• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI SUPERVISI PENGAWAS PAI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI SMK KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20142015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONTRIBUSI SUPERVISI PENGAWAS PAI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI SMK KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20142015"

Copied!
302
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONTRIBUSI SUPERVISI PENGAWAS PAI

DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

PROFESIONAL GURU PAI SMK KOTA SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

M.SYAFII

NIM. M1.12.010

Tesis diajukan sebagia pelengkap persyaratan

untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

ا ًر ۡسُي ِرۡسُعۡلٱ َعَم َّنِإَف

٥

ار ۡسُي ِرۡسُعۡلٱ َعَم َّنِإ

٦

Artinya: 5. Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. ( Q.S.Al-Insyiroh:5-6)1

1

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya terbaikku ini kepada :

1. Kedua orang tua saya (almarhum) dan mertua saya (almarhum) yang mendidik serta membimbing saya dengan sabar dan ikhlas.

2. Istriku tercinta, Irni Susilo, yang selalu setia menjalani kehidupan bersamaku dalam suka maupun duka.

3. Anak – anak yang kusayangi setiap saat : Marcelli Lianawati, Levi Kurniawan, Meylina Nugraheni, Hermawan Galih Wicaksono, Andy

Kurniawan, anak – anak yang selalu memberi semangat pada saya, Semoga kita selalu bersatu, baik dalam suka maupun duka wahai permata hatiku. 4. Sahabat-sahabat, teman kuliah angkatan 2012 dan teman mengajar di SMKN

1 Salatiga.

(7)

vii

ABSTRAK

KONTRIBUSI SUPERVISI PENGAWAS PAI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI SMK KOTA SALATIGA TAHUN

PELAJARAN 2014/2015

Supervisi yang dilakukan pengawas PAI memiliki peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Melalui supervisi pembelajaran, Pengawas PAI diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru PAI yang lebih baik dari sebelumnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Sejauh mana konstribusi supervisi yang dilakukan pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SMK Kota Salatiga, (2) Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan supervisi yang dilakukan Pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi professional guru PAI SMK Kota salatiga.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di SMK Kota Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah Pengawas PAI dan objek penelitian ini adalah kegiatan supervisi pembelajaran yang dilakukan Pengawas PAI SMK. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru PAI SMK dan Kasi Pakis Kankemenag Kota Salatiga.Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengujian keabsahan data menggunakan cara triangulasi metode dan sumber. Teknik analisa data menggunakan model interaktif, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Kontribusi supervisi pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SMK Kota kurang maksimal. Terbukti tingkat kehadiran pengawas PAI dalam melakukan supervisi kepada guru PAI SMK Kota Salatiga rata-rata hanya sekali dalam satu semester. Ironisnya, materi pembinaan pengawas PAI hanya dititik beratkan pada pemeriksaan administrasi pembelajaran. Pengawas PAI jarang melakukan kunjungan kelas dan kunjungan supervisi kepada guru PAI SMK Kota Salatiga lebih banyak dilakukan di ruang kepala sekolah. Kadang-kadang pengawas PAI datang ke sekolah hanya pada saat ulangan semester. Sehingga dampaknya kurang dapat dirasakan terhadap peningkatan kompetensi profesional guru PAI. Padahal sebenarnya guru PAI sangat mengharapkan kunjungan kelas dan demontrasi mengajar dari pengawas PAI agar dapat dikembangkan pada pembelajaran di kelas. (2) Faktor pendukung supervisi yang dilakukan pengawas PAI adalah pengalaman kerja sebagai pengawas PAI dan menjadi guru PAI cukup memadai serta mendapat dukungan berbagai pihak dalam melakukan pembinaan kepada guru PAI. Sedangkan faktor penghambat supervisi yang dilakukan pengawas PAI adalah beban kerja pengawas PAI dalam membina guru PAI cukup besar. Satu pengawas PAI harus membina kurang lebih 50 guru PAI mulai dari SMP/MTs sampai SMA/MA dan SMK. Selain itu, masih ditemukan guru PAI yang belum membuat perangkat pembelajaran sehingga kurang siap untuk menerima supervisi dari pengawas PAI. Tak jarang pengawas PAI melakukan kunjungan supervisi secara insendental yang menyebabkan guru PAI kurang respon terhadap supervisi yang dilakukan. Oleh karena itu, kegiatan supervisi pengawas PAI harus lebih dioptimalkan.

(8)

viii

THE CONTRIBUTION OF THE SUPERVISION OF ISLAMIC RELIGIOUS EDUCATION SUPERVISOR IN ENHANCING THE PROFESSIONAL COMPETENCE OF THE ISLAMIC

RELIGIOUS EDUCATION TEACHERS OF VOCATIONAL SCHOOLS IN SALATIGA CITY

IN THE ACADEMIC YEAR 2014/2015 ABSTRACT

Supervision is done by the supervisor of Islamic religious education has a very important role in administering education. One of the efforts to improve the professional competence of teachers of Islamic Religious Education is through teaching that is done by the supervisor. Via a teaching supervision, the supervisor of Islamic Religious Education is expected to increase the professional competence of the teachers become better than before.

The purpose of the research is to find out (1) The extent of the contribution of the implementation of the supervision carried out by the supervisor of Islamic religious education in boosting the professional competence of teachers of Islamic religious education in Salatiga. (2) The supporting and inhibiting factors in the implementation of supervision to enhance the professional competence of the teachers of Islamic Religious Education in Salatiga.

This study used a qualitative approach. The research was done in the vocational schools in Salatiga. The subject of this study is the Islamic Religious Education Supervisor of Vocational Schools and the object of the research is the teaching activity which is done by the supervisor of Vocational Schools in Salatiga City. While the informants in this research are the Heads of the vocational schools, Heads Of Religious Education and Islamic Religious Section of the Ministry Of Religions in Salatiga, and the Islamic Religious Education of Vocational School Teachers in Salatiga City. The data collection technique of this study is using interviews, observations and documentations. Testing the validity of the data obtained is using the triangulation methods and sources. While the data analysis technique is using an interactive models, data reductions, data presentations and withdrawal conclusions.

The research concludes that: (1) the supervisory contributions made by the Islamic Religious E supervisor in improving the professional competence of teachers of Islamic Religious Education of vocational schools in Salatiga city is less than the maximum because the level of supervisory presence in giving a supervision on average is only once a semester. Ironically, the guidance material of supervision is more be emphasized in checking the teaching administration. The supervisor rarely conducted classroom visits ; supervision of Islamic Religious Education Teachers is more done in the principal's office. (2) The factors that supporting the supervision were the experience as a supervisor and became a teacher of Islamic Religious Education in a sufficient time, and also got a support from various parties in conducting guidance to Islamic Religious Education Teachers. While inhibiting factors of carrying out a supervision was a large workload. A supervisor ought to supervise more than 50 Islamic Religious Education Teachers of SMP/MTs , SMA/MA and SMK. In addition, sometimes a supervisor found teachers who had not made a lesson plan, so they were less ready to accept the supervision given. Often, a supervisor did a supervision suddenly which caused the teacher did not respond the supervision well. Therefore, the supervisory activities of the Islamic Religious Education Supervision should in optimized.

Key words: Supervision, Supervisor Islamic Education, Teacher Professional Competence.

(9)

ix PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucap syukur “Alhamdulillahi Rabbil „Alamin” , segala puji bagi Allah yang menciptakan manusia dan alam semesta, juga memberikan petunjuk dan menghiasi diri kita dengan taqwa kepada-Nya serta meninggikan derajat bagi orang – orang yang beriman dan berilmu.

Dalam usaha untuk menyelesaikan penulisan tesis ini tidak mungkin dapat saya lakukan sendiri tanpa adanya partisipasi aktif dari para pihak yang dengan ikhlas telah meluangkan waktunya untuk membantu kelancaran dan kesempurnaan penelitian tesis ini.

Untuk itu perkenankanlah saya mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Rahmad Haryadi, M.Pd.selaku Rektor IAIN Salatiga,yang telah member kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi Program S-2 di IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan restu dan selalu mendo‟akan pada penulisan tesis ini.

3. Bapak Dr.H.M.Zulfa, M.Ag, d a n Dr.Winarno,M.Pd selaku dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran serta meluangkan waktu ditengah kesibukannya senantiasa membimbing dan memotivasi penulis. 4. Bapak Bambang Dwi Hersedianto, S.Pd, M.Pd, Kepala SMKN 1,

Drs.Kamaruddin, M.Pd, Kepala SMKN 2, Drs.Hadi Sutjipto, M.T, Kepala SMKN 3, Drs. M.Busri, M.Pd,Kepala SMK Muhammadiyah, Drs. Joko Aniswontoro, M.Pd.I, Kepala SMK Diponegoro, Sardi, S.Pd, Kepala SMK PGRI 1 Salatiga beserta segenap guru dan karyawan yang telah memberi izin dan akses yang sebesar-besarnya untuk melakukan penelitian.

5. Teman –teman guru Pendidikan Agama Islam di SMK baik Negeri maupun swasta yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penelitian. 6. Teman-teman angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Agama Islam

(10)

x

7. Istri dan anak - anaku yang selalu memberikan dorongan dan memberikan inspirasi hingga selesainya penulisan tesisi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan telah membantu menyelesaikan tesis ini.

Sungguh saya tidak dapat memberikan balasan apapun, kecuali hanya berdoa semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat atas amal kebaikan yang telah diberikan.

Akhirnya penulis menyadari bahwa apa yang telah saya sajikan dalam penulisan tsisi ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan diperdalam lebih lanjut, dengan segala bentuk kritik yang membangun dan saran sangat saya harapkan, demi lebih sempurnanya tesis ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, khususnya bagi guru – guru Pendidikan Agama Islam dan Pengawas Pendidikan Agama Islam.

Salatiga, Mei 2015 Penulis,

M.Syafi‟i,S.Ag,SH,.M.Kn

(11)

xi

4.Langkah-Langkah Pelaksanaan Supervisi... 32

(12)

xii

B. Pengawas Pendidikan Agama Islam ... 38

1.Pengertian pengawas PAI ... 38

2.Tujuan Kepengawasan PAI ... 42

3.Fungsi Kepengawasan PAI ... 44

4.Wewenang dan Tanggung Jawab Serta Tugas Pengawas PAI ... 45

C. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam ... 51

1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru ... 51

2. Standar Kompetensi Guru ... 54

3. Ciri-Ciri Guru Profesional... 59

4. Karakteristik Kompetensi Profesional Guru PAI ... 65

BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN A. Profil Sekolah ... 70

1. Profil SMK Negeri 1 Salatiga ... 70

2. Profil SMK Negeri 2 Salatiga ... 78

3. Profil SMK Negeri 3 Salatiga ... 83

4. Profil SMK Muhammadiyah Salatiga ... 92

5. Profil SMK Diponegoro Salatiga ... 98

6. Profil SMK PGRI 1 Salatiga ... 103

B. Profil Pengawas PAI SMK Kota Salatiga ... 109

a. Drs. Wahid Hasim, M.Pd.I ... 110

b. Drs. Takwim ... 114

C. Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Pengawas PAI Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PAI SMK Kota Salatiga ... 116

(13)

xiii

2. Teknik dan Pendekatan supervisi pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SMK

Kota Salatiga ... 131 D. Faktor Pendukung dan Penghambat Supervisi Pengawas

PAI Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru

PAI SMK Kota Salatiga ... 136 BAB IV PEMBAHASAN

A. Kontribusi Supervisi Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PAI

SMK Kota Salatiga Tahun 2014/2015 ... 142 1. Supervisi Pengawas PAI Terhadap Kegiatan

pembelajaran Guru PAI Salatiga ... 143 2. Teknik dan Pendekatan Pengawasan PAI ... 152 B. Faktor Pendukung dan Penghambat Supervisi Pengawas

PAI Serta Solusinya ... 167 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 180 B. Saran ... 181 DAFTAR PUSTAKA ...

185

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Keadaan Guru SMKN 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 74 Tabel 2 : Keadaan guru PAI SMKN 1 Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015 ... 75 Tabel 3 : Keadaan sarana dan prasarana SMKN 1 Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015 ... 76 Tabel 4 : Keadaan Guru SMKN 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 80 Tabel 5 : Keadaan guru PAI SMKN 2 Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015 ... 81 Tabel 6 : Keadaan sarana dan prasarana SMKN 2 Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015 ... 82 Tabel 7 : Keadaan Guru dan Karyawan SMKN 3 Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015 ... 88 Tabel 8 : Keadaan guru PAI SMKN 3 Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015 ... 89 Tabel 9 : Keadaan sarana dan prasarana SMKN 3 Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015 ... 91 Tabel 10 : Keadaan Guru SMK Muhammadiyah Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015 ... 95 Tabel 11 : Keadaan Tenaga Kependidikan SMK Muhammadiyah

(15)

xv

Tabel 12 : Keadaan Guru PAI SMK Muhammadiyah Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015 ... 96 Tabel 13 : Keadaan Sarana dan Prasarna Pendidikan SMK

Muhammadiyah ... 97 Tabel 14 : Keadaan Guru SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015 ... 100 Tabel 15 : Keadaan guru PAI SMK Diponegoro Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015 ... 101 Tabel 16 : Keadaan sarana dan prasarana SMK Diponegoro Salatiga

Tahun Pelajaran 2014/2015... 102 Tabel 17 : Keadaan Guru SMK PGRI 1 Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015 ... 105 Tabel 18 : Keadaan Tenaga Kependidikan SMK PGRI 1 Salatiga

……….. ... 105 Tabel 19 : Keadaan guru PAI SMK PGRI 1 Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015 ... 106 Tabel 20 : Sarana dan prasarana SMK PGRI 1 Salatiga Tahun

Pelajaran 2014/2015 ... 107 Tabel 21 : Daftar Sekolah/ Guru PAI Binaan Drs.Wahid Hasim, M.Pd.I

dan Jumlah Kunjungan Supervisi Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 111 Tabel 22 : Daftar Sekolah/ Guru PAI Binaan Drs. Taqwim dan Jumlah

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman wawancara ... 188

Lampiran 2 : Panduan dokumentasi ... 193

Lampiran 2 : Panduan observasi ... 193

Lampiran 3 : Catatan lapangan ... 194

Lampiran 4 : Pengujian keabsahan data ... 263

Lampiran 5 : Analisis data ... 272

Lampiran 6 : Foto kegiatan ... 277

Lampiran 7 : Biografi Penulis ... 286

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Sumber daya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

Pendidikan merupakan upaya yang paling mendasar dan strategis sebagai wahana penyiapan sumber daya manusia (dalam arti luas).2 Pola pendidikan yang diterapkan para guru seharusnya lebih banyak diarahkan untuk meningkatkan sumber daya manusia. Guru tidak hanya berperan sebagai fasilitator, pembimbing, komunikator, evaluator, namun juga sebagai model dan inovator. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya prestasi hasil pendidikan. Bahkan tidak berlebihan jika guru disebut sebagai kunci keberhasilan dalam mencerdaskan bangsa.

Di sisi lain, rendahnya mutu pendidikan yang hampir melanda seluruh jenis dan jenjang pendidikan selalu menjadi problem klasik pendidikan di Indonesia. Masalah mutu pendidikan termasuk Pendidikan Agama Islam

2

(18)

2

merupakan masalah urgen yang bisa dijadikan baromater kualitas suatu bangsa dan tingkat kecerdasan masyarakat. Oleh karenanya, dalam pembukaan UUD 1945 ditekankan mengenai keinginan bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas tersebut.

Masyarakat yang cerdas hanya dapat dihasilkan melalui pendidikan yang bermutu. Tilaar menggaris bawahi, bahwa pendidikan yang berkualitas bukan hanya pendidikan yang mengembangkan intelegensi akademik, tetapi perlu mengembangkan seluruh spektrum intelegensi manusia yang meliputi berbagai aspek kebudayaan3. Kunci utama dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah mutu para guru. Demikian juga semua unsur yang terlibat di dalam proses pendidikan persekolahan, termasuk pengawas sekolah merupakan ujung tombak maju mundurnya pendidikan.

Menurut Nurdin dan Usman, berhasil atau tidaknya kurikulum pendidikan yang telah ditetapkan/direncanakan, kuncinya adalah terletak pada proses belajar mengajar sebagai ujung tombak dalam mencapai sasaran.4 Dalam hal ini, keberhasilan penyelenggaraan pendidikan pada setiap jenjang, sangat banyak ditentukan oleh kompetensi profeional guru, yakni sejauh mana kemampuan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui paroses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus agar dalam pembelajaran dapat efektif dan

3

H.A.R.Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, 14.

4

Nurdin dan Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press,

(19)

3

efesien. Guru dituntut harus memiliki kualitas kinerja yang memadai, mampu untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi pedagogik, personal, professional maupun sosial. Hal tersebut lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru itu sendiri dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam suatu manajemen pendidikan yang profesional.

Oemar Hamalik menjelaskan bahwa guru adalah suatu jabatan profesional yang memiliki peranan dan kompetensi profesional5. Sedangkan dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 ditetapkan bahwa yang dimaksud

dengan guru adalah “Pendidik profesional yang mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah 6.

Dengan demikian guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus mampu mamikirkan dan membuat perencanaan dengan seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru harus mampu berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang mampu menciptakan kondisi dan

5

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: SD. Bumi Aksara, 2002, 8.

6

(20)

4

lingkungan belajar mengajar yang kondusif dan efektif. Disamping itu, seorang guru juga dituntut agar mampu mengorganisasikan kelas, menggunakan metode belajar yang berfariasi, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar.

Dalam proses pendidikan, pendidik atau guru dituntut pula memiliki kompetensi pada bidang masing-masing. Oleh karena itu, untuk menghasilkan kualitas guru yang memiliki kompetensi baik, perlu dilakukan adanya pembinaan dan pengawasan secara kontinu (terus-menerus) sesuai dengan perkembangan, kegiatan pembinaan kependidikan. Kegiatan pengawasan atau supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah yang pada umumnya dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas mereka, agar berjalan dengan lebih baik dan efektif dari sebelumnya7.

Untuk meningkatkan profesionalitas, seorang guru dapat dibimbing oleh supervisor yang dalam istilah pendidikan disebut pengawas. Pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, serta mempunyai peran yang sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah. Keberadaannya sangat diharapkan oleh guru dalam rangka membantu dan membimbing guru ke arah tercapainya peningkatan kualitas pembelajaran guru mata pelajaran, khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah-sekolah yang bernaung pada Kementerian Agama. Pengawasan dalam rangka mengetahui serta memperbaiki berbagai kelemahan

7

(21)

5

yang selama ini dilakukan menuju pencapaian tujuan kegiatan yang telah direncanakan dan ditetapkan.

Tugas pokok pengawas satuan pendidikan adalah membina dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan baik teknis edukatif maupun adminitratif pada satuan pendidikan tertentu. Pengawas sekolah sudah diatur keberadaannya dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. UU RI No 20 Tahun 2003 dan PP No 19 tahun 2005 merupakan payung hukum yang melandasi tugas pejabat fungsional tersebut.

Pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah sebagai bagian dari pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan yang secara institusional bertanggung jawab terhadap penjaminan mutu pendidikan memiliki peranan sangat penting dalam mengawasi, membina, memantau, dan mengembangkan kemampuan profesional para guru PAI di sekolah serta melaksanakan penilaian terhadap semua hasil kegiatan profesi mereka, agar sekolah yang dibinanya dapat meningkatkan mutu pendidikan.

(22)

6

potensi positif yang dimilikinya dalam rangka meningkatkan profesionalitas guru yang berdampak pada meningkatnya kualitas pendidikan di sekolah/madrasah.

Menurut Kadir Djaelani sebagaimana yang dikutif Ahmad Habibullah, dkk, pada pelaksanaannya terdapat beberapa persoalan ketika melihat beberapa catatan tentang kondisi pengawas PAI saat ini yaitu sebagai berikut :

(1) sebagian pengawas pendidikan agama kurang mendalami teknis kependidikan, (2) kurangnya frekuensi aktifitas pembinaan terhadap pengawas bila dibandingkan dengan aktifitas pembinaan terhadap GPAI, (3) banyaknya sekolah yang kurang terawasi dengan baik akibat fasilitas perjalanan belum memadai, dan (4) pengawas dihadapkan pada persoalan membuat karya tulis untuk melengkapi persyaratan kenaikan pangkatnya dan tugas-tugas administratif atau yang bersifat konseptual dirasakan memberatkan dan mengakibatkan kemampuan profesionalnya menjadi terabaikan. Keberadaan pengawas dipersepsi telah membuat sekolah/madrasah tidak bisa melakukan aktivitas secara leluasa. Salah satu penyebabnya adalah pengawas tidak memiliki kompetensi yang harus dimilikinya, dengan kata lain belum profesional.8

Berbagai upaya pemerintah dalam meningkatkan standar profesionalisme dan kinerja pengawas PAI telah dilaksanakan, yakni (salah satunya) melalui pembinaan secara berkala melalui forum evaluasi bulanan Pokjawas Kemenag Kota Salatiga. Demikian juga dalam rangka meningkatkan SDM, pengawas PAI selalu diikutsertakan dalam diklat kepengawasan maupun pengembangan kurikulum PAI baik tingkat regional maupun nasional.

8

Ahmad Habibullah, dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Pena Citasatria, 2008, 3.

(23)

7

Langkah tersebut di atas diharapkan akan berimplikasi positif terhadap kinerja dan konstribusi pengawas PAI dalam meningkatkan profesionalitasnya yang berimbas pada peningkatan profesionalitas guru PAI. Oleh karena itu, perlu kiranya terdapat perhatian khusus dan pengkajian ulang secara komprehensif terhadap pengawas PAI tentang konstribusinya seiring terbitnya PMA No. 2 tahun 2012 (tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI pada Sekolah Umum) agar pola kerja yang terbangun semakin dinamis, maju dan menjadi inspirasi bagi insan pendidikan khususnya bagi peningkatan profesionalitas guru dan masyarakat pada umumnya.

Kolaborasi sinergis antara pengawas dan guru profesional diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara signifikan baik secara kelembagaan maupun prestasi akademik. Sepanjang pengamatan peneliti, kerjasama kedua komponen di atas cukup membawa dampak positif bagi peningkatan mutu pendidikan, setidaknya hal ini telah penelti temukan di SMK di kota Salatiga, dimana guru-guru Pendidikan Agama Islam yang mempunyai hubungan sinergis dengan pengawas dalam mengawal proses belajar mengajar cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa, dalam arti semakin baik kontribusi pengawas dan profesionalisme guru, akan berdampak pada mutu Pendidikan Agama Islam di sekolah.

(24)

8

penelitian: Konstribusi Supervisi Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Di SMK Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Sejauhmana konstribusi supervisi pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK kota Salatiga?

2. Faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat supervisi pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK kota Salatiga?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk;

1. Mengetahui konstribusi supervisi pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK kota Salatiga.

(25)

9

D.Signifikansi Penelitian

1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Program Magister Pendidikan Islam (MPI) berkaitan dengan pengembangan konsep-konsep tentang implementasi manajemen mengajar dan kompetensi profesional guru pendidikan Agama Islam, dalam rangka peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam serta bisa menjadi masukan bagi guru pendidikan agama Islam di SMK kota Salatiga.

2. Manfaat Praktis

Secara praktik, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan dalam pengingkatan SDM guru Pendidikan Agama Islam serta peran pengawas dan para siswa untuk menuju standar kompetensi yang diharapkan, khususnya di lingkungan SMK kota Salatiga. Disamping itu juga diharapkan berguna bagi para guru agama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui perbaikan manejemen mengajar dan peningkatan profesionalitas.

E.Penelitian Yang Relevan

Ada beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai pembanding dalam penulisan tesis ini, yaitu:

1. Tesis Kholil Tahun 2010 dengan judul Kontribusi Pengawas PAI dalam Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Madrasah

(26)

10

mengungkap tentang peran Pengawas PAI (PPAI) dalam menerapkan supervisi administrasi MIS di Kabupaten Demak.

Hasilnya adalah bahwa terdapat beberapa kecamatan (Wedung) sudah melaksanakan supervisi maupun pembinaan secara intensif terutama supervisi manajerial, namun ada juga MI di kecamatan tertentu yang belum menerapkan supervisi tersebut baik supervisi manajerial maupun supervisi akademik dalam rangka meningkatkan kinerja tenaga pendidik dan kependidikan. Meskipun penelitian tersebut mengungkap tentang kinerja pengawas PAI di Kabupaten Demak, akan tetapi fokus penelitiannya pada pelaksanaan program pengembangan KTSP Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan bukan sekolah umum9.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan penulis lebih ditekankan kepada konstribusi pengawas dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru. Pada pelaksanaannya, secara informal pengawas PAI di Kota Salatiga terbagi menjadi dua, yaitupengawas kecil (pengawas MI/SD) dan pengawas besar (SMP/sederajat, SMA/sederajat dan SMK).

2. Tesis Nafiul Lubab Tahun 2013 dengan judul Kinerja Pengawas PAI SMA di Kota Semarang Tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian tersebut lebih ditekankan pada kinerja pengawas PAI SMA di kota Semarang pada tahun 2012 adalah sebagian pengawas ada yang telah memenuhi kriteria tugasnya dengan baik, namun

9

Kholil, Kontribusi Pengawas PAI dalam Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) di Kabupaten Demak

(27)

11

ada juga yang belum baik karena beberapa faktor10. Perbedaan tesis tersebut dengan kajian penulis adalah terletak pada jenis penelitian dan pendekatan yang dipakai. Demikian juga dari sisi wilayah penelitian dan subyek penelitian juga berbeda dengan kajian penulis. Apalagi kajian penulis lebih terfokus kepada konstribusi pengawas PAI SMK terhadap peningkatan profesionalitas guru PAI di SMK Kota Salatiga.

3. Tesis Aceng Toha Tahun 2013 dengan judul Fungsional Jabatan Pengawas Pendidikan Agama Islam : Studi Tentang Implikasi KMA No.

381/1999 Terhadap Kinerja Pengawas PAI di Kandepag Garut. Adapun jenis penelitian tersebut adalah deskriptif korelasional yang mengungkap sejauh mana kinerja pengawas PAI di Kabupaten Garut dalam menjalankan tugasnya berkaitan dengan diberlakukannya KMA 381/1999. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kinerja pengawas PAI belum optimal karena kurangnya dukungan dari aspek manajerial dan lingkungan dengan rincian 42,9% kedua aspek tersebut memberikan kontribusi terhadap kinerja pengawas PAI Madya dan hanya 4,1% memberikan kontribusi terhadap kinerja pengawas PAI Muda dalam melaksanakan tugasnya11. Sedangkan dalam penelitian yang penulis lakukan lebih ditekankan pada peran atau kontribusi pengawas sebagai supervisor dalam meningkatkan profesionalitas guru PAI SMK.

10

Nafiul Lubab, Kinerja Pengawas PAI SMA di Kota Semarang dari eprints.walisongo.ac.id, Tesis dari IAIN Walisongo Semarang, 2012.

11

(28)

12

F. Metodologi Peneleitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian sangat penting untuk membantu mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data. Metode penelitian yang dipergunakan disesuaikan dengan jenis penelitian yang akan dilakukan. Secara garis besar, pendekatan penelitian terbagi dua, yaitu penelitian kuatitatif dan kualitatif.

Pendekatan penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah kualitatif diskriptif dengan cara mendeskripsikan fenomena yang ada. Dalam penelitian kualitatif, temuan–temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya, sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif karena penelitian ini berupa perilaku seseorang, peranan organisasi dan hubungan timbal balik.

Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini termasuk pada jenis fenomenologis yaitu dieksplorasi dan diperdalam dari suatu fenomena sosial atau suatu lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat dan waktu.

Lebih konkritnya, penggunaan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan fenomenologis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

(29)

13

b. Menemukan dan mengembangkan suatu teori tertentu yaitu untuk mengungkapkan upaya-upaya yang dilakukan pengawas PAI dalam melakukan supervisi untuk meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK Kota sesuai dengan yang diharapkan.

c. Menggali pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas PAI, berupa sifat hubungan supervisor dengan guru PAI dalam konteks kegiatan perbaikan pembelajaran, teknik dan pendekatan yang digunakan supervisor, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi pengawas PAI.

2. Latar Seting Penelitian

(30)

14

Adapun pemilihan masalah ini, dengan pertimbangan untuk mengetahui sejauh mana konstribusi Pengawas Pendidikan Agama di SMK dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Terutama guru PAI SMK yang jumlahnya cukup besar dan sangat membutuhkan bimbingan supervisi dari pengawas. Peneliti juga ingin mempelajari langkah-langkah pengawas dalam melakukan supervisi di sekolah beserta faktor pendukung dan kendala-kendala yang dihadapi untuk dicarikan solusinya.

3. Subjek dan Informan Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pengawas Pendidikan Agama Islam yang bertugas melakukan supervisi terhadap guru Pendidikan Agama Islam di SMK Kota Salatiga. Sedangkan informan untuk memperoleh data penelitian ini adalah pengawas Pendidikan Agama Islam yang memberikan layanan supevisi di SMK Kota Salatiga, enam kepala SMK di Kota Salatiga, guru mata pelajaran PAI yang bertugas di SMK kota Salatiga berjumlah enam orang yang mendapat layanan supervisi. Selain itu, yang juga dijadikan informan dalam penelitian ini adalah Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam dan Keagamaan Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga .

(31)

15

informan penelitian adalah mereka yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai dengan yang diperlukan. Subjek atau informan pada penelitian ini dipilih berdasarkan creterian based selection yaitu pengambilan subjek penelitian yang didasarkan pada tujuan tertentu.

4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data tentang layanan supervisi yang dilakukan pengawas PAI yang bertugas di SMK Kota Salatiga kepada guru-guru PAI untuk mendapatkan bimbingan dalam memperbaiki proses belajar mengajar yang memungkinkan guru-guru dapat merencanakan dan melaksanakan tugasnya secara kompeten atau memiliki kompetensi profesional. Secara rinci data yang dibutuhkan terdiri atas data :

a. tanggapan guru dan supervisor tentang layanan supervisi, b. perencanaan dan pelaksanaan supervisi,

c. langkah-langkah supervisi yang diterapkan, d. faktor pendukung kegiatan supervisi,

e. faktor penghambat kegiatan supervisi dan solusinya.

Sedangkan untuk menjaring data dalam penelitian ini digunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut :

a). Wawancara

(32)

16

Ciri utama dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dengan sumber informasi.

Peneliti menggunakan wawancara untuk menghimpun data yang tidak dapat diperoleh melalui metode yang lain. Teknik ini juga dipakai sebagai alat untuk menguji kebenaran data yang didapat dengan metode lain. Wawancara digunakan untuk memperoleh data secara umum dan luas tentang hal-hal yang menonjol, penting dan menarik untuk diteliti lebih mendalam. Yakni yang berkaitan dengan kegiatan supervisi pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi profesional di SMK Kota Salatiga. Wawancara diajukan kepada informan yaitu pengawas PAI yang bertugas melakukan supervisi akademik di SMK Kota Salatiga .

Wawancara yang dilakukan kepada pengawas PAI untuk mengetahui sejauh mana kontribusi pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi profesional di SMK Kota Salatiga. Materi wawancara dengan pihak supervisor dan pihak terkait berkenaan dengan kegiatan kepengawasan, upaya-upaya supervisor dalam membina guru, faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas PAI untuk menghadapi kendala-kendala yang ada berikut solusinya dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI.

(33)

17

tentang supervisi pendidikan. Berdasarkan kajian tersebut didesainlah format wawancara bebas dengan tetap mengacu pada pedoman pokok wawancara yang telah dibuat. Pada wawancara ini, terjadi tanya jawab bebas antara pewancara dengan informan , tetapi pewancara menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Kebaikan wawancara ini adalah informan tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancari.12

b). Observasi

Menurut Nasution sebagaimana yang dikutif Sugiyono menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.13 Sedangkan manfaat observasi menurut Patton seperti yang dikutif Sugiyono antara lain :

a) akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial,

b) akan diperoleh pengalaman langsung,

c) peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain,

d) peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara,

e) peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, f) peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga

memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti 14.

12

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung: Alfabeta, 2010, 74.

13

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif,kualitatif dan R dan B), Bandung: Alfabeta, 2007, 310.

14

(34)

18

Penggunaan metode observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas PAI untuk membantu meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar serta sarana dan prasarana pendidikan yang terkait dengan masalah yang dikaji di lokasi penelitian. Untuk kelancaran observasi tersebut dibantu dengan format observasi yang didesain untuk itu. Pelaksanaan observasi yang dlakukan dalam penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan observasi deskriptif (descriptive observation) secara luas dengan mengamati secara umum situasi yang terjadi di di SMK Kota Salatiga .

Selanjutnya setelah perekaman dan analisis data pertama, diadakan penyempitan pengumpulan datanya serta mulai melakukan observasi terfokus

(focused observation), antara lain pengamatan pada pelaksanaan supervisi pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi profesional guru. Akhirnya setelah dilakukan analisis dan observasi yang berulang-ulang, kemudian diadakan penyempitan lagi dengan melakukan observasi selektif (selective observation), yaitu dengan mengamati objek / peristiwa yang menjadi fokus temuan atau solusi atas permasalahan yang ada dalam penelitian.

c). Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang15.

15

(35)

19

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, melalui buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film documenter, data yang relevan penelitian. Dokumentasi digunakan dalam upaya menelusuri dan menemukan informasi tentang berbagai kebijakan dan prosedur pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas PAI16

Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan mencermati dokumen-dokumen yang ada yaitu berupa buku-buku, majalah, ataupun catatan-catatan administrasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat dokumenter seperti struktur organisasi, sejarah berdirinya, dokumen kegiatan supervisi akademik, letak geografis, data jumlah pengawas, sarana prasarana, administrasi dan lain-lain yang didokumentasikan agar dapat melengkapi data yang diperlukan.

Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data non manusia yang berkaitan dengan fokus penelitian dan sebagai pelengkap data primer sehingga diperoleh data yang berkualitas. Peneliti dalam studi dokumentasi memperoleh berbagai data, misalnya profil, visi dan misi, struktur organisasi dan segala komponen yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi di SMK Kota Salatiga.

5. Pemeriksaan Data

Dalam penelitian ini, peneliti dalam mencari validitas atau keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan B), Bandung: Alfabeta, 2007, 329.

16

(36)

20

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu17

Teknik triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh. Moelong menjelaskan hal ini dapat dicapai dengan cara :

a) membandingkan data hasil pengamatan dan data hasil wawancara. b) membandingkan data yang dikatan informan yang satu dengan

informan yang lain

c) membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat orang lain

d) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen terkait Sedangkan menurut Sugiyono, teknik triangulasi data berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, yakni peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak18.

Mengacu dari berbagai pendapat di atas, triangulasi data yang dilakukan peneliti di SMK Negeri Kota Salatiga dengan cara :

17

Moleong , Lexy J, (2013),Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 330.

18

(37)

21

a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dengan guru terkait dengan pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas PAI.

b)membandingkan apa yang dikatakan guru yang satu dengan guru yang lain

c) membandingkan perspektif seorang guru yang satu dengan berbagai pendapat guru yang lain

d) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang ada kaitannya dengan pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas di SMK Kota Salatiga.

6. Teknik Analisis Data

(38)

22

Analisa data dilakukan bersama-sama dengan pengumpulan data dan dilanjutkan setelah kembali ke lapangan. Hasil analisis sementara akan selalu dikonfirmasikan dengan data-data yang baru yang memiliki tingkat kepercayaan lebih akurat baik diperoleh dari wawancara, observasi maupun dokumentasi. Pemanfaatan teori yang relevan dipakai sebagai pisau analisis data kualitatif akan menghasilkan analisis diskriptif yang berbobot dan memiliki makna mendalam.

Menurut para ahli beberapa teknik analisa data yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif. Diantaranya adalah model mengalir (flow model), dan model interaktif yang keduanya berbeda. Pada model mengalir terdapat tiga komponen analisis, yakni : reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi, ketiga komponen kegiatan ini dilakukan secara jalin- menjalin dengan proses pengumpulan data.

Menurut Miles dan Huberman sebagaimanayang dikutif oleh Idrus, analisa data model interaktif terdiri tiga hal utama yaitu reduksi data dan penyajian data dan penarikan kesimpulan. Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin menjalin pada saat, sebelum dan sesudah pengumpulan dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum19. Setelah data terkumpul maka ketiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan dirasa kurang kuat, maka perlu ada verifikasi dan peneliti kembali mengumpulkan data di lapangan. Sebagai upaya memudahkan mencari pokok masalah, dibuat daftar ringkasan wawancara / format

19

(39)

23

wawancara, yang berisi setelah catatan -catatan lapangan yang ditulis lengkap dan ditelaah dari lapangan. Karena data yang didapatkan ada yang terbentuk dokumen, maka analisis datang harus dibantu dengan membuat lembar isian ringkasan dokumen yang diberikan ringkasan dari data tersebut.

Lembaran tersebut dibukukan karena dokumen-dokumen itu sering kali berkepanjangan dan secara khusus memerlukan penjelasan. Dalam penelitian ini data yang berbentuk dokumen antara lain berhubungan dengan pelaksanaan supervisi pengawas PAI di SMK Kota Salatiga.

Analisa sesudah data terkumpul mencakup kegiatan mengembangkan kategori dengan sistem koding (memberi kode), dan selanjutnya mengembangkan mekanisme kerja terhadap data yang telah dikategorikan. Proses kegiatan menganalisis data setelah data terkumpul adalah :

a) mengumpulkan data yang terjaring b) memberi tanda pada sumber asal data

c) memberi nomor sesuai urutan kronologis waktu mengumpulkan data

d) membaca berulang kali keseluruhan data yang ada

Selanjutnya peneliti menyusun kategori koding dengan membubuhkan nomor pada kategori-kategori sambil memberikan nomor kategori koding sesuai dengan satuan data. Proses analisis data dilakukan melalui tiga jalur yang berlangsung secara bersamaan yaitu :

(40)

24

yang muncul dari catatan lapangan dan difokuskan pada hal yang penting.

2) penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan untuk menentukan pola-pola yang lebih sederhana.

3) verifikasi atau penyimpulan data adalah pada tahap permulaan penyimpulan masih bersifat longgar dan terbuka kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar kuat.

Selain dengan cara diatas, analisis data dapat dilakukan secara induktif. Alasannya, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda karena analisis induktif dapat menciptakan hubungan lebih eksplisit, dikenal dan akuntabel, dapat mengurangi data secara sistematis dan dapat membuat keputusan- keputusan yang akurat, analisis induktif dapat menemukan kebenaran bermakna serta dapat memperhitungkan nilai-nilai secara terperinci.

(41)

25

Berdasarkan dari uraian di atas, maka langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan analisa data interaktif. Yakni, analisa data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, yakni proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sementara dilakukan selama pengumpulan data masih berlangsung, sedangkan untuk verifikasi dan penarikan kesimpulan akhir dilakukan setelah pengumpulan data selesai. Pengumpulan data dalam penelitian ini, seperti telah diuraikan di atas dilakukan melalui wawancara mendalam, pengamatan, dan dokumentasi. Adapun reduksi data dilakukan melalui kegiatan penajaman, penggolongan, penyeleksian, dan pengorganisasian data. Penajaman data dilakukan dengan mentransformasi kata-kata dan kalimat yang panjang menjadi suatu kalimat yang ringkas dan lebih bermakna. Penggolongan data dilakukan melalui pengelompokkan data sejenis dan mencari polanya.

G. Sistematika Penulisan Tesis

Untuk memudahkan dalam memahami isi tesis ini, maka terlebih dahulu penulis sajikan tentang sistematika penulisan tesis secara garis besarnya.

1. Bagian Awal

(42)

26 2. Bagian Isi

Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan , signifikasi penelitian, manfaat atau kegunaan penelitian, penelitian yang relevan,metodologi penelitian dan sistematika penulisan tesis.

Bab II berisi tentang konsep supervisi yang meliputi pengertian, tujuan dan fungsi supervisi, teknik supervise, pengertian pengawas PAI, TUPOKSI Pengawas sebagai supervisor , kompetensi guru, pengertian guru dan kompetensi profesional guru. Konsep-konsep teori tersebut dijadikan landasan dalam penelitian pelaksanaan supervisi yang diawali dengan menggambarkan secara deskriptif pelaksanaan supervisor.

Bab III berisi tentang paparan data dan temuan penelitian. Pada bab ini berisi profil sekolah yang dijadikan obyek penelitian, pelaksanaan supervise yang dilakukan pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi professional guru PAI, factor pendukung dan penghambat pelaksanaan supervisi pengawas PAI .

(43)

27

SMK Kota Salatiga, factor pendukung dan penghambatnya serta solusi yang ditawarkan dalam peningkatkan profesionalitas guru PAI .

Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan supervisi pengawas dalam meningkatkan kompetensi profesional guru SMK Kota Salatiga.

3.Bagian Akhir

(44)

28

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Konsep Kontribusi Supervisi

1. Pengertian Kontribusi

Menurut Kamus Ilmiah Populer, kontribusi diartikan sebagai uang sumbangan atau sokongan. Kontribusi juga berasal dari bahasa inggris yaitu

contribute, contribution,maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan,

melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama.

Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh,seseorang melakukan kerja bakti di daerah rumahnya demi menciptakan suasanaasri di daerah tempat ia tinggal sehingga memberikan dampak positif bagi penduduk maupun pendatang.20

Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, diartikan sebagai uang iuran pada perkumpulan, sumbangan. Bertitik tolak pada kedua kamus di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kontribusi adalah merupakan sumbangan, sokongan atau dukungan terhadap sesuatu kegiatan 21.

20

Dany,H. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Gita Media , 264.

21

(45)

29

Dalam hal ini konstribusi berarti individu tersebut berusaha meningkatkan efisisensi dan efektivitas hidupnya dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian mejadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kontribusi supervisi Pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI adalah keterlibatan pengawas PAI melalui kegiatan supervisi untuk memberikan sumbangan kepada guru PAI yang berdampak terhadap peningkatan kompetensi profesional guru PAI.

2.Pengertian Supervisi

Sebelum membahas tentang konsep supervisi pendidikan yang dilakukan Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam arti luas, terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian supervisi dari para ahli di bidang pendidikan. Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif22.

Pendapat senada dikemukakan Sahertian, supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif agar lebih

22

(46)

30

mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan fungsi pengajaran23. Supervisi juga dapat diartikan sebagai serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layananan profesional yang diberikan oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar24.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kegiatan supervisi dalam dunia pendidikan merupakan layanan profesional berupa pembinaan dari seorang supervisor kepada tenaga pendidik dan kependidikan.

Sasaran pembinaan tersebut menyangkut seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Layanan supervisi dapat berupa perbaikan manajemen atau pengelolaan sekolah dan perbaikan pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang lebih dikenal dengan istilah supervisi akademik atau supervisi pembelajaran. Dalam hal ini supervisi yang dilakukan Pengawas Pendidikan Agama Islam terhadap guru PAI lebih dititik beratkan pada supervisi akademik atau supervisi pembelajaran.

3.Tujuan Supervisi

Pandangan para ahli pendidikan mengenai tujuan supervisi pembelajaran atau supervisi akademik sesuai dengan sudut pandang masing-masing, namun mereka sepakat bahwa tujuan inti dari supervisi pembelajaran adalah

23

Sahertian, Piet A, Prinsip danTeknik Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, 17.

24

(47)

31

membantu guru meningkatkan kualitas profesionalnya dalam mengajar. Dibawah ini tujuan supervisi dalam akademik menurut pandangan para ahli:

a. Hariwung mengemukakan tujuan supervisi akademik adalah membantu guru untuk tumbuh dan berkembang dalam ruang lingkup mengajar dan kehidupan kelas, memperbaiki ketrampilan mengajar, dalam memperluas pengetahuan mereka serta menggunakan persiapan mengajar25.

b. Glickman mengatakan bahwa tujuan supervisi akademik adalah untuk membantu guru-guru belajar bagaimana meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya, agar murid-muridnya dapat mewujudkan tujuan belajar yang telah ditetapkan26.

c. Neagle mengatakan bahwa melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat27.

Pengembangan kemampuan dalam kontek ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan kemampuan dan ketrampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemampuan (willingness) atau motivasi (motivation) guru. Sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.

Uraian berbagai pendapat mengenai tujuan supervisi pembelajaran di atas, pada intinya tujuan supervisi dalam bidang akademik yaitu untuk membantu para guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, agar dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Jika supervisi pendidikan sudah

25

Saiful Sagala,Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabata 2010, 104.

26

Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara,1992, 4.

27

Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara,1992, 4.

(48)

32

tertuju pada keberhasilan siswa dalam memperoleh kualitas pembelajaran yang lebih baik artinya supervisi pendidikan tersebut sesuai dengan tujuannya.

4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Supervisi

Salah satu tugas pokok pengawas PAI adalah melaksanakan supervisi akademik. Seorang pengawas harus memahami langkah-langkah atau tahapan supervisi akademik yang akan dilaksanakan. Dalam buku pedoman supervisi pengawas madrasah dan pengawas PAI pada sekolah Kakanwil Kemenag Jawa Tengah, secara umum tahapan kepengawasan terbagi beberapa tahap yaitu (a) penyusunan program pengawasan, (b) pelaksanaan program pengawasan, (c) evaluasi program pengawasan,dan (d) pelaporan program pengawasan28.

Secara lebih khusus, pelaksanaan supervisi akademik sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru dikelas dapat ditempuh melalui tiga tahap yaitu petemuan awal, pengamatan pelaksanaan pembelajaran dan pertemuan akhir. Pada tahap persiapan atau pertemuan awal menyiapkan instrument supervisi, melakukan pertemua awal dengan guru dan diskusi rencana kegiatan pembelajaran khususnya aspek mana yang perlu mendapat perhatian pengawas.

Pada tahap pelaksanaan pengawas mencermati tahapan pembelajaran guru di kelas mulai dari awal sampai akhir. Pada pertemuan akhir atau penutup mendiskusikan hasil pengamatan dengan guru, menyampaikan nilai hasil guru dalam pembelajaran, member pembinaan untuk meningkatkan kualitas

28

(49)

33

pembelajaran. Selanjutnya melaksanakan rencana tindak lanjut yakni meminta kepada guru untuk menevisi rencana pembalajaran yang tidak sesuai dan menyampaikan hasil supervisi kepada kepala madrasah sebagai bahan pembinaan lebih lanjut29.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Prasojo dan Sudiyono, dalam pelaksanaan supervisi untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru di kelas ditempuh melalui tiga langkah, tahap pra observasi, observasi dan post observasi. Pada tahapan pra observasi sebelum observasi kelas, supervisor melakukan wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan,metode dan strategi, media pengajaran,evaluasi, dan analisis. Pada tahapan observasi setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru dalam kegiatan mengajar, kemudian supervisor mengadakan observasi kelas 30.

Pada tahapan post observasi, setelah obesrvasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru. Di samping itu melakukan identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu ditingkatkan,gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pendapat tersebut secara umum langkah-langkah dalam pelaksanaan supervisi akademik meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan program pengawasan, evaluasi program pengawasa dan pelaporan

29

Buku Pedoman Supervisi Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI Pada Sekolah,Kakanwil Kemenag Jawa Tengah 2012, 97-99.

30

(50)

34

program pengawasan. Sedangkan dalam pelaksanaan program pengawasan akademik untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas dapat ditempuh melalui tiga langkah yaitu tahap persiapan (pra obesrvasi), tahap pelaksanaan (obesrvasi) dan tahap penutup serta tindak lanjut atau post observasi.

5. Teknik dan Pendekatan Supervisi

Beberapa teknik supervisi akademik atau pembelajaran yang dapat digunakan supervisor termasuk Pengawas PAI untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki seorang guru antara lain digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan (individu) dan teknik kelompok. Diantara teknik-teknik tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Teknik Perseorangan (individu)

Teknik perseorangan ialah teknik supervisi yang dilakukan secara perseorangan31. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain:

1)Kunjungan Kelas

Pengawas sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar dikelas. Tujuannya memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya guru mengajar.Dengan data tersebut supervisor dapat berbincang-bincang mengenai kesulitan yang dihadapi guru.

31

Piet A Sahertian dan Piet A, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta 2008, 53-83.

(51)

35

Kunjungan kelas ini berfungsi sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan kualitas cara mengajar guru dan belajar siswa. Ada tiga macam kunjungan kelas yaitu, kunjungan tanpa diberi tahu, kunjungan dengan cara member tahu dan kunjungan kelas atas undangan guru.

2)Observasi Kelas

Melalui kunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi belajar mengajar yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas, yaitu: a) Observasi langsung; dengan menggunakan alat observasi, supervisor

mencatat absen yang dilihat pada saat guru sedang mengajar.

b) Observasi tidak langsung, orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya (biasanya dilakukan dalam laboratorium untuk pengajaran mikro).

Tujuan observasi yaitu untuk memperoleh data yang seobyektif mungkin, bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam usaha memperbaiki hal belajar mengajar. Bagi guru sendiri data tersebut dapat membantu mereka untuk mengubah cara mengajar mereka agar lebih baik. Dan bagi murid-murid akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka. 3)Percakapan Pribadi

(52)

36

kesulitan yang dihadapi, memupuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik, memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang sering dialami oleh seorang guru, serta menghilangkan dan menghindari segala prasanga yang bukan-bukan.

4)Saling Mengunjungi Kelas

Yang dimaksud dengan saling mengunjungi kelas ialah saling mengunjungi antara guru yang satu dengan yang lain yang sedang mengajar. Kegiatan ini dimaksudkan untuk bertukar pengalaman. Keuntungannya yaitu mengamati rekan lain yang sedang member pelajaran, membantu guru-guru yang ingin memperoleh pengalaman atau ketrampilan tentang teknik dan metode mengajar, member motivasi yang terarah terhadap aktivitas mengajar, sifat bawahan dengan pemimpin tidak ada sama sekali sehingga diskusi berlangsung secara wajar dan mudah mencapai penyelesaian masalah.

5) Menilai Diri Sendiri

(53)

37 b.Teknik Kelompok

Yang dimaksud dengan teknik kelompok ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok32. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:

1) Rapat Guru

Berbagai hal yang dapat dijadikan bahan dalam rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi seperti ha-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum.Tujuannya yaitu untuk memberikan bantuan kepada seluruh guru secara umum.

2) Mengadakan Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis (biasanya untuk madrasah lanjutan),dapat pula dibentuk kelompok-kelompok guru yang berminat pada mata pelajaran tertentu. Kelompok-kelompok yang telah dibentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan atau diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar mengajar. Di dalam diskusi supervisor atau kepala madrasah dapat memberikan pengarahan, bimbingan, nasehat-nasehat ataupun saran-saran yang diperlukan. 3) Mengadakan Penataran-Penataran

Teknik kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan.Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran dan penataran tentang administrasi pendidikan.

32

(54)

38

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik supervisi dibagi menjadi dua golongan, antara lain yaitu teknik perseorangan atau individu dan teknik kelompok. Teknik individu ini diberikan kepada guru yang mempunyai masalah tertentu yang bersifat perorangan.Yang termasuk dalam teknik individu ini adalah kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri. Sedangkan teknik kelompok ditujukan pada dua orang atau lebih, guru-guru yang mempunyai masalah yang sama akan dikelompokkan dan diberi layanan sesuai kebutuhan. Yang termasuk dalam teknik kelompok adalah rapat guru, diskusi kelompok dan penataran.

Berbagai teknik tersebut, belum tentu cocok untuk membina semua guru.Misalkan salah satu teknik cocok diterapkan pada seorang guru, tetapi teknik tersebut tidak cocok diterapkan pada guru yang lainnya.Ini berarti bahwa kepala madrasah harus mampu menetapkan teknik mana yang tepat yang sekiranya mampu mengembangkan kemampuan guru dan karakteristik teknik-teknik tersebut sehingga dapat menyesuaikan teknik mana yang tepat.

B. Pengawas Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pengawas PAI

Secara etimologi pengawas berasal dari kata “awas” yang artinya:

(55)

39

penilikan dan penjagaan: pengawasan atas ekspor dan impor; di bawah pengawasan organisasi dunia Persatuan Bangsa Bangsa (PBB)33.

Sedangkan pengawas secara terminologi adalah orang yang melakukan pekerjaan pengawasan di sekolah34. Dalam konteks pengawas sekolah, Permen PAN No. 21 tahun 2010 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya pada bab I pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa pengertian pengawas sekolah adalah Pegawai negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.

Demikian juga pengawasan merupakan fungsi manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit-unit dalam suatu organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang dikehendaki. Dalam beberapa literatur, istilah pengawas ini juga dikenal dengan bahasa yang lain yaitu supervisi. Pengawas Pendidikan Agama Islam adalah guru agama berstatus Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan penyelenggaraan pendidikan agama pada sekolah35.

Tugas pokok pengawas sekolah adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas sebagaimana yang dikemukakan di atas, setiap pengawas

33

Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

34

Ahmad Habibullah, dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Pena Citasatria,2008, 10.

35

(56)

40

dituntut memiliki kemampuan dasar tertentu yang berbeda dengan tenaga kependidikan lainnya36.

Keberhasilan pengawas dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor dapat dilihat dari sejauhmana pengawas bisa membantu memecahkan masalah-masalah internal pada satuan pendidikan dan seberapabesar kontribusinya dalam melakukan perbaikan. Menurut Jasmani ciri supervisi pendidikan adalah mampu merumuskan masalah, pengumpulan data, mengolah data, mengumpulkan hasil penelitian, melakukan penilaian, melakukan perbaikan, melakukan bantuan dan bimbingaan, dan melakukan kerjasama secara kekeluargaan37.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengawas / supervisor merupakan seorang PNS profesional yang ditunjuk pemerintah yang membantu sekolah binaannya melalui penilaian dan pembinaan yang terencana dan berkesinambungan.Tentunya, pembinaan ini diawali dengan mengidentifikasi dan mengenali kelemahan sekolah binaannya, menganalisis potensi dan prospek pengembangan sekolah sebagai bahan untuk menyusun program pengembangan mutu dan kinerja sekolah binaannya.

Adapun definisi pengawas Pendidikan Agama menurut PMA No. 16 tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama di Sekolah pada bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 9 menyatakan bahwa pengawas pendidikan agama adalah guru agama berstatus pegawai negeri sipil yang ditugaskan oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan penyelenggaraan pendidikan agam di

36

Mukhtar &Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Referensi, 2013, 102.

37

Gambar

Tabel 3.01
Tabel 3.02
Tabel : 3. 03
Tabel 3.04
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi ekonomi di Desa Karangandong-Kecamatan Driyorejo dan Desa Watestanjung-Kecamatan Wringinanom yang mengalami perubahan yaitu pada kekayaan yang dimiliki seperti

Jenov a, R., 2009, ‘Uji Toksisitas Akut Yang Diukur Dengan Penentuan LD50 Ekstrak Herba Putri Malu ( Mimosa pudica L.) Terhadap. Mencit Balb/c’, Laporan Akhir

A. Perilaku kesehatan murid sekolah dasar di wilayah kepulauan, wilayah pegunungan, dan wilayah daratan. a) Kebiasaan berpakaian anak pada umumnya sangat dipengaruhi oleh faktor

Pengolahan keseluruhan data didapatkan penentuan hiposenter gempabumi seperti ditunjukkan pada tanda bulat warna biru sebelum direlokasi, warna kuning setelah

Dalam perkembangan sejarah, perkembangan ilmu pengetahuan beserta aplikasi teknologi dan industrialnya dimulai dengan paradigma Newtonian. Paradigma Newtonian bersifat

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Faktor pertama berat jengkok tembakau yang masuk ke dalam alat pirolisis pada temperature yang sama dengan waktu

Pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang berkualitas kepada sesorang dengan sikap yang sopan, dan terhormat, yang dapat menimbulkan kenyamanan bagi

Dari tabel 5.9 dapat dilihat prediksi tepat terdiri dari empat perusahaan sampel diprediksi bangkrut pada kenyataannya perusahaan tersebut delisting dan empat perusahaan sampel