• Tidak ada hasil yang ditemukan

KHAZANAH NASKAH SYA RIYYAH DI DUNIA MELAYU-INDONESIA: DESKRIPSI BEBERAPA NASKAH SUMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KHAZANAH NASKAH SYA RIYYAH DI DUNIA MELAYU-INDONESIA: DESKRIPSI BEBERAPA NASKAH SUMBER"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KHAZANAH NASKAH SYA

$ $



RIYYAH

DI DUNIA MELAYU-INDONESIA:

DESKRIPSI BEBERAPA NASKAH SUMBER

Seperti telah dikemukakan, naskah-naskah yang berisi tentang ajaran tarekat Sya‹‹Œriyyah banyak dijumpai dalam berbagai kelompok bahasa, meliputi bahasa Arab, Melayu, Jawa, Sunda, dan lain-lain.1 Selain itu, rumusan doktrin dan tata cara zikir tarekat Sya‹‹Œriyyah juga terdapat dalam sejumlah sumber Arab yang tidak ditulis di dunia Melayu-Indonesia. Hal ini mudah dipahami mengingat tokoh-tokoh utama tarekat ini, seperti tampak dalam pembahasan sebelumnya, merupakan ulama-ulama yang memapankan karier keilmuannya di Makkah dan Madinah (Haramayn).

Bab ini akan mengemukakan pemerian atas beberapa naskah Sya‹‹Œriyyah dalam bahasa Arab, Melayu dan Jawa periode awal2 yang pada periode berikutnya sering dijadikan rujukan, baik oleh para penganut tarekat Sya‹‹Œriyyah sendiri maupun oleh para sarjana yang berminat melakukan penelitian atas berbagai ajaran dan ritual tarekat ini. Oleh karenanya, penulis mengelompokkan naskah-naskah berikut sebagai naskah-naskah sumber.

Khusus untuk kelompok naskah Arab dan Melayu, dalam penelitian ini —seperti tampak dalam pembahasan bab-bab berikut— akan dijadikan sebagai landasan untuk menganalisis naskah-naskah Sya‹‹Œriyyah di Sumatra Barat yang menjadi bahasan pokok dalam penelitian ini. Adapun disertakannya pemerian atas naskah-naskah Jawa dalam bab ini adalah karena, setidaknya, dua alasan: pertama, untuk menunjukkan bahwa ajaran tarekat Sya‹‹Œriyyah terdapat dalam beberapa bahasa daerah, dan kedua, untuk dijadikan sebagai pembanding bagi naskah-naskah Sya‹‹Œriyyah Melayu di Sumatra Barat, menyangkut corak dan kecenderungan ajarannya.

1 Lihat misalnya Ronkel 1913: 172; Berg 1873: 91; Behrend [peny.] 1998: 289; Ekadjati &

Darsa 1999: 430-431.

(2)

Selain itu, bab ini juga akan mengemukakan deskripsi atas dua sumber Arab yang diyakini memiliki keterkaitan dengan naskah-naskah Sya‹‹Œriyyah yang berkembang di dunia Melayu-Indonesia, dan oleh karenanya dapat dijadikan sebagai acuan untuk melacak asal-usul ajaran tarekat Sya‹‹Œriyyah tersebut.

Secara umum, pemerian atas semua naskah Sya‹‹Œriyyah ini akan mencakup tiga hal pokok berkaitan dengan masing-masing kelompok naskah, yakni penjelasan umum, kondisi fisik naskah, dan ringkasan isi teksnya. Adapun pembahasan lebih lengkap atas isi masing-masing naskah akan dikemukakan dalam pembahasan pada Bab 6, kecuali untuk naskah-naskah Jawa, pembahasan lebih lengkap atas kandungan isinya akan dikemukakan juga dalam bab ini, karena naskah-naskah Jawa tersebut tidak akan terlalu banyak dibahas pada bagian berikutnya. Khusus untuk sumber Arab dalam bentuk cetakan, sesuai dengan tujuannya dalam penelitian ini, pemeriannya akan lebih ditekankan hanya pada penjelasan umum dan ringkasan isi kitabnya.

3. 1. Sumber-Sumber Arab Berkaitan dengan Tarekat Sya‹‹Œriyyah

Seperti tampak dalam pembahasan bab sebelumnya, tarekat Sya‹‹Œriyyah yang berkembang di Dunia Melayu-Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tarekat Sya‹‹Œriyyah yang berkembang di wilayah lain, khususnya India dan Arab (Makkah dan Madinah). Memang, tarekat Sya‹‹Œriyyah ini sering dihubungkan dengan cabang tarekat India yang cenderung melanggar aturan-aturan syariat, setidaknya dalam awal pertumbuhannya. Akan tetapi, penting dicatat bahwa setelah itu, Syaikh Aúmad al-QusyŒsy¥ memainkan peranan penting dalam reorientasi tarekat Sya‹‹Œriyyah ini dengan menekankan pentingnya doktrin-doktrin hukum Islam dalam jalan mistis (lihat al-QusyŒsy¥, al-Sim

al-Maj

¥

d h. 83-84). Untuk melacak sifat ajaran tarekat Sya‹‹Œriyyah di Dunia Melayu-Indonesia sendiri, wilayah India tampaknya menjadi tidak terlalu signifikan karena transmisi yang berlangsung adalah melalui para ulama Sya‹‹Œriyyah di Haramayn.

(3)

al-K´rŒn¥ yang paling berpengaruh terhadap corak dan kecenderungan ajaran tarekat Sya‹‹Œriyyah di Dunia Melayu-Indonesia, yakni al-Sim

al-Maj

¥

d dan It

úŒ

f al-ªak

¥

.

3.1.1. Al-Sim

al-Maj

¥

d

Nama lengkap penulis kitab ini adalah Syaikh al-‘ rif bi AllŒh êaf¥ al-D¥n Aúmad bin Muúammad bin ‘Abd al-Nab¥ al-AnsŒr¥ al-Madan¥ al-DajjŒn¥, atau yang lebih masyhur dengan sebutan Syaikh Aúmad al-QusyŒsy¥. Syaikh Aúmad al-QusyŒsy¥ sendiri dikenal sebagai Syaikh tarekat Sya‹‹Œriyyah yang mendapatkan ijazah kekhalifahannya dari Aúmad al-Sy¥nŒw¥. Melalui Al-Sy¥nŒw¥ inilah al-QusyŒsy¥ mempelajari berbagai ilmu pengetahuan di bidang hadis, fikih, kalam, dan tasawuf (lihat Azra 1994: 85-87). Kitab al-Sim

al-Maj

¥

d merupakan salah satu bukti saja dari kedalaman pengetahuan al-QusyŒsy¥ di bidang tasawuf. Selain kitab ini, seperti dicatat Azra (1994: 88), al-QusyŒsy¥ juga mengarang beberapa kitab lainnya di bidang tasawuf, hadis, fikih, u

§´

l fiqh, dan tafsir.

Dalam penelitian ini, penulis belum memperoleh manuskrip kitab al-Sim

al-Maj

¥

d, sehingga pemerian yang dilakukan atas kitab ini didasarkan pada edisi cetaknya yang diterbitkan oleh Majlis Dairah al-Maarif al-Nizamiyah, India.

Kitab al-Sim

al-Maj

¥

d terdiri dari 184 halaman, dengan 21 baris pada setiap halamannya. Secara garis besar, pembahasan kitab ini dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian: bagian pertama, merupakan mukaddimah yang berisi puji-pujian kepada Allah Swt, serta salawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw; bagian kedua, berisi pembahasan berbagai hal yang berkaitan dengan ajaran tarekat, seperti zikir, bai’at, talq

¥

n, pola hubungan mursyid-mur

¥

d, dan berbagai konsep ajaran tasawuf lainnya.

(4)

3.1.2. It

úŒ

f al-ªak

¥

Pengarang kitab ini adalah salah seorang guru utama dan terkemuka bagi al-Sinkili selain Syaikh Aúmad al-QusyŒsy¥, yakni IbrŒh¥m al-K´rŒn¥ (1614-1690), seorang ulama terkemuka di Haramayn asal Kurdi. Al-K´rŒn¥ diketahui mendapatkan pendidikan awal di tempat kelahirannya, sebelum kemudian ia belajar di Iran dan di wilayah-wilayah Usmania Anatolia, Syria dan Mesir (Bruinessen 1995: 95).

Al-K´rŒn¥ menerima ijazah tarekat Sya‹‹Œriyyah dari al-QusyŒsy¥, dan kemudian menggantikannya sebagai khalifah (Azra 1994: 92). Tetapi, tarekat utama al-K´rŒn¥ ternyata adalah Naqsybandiyah, di samping juga tarekat QŒdiriyyah dan Jistiyyah (Bruinessen 1995: 95). Secara keilmuan, tidak diragukan lagi bahwa IbrŒh¥m al-K´rŒn¥ adalah seorang ulama besar dan terkemuka abad ke-17. Ia bahkan dijuluki sebagai mujaddid (pembaharu) Islam abad ke-11 H/17 M, karena dianggap sebagai Syaikh al-Isl

Œ

m dan seorang guru dunia keilmuan yang merupakan

ú

ujjat al-§

´

fiyyah (“bukti kesufian”) serta pembangkit tradisi mistis sunni (Azra 1994: 90).

Penting dijelaskan bahwa pada dasarnya naskah It

úŒ

f al-ªak

¥

tidak secara langsung dimaksudkan sebagai ajaran tarekat Sya‹‹Œriyyah, akan tetapi dalam konteks penelitian ini, It

úŒ

f al-ªak

¥

menjadi penting karena konsep-konsep mistiko-filosofis yang dikemukakannya banyak menjadi rujukan dalam naskah Sya‹‹Œriyyah yang ditulis oleh Syaikh Abdurrauf al-Sinkili, seperti akan dikemukakan dalam pembahasan nanti.

(5)

al-Sinkili, yang menyebarkan tarekat Syatariyyah di wilayah Melayu-Indonesia, tepatnya di Aceh, dan kemudian dilanjutkan oleh murid-muridnya ke wilayah lain di Sumatra Barat (Syaikh Burhanuddin, Ulakan), dan Jawa Barat (Syaikh Abdul Muhyi, Pamijahan).3

Kitab It

úŒ

f al-ªak

¥

dijumpai dalam bentuk tulisan tangan (manuscript). Sejauh ini, diketahui bahwa naskah It

úŒ

f al-ªak

¥

terdapat di beberapa perpustakaan, antara lain: dua buah naskah di Perpustakaan DŒr al-Kutub al-Mi§riyyah, Kairo. Kedua naskah tersebut berada dalam satu kelompok judul

ﺔﻴ . Naskah pertama bernomor 2578 dengan nomor mikrofilm 27651, sedangkan naskah kedua bernomor 2954 dengan nomor mikrofilm 10200; kemudian di Perpustakaan Universitas Leiden, satu naskah dengan nomor Or. 7050, dan di India Office, satu naskah dengan nomor 684, 1877. Dalam penelitian ini sendiri, penulis baru memperoleh fotokopi dari dua salinan naskah koleksi Perpustakaan DŒr Kutub al-Mi§riyyah, Kairo.4 Dan oleh karenanya, pemerian ini hanya akan mencakup dua salinan naskah tersebut.

Untuk mempermudah penyebutan, dalam pemerian ini, naskah pertama akan disebut sebagai MS A, dan naskah kedua sebagai MS B.

MS A

Naskah ini ditulis dalam aksara dan bahasa Arab dengan tulisan yang relatif baik dan rapi kendati dalam konteks kategorisasi jenis

khat Arab, bentuknya boleh dibilang “tidak konsisten” karena

menggabungkan dua jenis khat, naskh¥ dan fŒris¥. Teks MS A terdiri dari 38 lembar folio, verso dan rekto. Dalam setiap halamannya, rata-rata terdapat 23 baris tulisan dalam ukuran 19,5 x 11 cm. Tidak dijumpai penomoran halaman, dan sebagai penggantinya terdapat alihan, yakni penggalan kata di kiri bawah setiap halaman verso yang merujuk pada kata pertama di halaman rekto. Sedangkan di bagian depan halaman terdapat catatan:

ﻰﻧارﻮﻜﻟا

ﻢﻴهاﺮﺑا

ﺦﻴﺸﻟا

ﺔﻣﻼﻌﻟا

حﺮﺷ

ﺔﻟﺎﺳر

ﻰﻠﻋ

ﻦﻴﺣ

ﻦﺑا

3 Tentang mata rantai tokoh-tokoh sufi tersebut selengkapnya telah dibahas secara

terperinci oleh Azra (1994). Khusus berkaitan dengan telaah antropologis atas tradisi tarekat Sya‹‹Œriyyah Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan telah dilakukan oleh Tommy Christomy (2003).

4 Lihat Azra 1994: 119, catatan kaki no. 45 & h. 299. Penulis Berhutang budi kepada

(6)

ﺔﻠﺳﺮﻤﻟا

ﺔﻔﺤﺘﻟا

ﺪﻴﺣﻮﺕ

(Penjelasan Syaikh Ibrahim al-K´rŒn¥ atas risalah

al-Tu

ú

fah al-Mursalah tentang Tauhid)

Tampaknya, catatan di bagian depan ini tidak benar-benar dimaksudkan sebagai judul kitab, karena pengarang sendiri telah menyebutkan judul karangannya, yakni sebagaimana tertulis di halaman 2r:

ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﻰﺒﻨﻟا ﻰﻟإ ﺔﻠﺳﺮﻤﻟا ﺔﻔﺤﺘﻟا حﺮﺸﺑ ﻰآﺬﻟا فﺎﺤﺗا (Persembahan yang Suci, sebagai penjelasan atas kitab

al-Tu

ú

fah al-Mursalah il

Œ

al-Nab

¥

§

all

Œ

All

Œ

h ‘alaihi wa sallama)

Sebelum masuk pada pembahasan pokok, teks pada MS A didahului dengan basmalah, puji-pujian dan salawat kepada Nabi Saw., pengantar dari pengarang tentang latar belakang ditulisnya kitab ini, dan uraian tentang keutamaan memulai segala perbuatan dengan ucapan basmalah dan hamdalah. Tidak ada petunjuk apapun tentang nama pemilik atau penyalin MS A ini, meskipun patut diduga bahwa penyalinnya adalah seorang murid yang sedang mempelajari ajaran yang terkandung di dalamnya. Hal ini terbukti dari banyaknya catatan pias di setiap halaman naskah.

Teks MS A diakhiri dengan kata-kata sebagai berikut:

ﻢﻠﻋأ

ﷲاو

ﻦﺘﻤﻟا

اﺬه

ﻦﻣ

ﻪﺣﺮﺷ

ﻪﻴﻌﺳ

ﷲا

ﺮﻜﺷ

ﺦﻴﺸﻠﻟ

رﺪﻗ

ﺎﻣ

ﺎﻨه

ﻰﻟإ

(Sampai di sini lah apa yang dilakukan oleh Syaikh,

semoga Allah meridlai upayanya, penjelasan diambil dari matan ini, Allah lah yang lebih Mengetahui)

Seperti akan kita lihat di bawah, kalimat penutup pada MS A ini sedikit berbeda dengan kalimat yang tertulis pada MS B. Hal ini menunjukkan bahwa kedua naskah It

úŒ

f al-ªak

¥

disalin oleh dua murid yang berbeda.

MS B

(7)

saja. Sayang, tulisannya dibuat lebih kecil, sehingga agak menyulitkan pembacaan.

Teks MS B terdiri dari 42 lembar folio, verso dan rekto. Dalam setiap halamannya, rata-rata terdapat 17 baris tulisan dalam ukuran 20,5 x 11 cm. Dalam MS B juga tidak dijumpai baik identitas penyalin maupun penomoran halaman, dan seperti halnya MS A, penomoran halaman ini digantikan fungsinya oleh alihan. Sedangkan di bagian depan halaman terdapat catatan:

ﻞﻣﺎﻌﻟا

ﻞﻣﺎﻜﻟا

ﺦﻴﺸﻠﻟ

ﻰآﺰﻟا

فﺎﺤﺕا

ﺔﻔﺤﺘﻟا

ﻰﻠﻋ

ﻰﻧﺪﻤﻟا

ىدﺮﻜﻟا

ﻢﻴهاﺮﺑا

ﷲا

ﻰﻠﺻ

ﻰﺒﻨﻟا

ﻰﻠﻋ

ﺔﻠﺳﺮﻤﻟا

فرﺎﻌﻠﻟ

ﻢﻠﺳو

ﻪﻴﻠﻋ

ﻞﻀﻓ

ﻦﺑ

ﺪﻤﺤﻣ

ﷲﺎﺑ

ىرﻮﺒﻧﺎهﺮﺒﻟا

ىﺪﻨﻬﻟا

ﷲا

ﷲا

ﺎﻨﻌﻔﻧ

ﻢﻬﻣﻮﻠﻌﺑ

(Kitab It

úŒ

f al-ªak

¥

karangan al-k

Œ

mil al-‘

Œ

mil

Ibr

Œ

h

¥

m al-Kurd

¥

al-Madan

¥

,penjelasan atas kitab al-Tu

ú

fah al-Mursalah‘al

Œ

al-Nab

¥

§

all

Œ

All

Œ

h

‘alaihi wa sallama, karangan al-‘

Œ

rif bi All

Œ

h Mu

ú

ammad bin Fa

è

l All

Œ

h al-Hind

¥

al-Burh

Œ

np

´

r

¥

semoga Allah memberikan manfaat atas ilmu mereka)

Di samping kalimat tersebut, terdapat pula catatan lain di halaman sebelahnya, meskipun tampaknya ditulis sebagai “susulan” oleh pembaca kemudian, karena bentuk tulisannya berbeda. Kalimatnya adalah sebagai berikut:

ﺔﻠﺳﺮﻤﻟا

ﺔﻔﺤﺕ

حﺮﺷ

ﻰﻓ

ﻰآﺬﻟا

فﺎﺤﺕا

ﷲﺎﺑ

فرﺎﻌﻟا

ﺦﻴﺸﻠﻟ

ﻰﺒﻨﻟا

ﻰﻠﻋ

ىدﺮﻜﻟا

ﻢﻴهاﺮﺑإ

ﻰﻟﺎﻌﺕ

ﻩﺮﺳ

ﷲا

سﺪﻗ

ﻪﺑ

ﺎﻨﻌﻔﻧو

ﻦﻴﻣﺁ

(It

úŒ

f al-ªak

¥

, menjelaskan kitab Tu

ú

fah al-Mursalah‘ al

Œ

al-Nab

¥

karangan al-Syaikh al-‘

Œ

rif bi All

Œ

h

ta’

Œ

l

Œ

Ibr

Œ

h

¥

m al-Kurd

¥

semoga Allah mensucikan ruhnya dan memberikan kemanfaatan atas kitabnya

(8)

Lagi-lagi, dua tulisan di halaman depan ini memang menggambarkan judul karangan. Akan tetapi, judul yang benar-benar berasal dari pengarang tampaknya seperti tertulis di halaman 2r:

ﻰآﺰﻟا

فﺎﺤﺕا

ﻢﻠﺳو

ﻪﻴﻠﻋ

ﷲا

ﻰﻠﺻ

ﻰﺒﻨﻟا

ﻰﻟإ

ﺔﻠﺳﺮﻤﻟا

ﺔﻔﺤﺘﻟا

حﺮﺸﺑ

(It

úŒ

f al-ªak

¥

, menjelaskan kitab Tu

ú

fah al-Mursalah il

Œ

al-Nab

¥

§

all

Œ

All

Œ

h ‘alaihi wa sallama)

Mengenai kandungan teks pada MS B, secara umum tidak terdapat perbedaan dengan MS A. Yang tampak berbeda hanya pada catatan-catatan pias yang memang merupakan catatan masing-masing penyalin.

Seperti telah disinggung di atas, bagian penutup MS B ini berbeda dengan MS A, yakni berbunyi:

مﺎﻤﺘﻟا

ﻰﻠﻋ

ﺪﻤﺤﻟاو

ﻰﻬﺘﻧا

ﻪﺑﺎﺤﺻاو

ﻪﻟا

ﻰﻠﻋو

مﺎﻧﻻا

ﺪﻴﺳ

ﻰﻠﻋ

مﻼﺴﻟاو

ةﻼﺼﻟاو

مﻮی

ﻰﻟا

...)

؟

(

ﻦﻴﻣا

مﺎﻴﻘﻟاو

ﻦﻴﻣا

(Demikianlah, puji syukur bagi Allah atas selesainya kitab ini semoga rahmat dan keselamatan dilimpahkan

kepada pemimpin umat,

kepada keluarga dan para sahabatnya hingga hari akhir (?), amin

amin)

Dengan memperhatikan dua salinan naskah It

úŒ

f al-ªak

¥

seperti diperikan di atas, ada beberapa perbedaan yang penting dikemukakan, antara lain menyangkut penulisan judulnya. Sekilas, tampaknya kalimat pada judul tersebut memang sama, tetapi jika diperhatikan baik-baik, terdapat perbedaan yang cukup signifikan, karena MS A menulis kata ﻰآﺬﻟا, sedangkan MS B menulis kata tersebut sebagai ﻰآﺰﻟا, baik dalam matan teks maupun judul di bagian depan, kecuali pada kalimat yang penulis sebut sebagai "susulan" dari pembaca kemudian, tetap tertulis ﻰآﺬﻟا.

(9)

berarti cerdas, pintar (intellegent, clever), sehingga kedua-duanya bisa saja dibenarkan.

Seperti telah dikemukakan, dari segi isinya, dua salinan naskah It

úŒ

f al-ªak

¥

ini sama sekali tidak memiliki perbedaan, yakni diawali dengan sebuah penjelasan tentang motivasi ditulisnya kitab ini oleh IbrŒh¥m al-K´rŒn¥. Dalam bagian mukadimahnya, al-K´rŒn¥ mengisyaratkan bahwa ia dikabari oleh sejumlah muridnya yang berasal dari tanah Melayu (Jam

Œ

’ah al-J

Œ

wiyy

¥

n) mengenai adanya chaos yang terjadi di Dunia Melayu-Indonesia akibat salah faham atas kitab Tu

ú

fah al-Mursalah karya al-BurhŒnp´r¥.

Al-K´rŒn¥, oleh karenanya, diminta oleh para murid Jawi tersebut untuk menulis sebuah penjelasan atas doktrin mistiko filosofis yang terdapat dalam kitab Tu

ú

fah al-Mursalah tersebut agar dapat pula dipahami dengan benar oleh kalangan umat Islam kebanyakan.

Dari penjelasan dalam mukaddimahnya, tampak bahwa al-K´rŒn¥ pada akhirnya mengabulkan permintaan murid-muridnya tersebut karena ia sangat peduli dan ikut bertanggung jawab atas perkembangan pemikiran keagamaan di kalangan sesama Muslim di wilayah Melayu-Indonesia. Al-K´rŒn¥ tidak ingin melihat kaum Muslim Jawi tersesat karena kesalahpahaman mereka atas hubungan yang benar antara tasawuf dan syariat.

It

úŒ

f al-ªak

¥

, yang merupakan salah satu jenis karya yang ditulis dalam konteks “penyelamatan” di atas,dapat dianggap sebagai sebuah presentasi panjang yang merupakan penafsiran ulang (re-interpretasi) terhadap doktrin-doktrin tasawuf yang bersifat filosofis. Dalam karya ini kita dapat menyaksikan sebuah kesungguhan yang telah ditunjukkan oleh seorang al-K´rŒn¥ untuk menjernihkan persoalan yang sedang dihadapi oleh, khususnya, masyarakat Muslim Melayu.

3.2. Naskah-naskah Sya‹‹Œriyyah Periode Awal 3.2.1. Naskah Arab Lokal: Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

(10)

dalam penulisan kitab berbahasa Arab, yang notabene bukan bahasa ibunya, merupakan fenomena unik tersendiri, dan menjadi bukti bahwa mereka menguasai bahasa Arab dengan sangat baik.

Untuk kelompok naskah Arab lokal ini, teks yang dijadikan sebagai sumber utama penelitian berjudul Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

al-Mans

´

b il

Œ

$ar

¥

q al-Qusy

Œ

sy

¥

(Petunjuk Bagi Orang yang Menempuh Tarekat al-QusyŒsy¥), sebuah kitab tasawuf karangan seorang sufi asal Aceh, Abdurrauf Syaikh al-Sinkili (1615-1690).

Salah satu pertimbangan dipilihnya kitab Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

sebagai sumber penelitian tentang tarekat Sya‹‹Œriyyah ini adalah karena sejauh ini Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

merupakan satu-satunya naskah tentang tarekat Sya‹‹Œriyyah yang ditulis dalam bahasa Arab. Selain itu, sesuai dengan pengertian judulnya, Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

tampaknya memang benar-benar menjadi pedoman dan menjadi semacam buku wajib bagi para khalifah serta pengikut tarekat Sya‹‹Œriyyah di Melayu-Indonesia, dan oleh karenanya sangat populer. Di antara indikasinya adalah dijumpainya sejumlah salinan naskah tersebut dengan catatan bahasa Melayu dan Jawa, baik yang sudah tersimpan di perpustakaan, maupun yang masih beredar di kalangan masyarakat kelompok “syatari” sendiri.

Sejauh ini, beberapa perpustakaan yang dipastikan mendaftarkan naskah Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

dalam koleksinya adalah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (2 buah),5 Perpustakaan Universitas Leiden (2 buah),6 dan perpustakaan dayah Tanoh Abee, Aceh (1 buah).7 Di kalangan masyarakat sendiri, diduga kuat terdapat sejumlah salinan naskah Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

yang masih berfungsi sebagai bahan pengajaran.

Untuk kepentingan penelitian ini sendiri, salinan naskah Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

yang diikutsertakan sebagai sumber penelitian berjumlah empat buah, yakni 2 naskah yang terdapat di Perpustakaan Nasional Jakarta dan 2 naskah lainnya di Perpustakaan Universitas Leiden. Selain itu, menurut informasi yang terdapat dalam katalog Wamad Abdullah & Tgk. M. Dahlan al-Fairusy 1980, terdapat 1 naskah lagi di Perpustakaan Dayah Tanoh Abee, Aceh. Akan tetapi, hingga penelitian ini ditulis, “naskah Aceh” tersebut belum dapat diakses karena

5 Ronkel 1913: 172, dan Berg 1873: 91. 6 Voorhoeve 1952: 109.

(11)

sistem “kepemilikannya” cenderung tertutup, ditambah dengan situasi keamanan di Aceh yang tidak menentu.

Adapun untuk memperoleh salinan naskah yang menjadi koleksi masyarakat, sejauh ini penulis masih menghadapi berbagai kendala, terutama karena naskah-naskah tersebut seringkali dianggap sebagai benda keramat warisan leluhur yang tidak dapat dipinjamkan, apalagi diserahkan, kepada sembarang orang.

Penting ditegaskan bahwa suntingan teks Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

, yang mencakup inventarisasi dan deskripsi atas naskah-naskahnya ini telah penulis lakukan sebelumnya dalam bentuk penelitian lain (Fatúurahman 1998). Semua data yang terkumpul berkaitan dengan naskah Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

dalam penelitian tersebut dimanfaatkan kembali dalam penelitan ini dengan beberapa tambahan informasi baru. Selain itu, kutipan teks Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

dalam penelitian ini juga didasarkan pada edisi teks yang telah disunting tersebut.

Selanjutnya, untuk memudahkan identifikasi dalam pemerian naskah Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

ini, penulis memberikan kode naskah berdasarkan urutan usia naskah sebagai berikut:

MS A: A 655 (1158 H/1745 M) MS B: A 101 (1186 H/1772 M)

MS C: Cod. Or. 7031 (1307 H/1889 M) MS D: Cod. Or. 7030 (1905 M)

MS A

MS A merupakan bagian dari koleksi naskah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Mikrofilm dari naskah ini terdapat, antara lain, di Leiden dengan kode Cod. Or. A. 34 (Voorhoeve 1980: 364).

Teks MS A merupakan urutan ke-19 dari 24 teks dalam bundel naskah A 655. Judul yang tertulis dalam katalog van Ronkel bukan Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

, melainkan al-Tar

¥

qah al-Sya

‹‹Œ

riyyah, sedangkan judul Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

itu sendiri terdapat dalam kolofon naskah tersebut. Dalam katalog ini, van Ronkel tidak memberikan informasi adanya salinan teks di tempat lain.

(12)

sebagai penyalin beberapa teks dengan jenis tulisan sama yang termasuk dalam bundel naskah A 655, seperti pada halaman 11v, 65r, 63r, 79v, 82v, 92r dan 97r. Kata al-Makk

¥

di belakang nama penyalin tersebut memberi petunjuk adanya kemungkinan naskah ini disalin di Makkah.

Teks dalam MS A disalin pada malam Sabtu, 10 Muharam 1158 H/12 Pebruari 1745 M dari teks aslinya yang ditulis pada 5 Rabi‘ul Awwal 1081 H/23 Juli 1670 M8. Menarik dikemukakan bahwa “teks asli” yang dimaksud dalam MS A ini patut diduga sebagai salinan yang masih dekat dengan teks otograf tulisan pengarangnya, Abdurrauf al-Sinkili. Hal ini berkaitan dengan informasi dalam naskah Muballigul Islam karangan H. K. Deram (w. 2000), seorang guru tarekat Sya‹‹Œriyyah di Tandikat, Pariaman, Sumatra Barat, yang menyebutkan bahwa kitab Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

pertama kali ditulis oleh al-Sinkili pada 18 Syawal 1080 H (Deram 1997: 83), yang kalau dikonversi ke dalam tahun Masehi menjadi hari Rabu, 11 Maret 1669 M (Wustenfeld 1854: 44-45).

Alas naskah yang digunakan oleh MS A berupa kertas yang secara fisik kelihatan sudah agak lapuk, berwarna kekuning-kuningan, bahkan di beberapa halaman terdapat bolong-bolong yang agak mengganggu kesinambungan bacaan teksnya. Oleh karena itu, —selain halaman sampul yang terbuat dari kertas tebal— secara keseluruhan kertas yang digunakan oleh MS A sudah mengalami laminasi untuk menghindari kerusakan yang lebih parah. Cap kertas ditemukan pada beberapa halaman folio berbentuk gambar 3 buah bulan sabit yang menunjukkan bahwa kertas tersebut telah diproduksi di Itali pada paruh pertama abad ke-16. Menurut Jones, simbol bulan sabit tersebut merupakan gambaran dari upaya keras para pembuat kertas di Itali untuk memasarkan produksi kertasnya ke Turki khususnya, dan ke dunia Islam pada umumnya.9

Dalam setiap halaman MS A terdapat tujuh buah garis tebal dengan posisi horizontal, yang jarak antargarisnya adalah 3 cm. Adapun jarak antara garis tebal pertama dan keenam adalah 15,8 cm, sedangkan garis tipis ditemukan dalam posisi sebaliknya sebanyak 8 buah garis dalam setiap satu sentimeter. Dalam MS A ini tidak ditemukan adanya garis panduan

8 Untuk pedoman konversi tahun Hijriyah ke tahun Masehi, lihat Wüstenfeld 1854;

bandingkan dengan Pigeaud 1989: xv.

(13)

tulisan, baik berupa garis yang ditekan maupun penggarisan dengan tinta atau pensil.

MS A terdapat dalam kuras ke-17 dan 18 dari 25 kuras yang ada. Kuras ke-17 terdiri dari 5 lembar folio, yang berarti 10 halaman r & v, sedangkan kuras ke-18 terdiri dari 6 lembar folio yang berarti 12 halaman r & v. Teks MS A dimulai pada lembar ketiga halaman verso kuras ke-17, dan berakhir pada lembar keenam halaman rekto kuras ke-18.

Teks Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

dalam MS A berukuran 17 x 10 cm, sementara naskahnya sendiri berukuran 20 x 16 cm, dengan tebal 13 lembar folio, yakni hal. 172 v – 185r. Jumlah baris dalam setiap halaman berbeda-beda, ada yang 24 baris, yaitu halaman 177r, kemudian 27 baris, terdapat pada halaman 174r & v, 175r & v, 183v dan 185r yang memuat kolofon berbentuk piramida terbalik, kemudian 29 baris, yaitu pada halaman 172v, 178r & v, serta 179r & v, sedangkan sisanya berjumlah 28 baris.

Penulisan teks MS A dimulai dari verso, sedangkan penomoran halaman menggunakan angka latin yang terletak di pias kanan atas setiap verso, dan setiap nomor merujuk pada satu lembar folio, rekto dan verso, namun tidak dapat dipastikan, apakah nomor halaman itu merujuk pada rekto berikut atau sebelumnya, dan dalam hal ini penulis menggunakan kemungkinan kedua. Penomoran halaman ini diduga kuat tidak dilakukan oleh penyalin naskah, karena menggunakan pensil.

Di bagian pias kiri bawah setiap verso terdapat alihan, yakni kata yang merupakan penunjuk kata dalam rekto berikutnya, juga berfungsi sebagai penanda urutan halaman. Tidak terdapat ilustrasi maupun iluminasi dalam keseluruhan halaman naskah.

Teks MS A menggunakan bahasa Arab tanpa harakat dengan menggunakan gaya khat naskh

¥

dan sedikit bernuansa farisi. Bentuk tulisan tergolong kecil, tipis dan tidak rapi, bahkan hampir bertumpuk, tetapi masih dapat dibaca. Secara keseluruhan, teks ditulis dengan tinta hitam, kecuali beberapa bagian tertentu —biasanya di bagian yang menandai paragraf, atau pada kata-kata yang fungsinya ekuivalen dengan tanda baca titik, koma dsb, atau kata-kata yang menjadi kata kunci— menggunakan tinta merah (rubrikasi).

(14)

Sya‹‹Œriyyah. Di bagian akhir, dicantumkan tata cara zikir dan doa menurut tarekat Sya‹‹Œriyyah, kemudian ditutup dengan menyebutkan silsilah guru-guru as-Sinkili dalam tarikat Sya‹‹Œriyyah dan QŒdiriyyah. Deskripsi selengkapnya atas kandungan isi teks Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

ini akan dikemukakan kemudian.

Menurut informasi yang terdapat di luar teks, MS A ini pernah dimiliki oleh ‘Abd AllŒh ibn ‘Abd al-QahhŒr al-JŒw¥, yang terkenal sebagai pengarang dan penyalin berbagai naskah dalam perpustakaan keraton Banten. Ia terkenal juga sebagai guru tarekat Sya‹‹Œriyyah (Voorhoeve, 1952: 109).

Penting dicatat, bahwa pada halaman paling depan bundel naskah A 655 ini terdapat kata-kata persembahan dalam bahasa Bugis dengan aksara Arab yang memberi petunjuk bahwa naskah ini pernah berada di Sulawesi Selatan (Bruinessen 1996: 64).

MS B

MS B merupakan salah satu dari 21 teks yang terdapat dalam naskah A 101. Sedangkan 20 teks lainnya, sebagian tidak diketahui pengarangnya, sebagian dapat dipastikan, dan sebagian lagi diduga kuat sebagai karya-karya Syaikh Yusuf al-Makasari.10 MS B didaftar dengan judul Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

, sedangkan dalam kolofonnya tertulis Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

al-Mans

´

b il

Œ

$

ar

¥

q al-Qusy

Œ

sy

¥

, dengan ejaan pengarangnya ‘Abd al-Ra'´f ‘Al¥ al-JŒw¥. Penyalinan naskah ini selesai pada hari Jumat, 19 Rajab 1186 H/16 Oktober 1772 M; nama penyalinnya tidak disebutkan. Kini, MS B tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Dan seperti halnya MS A, MS B pun terdapat di Leiden dalam bentuk mikrofilm dengan kode Cod. Or. A. 13d (Voorhoeve 1980: 364).

MS B menggunakan alas naskah berupa kertas yang kondisinya masih baik, tebal, berwarna kekuning-kuningan, dan bersih tanpa adanya coretan sedikitpun. Semua kertas tersebut dijilid dengan kertas tebal berwarna coklat kehitam-hitaman. Cap kertas terdapat pada setiap lembar folio berupa gambar yang termasuk kategori HORN, dan terletak di tengah-tengah gambar sebuah mahkota dengan tulisan D & C BLAUW sebagai cap kertas bandingan di bawahnya. Menurut Churchill, kertas dengan tanda seperti ini diproduksi di Belanda pada abad ke-18, tepatnya setelah tahun 1717 M (Churchill, 1935: 80).

(15)

Dalam setiap halaman MS B terdapat 9 buah garis tebal dengan posisi horizontal, yang jarak antargarisnya adalah 2,5 cm. Adapun jarak antara garis tebal pertama dan keenam adalah 13,2 cm, sedangkan garis tipis ditemukan dalam posisi sebaliknya sebanyak 10 buah garis dalam setiap satu sentimeter. Garis panduan tulisan juga tampak jelas pada setiap sisi kiri dan kanan batas tulisan, serta pada setiap baris teks dengan jarak teratur, yakni setiap 0,5 cm. Garis panduan ini kemungkinan dibuat dengan menekankan sebuah benda lancip tapi tumpul yang ditarik dengan menggunakan semacam penggaris.

MS B terdapat dalam kuras keenam dan ketujuh dari sembilan kuras yang ada. Kuras keenam dan ketujuh terdiri dari 6 lembar folio, yang berarti masing-masingnya terdiri dari 24 halaman. Teks MS B dimulai pada lembar kelima halaman verso kuras keenam dan berakhir pada lembar ketujuh halaman rekto kuras ketujuh.

Teks MS B berukuran 20 x 13,5 cm, sementara naskahnya sendiri berukuran 23 x 19 cm dengan tebal 28 halaman, yakni hal. 113 – 140. Dalam setiap halaman, termasuk halaman terakhir yang berisi kolofon, terdapat 21 baris. Penulisan teks MS B dimulai dari verso, yakni hal. 113, dan halaman rekto di baliknya dikosongkan, sedangkan penomoran halaman menggunakan angka latin berwarna merah yang terletak di setiap pias kanan atas verso, dan pias kiri atas rekto. Warna tinta pada nomor-nomor halaman ini berbeda dengan yang digunakan dalam teks; oleh karenanya, diduga penomoran ini tidak diberikan oleh penyalin. Berbeda dengan MS A, alihan pada MS B hanya terdapat di halaman 127. Dalam keseluruhan halaman MS B juga tidak terdapat ilustrasi maupun iluminasi.

Seperti halnya dalam MS A, teks MS B juga menggunakan bahasa Arab tanpa harakat, dengan gaya khat naskh

¥

yang bernuansa riq‘ah. Tulisannya tebal, rapi dan mudah dibaca. Teks ditulis dengan tinta hitam, kecuali pada bagian rubrikasi menggunakan tinta merah.

Secara keseluruhan, isi dan sistematika teks MS B sama dengan MS A, yakni terdiri dari bagian pembukaan, penafsiran wa

ú

dat al-wuj

´

d, ajaran tasawuf as-Sinkili, zikir dan doa, serta silsilah al-Sinkili dengan guru-guru tarekat Sya‹‹Œriyyah dan QŒdariyyah.

(16)

Seperti telah disebutkan, informasi mengenai keberadaan MS C terdapat dalam Voorhoeve (1952: 109). Naskah ini didaftar sebagai Cod. Or. 7031 bersama dengan satu teks lainnya, Syar

ú

Fat

ú

al-Rahm

Œ

n. Di bagian depan naskah terdapat tulisan “Legaat Prof. Dr. Snouck Hurgronje 1936” yang memberi petunjuk bahwa MS C ini pernah dimiliki oleh Snouck Hurgronje. Kini, MS C tersimpan di Universiteitsbibliotheek Leiden.

Dalam kolofon naskah, disebutkan judul Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

dengan nama pengarangnya, ‘Abd al-Ra'´f ‘Al¥ al-JŒw¥, namun tidak terdapat tahun penyalinannya. Walau demikian, ada beberapa petunjuk yang mengindikasikan bahwa naskah ini disalin tahun 1889 M. Di bagian depan naskah, misalnya, terdapat tulisan dalam huruf latin yang menyebutkan bahwa naskah ini disalin dari sebuah naskah milik R. Adi Kesoemo, Cirebon 1889. Selain itu, dalam kolofon Syar

ú

Fat

ú

al-Rahm

Œ

n terdapat informasi mengenai waktu penyalinan naskah, yaitu tahun 1307 H (1889 M), juga dari naskah R. Adi Kesoemo.

MS C terdiri dari 68 halaman. Dalam setiap halaman terdapat 15 baris, kecuali halaman pertama, 13 baris, dan halaman terakhir yang memuat kolofon, 16 baris. Pada halaman pertama, sejajar dengan nomor halaman, terdapat tulisan

§

ah

¥

fah (yang berarti halaman) di sebelah kanan, dan nama judul naskah, Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

di sebelah kiri. Penulisan teks MS C dimulai dari verso, sedangkan penomoran halaman menggunakan angka Arab yang terletak di bagian tengah atas setiap halaman. Di sebelah kiri bawah setiap verso, juga tampak adanya alihan yang merujuk pada halaman rekto berikutnya. Setelah kolofon, terdapat sebuah ilustrasi tentang daerah zikir kalimat l

Œ

il

Œ

ha ill

Œ

All

Œ

h Mu

ú

ammad Ras

´

l All

Œ

h.

Teks MS C ditulis dalam bahasa Arab dengan menggunakan jenis khat naskh

¥

, barisnya teratur rapi, dan terdapat harakat pada beberapa kata. Tulisan menggunakan tinta hitam, kecuali pada bagian rubrikasi, terlihat lebih tipis, menggunakan tinta merah. Isi dan sistematika teks MS C sama persis dengan yang terdapat dalam MS A dan B. Perbedaan yang tampak adalah bahwa di beberapa halaman MS C terdapat catatan-catatan pias kiri dan kanan yang memberikan penjelasan atas beberapa kata dalam teks.

(17)

MS D merupakan urutan ke-4 dari 16 teks yang didaftarkan sebagai Cod. Or. 7030. Di bagian depan naskah ini juga terdapat tulisan “Legaat Prof. Dr. Snouck Hurgronje 1936”. Kini, MS D tersimpan di Universiteitsbibliotheek Leiden.

Dalam kolofon MS D tertulis judul Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

, dengan nama pengarangnya, ‘Abd al-Ra'´f bain (?) al-JŒw¥, selesai disalin pada hari Rabu. Tidak ada informasi pasti mengenai tahun dan tempat penyalinannya, selain keterangan mengenai asal naskah yang terdapat di bagian depan naskah, yaitu Bojonegoro 1905(Voorhoeve, 1952: 109).

Tebal teks MS D adalah 39 halaman, yakni hal. 115 – 153. Dalam setiap halaman terdapat 15 baris, kecuali halaman terakhir yang memuat kolofon, sebanyak 4 baris berbentuk piramida terbalik.

Penulisan teks MS D dimulai dari verso, sedangkan penomoran halaman menggunakan angka latin yang terletak di setiap kanan atas halaman verso dan kiri atas halaman rekto. Alihandalam MS D hanya dijumpai pada hal 119, yang terletak di bagian kiri bawah halaman verso. Tidak terdapat ilustrasi maupun iluminasi dalam keseluruhan halaman naskah.

Teks MS D juga ditulis dalam bahasa Arab dengan menggunakan jenis khatnaskh

¥

. Tinta yang digunakan berwarna hitam, kecuali pada bagian rubrikasi, menggunakan tinta yang terlihat lebih tipis, dan diduga berwarna merah. Menurut dugaan saya, bagian rubrikasi ini ditulis oleh penyalin setelah ia menyelesaikan terlebih dahulu bagian teks yang akan ditulis dengan tinta hitam pada setiap halaman dan mengosongkan bagian teks yang akan ditulis dengan tinta merah tersebut. Hal ini didasarkan pada ditemukannya sebuah halaman yang pada beberapa bagiannya direnggangkan, dan —mungkin karena faktor lupa dari penyalin— tidak terdapat tulisan, sementara dalam naskah lain, kata-kata yang tidak ada itu ternyata merupakan bagian dari rubrikasi.

Namun, berbeda dengan ketiga teks sebelumnya, dalam MS D ini hampir setiap kata diberi harakat, terutama pada huruf akhirnya, walaupun beberapa dari bacaannya banyak yang menyalahi kaidah nahw saraf (gramatika Arab). Kemudian, selain terdapat catatan pias di sebelah kiri dan kanan teks, juga dijumpai terjemahan beberapa kata yang ditulis di bawah kata tersebut dalam bahasa Jawa dengan menggunakan huruf pegon.

(18)

isi teks, yakni terdiri dari bagian pembukaan, inti ajaran tasawuf as-Sinkili, zikir dan doa, serta silsilah guru-guru tarekat Sya‹‹Œriyyah dan Qadariyah.

3.2.2. Naskah Melayu: Sya

‹‹Œ

riyyah

Teks Sya

‹‹Œ

riyyah versi bahasa Melayu ini dijumpai di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) Jakarta dalam dua salinan: yang pertama tersimpan dengan kode Ml 349 (MS A), dan yang kedua dengan kode Ml. 336 (MS B). Beberapa katalog naskah PNRI menyebut keberadaan dua naskah ini, dan yang paling mutakhir di antaranya adalah Behrend (peny.) 1998.11

Pemerian atas dua naskah dalam penelitian ini sendiri didasarkan pada dua naskah koleksi PNRI tersebut dengan memanfaatkan beberapa informasi yang telah dikemukakan oleh Istadiyantha (1989) dan Abdullah (1995).

MS A

MS A dapat dipastikan sebagai karangan Abdurrauf al-Sinkili, yang juga pengarang naskah Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

. Kepastian ini, kendati tidak disebutkan secara eksplisit dalam naskahnya, diperoleh dari ungkapan di bagian akhir teks, yang berbunyi:

“…adapun silsilah faqir yang menyurat risalat ini dan pertemuannya dengan sanad silsilah Sya‹‹Œriyyah, maka yaitu bahwasanya ia mengambil zikir dan tarekat daripada Syaikhnya yang ‘Arif bi AllŒh lagi yang kamil mukammil, yaitu Syaikh Aúmad al-QusyŒsy¥…” (h. 18).

Dalam konteks dunia Melayu-Indonesia, sepanjang menyangkut murid Jawi yang belajar dengan Syaikh al-QusyŒsy¥ dan menjadi khalifah yang paling bertanggung jawab dalam penyebaran tarekat Sya‹‹Œriyyah di dunia Melayu-Indonesia,

tidak ada lagi yang tercatat selain Syaikh Abdurrauf al-Sinkili (1615-1693). Oleh karenanya, yang dimaksud dengan “…faqir yang menyurat risalat ini…” dalam kutipan di atas pun pasti adalah Abdurrauf al-Sinkili.

Memperhatikan keseluruhan teks MS A ini, sesungguhnya tidak ada kalimat yang secara jelas menyebutkan bahwa judulnya adalah Sya

‹‹Œ

riyyah. Pengarang sendiri “mendefinisikan” naskah ini sebagai “…risalah yang mukhtasar dengan bahasa Jawi masyhur yang dibangsakan kepada Sumatraiyah yang menghimpunkan atas setengah daripada yang

(19)

terdapat tiada daripadanya murid daripada segala zikir dan tawajjuh serta segala adab zikir yang menaikkan kepada derajat yang kamaliyah…” (h. 2).

Judul Sya

‹‹Œ

riyyah, yang kemudian dicantumkan dalam katalog (Sutaarga 1972, Behrend (peny.) 1998), tampaknya diambil dari keseluruhan pembahasan teks ini yang memang mengemukakan berbagai doktrin dan ajaran tarekat Sya‹‹Œriyyah.

Berbeda dengan Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

, yang tidak menjelaskan sama sekali latar belakang penulisan naskahnya, naskah ini secara eksplisit disebutkan sebagai pesanan dari Sultanah Safiatuddin (1645-1675). Al-Sinkili menulis:

“…maka tatkala minta daripada aku Sultan yang amat besar martabat kerajaannya, lagi amat adil dan lagi amat lebih dan lagi amat mulia…(puji-pujian bagi Sultanah sangat panjang di sini, pen.) Sri Sultanah Safiatuddin (puji-pujian lagi bagi Sultanah)…bahwa kusuratkan baginya suatu risalah yang mukhtasar dengan bahasa Jawi…” (h. 2).

Adapun tentang nama penyalin naskah ini, tidak ada keterangan yang cukup, selain informasi di bagian kolofon naskah yang menjelaskan bahwa penulis, atau penyalin, adalah murid dari seorang guru tarekat bernama Muúammad Said. Disebutkan demikian:

“…tamat kitab hari ahad waktu duha, hai segala saudaraku, sekianlah engkau kerjakan seperti perintah risalah ini, ambil oleh kamu dengan sekira-kira barangsiapa di jalan Allah dan negeri akhirat, inilah pakaian di dalam dunia, aku ambil daripada guruku Muúammad Said…” (h. 2).

Teks MS A ditulis di atas kertas tanpa cap kertas (watermark) yang secara umum masih baik, kendati beberapa bagian di antaranya telah mengalami laminasi karena lapuk. Semua kertas tersebut dijilid dengan kertas karton.

Teks MS A berukuran 17 x 10,5 cm, sementara naskahnya sendiri berukuran 20 x 15 cm dengan tebal 21 halaman. Dalam setiap halaman terdapat 21 baris, kecuali halaman pertama, 6 baris, dan halaman terakhir, yang berisi kolofon dengan bentuk piramida terbalik, 24 baris.

(20)

sendiri, naskah ini menggunakan alihan, yakni satu atau lebih kata yang terdapat di bagian bawah halaman recto, dan merujuk pada halaman berikutnya.

Teks MS A ditulis dengan tinta hitam menggunakan huruf jawi, dengan gaya khat naskh

¥

tanpa harakat, kecuali pada beberapa kalimat bahasa Arab di halaman 1-3. Selain ditulis dengan disertai harakat, teks bahasa Arab ini juga ditulis dengan tinta merah (rubrikasi). Secara keseluruhan, teks dapat dibaca kendati susunannya sesungguhnya tidak terlalu rapi. Pada bagian kolofon di halaman terakhir teks A ini terdapat beberapa kalimat yang ditulis secara menumpuk, sehingga agak menyulitkan pembacaan.

Adapun kandungan isi dan sistematika teks MS A ini sesungguhnya tidak jauh berbeda —kendati lebih singkat— dengan kandungan isi dan sistematika teks Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

, yakni dimulai dengan proses penciptaan alam, konsep Nur Mu

ú

ammad, hubungan ontologis Tuhan dan alam yang dianalogikan dengan hubungan antara benda dan bayangannya, adab dan tata cara zikir, serta silsilah pengarang dalam tarekat Sya‹‹Œriyyah dan QŒdiriyyah.

MS B

MS B dapat dipastikan sebagai varian lain dari MS A di atas, kendati bagian akhir dari teks MS B ini —yang dalam MS A berisi silsilah tarekat Sya‹‹Œriyyah dan QŒdiriyyah— tidak ada. Selain itu, antara teks MS B dengan teks MS A di atas juga terdapat sejumlah perbedaan menonjol menyangkut gaya bahasa, yang mengisyaratkan bahwa yang satu bukan merupakan salinan dari yang lain.12

Teks MS B ditulis di atas kertas yang secara umum masih baik, kendati lembar bagian depannya, yang terbuat dari kertas tebal berwarna coklat, sudah mulai rusak. Ukuran teksnya adalah 10 x 14 cm, sementara naskahnya sendiri berukuran 13 x 17 cm dengan tebal 22 halaman. Dalam setiap halaman terdapat 13 baris.

Penomoran halaman dilakukan belakangan menggunakan angka latin, dan terdapat di setiap halaman. Seperti halnya MS A, dalam MS B ini juga terdapat alihan, sebagai panduan untuk sambungan halaman berikutnya.

12 Lihat hasil perbandingan teks MS A dengan teks MS B yang dilakukan Abdullah

(21)

Teks MS B juga ditulis dengan tinta hitam menggunakan huruf jawi, dengan gaya khatnaskh

¥

tanpa harakat, kecuali pada beberapa kalimat bahasa Arab yang ditulis dengan tinta merah (rubrikasi).

Teks MS B ini merupakan bagian bundel naskah yang berisi beberapa teks lain, yaitu teks berjudul Sakaratul Maut, Haqiqat Nur Muhammad, dan sejumlah doa lainnya. Secara keseluruhan, bundel naskah ini terdiri dari 210 halaman.

Seperti telah dikemukakan, secara umum kandungan isi teks MS B ini sama dengan teks MS A, yakni tentang doktrin dan ajaran tarekat Sya‹‹Œriyyah.

3.2.3. Naskah Jawa

Penting dikemukakan bahwa sesungguhnya naskah Sya‹‹Œriyyah yang ditulis dalam bahasa Jawa terdapat dalam jumlah besar. Christomy (2003: 35) mencatat setidaknya ada 33 naskah Sya‹‹Œriyyah berbahasa Jawa yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden. Jumlah tersebut belum termasuk di dalamnya naskah-naskah Sya‹‹Œriyyah Jawa yang masih tersebar di kalangan masyarakat. Selain itu, kelompok naskah Jawa yang diidentifikasi oleh Christomy juga baru terbatas pada naskah Sya‹‹Œriyyah yang berhubungan dengan Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan. Oleh karenanya, hampir dapat dipastikan bahwa jumlah naskah Jawa tentang tarekat Sya‹‹Œriyyah akan lebih banyak lagi, terutama jika mempertimbangkan bahwa tarekat ini juga berkembang di wilayah Jawa lain selain Cirebon dan Pamijahan.

Menarik untuk dicatat bahwa sejauh ini, naskah-naskah Sya‹‹Œriyyah berbahasa Jawa memang lebih banyak yang berasal dari Jawa Barat, tepatnya Cirebon, Kuningan dan sekitarnya, serta Pamijahan, Tasikmalaya. Hal ini tentu saja sangat terkait dengan ketokohan Syaikh Abdul Muhyi, sebagai salah seorang murid utama Syaikh Abdurrauf al-Sinkili —di samping Syaikh Burhanuddin Ulakan dari Minangkabau— yang menjadi khalifah tarekat Sya‹‹Œriyyah dan yang paling bertanggungjawab dalam persebaran tarekat ini ke wilayah Jawa dan sekitarnya.13 Meskipun secara budaya, wilayah Cirebon, Kuningan, serta Pamijahan dan sekitarnya tersebut termasuk ke dalam Tatar Sunda, akan tetapi, sejauh menyangkut naskah-naskah Sya‹‹Œriyyah ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa, dalam hal ini bahasa Jawa

(22)

Cirebon. Bahkan, kalau pun ada naskah yang diidentifikasi sebagai naskah Sya‹‹Œriyyah bahasa Sunda, dalam kenyataannya naskah tersebut selalu lebih banyak menggunakan bahasa Jawa dibanding Sundanya.14 Hal ini juga barangkali terkait dengan kenyataan bahwa sejauh menyangkut tradisi sastranya, wilayah Sunda memang sangat kuat dipengaruhi oleh tradisi sastra Jawa.

Dalam penelitian ini sendiri, naskah Sya‹‹Œriyyah berbahasa Jawa yang akan dikemukakan hanya satu buah, yakni naskah Cod. Or. 7446, koleksi Perpustakaan Universitas Leiden.15 Adapun pertimbangan dipilihnya naskah Cod. Or. 7446 tersebut adalah karena dari segi isinya —seperti akan dikemukakan di bawah—, naskah ini cukup mewakili dan memberikan gambaran lengkap tentang silsilah dan ajaran zikir tarekat Sya‹‹Œriyyah versi Jawa. Selain itu, sejauh ini, naskah ini pula yang telah penulis dapatkan foto kopinya. Berikut adalah deskripsi naskah Jawa tersebut:

Seperti telah diisyaratkan di atas, naskah ini berisi pembahasan tentang ajaran zikir tarekat Sya‹‹Œriyyah dan silsilah tarekat Sya‹‹Œriyyah, yang menghubungkan Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan, dan sejumlah muridnya di daerah Jawa Barat, dengan guru-guru tarekat Sya‹‹Œriyyah, melalui Syaikh Abdurrauf al-Sinkili, Syaikh Aúmad al-QusyŒs¥, sampai kepada keluarga ‘Al¥ bin Ab¥$Œlib dan Nabi Muhammad Saw.

Secara keseluruhan, naskah ini berjumlah 50 halaman, dengan rata-rata 11 baris setiap halamannya. Naskahnya sendiri berukuran 19 x 24 cm, dengan ukuran teks 11, 5 x 21 cm. Tidak terdapat alihan dalam setiap halaman naskah ini, sedangkan ilustrasi terdapat pada halaman 24 dengan bentuk daerah zikir tarekat Sya‹‹Œriyyah (lihat apendiks 4).

Teks naskah ini ditulis dengan aksara pegon berharakat, dan menggunakan jenis khat yang tidak terlalu beraturan, terkadang jenis naskh

¥

, tapi juga campur dengan f

Œ

ris

¥

atau riq’ah.

Dalam kolofon naskah terdapat tulisan yang mengindikasikan waktu selesainya penulisan, yakni: “…wulan syawal tanggal ping 9 selasa Wage, Tahun 1880, nuju jam 11, mangsa kapit…” (h. 50).

Berkaitan dengan judul, teks ini tampaknya tidak diberi judul tertentu. Di bagian depan hanya disebutkan: “…Iku lah

(23)

kitab ing dalem anyatakaken turun turune dedalan Sya

‹‹Œ

riyyah kang tedak saking Rasulullah Saw. maring sayyidina ‘Al

¥

kang putra Ab

¥

lib ra

è

iya All

Œ

hu ‘anhu…” (h. 1).

Tidak ada identitas mengenai siapa pengarang atau penulis naskah ini, meskipun dapat dipastikan bahwa penulisnya adalah bukan Syaikh Abdul Muhyi sendiri, bukan pula murid langsung dari Syaikh Abdul Muhyi, karena dalam silsilah ini terdapat nama-nama ulama yang diketahui hidup pada akhir abad ke-18 hingga akhir abad ke-19, jauh setelah masa hidup Syaikh Abdul Muhyi16, seperti Syaikh Hasan Maolani (1779-1874)17 dari Lengkong, Kuningan, dan beberapa muridnya, seperti Kyai Nur Muhammad dari Pasir Astana, Kyai Nur Ali dari Purwakarta, dan Bagus Muhammad Reja dari Desa Sukaraja, Tasikmalaya (h. 6-7).

Setelah mengemukakan silsilah Syaikh Abdul Muhyi tersebut, teks ini kemudian menjelaskan tentang kategorisasi mur

¥

d dalam dunia tarekat. Disebutkan bahwa ada empat kategori mur

¥

d: pertama, mur

¥

d mubtad

¥

, yaitu orang yang baru masuk dalam dunia tarekat (pemula). Zikir bagi mur

¥

d mubtad

¥

adalah: “…lisane anebut l

Œ

il

Œ

ha ill

Œ

All

Œ

h lan atine iku anebut ora ana kang sinembah sawiji-wiji anging Allah…”. Menurut penulis teks ini, mur

¥

d mubtad

¥

dapat dikategorikan sebagai “wong ahli syariat” (h. 9); kedua, mur

¥

d mutawassit, yaitu penganut tarekat yang sudah bersih hatinya, dan selalu tawajjuh (menghadapkan diri) kepada Tuhannya. Zikir mur

¥

d mutawassit adalah “…lisane anebut l

Œ

il

Œ

ha ill

Œ

All

Œ

h lan atine iku anebut ora ana kang den kasihi anging Allah…”. Mur

¥

d mutawassit ini dapat dikategorikan sebagai “wong ahli tarekat” (h. 11); ketiga, mur

¥

d k

Œ

mil, yaitu penganut tarekat yang di dalam hatinya tidak ada yang lain selain Tuhannya. Zikirnya adalah: “…lisane anebut l

Œ

il

Œ

ha ill

Œ

All

Œ

h lan atine iku anebut ora ana kang maujud sawiji-wiji anging Allah…” (h. 15). Orang ini dikategorikan sebagai “wong ahli hakikat” (h. 16); terakhir, keempat, mur

¥

d k

Œ

mil mukammil, yaitu penganut tarekat yang telah mencapai tahap tertinggi dari tarekat; zikirnya adalah “…lisane anebut l

Œ

il

Œ

ha ill

Œ

All

Œ

h atawa

16 Hingga saat ini, belum ada data yang dapat memberikan kepastian mengenai tahun

lahir dan wafatnya Syaikh Abdul Muhyi, meskipun diduga kuat bahwa ia hidup antara akhir abad ke-17 hingga awal abad ke-18. Dugaan ini didasarkan, antara lain, pada sumber yang menyebutkan bahwa Syaikh Abdul Muhyi belajar dengan Abdurrauf al-Sinkili (1615-1693) di Aceh setelah kepulangannya dari Tanah Suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah (Rinkes, dalam Gordon 1996).

17 Lebih jauh tentang Syaikh Hasan Maolani, lihat Drewes 1925: 10-18; lihat juga Faridah

(24)

ill

Œ

All

Œ

h, atawa All

Œ

h All

Œ

h, atawa All

Œ

h H

´

, atawa H

´

All

Œ

h, atawa H

´

H

´

, atawa la la, atawa A A, atawa Ih Ih, atawa Uh Uh…”. (h. 17). Mur

¥

d k

Œ

mil mukammil dikategorikan oleh penulis sebagai “wong ahli makrifat” (h. 19).

Hal lain yang dikemukakan berkaitan dengan zikir tarekat Sya‹‹Œriyyah adalah tentang tata tertib atau adab berzikir. Menurut penulis naskah ini, ada 5 hal yang harus dilakukan sebelum berzikir, 12 hal ketika berzikir, dan 3 hal setelah berzikir. Seperti akan tampak dalam pembahasan bab 5, adab dan tata cara zikir dalam naskah Jawa ini, sama dengan apa yang dikemukakan dalam naskah Tanb

¥

h al-M

Œ

sy

¥

.

Referensi

Dokumen terkait

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Juli 2020 mengalami surplus US$3,26 miliar, lebih tinggi dari sebelumnya US$1,27 miliar pada Juni 2020.. Nilai ini diperoleh

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

1) Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. Dalam ketentuan pasal 35 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jelas

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul : ”Perbedaan Pengetahuan Tentang Pencegahan Kusta pada Siswa Sekolah Usia 10-11 Tahun melalui Pemberian

Teknik ini dikembangkan berdasarkan peluang pembentukan varietas baru yang tahan, serta pengenalan pathway metabolisme patogen dan tanaman inang untuk melakukan teknik

Sedangkan kekurangan pemakaian anestesi spinal akan menimbulkan hipotensi, hanya dapat digunakan pada operasi dengan durasi tidak lebih dari dua am, bila tidak aseptik  akan

In the implementation of Think Pair Share method to improve reading skill at eight-grade students of MTsN Kunir Blitar, the researcher closed to the students, gave

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “