• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Ansietas - SEKAR ARUM RAMA DHANI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Ansietas - SEKAR ARUM RAMA DHANI BAB II"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

A. Konsep Ansietas

1. Definisi Ansietas

Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman Budi Anna Keliat (2011).

Ansietas adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut dan terkadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakan yang dapat atau tidak berhubungan dengan rangsang eksternal Ansietas berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan berati tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart dan Sundeen, 2005)

2. Etiologi Ansietas

(2)

a. Faktor Predisposisi

1) Dalam pandangan psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi anatar dua elemen kepribadian Id dan Super ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2) Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasan takut karena tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan fisik.

3) Menurut panadangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutanya. 4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas

(3)

5) Kajian biologi menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk Benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat sama aminobutirik-gama neuro regulator (GABA). GABA juga memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas seperti halnya dengan endofrin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi pada ansietas.

b. Faktor Presipitasi stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu :

1) Ancaman terhadap integritas seseorang, meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi pada seseorang.

3. Tingkat Kecemasan

(4)

b. Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

c. Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang sudah spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

d. Tingkat panik dan kecemasan berhubungan dengan terperangah ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan

B. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati yang menandai awal periode antepartum (Varney 2006)

(5)

2. Pembagian Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2008) dalam bukunya membagi kehamilan menjadi tiga kriteria trimester, yaitu :

1. Trimester I, yaitu : 0 minggu - 12 minggu. 2. Trimester II , yaitu : 13 minggu - 27 minggu. 3. Trimester III, yaitu : 28 minggu - 40 minggu. 3. Tanda- tanda Kehamilan

Untuk menegakan kehamilan dapat ditetapkan dengan penilaian terhadap tanda dan gejala diantaranya :

a. Tanda dugaan kehamilan

Beberapa tanda dugaan kehamilan, yaitu : 1) Amenorrhea ( tidak haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak haid. Yang harus selalu diingat adalah hari pertama haid terakhir , supaya dapat ditentukan umur kehamilan dan untuk menentukan persalinnanya (manuaba,2010)

2) Mual dan muntah

(6)

3) Nyidam

Pada tanda kehamilan ini seorang wanita hamil biasanya menginginkan makan tertentu dan setiap orang berbeda-beda keadaan ini disebut nyidam (manuaba,2010)

4) Sinkope/ pinngsan

Terjadi gangguan sirkulasi kedaerah kepala yang menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan pingan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu (manuaba,2010) 5) Payudara tegang

Pengaruh dari hormone ekstrogen , progesterone dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak. Air dan garam pada payudara, sehingga payudara membesar dan tegang yang menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama (manuaba,2010)

6) Sering miksi

Desakan uterus kedepan akan menyebabkan kandung kemih ( vesika urenaria) cepat terasa penuh dan sering miksi atau buang air kecil (manuaba,2010)

7) Konstipasi

Pengaruh dari hormone progesterone dapat menghambat peristaltic usu sehingga sulit untungbuang air besar (manuaba,2010)

8) Perubahan warna kulit

(7)

muncul setelah 16 minggu. Pada daerah aerola dan putting payudara , warna kulit menjadi lebih hitam. ( kusmiyati, 2008) 9) Queckening

Quickening adalah presepsi gerakan janin pertama , biasanya disadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu ( kusmiyati, 2008)

10) Perubahan berat badan

Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan BB karena mual dan muntah, pada bulan selanjutnya berat badan akan selalu meningkat sampai menjelang aterem ( kusmiyati, 2008)

11) Perubahan pada uterus

Uterus mengalami perubahan pada ukuran , bentuk dan konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak. Teraba balotement, tanda ini muncul pada minggu 16-20, setelah rongga rahim mengalami oblitrasi dan cairan amnion cukup banyak. Balotement adalah dimana tanda ada benda terapung / melayang dalam cairan. Sebagian dianostik banding adalah asites yang disetai kista ovarium , mioma uteri dan sebagainya (pantikawati , 2010)

12) Tanda piskacec’s

(8)

13) Perubahan-perubahan pada serviks

Menurut (pantikawati , 2010) perubahan-perubahan pada seriviks yaitu ;

1. Tanda Hegar

Merupakan tanda berupa perlunakan pada daerah isthmus uteri, sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan uteris malah difleksikan tanda ini ilihat pada minggu ke 6 dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8

2. Tanda Goodell’s

Dapat diketahui melalui pemeriksaan bimanual seriviks terasa lebih lunak

3. Tanda Chadwick

Tanda dimana vagina mengalami kongesti warna kebiru-biruan.

4. Tanda Mc Donal

Yaitu tanda dimana fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu sama lain dan tergantung pada lunak atau tidaknya jaringan istimus

5. Terjadi pembesaran abdomen

(9)

6. Kontrasi Uterus

Tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh perutnya kencang , tetapi tidak disertai rasa sakit.

7. Pemeriksaan tes biologis kehamilan

Pada pemeriksaan ini hasilnya positif dimana kemungkinan positif palsu.

1. Tanda pasti kehamilan

Menurut kusmiyati (2008) tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui :

a. Denyut Jantung Janin (DJJ)

Denyut jantung janin dapat didengar denga stetoskop laenec pada minggu ke 17-18. Tetapi dengan stetoskop Ultrasonik (dopler) , denyut jantung janin dapat didengarkan lebih awal sekitar minggu ke 12, Melakukan auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain seperti bising , tali pusat m bising uterus dan nadi ibu.

b. Palpasi

(10)

2. Tanda-tanda dini bahaya komplikasi ibu dan janin masa kehamilan muda :

1. Pendarahan pervaginam masa hamil muda a. Abortus

Menurut prawirohardjo (2008), abortus adalah hasil konsepsi selama janin dapat hidup diluar kandungan dan sebagai batasannya yaitu kurang dari 20 minggu dan berat janin <500 gram

b. Kehamilan ektopik

Menurut kusmiyati (2008) kehamilan ektopik adalah kehamilan diluar rahim , misalnya dalam tuba, rongga perut , serviks atau dalam tanduk rudimenter rahim.

c. Mola hidatidosa

Menurut kusmiyati (2008) mola hidatidosa atau hamil anggur adalah suatu kehamilan dimana setalah vertilisasi hasil konsepsi tidak dapat berkembang menjadi embrio atau bakal janin tetapi terjadi proloverasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidrofik

2. Hipertensi Grafidarum

Hipertensi Grafidarum adalah hipertensi yang menetap oleh berbagai sebab , yang sudah ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu , atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu paska salin kusmiyati (2008)

3. Superimposed preklamsi

(11)

C. Konsep Abortus Inkomplit

1. Definisi Abortus Inkomplit

Keguguran yang bersisa atau abortus inkomplit adalah keguguran yang masih ada sisa plasenta di dalam rahim. Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan. Pengeluarannya terjadi sebelum 20 minggu, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta (Hartini, 2009).

Menurut Sastrawinata, Martaadisoebrata & Wirakusumah (2009). abortus inkompletus adalah sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan, tetapi sebagian masih tertinggal di dalam rahim, ostium terbuka dan teraba jaringan.

Berdasarkan definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi yang terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu ditandai dengan ostium yang terbuka dan teraba jaringan.

2. Etiologi Abortus Inkomplit

(12)

3. Pathway

Post curetage pre curetage

Gambar 2.1 Pathway Abortus Inkomplit pada pre dan Post Curetage Sumber: Nurarif & Kusuma (2013)

Kelainan ovum/fetal, kelainan maternal, kehamilan ektopik, kelainan endokrin, kelainan sistemik, infeksi, obat-obatan/ zat

kimia, agen fisik

Abortus spontan (abortus inkomplit)

Curetage Kurang Pengetahuan

Post Anastesi Jaringan terputus/terbuka Ansietas

Penurunan syaraf oblongata

Penurunan syaraf vegetatif

Peristaltik ↓

Penyerapan cairan

dikolon ↓

Gangguan eliminasi (konstipasi)

Nyeri Invasi bakteri

Intoleransi aktivitas Resiko infeksi

Gangguan pemenuhan ADL

Nyeri abdomen Gangguan rasa nyaman

Perdarahan Risiko syok

(hipovolemik)

Kekurangan volume cairan Risiko infeksi

(13)

4. Penatalaksanaan Abortus Inkomplit

Pengelolaan abortus inkomplit menurut Sastrawinata, Martaadisoebrata & Wirakusumah (2009) adalah dengan memperbaiki keadaan umum, bila ada syok, atasi syok, bila Hb<8 gr% maka berikan transfusi, lakukan evakuasi dengan digital dan curetage, berikan uterotonik atau obat peningkat kontraksi uterus, dan berikan antibiotik selama 3 hari.

Sedangkan penatalaksaan pada kasus abortus inkomplit menurut Reeder (2011) adalah dengan memberikan terapi IV untuk penggantian cairan atau transfuse darah. Ketika sebagian konsepsi tidak dikeluarkan, maka perlu adanya upaya untuk membantu mengosongkan uterus dari semua hasil konsepsi. Oleh karena terdapat bahaya perdarahan maternal, oksitosin dapat diberikan. Apabila hal ini tidak efektif, maka perlu adanya pembedahan untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus secara cepat. Sering dijumpai jaringan terjuntai dalam saluran serviks dan dapat diangkat dengan mudah menggunakan forsep ovum, dilatasi dan curetage (D/ C) pada rongga uterus atau ekstrasi vakum perlu dilakukan.

D. Konsep Curetage

1. Definisi Curetage

(14)

a. Gangguan Haid

Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim, dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.

b. Infeksi

Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan seperti darah. c. Kanker

Sebenarnya kecil kemungkinan terjadi kanker, hanya sekitar 1%. Namun bila kuret tidak dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan penanganan yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker. Disebut kanker trofoblast atau kanker yang disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.

E. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Pre dan Post Curetage Abortus

Inkomplit

1. Pengkajian Pre Curetage

(15)

a. Riwayat

1) HPHT dan keteraturan menstruasi

2) Usia kehamilan yang dikonfirmasi melalui pemeriksaan atau sonogram

3) Hasil tes kehamilan

4) Riwayat kehamilan sebelumnya: insiden abortus spontan atau kehamilan ektopik

5) Riwayat kontrasepsi 6) Riwayat perdarahan:

a) Apakah terus-menerus b) Jumlah perdarahan

c) Apakah merah hati atau merah menyala d) Adanya jaringan, bekuan darah atau cairan 7) Nyeri atau kram

a) Lokasi (bagian depan bawah, sisi kiri atau kanan, punggung, rectum, bahu, nyeri saat bernapas)

b) Sifat nyeri (ringan, nyeri hebat, tajam, tumpul) c) Jika aktivitas diubah, nyeri membaik atau memburuk? 8) Demam atau gejala di saluran kemih

9) Perubahan gejala kehamilan b. Pemeriksaan Fisik

1) Tanda vital

(16)

a) Palpasi nyeri tekan

b) Tinggi fundus atau massa lain 2. Pengkajian Post Curetage

Menurut Prasetyadi (2008) dalam yuni (2015) bahwa hal yang perlu dikaji pasca tindakan pengosongan uterus adalah dengan memantau banyaknya perdarahan dan adanya ketidaknyamanan pasca tindakan. 3. Diagnosa Pre Curetage

Menurut Wilkinson & Ahern (2012) dan Reeder (2011), diagnosa yang muncul pada periode pre curetage meliputi:

a. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan mengenai prosedur dan perawatan pasca prosedur

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif

c. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi d. Dukacita berhubungan dengan kehilangan perinatal e. Risiko infeksi

4. Diagnosa Post Curetage

Menurut Wilkinson & Ahern (2012) dan Nurarif & Kusuma (2013), beberapa diagnosa yang muncul pada pasien post curetage meliputi: a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan

secara aktif

(17)

d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

f. Gangguan eliminasi (eliminasi) berhubungan dengan factor farmakologis (sedative)

5. Intervensi Pre Curetage

Menurut Wilkinson & Ahern (2012), intervensi keperawatan pre curetage dalam asuhan keperawatan meliputi:

a. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan mengenai prosedur dan perawatan pasca prosedur

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas teratasi. NOC: Anxiety Control

Kriteria Hasil:

1) Memiliki informasi untuk mengurangi takut 2) Menggunakan teknik relaksasi

3) Mempertahankan hubungan social dan fungsi peran 4) Mengontrol respon takut

NIC: Coping Enchancement

1) Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien dan keluarga 2) Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan, persepsi dan rasa

cemasnya

(18)

4) Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan miinterpretasi

5) Sediakan perawatan yang berkesinambungan 6) Dorong klien untuk mempraktekan teknik relaksasi

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan klien terpenuhi.

NOC:

1) Fluid balance 2) Hydration

3) Nutritional Status: Food and Fluid Intake Kriteria Hasil:

1) Intake dan output 24 jam seimbang 2) Tanda vital dalam batas normal

3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan NIC: Fluid Management

1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 2) Monitor status hidrasi

3) Monitor tanda vital

(19)

5) Monitor masukan makanan/cairan 6) Kolaborasi pemberian cairan IV 7) Atur kemungkinan transfuse

c. Dukacita berhubungan dengan kehilangan perinatal

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan kehilangan yang terjadi

NOC: Penyelesaian Dukacita Kriteria Hasil:

1) Melaporkan penurunan fokus pikiran terhadap kehilangan 2) Mempertahankan kerapian dan kebersihan diri

3) Melaporkan asupan nutrisi yang adekuat NIC: Fasilitasi Proses Dukacita

1) Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan 2) Identifikasi perasaan yang paling dalam tentang kehilangan

3) Anjurkan pasien untuk mengimplementasikan kebiasaan budaya, agama, dan social yang berhubungan dengan kehilangan

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hilang.

NOC: Pain Level Kriteria Hasil:

1) Mampu mengontrol nyeri

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

(20)

4) Ekspresi nyeri pada wajah berkurang 5) Tanda vital dalam rentang normal NIC: Pain Management

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif 2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi)

4) Ajarkan tentang teknik non farmakologi 5) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 6) Tingkatkan istirahat

e. Resiko infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.

NOC: Risk Control Kriteria Hasil:

1) Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Jumlah leukosit dalam batas normal 3) Menunjukkan perilaku hidup sehat 4) Tidak ada tanda infeksi

NIC: Infection Control

1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)

(21)

4) Monitor tanda-tanda infeksi

5) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

6) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

7) Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum 8) Tingkatkan intake nutrisi

9) Berikan terapi antibiotik bila perlu 6. Intervensi Post Curetage

Menurut Wilkinson & Ahern (2012), intervensi keperawatan post curetage dalam asuhan keperawatan meliputi:

a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan klien terpenuhi.

NOC:

1) Fluid balance 2) Hydration

3) Nutritional Status: Food and Fluid Intake Kriteria Hasil:

1) Intake dan output 24 jam seimbang 2) Tanda vital dalam batas normal

(22)

NIC: Fluid Management

1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 2) Monitor status hidrasi

3) Monitor tanda vital

4) Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, HMT, Osmolaritas urin)

5) Monitor masukan makanan/cairan 6) Kolaborasi pemberian cairan IV 7) Atur kemungkinan transfuse

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hilang.

NOC: Pain Level Kriteria Hasil:

1) Mampu mengontrol nyeri

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3) Frekuensi nyeri berkurang

4) Ekspresi nyeri pada wajah berkurang 5) Tanda vital dalam rentang normal NIC: Pain Management

(23)

3) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi)

4) Ajarkan tentang teknik non farmakologi 5) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 6) Tingkatkan istirahat

c. Resiko infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.

NOC: Risk Control Kriteria Hasil:

1) Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Jumlah leukosit dalam batas normal 3) Menunjukkan perilaku hidup sehat 4) Tidak ada tanda infeksi

NIC: Infection Control

1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)

3) Monitor hasil laboratorium berupa peningkatan leukosit (5000-10.000 UI)

4) Monitor tanda-tanda infeksi

5) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

(24)

7) Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum 8) Tingkatkan intake nutrisi

9) Berikan terapi antibiotik bila perlu

d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas teratasi. NOC: Anxiety Control

Kriteria Hasil:

1) Memiliki informasi untuk mengurangi takut 2) Menggunakan teknik relaksasi

3) Mempertahankan hubungan social dan fungsi peran 4) Mengontrol respon takut

NIC: Coping Enchancement

1) Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien dan keluarga 2) Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan, persepsi dan rasa

cemasnya

3) Berikan reinforcement positif ketika pasien melakukan perilaku untuk menghilangkan rasa cemas

4) Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan miinterpretasi

(25)

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktivitas klien meningkat.

NOC:Activity Tolerance Kriteria Hasil:

1) Vital sign dalam rentang normal saat beraktivitas 2) Laporan ADL (Activity Daily Living) meningkat 3) Kemampuan bicara saat latihan

NIC 1: Activity Therapy

1) Menentukan penyebab toleransi aktivitas 2) Berikan periode istirahat selama beraktivitas

3) Jika memungkinkan tingkatkan aktivitas secara bertahap (dari duduk, jalan, aktivitas maksimal)

4) Pastikan perubahan posisi klien secara perahan dan monitor gejala dari intoleransi aktivitas

5) Monitor dan catat kemampuan untuk mentoleransi aktivitas

6) Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energi NIC 2: Energy Management

1) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas 2) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terhadap

keterbatasan

3) Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

(26)

f. Gangguan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan factor farmakologis (sedative)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktivitas klien meningkat.

NOC: Bowl Elimination

Kriteria Hasil:

1) Pola BAB dalam batas normal 2) Feses lunak

3) Cairan dan serat adekuat 4) Aktivitas adekuat

5) Hidrasi adekuat

NIC: Manajemen Konstipasi

1) Identifikasi factor-faktor yang menyebabkan konstipasi 2) Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien 3) Kolaborasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap 4) Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap

eliminasi

(27)

7. Evaluasi Pre Curetage

Menurut Wilkinson & Ahern (2012) hasil yang diharapkan bagi pasien pre curetage adalah sebagai berikut:

a. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan mengenai prosedur dan perawatan pasca prosedur

1) Memiliki informasi untuk mengurangi takut 2) Menggunakan teknik relaksasi

3) Mempertahankan hubungan social dan fungsi peran 4) Mengontrol respon takut

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif

1) Intake dan output 24 jam seimbang 2) Tanda vital dalam batas normal

3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan c. Dukacita berhubungan dengan kehilangan perinatal

1) Melaporkan penurunan fokus pikiran terhadap kehilangan 2) Mempertahankan kerapian dan kebersihan diri

3) Melaporkan asupan nutrisi yang adekuat

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi 1) Mampu mengontrol nyeri

2) Nyeri berkurang

(28)

4) Frekuensi nyeri berkurang

5) Ekspresi nyeri pada wajah berkurang e. Resiko infeksi

1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Jumlah leukosit dalam batas normal 3) Menunjukkan perilaku hidup sehat 4) Tidak ada tanda infeksi

8. Evaluasi Post Curetage

Menurut Wilkinson & Ahern (2012) hasil yang diharapkan bagi pasien post curetage adalah sebagai berikut:

a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif

1) Intake dan output 24 jam seimbang 2) Tanda vital dalam batas normal

3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

1) Mampu mengontrol nyeri 2) Nyeri berkurang

3) Tanda vital dalam rentang normal 4) Frekuensi nyeri berkurang

(29)

c. Resiko infeksi

1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Jumlah leukosit dalam batas normal 3) Menunjukkan perilaku hidup sehat 4) Tidak ada tanda infeksi

d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan 1) Memiliki informasi untuk mengurangi takut 2) Menggunakan teknik relaksasi

3) Mempertahankan hubungan social dan fungsi peran 4) Mengontrol respon takut

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktivitas klien meningkat.

1) Vital sign dalam rentang normal saat beraktivitas 2) Laporan ADL (Activity Daily Living) meningkat 3) Kemampuan bicara saat latihan

f. Gangguan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan factor farmakologis (sedative)

1) Pola BAB dalam batas normal 2) Feses lunak

3) Cairan dan serat adekuat 4) Aktivitas adekuat

Gambar

Gambar 2.1 Pathway Abortus Inkomplit pada pre dan Post Curetage Sumber: Nurarif & Kusuma  (2013)

Referensi

Dokumen terkait

Kecemasan berfungsi sebagai tanda adanya bahaya yang akan terjadi, suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari atau dilawan. Dalam hal ini ego harus

Individu dengan tipe kepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan tipe kepribadian B. Misalnya dengan orang tipe A adalah

1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.. 2) Konflik emosional

Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stresor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan otak atau tipe

a) Turbin aksi (impuls), yaitu turbin yang perputaran sudu-sudu geraknya karena dorongan dari uap yang telah dinaikkan kecepatannya oleh nosel. Turbin Impuls, disebut juga

1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional. 2) Konflik emosional

Ego berkembang dari Id agar mampu menangani realita, sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id

Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan cemas.