• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING Skripsi PENGARUH PENGELOMPOKAN KATA-KATA SECARA KATEGORIS PADA KINERJA MENGINGAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING Skripsi PENGARUH PENGELOMPOKAN KATA-KATA SECARA KATEGORIS PADA KINERJA MENGINGAT"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGELOMPOKAN KATA-KATA SECARA KATEGORIS PADA KINERJA MENGINGAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelas Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Endy Prasetyo Utomo NIM : 06 9114 037

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii Skripsi

PENGARUH PENGELOMPOKAN KATA-KATA SECARA KATEGORIS PADA KINERJA MENGINGAT

Oleh :

Endy Prasetyo Utomo NIM : 06 9114 037

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

Skripsi

PENGARUH PENGELOMPOKAN KATA-KATA SECARA KATEGORIS PADA KINERJA MENGINGAT

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Endy Prasetyo Utomo NIM : 06 9114 037

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 23 Juli 2010

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. A. Priyono Marwan, S.J. ... Anggota : V. Didik Suryo H, S.Psi., M.Si. ... Anggota : Minta Istono, S.Psi., M.Si. ...

Yogyakarta,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

(4)

iv

“kesuksesan dapat diwujudkan melalui kerja keras dan doa”

“kegagalan hanyalah kesuksesan yang tertunda”

“jangan pernah takut untuk gagal”

“kegagalan mengajari kita belajar untuk bangkit dan meraih kesuksesan”

(5)

-v

(6)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Agustus 2010 Penulis

(7)

vii

PENGARUH PENGELOMPOKAN KATA-KATA SECARA KATEGORIS PADA KINERJA MENGINGAT

Endy Prasetyo Utomo ABSTRAK

Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pengelompokan kata-kata secara kategoris pada kinerja mengingat. Subjek penelitian adalah 70 siswa-siswi kelas 4 SD Maria Assumpta Klaten. Penelitian mengajukan hipotesis bahwa kinerja mengingat dengan pengelompokan kata-kata secara kategoris lebih baik secara signifikan daripada kinerja mengingat pada siswa tanpa pengelompokan kata-kata secara kategoris. Desain penelitian adalahPost Test Only Group Design. Pengelompokan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan pada pembagian kelompok kelas di sekolah. Analisis data menggunakan uji t menunjukkan nilai t hitung (8.719) > t tabel (1.9944) dengan rata-rata skor ingatan kelompok eksperimen (22,6) lebih tinggi dibanding rata-rata skor ingatan kelompok control (15,228571). Dengan demikian hipotesis diterima.

(8)

viii

Endy Prasetyo Utomo

ABSTRACT

This experiment research aims to find out the influence of words categorized on retrieval performance. The subjects were 70 fourth year students from Maria Assumpta primary school in Klaten. The hypothesis says that retrieval performance with categorized is significantly better than retrieval performance on students without categorized. The research design is Post Test Only Group Design. The subjects were divided into experiment and control groups based on classroom division at school. Data analysis used t test show the value t score (8.719) > t table (1.9944) with the average of experiment group score (22,6) higher than the average of control group score (15,228571). Therefore, the hypothesis is accepted.

(9)

ix

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertandatangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Endy Prasetyo Utomo NIM : 06 9114 037

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengaruh pengelompokan kata-kata secara kategoris pada kinerja mengingat

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, dan mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 27 Agustus 2010

Yang menyatakan,

(10)

x

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang telah menyertai penulis selama penulisan skripsi.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi, Program Studi Psikologi, Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari banyak pihak yang telah selama penulisan skripsi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Titik Kristiyani, S.Psi., M.Psi., selaku kepala program studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psikolog., Msi., selaku wakil kepala program studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si, selaku pembimbing akademik mahasiswa

angkatan 2006.

5. Dr. A. Priyono Marwan S.J., pembimbing sekaligus dosen saya. Berkat

romo, saya belajar untuk tidak takut menghadapi kegagalan. Justru dengan kegagalan tersebut saya bisa belajar banyak hal.

6. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi, selaku dosen penguji 1, terima kasih

(11)

xi

7. Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si, selaku dosen penguji 2, terima kasih untuk kritik dan sarannya.

8. Semua dosen Fakultas Psikologi, terima kasih telah membantu penulis dalam memperluas wawasan dan pengetahun.

9. Karyawan Fakultas Psikologi : Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Mbak Nanik, dan Pak Gie, atas segala bentuannya dan fasilitas selama proses perkuliahan.

10. Ayah, Edy Karsono, yang selalu menanyakan, “sudah sampai mana le skripsinya?” tiap minggu. Bapak telah menjadi tokoh idola semasa hidup

saya. Terima kasih atas segala pelajaran kehidupan. Berkat bapak, saya belajar banyak nilai-nilai kehidupan.

11. Ibu, Endang Irianti, yang selalu memberi saya semangat untuk berkarya.

Terima kasih atas perhatian dan kasih sayang ibu. Berkat ibu saya belajar untuk mensyukuri segala rahmat Tuhan yang diberikan kepada saya.

12. Adik, Endrati Jati Siwi, yang selalu memberi dorongan dan bantuan setiap saat. Berkat dirimu, saya belajar untuk menjadi seorang pribadi yang lebih dewasa.

13. Cinthya Ristaviana, yang selalu memberi dorongan, semangat dan motivasi. Berkat dirimu, saya belajar menghargai, mensyukuri serta

memaknai hidup.

(12)

xii Klaten.

16. Tante, dr. Gandes Retno Rahayu, Mmed.Ed, Ph.D, selaku pembimbing skripsi saya yang kedua. Berkat tante, saya mampu menempuh pengerjaan

skripsi ini dengan lancar.

17. Om, dr. FL. Triharnoto, MBA, M.Sc, Sp.PD yang selalu memotivasi saya untuk cepat lulus.

18. Sr. Paulina Ping, S.Pd.,OSU, selaku kepala sekolah, terima kasih telah memberi kesempatan untuk melaksanakan penelitian di SD Maria

Assumpta Klaten.

19. Bapak Kepala Sekolah SD Deresan Yogyakarta, terima kasih telah memberikan kesempatan untuk melaksanakantry outpenelitian.

20. Sahabat-sahabat GPK, Manto, Dhemas, Diol, Danan, Ocha, Krisna, Martin, dan Bonggal. Berkat kalian, saya belajar bahwa persaudaraan tidak

selalu berasal dari rahim yang sama. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

21. Teman-teman KRG, Paimun, Komeng, Ajik, Arya, Abhe, Guntur, Timo,

dll. Berkat kalian, saya menjadi termotivasi untuk segera lulus cepat. Terima kasih atas dorongan semangat selama mengerjakan skripsi ini.

22. Teman-teman mahasiswa fakultas Psikologi yang pernah menempuh bangku kuliah bersama selama 4 tahun ini.

(13)

xiii

24. Teman-teman EEC, terima kasih atas dukungan semangat selama mengerjakan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, segala masukan dan saran yang membangun akan diterima dengan senang hati.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(14)

xiv

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL... xviii

DAFTAR GAMBAR... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II DASAR TEORI... 7

(15)

xv

B. Model Memori Atkinson dan Shiffrin... 8

1. Registrasi Sensori... 9

2. Memori Jangka Pendek... 10

3. Pentransferan Informasi Dari Memori Jangka Pendek Menuju Memori Jangka Panjang... 11

4. Memori Jangka Panjang... 22

5. Pengeluaran Informasi Dari Jangka Panjang...... 24

6. Peran Metode Pengelompokan Kategoris Dalam Pengeluaran Informasi Dari Jangka Panjang... 25

7. Proses Lupa dan Distorsi Memori... 27

C. Hipotesis... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian... 30

B. Identifikasi Variabel Penelitian... 30

1. Variabel Bebas... 30

2. Variabel Tergantung... 31

C. Subjek Penelitian... 31

D. Definisi Operasional... 31

1. Pengelompokan Secara Kategoris... 31

2. Kinerja Mengingat... 32

E. Hasil Uji Coba Alat... 32

1. Try Out Soal Pertama... 32

(16)

xvi

1. Lembar Soal... 34

2. Lembar Jawab... 34

G. Prosedur Penelitian... 35

1. Penyusunan Materi... 35

2. Perijinan... 35

3. Pengendalian Variabel Ekstra... 36

4. Prosedur Pelaksanaan Penilitian... 39

H. Metode Analisis Data... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

A. Pelaksanaan Penelitian... 44

B. Hasil Pengamatan... 44

C. Hasil Penelitian... 45

1. Rata-rata Skor Ingatan dan Jenis Kelamin... 45

2. Uji Normalitas... 46

3. Uji Homogenitas... 47

4. Uji Hipotesis... 48

D. Pembahasan... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 53

A. Kesimpulan... 53

B. Saran... 53

1. Untuk Penelitian Selanjutnya... 53

(17)

xvii

3. Untuk Siswa... 54 DAFTAR PUSTAKA... 55

(18)

xviii

Tabel 1. Contoh Daftar Kata………. 13

Tabel 2. Variabel Ekstra dan Cara Pengendalilan………. 35

Tabel 3. Jenis Kelamin dan Skor Ingatan……….. 44

Tabel 4. Levene's Test for Equality of Variances……….. 46

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

(20)

xx

Lampiran 1. Soal Kelompok Eksperimen Try Out 1... 59

Lampiran 2. Soal Kelompok Kontrol Try Out 1... 60

Lampiran 3. Soal Kelompok Eksperimen Try Out 2 dan Penelitian... 61

Lampiran 4. Soal Kelompok Kontrol Try Out 2 dan Penelitian... 62

Lampiran 5. Hasil Perolehan Data Try Out 1... 63

Lampiran 6. Hasil Perolehan Data Try Out 2... 64

Lampiran 7. Hasil Perolehan Data Penelitian... 65

Lampiran 8. Nilai Rapot Semester 1 Kelas 4 SD Maria Assumpta Klaten... 66

Lampiran 9. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 67

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Anak yang normal tentu pernah melakukan berbagai aktivitas seperti berbicara, membaca, menulis, menggambar, dan menari. Semua aktivitas tersebut melibatkan kegiatan mengingat (Santrock, 2002). Penelitian tentang ingatan anak (Woolfolk, 1995 dalam Santrock, 2002) menemukan bahwa seorang anak mampu berbicara, menulis, membaca, dan menari karena anak memiliki ingatan terhadap pengalaman yang pernah dipelajari. Misalnya, anak mampu menulis huruf A, B, C karena ia memiliki ingatan terhadap bentuk huruf dan cara menulisnya. Anak juga mampu mengenali sebuah gambar dan menamainya buah apel karena ia memiliki ingatan terhadap ciri-ciri yang dimiliki buah apel.

Banyak faktor mempengaruhi ingatan anak, yaitu minat, perhatian (attention), intelegensi dan tahap perkembangan (Weinland, 1957 dalam Santrock, 2002). Selain itu, ada pula faktor lain yang mempengaruhi ingatan anak, yaitu skema (Santrock, 2002). Skema adalah suatu struktur kognitif yang mengorganisasikan persepsi. Skema terbentuk sejak individu masih kecil.

(22)

yaitu suatu tahap anak menyimpan informasi melalui pengalaman sensoris, misalnya mengenali orang di sekitarnya dengan melihat dan mendengar suara. Kedua adalah tahap praoperasional (2-7th), yaitu suatu tahap anak mengungkapkan suatu objek dengan kata-kata dan gambar-gambar, misalnya menyebutkan macam-macam bunga seperti bunga mawar, anggrek, dan teratai. Ketiga adalah tahap operasional konkret (7-11th), yaitu suatu tahap anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis, misalnya memikirkan langkah-langkah penyelesaian untuk memecahkan soal matematika. Keempat adalah tahap operasional formal (11-15th), yaitu suatu tahap anak dapat berpikir abstrak dan logis, misalnya mengungkapkan pendapat beserta alasan logisnya.

Penguasaan tugas-tugas perkembangan dalam usia tertentu mempunyai peranan penting dalam menentukan optimal atau tidaknya penguasaan tugas-tugas perkembangan pada usia selanjutnya. Salah satu tugas tahap perkembangan anak adalah memaksimalkan kemampuan otak anak, yaitu ingatannya. Tugas ini dijumpai pada masa pertengahan dan akhir tahap perkembangan kognitif anak, yaitu tahap operasional konkret, 7-11th (Santrock, 2002).

(23)

3

makhluk hidup dan proses kehidupan, siswa menjumpai pembelajaran bab-bab mengenai bagian tubuh. Contoh-contoh bab mengenai bagian tubuh adalah organ mata, jaringan pencernaan, dan tulang. Pada organ mata, mereka mengenal istilah seperti kornea, pupil, lensa, dan retina. Pada jaringan pencernaan, mereka mengenal istilah seperti usus 12 jari, usus buntu, dan usus besar. Pada bagian tulang, mereka memperlajari istilah seperti tulang rusuk, tulang paha,dan tulang pipi. Menurut salah satu guru sekolah dasar, istilah-istilah tersebut merupakan kosakata atau kata-kata yang baru bagi siswa.

Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja mengingat. Sternberg (2008) mengatakan bahwa metode untuk meningkatkan kinerja mengingat dibagi menjadi dua yaitu pengulangan dan pengorganisasian informasi. Pengulangan berarti penghafalan repetitif sebuah item atau sering disebut sebagai rehearsal. Pengorganisasian informasi berarti menambahkan makna kepada daftar item-item lain yang tidak begitu bermakna atau yang gamang. Best, 2003 (dalam Sternberg, 2008) menyebutnya sebagai peranti mnemonik. Sternberg (2008) menyebutkan bahwa peranti mnemonik terbagi menjadi berbagai cara, yaitu metode loci, metode kata kunci, metode kata bergantung, metode akronim dan akrostik, serta metode pengelompokan secara kategoris.

(24)

terhadap materi pelajaran. Guru yang lain menuturkan bahwa metode pengelompokan secara kategoris disertai dengan pengulangan efektif dalam meningkatkan ingatan siswa terhadap materi pelajaran. Dalam hal ini, anak mengingat secara berulang materi pelajaran yang telah disusun secara kategoris.

Penelitian sebelumnya, Tulving dan Pearlstone (1966), menunjukkan bahwa kelompok mengingat dengan pengelompokan secara kategoris (tanpa pengulangan) dapat mengingat jauh lebih baik daripada kelompok mengingat bebas. Tulving dan Pearlstone (1966) menyebutkan bahwa dengan mengorganisasikan informasi ke dalam kategori-kategori membantu seseorang dalam mengakses informasi yang pernah diingat. Dengan demikian, penggunaan metode pengelompokan secara kategoris sangat bermanfaat membantu meningkatkan kinerja mengingat.

Walaupun demikian, penelitian Tulving dan Pearlstone (1966) menggunakan siswa sekolah menengah atas sebagai subjek penelitian. Santrock (2002) menyebutkan bahwa anak-anak yang lebih tua usianya memiliki kinerja mengingat yang lebih baik. Perbedaan utama antara anak yang lebih muda dan lebih tua (orang dewasa) terletak pada strategi yang mereka pelajari (Flavel dan Wellman, 1977 dalam Santrock, 2002). Anak kecil cenderung menggunakan metode pengulangan secara acak daripada pengorganisasian informasi dalam mengingat suatu informasi. Hal tersebut didukung dengan penelitian Flavell, Beach, dan Chinsky, 1966 (dalam Santrock, 2002) yang menemukan bahwa kemampuan pengulangan secara acak meningkat terutama pada anak

(25)

5

mengaplikasikannya pada setiap tugas mengingat. Dengan demikian, penelitian Tulving dan Pearlstone (1966) kurang mampu mengungkap apakah metode pengelompokan secara kategoris (tanpa pengulangan) juga dapat secara efektif digunakan oleh siswa sekolah dasar.

Penelitian ini bermaksud menunjukkan pengaruh metode pengelompokan secara kategoris (tanpa pengulangan) pada kinerja mengingat anak. Peneliti menunjukkan pengaruh tersebut dengan membandingkan kinerja mengingat anak yang menggunakan metode pengelompokan secara kategoris dan anak yang tidak menggunakan metode pengelompokan secara kategoris (acak).

Berbeda dari penelitian Tulving dan Pearlstone (1966), peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh metode pengelompokan kata-kata secara kategoris pada kinerja mengingat dengan subjek penelitian siswa sekolah dasar. Peneliti menggunakan siswa-siswi kelas 4 sekolah dasar yang berusia 8-9 tahun di kota Klaten sebagai subjek penelitian. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan pada penelitian Furth dan Wachs, 1975 (dalam Santrock, 2002) yang menyebutkan bahwa pada usia 7-11th seorang anak sudah mampumengklasifikasi atau membagi benda-benda ke dalam perangkat–perangkat atau sub-perangkat yang berbeda ataupun terkait.

B. Rumusan Masalah

(26)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelompokan kata-kata secara kategoris (tanpa pengulangan) pada kinerja mengingat siswa sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan bagi dunia pendidikan akan pentingnya penggunaan metode pengelompokan kata-kata secara kategoris (tanpa pengulangan) untuk meningkatkan kinerja mengingat siswa sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

(27)

7 BAB II DASAR TEORI

Dasar teori memaparkan pengertian memori/ingatan dan model memori

Atkinson dan Shiffrin (dalam Sternberg, 2008).

A. Pengertian Ingatan/Memori

Baddeley (dalam Sternberg, 2008) mendefinisikan ingatan sebagai

suatu sistem untuk menyimpan dan memanggil kembali informasi yang

didapatkan melalui indera-indera manusia. Tulving (dalam Sternberg, 2008)

dan Tulving dan Craik (dalam Sternberg, 2008) berpendapat memori atau

ingatan adalah cara-cara untuk mempertahankan dan menarik pengalaman dari

masa lalu untuk digunakan saat ini. Sebagai sebuah proses, memori mengacu

kepada mekanisme-mekanisme dinamis yang diasosiasikan dengan aktivitas

otak untuk menyimpan, mempertahankan, dan mengeluarkan informasi di

masa lalu (Bjorrklund, Schneider dan Blasi dalam Sternberg, 2008).

Secara khusus, para psikolog kognitif telah mengidentifikasikan tiga

proses memori yang umum : pengkodean, penyimpanan dan pemanggilan

kembali (Brown dan Craik dalam Sternberg, 2008). Di dalam pengkodean,

kita mentranformasikan data indera menjadi suatu bentuk representasi mental.

Di dalam penyimpanan, kita menjaga informasi yang dikodekan di dalam

(28)

informasi yang tersimpan di dalam memori. Uraian berikut membahas

proses-proses memori ini.

B. Model Memori Atkinson dan Shiffrin (1968)

Gambar berikut menjelaskan komponen-komponen dalam memori

menurut model memori Atkinson dan Shiffrin (dalam Sternberg, 2008)

Gambar 1.Model Memori Atkinson dan Shiffrin(dalam Sternberg, 2008)

Menurut model ini, informasi akan masuk ke dalam memori dengan

melintasi beberapa unit pemrosesan yang saling berhubungan. Informasi

pertama-tama masuk ke registrasi sensori. Registrasi sensori menangkap

masukan sensoris untuk waktu yang sangat singkat yaitu kurang dari setengah mnemonik

Attention

rehearsal

Short Term Memory

Long Term Memory

forgeting forgeting

Registrasi SensoriVisualAuditoricSemantic

(29)

9

detik. Jika informasi diberikan attention (perhatian) maka informasi tersebut

akan diteruskan ke dalam short term memory (memori jangka pendek). Jika

informasi tidak diberikan perhatian, maka informasi tersebut akan hilang.

Di dalam memori jangka pendek ini, bila ada proses pengontrolan

(seperti rehearsal atau pengulangan) yang dilakukan subyek terhadap materi

maka informasi akan ditahan secara temporer. Memori jangka pendek ini

disebut juga working memory (memori kerja) karena dianggap merupakan

pusat aktivitas (kerja) intelektual sadar manusia.

Saat informasi dipertahankan dalam memori jangka pendek, informasi

lain di dalamlong term memory(memori jangka panjang) yang memiliki nilai

asosiasi dengan informasi tersebut dapat diaktifkan dan dibawa ke dalam

memori jangka pendek. Setelah itu informasi ditransfer kembali ke dalam

memori jangka panjang. Atkinson dan Shiffrin (dalam Sternberg, 2008)

menyatakan bahwa proses pentransferan informasi dari memori jangka pendek

ke dalam memori jangka panjang tidak harus berupa pemindahan seluruh

informasi, namun dapat juga berupa penggandaan informasi tersebut ke dalam

memori jangka panjang, sehingga pada saat bersamaan informasi yang sama

ada di dalam dua memori.

Atkinson dan Shiffrin (dalam Sternberg, 2008) menjelaskan

karakteristik komponen-komponen memori sebagai berikut :

1. Registrasi Sensori

Registrasi sensori sering disebut juga dengan memori sensoris.

(30)

proses-proses dalam mempersepsi suatu stimulus. Contoh klasik tentang adanya

memori sensoris yaitu ketika sebatang rokok yang menyala dikibaskan

dalam suasana gelap. Ujung batang rokok akan terlihat seperti jejak cahaya

setiap kali rokok bergerak. Padahal sebenarnya jejak tersebut tidak ada di

udara. Penglihatan ini adalah hasil kerja registrasi sensori yang

mempertahankan cahaya sesaat setelah kita melihatnya.

Semua informasi dari lingkungan, pertama kali diterima oleh

registrasi sensori pada setiap indera. Informasi yang diterima oleh indera

harus diseleksi dengan memilih feature atau ciri tertentu dari stimulus

untuk diperhatikan (attention), diproses dan disimpan dalam memori

jangka pendek.

2. Memori Jangka Pendek

Memori jangka pendek atau short term memory (STM) memiliki

beberapa karakteristik dasar sebagai berikut :

a) Kapasitas

Memori jangka pendek memiliki kepasitas yang sedikit dan

terbatas. Miller (dalam Solso, Maclin dan Maclin, 2008) mengatakan

terdapat 7 “bongkah” atau chunk (ditambah atau dikurangi 2) yang

(31)

11

b) Durasi

Durasi pada memori jangka pendek kurang dari 30 detik. Peterson

dan Peterson (dalam Solso, Maclin dan Maclin, 2008) mengatakan

bahwa durasi pada STM sekitar 6-12 detik, sedangkan Atkinson dan

Shiffrin (1968) menetapkan 30 detik.

3. Pentransferan Informasi Dari Memori Jangka Pendek Menuju Memori

Jangka Panjang

Salah satu metode untuk mentransfer informasi dari memori jangka

pendek menuju memori jangka panjang adalah membuat hubungan atau

asosiasi-asosiasi antara informasi baru dengan informasi yang sudah kita

ketahui dan pahami. Kita membuat hubungan-hubungan dengan

mengintegrasikan data baru ke dalam skema-skema yang sudah ada dalam

memori. Proses pengintegrasian informasi baru dengan informasi yang

sudah ada dalam memori disebut konsolidasi. Pada manusia, proses

peng-konsolidasi-an informasi ke dalam memori dapat berlanjut selama

bertahun-tahun (Squire dalam Sternberg, 2008).

Untuk mempertahankan atau meningkatkan integritas memori

selama konsolidasi, kita bisa menggunakan strategi metamemori

(Metcalfe; Nelsons dan Narren; Schwartz dan Metcalfe, dalam Sternberg,

2008). Strategi-strategi metamemori melibatkan perefleksian terhadap

proses-proses memori dengan sebuah pandangan untuk memperbaikinya

(32)

kemampuan untuk memikirkan dan mengontrol proses-proses berpikir kita

sendiri dengan cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kita.

Sternberg (2008) mengungkapkan strategi metamemori terbagi menjadi dua yaitu :

a) Pengulangan /Rehearsal

Pengulangan adalah sebuah teknik untuk menjaga informasi di

dalam memori agar tetap aktif. Pengulangan juga didefinisikan sebagai

penghafalan repetitif sebuah item. Pengulangan (rehearsal) bisa

dilakukan dengan dua cara, yaitu cara terbuka dan cara tertutup. Cara

terbuka biasanya dilakukan dengan mengucapkan informasi yang

diingat secara keras dan gamblang. Cara tertutup dilakukan dengan

mengucapkan informasi yang diingat secara diam-diam dan

tersembunyi (tidak diucapkan secara verbal).

Tulving (dalam Solso, Maclin dan Maclin, 2008) berpendapat

hanya mengulangi pengucapan sebuah kata berkali-kali pada diri

sendiri tidak cukup untuk menghasilkan pengulangan yang efektif.

Kita juga perlu memikirkan kata-kata dan inter-relasi mereka. Dalam

hal ini, Tulving (dalam Solso, Maclin dan Maclin, 2008) menegaskan

perlunya pengorganisasian informasi.

b) Pengorganisasian informasi

Salah satu cara pengorganisasian informasi adalah

menggunakan teknik atau peranti mnemonik. Higbee (dalam Solso,

(33)

13

alat bantu untuk meningkatkan kemampuan mengingat. Peranti

mnemonik adalah teknik-teknik khusus untuk membantu mengingat

daftar kata-kata (Best dalam Sternberg, 2008). Pada intinya,

peranti-peranti ini menambahkan makna kepada daftar item-item lain yang

tidak begitu bermakna atau yang gamang.

Solso, Maclin dan Maclin (2008) menyebutkan bahwa

teknik mnemonik bermacam-macam:

1) Metode Loci (method of loci)

Kata “Loci” berarti lokasi. Metode loci adalah suatu metode

yang mengasosikan objek-objek tertentu dengan tempat-tempat

tertentu. Sebagai contoh ketika kita diminta untuk membeli lima

jenis barang di toko. Terkadang kita merasa khawatir akan

melupakan suatu barang atau membeli barang yang salah. Kita

dapat menggunakan metode loci, yaitu dengan menggunakan

lokasi di dalam rumah sebagai tempat untuk menyimpan

barang-barang yang perlu diingat:

Tabel 1.Contoh Daftar Kata

Barang yang harus diingat

Lokasi di rumah, tempat menyimpan barang

Roti Ruang makan

Makanan anjing Garasi

Tomat Dapur

Dasi Rak lemari pakaian

(34)

Moe dan Beni (2005) melakukan eksperimen mnemonik

dan menemukan bahwa item-item yang disajikan secara lisan akan

diingat paling baik menggunakan metode loci, sedangkan

daftar-daftar tertulis paling baik diingat menggunakan penghafalan biasa

(roterehearsal). Fenomena tersebut disebut sebagai efek presentasi

lisan (oral presentation effect). Moe dan Beni (2005) memberikan

para partisipan tiga jenis teks yang berbeda: (a) sebuah teks tentang

China, (b) sebuah teks mengenai komet dan (c) sebuah teks tentang

hibernasi. Pada penelitian ini, para peneliti mengendalikan

kecepatan penyajian teks. Sebagian teks ditampilkan secara visual

(di sebuah monitor komputer) sedangkan sebagian teks yang lain

disajikan melaluiaudio tape. Hasil penelitian menyebutkan bahwa

presentasi lisan menimbulkan efek terbaik pada kelompok yang

menggunakan loci yang dibuat sendiri, sedangkan membaca teks

(teks disajikan secara visual) menimbulkan hasil terbaik pada

partisipan yang menggunakan metode pengulangan (rehearsal).

2) Sistem Kata Bergantung (peg word system)

Ide dasar sistem kata bergantung (peg word system) atau

daftar kata bergantung (peg list system) adalah seseorang

mempelajari serangkaian kata yang berfungsi sebagai “gantungan”

(35)

15

Sebelum kita menghafal daftar item, kita perlu membuat

serangkaian pasangan kata yang berima atau daftar “gantungan”

seperti di bawah ini terlebih dahulu (Solso, Maclin dan Maclin,

2008) :

one is a bun six is a stick

two is a shoe seven is a heaven

three is a tree eight is a gate

four is a door nine is a line

five is a hive ten is a hen

Setelah mempelajari daftar “gantungan”, kita dapat

“menggantungkan” item-item ke “gantungan” tersebut. Salah satu

caranya adalah dengan membayangkan sebuah interaksi antara kata

yang digunakan sebagai penggantung (peg word) dengan kata yang

harus diingat.

Sebagai contoh, jika kata pertama dalam daftar belanja

yang harus diingat adalah kopi, maka kita dapat membayangkan

kopi berinteraksi dengan roti bulat (bun; ingat rima one is a bun).

Dalam contoh ini, kita membayangkan kopi dituangkan ke atas roti

tersebut.

Selanjutnya, jika kita akan mengingat kata tempe, maka

kita dapat mengasosiasikan tempe dengan sepatu (shoe, ingat rima

two is a shoe). Dalam contoh ini, kita membayangkan sebuah

(36)

Semakin aneh dan tidak masuk akal citra yang

dibayangkan, semakin mudah item tersebut kita ingat.

Sebagai contoh lain, kita dapat menggunakan serangkaian

pasangan kata yang berima atau daftar “gantungan” seperti di

bawah ini :

Satu adalah batu Enam adalah senam

Dua adalah rawa Tujuh adalah baju

Tiga adalah bunga Delapan adalah papan

Empat adalah kupat Sembilan adalah jalan

Lima adalah mama Sepuluh adalah buruh

Caran yang digunakan masih sama yaitu dengan

membayangkan sebuah interaksi antara kata yang digunakan

sebagai penggantung (peg word) dengan kata yang harus diingat.

Sebagai contoh, jika kata pertama dalam daftar belanja

yang harus diingat adalah kopi, maka kita dapat membayangkan

kopi berinteraksi dengan batu (ingat rimasatu adalah batu). Dalam

contoh ini, kita membayangkan batu dicelupkan ke dalam

secangkir kopi.

Selanjutnya, jika kita akan mengingat kata tempe, maka

kita dapat mengasosiasikan tempe dengan rawa (ingat rima dua

adalah rawa). Dalam contoh ini, kita membayangkan sebuah rawa

(37)

17

3) Metode Kata Kunci (key word method)

Metode ini berguna dalam upaya mempelajari bahasa asing

Sebagai contoh (Solso, Maclin dan Maclin, 2008), kita hendak

mengingat kata prokasinasi (suka menunda-nunda mengerjakan

tugas). Kita mengasosiasikannya dengan kata “porkas” (undian

olahraga) karena kata itu mudah kita ingat. Jadi kita mencoba

mendekatkan “prokas” dengan “porkas” lalu hanya tinggal

menambah kata -inasi.

Contoh lain (Solso, Maclin dan Maclin, 2008), untuk

mengingat arti kata hiperbola (suka berlebihan dalam menceritakan

sesuatu), coba bayangkan seorang kiper yang tidak dapat

menangkap bola yang melambung terlampau tinggi.

Dalam eksperimen yang dilakukan oleh Atkinson dan

Raugh (dalam Solso, Maclin dan Maclin, 2008), para partisipan

memperlajari 120 kata bahasa Rusia. Kelompok eksperimen

mendapatkan tampilan visual berisi terjemahan bahasa Inggris dan

kata-kata kunci, sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan

terjemahan bahasa Inggris. Tiga sesi training diberikan setiap

harinya. Hasil menunjukkan kelompok eksperimen memiliki hasil

yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Hasil olah data

menyebutkan bahwa para partisipan dalam kelompok eskperimen

mempelajari lebih banyak kata dalam dua sesi dibandingkan

(38)

Hasil menunjukkan probabilitas jawaban benar pada kelompok

eksperimen adalah 43 persen, sedangkan pada kelompok kontrol

hanya 28 persen.

4) Teknik Verbal

Solso, Maclin dan Maclin (2008) menyebutkan bahwa

teknik verbal dibagi menjadi dua yaitu :

i) Akronim

Akronim yakni kata yang dibentuk berdasarkan huruf-huruf

pertama dalam sebuah frase atau kumpulan kata-kata. Sebagai

contoh:

Persatuan Bangsa Bangsa PBB

Tentara Nasional Indonesia TNI

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP

Lembaga Keamanan Masyarakat Desa LKMD

Koperasi Unit Desa KUD

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI

Solso, Maclin dan Maclin (2008) memberi contoh

seandainya kita diminta menghapalkan daftar yang berisi

nama-nama tokoh psikologi kognitif sebagai berikut: Shepard, Craik,

(39)

19

Posner, Luria, Atkinson, Yarbus, Erickson, Rayner, Vyogtsky,

Intons-Peterson, Piaget, Sternberg. Kita dapat membentuk

anagram dari huruf-huruf pertama menjadi : SCRABBLE

PLAYER VIPS.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Solso dan Biersdorf

(1975), para partisipan diminta menghapalkan daftar kata.

Sebuah kata yang tidak diingat oleh partisipan selanjutnya

diisyaratkan menggunakan tiga pilihan: 1) huruf pertama, 2)

suatu objek yang diasosiasikan dengan kata tersebut dalam

pengalaman sehari-hari, dan 3) sebuah kata yang berima

dengan kata yang harus diingat. Hasil menunjukkan bahwa

partisipan yang menggunakan huruf pertama mampu

mengingat paling baik.

ii) Akrostik

Akrostik adalah sebuah frase atau kalimat dimana

huruf-huruf pertama diasosiasikan dengan kata-kata yang harus

diingat. Solso, Maclin dan Maclin (2008) memberi contoh

sebagai berikut: seandainya kita diharapkan untuk mengingat

daftar kata berurutan kingdom, phylum, class, family, genus,

species. Kita dapat mengingat daftar kata berurutan tersebut

(40)

dan Maclin (2008) berpendapat bahwa kalimat yang aneh dan

bermakna adalah kalimat yang mudah diingat.

Contoh lain, ketika kita hendak mengingat daftar urutan

senyawa pada tabel unsur kimia golongan IIA sebagai berikut:

Be, Ma, Ca, Sr, Ba, Ra. Kita dapat bahasa Jawa sebagai

berikut: Bebek Mangan Cacing Seret Banget Rasane (Jawa,

Indonesia: Bebek Makan Cacing Seret Sekali Rasanya).

5) Pengelompokan Kategoris

Di dalam pengelompokan kategoris, kita

mengorganisasikan daftar item-item menjadi seperangkat kategori.

Sebagai contoh, kita mengorganisasikan daftar belanjaan

berdasarkan jenis barang yang ingin dibeli. Misalkan daftar

belanjaan sebagai berikut : tomat, keju, mentega, tempat sampah,

pasta gigi, sabun, roti, gantungan baju, pisau, handuk, dan sikat

gigi. Jika dikelompokkan menurut kategori menjadi berikut :

Bahan makanan : tomat, keju, mentega, roti

Peralatan mandi : pasta gigi, sabun, handuk, sikat gigi

Perabot rumah : tempat sampah, gantungan baju, pisau

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tulving dan

Pearlstone (1966), partisipan mendengar daftar kata sebagai

(41)

21

partisipan dalam kelompok mengingat berpentunjuk diminta

mendengarkan daftar kata yang telah dikategorikan sebagai

berikut:

Makanan : kayu manis, lada

Senjata : bom, pistol

Hewan : sapi, tikus

Partisipan yang berada dalam kelompok mengingat bebas

mendengar daftar kata yang sama dengan urutan yang acak. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kelompok mengingat berpetunjuk

dapat mengingat jauh lebih baik daripada kelompok mengingat

bebas.

Roedinger (dalam Sternberg, 2008) menemukan bahwa

perbandingan keefektifan metode-metode mnemonik tergantung pada jenis

tugas yang diminta. Maka dari itu, saat kita hendak memilih sebuah

metode untuk mengodekan informasi, kita perlu mempertimbangkan

tujuan dari mengingat informasi tersebut. Penelitian Richmond,

Cummings dan Klapp (2008) menyatakan bahwa dalam mengingat daftar

campuran logam dan istilah dalam strategi perang, penggunaan metode

kata kunci lebih efektif dibanding penggunaan metode kata bergantung

(42)

4. Memori Jangka Panjang

Memori jangka panjang atau long term memory (LTM) memiliki

beberapa karakteristik dasar sebagai berikut :

a) Kapasitas

Shepard (dalam Solso, Maclin dan Maclin, 2008)

mendemonstrasikan bahwa manusia memiliki kemampuan mengenal

gambar dalam periode waktu yang sangat lama. Dalam penelitiannya,

Shepard (dalam Solso, Maclin dan Maclin, 2008) memilih 612 gambar

untuk diingat. Gambar-gambar tersebut ditayangkan kepada para

partisipan dengan kecepatan yang diatur oleh partisipan. Setelah itu

peneliti memberikan suatu tes rekognisi dengan menampilkan 68

gambar (dari 612 gambar asli), yang ditampilkan berpasangan dengan

gambar baru. Hasil menunjukkan bahwa tugas rekognisi yang pertama

menghasilkan jawaban benar dalam tingkat yang sangat tinggi yakni

96,7 persen. Setelah dua jam, peneliti memberikan tes rekognisi yang

kedua. Tes rekognisi yang kedua menunjukkan bahwa para partisipan

mengenali 99,7 persen gambar. Setelah satu minggu, peneliti

memberikan tes rekognisi yang ketiga. Peneliti menemukan bahwa

para partisipan masih mampu mengenali gambar-gambar dengan baik.

Standing, Conezzio dan Haber (dalam Solso, Maclin dan Maclin,

2008) mengungkapkan bahwa dari penayangan slide berwarna

sejumlah 2560 slide, para partisipan mampu mengingat dengan baik 67

(43)

23

Dari sini dapat disimpulkan bahwa memori jangka panjang tidak

memiliki kapasitas yang pasti. Hintman, Bahrick dan Hall, dan Bahrick

(dalam Sternberg, 2008) menjelaskan bahwa kapasitas memori jangka

panjang tidak terbatas.

b) Durasi

Bahrick, Bahrick dan Wittlinger (dalam Solso, Maclin dan Maclin,

2008) melakukan sebuah studi, yakni menguji 392 lulusan SMU terkait

memori mengenai nama dan foto rekan-rekan mereka. Hasil

menyatakan bahwa tingkat rekognisi terhadap wajah rekan sekelas

didapati sangat tinggi (sekitar 90 persen setelah rentang waktu 34

tahun), sedangkan tingkat rekognisi nama dan pencocokan nama

berkurang setelah 15 tahun. Penurunan tajam terjadi dalam rekognisi

dan pengingatan (recall) data setelah 35 tahun. Hal ini

mengindikasikan adanya proses degeneratif dalam memori atau

sebagai akibat bertambahnya usia partisipan. Tingkat kemampuan

mencocokkan nama dengan wajah dan rekognisi foto stabil dalam

jangka waktu yang sangat lama, yakni sekitar 90 persen dengan

rentang 3 bulan hingga 34 tahun.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa durasi memori jangka panjang

(44)

5. Pengeluaran Informasi Dari Jangka Panjang

Berk (2006) mendefinisikan retrieval sebagai proses pengambilan

atau pemanggilan informasi dari memori jangka panjang. Retrieval

informasi dari memori jangka panjang tergantung pada seberapa baik

buruknya informasi tersebut diorganisasikan ke dalam memori jangka

panjang. Kemampuan seseorang dalam mengingat kembali informasi dari

memori jangka panjang dapat diukur sebagai performance/kinerja

mengingat.

Berk (2006) menyebutkan pemanggilan kembali informasi yang

telah disimpan di memori jangka panjang dapat dilakukan dengan tiga cara

yaitu :

1) Recall. Recall adalah proses aktif mengingat kembali dengan cara

menghasilkan fakta dan informasi tanpa ada petunjuk yang jelas.

Misalnya, ketika kita diberi pertanyaan, “siapakah presiden Indonesia

yang ketiga?” Pertanyaan ini sukar dijawab karena kita harus mencoba

mengingat kembali fakta yang tersimpan dalam memori.

2) Recognition.Recognitionadalah tipe mengingat yang membandingkan

antara stimulus dengan serangkaian item-item yang pernah diingat.

Mengenal kembali objek atau imajinasi yang pernah dilihat adalah cara

mengingat yang mudah. Sebagai contoh, ketika kita diberi pertanyaan,

“siapakah presiden pertama Indonesia ? Soekarno atau Soeharto.

Pertanyaan ini akan lebih mudah dijawab karena kita hanya perlu

(45)

25

3) Reconstruction, adalah sebuah proses mengingat yang lebih kompleks

dimana materi atau stimulus diinterpretasi sesuai dengan pengetahuan

yang telah ada. Misalkan ketika kita mendengar kata “pembantaian”.

Kita cenderung merasa ketakutan karena kita memiliki informasi

berkaitan dengan kata “pembantaian” yaitu pembunuhan, darah,

mayat, dan kematian.

6. Peran Metode Pengelompokan Kategoris Dalam Pengeluaran Informasi

Dari Jangka Panjang

Kategorisasi dapat mempegaruhi pengeluaran informasi dari

memori. Dalam penelitian Bower (dalam Sternberg, 2008), partisipan

diminta mengingat daftar kata-kata berkategori secara acak maupun dalam

bentuk pohon hirarkis yang menunjukkan pengorganisasian kata-kata.

Partisipan yang diberikan daftar kata secara hirarkis dapat mengingat 65%

dari jumlah kata-kata yang ada. Sebaliknya, partisipan yang diberikan

daftar kata secara acak hanya mampu mengingat 19% saja.

Tulving dan Pearlstone (1966) pernah melakukan penelitian

mengenai metode pengelompokan kategoris. Partisipan dites untuk

mengetahui kemampuan retrieval mereka terhadap daftar kata-kata

berkategori. Partisipan diminta mendengarkan daftar kata dengan kategori

tertentu. Mereka diberitahu kategorinya terlebih dahulu sebelum item-item

itu dibacakan. Contoh, partisipan mendengar kata kategori ‘jenis-jenis

(46)

sabuk,. Partisipan kemudian dites untuk mengingat kembali kata-kata

tersebut.

Tes mengingat dilakukan dengan dua kondisi. Kondisi pertama

adalah mengingat bebas, yaitu partisipan mengingat daftar kata dengan

urutan acak. Kondisi kedua adalah mengingat berpetunjuk, yaitu partisipan

mengingat daftar kata secara kategoris. Pada kondisi ini partisipan

diberikan label kategori sebagai petunjuknya. Setelah itu, mereka

mengingat sebanyak mungkin daftar kata tersebut. Hasil menunjukkan

bahwa kelompok mengingat berpetunjuk mampu mengingat jauh lebih

baik dibandingkan kelompok mengingat bebas. Dari hasil tersebut,

Tulving dan Pearlstone (dalam Sternberg, 2008) juga menemukan bahwa

kegagalan partisipan dalam mengingat disebabkan oleh kegagalan mereka

dalam menarik informasi dari memori, bukannya kegagalan menyimpan

informasi.

Sternberg (2008) menyebutkan bahwa proses pengeluaran

informasi dari jangka panjang erat kaitannya dengan ketersediaan

(availability) dan keteraksesan (accessibility) item-item. Ketersediaan

adalah kehadiran informasi yang disimpan di dalam memori jangka

panjang. Keteraksesan adalah derajat kita dapat memperoleh akses menuju

informasi yang tersedia. Kinerja memori bergantung pada keteraksesan

informasi yang harus diingat.

Pada penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa metode

(47)

27

informasi yang telah disimpan. Sebagai contoh ketika kita hendak

mengingat daftar kata ‘kaos, kaos kaki, celana dalam, sabuk’. Kita akan

terbantu mengakses (accessibility) atau mengingat kembali daftar kata

tersebut karena tersedianya (availability) informasi berupa label kategori

‘jenis-jenis pakaian’.

7. Proses Lupa dan Distorsi Memori

Solso, Maclin dan Maclin (2008) menyebutkan bahwa terdapat 6 cara

bagaimana informasi dapat hilang (atau sering kita sebut dengan lupa /

forgetting) sebagai berikut:

a) Decay yaitu memudarnya memori seiring dengan berlalunya waktu

atau akibat jarang digunakan.

b) Failure to encode (kegagalan penyandian). Hal ini mengacu pada

kegagalan memasukkan materi ke dalam memori jangka panjang.

Kegagalan tersebut diakibatkan karena tidak adanya perhatian (atensi)

terhadap informasi. Sebagai contoh ketika seorang mahasiswa yang

gagal dalam mengerjakan soal ujian karena selama kuliah dia selalu

melamun atau melakukan aktifitas lain.

c) Interferensi (interference) adalah bercampur baurnya memori-memori

yang serupa. Brown; Peterson dan Peterson (dalam Solso, Maclin dan

Maclin, 2008) membagi interferensi menjadi dua yaitu :

1) Interferensi retroaktif (retroactive interference); terjadi ketika

(48)

yang lama. Sebagai contoh kita terkadang merasa kesulitan

mengingat nomor absen semasa SMA setelah kita mendapatkan

nomor mahasiswa dan mengafalkannya.

2) Interferensi proaktif (proactive interference); terjadi ketika

memori-memori yang lama menghambat pengambilan memori

yang baru. Sebagai contoh kita biasanya memarkirkan motor di

tempat parkir yang jauh dari kampus. Suatu ketika kita

mendapatkan parkir yang dekat dengan kampus. Lalu ketika

hendak pulang, kita cenderung mencari motor kita di tempat yang

jauh dari kampus biasa kita memarkirkannya.

d) Kegagalan pengambilan (retrieval failure) adalah ketidakmampuan

menemukan isyarat memori (memory cue) yang diperlukan untuk

pengambilan memori tersebut.

e) Kelupaan yang disengaja (motivated forgetting) adalah represi yang

disadari terhadap memori. Biasanya dilakukan seseorang utnuk

menghindari pengalaman traumatik.

f) Represi (repression) adalah tindakan mendorong pemikiran-pemikiran,

memori-memori atau perasaan yang mengancam keluar dari kesadaran.

C. Hipotesis

Dengan mempergunakan teori-teori dan penelitian di atas, penelitian ini

(49)

29

Kinerja mengingat pada siswa yang menggunakan metode pengelompokan

secara kategoris lebih baik secara signifikan daripada kinerja mengingat

(50)

30

METODE PENELITIAN

Bab metode penelitian memaparkan jenis penelitian, identifikasi variabel

penelitian, subjek penelitian, definisi operasional, hasil uji coba alat, metode pengumpulan data, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian eksperimen ini ingin mengetahui pengaruh pengelompokan

kata-kata secara kategoris pada kinerja mengingat. Desain yang digunakan adalah Static Group Design (Robinson dalam Seniati, Yulianto dan Setiadi, 2009) atauPost Test Only Group Design(Christensen dalam Seniati, Yulianto

dan Setiadi, 2009). Dalam desain eksperimen ini subyek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (treatment) dan kelompok kontrol

tanpa adanya randomisasi. Pengelompokan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan pembagian kelompok kelas di sekolah.

B. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

(51)

31

2. Variabel Tergantung

Dalam penelitian ini, variabel yang hendak diukur adalah kinerja

mengingat.

C. Subyek Penelitian

Penelitian ini melibatkan siswa–siswi kelas 4 SD Maria Assumpta Klaten. Subyek penelitian menggunakan dua kelas yaitu kelas 4A dan 4B yang

berjumlah 72 siswa. Kedua kelas ini digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eskperimen dan kelompok kontrol. Penentuan kelompok dilakukan

dengan cara melempar koin. Hasil pelemparan koin menunjukkan bahwa kelas 4A sebagai kelompok eksperimen dan kelas 4B sebagai kelompok kontrol.

D. Definisi Operasional

1. Pengelompokan Kata-kata Secara Kategoris

Pengelompokan kata-kata secara kategoris (Sternberg, 2006) adalahpengorganisasian sebuah kata-kata dalam sejumlah kategori. Dalam hal ini peneliti menggunakan tiga kategori.

Peneliti memberikan daftar kata kepada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, peneliti memberikan daftar

kata yang diorganisasikan atau dikelompokkan secara kategoris. Pada

kelompok kontrol, peneliti memberikan daftar kata yang disajikan secara

acak atau random. Peneliti memberikan tugas mengingat dengan durasi

(52)

2. Kinerja Mengingat

Kinerja mengingat adalah kemampuan subjek dalam memanggil

kembali kata-kata dalam daftar kata yang sudah diingat. Kemampuan

tersebut diukur dengan menghitung banyak kata yang berhasil diingat oleh

subjek. Banyak kata yang berhasil diingat subjek dengan benar disebut

sebagai skor ingatan.

E. Hasil Uji Coba Alat

Peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba (try out) soal sebelum

melakukan penelitian yang sebenarnya. Peneliti melakukan try out soal terhadap subjek yang dianggap setara dengan subjek penelitian. Hal ini bertujuan untuk memperoleh kesahihan alat tes untuk mengukur kinerja siswa

SD.

1. Try outsoal pertama

Try out soal pertama dikenakan pada 29 siswa-siswi kelas 4A SD Deresan Yogyakarta. Peneliti menyajikan daftar alat transportasi sebanyak 15 kata dalam dua cara: cara eksperimen dan kontrol. Cara eksperimen

adalah memberikan daftar kata yang diorganisasikan atau dikelompokkan secara kategoris. Cara kontrol adalah memberikan daftar kata yang

disajikan secara acak ataurandom.

Data menunjukkan bahwa rata-rata skor ingatan pada kelompok eksperimen untuk tes 1, 2 dan 3 berturut-turut: 12.,35; 12,28; dan 13,35.

(53)

33

berturut-turut: 11,87; 12,2; dan 12,34. Uji t mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen.

Hal ini disebabkan karena jenis kata yang disajikan terlalu familiar bagi siswa. Selain itu, jumlah daftar kata yang disajikan terlalu mudah

yaitu 15 kata. Maka dari itu, peneliti memutuskan untuk mendiskusikan kembali dengan dosen pembimbing skripsi beserta guru wali kelas SD Maria Assumpta Klaten.

2. Try outsoal kedua

Try out ini menggunakan dua kelas yaitu 29 siswa-siswi kelas 4A dan 26 siswa-siswi kelas 4B SD Deresan Yogyakarta. Hasil melempar koin menunjukkan bahwa kelas 4A sebagai kelompok eksperimen dan

kelas 4B sebagai kelompok kontrol.

Pada try out ini, peneliti mengubah daftar kata yang disajikan.

Peneliti merubah daftar kata menjadi daftar perabotan rumah tangga berjumlah 30 kata.

Hasil olah data membuktikan bahwa ada perbedaan yang signifikan

antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dimana rata-rata skor ingatan pada kelompok eksperimen (21,8) lebih tinggi daripada rata-rata

(54)

F. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan alat penelitian yang terbagi menjadi 2

bagian yaitu, lembar soal dan lembar jawab. 1. Lembar Soal

Lembar soal memuat daftar kata yang akan diingat oleh subjek penelitian. Peneliti menggunakan daftar kata perabotan rumah tangga. Peneliti membagi daftar kata tersebut menjadi tiga kategori yaitu

perabotan dapur atau makan, peralatan kebersihan dan perabotan inti.Pada kelompok eksperimen, peneliti menyusun daftar kata tersebut menurut

kategorinya (dapat dilihat pada lembar lampiran). Sedangkan pada kelompok kontrol, daftar kata tersebut disusun secara acak (dapat dilihat pada lembar lampiran).

2. Lembar Jawab

Peneliti menyediakan lembar jawab dengan warna yang berbeda pada kedua kelompok penelitian. Pada kelompok ekseperimen, peneliti memberikan lembar jawab berupa kertas berukuran A5 berwarna kuning.

(55)

35

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian memiliki beberapa langkah sebagai berikut :

1. Penyusunan Materi

Penyusunan materi ini sudah peneliti lakukan pada try out kedua.

Peneliti mengumpulkan daftar kata perabotan rumah tangga sebanyak 30 kata. Kata-kata tersebut meliputi tiga kategori yaitu perabotan dapur/makan, peralatan kebersihan, dan perabotan inti. Pemilihan jenis

kata dalam materi tersebut diperoleh dari hasil diskusi dengan guru wali kelas 4 SD Maria Assumpta.

2. Perijinan

Demi kelancaran penelitian, peneliti meminta ijin untuk

mengadakan penelitian pada sekolah yang bersangkutan. Prosedur perijinan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :

a) Meminta surat pengantar pada fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang ditanda tangani oleh dekan fakultas. Surat ini menjelaskan bahwa peneliti adalah mahasiswa fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain itu, surat ini juga menjelaskan maksud atau tujuan dan sasaran penelitian.

(56)

3. Pengendalian Variabel Ekstra

Cara pengendalian variabel dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 2.Variabel Ekstra dan Cara Pengendalilan

NO VARIABEL CARA MENGONTROL ALASAN

1. Kemampuan

intelektual

Mencermati kemampuan

intelektual subjek pada kelompok eksperimen dan

kontrol dengan cara melakukan uji beda nilai rapot semester 1. Hasil uji

beda menunjukkan bahwa nilai rapot semester 1 kelas

4A tidak berbeda secara signifikan dengan nilai rapot semester 1 kelas 4B.

Agar variabel kemampuan

intelektual subjek tidak mempengaruhi kinerja

(57)

37

2. Suasana kelas Menggunakan jam pelajaran yang realtif sama di kelas. Kelas 4B diukur pada pukul

07.40 WIB dan kelas 4A diukur pada pukul 08.10

- Agar pelaksanaan penelitian tidak terganggu oleh situasi

gaduh.

- agar situasi di dalam

kelas tetap terkontrol oleh kehadiran guru yang mengajar

3. Jenis Kata Menggunakan daftar kata yang meliputi macam-macam perabotan rumah

tangga.

Jenis kata perabotan rumah tangga tidak asing bagi siswa karena sudah pernah

dipelajari di kelas.

4. Ukuran Huruf Ukuran huruf disamakan antara dua kelompok

penelitian yaitu Times New Roman 12

Penggunaan Times New

Roman 12 dianggap

memudahkan setiap kata untuk dibaca oleh siswa

5. Warna Huruf Warna huruf disamakan

antara dua kelompok penelitian yaitu warna hitam dengan kertas HVS ukuran

A5

Dianggap memudahkan

(58)

6. Banyak Kata Dua kelompok penelitian mengingat daftar kata dengan jumlah yang sama

yaitu 30 kata.

Untuk menyetarakan jumlah tugas antara kedua kelompok penelitian

7. Motivasi Sebelum penelitian dimulai, peneliti menyampaikan pada

kedua kelompok penelitan bahwa bagi siswa yang

mampu mengerjakan dengan baik akan mendapatkan imbalan (hadiah) dari

peneliti

Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi siswa untuk

mengingat daftar kata secara sungguh-sungguh

8. Instruksi Peneliti memberikan

instruksi yang sama untuk

kedua kelompok penelitian.

Hal ini dimaksudkan memberikan pengaruh

(59)

39

4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Setelah melakukan serangkaian try out, peneliti merumuskan

prosedur pelaksanaan penelitian sebagai berikut : a) Pembukaan

1. Menuliskan “Nama, No, Kelas, Jenis Kelamin, Tanggal Lahir” pada papan tulis.

2. Membagikan lembar jawab.

b) Briefing

1. Menyapa para siswa serta memperkenalkan diri, “Selamat pagi adik-adik. Perkenalkan nama kakak, Endy. Kakak adalah mahasiswa dari Universitas Sanata Dharma.”

2. Menyampaikan maksud kedatangannya, “Pada kesempatan kali ini kakak mau mengajak adik-adik untuk bermain. Permainan kakak

kali ini adalah menguji ingatan. Kakak menyebutnya Permainan Mengingat.”

3. Menjelaskan secara singkat tentang permainan tersebut,

“Permainan ini sama sekali tidak mempengaruhi nilai rapot adik-adik. Walaupun demikian adik-adik hendaknya mengerjakan secara

(60)

4. Membacakan peraturan permainan, “Kakak akan membacakan peraturan dalam permainan ini, adik-adik dimohon memperhatikan.

Pertama, anggaplah ini sebagai sebuah tes atau ujian. Maka dari itu, kerjakan dengan tenang, adik-adik tidak boleh membuat gaduh,

tidak boleh berbicara dengan teman, serta yang terpenting adalah adik-adik tidak boleh mencontek dan jangan sampai dicontek.” 5. Menanyakan pada para siswa, “Apakah ada pertanyaan sebelum

kita memulai permainan?”

c) Membagikan Soal

1. Membagikan soal dengan posisi tertutup pada para siswa yang duduk di baris paling depan.

2. Menginstruksikan, “Jangan membuka soal terlebih dahulu.”

3. Menginstruksikan, “Silahkan soal dibagikan pada teman di

belakangnya. Satu anak mendapatkan satu lembar. Mohon diperhatikan, jangan membuka soal terlebih dahulu. Harap menunggu aba-aba dari saya.”

4. Menanyakan, “Apakah semua sudah mendapatkan soal?”

d) Pelaksanaan Pemberian Tugas

1. Menjelaskan secara singkat teknis pengerjaan soal, “Di hadapan adik-adik sudah ada satu lembar berwarna putih. Di dalam lembar

(61)

41

hafalkan semua daftar kata yang tertulis di lembar tersebut, boleh tidak urut.”

2. Menekankan, “Jangan memulai terlebih dahulu sebelum aba-aba dari saya.”

3. Menanyakan, “Sebelum dimulai, apakah ada pertanyaan?”

4. Memberi aba-aba memulai menghafal, “Silahkan mulai menghafal.”

5. (setelah selesai menghafal) Memberi aba-aba, “Semua silahkan berhenti menghafal. Mohon lembar soal dilipat menjadi dua lalu

diberikan pada teman di depannya.” 6. Mengambil semua lembar soal tersebut. 7. Menanyakan “susahnggak?”

e) Pelaksanaan Tes

1. Menjelaskan secara singkat teknis pengerjaan tes, “Di hadapan adik-adik sudah ada satu lembar berwarna (hijau untuk kelompok kontrol dan kuning untuk kelompok eksperimen). Silahkan tuliskan

pada pojok kiri atas lembar tersebut “Nama, No, Klas, Jenis Kelamin dan Tanggal lahir” adik-adik.”

(62)

3. Menekankan instruksi, “Jangan memulai menuliskan terlebih dahulu sebelum ada aba-aba dari saya.”

4. Menanyakan, “Sebelum dimulai apakah ada pertanyaan?” 5. Memberi aba-aba, “Silahkan menulis.”

6. Memberi himbauan, “Ingat jangan mencontek dan sampai dicontek.”

7. (setelah selesai mengerjakan) Memberi aba-aba, “Silahkan berhenti

menulis. Mohon lembar jawab dilipat menjadi dua lalu diberikan pada teman di depannya.”

8. Mengambil semua lembar soal. 9. Menanyakan “susahnggak?”

f) Penutup (Debriefing)

1. Menanyakan, “Kalau adik-adik disuruh menebak sebenarnya tadi

itu daftar kata apa sih?”

2. Menanyakan kepada siswa, “Siapa yang mampu menuliskan di atas 10? Di atas 15? Di atas 20? Di atas 25?”

3. Mengajak para siswa untuk bertepuk tangan, “Wah hebat, tepuk tangan untuk kita semua. Karena semua sudah mengerjakan dengan

baik, maka kakak akan memberi hadiah pada semuanya.” 4. Membagikan hadiah.

5. Menjelaskan bahwa sebenarnya permainan tersebut untuk

(63)

43

6. Mengucapkan terima kasih.

H. Metode Analisis Data

Hasil eksperimen siswa (skor ingatan) diberi penilaian sebagai berikut:

1. setiap kata yang benar diberi nilai satu 2. setiap jawaban yang salah diberi nilai nol

Selanjutnya data tersebut diolah menggunakan analisis uji beda untuk

menguji signifikasi perbedaan skor ingatan kedua kelompok. Penghitungan akan dilakukan menggunakan Program SPSS for Windows versi 15 untuk

(64)

44

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab hasil dan pembahasan memaparkan pelaksanaan penelitian, hasil

pengamatan, hasil penelitian dan pembahasan.

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada hari Senin, 17 Mei 2010 di SD Maria Assumpta Klaten. Penelitian dilaksanakan pada dua kelas yaitu kelas 4A dan

kelas 4B. Masing-masing kelas berjumlah 35 siswa untuk kelas 4A dan 37 siswa untuk kelas 4B. Namun pada saat penelitian, 2 siswa dari kelas 4B tidak masuk kelas karena sakit. Maka dari itu, jumlah kedua kelas menjadi sama

yaitu 35 siswa.

Peneliti memasuki kelas 4B pada pukul 07.40 WIB dan keluar pada pukul

08.08 WIB. Setelah itu peneliti melanjutkan dengan pengambilan data pada kelas 4A pada pukul 08.10 WIB dan usai pada pukul 08.40 WIB.

Pada saat pengambilan data pada kedua kelas, peneliti didampingi oleh

guru yang sedang mengajar saat itu.

B. Hasil Pengamatan

Waktu penelitian menggunakan jam pelajaran di sekolah. Secara umum peserta penelitian tampak serius mengikuti proses penelitian. Kehadiran guru

(65)

45

sesuai dengan prosedur penelitian. Guru membantu dalam memandu siswa untuk mendengarkan setiap instruksi yang disampaikan. Pada kelas 4A, siswa

terlihat serius menjalankan semua instruksi dari peneliti. Sedangkan pada kelas 4B, siswa cenderung lebih santai dan penuh canda. Namun kedua proses

penelitian dapat berlangsung kondusif dan sesuai dengan prosedur. Secara umum, para siswa jarang mengajukan pertanyaan untuk setiap instruksi. Mereka langsung memahami dan melaksanakan instruksi tersebut. Pada akhir

pengetesan seluruh siswa tampak mengeluh karena merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Namun rasa gelisah itu segera tergantikan

dengan rasa senang ketika peneliti hendak membagikan hadiah sebagai imbalannya.

C. Hasil Penelitian

1. Rata-rata Skor Ingatan dan Jenis Kelamin

Tabel 3.Jenis Kelamin dan Skor Ingatan

JK N Mean Minimum maximum N Total

mean

L 19 21.68421 15 27

KE

P 16 23.6875 12 28 35 22.6

L 17 15.41176 8 22

KK

P 18 15.94118 8 22 35 15.228571

Subjek pada kelompok eksperimen berjumlah 35 siswa dengan

(66)

siswa. Rata-rata nilai skor ingatan pada kelompok eksperimen sebesar 22,6.

Subjek pada kelompok kontrol berjumlah 35 siswa dengan siswa laki-laki sebanyak 17 siswa dan siswa perempuan sebanyak 18 siswa.

Rata-rata skor ingatan pada kelompok kontrol sebesar 15,22857.

Berdasarkan tabel tersebut, peneliti menemukan bahwa rata-rata skor ingatan pada kelompok jenis kelamin perempuan cenderung lebih

tinggi dibanding dengan kelompok jenis kelamin laki-laki. Tabel menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen, rata-rata skor ingatan

jenis kelamin laki-laki (21,68421) lebih kecil dibanding rata-rata skor ingatan jenis kelamin perempuan (23,6875). Pada kelompok kontrol, rata-rata skor ingatan jenis kelamin laki-laki (15,41176) lebih kecil

dibandingkan rata-rata skor ingatan jenis kelamin perempuan (15.94118). Berdasarkan ringkasan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kelompok eksperimen memiliki rata-rata skor ingatan yang lebih tinggi dibanding rata-rata skor ingatan pada kelompok kontrol. Namun masih perlu pengujian lebih lanjut untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut

signifikan pada taraf kepercayaan 95% atau p < 0,05.

2. Uji Normalitas (Kolmogorov Smirnov)

Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov SmirnovOne Sample. Uji Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui apakah sebaran nilai dari

(67)

47

Peneliti melakukan uji Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPPSfor Windowsversi 15.

Scater Plot (lihat lampiran) menunjukkan bahwa sebaran data berupa distribusi normal baik pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Maka dari itu, peneliti memutuskan untuk menggunakan penghitungan statistik parametrik. Penghitungan hasil penelitian dilakukan dengan uji t untukindependent sample.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas menggunakan Lavene’s Test for Equality of Variances untuk mengetahui apakah varians data yang diperoleh bersifat homogen atau tidak. Hasil olah data menggunakan Lavene’s Test for

Equality of Variancesditunjukkan melalui tabel sebagai berikut : Tabel 4.Levene's Test for Equality of Variances

Levene's Test for Equality of Variances

F Sig.

0.187 0.667

Hasil data memperlihatkan nilai sig (signifikasi) sebesar 0,667

(68)

4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan Uji t melalui program SPSS

for Windows versi 15. Hipotesis operasional pada penelitian ini adalah: Ho : Kinerja mengingat pada siswa yang menggunakan metode

pengelompokandaftar kata secara kategoris tidak lebih baik secara signifikan daripada kinerja mengingat pada siswa yang tidak menggunakan metode pengelompokandaftar kata secarakategoris.

H1 : Kinerja mengingat pada siswa yang menggunakan metode pengelompokan daftar kata secara kategoris lebih baik secara

signifikan daripada kinerja mengingat pada siswa yang tidak menggunakan metode pengelompokandaftar kata secarakategoris. Hasil olah data dijelaskan melalui tabel berikut :

Tabel 5. Uji t

T Df Sig. (2-tailed)

8.719 68 .000

8.719 67.492 .000

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa nilai t hitung sebesar 8.719

(t tabel = 1.9944, untuk taraf kepercayaan 95%). Nilai t hitung > t tabel, maka H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan kinerja mengingat pada siswa yang menggunakan metode pengelompokan daftar kata secara

(69)

49

siswa yang tidak menggunakan metode pengelompokan daftar kata secara kategoris.

C. Pembahasan

Penghitungan terhadap data menunjukkan bahwa rata-rata skor ingatan pada kelompok ekseperimen (22,6) lebih besar dibanding dengan rata-rata skor ingatan pada kelompok kontrol (15,228571). Uji t memperlihatkan

bahwa nilai t hitung sebesar 8.719 (t tabel = 1.9944, untuk taraf kepercayaan 95%). Nilai t hitung > t tabel, maka H1 diterima. H1 mengatakan bahwa

kinerja mengingat pada siswa yang menggunakan metode pengelompokan kata-kata secara kategoris lebih baik secara signifikan daripada kinerja mengingat pada siswa yang tidak menggunakan metode pengelompokan

kata-kata secara kategoris.

Siswa pada kelompok eksperimen mampu mengingat kata-kata lebih

banyak daripada siswa pada kelompok kontrol. Mengingat kata-kata secara kategoris membantu siswa dalam mengakses (to access) informasi yang sudah diingat. Sebagai contoh, ketika mereka hendak mengingat daftar kata ‘gelas,

piring, mangkok, sendok, garpu, panci, wajan, kompor, blender, oven’. Mereka akan terbantu mengingat daftar kata tersebut karena tersedianya

(available) label kategori ‘perabotan dapur/makan’. Begitu pula dalam mengingat daftar kata ‘peralatan bersih-bersih dan perabotan inti’.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa pada kelompok kontrol

(70)

ketidakmampuan partisipan dalam mengingat daftar kata disebabkan oleh kelupaan. Solso, Maclin dan Maclin (2008) menyebutkan kelupaan terjadi

karena beberapa hal. Peneliti menduga kelupaan yang terjadi pada siswa karena adanya kegagalan pengambilan (retrieval failure). Kegagalan

pengambilan terjadi akibat ketidakmampuan menemukan isyarat

memori/memory cue (dalam hal ini adalah label kategori) yang diperlukan

untuk pengambilan memori tersebut. Pada kelompok kontrol, siswa diberikan

daftar kata secara acak tanpa label kategori. Tidak tersedianya label kategori

tentu akan mempersulit partisipan pada kelompok kontrol dalam mengakses

daftar kata.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Tulving dan Pearlstone (1966) yang mengatakan bahwa kelompok mengingat berpetunjuk dapat

mengingat jauh lebih baik daripada kelompok mengingat bebas pada siswa sekolah tingkat SMA kelas 1, 2 dan 3. Dengan demikian, hasil penelitian

tersebut terbukti berlaku juga pada siswa kelas 4 SD.

Berdasarkan pengalaman penelitian, peneliti mendapatkan banyak hal yang perlu diperhatikan. Pertama, jenis dan banyak kata (cacah item)

menjadi penting untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mengingat kembali daftar kata. Padatry out soal yang pertama, peneliti menyajikan daftar

kata berupa daftar alat transportasi sejumlah 15 kata. Hasil olah data menunjukkan bahwa kinerja mengingat kelompok dengan pengelompokan daftar kata secara kategoris tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok

(71)

51

terlalu familiar bagi siswa dan cacah item yang terlalu sedikit. Pada try out kedua, peneliti mengubah daftar kata menjadi daftar perabotan rumah tangga

dengan jumlah sebanyak 30 kata. Hasil olah data menunjukkan bahwa kinerja mengingat kelompok dengan pengelompokan daftar kata secara kategoris

berbeda secara signifikan dengan kelompok tanpa pengelompokan daftar kata secara kategoris. Dari sini peneliti menyimpulkan bahwa jenis kata dan cacah item yang disajikan merupakan bagian prosedur penelitian yang penting

diperhatikan.

Selain itu, peneliti menganggap bahwa kehadiran guru di saat

penelitian membantu dalam pelaksanaan prosedur penelitian. Pada saattry out pertama dan kedua, peneliti tidak didampingi oleh guru yang mengajar saat itu. Maka dari itu, siswa cenderung gaduh dan susah diatur. Pada saat

penelitian, peneliti didampingi oleh guru yang mengajar saat itu. Kelas menjadi cenderung tertib dan patuh pada setiap instruksi penelitian.

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan tersebut adalah peneliti hanya melakukan satu kali pengukuran atau pengambilan data. Pengambilan data dalam penelitian ini adalah menguji

performansi (performance) atau kinerja subjek dalam mengingat kembali daftar kata yang sudah diingat. Kelemahan pengambilan data yang hanya

sekali adalah kurang mampu mengungkap performansi yang diukur secara optimal. Bisa jadi kondisi subjek pada saat pengambilan data dalam kondisi tidak fit atau memungkinkan masuknya distraktor-distraktor yang lain (suhu

Gambar

Gambar 1. Model Memori Atkinson dan Shiffrin (dalam Sternberg, 2008)
Tabel 1. Contoh Daftar Kata
Tabel 2. Variabel Ekstra dan Cara Pengendalilan
Tabel 3. Jenis Kelamin dan Skor Ingatan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hadji Kalla dalam proses perencanaan rekrutmen tenaga kerja lebih mengutamakan nilai-nilai moral (Sikap/ Attitude) dan kejujuran dari tenaga kerja

Hal senada juga di kemukakan oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2006: 58) bahwa coaching adalah suatu prosedur pengajaran pengetahuan dan keterampilan-keterampilan

Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan salah satu pusat pendaratan ikan yang berlokasi di Kota Serang dan menjadi pelabuhan yang meningkat kelasnya dari

Aplikasi penelitian ini dimasa yang akan datang disarankan agar Hotel Grand Duta Syariah Palembang dapat membedakan fungsi penjualan dan fungsi kas agar tidak

Pendapat lain namun dalam ungkapan yang senada, seperti diungkapkan Barrow (2001; dalam Freeman, 2001) adalah bahwa pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai

Infeksi 4irus dengue mengaki1atkan menifestasi kinis %ang 1er4ariasi muai dari asimtomatik&amp; pen%akit paing ringan&amp; demam 1erdarah dengue sampai sindrom

Menurut penelitian Armalita dan Helmi (2018), Envy on Social Media: The Deservingness Theory of Emotion membuktikan bahwa aktivitas memantau informasi tentang orang lain

elit politik oposisi yang nasibnya dapat dikatakan tidak menentu pada