DIAGNOSIS KESU
MENYELES
OPERASI BENTU
SMP NEGER
Dia
PROG
JURUSAN PENDIDI
FAKUL
i
KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA
ELESAIKAN SOAL PADA POKOK BAHA
BENTUK ALJABAR UNTUK SISWA KELA
EGERI 4 PURWOREJO TAHUN PELAJ
2010/2011
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Maria Immaculata Susi Widya Hesti
NIM: 051414061
OGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
IDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETA
ULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
TIKA DALAM
BAHASAN
KELAS VIII
ELAJARAN
A
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ketika kita melakukan pekerjaan yang sulit sebagai tantangan terhadap
kemampuan kita serta mengerjakannya dengan antusias, maka keajaiban akan
terjadi. Ketika kita melakukan pekerjaan kita dengan semangat tinggi untuk
menyelesaikannya, pekerjaan tersebut pasti akan selesei. (Gilbert Arland)
vii
ABSTRAK
Maria Immaculata Susi Widya Hesti, 2012. Diagnosis Kesulitan Belajar
Matematika dalam Menyelesaikan Soal pada Pokok Bahasan Operasi
Bentuk Aljabar untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Purworejo Tahun
Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui jenis kesalahan yang dilakukan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan operasi bentuk aljabar
dan (2) mengetahui jenis kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
soal-soal pada pokok bahasan operasi bentuk aljabar.
Subyek penelitian ini adalah Siswa SMP Negeri 4 Purworejo kelas VIIIF
pada tahun ajaran 2010/2011, terdiri dari 30 siswa yang mengikuti tes diagnosis
dan 10 siswa yang dipilih sebagai subyek wawancara. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui dua tahap, yaitu
tahap pertama dengan tes diagnosis berbentuk uraian yang terdiri dari 15 soal dan
tahap kedua dengan wawancara.
viii
ABSTRACT
Maria Immaculata Susi Widya Hesti, 2012. The Diagnosis of Difficulties
in Mathematic Learning of Finishing the Question of Basic Discussion of
Algebra Form Operation for Student of VIII Class of State Junior High
School 4 at Purworejo in Academic Year 2010/2011. Thesis. Mathematics
Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education,
Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The research is intended to (1) know the varian of faults from student when
finishing questions of basic discussion of algebra form operation, and (2) know
the varian of difficulties at student when finishing questions of basic discussion of
algebra form operation.
Subject of this research is student of state junior high school 4 Purworejo
class VIIIF in academic year 2010/2011. Include among 30 students who take the
diagnosis test and 10 students who is choosen as a subject of in interview. This
research is using descriptive qualitative methode. The colection of data through
two steps, which the first step is using essay diagnosis test for 15 guestions and
the second step is using interview.
ix
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur atas limpahan anugerah dari Allah Bapa di Surga,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Banyak hambatan dan rintangan yang penulis alami dalam proses penyusunan
skripsi ini. Namun, karena anugerah-Nya, keterlibatan, dan bantuan dari berbagai
pihak sehingga penulis dapat melaluinya dengan baik. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
antara lain:
1.
Bapak Drs. A. Mardjono selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis
dengan sabar. Terima kasih atas segala motivasi, saran, dan kritik selama
penyusunan skripsi ini.
2.
Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika.
3.
Kepala Sekolah dan Bapak-Ibu guru SMP Negeri 4 Purworejo. Terima kasih
atas kesempatan dan ijin yang diberikan.
4.
Bapak Drs. Herfan Arifin, guru matematika kelas VIII SMP Negeri 4
Purworejo. Terima kasih atas kesempatan dan bantuan yang diberikan.
5.
Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma.
6.
Keluargaku: Bapak Yachintus Sri Pamudji dan Ibu Kristina Djumini,
Albertus Novianto Nugroho-Retno Christyo Ekowati, Maria Anna Dwi
Hastuti, dan keponakanku Natania Jestine Putri Nugroho. Terima kasih atas
doa, semangat, dukungan, dan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi.
7.
Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
x
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada
skripsi ini. Saran dan kritik selalu penulis harapkan demi perbaikan di masa yang
akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kemajuan dan perkembangan pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN...
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ...
vi
ABSTRAK ...
vii
ABSTRACT
...
viii
KATA PENGANTAR ...
ix
DAFTAR ISI...
xi
DAFTAR TABEL...
xiii
DAFTAR BAGAN ...
xiv
DAFTAR LAMPIRAN...
xv
BAB I PENDAHULUAN ...
1
A. Latar Belakang Masalah ...
1
B. Identifikasi Masalah ...
2
C. Pembatasan Masalah...
3
D. Rumusan Masalah...
3
E. Tujuan Penelitian...
...4
F. Batasan Istilah...
4
G. Manfaat Penelitian...
5
BAB II LANDASAN TEORI ...
6
A. Hakekat Belajar Matematika ...
6
B. Keterampilan Memecahkan Masalah ...
8
C. Belajar
Tuntas
Sebagai
Kriteria
Keberhasilan
Kegiatan
Belajar
Mengajar ...
9
D. Pengertian Kesalahan ...
...9
E. Kategori Jenis Kesalahan...
10
F. Pengertian Kesulitan Belajar ...
19
G. Diagnosis Kesulitan Belajar ...
20
H. Hal-Hal yang Menyebabkan Siswa Mengalami Kesulitan Belajar ..
...24
I.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ...
...24
J. Materi dalam Pokok Bahasan Operasi Bentuk aljabar ...
25
xii
BAB III METODE PENELITIAN...
...36
A. Jenis Penelitian ...
36
B. Subyek penelitian ...
36
C. Bentuk Data dan Teknik Pengumpulan Data ...
...37
D. Instrumen Pengumpulan Data ...
39
E. Keabsahan Data ...
40
F. Teknik Analisis Data ...
41
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, DATA PENELITIAN, ANALISIS
DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
...44
A. Pelaksanaan Penelitian ...
44
B. Data Penelitian...
45
C. Analisis Data Penelitian...
82
D. Pembahasan ...
90
BAB V PENUTUP...
96
A. Kesimpulan...
96
B. Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian ...
98
C. Saran ...
99
DAFTAR PUSTAKA ...
101
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR BAGAN
xv
BAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dari berbagai macam bidang studi yang diajarkan di sekolah,
matematika merupakan bidang studi yang biasanya dianggap paling sulit
bagi siswa yang berkesulitan belajar. Meskipun demikian, semua orang
harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari dan sarana untuk mempelajari berbagai
bidang yang lain.
definisi dari operasi pada aljabar, kurang terampilnya siswa dalam
menggunakan operasi pada aljabar dan kecerobohan yang dilakukan siswa.
Adapun alasan peneliti memilih pokok bahasan operasi bentuk aljabar
adalah materi operasi bentuk aljabar pernah dipelajari pada saat kelas VII
semester 1, namun pada saat siswa kelas VIII dan mendapatkan materi
tersebut diketahui siswa masih mengalami kesulitan dalam mempelajarinya.
Hal itu ditunjukkan dari hasil ulangan harian, masih banyak siswa yang
nilainya di bawah batas lulus untuk setiap kelas. Disamping itu, penguasaan
materi operasi bentuk aljabar sangat penting karena akan menjadi dasar bagi
siswa untuk mempelajari materi-materi selanjutnya, seperti relasi, fungsi,
persamaan linear dua variabel, dan lain-lain.
Melihat situasi yang telah disebutkan di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan tema: “Diagnosis Kesulitan Belajar
Matematika dalam Menyelesaikan Soal pada Pokok Bahasan Operasi
Bentuk Aljabar untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Purworejo Tahun
Pelajaran 2010/2011 ”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas,
maka
dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
soal-soal yang berkaitan dengan operasi bentuk aljabar. Dimana penguasaan
materi operasi bentuk aljabar sangat penting karena akan menjadi dasar bagi
siswa untuk mempelajari materi-materi selanjutnya, seperti relasi, fungsi,
persamaan linear dua variabel, dan lain-lain.
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, serta dengan
mempertimbangkan keterbatasan kemampuan, waktu, dan biaya maka
dalam penelitian ini masalah yang dibahas dibatasi lingkupnya pada
diagnosis kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok
bahasan operasi bentuk aljabar untuk siswa kelas VIIIF SMP Negeri 4
Purworejo tahun ajaran 2010/2011.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang
diajukan dalam penelitian ini:
1. Apa saja jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal pada pokok bahasan operasi bentuk aljabar?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1. Mengetahui jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal pada pokok bahasan operasi bentuk aljabar.
2. Mengetahui jenis kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
soal-soal pada pokok bahasan operasi bentuk aljabar.
F.
Batasan Istilah
1. Kesalahan
Kesalahan adalah hasil tindakan yang tidak tepat, yang menyimpang dari
aturan norma atau suatu sistem yang sudah ditentukan. Kesalahan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah penyimpangan pada hasil pekerjaan
tertulis siswa dalam menyelesaikan soal-soal operasi bentuk aljabar yang
diberikan.
2. Kesulitan belajar
3. Operasi bentuk aljabar
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan operasi bentuk aljabar
adalah
penjumlahan,
pengurangan,
perkalian,
pembagian,
dan
pemangkatan bentuk aljabar.
G.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru bidang studi matematika
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan guru bidang studi
matematika dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
2. Peneliti
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, pertama akan dibahas mengenai hakekat belajar matematika.
Kedua, akan dibahas mengenai keterampilan memecahkan masalah. Ketiga, akan
dibahas mengenai belajar tuntas sebagai kriteria keberhasilan belajar mengajar.
Keempat, akan dibahas mengenai pengertian kesalahan. Kelima, akan dibahas
mengenai kategori jenis kesalahan oleh Hadar, dkk (dalam Nugraheni, 2009) dan
Dawkins (2006). Keenam, akan dibahas mengenai pengertian kesulitan belajar.
Ketujuh, akan dibahas mengenai diagnosis kesulitan belajar. Kedelapan, akan
dibahas mengenai hal-hal yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar.
Kesembilan, akan dibahas mengenai standar kompetensi dan kompetensi dasar
dan pembahasan kesepuluh mengenai materi operasi bentuk aljabar.
A. Hakekat Belajar Matematika
Menurut Gagne (dalam Ruseffendi, 1980), dalam belajar matematika ada
dua objek yang dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung dan objek tidak
langsung.
1. Objek langsung meliputi:
a. Fakta
Fakta adalah sembarang semufakatan dalam matematika. Fakta
matematika meliputi istilah (nama), notasi (lambang), dan semufakta
lain.
Contoh: Bilangan berpangkat ditulis dalam bentuk
ܽ
, dimana
ܽ
adalah
bilangan pokok dan
݊
adalah pangkat.
b. Konsep
Konsep adalah pengertian yang dapat digunakan atau memungkinkan
seseorang untuk mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu objek.
Contoh: Bilangan rasional, segitiga, dan sebagainnya.
c. Aturan (prinsip)
Aturan adalah rangkaian konsep beserta hubungannya.
Contoh:
ܽ
×
ܽ
=
ܽ
ା, dengan
ܽ ߳ ܴ
,
dan
ݍ
bilangan bulat.
d. Keterampilan
2. Objek tidak langsung meliputi:
Kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri dalam
belajar maupun bekerja, bersikap positif terhadap matematika, serta tahu
bagaimana semestinya belajar.
B. Keterampilan Memecahkan Masalah
Berbagai keterampilan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah antara lain:
1. Memahami soal: memahami dan mengidentifikasi apa fakta atau informasi
yang diberikan, apa yang ditanyakan, diminta untuk dicari atau dibuktikan.
2. Memilih pendekatan atau strategi pemecahan. Misalnya, menggambarkan
masalah dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan
aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model
atau kalimat matematika.
3. Menyelesaikan model: melakukan operasi hitung secara benar dalam
menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi dan masalah.
4. Menafsirkan solusi: memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban,
masuk akalnya jawaban, dan apakah memberikan pemecahan terhadap
masalah semula.
C. Belajar
Tuntas
Sebagai
Kriteria
Keberhasilan
Kegiatan
Belajar
Mengajar
Menurut
Entang
(1984)
belajar
tuntas
adalah
pencapaian
taraf
penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap bahan pelajaran sehingga
dapat dikuasai sepenuhnya oleh sekelompok siswa. Persyaratan (kriteria)
minimal penguasaan bahan tersebut adalah 75%. Bila persentase ini belum
tercapai, siswa harus dibantu sehingga akhirnya mencapai penguasaan pada
taraf tersebut. Batas minimal penguasaan ini kadang-kadang dijadikan dasar
kelulusan bagi siswa yang mempelajari bahan tersebut.
Dalam penelitian ini untuk menentukan kriteria minimal yang harus
dikuasai siswa, peneliti menggunakan perhitungan/analisis kriteria minimal
(KKM), yaitu 64%. KKM tersebut dibuat berdasarkan musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP) SMP Negeri 4 Purworejo Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Pengertian Kesalahan
E. Kategori Jenis Kesalahan
Beberapa tokoh telah melakukan penelitian mengenai kesalahan pada
topik matematika dan membuat klasifikasi kesalahan yang dilakukan oleh
siswa, antara lain:
1.
Hadar, dkk (dalam Nugraheni, 2009) mengemukakan kategori jenis
kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika sebagai berikut:
a.
Kesalahan data
Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan yang dapat dihubungkan
dengan ketidaksesuaian antara data yang diketahui dengan data yang
dikutip oleh siswa. Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan:
1)
Menambahkan data yang tidak ada hubungannya dengan soal.
2)
Mengabaikan data penting yang diberikan.
3)
Menguraikan syarat-syarat (dalam pembuktian, perhitungan)
yang sebenarnya tidak dibutuhkan dalam masalah.
4)
Mengartikan
informasi
tidak
sesuai
dengan
teks
yang
sebenarnya.
5)
Mengganti syarat yang ditentukan dengan informasi lain yang
tidak sesuai.
6)
Menggunakan nilai suatu variabel untuk variabel yang lain.
7)
Salah menyalin soal.
1)
Mengubah bahasa sehari-hari ke dalam bentuk persamaan
matematika dengan arti yang berbeda.
2)
Menuliskan simbol dari suatu konsep dengan simbol lain yang
artinya berbeda.
3)
Salah mengartikan grafik.
c.
Kesalahan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan
Yang termasuk dalam kategori ini adalah kesalahan-kesalahan dalam
menarik kesimpulan dari suatu informasi yang diberikan atau dari
kesimpulan sebelumnya, yaitu:
1)
Dari pernyataan implikasi
⇒
ݍ
, siswa menarik kesimpulan
sebagai berikut:
Bila
ݍ
diketahui terjadi maka
pasti terjadi.
Bila
salah maka
ݍ
pasti juga salah.
2)
Mengambil kesimpulan tidak benar, misalnya memberikan
ݍ
sebagai
akibat
dari
tanpa
dapat
menjelaskan
urutan
pembuktian yang betul.
d.
Kesalahan menggunakan definisi atau teorema
Kesalahan ini merupakan penyimpangan dari prinsip, aturan,
teorema atau definisi yang pokok dan khas. Kategori ini meliputi
kesalahan-kesalahan sebagai berikut:
1) Menerapkan suatu teorema pada kondisi yang tidak sesuai,
misalnya menerapkan aturan sinus,
௦ఈ
=
unsur-unsur
ܽ
dan
ߙ
tidak terdapat pada segitiga yang memuat
unsur-unsur
ܾ
dan
ߚ
.
2) Menerapkan sifat distributif untuk fungsi atau operasi yang
bukan distributif. Misalnya:
(
ܽ
+
ܾ
)
=
ܽ
+
ܾ
3) Tidak teliti atau tidak tepat dalam mengutip definisi, rumus, atau
teorema. Misalnya:
(
ܽ
−
ܾ
)
ଶ=
ܽ
ଶ+ 2
ܾܽ
−
ܾ
ଶe.
Penyelesaian yang tidak diperiksa kembali
Kesalahan ini terjadi jika setiap langkah yang ditempuh oleh siswa
benar, akan tetapi hasil akhir yang diberikan bukan penyelesaian dari
soal yang dikerjakan.
f.
Kesalahan teknis
Yang termasuk dalam kategori ini adalah :
1)
Kesalahan perhitungan.
2)
Kesalahan dalam mengutip data dari tabel.
3)
Kesalahan dalam memanipulasi simbol-simbol aljabar dasar,
misalnya: menulis
ܽ
− 4 ×
ܾ
− 4
sebagai pengganti dari
(
ܽ
− 4
)(
ܾ
− 4
)
.
Kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam pembagian dengan
bilangan nol yaitu menghitung
20
= 0
atau
ଶ
= 2
. Pembagian dengan
bilangan nol yang benar, yaitu bahwa
20
=
tidak didefinisikan.
b.
Kesalahan dalam penggunaan tanda kurung
Kesalahan ini disebabkan karena siswa tidak paham pentingnya
penggunaan tanda kurung atau siswa menganggap tanda kurung
tidak diperlukan dalam langkah-langkah tertentu.
Contoh:
1)
Menentukan kuadrat dari
4
ݔ
Benar
Tidak Benar
(4
ݔ
)
ଶ= (4)
ଶ(
ݔ
)
ଶ= 16
ݔ
ଶ(4
ݔ
)
ଶ= 4
ݔ
ଶDalam kasus ini tanda kurung digunakan untuk meyakinkan
bahwa yang dikuadratkan adalah
4
ݔ
bukan hanya
ݔ
saja.
2)
Menentukan kuadrat dari
−2
Benar
Tidak Benar
(
−2
)
ଶ= (
−2
)(
−2
) = 4
(
−2
)
ଶ= −
(2)(2)
= −4
Banyak siswa sebenarnya tahu bahwa secara teknik mereka
diharuskan mengkuadratkan
−2
, tetapi mereka malas dan tidak
menuliskan tanda kurung dengan alasan mereka akan mengingat
tanda kurung saat memeriksa kembali hasil pekerjaan mereka.
Namun banyak siswa akhirnya lupa tanda
kurung dan
menuliskan
−4
pada akhir pekerjaan.
Benar
Tidak Benar
ܽ
ଶ+ 3
ܽ
− 5 −
(4
ܽ
− 5
)
ܽ
ଶ+ 3
ܽ
− 5 − 4
ܽ
− 5
=
ܽ
ଶ+ 3
ܽ
− 5 − 4
ܽ
+ 5
=
ܽ
ଶ−
ܽ
− 10
=
ܽ
ଶ−
ܽ
c.
Kesalahan dalam mendistribusikan
Contoh:
1)
Mengalikan
4(2
ݔ
ଶ− 10)
Benar
Tidak Benar
4(2
ݔ
ଶ− 10
) = 8
ݔ
ଶ− 40
4(2
ݔ
ଶ− 10
) = 8
ݔ
ଶ− 10
2)
Mengalikan
3(2
ݔ
− 5
)
ଶBenar
Tidak Benar
3(2
ݔ
− 5
)
ଶ3(2
ݔ
− 5
)
ଶ= 3(4
ݔ
ଶ− 20
ݔ
+ 25)
= (6
ݔ
− 15
)
ଶ= 12
ݔ
ଶ− 60
ݔ
+ 75
= 36
ݔ
ଶ− 180
ݔ
+ 225
d.
Kesalahan dalam mengasumsikan penjumlahan
Kesalahan ini terjadi saat siswa mengasumsikan bahwa sifat pada
2(
ݔ
+
ݕ
) = 2
ݔ
+ 2
ݕ
akan berlaku untuk semua bentuk aljabar yang
mirip dengan bentuk tersebut. Beriku ini bentuk aljabar yang
dianggap mempunyai sifat yang sama dengan
2(
ݔ
+
ݕ
) = 2
ݔ
+ 2
ݕ
e.
Kesalahan
dalam
mengerjakan
soal
dengan
menghilangkan/menghapuskan variabel, koefisien, atau konstanta.
f.
Kesalahan dalam menggunakan notasi pecahan
Kesalahan yang sering terjadi yaitu dalam menggunakan notasi ‘/’
untuk menunjukkan pecahan, contohnya 2/3. Notasi ini tidak
masalah digunakan dalam menotasikan 2/3, tetapi akan menjadi
masalah jika digunakan dalam menuliskan
2/3
ݔ
karena
2/3
ݔ
dapat
memiliki dua makna yang berbeda, yaitu
23
ݔ
atau
ଶଷ௫
. Dalam hal ini
siswa belum tentu mengerti pecahan mana yang dimaksudkan.
3.
Dalam penelitian ini klasifikasi kesalahan yang digunakan dibuat dengan
mengambil beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadar, dkk
(dalam Nugraheni, 2009) dan Dawkins (2006). Klasfikasi kesalahan
tersebut digunakan untuk membantu peneliti dalam menganalisis data
penelitian.
Adapun
klasifikasi
kesalahan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah:
a.
Kesalahan Data. (Sa)
Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan yang dapat dihubungkan
dengan ketidaksesuaian antara data yang diketahui dengan data yang
dikutip oleh siswa. Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan:
1)
Menambahkan data yang tidak ada hubungannya dengan soal.
(Sa.1)
3)
Mengartikan
informasi
tidak
sesuai
dengan
teks
yang
sebenarnya. (Sa.3)
4)
Mengganti syarat yang ditentukan dengan informasi lain yang
tidak sesuai. (Sa.4)
5)
Menggunakan nilai suatu variabel untuk variabel yang lain.
(Sa.5)
6)
Salah menyalin soal. (Sa.6)
b.
Kesalahan menginterpretasikan bahasa, yaitu mengubah bahasa
sehari-hari ke dalam bentuk persamaan matematika dengan arti yang
berbeda. (Sb)
c.
Kesalahan dalam penggunaan tanda kurung. (Sc)
Kesalahan ini disebabkan karena siswa tidak paham pentingnyga
penggunaan tanda kurung atau siswa menganggap tanda kurung
tidak diperlukan dalam langkah-langkah tertentu.
Contoh:
1)
Menentukan kuadrat dari
4
ݔ
Benar
Tidak Benar
(4
ݔ
)
ଶ= (4)
ଶ(
ݔ
)
ଶ= 16
ݔ
ଶ(4
ݔ
)
ଶ= 4
ݔ
ଶDalam kasus ini tanda kurung digunakan untuk meyakinkan
bahwa yang dikuadratkan adalah
4
ݔ
bukan hanya
ݔ
saja.
2)
Menentukan kuadrat dari
−2
Benar
Tidak Benar
Banyak siswa sebenarnya tahu bahwa secara teknik mereka
diharuskan mengkuadratkan
−2
, tetapi mereka malas dan tidak
menuliskan tanda kurung dengan alasan mereka akan mengingat
tanda kurung saat memeriksa kembali hasil pekerjaan mereka.
Namun banyak siswa akhirnya lupa tanda
kurung dan
menuliskan
−4
pada akhir pekerjaan.
3)
Mengurangkan
4
ܽ
− 5
dari
ܽ
ଶ+ 3
ܽ
− 5
Benar
Tidak Benar
ܽ
ଶ+ 3
ܽ
− 5 −
(4
ܽ
− 5
)
ܽ
ଶ+ 3
ܽ
− 5 − 4
ܽ
− 5
=
ܽ
ଶ+ 3
ܽ
− 5 − 4
ܽ
+ 5
=
ܽ
ଶ−
ܽ
− 10
=
ܽ
ଶ−
ܽ
d.
Kesalahan dalam mendistribusikan. (Sd)
Contoh:
1)
Mengalikan
4(2
ݔ
ଶ− 10)
Benar
Tidak Benar
4(2
ݔ
ଶ− 10
) = 8
ݔ
ଶ− 40
4(2
ݔ
ଶ− 10
) = 8
ݔ
ଶ− 10
2)
Mengalikan
3(2
ݔ
− 5
)
ଶBenar
Tidak Benar
3(2
ݔ
− 5
)
ଶ3(2
ݔ
− 5
)
ଶ= 3(4
ݔ
ଶ− 20
ݔ
+ 25)
= (6
ݔ
− 15
)
ଶe.
Kesalahan memahami definisi atau teorema. (Se)
Kesalahan ini merupakan penyimpangan dari definisi atau teorema
yang pokok dan khas.
1) Kesalahan memahami definisi (Se.1)
Misal: Variabel dari bentuk aljabar
−6
ݍ
ଶݎ
adalah
ݍ
ଶݎ
2) Kesalahan memahami teorema (Se.2)
Misal:
ܽ
×
ܽ
=
ܽ
×f.
Kesalahan dalam menerapkan sifat distributif untuk operasi yang
bukan distributif. (Sf)
Misal:
(
ݔ
+
ݕ
)
ଶ=
ݔ
ଶ+
ݕ
ଶg.
Kesalahan dalam mengerjakan soal dengan menghilangkan atau
menghapuskan variabel, koefisien, atau konstanta. (Sg)
h.
Kesalahan teknis. (Sh)
Yang termasuk dalam kategori ini adalah :
1)
Kesalahan perhitungan. (Sh.1)
2)
Kesalahan dalam memanipulasi simbol-simbol aljabar dasar.
(Sh.2)
Misalnya: menulis
ܽ
− 4 ×
ܾ
− 4
sebagai pengganti dari
(
ܽ
− 4
)(
ܾ
− 4
)
i.
Penyelesaian yang tidak diperiksa kembali. (Si)
F.
Pengertian Kesulitan Belajar
Definisi kesulitan belajar menurut Warkitri, dkk adalah suatu gejala yang
nampak pada siswa yang ditandai adanya hasil belajar rendah dibanding
dengan prestasi yang dicapai sebelumnya. Jadi, kesulitan belajar itu
merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya
hambatan-hambatan
tertentu
dalam
mencapai
hasil
belajar.
(http://idb4.wikispaces.com/file/view/lr4003BAB+II.pdf),
diakses
pada
tanggal 30 juli 2010.
Sedangkan M. Alisuf Sabri mengemukakan bahwa kesulitan belajar
adalah kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran disekolah,
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa ini terjadi pada waktu mengikuti
pelajaran
yang
disampaikan
atau
ditugaskan
oleh
seorang
guru.
(http://idb4.wikispaces.com/file/view/lr4003BAB+II.pdf),
diakses
pada
tanggal 30 juli 2010.
G. Diagnosis Kesulitan Belajar
1. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Sebelum menerapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar
siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi
(upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang
menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa
tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan
“jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa. Dalam melakukan
diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah
tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis
tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai
“diagnostik”
kesulitan
belajar.
(http://idb4.wikispaces.com/
file/view/lr4003BAB+II.pdf), diakses pada tanggal 30 juli 2010.
2. Langkah-Langkah Diagnostik
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru antara lain
yang cukup terkenal adalah menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) diagnosis dapat berupa hal-hal
sebagai berikut:
a. Keputusan mengenai jenis-jenis kesulitan belajar anak.
b. Keputusan mengenai hal-hal yang ikut menjadi penyebab kesulitan
belajar.
3. Teknik Diagnosis
Burton (dalam Entang, 1984) mengemukakan teknik diagnosis, ialah
berdasarkan kepada teknik dan instrumen yang digunakan dalam
pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Diagnosis umum
Pada tahap ini lazimnya dipergunakan tes baku seperti yang
dipergunakan untuk evaluasi hasil belajar. Tujuannya adalah untuk
menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
tersebut.
b. Diagnosis analitis
Pada tahap ini lazimnya yang digunakan ialah tes diagnostik.
Tujuannya adalah untuk mengetahui dimana letak kesulitan belajar
tersebut.
c. Diagnostik psikologis
Pada tahap ini teknik pendekatan atau instrumen yang digunakan antara
lain: Observasi dan wawancara.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik diagnosis analitis
dan psikologis.
4. Alat Diagnosis Belajar
a. Ciri-ciri tes diagnostik
Gronlund (dalam Octaviati, 2004), menjelaskan bahwa tes
diagnostik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tes ini memusatkan diri pada pencapaian tujuan dalam bidang yang
akan didiagnosis.
2) Memuat perincian “nilai” (skor) yang lebih luas untuk setiap bagian
tes, dengan demikian mengandung butir tes yang cukup banyak
untuk mengetes setiap kemampuan. Dengan cukup banyaknya butir
tes yang digunakan maka kelemahan-kelemahan siswa akan terlihat
lebih jelas.
3) Butir-butir tes disusun berdasarkan analisis yang cermat tentang
keterampilan khusus yang berperan dalam keberhasilan belajar dan
suatu studi tentang kesalahan yang umum dibuat oleh para siswa.
4) Agar pencapaian siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat
diukur dengan cermat, maka tingkat kesukaran tes diagnostik pada
umumnya rendah. Tujuannya supaya letak kesulitannya dapat
dilokalisasi dengan baik.
b. Langkah-langkah dalam penyusunan alat-alat penilaian
Menurut Sudjana (1990) dalam kaitannya dengan penyusunan
alat-alat penilaian ada beberapa langkah yang harus ditempuh, yaitu:
2) Merumuskan tujuan instruksional khusus sehingga jelas betul apa
yang akan dinilai.
3) Membuat kisi-kisi yang didalamnya termuat ruang lingkup materi
yang akan diujikan serta proporsinya, tingkat kesulitan soal dan
proporsinya, jenis alat penilaian yang digunakan, jumlah soal dan
perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan.
4) Menyusun soal-soal berdasarkan kisi-kisi.
5) Membuat kunci jawaban soal.
c. Bentuk soal yang digunakan
Dalam penelitian ini tes diagnosis yang digunakan berbentuk tes
uraian. Hal ini terkait dalam menemukan letak kesulitan dan jenis
kesulitan yang dihadapi siswa.
Menurut Sudjana (1990), adapun kelebihan atau keunggulan tes
uraian ini antara lain adalah:
1) Mengetahui kemampuan berbahasa baik lisan maupun tulisan,
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa, karena
kemampuan
berbahasa
sangat
membantu
dalam
memahami
matematika itu sendiri.
2) Mengetahui kemampuan berfikir teratur dalam penalaran, yaitu
berfikir logis, analitis dan sistematis.
3) Mengukur keterampilan pemecahan masalah.
H. Hal-Hal yang Menyebabkan Siswa Mengalami Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar pada siswa antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
1. Siswa tidak menangkap konsep dengan benar.
Siswa belum sampai keproses abstraksi dan masih dalam dunia konkret.
Dia belum sampai kepemahaman yang hanya tahu contoh-contoh, tetapi
tidak dapat mendeskripsikannya.
2. Siswa tidak mengerti arti lambang-lambang
Siswa hanya menuliskan/mengucapkan tanpa dapat menggunakannya.
Akibatnya, semua kalimat matematika menjadi tidak berarti baginya.
3. Siswa tidak lancar menggunakan operasi atau prosedur
Ketidaksamaan
menggunakan
operasi
dan
prosedur
terdahulu
berpengaruh kepada pemahaman prosedur lainnya.
4. Ketidaklengkapan pengetahuan
Ketidaklengkapan pengetahuan akan menghambat kemampuan siswa
untuk memecahkan masalah matematika, sementara itu pelajaran terus
berlanjut secara berjenjang.
(http://idb4.wikispaces.com/file/view/lr4003BAB+II.pdf),
diakses
pada
tanggal 30 Juli 2010.
I.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
1. Standar Kompetensi:
Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.
Standar kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada
memahami bentuk aljabar saja.
2. Kompetensi Dasar
a. Memahami dan melakukan operasi aljabar
b. Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya
c. Memahami relasi dan fungsi
d. Menentukan nilai fungsi
e. Membuat sketsa grafik fungsi aljabar sederhana pada sistem koordinat
Cartesius
f. Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis lurus
Sedangkan kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi
pada butir yang berhubungan dengan materi bentuk aljabar, yaitu: butir a.
J.
Materi dalam Pokok Bahasan Operasi Bentuk aljabar
1.
Istilah-Istilah dalam Operasi Bentuk Aljabar
Menurut Wardhani pengertian dari lambang aljabar, variabel aljabar,
suku aljabar, suku sejenis, konstanta, dan koefisien adalah sebagai
berikut:
a.
Lambang aljabar adalah suatu tempat bagi bilangan-bilangan atau
lambang yang mewakili bilangan-bilangan. Pada sebarang lambang
aljabar dapat diberikan nilai tertentu sesuai persyaratan yang
dikehendaki.
Contoh
lambang
aljabar:
Pada
,
,
,
,
;
0
2
x
c
b
a
c
bx
ax
dan 0 adalah lambang-lambang aljabar,
dengan operasi ”+” dan relasi ”=”.
b.
Variabel aljabar adalah lambang atau gabungan lambang yang
mewakili sebarang bilangan dalam himpunan semestanya. Pada
x
x
9
,
4
adalah variabel.
c.
Konstanta adalah lambang aljabar yang menunjukkan anggota
tertentu (berupa bilangan) dalam himpunan semestanya. Contoh:
9
4
x
, 9 adalah konstanta.
d.
Suku aljabar adalah seperangkat lambang aljabar yang dapat berupa
variabel atau konstanta dan ditulis tanpa tanda operasi tambah atau
kurang. Contohnya adalah
4
ܽ
,
ݍ
,
ݔݕݖ
,
ݍ
ଶ.
e.
Suku-suku sejenis adalah suku-suku aljabar yang variabelnya
dilambangkan dengan huruf yang sama dan pangkat pada setiap
variabel yang bersesuaian juga sama. Contoh:
y
,
5
y
,
3
y
.
konstanta
3
untuk variabel
݉݊
, sehingga
3
disebut koefisien
dari
݉݊
.
2.
Macam-Macam Operasi Bentuk Aljabar
Operasi pada bentuk aljabar meliputi penjumlahan, pengurangan,
perkalian, pembagian, dan pemangkatan. Menurut Adinawan (2004)
dasar dari pembahasan operasi bentuk aljabar adalah aturan perkalian
tanda berikut ini:
Hasil kali bilangan positif dengan bilangan positif adalah bilangan
positif.
Hasil kali bilangan positif dengan bilangan negatif adalah bilangan
negatif.
Hasil kali bilangan negatif dengan bilangan positif adalah bilangan
negatif.
Hasil kali bilangan negatif dengan bilangan negatif adalah bilangan
positif.
a.
Penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar
1)
Penjumlahan bentuk aljabar
Dalam operasi penjumlahan, hal yang perlu mendapat
perhatian adalah penggunaan sifat-sifat penjumlahan berikut
ini.
Untuk semua
ܽ
,
ܾ
,
ܿ ߳
R berlaku:
a) Sifat komutatif :
ܽ
+
ܾ
=
ܾ
+
ܽ
b) Sifat asosiatif
:
(
ܽ
+
ܾ
)
+
ܿ
=
ܽ
+ (
ܾ
+
ܿ
)
c) Sifat distributif :
ܽ
(
ܾ
+
ܿ
) =
ܾܽ
+
ܽܿ
(
ܽ
+
ܾ
)
ܿ
=
ܽܿ
+
ܾܿ
Contoh soal :
Tentukan hasil penjumlahan bentuk aljabar
11
x
2
4
xy
5
y
2dan
−10
ݔ
2− 8
ݔݕ
+ 5
ݕ
2Jawaban :
(
2 25
4
11
x
xy
y
) + (
2 25
8
10
x
xy
y
)
=
11
x
2
4
xy
5
y
2−10
ݔ
ଶ− 8
ݔݕ
+ 5
ݕ
ଶ(aturan perkalian tanda)
=
11
x
2
10
x
2
4
xy
8
xy
5
y
2
5
y
2(sifat komutatif)
=
(
11
10
)
x
2
(
4
8
)
xy
(
5
5
)
y
2(sifat distributif)
=
x
2
4
xy
2)
Pengurangan bentuk aljabar
Dalam operasi pengurangan berlaku sifat-sifat distributif
berikut ini.
a)
ab
ac
a
(
b
c
)
b)
ab
ac
a
(
b
c
)
c)
ab
ac
a
(
b
c
)
Contoh soal :
Tentukan hasil pengurangan bentuk aljabar
3
x
4
y
dari
x
5
y
Jawaban :
(
x
5
y
) – (
3
x
4
y
) =
x
5
y
−
3
x
4
y
(aturan perkalian tanda)
=
x
3
x
5
y
4
y
(sifat komutatif)
=
(
1
3
)
x
(
5
4
)
y
(sifat a dan sifat b)
=
2
x
y
b.
Perkalian Bentuk Aljabar
1)
Adinawan (2004) menyatakan bentuk perkalian menjadi
bentuk penjumlahan suku-suku disebut menjabarkan. Dalam
menjabarkan bentuk perkalian, perlu diingat hal-hal berikut ini.
Untuk
ܽ
dan
ܾ
adalah bilangan real dan
݉
dan
݊
bilangan asli,
berlaku:
a)
a
b
ab
ab
ba
a
b
b)
2a
a
a
3
a
a
a
a
4 2 2
a
a
c)
a
m
a
n
a
mnd)
1
a
a
a
a
1
e)
a
ab
a
2b
2
ab
ab
b
2 2
b
a
ab
b
a
2)
Menurut
Adinawan
(2004)
dalam
menjabarkan
bentuk
perkalian dapat dilakukan dengan menggunakan skema berikut
ini :
a)
x
(
x
+
a
) =
ݔ
×
ݔ
+
ݔ
×
ܽ
=
ݔ
2+
ܽݔ
b)
(
x
-
a
)(
x
+
b
)
=
ݔ
∙
ݔ
+
ݔ
∙
ܾ
+ (
−
ܽ
)
∙
ݔ
+ (−
ܽ
) ∙
ܾ
=
ݔ
2+
ܾݔ
−
ܽݔ
−
ܾܽ
Contoh soal :
1. Jabarkan bentuk aljabar berikut ini.
a.
2
a
(
a
b
)
Jawaban:
)
(
2
a
a
b
=
(
2
a
(
a
))
(
2
a
b
)
=
2
a
2
2
ab
b.
5
(
2
p
3
q
3
)
4
3
2
1
1
Jawaban:
)
3
3
2
(
5
p
q
=
−5 ∙
(2
) + (
−5
)
∙
(
−3
) + (
−5
)
∙ 3
=
10
p
15
q
15
2. Jabarkan dan sederhanakan bentuk aljabar (
x
5
) (
x
2
).
Jawaban:
(
ݔ
− 5
)(
ݔ
+ 2
)
=
ݔ
∙
ݔ
+
ݔ
∙ 2 +
(
−5
)
∙
ݔ
+
(
−5
)
∙ 2
=
ݔ
ଶ+ 2
ݔ
− 5
ݔ
− 10
c.
Pembagian bentuk aljabar
Menurut Cunayah (2007) untuk menentukan hasil pembagian
pada bentuk aljabar, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut.
1)
Carilah hasil bagi koefisien-koefisiennya.
2)
Carilah hasil bagi faktor-faktor variabel yang sama.
3)
Kalikan hasil bagi pada langkah 1 dengan hasil bagi pada
langkah 2.
Pada operasi pembagian bentuk aljabar, sifat yang digunakan adalah
sebagai berikut.
Untuk
ܽ
≠ 0
dan
݉
>
݊
, berlaku:
ܽ
÷
ܽ
=
ܽ
ିContoh soal:
Tentukan hasil dari pembagian bentuk aljabar berikut:
1.
4
ܽ
3÷
ܽ
Jawaban:
4
ܽ
3÷
ܽ
=
4ܽ3=
ቀ
41
ቁ ቀ
ܽ3ܽ
ቁ
=
4
ܽ
ଶ2.
12
ܽ
2ܾ
÷ 4
ܾܽ
Jawaban:
12
ܽ
2ܾ
÷ 4
ܾܽ
=
12ܽ2ܾ
4ܾܽ
=
ቀ
124
ቁ ቀ
ܽ2ܽ
ቁ ቀ
ܾ ܾቁ
=
(
3
)(
ܽ
)
=
3
ܽ
3.
−8
ݔ
4÷ 2
ݔ
3Jawaban:
−8
ݔ
4÷ 2
ݔ
3=
34
2
8
x
x
=
ቀ
ି଼ଶቁ ቀ
௫௫రయቁ
= (
−4
)(
ݔ
)
= −4
ݔ
d.
Pemangkatan bentuk aljabar
Jika
ܽ
dan b adalah bilangan-bilangan real dan
݉
, n, dan
bilangan
asli, maka:
1)
ܽ
.
ܽ
=
ܽ
ଶ2)
(
ܽ
)
=
ܽ
.3)
(
ܽ
ܾ
)
=
ܽ
.ܾ
.Menurut
Adinawan
(2004)
dalam
menentukan
hasil
pemangkatan suku dua, koefisien dari suku-suku pemangkatan dapat
ditentukan berdasarkan segitiga pascal.
Pada segitiga Pascal terdapat hubungan antara suatu bilangan
dengan jumlah dua bilangan yang berdekatan, yang terletak pada
baris yang tepat berada di atasnya.
Hubungan antara segitiga pascal dengan pemangkatan suku
dua ditunjukkan seperti berikut ini.
Koefisien dari suku-suku pada hasil pemangkatan suku dua
diperoleh dari bilangan pada segitiga Pascal.
(i)
(
ܽ
+
ܾ
)
ଶ= 1
ܽ
ଶ+ 2
ܾܽ
+ 1
ܾ
ଶ(iii)
(
ܽ
+
ܾ
)
ସ= 1
ܽ
ସ+ 4
ܽ
ଷܾ
+ 6
ܽ
ଶܾ
ଶ+ 4
ܾܽ
ଷ+ 1
ܾ
ସPerhatikan, pangkat dari
ܽ
turun, dan pangkat dari
ܾ
naik.
(iv)
(
ܽ
−
ܾ
)
ଶ= 1
ܽ
ଶ− 2
ܾܽ
+ 1
ܾ
ଶ(v)
(
ܽ
−
ܾ
)
ଷ= 1
ܽ
ଷ− 3
ܽ
ଶܾ
+ 3
ܾܽ
ଶ− 1
ܾ
ଷ(vi)
(
ܽ
−
ܾ
)
ସ= 1
ܽ
ସ− 4
ܽ
ଷܾ
+ 6
ܽ
ଶܾ
ଶ− 4
ܾܽ
ଷ+ 1
ܾ
ସContoh soal
Tentukan hasil dari pemangkatan berikut ini.
a)
2)
4
(
a
Jawaban :
2
)
4
(
a
=
(
4
a
)
(
4
a
)
16
a
2atau
(
4
a
)
2= (4)
2. (
a
)
2= 16
a
2b)
−
(4
ݔ
)
ଶJawaban :
−
(4
ݔ
)
ଶ=
−
(4
ݔ
× 4
ݔ
)
= −
(4 × 4)(
ݔ
×
ݔ
)
= −16
ݔ
ଶc)
(3
ݔ
−
ݕ
)
ଶJawaban :
(
3
ݔ
−
ݕ
)
2= 1.
(
3
ݔ
)
2.
ݕ
0− 2.3
ݔ
1.
ݕ
1+ 1. 3
ݔ
0.
ݕ
2K. KERANGKA BERPIKIR
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Menurut Moleong (1989), penelitian kualitatif merupakan suatu bentuk
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subyek penelitian dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data
tertulis berupa data tes diagnosis dan data lisan yang berupa hasil
wawancara.
B.
Subyek Penelitian
C.
Bentuk Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Bentuk Data
Bentuk data dalam penelitian ini adalah data hasil tes diagnosis dan
data hasil wawancara. Data tes diagnosis berupa kesalahan-kesalahan
yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tes diagnosis. Data
wawancara berupa cara berpikir siswa dalam menyelesaikan soal tes
diagnosis.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua
cara sebagai berikut:
a. Tes diagnosis
Tes
diagnosis
diberikan
kepada
siswa
setelah
guru
selesai
menyampaikan materi dan mengadakan ulangan harian. Data dari
hasil tes diagnosis digunakan untuk menemukan jenis-jenis kesalahan
yang dilakukan siswa.
b. Wawancara
Data wawancara digunakan untuk menemukan letak kesulitan belajar
siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan operasi bentuk
aljabar.
pemilihan 10 siswa yang akan diwawancara adalah sebagai berikut,
dengan melihat ide yang dibuat oleh Nugraheni (2009):
Bagan 3.1
Pemilihan sepuluh siswa yang diwawancarai
Meneliti letak kesalahan jawaban dari 30 siswa
Memilih jawaban siswa yang memiliki kesalahan sama (berdasarkan kategori jenis kesalahan) pada setiap nomor soal. Mengelompokkan jawaban dari
30 siswa berdasarkan letak kesalahannya pada setiap nomor soal.
Memilih jawaban siswa yang memiliki kesalahan berbeda (berdasarkan kategori jenis kesalahan) pada setiap nomor soal.
Dihasilkan keanekaragaman kesalahan (berdasarkan kategori jenis kesalahan) untuk setiap nomor soal.
Memilih jawaban siswa yang memiliki kesalahan paling banyak dari jumlah keseluruhan tes diagnosis
Ditemukan siswa-siswa yang diutamakan untuk diwawancara. Ditemukan empat siswa yang
memiliki kesalahan paling banyak dari jumlah keseluruhan tes diagnosis.
Membandingkan seluruh jawaban sepuluh siswa yang diutamakan untuk diwawancara dengan hasil keanekaragaman kesalahan 30 siswa untuk setiap nomor soal. Langkah ini digunakan untuk pertimbangan peneliti memilih siswa lain yang akan diwawancara.
Kesimpulan: letak kesalahan pada jawaban 10 siswa yang telah diutamakan untuk diwawancara sudah dapat mewakili
D.
Instrumen Pengumpulan Data
1. Tes Diagnosis
Tes diagnosis digunakan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan
yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal operasi bentuk
aljabar. Soal-soal tes tersebut sebelum diberikan pada siswa, oleh peneliti
dikonsultasikan pada guru pengampu mata pelajaran matematika kelas
VIII SMP N 4 Purworejo. Soal tes ini berupa soal-soal uraian yang dibuat
sesuai materi operasi bentuk aljabar dan disusun berdasarkan indikator
pencapaian hasil belajar menurut KTSP 2006. Pada tabel berikut
disajikan kisi-kisi soal tes berdasarkan pokok bahasan operasi bentuk
aljabar.
Tabel 3.1
Tabel Kisi-Kisi Soal Tes Diagnosis
KompetensiUraian 5 soal 1 2
Uraian 6 soal 6 7
Uraian 3 soal 9 10
2. Wawancara
Peneliti mengadakan wawancara untuk menemukan letak kesulitan
belajar siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan operasi
bentuk aljabar.
Panduan wawancara ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang
mengacu pada jawaban masing-masing siswa dalam menyelesaikan
lembar soal tes diagnosis, antara lain:
a.
Bagaimana cara kamu dalam menyelesaikan soal kemarin? coba
ceritakan!
b.
Mengapa kamu menjawab demikian?
c.
Jika ada soal seperti ini, bagaimana cara kamu menyelesaikan?
(peneliti mengajukan soal baru yang setara dengan soal yang
ditanyakan)
d.
Kesulitan apa yang kamu alami dalam menyelesaikan soal-soal
kemarin?
Pertanyaan-pertanyaan
yang
diajukan
peneliti
berkembang
berdasarkan respon atau jawaban siswa dalam wawancara.
E.
Keabsahan Data
terhadap data itu. “Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk mengecek
kembali data yang sudah diperoleh dengan cara membandingkan data hasil
pekerjaan siswa dalam tes tertulis dengan data hasil wawancara”
(Dananjaya, 2010).
F.
Teknik Analisis Data
1. Analisis Tes Diagnosis
Dalam
hal
ini
analisis
yang
perlu
kita
lakukan
adalah
mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam
mengerjakan
tes
diagnosis
berdasarkan
jenis
kesalahannya.
Pengelompokan jenis kesalahan ini dapat dilihat pada bagan jenis
kesalahan yang telah disusun pada halaman 43. Setelah dikelompokkan
berdasarkan rumusan kategori kesalahan, kemudian kesalahan-kesalahan
yang ada disetiap kategori jenis kesalahan dikelompokkan yang lebih
spesifik sehingga menggambarkan kesalahan yang dilakukan siswa
dalam mengerjakan soal-soal operasi bentuk aljabar. “Setelah diketahui
jenis-jenis
kesalahan
yang
dilakukan
siswa,
kemudian
dihitung
persentase tiap jenis kesalahan yang dilakukan siswa berdasarkan
frekuensi jawaban dengan rumus :
݂ܰ× 100%
“ (Susilowati, 2005).
Keterangan:
݂
: frekuensi
2. Analisis Data Wawancara
Wawancara yang diberikan berdasarkan jawaban siswa dalam
mengerjakan tes diagnosis. Dari data wawancara akan ditemukan letak
kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal tes diagnosis pada
pokok bahasan operasi bentuk aljabar dan dianalisis seperti pada cara
menganalisis tes diagnosis. Selanjutnya hasil analisis data wawancara
dicocokkan dengan hasil analisis data tes diagnosis untuk memperoleh
data tentang kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal operasi
bentuk aljabar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Purworejo tahun pelajaran
20
1
0/2011.
Bagan 3.2
Bagan proses pengelompokan jenis kesalahan
Kesalahan
Siswa Kesalahan dalam mendistribusikan
Kesalahan data
Kesalahan dalam penggunaan tanda kurung
Kesalahan teknis
Penyelesaian yang tidak diperiksa kembali Kesalahan dalam mengerjakan soal dengan menghilangkan/ menghapuskan variabel, koefisien, atau konstanta
Kesalahan perhitungan
Kesalahan dalam memanipulasi simbol-simbol aljabar dasar Salah menyalin soal
Mengganti syarat yang ditentukan dengan informasi lain yang tidak sesuai
Menggunakan nilai suatu variabe untuk variabel yang lain Mengartikan informasi tidak sesuai dengan teks yang sebenarnya
Operasi Pembagian Bentuk Aljabar
Operasi Perkalian Bentuk Aljabar Operasi Pengurangan Bentuk Aljabar
Operasi Penjumlahan Bentuk Aljabar
Mengabaikan data penting yang diberikan
Kesalahan memahami definisi atau teorema
Menambahkan data yang tidak ada hubungannya dengan soal
Kesalahan menginterpretasikan bahasa
Kesalahan dalam menerapkan sifat distributif untuk operasi yang bukan distributif Operasi Pemangkatan Bentuk
Kesalahan memahami teorema Se.2
44
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, DATA PENELITIAN, ANALISIS DATA
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 4 Purworejo tahun ajaran 2010/2011
dengan subyek kelas VIIIF. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan setelah ulangan
harian untuk pokok bahasan operasi bentuk aljabar diberikan oleh guru
matematika kelas VIII yang bersangkutan. Jumlah siswa kelas VIIIF adalah 32
siswa dan diambil 30 siswa yang akan diteliti. Kegiatan pelaksanaan penelitian
akan ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
Tahap
Waktu
Kegiatan
1.
Sabtu, 9 Oktober 2010
Melakukan tanya jawab dengan guru
matematika kelas VIII menyangkut
materi operasi bentuk aljabar
2.
Sabtu, 23 Oktober 2010
Memberikan soal tes diagnosis
kepada siswa VIIIF
3.
Sabtu, 30 Oktober 2010
Wawancara kepada beberapa siswa
4.
Selasa, 2 November 2010
Melanjutkan wawancara kepada
beberapa siswa VIIIF
B. Data Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah ulangan harian untuk materi operasi
bentuk aljabar diberikan (bulan Oktober - November). Hal ini bertujuan agar
siswa masih mengingat dengan baik materi operasi bentuk aljabar dan
mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi tersebut.
1. Data Tes Diagnosis
Tes diagnosis terdiri dari 15 soal uraian. Siswa diminta untuk
mengerjakan semua soal disertai dengan langkah-langkah penyelesaian.
Langkah-langkah dalam mengerjakan setiap soal digunakan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap proses maupun konsep dalam mengerjakan soal
tersebut.
Dalam melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa, prosedur yang
dilakukan adalah menentukan letak kesulitan siswa dalam mengerjakan
soal-soal operasi bentuk aljabar. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa,
diarahkan pada kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam
mengerjakan soal-soal tes diagnosis. Kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa
dari hasil tes diagnosis tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan
digambarkan pada bagan 3.2 pada halaman 43. Kesalahan-kesalahan yang
lebih rinci dari 30 siswa dapat dilihat pada lampiran halaman 124 sampai
dengan halaman 145.
Berikut disajikan kesalahan-kesalahan siswa sewaktu mengerjakan soal
operasi bentuk aljabar.
Tabel 4.2
Tabel Kesalahan Siswa Kelas VIIIF pada Sub Pokok Bahasan Istilah-Istilah
dalam Operasi Bentuk aljabar
No
Kesalahan memahami definisi. Siswa salah dalam menentukan variabel bentuk aljabar. Pada bentuk aljabar2ܽ−5, menurut siswa variabelnya adalah 2ܽ
Se.1
2 9 siswa 13 Kesalahan memahami definisi. Siswa salah dalam menentukan konstanta bentuk aljabar. Pada bentuk aljabar 2ܽ−5, menurut siswa konstanta adalah 2 dan 5
Kesalahan memahami definisi. Siswa salah dalam menentukan konstanta bentuk aljabar. Pada bentuk aljabar2ܽ−5, menurut siswa konstanta adalah 5 21 Kesalahan memahami definisi. Siswa salah dalam
menentukan konstanta bentuk aljabar. Pada bentuk aljabar2ܽ−5, menurut siswa konstanta adalah 2 dan−5
3 23 siswa 1,5,2 0
Kesalahan memahami definisi. Siswa salah dalam menentukan koefisien-koefisien bentuk aljabar. Pada bentuk aljabar 3ܽଶ− 2ܾ+ 4ܽ− 4ܽଶ, menurut siswa koefisien berturut-turut a dan b adalah−2ܾ, 4ܽ
Se.1