• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORETIK

B. Program Keluarga Harapan (PKH)

1. Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan bersyarat yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Bantuan diberikan dengan persyaratan terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yaitu pendidikan dan kesehatan.

Program Keluarga Harapan berada di bawah Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di pusat maupun di daerah. PKH sebenarnya telah dilaksanakan di berbagai negara, khususnya negara-negara latin dengan nama program yang berfariasi. Namun secara konseptual arti aslinya adalah Conditional Cash Transfer (CCT).

Merujuk pada Sistem Jaminan Sosial Nasional berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004, PKH menjadi model jaminan yang unik. Di satu sisi, PKH merupakan bantuan sosial yang dimaksudkan demi mempertahankan kehidupan (life survival) dalam kebutuhan dasar terutama pendidikan dan kesehatan. Di sisi lain, PKH bernuansa pemberdayaan yakni menguatkan rumah tangga miskin agar mampu

keluar dari kemiskinannya melalui promosi kesehatan dan mendorong anak bersekolah. Dana yang diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) secara tunai. Dana bantuan diberikan agar KPM dapat mengakses fasilitas pendidikan dan kesehatan yakni anak-anak harus bersekolah hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), anak balita harus mendapatkan imunisasi, dan ibu hamil harus memeriksakan kandungan secara rutin.

Fokus persyaratan PKH adalah penurunan kemiskinan, investasi kapital/modal manusia dan memelihara sumber daya manusia yang ada saat ini. PKH menuntut pesertanya untuk mengubah perilaku yang membawa manfaat dalam beberapa hal, dan mengasumsikan bahwa bantuan tunai yang diterima akan memampukan penerimanya melakukan itu. Atau dengan kata lain, diasumsikan bahwa adanya bantuan tunai yang diterima, penerimanya dapat melakukan investasi di bidang pendidikan dan kesehatan sesuai dengan yang disyaratkan. Bantuan tunai merupakan insentif yang tepat untuk mendorong pesertanya memenuhi kewajiban tersebut yang nantinya akan berdampak pada peningkatan status kesehatan dan kehadiran sekolah serta prestasi sekolah. Dengan begitu program ini diharapkan akan memutus rantai kemiskinan dengan memperbaiki kualitas hidup dan membuka berbagai kesempatan dalam hidup.

Program Keluarga Harapan (PKH) harus terintegrasi dengan program-program pengentasan kemiskinan lain agar target dapat tercapai.

Program itu antara lain Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Beras untuk Warga Miskin (Raskin), dan Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu).

Program pengentasan kemiskinan selama ini tidak berjalan efektif salah satu penyebabnya antara satu program dan program pengentasan kemiskinan lain terpisah dan tak saling terintegrasi. Hal tersebut diungkapkan oleh Mantan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (2015), “Kalau sebuah keluarga penerima PKH diintervensi, keluarga dapat KIS dan KKS, orang tuanya dapat Kube, anak dapat KIP, Raskin dapat, dan rumahnya dibedah dengan Rutialahu, maka dalam jangka lima tahun, mereka bisa terentas dari kemiskinan”. Keluarga penerima PKH memang harus diprioritaskan, karena keluarga tersebut merupakan keluarga sangat miskin. Maka dari itu, tujuan bantuan difokuskan pada keluarga miskin agar mereka bisa mandiri dan bisa lepas dari rantai kemiskinan.

2. Landasan dan Dasar Hukum Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH)

a. Landasan Hukum

1) Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

2) UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

3) Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin.

4) Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

5) Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan.

6) Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan (PKH).

b. Dasar Hukum Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH)

1) Permensos No 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan.

2) Permensos No. 10 Tahun 2017 tentang Program Keluarga Harapan.

3) SK dirjen No.12/LJS.SET.OHH/09/2016 Tentang

Pedoman Umum PKH

4) Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No: 31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang Tim Pengendali Program Keluarga Harapan.

5) Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 02A/HUK/2008 tentang Tim Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008.

6) Keputusan Gubernur tentang Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga Harapan (PKH) Provinsi/TKPKD.

7) Keputusan Bupati/Walikota tentang Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten/Kota/TKPKD. 8) Surat Kesepakatan Bupati untuk Berpartisipasi dalam Program

Keluarga Harapan.

3. Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Tujuan PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling miskin. Tujuan ini berkaitan langsung dengan upaya mempercepat pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs).

Berdasarkan Permensos No. 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan, tujuan PKH adalah sebagai berikut:

1) Untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat (KPM) melalui akses layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial 2) Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan

3) Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima Manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial

4) Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan

5) Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada Keluarga Penerima Manfaat.

4. Sasaran Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) Sasaran PKH merupakan keluarga miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin yang memiliki komponen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteran sosial. Wilayah akses PKH adalah di wilayah daerah tertinggal, daerah terpencil dan pulau terluar.

Berdasarkan Permensos No. 1 Tahun 2018 tentang program Keluarga Harapan, kriteria penerima PKH adalah sebagai berikut:

a. Kriteria komponen kesehatan 1) Ibu hamil/nifas/menyusui

2) Anak usia 0 (nol) sampai dengan 6 tahun. b. Kriteria komponen pendidikan

1) Anak SD/MI atau sederajat 2) Anak SMP/MTs atau sederajat 3) Anak SMA/MA atau sederajat

4) Anak usia 6 (enam) sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun yang belum menyelesaikan wajib belajar 12 (dua belas) tahun.

c. Kriteria komponen kesejahteraan sosial

1) Lanjut usia diutamakan mulai dari 60 (tujuh puluh) tahun

2) Penyandang disabilitas, diutamakan penyandang disabilitas berat. 5. Hak dan Kewajiban Keluarga Penerima Manfaat PKH

a. Keluarga Penerima Manfaat PKH berhak mendapatkan: 1) Bantuan Sosial PKH

2) Pendampingan sosial

3) Pelayanan di fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial

4) Program bantuan komplementer di bidang pangan, kesehatan, pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan, pemenuhan kebutuhan dasar lainnya.

Program komplementer yang berada di bawah ruang lingkup koordinasi Kementerian Sosial (Kemensos) yang telah bersinergi dengan program PKH meliputi program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Kelompok Usaha Bersama (KUBe), Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2/FDS).

b. Keluarga Penerima Manfaat PKH berkewajiban:

1) Memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan protokol kesehatan bagi ibu hamil/menyusui dan anak berusia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun

2) Mengikuti kegiatan belajar dengan tingkat kehadiran paling sedikit 85% (delapan puluh lima persen) dari hari belajar efektif bagi anak usia sekolah wajib belajar 12 (dua belas) tahun

3) Mengikuti kegiatan di bidang kesejahteraan sosial sesuai kebutuhan bagi keluarga yang memiliki komponen lanjut usia mulai dari 60 (enam puluh) tahun dan/atau penyandang disabilitas berat.

6. Besar Dana Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

Nilai bantuan merujuk Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor 26/LJS/12/2016 tanggal 27 Desember 2016 tentang Indeks dan Komponen Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan Tahun 2017. Komponen bantuan dan indeks bantuan PKH pada tahun 2017, sebagai berikut:

a. Bantuan Sosial PKH Rp1.890.000,00 b. Bantuan Lanjut Usia Rp2.000.000,00

c. Bantuan Penyandang Disabilitas Rp2.000.000,00

d. Bantuan Wilayah Papua dan Papua Barat Rp2.000.000,00 C. Persepsi Masyarakat

1. Pengertian Persepsi

Secara etimologi istilah persepsi berasal dari bahasa inggris yaitu perception yang artinya tanggapan, daya memahami atau daya mengamati sesuatu. Rakhmat (2011:50) mengatakan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Sedangkan menurut Walgito (2002: 87) persepsi merupakan suatu proses yang didahului penginderaan yaitu proses stimulus oleh individu melalui proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan diproses selanjutnya merupakan proses persepsi.

Proses persepsi tidak dapat terlepas dari proses penginderaan. Proses penginderaan tersebut merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Penginderan sendiri dapat diartikan suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yang disebut indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luasnya. Dari stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memberikan pandangan, memahami dan dapat mengartikan tentang stimulus yang diterimanya. Proses menginterpretasikan ini biasanya dipengaruhi oleh pengalaman dan proses belajar individu.

Berdasarkan beberapa pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah suatu cara pandangan sesorang yang berbeda terhadap objek yang dilihat dan dirasakannya berdasarkan pengamatan, pengetahuan dan pengalaman yang telah dilakukan oleh seseorang tersebut sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

2. Pengertian Masyarakat

Masyarakat pada kamus bahasa Inggris disebut society asal katanya socius yang berarti kawan. Sedangkan secara etimologis kata

“masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu “musyarak” yang artinya hubungan (interaksi). Menurut Soekanto masyarakat adalah proses terjadinya interaksi sosial. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu interaksi sosial dan komunikasi (Soekanto, 2007). Kemudian menurut Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan suatu kebudayaan (Soekanto, 2007: 22).

Masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang saling bergaul dan berinteraksi karena mempunyai norma-norma, cara-cara, nilai-nilai dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu identitas bersama (Mac & Gillin dalam Mussadun, 2000:86). Bersasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat adalah suatu proses dimana sekelompok manusia yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu yang sering berinteraksi dan komunikasi, sehingga dapat memberikan pemahaman atau tanggapan terhadap hal-hal atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat

Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda saat mendapatkan stimulan dari objek yang sama. Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Robbins (2001:89) mengemukakan bahwa ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat yaitu:

a. Pelaku persepsi, dimana seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu tersebut.

b. Objek atau Target, karakteristik dan target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target atau Objek tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecendrungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang salaing berdekatan atau yang mirip.

c. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi persepsi kita.

4. Dimensi Persepsi Masyarakat

Dimensi yang terkait dengan persepsi menurut Osgood, dkk (Azwar, 2011) adalah sebagai berikut:

a. Evaluasi

Di dalam dimensi evaluasi ini termuat: 1) unsur kenyamanan yang menjelaskan unsur kenikmatan yang dirasakan individu ketika menghadapi sebuah situasi yang menimbulkan persepsi, 2) unsur konsekuensi yang menjelaskan apakah konsekuensi sebuah persepsi dinilai mengganggu atau tidak, 3) Unsur pemeliharaan diri yang

menunjukkan apakah sebuah persepsi menimbulkan kesantaian atau kecemasan

b. Potensi

Dimensi potensi menjelaskan adanya sumber kekuatan pada pengalaman persepsi yang memuat: 1) unsur kekuatan yang berkaitan dengan persepsi terhadap status individu misalnya penurunan kekuatan akan menyebabkan munculnya persepsi negatif, 2) Unsur kecepatan yang menggambarkan perubahan tindakan pada saat persepsi berlangsung. Unsur kecepatan juga menunjukkan adanya kepentingan yang segera dipenuhi (urgency). 3) unsur atraksi yang menunjukkan tampilan apakah sebuah persepsi dinilai baik atau buruk. 4) Unsur kemantapan yang menggambarkan kestabilan dan keseimbangan individu dalam mengenali persepsi.

c. Aktivitas

Dimensi aktivitas menandakan ekspresi emosi dalam perilaku motorik atau reaksi sosiologis. Dimensi aktivitas memuat beberapa unsur persepsi, antara lain: 1) unsur keaktifan yang menandakan intensitas dan frekuensi tindakan pada saat pengalaman emosi, 2) unsur keteraturan aktivitas yang menunjukkan pengendalian, 3) Unsur ketegangan yang menunjukkan intensitas reaksi sosiologis tubuh. Unsur kekuatan menunjukkan adanya unsur kekuasaan, keyakinan terhadap diri dan dominasi pada persepsi. 4) Unsur kegairahan yang

menunjukkanadanya unsur semangat dan motivasi dan mendorong individu menjadi bergairah pada saat munculnya persepsi.