan,

No: 31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang Tim

(39)

5) Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No.

02A/HUK/2008 tentang Tim Pelaksana Program Keluarga

Harapan (PKH) Tahun 2008.

6) Keputusan Gubernur tentang Tim Koordinasi Teknis Program

Keluarga Harapan (PKH) Provinsi/TKPKD.

7) Keputusan Bupati/Walikota tentang Tim Koordinasi Teknis

Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten/Kota/TKPKD.

8) Surat Kesepakatan Bupati untuk Berpartisipasi dalam Program

Keluarga Harapan.

3. Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Tujuan PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai

kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta

mengubah perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan

dari kelompok paling miskin. Tujuan ini berkaitan langsung dengan

upaya mempercepat pencapaian target Millennium Development Goals

(MDGs).

Berdasarkan Permensos No. 1 Tahun 2018 tentang Program

Keluarga Harapan, tujuan PKH adalah sebagai berikut:

1) Untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat (KPM)

melalui akses layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial

2) Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan

(40)

3) Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima

Manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta

kesejahteraan sosial

4) Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan

5) Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada

Keluarga Penerima Manfaat.

4. Sasaran Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (PKH)

Sasaran PKH merupakan keluarga miskin dan rentan yang terdaftar

dalam data terpadu program penanganan fakir miskin yang memiliki

komponen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteran sosial. Wilayah akses

PKH adalah di wilayah daerah tertinggal, daerah terpencil dan pulau

terluar.

Berdasarkan Permensos No. 1 Tahun 2018 tentang program

Keluarga Harapan, kriteria penerima PKH adalah sebagai berikut:

a. Kriteria komponen kesehatan

1) Ibu hamil/nifas/menyusui

2) Anak usia 0 (nol) sampai dengan 6 tahun.

b. Kriteria komponen pendidikan

1) Anak SD/MI atau sederajat

2) Anak SMP/MTs atau sederajat

3) Anak SMA/MA atau sederajat

4) Anak usia 6 (enam) sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun yang

(41)

c. Kriteria komponen kesejahteraan sosial

1) Lanjut usia diutamakan mulai dari 60 (tujuh puluh) tahun

2) Penyandang disabilitas, diutamakan penyandang disabilitas berat.

5. Hak dan Kewajiban Keluarga Penerima Manfaat PKH

a. Keluarga Penerima Manfaat PKH berhak mendapatkan:

1) Bantuan Sosial PKH

2) Pendampingan sosial

3) Pelayanan di fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan

sosial

4) Program bantuan komplementer di bidang pangan, kesehatan,

pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan, pemenuhan

kebutuhan dasar lainnya.

Program komplementer yang berada di bawah ruang lingkup

koordinasi Kementerian Sosial (Kemensos) yang telah bersinergi

dengan program PKH meliputi program Rumah Tidak Layak Huni

(RTLH), Kelompok Usaha Bersama (KUBe), Usaha Ekonomi

Produktif (UEP) dan Pertemuan Peningkatan Kemampuan

Keluarga (P2K2/FDS).

b. Keluarga Penerima Manfaat PKH berkewajiban:

1) Memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan sesuai

dengan protokol kesehatan bagi ibu hamil/menyusui dan anak

(42)

2) Mengikuti kegiatan belajar dengan tingkat kehadiran paling sedikit

85% (delapan puluh lima persen) dari hari belajar efektif bagi anak

usia sekolah wajib belajar 12 (dua belas) tahun

3) Mengikuti kegiatan di bidang kesejahteraan sosial sesuai kebutuhan

bagi keluarga yang memiliki komponen lanjut usia mulai dari 60

(enam puluh) tahun dan/atau penyandang disabilitas berat.

6. Besar Dana Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

Nilai bantuan merujuk Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor 26/LJS/12/2016 tanggal 27 Desember 2016 tentang Indeks dan Komponen Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan Tahun 2017. Komponen bantuan dan indeks bantuan PKH pada tahun 2017, sebagai berikut:

a. Bantuan Sosial PKH Rp1.890.000,00 b. Bantuan Lanjut Usia Rp2.000.000,00

c. Bantuan Penyandang Disabilitas Rp2.000.000,00

d. Bantuan Wilayah Papua dan Papua Barat Rp2.000.000,00 C. Persepsi Masyarakat

1. Pengertian Persepsi

Secara etimologi istilah persepsi berasal dari bahasa inggris yaitu

perception yang artinya tanggapan, daya memahami atau daya mengamati sesuatu. Rakhmat (2011:50) mengatakan persepsi adalah

pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

(43)

Sedangkan menurut Walgito (2002: 87) persepsi merupakan suatu proses

yang didahului penginderaan yaitu proses stimulus oleh individu melalui

proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan

stimulus tersebut diteruskan dan diproses selanjutnya merupakan proses

persepsi.

Proses persepsi tidak dapat terlepas dari proses penginderaan. Proses

penginderaan tersebut merupakan proses pendahulu dari proses persepsi.

Penginderan sendiri dapat diartikan suatu stimulus yang diterima oleh

individu melalui alat reseptor yang disebut indera. Alat indera merupakan

penghubung antara individu dengan dunia luasnya. Dari stimulus yang

diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan

sehingga individu dapat memberikan pandangan, memahami dan dapat

mengartikan tentang stimulus yang diterimanya. Proses

menginterpretasikan ini biasanya dipengaruhi oleh pengalaman dan

proses belajar individu.

Berdasarkan beberapa pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa

persepsi adalah suatu cara pandangan sesorang yang berbeda terhadap

objek yang dilihat dan dirasakannya berdasarkan pengamatan,

pengetahuan dan pengalaman yang telah dilakukan oleh seseorang

tersebut sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

2. Pengertian Masyarakat

Masyarakat pada kamus bahasa Inggris disebut society asal katanya

(44)

“masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu “musyarak” yang artinya hubungan (interaksi). Menurut Soekanto masyarakat adalah proses

terjadinya interaksi sosial. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin

terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu interaksi sosial dan

komunikasi (Soekanto, 2007). Kemudian menurut Sumardjan masyarakat

adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan suatu

kebudayaan (Soekanto, 2007: 22).

Masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang saling bergaul

dan berinteraksi karena mempunyai norma-norma, cara-cara, nilai-nilai

dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem

adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu

identitas bersama (Mac & Gillin dalam Mussadun, 2000:86). Bersasarkan

pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi

masyarakat adalah suatu proses dimana sekelompok manusia yang hidup

dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu yang sering berinteraksi dan

komunikasi, sehingga dapat memberikan pemahaman atau tanggapan

terhadap hal-hal atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat

Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda saat mendapatkan

stimulan dari objek yang sama. Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor

yang mempengaruhi persepsi. Robbins (2001:89) mengemukakan bahwa

(45)

a. Pelaku persepsi, dimana seseorang memandang suatu objek dan

mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu

tersebut.

b. Objek atau Target, karakteristik dan target yang diamati dapat

mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target atau Objek tidak

dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan

latar belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecendrungan kita

untuk mengelompokkan benda-benda yang salaing berdekatan atau

yang mirip.

c. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau

peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar juga dapat

mempengaruhi persepsi kita.

4. Dimensi Persepsi Masyarakat

Dimensi yang terkait dengan persepsi menurut Osgood, dkk (Azwar,

2011) adalah sebagai berikut:

a. Evaluasi

Di dalam dimensi evaluasi ini termuat: 1) unsur kenyamanan

yang menjelaskan unsur kenikmatan yang dirasakan individu ketika

menghadapi sebuah situasi yang menimbulkan persepsi, 2) unsur

konsekuensi yang menjelaskan apakah konsekuensi sebuah persepsi

(46)

menunjukkan apakah sebuah persepsi menimbulkan kesantaian atau

kecemasan

b. Potensi

Dimensi potensi menjelaskan adanya sumber kekuatan pada

pengalaman persepsi yang memuat: 1) unsur kekuatan yang berkaitan

dengan persepsi terhadap status individu misalnya penurunan

kekuatan akan menyebabkan munculnya persepsi negatif, 2) Unsur

kecepatan yang menggambarkan perubahan tindakan pada saat

persepsi berlangsung. Unsur kecepatan juga menunjukkan adanya

kepentingan yang segera dipenuhi (urgency). 3) unsur atraksi yang

menunjukkan tampilan apakah sebuah persepsi dinilai baik atau

buruk. 4) Unsur kemantapan yang menggambarkan kestabilan dan

keseimbangan individu dalam mengenali persepsi.

c. Aktivitas

Dimensi aktivitas menandakan ekspresi emosi dalam perilaku

motorik atau reaksi sosiologis. Dimensi aktivitas memuat beberapa

unsur persepsi, antara lain: 1) unsur keaktifan yang menandakan

intensitas dan frekuensi tindakan pada saat pengalaman emosi, 2)

unsur keteraturan aktivitas yang menunjukkan pengendalian, 3) Unsur

ketegangan yang menunjukkan intensitas reaksi sosiologis tubuh.

Unsur kekuatan menunjukkan adanya unsur kekuasaan, keyakinan

(47)

menunjukkanadanya unsur semangat dan motivasi dan mendorong

individu menjadi bergairah pada saat munculnya persepsi.

D. Kualitas Pendampingan

1. Pendamping (Pekerja Sosial)

Pendamping dalam bahasa Inggris colleague, bisa ditafsirkan rekan,

kolega, sahabat, sehingga maknanya sangat longgar. Pendampingan

Sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan

program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip pekerjaan

sosial, yakni “membantu orang agar dapat membantu dirinya sendiri”, pemberdayaan masyarakat sangat memperhatikan pentingnya partisipasi

masyarakat yang kuat. Dalam konteks ini, peranan seorang pekerja sosial

seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan

sebagai penyembuh atau pemecah masalah secara langsung.

Unsur terpenting dalam meraih keberhasilan pengembangan

masyarakat di samping unsur modal alam, teknologi, kelembagaan,

modal manusia adalah unsur modal sosial seperti saling percaya sesama

anggota masyarakat, empati sosial, kohesi sosial, kepedulian sosial, dan

kerjasama kolektif. Karena itu diperlukan penguatan modal sosial dan

modal manusia atau sumberdaya manusia. Saat ini di Indonesia telah

berkembang satu sistem pemberdayaan masyarakat sebagai pelaksana

(pelaku) dengan nama pendamping sosial untuk melengkapi pendekatan

(48)

Metode pendampingan diterapkan sesuai dengan kondisi dan situasi

kelompok sasaran yang dihadapi. Fungsi pendamping sangat penting,

terutama dalam membina dan mengarahkan kegiatan dalam kelompok

sasaran. Pendamping bertugas mengarahkan proses pembentukan dan

penyelenggaraan kelompok dan fasilitator (pemandu), komunikator

(penghubung), maupun sebagai dinamisator (penggerak) (Zubaedi,

2007).

Pekerjaan sosial atau pendampingan merupakan profesi pertolongan

yang bertujuan untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat

guna mencapai tingkat kesejahteraan sosial, mental, dan psikis yang

sebaik-baiknya (Adi, 2003).

2. Peran Pendamping

Pada saat melakukan pendampingan sosial ada beberapa peran

pekerjaan sosial (pendamping) dalam pembimbingan sosial. Mengacu

pada Ife (1995), peran pendamping umumnya mencakup tiga peran

utama, yaitu fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan

peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya.

a. Fasilitator

Merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi,

kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. Beberapa tugas yang

berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi model, melakukan

mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus

(49)

Dalam literatur pekerjaan sosial, peranan fasilitator sering disebut

sebagai pemungkin (enabler). Keduanya bahkan sering dipertukarkan

satu sama lain. Barker (1987), memberi definisi pemungkin atau

fasilitator sebagai tanggungjawab untuk membantu klien menjadi

mampu menangani tekanan situasional atau transisional.

Strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:

pemberian harapan, pengurangan penolakan dan ambivalensi,

pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian dan

pendorongan kekuatankekuatan personal dan aset-aset sosial,

pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah

dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara

pencapaiannya.

b. Pendidik

Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan

positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta

bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat

yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran masyarakat,

menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan

pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang berkaitan

dengan peran pendidik.

c. Perwakilan Masyarakat

Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antar

(50)

atas kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat

bertugas mencari sumbersumber, melakukan pembelaan,

menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan

membangun jaringan kerja.

d. Mediator

Pekerja sosial sering melakukan peran mediator dalam berbagai

kegiatan pertolongannya. Peran ini sangat penting dalam paradigma

generalis. Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat

perbedaan mencolok dan mengarah pada konflik antar berbagai pihak.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan

peran mediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pihak

ketiga, serta barbagai macam resolusi konflik. Dalam mediasi,

upaya-upaya yang dilakukan pada hakikatnya diarahkan untuk mencapai

“solusi menang-menang” (win-win solution). Hal ini berbeda dengan peran sebagai pembela dimana bantuan pekerja sosial diarahkan untuk

memenangkan kasus klien memenangkannya sendiri.

e. Pembela

Dalam prakteknya, seringkali pekerja sosial harus berhadapan

dengan sistem politik dalam rangka menjamin kebutuhan dan sumber

yang diperlukan oleh klien atau dalam melaksanakan tujuan-tujuan

pendampingan sosial. Manakala pelayanan dan sumber-sumber sulit

dijangkau oleh klien, pekerja sosial harus memerankan peranan

(51)

praktek pekerjaan sosial yang bersentuhan dengan kegiatan politik.

Apabila pekerja sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien

secara individual, maka ia berperan sebagai pembela kasus, dan

pembelaan kausal terjadi manakala klien yang dibela bukanlah

individu melainkan sekelompok anggota masyarakat.

f. Pelindung

Tanggung jawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung

oleh hukum. Hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja

sosial untuk menjadi pelindung terhadap orang-orang yang lemah dan

rentan. Dalam melakukan peran sebagai pelindung, pekerja sosial

bertindak berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan populasi

yang beresiko lainnya. Peranan sebagai pelindung mencakup

penerapan berbagai kemampuan yang menyangkut kekuasaan,

pengaruh, otoritas, dan pengawasan sosial. Adapun demikian,

prinsip-prinsip peran pelindung meliputi:

1) Menentukan siapa klien pekerja sosial yang paling utama

2) Menjamin bahwa tindakan yang dilakukan sesuai dengan proses

perlindungan

3) Berkomunikasi dengan semua pihak yang terpengaruh oleh

tindakan sesuai dengan tanggungjawab etis, legal dan rasional

(52)

3. Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas merupakan apresiasi tertinggi dari tindakan pelayanan.

Konsep kualitas layanan pada dasarnya memberikan persepsi secara

konkrit mengenai kualitas suatu layanan. Menurut Parasuraman dan

Berry (1985) yang dikutip dari Tjiptono (2012: 330) kualitas jasa adalah

hasil akhir dari perbandingan antara pelayanan yang diharapkan

konsumen dengan persepsi mereka terhadap kinerja pelayan actual.

Sedangkan menurut Supranto (2006: 226) kualitas jasa adalah sebuah

kata yang penting bagi penyedia jasa, hal itu merupakan sesuatu yang

harius dikerjakan dengan baik. Pelayanan merupakan faktor yang amat

penting khususnya bagi para pekerja sosial yang notabene bergerak

dalam bidang jasa.

Kualitas pelayanan jasa merupakan tingkat kesempurnaan yang

diharapkan untuk memenuhi keinginan pelanggan, yang pada penelitian

ini adalah para Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Dengan kata lain,

baik buruknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa

untuk memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.

Tjiptono (2012: 61) menyimpulkan bahwa citra kualitas layanan

yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia

jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi konsumen

persepsi konsumen terhadap kualitas jasa merupakan penilaian yang

menyeluruh terhadap keunggulan suatu jasa layanan. Berdasarkan

(53)

merupakan kondisi dari kinerja seorang pekerja (dalam penelitian ini

adalah pendamping PKH) dalam memberikan pelayanan kepada

pelanggan (dalam penelitian ini adalah KPM) dengan tujuan untuk

memberikan kepuasan kepada pelanggan/konsumen.

4. Pendamping Sosial PKH

Dalam memperlancar pelaksanaan PKH tentunya dibutuhkan

tenaga-tenaga yang profesional. Dibalik kelancaran pelaksanaan tujuan dan misi

PKH saat ini, terdapat orang yang melaksanakan amanah sebagai pekerja

sosial yaitu pendamping sosial PKH. Pendamping sosial PKH merupakan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang direkrut oleh Kementerian sosial.

Sebagai pekerja sosial, peran pendamping sosial PKH sangat bermanfaat

dan membantu pemerintah dalam menanggulangi permasalahan

kemiskinan.

Pendamping sosial PKH dituntut untuk siap menerima apa

konsekuensi yang akan terjadi di lapangan. Pendamping sosial PKH

bekerja secara purna waktu, dimana dituntut sewaktu-waktu harus siap

mental dan fisik dalam menjalankan tugas dengan sepenuh hati dan

tanggung jawab. Tugas utama pendamping PKH adalah kegiatan

pengembangan kepesertaan PKH di lapangan. Kegiatan tersebut meliputi

sosialisasi PKH, validasi, verifikasi, Pertemuan Peningkatan Kemampuan

Keluarga (P2K2), pemutakhiran, hingga proses penyaluran bantuan

kepada KPM. Peran dominan pendamping sosial PKH inilah yang

(54)

sosial PKH dituntut harus bekerja secara efektif, efisien, dan produktif

sebagai pekerja sosial yang profesional.

Profesi pendamping sosial PKH bukanlah pekerjaan yang mudah

dilakukan karena harus langsung bersentuhan dengan masyarakat di

lapangan. Pendamping tentunya akan bertemu dengan berbagai macam

orang yang mempunyai karakter yang berbedah-beda. Sehingga

pendamping sosial PKH dituntut untuk mampu beradaptasi dengan

berbagai macam karakter orang yang kita jumpai di lapangan, khususnya

penerima bantuan sosial.

Sebagai pekerja sosial, pendamping sosial PKH haruslah memiliki

kemampuan sebagai berikut (Andrianto, 2017):

a. Memahami Karekter KPM

Pendamping sosial harus mampu memahami karakter

masing-masing KPM, agar dapat menjalin komunikasi yang baik dengan para

KPM. Komunikasi yang baik dengan KPM inilah yang nantinya dapat

dijadikan modal bagi pendamping sosial PKH dalam memberikan

motivasi dan arahan dalam melakukan perubahan sosial bagi KPM

yang didampingi.

b. Kemampuan Penyelesaian Masalah

Secara umum, pendamping sosial PKH harus mampu tanggap dan

turut serta dalam melakukan intervensi perubahan terhadap

permasalahan sosial KPM, baik secara individu ataupun keluarga,

(55)

maksimal. Sebagai pekerja sosial, pendamping sosial PKH dituntut

memiliki suatu pemahaman mengenai penanganan masalah yang

dihadapi oleh KPM, baik permasalahan pendidikan, kesehatan, serta

kesejahteraan sosial.

c. Kemampuan Mendidik

Pendamping sosial PKH juga harus mampu menerapakan strategi

atau metode keilmuan yang diperoleh ketika pelatihan ataupun

pendidikan sebagai bahan dasar dalam menganalisis dan

menyelesaikan permsalahan sosial KPM, sehingga nantinya KPM

akan mengalami perubahan sosial secara berkelanjutan. Pemberian

bantuan sosial yang diberikan kepada KPM PKH tidak akan selalu

menjamin akan terjadinya perubahan sosial terhadap kehidupan sosial

KPM, untuk itu perlu pendekatan pendamping sosial PKH secara

langsung dalam membimbing KPM PKH, agar mampu melakukan

transformasi dari KPM dari yang kurang sejahtera menuju KPM yang

sejahtera.

d. Tanggap Kondisi

Secara teknis di lapangan, pendamping sosial PKH harus

mengetahui secara langsung kondisi KPM yang ada di masyarakat.

Hal tersebut dilakukan agar pendamping sosial PKH mengetahui apa

permasalahan dan solusi yang perlu diberikan kepada KPM. Jika

melihat dari aspek kinerjanya, pendamping sosial PKH merupakan

(56)

Sosial sebagai agen khusus yang diterjunkan langsung ke lapangan

untuk membantu masyarakat miskin, khususnya keluarga miskin

sebagai penerima bantuan sosial secara berkelanjutan.

5. Dimensi Kualitas Pendampingan

Dimensi kualitas pendampingan dalam penelitian ini mengambil dari

dari dimensi kualitas pelayanan. Hal itu dilakukan karena salam

penelitian ini kualitas pendampingan dilihat dari sisi kualitas pelayanan

oleh pendamping kepada KPM. Menurut Lupiyoadi (2016) beberapa

dimensi kualitas pelayanan adalah sebagai berikut:

a. Tangibles (bukti fisik)

Dalam penelitian ini bukti fisik merupakan kemampuan dalam

menempatkan diri dalam segala kondisi. Cara pendamping dalam

bersikap dengan segala kondisi sangat penting dalam dimensi ini.

b. Reliability (keandalan)

Kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan

segera dan memuaskan. Keandalan adalah kemampuan pendamping

untuk menyajikan pelayanan yang dijanjikan secara tepat dan

konsisten. Keandalan dapat diartikan mengerjakan dengan benar

sampai kurun waktu tertentu. Pemenuhan janji pelayanan yang tepat

dan memuaskan meliputi ketepatan waktu dan kecakapan dalam

menanggapi keluhan pelanggan serta pemberian pelayanan secara

(57)

c. Responsiveness (daya tanggap)

Sikap tanggap pendamping dalam memberikan pelayanan yang

dibutuhkan dan dapat menyelesaikan dengan cepat. Kecepatan

pelayanan yang diberikan merupakan sikap tanggap dari petugas

dalam pemberian pelayanan yang dibutuhkan.

d. Assurence (jaminan)

Assurence ini mencakup pengetahuan, kemampuan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki pendamping, bebas dari risiko dan

keragu-raguan. Jaminan adalah upaya perlindungan yang disajikan

oleh pendamping untuk masyarakat terhadap resiko yang dapat

mengakibatkan gangguan dalam struktur kehidupan yang normal.

e. Emphaty (empati)

Empati meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan konsumen. Empati

adalah perhatian yang dilaksanakan secara pribadi terhadap pelanggan

dengan menempatkan dirinya pada situasi pelanggan.

E. Pengelolaan Dana Bantuan Program Keluarga Harapan

1. Pengelolaan Dana

Pengelolaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari

kata “kelola” yang artinya mengurus, melakukan dan menyelenggarakan. Selain itu pengelolaan juga dapat diartikan sebagai penyelenggaraan,

proses, cara, perbuatan mengelola serta proses yang membantu

(58)

Pengolahan sama halnya dengan manajemen, karena pengelolaan

dalam sebuah organisasi memerlukan pelaksanaan tanggung jawab

manajerial secara terus menerus. Dan tanggung jawab tersebut secara

kolektif sering disebut sebagai fungsi manajemen. Menurut Hasibuan

(2007: 2) pengelolaan atau manajemen adalah ilmu seni dan seni

mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Pengertian manajemen menurut Manullang (2005:5) adalah seni dan ilmu

perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian sumber daya untuk

mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Keuangan rumah tangga merupakan bagian yang sangat penting

karena setiap kegiatan rumah tangga membutuhkan dana untuk

memenuhi kebutuhan. Pengelolaan keuangan rumah tangga yang baik

dapat dilakukan dengan menggunakan asas fungsi manajemen, yaitu

perencanaan dana akan digunakan, pengorganisasian dana sesuai

kebutuhan dan pengendalian/pengawasan dana tersebut digunakan.

2. Bantuan Dana Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang dikeluarkan

oleh pemerintah melalui Kementerian Sosial dengan cara memberikan

bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Dengan adanya PKH ini diharapkan peserta PKH memiliki akses yang

(59)

Dana bantuan PKH diberikan kepada masyarakat 1 kali dalam 3

bulan, itu berarti KPM mendapatkan bantuan dana ini 4 kali dalam 1

tahun. Tujuan pemberian dana dalam kebijakan ini adalah untuk

meningkatkan taraf hidup RTSM menjadi lebih yang layak, sehingga dapat

menciptakan masyarakat yang lebih berkualitas.

Dana ini diharapkan dapat dikelola dengan baik agar dapat digunakan

secara maksimal. Namun, menjadi sangat ironis apabila dana bantuan PKH

ini disalahgunakan oleh KPM untuk kepentingan lain. Dana bantuan PKH

menjadi hak sepenuhnya bagi KPM untuk digunakan dalam mengatasi

masalah hidupnya, seperti masalah kesehatan atau pendidikan.

Penyalahgunaan dana bantuan oleh KPM dapat berupa membeli

barang-barang yang tidak dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan

dan pendidikan, untuk melakukan kegiatan lain seperti berlibur, membayar

hutang dan berjudi.

KPM diwajibkan untuk memanfaatkan bantuan dana PKH tersebut

untuk keperluan pendidikan dan kesehatan sesuai sebagaimana telah diatur

dalam pedoman umum pelaksanaan PKH. Berikut adalah kewajiban yang

harus dilakukan oleh KPM:

a. Bidang Kesehatan

Kewajiban Peserta PKH dibidang kesehatan adalah untuk

melakukan pemeriksaan rutin bagi ibu hamil dan balita. Pemeriksaan

kesehatan yang telah sudah ditetapkan dalam protokol kesehatan yaitu,

Gambar

Tabel Halaman
Gambar                                                                                                        Halaman
Tabel di bawah ini menunjukkan kisi-kisi kuesioner dan wawancara
Tabel 3.3. Kisi-kisi Wawancara kepada KPM Variabel Persepsi
+7

Referensi

Dokumen terkait