• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA DJENAR MAESA AYU (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KARYA DJENAR MAESA AYU (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK-BENTUK KOMPENSASI INFERIORITAS

TOKOH NAYLA DALAM NOVEL

NAYLA

KARYA DJENAR MAESA AYU

(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Maria Saraswati Setyaningrum NIM : 014114021

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Kadangkala kau tak mampu mengerti, kenyataan hidup yang

tengah kau alami

Namun tetaplah tegar berdiri, percaya Dia punya rencana sendiri

Dialah Tuhan yang akan membuat segalanya kan indah pada

waktunya

Kala hati tak sanggup menjalani, beban hidupmu yang tak bisa

terselami

Mengasihi ataukah membenci, memuji ataukah mencaci maki

Dialah Tuhan yang akan membuat segalanya kan indah pada

waktunya

Untuk segala sesuatu ada masanya

Tuhan sendiri yang akan menyelesaikannya

Serahkan saja pada kehendakNya

Dia kan buat segala sesuatu indah pada waktunya

(NN)

Kuhaturkan skripsi ini untuk : Tuhan Yesus Juru Selamatku Bapakku, Stefanus Saman Hadiwiyoto &

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Januari 2007

(6)

ABSTRAK

BENTUK-BENTUK KOMPENSASI INFERIORITAS TOKOH NAYLA DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU

(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) Maria Saraswati Setyaningrum

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Penelitian ini mengkaji bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla dalam novel Nayla. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologi sastra. Dengan pendekatan ini dapat diketahui bahwa bentuk-bentuk kompensasi yang dilakukan manusia (tokoh) diakibatkan oleh pengalaman yang pernah dialami pada masa lalu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun langkah konkret yang ditempuh peneliti adalah pertama, menganalisis novel Nayla secara struktural, yaitu analisis terhadap tokoh dan penokohan serta latar. Kedua, menggunakan analisis pertama untuk menemukan bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla.

Dari hasil analisis novel Nayla dapat disimpulkan bahwa tokoh utamanya adalah Nayla. Tokoh bawahan dalam novel Nayla adalah ibu Nayla, ayah Nayla, ibu tiri Nayla, Bu Lina dan Juli. Novel Nayla berlatar tempat di diskotek, Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkoba, kamar kos Nayla, hotel, dan terminal. Latar waktu dalam novel Nayla dibagi menjadi dua, yaitu latar waktu berdasarkan pagi, siang, sore, malam dan latar waktu berdasarkan hari, bulan dan tahun. Sedangkan latar sosialnya dapat dilihat melalui keadaan kehidupan keluarga dan keadaan masyarakatnya.

Dari hasil analisis secara psikologis ditemukan bahwa tokoh Nayla melakukan berbagai bentuk kompensasi sebagai akibat dari perasaan inferioritas yang dialaminya saat tinggal bersama ibu kandungnya yaitu berupa kurangnya perhatian dan kasih sayang, kekerasan fisik yang sering dialami tanpa alasan yang jelas dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh kekasih ibunya. Perasaan inferioritas yang disebabkan karena kematian ayahnya yang mendadak membuat Nayla tertekan dan perubahan sikap pada dirinya membuat ibu tirinya memutuskan untuk memasukkan Nayla ke dalam Rumah Perawatan anak Nakal dan Narkotika dengan tuduhan telah memakai obat-obatan terlarang.

(7)

ABSTRACT

INFERIORITY COMPENSATION FORMS OF NAYLA’S CHARACTER FROM THE NOVEL “NAYLA” BY DJENAR MAESA AYU

(THE PSYCHOLOGICAL LITERARY STUDIES)

This thesis examines a compensation of the inferiority of Nayla’s character from the novel titled Nayla. The approach that was used in this research was the psychological literature. Through this approach, there are several kinds of compensation forms, which were found, done by the people (the characters) were caused by some experiences which they had in the past.

The method used in this research is that a descriptive method. Therefore, the first real step taken by the researcher was analyzing Nayla novel structurally; means that analyzed the characters, the characterization, and also the setting. Secondly, using the first analyze to find the compensation forms of the inferiority of Nayla’s character.

From the analysis result of Nayla novel, it can be concluded that the main character in that novel is Nayla. The minor characters in Nayla novel is Nayla’s parents (mom and dad), Nayla’s step mother, Bu Lina and Juli. The setting of this novel is the discotic, the rehabilitation, Nayla’s rent room, the hotel, and the bus station. The setting of time in this novel is divided into two major setting. The first major time setting is based on the morning, noon, evening and night time. The second one is according to the day, month, and year. Meanwhile, the social setting can be seen through the family and society situations of life.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Bentuk-Bentuk Kompensasi Inferioritas Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana SI pada Program

Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

- Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum. selaku dosen pembimbing I dan Ketua Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan bimbingan, masukan,

dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

- Ibu Dra. Fransiska Tjandrasih Adji, M. Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

- Bapak/Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Peni Adji, S. S, M.

Hum., Drs. FX. Santosa, M. Hum., Drs. P. Ari Subagyo, M. Hum., Prof. Dr. Alex Sudewa, Drs. Hery Antono, M. Hum., Dr. Praptomo Baryadi, M. Hum., Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum., Drs. B. Rahmanto, M. Hum.,

(9)

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. - Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas bantuannya dalam

mencari buku-buku referensi.

- Bapakku Stefanus Saman Hadiwiyoto dan Ibuku Cresentiana Sri Wismi

yang selalu memberikan kasih sayangnya dan perhatiannya kepada penulis.

- Mbakku, Hanna Wiyati Purworini yang selalu memberikan doa dan

dukungan kepada penulis.

- Keluarga besar di Klaten dan di Juana yang selalu memberikan dukungan

kepada penulis.

- Mas Alex, mas Mamo, de’ Riky, de’ Aan, mbak Tutik, mbak Prawi dan mbak Kristin. Thanks untuk kebersamaannya dan spirit yang selalu

diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi

- Sahabat-sahabatku, Hana ‘solo’, Yuni, Triani, Gesta, Antok dan Dwi yang

selalu memberikan semangat dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

- Teman-teman P3W Universitas Sanata Dharma, Dee, Irna, Heru, Nova dan

Ari. Thanks untuk kebersamaannya selama penulis menjadi anggota P3W. - Teman-teman kos Pringgodani 13 Mrican, Mbak Mimi, Santi, Mbak Titin,

(10)

- Teman-teman Sastra Indonesia Angkatan 2001. Terima kasih atas kebersamaan dan dukungan kalian selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 19 Januari 2007

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I: PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Tinjauan Pustaka ... 5

1.6Landasan Teori ... 6

1.6.1 Teori Struktural ... 6

1.6.1.1Tokoh dan Penokohan ... 7

1.6.1.2Latar ... 8

1.6.2 Psikologi Sastra ... 9

1.6.2.1Teori Psikologi Alfred Adler ... 10

(12)

1.6.2.1.2 Kompensasi……… 11

1.7Metode Penelitian ... 12

1.7.1 Pendekatan ... 12

1.7.2 Metode ... 12

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ... 13

1.8Sumber Data ... 13

1.9Sistematika Penyajian ... 13

BAB II: ANALISIS STRUKTUR TOKOH, PENOKOHAN SERTA LATAR DALAM NOVEL NAYLA 2.1 Analisis Tokoh ... 15

2.2 Analisis Penokohan ... 17

2.2.1 Penokohan Nayla ... 17

2.2.2 Penokohan Juli ... 23

2.2.3 Penokohan Ibu Kandung Nayla ... 27

2.2.4 Penokohan Ibu tiri Nayla ... 30

2.2.5 Penokohan Ayah Nayla ... 32

2.2.6 Penokohan Bu Lina ………... 33

2.3 Analisis Latar ... 35

2.3.1 Latar Tempat ... 35

2.3.1.1 Diskotek ... 35

2.3.1.2 Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkoba ... 35

2.3.1.3 Kamar Kos Nayla ... 36

(13)

2.3.1.5 Terminal ... 38

2.3.2 Latar Waktu... 38

2.3.2.1 Latar Waktu berdasarkan pagi, siang, sore dan malam ... 38

2.3.2.2 Latar Waktu berdasarkan hari, tanggal, bulan dan tahun ... 40

2.3.3 Latar Sosial ... 42

BAB III: ANALISIS BENTUK-BENTUK KOMPENSASI INFERIORITAS TOKOH NAYLA DALAM NOVEL NAYLA 3.1.1 Bentuk Inferioritas Nayla Ketika Tinggal Bersama Ibu Kandung ... 45

3.1.2 Bentuk Inferioritas Nayla Ketika Tinggal Bersama Ayah kandung dan Ibu Tiri ... 52

3.2 Bentuk-bentuk Kompensasi Inferioritas Nayla... 55

BAB IV: PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 60

4.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA... 65

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sastra adalah seni. Ia harus indah dan berguna bagi manusia. Keindahan

pada sastra terletak dalam pengolahan bahan pokoknya. Seorang penari memperlihatkan keindahannya melalui gerak-gerik tubuhnya. Seorang pelukis memperlihatkan keindahan melalui warna dan susunan bentuk. Seorang musikus

memperlihatkan keindahan melalui bunyi-bunyi yang dihasilkannya, sedangkan sastrawan memperlihatkan keindahannya melalui bahasa. Bahasa adalah bahan

pokok kesusastran. Tidak ada sastra tanpa bahasa (Sumardjo; 1984:7).

Sastra dihargai karena ia berguna bagi kehidupan manusia. Sastra mengungkapkan berbagai pengalaman manusia agar manusia lain dapat memetik

pelajaran baik darinya. Sumardjo mencontohkan:

“Kalau orang membaca buku Mahabarata maka ia akan melihat banyak kejadian dan persoalan. Buku sastra sangat besar artinya karena ia berisi cerita pengalaman yang sangat beragam… Dari buku yang besar itu orang banyak belajar tentang persoalan hidup manusia (1984:14)”.

Semi (1989:55), berpendapat bahwa novel sebagai ekspresi atau pandangan kebudayaan yang memiliki banyak masalah kehidupan. Kehadiran

novel pada saat tertentu biasanya menampilkan kembali sesuatu yang sedang terjadi dan telah terjadi yang dialami oleh pengarang dalam suatu masyarakat. Namun penggambaran semacam itu bersifat tidak mutlak. Dengan demikian novel

(15)

dalam novel oleh sastrawan. Namun warna masyarakat tertentu dapat muncul dalam sebuah novel.

Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu, menceritakan tokoh Nayla yang melakukan berbagai bentuk kompensasi dalam hidupnya karena Nayla mengalami

inferioritas dari orang-orang disekitarnya. Ia sering mengalami kekerasan fisik dan tekanan dari ibu kandungnya, pelecehan seksual dan perkosaan yang dilakukan pacar ibu kandungnya, kematian ayahnya yang tiba-tiba maupun penolakan yang

dilakukan oleh ibu tirinya. Disamping itu, Nayla tidak mempunyai keluarga yang utuh dan bahagia. Orang tuanya berpisah sebelum Nayla dilahirkan. Sejak lahir

sampai berusia dua belas tahun ia diasuh oleh ibu kandungnya, sedangkan ayahnya menikah lagi dengan seorang desainer yang masih muda dan terkenal.

Sejak kecil ia selalu dididik oleh ibunya dengan keras dan disiplin. Jika ia

melakukan kesalahan sekecil apapun, ibunya selalu memberi hukuman fisik. Hukuman yang sering diterimanya berupa tusukan peniti kedalam selangkangan

atau vaginanya karena ia masih sering mengompol sampai berusia sepuluh tahun. Selain itu Nayla tidak pernah mendapat kasih sayang dan perhatian. Ia juga pernah mengalami pelecehan seksual dan pemerkosaan yang dilakukan oleh teman

kencan ibu kandungnya saat berusia sembilan tahun. Didikan yang keras, tekanan yang selalu dialami dan kekerasan fisik selama hidup bersama ibunya membuat

perkembangan psikologisnya terganggu.

Ketika Nayla memutuskan untuk meninggalkan ibu kandungnya dan hidup dengan ayah dan ibu tirinya yang masih sangat muda, ia kembali mengalami

(16)

sakit, dan ia harus rela dimasukkan oleh ibu tirinya dalam rumah perawatan anak nakal dan narkotika karena dituduh memakai narkoba. Nayla merasa kecewa

karena tidak dapat diterima keberadaannya baik oleh ibunya sendiri maupun ibu tirinya.

Pengalaman-pengalaman yang dialami Nayla selama hidup bersama ibunya, kematian ayahnya, maupun penolakan yang dilakukan oleh ibu tirinya mempengaruhi perkembangan psikologi Nayla. Nayla mengalami berbagai

inferioritas dalam hidupnya karena tekanan dan kekecewaan yang selalu dialaminya. Untuk mengungkapkan perasaan inferioritasnya berupa kekecewaan

dan penolakan ia melakukan berbagai tindakan kompensasi.

Perasaan inferioritas adalah perasaan-perasaan yang muncul akibat kekurangan psikologis atau sosial yang dirasakan secara subjektif maupun

perasaan-perasaan yang muncul dari kelemahan atau cacat tubuh (Hall; 1993:247). Perasan inferioritas akibat kekurangan psikologis dapat disebabkan oleh

kondisi-kondisi tertentu dalam keluarga dan masyarakat. Misalnya, karena pemanjaan, penolakan anak, kritik berlebihan, yang akan menghasilkan manifestasi perilaku yang abnormal (Naisaban; 2004:7).

Naisaban (2004:8), mengungkapkan bahwa kompensasi dapat muncul akibat perasaan inferioritas yang diberi penekanan berlebihan yang dapat

menuntun anak menuju suatu kegiatan kompensatoris dan suatu gaya hidup dengan ciri usaha-usaha aktif untuk mengatasi situasi minus dari inferioritasnya, dengan cara mencapai suatu situasi plus dari superioritas.

(17)

dalam menganalisis novel ini menggunakan pendekatan psikologi sastra. Menurut Awang dan Mohd Saman (1985: 27-28), antara psikologi dan sastra terdapat

kesamaan. Kesamaan tersebut antara lain bahwa kedua-duanya mempunyai fungsi dan cara serupa dalam pelaksanan tugasnya untuk memahami perihal manusia dan

kehidupan. Dalam pelaksanaan fungsi itu kedua-duanya menggunakan kaidah yang hampir sama yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan utama untuk tujuan penelitian. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa karya sastra

dapat didekati dari sudut psikologi tokoh-tokohnya.

Penulis dalam analisis ini tidak meninggalkan analisis struktural dalam

karya sastra. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa langkah awal untuk memahami karya sastra terutama novel dilakukan melalui analisis struktural. Dalam novel Nayla yang akan dianalisis meliputi analisis tokoh, penokohan serta

latar. Melalui analisis tokoh, penokohan dan latar dapat diketahui bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengemukakan dua permasalahan yang akan dianalisis yaitu

1.2.1 Bagaimanakah unsur tokoh, penokohan serta latar dalam novel Nayla?

1.2.2 Bagaimanakah bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla dalam novel Nayla?

1.3 Tujuan Penelitian

(18)

1.3.2 Mendeskripsikan bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla dalam novel Nayla.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Mengembangkan kajian sastra, khususnya kajian sastra dengan

pendekatan psikologi.

1.4.2 Mengembangkan apresiasi sastra karya djenar Maesa Ayu khususnya novel Nayla.

1.5 Tinjauan Pustaka

Bandel (2006: 143-163) dalam esainya yang berjudul ‘Nayla Potret Sang

Pengarang Perempuan sebagai Selebritis’ mengatakan bahwa novel Djenar Maesa Ayu yang berjudul Nayla mengisahkan perjalanan hidup tokoh Nayla dari masa kecil sampai tumbuh menjadi seorang perempuan dewasa. Nayla berkisah tentang

kehidupan seorang perempuan yang mengalami masa kecil tidak bahagia. Bukan hanya ibunya sangat keras, bahkan kejam, dalam mendidik anaknya, Nayla kecil

pun mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh pacar ibunya. Pada umur sekitar 13 tahun Nayla lari dari rumah ibunya, tinggal bersama ayah dan ibu tirinya untuk masa yang singkat, lalu hidup sendiri setelah ayahnya meninggal.

Hubungan cinta dengan dua orang kekasih diceritakan, yaitu dengan seorang perempuan bernama Juli yang dipacarinya pada masa remaja, dan seorang

laki-laki bernama Ben yang menjadi pacar Nayla dewasa. Di samping itu, karir Nayla yang gemar menulis cerpen dan akhirnya menjadi pengarang terkenal pun diceritakan.

(19)

hubungan gender mendapat kesan bahwa di luar semua usaha dan gaya untuk “menjual diri” sebagai penulis yang canggih dan up to date, sebenarnya ada

sesuatu yang ingin di sampaikan dan diekspresikan (Bandel; 2006:161).

Sebelum dimuat dalam buku berjudul “Sastra, Perempuan, seks’ tulisan

Bendel di muat dalam harian surat kabar Suara Merdeka secara bersambung, yaitu pada tanggal 20 November 2005, 27 November 2005, 4 desember 2005, dan 11 Desember 2005. tulisan ini juga dimuat dalam dalam Majalah Horison nomor

XXXX/1/2006 dengan judul yang sama. 1.6 Landasan Teori

1.6.1 Teori Struktural

Sebuah karya sastra baik fiksi maupun puisi adalah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Struktur karya sastra dapat

diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya sehingga secara bersama membentuk kebulatan yang

indah (Abrams via Nurgiantoro, 2000:36). Struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian antarunsur yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi yang membentuk satu kesatuan utuh. Setiap bagian menjadi

berarti setelah ada dalam hubungan dengan bagian yang lain. Setiap unsur dalam bagian sistem struktur itu baru mempunyai makna setelah berada dalam

hubungannya dengan unsur-unsur lain yang terkandung di dalamnya.

Dalam penelitian ini teori struktural digunakan untuk menganalisis struktur novel Nayla yang meliputi tokoh, penokohan dan latar. Hasil dari analisis

(20)

jiwa tokoh utama dan tokoh tambahan, yang dapat digunakan untuk menganalisis bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla sebagai tokoh utama.

Analisis struktural berupa latar berfungsi untuk mengetahui jenis-jenis latar yang terdapat dalam novel Nayla. Latar akan mempengaruhi tingkah laku

dan cara berfikir tokoh. (Nurgiyantoro, 2000:75) 1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau ber kelakuan

dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh dapat berupa manusia, binatang, atau tokoh makluk lain yang memiliki sifat seperti halnya manusia, misalnya

kancil, sepatu dan sebagainya (Sudjiman, 1988:16).

Menurut Sudjiman (1988:18-20), berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh

utama adalah tokoh yang memegang peran pimpinan dan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama adalah

intensitas keterlibatan dalam berbagai peristiwa yang membangun cerita. Waktu yang digunakan untuk mengisahkan tokoh utama lebih panjang dengan hubungan antartokoh sendiri. Tokoh utama berhubungan dengan tokoh lain, sedangkan

tokoh lain tersebut tidak selalu berhubungan. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan

untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Tokoh bawahan dekat dengan tokoh utama dan sering dimanfaatkan oleh pengarang untuk memberi gambaran lebih terperinci tentang tokoh utama mengenai pikiran dan perasaannya.

(21)

dengan tokoh lain. Tokoh merupakan rekaan pengarang yang digambarkan melalui ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya, agar watak tokoh dapat di

kenal oleh pembacanya. Ada tiga metode penyajian watak tokoh atau metode penokohan yang digunakan oleh pengarang, yaitu pertama metode analisis atau

metode langsung (Hudson via Sudjiman, 1988:24), metode perian atau metode diskursif (Kenney via Sudjiman, 1988:24). Melalui metode ini, pengarang mengisahkan sifat-sifat tokoh, hasrat, pikiran dan perasaannya, sering pula

menyisipkan kilatan (allusion) atau komentar pernyataan setuju tidaknya sifat tokoh itu. Kedua, metode tidak langsung atau metode rabaan atau metode

dramatik. Melalui metode ini, pembaca dapat menyimpulkan watak tokoh melalui pikiran, cakapan, dan lakuan tokoh bahkan dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh. Ketiga, metode kontekstual, yaitu watak tokoh dapat disimpulkan dari

bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk mengacu pada tokoh (Sudjiman, 1988:23-36). Dalam sebuah karya sastra ketiga metode di atas pada umumnya

dipakai secara bersama-sama dengan komposisi yang berbeda dalam setiap karya sastra.

1.6.1.2 Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.

Latar meliputi penggambaran lokasi geografis, topogafi, pemandangan sampai kepada rincian perlengkapan sebuah ruangan: pekerjaan, atau kesibukan sehari-hari para tokoh. Waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya,

(22)

Nurgiyantoro (2000:227-237), membedakan unsur latar menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menyaran

pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan atau tidak

bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Latar waktu berhubungan dengan waktu atau kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Rangkaian peristiwa yang terjadi tidak terlepas dari

perjalanan waktu yang dapat ditinjau dari jam, tanggal, bulan, tahun, bahkan jaman tertentu yang melatarbelakanginya. Latar sosial menyaran pada hal-hal

yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, ia dapat berupa kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan

dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

1.6.2 Psikologi Sastra

Teori yang akan digunakan sebagai landasan untuk menganalisi novel

Nayla adalah teori psikologi sastra. Dalam kaitan antara psikologi dan sastra, Hartoko dan Rahmanto (1986), mendefinisikan psokologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatian dapat diarahkan

kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri.

Pandangan tersebut di atas sesuai dengan pendapat Wellek dan Warren

(23)

penulis sebagai pencipta karya sastra. Kedua, studi mengenai aspek-aspek psikologi tokoh-tokoh dalam karya sastra. Ketiga, studi mengenai efek karya

sastra terhadap psikologi pembaca. Keempat, studi mengenai tipe-tipe dan hukum-hukum karya sastra.

1.6.2.1 Teori Psikologi Alfred Adler

Teori Adler yang sangat terkenal adalah Individual Psichology (psikologi individual). Psikologi Individual adalah sebuah cabang ilmu psikologi yang

khusus meneliti perbedaan antarindividu, yang sinonim dengan Defferential Psichology. Psikologi Individual Adler merupakan suatu system psikologi yang

bertujuan untuk memahami, mencegah dan mengobati penyakit-penyakit mental (Naisaban; 2004:6).

Adler via Hall (1993: 243), berpendapat bahwa manusia pertama-tama

adalah makhluk sosial, bukan seksual. Inferioritas mereka tidak terbatas pada bidang seksual, melainkan bisa meluas pada segala segi, baik fisik maupun

psikologis. Manusia berusaha berjuang mengembangkan gaya hidup unik di mana dorongan seksual memainkan peranan kecil. Sebenarnya, cara orang memuaskan kebutuhan-kebutuhan seksualnya ditentukan oleh gaya hidupnya, bukan

sebaliknya (Hall; 1993:242).

Teori psikologi Alfred Adler terdiri dari beberapa bagian, antara lain (1)

finalisme fiktif, (2) perjuangan ke arah superior, (3) perasaan inferioritas dan kompensasi, (4) minat sosial, (5) gaya hidup, dan (6) diri kreatif. Dalam penelitian ini hanya akan dibahas teori tentang perasaan inferioritas dan kompensasi sebagai

(24)

1.6.2.1.1 Perasaan Inferioritas

Menurut Adler, inferioritas terdiri dari inferioritas fisik dan inferioritas

psikologis. Inferioritas fisik adalah rasa tidak lengkap oleh adanya kekurangan dalam tubuh. Ada inferioritas organ tubuh dan kompensasi berlebih. Perasaan

inferioritas fisik pada seseorang timbul karena hereditas maupun karena suatu kelainan dalam perkembangan.

Inferioritas psikologis yaitu perasaan inferioritas yang bersumber pada

tidak lengkap atau tidak sempurna dalam setiap bidang kehidupan. Ia bukan suatu tanda abnormalitas; melainkan justru penyebab segala bentuk penyempurnaan

dalam kehidupan manusia. Perasaan inferioritas dapat dilebih-lebihkan oleh kondisi-kondisi tertentu, misalnya pemanjaan atau penolakan terhadap anak. Kondisi seperti ini dapat memunculkan manifestasi-manifestasi abnormal tertentu,

seperti berkembangnya suatu kompleks inferioritas yang bersifat kompensasi. Dalam keadaan normal, perasaan inferior atau rasa tidak lengkap merupakan daya

pendorong kuat bagi manusia. Manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi inferioritasnya dan ditarik oleh hasrat menjadi superior (Naisaban; 2004:6-7).

1.6.2.1.2 Kompensasi

Kompensasi muncul akibat perasaan inferior yang diberi penekanan berlebihan yang selanjutnya akan menuntun anak menuju suatu kegiatan

kompensatoris dan satu gaya hidup dengan ciri usaha-usaha aktif untuk mengatasi situasi minus dari inferioritasnya, dengan cara mencapai suatu situasi plus dari superioritas. Dalam perjuangan ke arah superioritas, agresi dianggap lebih penting

(25)

akan kekuasaan. Kekuasaan disamakan dengan sifat maskulin dan kelemahan selalu disamakan dengan feminitas (Naisaban; 2004:8).

1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Pendekatan

Pendekatan psikologi sastra merupakan pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pendekatan psikologi sastra artinya pendekatan dari sudut psikologi dan dari sudut sastra. Pendekatan psikologi sastra dalam penelitian

sastra bermula dari pandangan bahwa sastra dan psikologi merupakan dua wajah satu hati dan sama-sama menyentuh manusia dalam persoalan yang diungkapnya

(Sukada, 1987102).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis. Pendekatan psikologis merupakan penelaahan sastra yang menekankan

pada segi psikologis yang terdapat pada suatu karya sastra, karena psikologis mempelajari proses-proses kejiwaan. Maka psikologi dapat diikutsertakan dalam

studi sastra. Hal ini disebabkan jiwa manusia merupakan ilmu pengetahuan dan kesenian (1987:105).

Dari sudut sastra, maka pendekatan stuktural yang akan digunakan untuk

menganalisis adalah unsur tokoh, penokohan serta latar dalam novel Nayla. Analisis struktural ini untuk membantu peneliti dalam memahami kejiwaan tokoh

Nayla yang mengalami berbagai kompensasi dalam hidupnya karena perasaan inferioritas yang selalu dialami dalam keluarga dan lingkungan pergaulannya. 1.7.2 Metode

(26)

menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1985:63). Semua penulisan data psikologi dengan metode deskripsi memungkinkan penulisan yang

berkesinambungan dan sistematis, khususnya menonjolkan aspek-aspek psikologis. Dengan catatan-catatan deskriptif, peneliti berusaha mendapatkan pemahaman dan kesimpulan yang tepat tentang fenomena atau gejala-gejala psikis

seorang tokoh yang murni (Kartono, 1984:22). 1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan penulis untuk menganalisis masalah dalam novel Nayla adalah melalui studi pustaka. Hal ini dilakukan untuk menemukan faktor-faktor pendukung yang berkaitan dengan objek penelitian. Novel yang diteliti

diidentifikasi, dianalisis dan diklasifikasikan berdasarkan kesamaan masalah yang akan dikupas, yaitu bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla.

1.8 Sumber Data Judul : Nayla

Pengarang : Djenar Maesa Ayu

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2005

Tebal : 180 halaman 1.9 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I

(27)

sumber data dan sistematika penyajian. Bab II berisi analisis unsur tokoh dan penokohan serta latar dalam novel Nayla. Bab III berisi analisis bentuk-bentuk

(28)

BAB II

ANALISIS STRUKTUR TOKOH, PENOKOHAN DAN LATAR NOVEL NAYLA

2.1 Tokoh

Dalam cerita rekaan cara yang sederhana untuk menggambarkan perwatakan seorang tokoh ialah dengan memberikan sebuah nama. Setiap panamaan adalah semacam menghidupkan, menjiwai, mengindividualkan (Wellek

dan Warren via Sukada, 1987:65).

Sebuah cerita terbentuk karena ada pelaku ceritanya. Memalui pelaku

inilah pembaca dapat mengikuti jalannya cerita. (Sumardjo, 1984:54). Pelaku atau tokoh dapat tampak hidup karena para tokoh dihadirkan pengarang melalui serangkaian penokohan. Melalui penokohan tokoh-tokoh dalam cerita rekaan

ditunjukkan kediriannya.

Tokoh merupakan rekaan pengarang, maka hanya pengaranglah yang

mengenal mereka. Untuk menghidupkan tokoh dalam cerita, maka diberi perwatakan agar tokoh hidup sehingga jelas jalan ceritanya. Di dalam novel Nayla terdapat tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama dalam novel ini adalah

Nayla. Hal ini disimpulkan berdasarkan intensitas keterlibatan tokoh Nayla dalam novel, waktu yang digunakan untuk mengisahkan tokoh ini lebih lama, dan jika

dilihat dari segi hubungan antar tokoh, maka tokoh inilah yang terlibat dengan semua tokoh yang ditampilkan. Hal ini dapat di lihat beberapa kutipan dibawah ini.

(29)

seperti ibu-ibu lain yang terkejut ketika anak kandungnya jatuh hingga terluka dan mengeluarkan darah, bukan sebaliknya membuat berdarah. Nayla ingin punya Ibu, tapi bukan ibunya sendiri. Nayla ingin memilih tak punya Ibu, ketimbang punya Ibu yang mengharuskannya memilih peniti. (hlm2-3)

(2) Bersama Juli, saya merasakan kehangatan kasih yang pernah ingin saya berikan kepada Ibu. (hlm 5)

(3) Hanya saja, saya merasa tak enak kepada Bu Lina. Tanpa dia, entah apa rasanya di dalam sana. Tak seperti dua Pembina lain, Bu Lina memanjakan saya. (hlm 21)

(4) Tapi di sisi lain, saya bersyukur kita diberi kesempatan bersama selama dua bulan sebelum Ayah meninggal. Saya juga menyesal karena sering mengatakan kalau saya tak pernah mencintai Ayah. Saya sama sekali tak bermaksud begitu. Saya hanya tak mau mengakui karena sebenarnya saya merasa begitu kehilangan. (hlm 56)

(5) Saya benci ibu tiri saya yang sudah menjebloskan saya di sana hanya karena saya tak mau melanjutkan sekolah. Saya benci usaha kerasnya meminta Ibu supaya menandatangani surat persetujuan dengan alas an saya harus menjalani rehabilitasi karena menggunakan narkoba. (hlm22)

Tokoh bawahannya adalah Ibu kandung Nayla, ayah Nayla, Ibu tiri Nayla,

Bu Lina dan Juli. Sebenarnya masih banyak tokoh bawahan lain, namun tokoh-tokoh bawahan yang akan dianalisis hanya tokoh-tokoh tersebut di atas. Hal ini

dikarenakan tokoh-tokoh tersebut kehadiran dan keberadaannya sebagai penunjang tokoh utama sangat besar.

Sebuah cerita terbentuk karena ada pelaku ceritanya. Melalui pelaku inilah

pembaca dapat mengikuti jalannya cerita (Sumardjo, 1984:54). Pelaku atau tokoh dapat tampak hidup karena para tokoh dihadirkan pengarang melalui serangkaian

(30)

2.2 Penokohan

2.2.1 Penokohan Nayla

Sejak kecil Nayla diasuh oleh ibunya karena ayah dan ibunya berpisah sebelum Nayla dilahirkan. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode

analitik dalam kutipan di bawah ini.

(6) Ia meninggalkan kita begitu saja tanpa mengurus atau pun mendiskusikan terlebih dulu masalah perceraian. Aku yang merawatmu dengan penuh ketegaran sejak kamu berada di dalam kandungan. (hlm.6)

Sampai berusia sepuluh tahun Nayla masih mempunyai kebiasaan ngompol. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode

analitik dalam kutipan di bawah ini.

(7) Ia masih saja heran kenapa setiap malam ngompol di celana padahal sudah menjelang sepuluh tahun usianya. (hlm. 2)

Nayla mempunyai sifat sederhana, dan tidak senang menjadi pusat perhatian. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode

analitik dalam kutipan di bawah ini.

(8) Biasanya, saya akan berjalan kaki menuju sekolah dan berbaur dengan anak-anak lainnya. Saya merasa lebih nyaman seperti itu ketimbang turun dari mobil mewah,tepat di depan gerbang sekolah. (hlm.9)

Nayla juga digambarkan oleh pengarang sebagai seorang wanita yang

tidak senang memperhatikan penampilannya. Ia lebih senang tampil apa adanya tanpa terikat oleh mode. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(31)

Saat memutuskan hidup mandiri pada usia 14 tahun, Nayla menganut seks bebas. Ia sering melakukan hubungan intim dengan beberapa laki-laki untuk

mendapatkan kepuasan. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(10) Setiap malam minggu saya punya janji. Setelah selesai menari, kami berdua menyelinap ke dalam kamar hotel. Melakukannya langsung tanpa perlu mengatasnamakan cinta sebagai embel-embel. Ia mau. Saya mau. Tak perlu malu-malu. (hlm 101)

(11) Saya butuh kepuasan rohani. Mendengar suara mereka mengerang. Merasakan tubuh mereka menggelinjang. Menyaksikan mereka tak lebih dari seekor binatang sangatlah menyenangkan. (hlm 101)

(12) Maka dituntunnya laki-laki itu menuju kamar mandi. Dicumbunya di depan pintu. Ditariknya masuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi yang tak berlampu. Dibukanya ritsleuting celana laki-laki itu. Dilakukannya semua yang ingin ia lakukan saat itu, di kamar mandi tak berlampu, dengan laki-laki itu. (hlm 144)

Keputusan Nayla untuk melakukan seks bebas dipengaruhi oleh

pengalamannya pada saat berusia sembilan tahun. Ia pernah diperkosa oleh kekasih ibu kandungnya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dan dramatik dalam kutipan di bawah ini.

(13) Bodoh. Mereka mengira saya perawan. Padahal hati saya yang perawan, bukan vagina saya. Meskipun usia saya masih sangat muda. (hlm. 5)

(14) “Hah? Kamu kan baru empat belas tahun. Pertama kali ngelakuin umur berapa?”

“Sembilan tahun.” “Hah?! Sama siapa?” “Pacar nyokap gue!”

“Ya, diperkosa satu laki-laki sejak umur sembilan tahun. Gue nyoba beneran sembilan laki-laki lainnya sejak umur tiga belas tahun….” (hlm. 83-84)

Kekerasan seksual yang pernah dialami dan kehidupan seks bebas yang dilakukan Nayla membuatnya menentang konsep masyarakat tentang virginitas. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode dramatik dalam

(32)

(15) “Jadi Mbak tidak setuju dengan konsep masyarakat tentang virginitas?” “Tidak. Saya belum menikah. Dan saya sudah tidak perawan. Buktinya saya baik-baik saja.” (hlm. 117-118)

Untuk memperoleh kasih sayang yang tidak pernah diperolehnya saat tinggal bersama ibu kandungnya, Nayla menjalin hubungan dengan seorang rekan

kerjanya di sebuah diskotek bernama Juli. Bersama Juli, Nayla merasa mendapat kasih sayang dan perhatian. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan

menggunakan metode analitik dalam kutipan dibawah ini.

(16) Bersama Juli, saya merasakan kehangatan kasih yang pernah ingin saya berikan kepada Ibu. (hlm 5)

(17) Tapi untuk urusan perasaan, saya lebih merasa nyaman dengan perempuan. Entah salah atau benar, saya menemukan Ibu di dalam dirinya. Saya rindu Ibu. (hlm 54-55)

Walaupun Nayla menjalin hubungan dengan Juli, tapi Nayla bukanlah seorang

lesbian. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode dramatik dalam kutipan di bawah ini.

(18) “Yangku, saya bukan pencinta perempuan. Saya bukan lesbian. Tapi saya pencinta kehidupan”. (hlm.68)

Selain menganut seks bebas, saat Nayla berusia tiga belas tahun dan hidup mandiri ia sering mengkonsumsi minuman keras. Kebiasaan ini berasal dari keluarganya yang mengijinkannya minum minuman keras. Selain itu dengan

minum minuman keras Nayla merasa dapat mengungkapkan dirinya yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode

dramatik dalam kutipan di bawah ini.

(19) “Langsung aja ya, Mbak… Udah lama minum bir?” “Sejak empat belas tahun.”

“O ya? Gak apa-apa tuh Mbak sama orangtua?”

(33)

(20) Waktu saya sudah mengenal minuman, saya tidak pernah tidak jujur. Saya marah ketika ingin marah. Saya memaki ketika ingin memaki. Saya melakukan apa yang saya anggap benar dan tidak mendendam. (hlm 162)

Saat usia Nayla empat belas tahun, ia pernah bekerja sebagai juru lampu dan penari latar di sebuah diskotek. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan

menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(21) Saya punya teman yang bekerja jadi sopir antar jemput karyawan untuk sebuahdiskotek dan menawari saya pekerjaan. Diskotek itu kebetulan butuh juru lampu … Saya diterima, Ibu. (hlm 54)

(22) Diskotek itu sering mengundang pengisi acara. Penyanyi lengkap dengan penari ltar. Ternyata mereka kekurangan penari. Saya menawarkan diri. Saya pun diajari. Setelah beberapa kali latihan, saya resmi bergabung dengan mereka. (hm 54)

Nayla mempunyai hobi menulis. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode dramatik dan analitik dalam kutipan di bawah ini.

(23) “Tolong Mbak ceritakan, sejak kapan mulai nulis.” “Sejak kecil.” (hlm 120)

(24) Betapa leganya bertemu dengan kertas dan pensil. Saya sering menulis puisi dan Bu Lina menyukainya. Kadang ia minta dibuatkan puisi cinta untuk dikirim ke kekasihnya yang bertugas di Sumatera. (hlm 21)

Dari hobinya menulis tersebut, saat Nayla telah dapat hidup mandiri ia

menjadi seorang penulis cerpen. Bahkan ia ditawari menulis skenario berdasarkan cerpen yang ditulisnya.hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan

metode analitik dan dramatik dalam kutipan di bawah ini.

(25) Itu benar-benar namanya! Nayla Kinar! Tidak mungkin kesalahan cetak. Karena tidak namanya saja yang tercantum di sana, tapi juga cerita pendeknya!… Yang Nayla peduli adalah akhirnya cerita pendeknya dimuat, setelah bertahun-tahun mencoba mengirim dan ditolak. (hlm 152)

(26) Kebetulan saat itu Nayla baru ditawari seorang produser untuk menggarap skenario dari bukunya. (hlm 172)

(27) “Loh, kok jadi gitu? Kan udah jelas-jelas film ini adaptasi dari bukumu, Mah.”

(34)

Cerpen yang ditulis Nayla menceritakan tentang seksualitas dan dunia perempuan. Ia menulis hal-hal tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman

yang diperolehnya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode dramatik. Terdapat dalam kutipan di bawah ini.

(28) “Apa yang menjadi inspirasi Mbak ketika nulis?”

“Apa ya? Gak tentu. Saya pikir semua hal menjadi inspirasi saya. Saya punya pengalaman harafiah dan non harafiah sejak dilahirkan sampai detik ini. Referensi inilah yang saya tuangkan ke dalam tulisan.” (hlm 116)

(29) “Masalah seksualitas seperti apa yang mbak maksud?’

“Tubuh perempuan direpresi dan hanya difungsikan sebagai alat reproduksi. Tubuh perempuan tidak diberi hak bersenang-senang atau disenangkan. Perempuan harus perawan. Perempuan harus bisa hamil dan melahirkan. Perempuan harus menyusui. Perempuan harus pintar memuaskan laki-laki di ranjang. Perempuan hanya masyarakat nomor dua setelah laki-laki. Coba bayangkan, banyak sekali perempuan yang tidak tahu seperti apa orgasme. Inikan menyedihkan sekali?!” (hlm 117)

Kekerasan fisik dan pelecehan seksual yang pernah dialami Nayla semasa kecilnya membuat Nayla takut, dendam dan sakit hati kepada ibu kandung dan

kekasih ibunya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(30) Rasa sakit di hatinya pun kerap menusuk setiap kali melihat sosok ibu tak ubahnya monster. (hlm 2)

(31) Saya terlalu takut dan Ibu semakin kuat. Saya tidak mampu lagi menanggulangi ketakutan dan penyesalan ini. Saya harus pergi. Saya akan mencari Ayah yang selama ini Ibu benci. (hlm 114)

(32) Saya cuma pura-pura baik padahal mendendam. Dendam pada Ibu, dendam pada pacar-pacar Ibu, dendam pada Om Indra, dan dendam pada keadaan. (hlm 162)

Walaupun Nayla sering mendapat kekerasan fisik dari Ibu kandungnya saat tinggal bersama ibu kandungnya, tetapi secara materi kebutuhannya terpenuhi.

(35)

(33) Aku memberimu tempat berteduh yang nyaman. Aku menyediakanmu segala kebutuhan sandang dan pangan. (hlm 6)

(34) Kusekolahkan kamu di sekolah yang cukup mahal. Kamu tinggal menghempaskan pantatmu di atas jok mobil yang berpendingin dan sampailah kamu di sekolah dalam sekejap. Kamu tinggal membuka mulut dan menyuap makanan bergizi penuh variasi tanpa perlu susah-susah memutar otak. (hlm 7)

Walaupun Nayla tidak mendapat kasih sayang dan selalu mendapat kekerasan fisik dari ibunya tapi Nayla berusaha selalu menghormati ibunya. Nayla selalu memberikan kabar tentang dirinya kepada ibunya, dan ia juga selalu berusaha

menjaga nama baik ibunya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(35) Saya minta maaf, Bu, karena di luar pun saya masih saja merepotkan. Saya tidak bermaksud melibatkan ibu… saya sama sekali tidak marah karena ibu tidak pernah memberi tanggapan. (hlm 53)

(36) … Semoga bisa membuat ibu sedikit tenang, teriring terima kasih sedalam-dalamnya untuk semua petuah dan prinsip yang pernah ibu ajarkan dan cinta yang ibu berikan. (hlm 55)

(37) Saya diam dan menerimanya demi Ibu. Karena Ibu mencintainya. Karena sudah selayaknya seorang anak berbakti kepada ibunya. (hlm114)

Saat Nayla berusia sekitar tiga belas tahun, ia memutuskan untuk mencari

ayahnya karena selama tinggal bersama ibunya Nayla tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan perhatian. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan

menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(38) Saya melayang di atas bus kota itu. Saya terbang melewati mobil-mobil yang merayap sepanjang Blok M, menuju Sudirman. Menelikung di bundaran patung api. Berhenti di sebuah halte bus di bilangan Thamrin. Berjalan beriringan mencari satu alamat. Mengetuk di depan satu pintu rumah. Mencari Ayah. (hlm 10)

(36)

Selama dua bulan tinggal bersama ayahnya, Nayla merasa bahagia dan ia sangat mencintai ayahnya walaupun tidak ditunjukkan secara langsung. Hal ini

ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(40) Saya tetap merasa asing. Tapi saya merasa tenang di rumah ini. Bukan isapan jempol. Buktinya saya berhenti ngompol. Saya tak tahu seperti apa bahagia. Tapi saya yakin, saya sedang mengetuk di depan pintunya. (hlm 20)

(41) Kamu juga gak akan berhenti mencari figur bapakmu yang sebenarnya kamu cintai walaupun kamu gak pernah akui. (hlm 49)

(42) Tapi di sisi lain, saya bersyukur kita diberi kesempatan bersama selama dua bulan sebelum Ayah meninggal. Saya juga menyesal karena sering mengatakan kalau saya tak pernah mencintai Ayah. Saya sama sekali tak bermaksud begitu. (hlm 56)

Sejak kematian Ayahnya, saat Nayla berusia dua belas tahun, ia dimasukkan ke dalam Rumah Rehabititasi Anak Nakal dan Narkoba oleh Ibu tirinya karena

diduga menggunakan narkoba dan sering mabuk. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan mengunakan metode dramatik dan analitik. Terdapat dalam

kutipan di bawah ini.

(43) Umurnya dua belas tahun. Kasusnya, kenakalan remaja dan penggunaan narkoba. Tapi ia tak pernah mengakuinya. (hlm 18)

(44) “Enggak, Mbak. Saya Cuma mau laporan tentang perkembangan Nayla dan mendiskusikannya. Saya takut kecurigaan saya gak benar karena saya pun tidak punya bukti obat apa yang Nayla pakai. Tapi saya yakin, Mbak ibunya. Mbak pasti lebih tau. Jadi kalau mbak sependapat dengan saya, bahwa Nayla memakai obat-obatan, saya sudah punya solusi. Dan inilah yang akan saya sampaikan. Saya butuh bantuan Mbak.” (hlm141)

2.2.2 Penokohan Juli

Juli bekerja sebagai seorang juru musik di sebuah diskotek selama tiga

(37)

(45) Sudah hampir tiga tahun ia malang melintang di dunia malam sebagai juru musik. (hlm 4)

(46) Aku yang lebih lama malang melintang di dunia malam. Aku lebih ngelotok daripada kamu. (hlm 51)

(47) Selama tiga tahun menggeluti dunia malam, Juli sudah terbiasa mendengar ragam kisah dibalik kehidupan pelacur, tuna wisma, bandar, preman, om-om senang, juga anak-anak di bawah umur yang kabur dari rumahnya. (hlm 62)

Pengalamannya bekerja selama tiga tahun di diskotek membuat Juli mempunyai banyak prestasi dan banyak dikenal orang. Hal ini ditunjukkan oleh

pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini. (48) Katanya, ia tak seperti Juli yang namanya sudah terkenal dan mendapat

banyak prestasi. (hlm.67)

Secara fisik, Juli digambarkan sebagai seorang wanita yang mempunyai bentuk tubuh seperti laki-laki. Sikap Juli pun seperti laki-laki. Hal ini ditunjukkan

oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini. (49) Perawakan dan sikap Juli tak ubahnya seorang laki-laki. (hlm 4)

Selain mempunyai bentuk tubuh dan sikap seperti laki-laki, Juli mempunyai kharisma sehingga banyak perempuan maupun laki-laki tergila-gila padanya. Hal

ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(50) Tapi Juli mempunyai kharisma. Banyak tamu perempuan tergila-gila padanya. Yang laki-laki pun tak jarang ingin menaklukkannya. (hlm.4)

Juli sudah tidak perawan karena sejak remaja ia senang memasukkan

benda-benda ke dalam vaginanya. Begitu juga ketika bersama dengan kekasihnya, seorang model, mereka sering bercinta dengan cara saling memasuki vagina satu sama lain dengan jari mereka. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan

menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(38)

(52) Semenjak remaja ia suka memasukkan benda-benda ke dalam vaginanya sambil membayangkan perempuan yang ia idamkan. Sekarang pun dengan kekasihnya yang seorang model mereka sering bercinta dengan cara saling memasuki vagina satu sama lain dengan jari mereka. (hlm 5)

(53) Tak jarang di depan mata saya mereka bercumbu. Seakan saya tak berada di tempat itu. (hlm 5)

Pertemuan Juli dengan Nayla membuat hubungan Juli dengan kekasihnya selalu diwarnai dengan seteru dan akhirnya hubungan mereka putus. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan

di bawah ini.

(54) Perempuan muda yang baru beranjak tiga belas tahun usianya. Perempuan yang mencuri hatinya pada saat pandangan pertama. Membuat kekasihnya cemburu. Dan hubungan mereka akhirnya tak henti diwarnai seteru. (hlm.63)

Setelah putus dengan kekasihnya, Juli menjalin hubungan serius dengan Nayla selama kurang lebih dua tahun. Juli pun tidak ingin Nayla membagi cintanya

dengan laki-laki maupun perempuan lain. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(55) Dua tahun lebih ini aku bersyukur bisa dekat sama kamu. (hlm.51)

(56) Bagi Juli, hubungan kami tidak sekedar main-main. Ia tak mau cinta dan tubuh saya dibagikan dengan laki-laki maupun perempuan lain. (hlm.99)

Selama menjalin hubungan dengan Nayla, Juli sangat cemburu melihat Nayla dikerumuni tamu-tamu tak dikenal maupun teman-temannya di diskotek. Ia pun rela melakukan apa saja demi Nayla. hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan

menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(57) Liat kamu selalu dikerumuni tamu-tamu tetap teman-teman kita aja aku cemburu, apalagi harus ditambah dengan orang-orang yang gak jelas juntrungannya itu? (hlm 50)

(39)

(59) Juli semakin dihantui rasa penasaran. Ia begitu ingin tahu, seperti apa sikap Nayla ketika menerima bunga dan kartu nama itu. (hlm.102)

Walaupun Juli mempunyai sifat cemburu, tapi Juli ingin melindungi Nayla dan memperbaiki kehidupan Nayla. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan

menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(60) Mendadak Juli ingin melindungi Nayla. Mendadak Juli ingin memperbaiki kehidupan Nayla. (hlm 64)

(61) Tapi kebaikan dan ketulusannya membuat saya terharu…. Ia sudah membuat hidup saya lebih nyaman. Ia memberi saya rasa aman. (hlm 99)

(62) Tanpa harus menari, Juli mampu memberi Nayla uang ekstra lima puluh ribu tiap minggu. Juli rela memberi setiap sen penghasilannya selama bias selalu berdekatan dengan Nayla. (hlm.102)

Ketika kontrak kerja Juli habis, ia memutuskan untuk pulang, meninggalkan Nayla dan dunia malamnya. Ia ingin hidup tenang, menjadi seorang pengajar, dan

hidup langgeng dengan kekasih yang dapat menerimanya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini. (63) Besok kontrak kerjaku habis dan gak diperpanjang. Aku harus pulang.

(hlm.51)

(64) Yangku, bukan maksudku mutusin kamu sepihak…. Tapi aku merasa gak ada jalan lain selain pisah. (hlm.51)

(65) Yang aku butuhkan sekarang adalah hidup tenang. Aku mau tinggalin dunia malam, aku cuma mau jadi pengajar. Hidup langgeng dengan kekasih yang bisa menerimaku. (hlm.52)

Di sisi lain, Juli tidak menyukai keadaan dalam dirinya sendiri yang lebih

menyerupai laki-laki daripada tubuhnya yang sebenarnya seorang wanita. Tetapi di sisi lain Juli merasa tidak bisa membenci tubuh perempuan karena ia mencintai tubuh tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode

analitik dalam kutipan di bawah ini.

(40)

bisa membenci tubuh perempuannya karena ia mencintai tubuh perempuan. Juli benci dengan jiwa laki-laki yang mengalir di dalam tubuh laki-laki. (hlm 103)

(67) Juli tak ingin mengeluarkan air mata hanya untuk berkhianat dengan mendambakan tubuh yang begitu dibencinya itu menjadi miliknya. Tidak! Tubuh yang dimilikinya sekarang ini tak sepatutnya berganti dengan tubuh laki-laki yang menjijikkan! Tubuh dengan sebongkol biji dan sekerat daging lebih bukan sesuatu yang layak untuk diidamkan. Tanpa tubuh itu, Juli akan membuktikan. Bahwa ia juga seorang manusia yang tak layak diperlakukan bak binatang. (hlm 103)

Kelainan dalam perkembangan psikologinya, membuat Juli menjadi jauh

dengan keluarganya sendiri. Hal ini di tunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(68) Tubuh-tubuh itu yang menjauhkan Juli dari keluarganya. Keluarga yang normal karena berjiwa sesuai dengan penampilan tubuh. (hlm 103)

2.2.3 Penokohan Ibu Kandung Nayla

Ibu kandung Nayla adalah seorang peragawati terkenal. Ia digambarkan sebagai seorang wanita yang cantik, pandai dan mandiri. Hal ini ditunjukkan oleh

pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini. (69) Ibu adalah perempuan cantik dan mandiri. Ibu bisa menjadi seorang ibu

sekaligus ayah. Sebagai seorang peragawati ternama di jamannya, Ibu mampu membagi waktu antara pekerjan dan mengurus rumah. (hlm 95)

(70) Bahkan Ibunya yang mengaku sudah sedemikian cantik, sedemikian terkenal, sedemikian tegar, sedemikian mapan dan sedemikian pandai…(hlm 142)

Kecantikan yang dimiliki ibu kandung Nayla membuatnya banyak disukai laki-laki. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode

analitik dalam kutipan di bawah ini.

(41)

Selain cantik, pandai dan mandiri, ibu kandung Nayla merupakan wanita yang kuat dan tegar dalam menghadapi masalah. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang

dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(72) Ibu memang orang yang kuat…. Tak pernah saya saksikan air mata meleleh di pipinya seperti teman-teman arisan Ibu yang berkumpul di rumah ketika sedang membicarakan perselingkuhan suaminya. Tak pernah saya menyaksikan Ibu mengurung diri di kamar seperti Tante Ira tetangga sebelah rumah yang dicerai tanpa diberi hak perwakilan anak. (hlm.111-112)

Ibu kandung Nayla juga mempunyai sifat tegas dan tidak suka berbasa-basi. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam

kutipan di bawah ini.

(73) Saya ini orangnya straight to the point. Saya gak suka basa-basi. Dan sebenarnya, saya sudah tidak mau tahu lagi apa pun tentang Nayla. bukan karena saya tidak peduli, tapi saya harus mengajar Nayla untuk menerima konsekuensi semua perbuatannya. (hlm.139)

Dalam mendidik Nayla, ibu kandungnya sangat keras dan disiplin. Hal ini

ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(74) Harusnya kamu tahu, sikapku tak bisa ditawar. Aku tak akan menjilat ludahku sendiri. (hlm.17)

(75) Kita semua tahu ia adalah orang yang sangat keras kepala dan memegang teguh prinsipnya. Ia adalah perempuan terhebat yang pernah saya kenal. Ia laksana matahari yang tak akan pernah terjamah dan terjangkau. (hlm.57)

(76) Ibu tidak mendidik Nayla layaknya ibu-ibu lain. Ibu adalah orang yang sangat rapi dan disiplin. (hlm 96)

Walaupun selalu mendidik Nayla dengan disiplin dan keras, ibu kandung Nayla selalu berusaha memenuhi kebutuhan materi Nayla. hal ini ditunjukkan

oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini. (77) Aku menafkahimu. Aku memberimu tempat berteduh yang nyaman. Aku

(42)

(78) Kusekolahkan kamu di sekolah yang cukup mahal. Kamu tinggal menghempaskan pantatmu di atas jok mobil yang berpendingin dan sampailah kamu di sekolah dalam sekejap. Kamu tinggal membuka mulut dan menyuap makanan bergizi penuh variasi tanpa perlu susah-susah memutar otak. (hlm.7)

Ibu kandung Nayla sangat membenci mantan suaminya karena merasa ditinggalkan saat mengandung Nayla. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan

menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(79) Kamu tak akan pernah tahu, anakku, seberapa dalam ayahmu menyakiti hatiku. Ia menyakiti kita dengan tidak mengakui janin yang kukandung adalah keturunannya… Kamu milikku, bukan milik ayahmu. (hlm 6)

(80) Di saat ayahmu meninggalkan. Di saat ayahmu enak-enakan. Di saat ayahmu seenak udel kawin dengan perempuan yang lebih cocok menjadi kakakmu. (hlm.154)

(81) Ayahmu yang tidak bertanggung jawab. Ayahmu yang bejat. Ini semua salahnya. Bukan aku! Jika ia tidak meninggalkan kita, Nayla, tidak akan ada nama Om Indra. Tidak akan ada nama siapa pun! Demi Tuhan, Nayla. sadarlah, ini semua salah ayahmu. Ayahmu. (hlm.156)

Kebencian ibu kandung Nayla terhadap mantan suaminya, membuat Nayla tidak diijinkan oleh ibunya untuk mengenal ayah kandungnya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(82) Begitu pula dengan sikapku dengan tidak mengijinkanmu mengenalnya…. Kelak kamu akan sadar, bahwa ayahmu sama sekali tak mencintaimu. Dan dengan sendirinya kamu tak akan sudi mencarinya. Kamu akan memilih lebih baik hanya punya aku, ibumu, ketimbang punya ayah yang tega meninggalkan anaknya. (hlm8)

(83) Untukmu kembali dengan kesadaran bahwa aku tidak layak kamu tinggal. Apalagi kamu tinggal hanya untuk seorang ayah yang begundal…. Apakah kamu tidak bisa melihat tanda-tanda? Bahkan alam pun tidak sudi mempersatukan kalian. Kenapa? Karena bajingan itu tidak layak mendapatkanmu! (hlm 155)

(84) Padahal menurut Ibu, Ayah bukan ayah teladan. (hlm.168)

Kebencian ibu kandung Nayla terhadap suaminya, membuatnya tidak ingin

(43)

(85) Akan kubuktikan kepadanya, anakku, bahwa aku bisa berdiri sendiri tanpa perlu ia mengulurkan tangan. (hlm.6)

Setelah berpisah dengan ayah Nayla, ibu kandung Nayla menjalin hubungan dengan beberapa laki-laki dengan tujuan untuk mendapatkan uang dan materi. Hal

ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(86) Tapi Ibu tidak mengagumi Om Billy. Ibu hanya menginginkan uang Om Billy. Maka ketika Om Billy yang jadwalnya sebagai birokrat begitu padat itu harus segera pergi setelah memasukkan sejumlah uang ke dalam tas Nayla, Ibu sama sekali tak peduli. Ibu peduli pada berapa banyak uang yang sudah tersimpan di dalam tas Nayla. Karena itu tak lama setelah tubuh Om Billy menghilang dari hadapan mereka, Ibu mengambil tas Nayla. Mengeluarkan uangnya. Menghitung di bawah meja. Memasukkan ke dalam tasnya. Dan rasa puas terpancar di wajahnya. (hlm 95)

(87) Om Deni segera membayar semua barang termasuk belanjaan Ibu. Setelah pembayaran selesai, Om Deni menghampiri Nayla. sekali lagi menjabat tangannya dan tak lupa memasukkan sejumlah uang ke dalam tasnya sambil berbisik, “Ini untuk jajan ya, sayang…” (hlm.97)

2.2.4 Penokohan Ibu Tiri Nayla

Ibu tiri Nayla seorang perancang busana terkenal dan masih sangat muda. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dan dramatik dalam kutipan dibawah ini.

(88)Saya hanya menyebut nama Ayah ketika seorang perempuan muda, perancang busana ternama, muncul di balik pintu. (hlm 10)

(89) “Tidak ada. Anda tahu, saya perancang busana. Saya seniman. (hlm 132)

(90) Saya kagum sekali dengan Anda. Masih muda, kaya, terkenal, gampang cari pengganti. (hlm 136)

Sebelum menikah dengan Ayah Nayla, Ibu tirinya telah mengenal ayah Nayla

(44)

anak. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dan dramatik dalam kutipan di bawah ini.

(91) “Sudah lama, saya bertemu beliau setahun lebih yang lalu, tidak sampai tiga bulan kami pacaran, langsung menikah”. (hlm 132)

(92) Ia baru setahun menikah dengan Ayah tanpa sempat dikaruniai anak. (hlm 22)

(93) “Anda masih muda, belum punya anak, sementara Nayla sudah beranjak dewasa, apakah Anda tidak mengalami kesulitan?” (hlm133)

Ibu tiri Nayla sangat memperhatikan Ayah Nayla. Ia juga selalu setia dan

memberi dukungan kepada ayah Nayla. hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dan dramatik dalam kutipan di bawah ini.

(94) “…Jadi saya mengerti benar bahwa kretifitas seniman tidak bisa dibendung, apalagi seniman besar saperti beliau. Berkarya adalah hidupnya. Jika saya meredamnya, berarti saya mematikan soul-nya”. (hlm 132)

(95) Sebagai istri saya hanya bisa menemani dan memberi dukungan. Mengingatkan beliau makan, mengingatkan beliau untuk istirahat. Dan karena itulah jika kami sedang berkarya, kami pergi ke rumah peristirahatan. (hlm 132)

(96) Dari tadi ia menulis di kamar sebelah. Mbak Ratu menungguinya tanpa kenal lelah. (hlm 168)

Sebelum suaminya meninggal, antara ibu tiri Nayla, suaminya (ayah kandung Nayla) maupun Nayla merasa dekat. Mereka bertiga saling mencintai. Hal ini

ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode dramatik dalam kutipan dibawah ini.

(97) “Sejauh mana kedekatan Anda dengan Nayla?”

“Dekat sekali. Kami berdua sama-sama mencintai Bung Radja, juga dicintai….” (hlm 134)

Setelah suaminya (ayah kandung Nayla) meninggal, Ratu (ibu tiri Nayla)

(45)

memakai obat-obatan terlarang dan banyak berubah sejak kematian ayahnya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dan

dramatik dalam kutipan di bawah ini.

(98) “Hah? Kenapa Nayla, Bu Ratu? Dia pengguna narkoba?

“Tidak, tapi ada beberapa perubahan yang sangat mencolok dan kurang wajar. Dia sering bolos sekolah. Dia kadang-kadang tertawa tanpa sebab. Dia…”

“Ya, jadi bagaimana caranya supaya Nayla bias ikut rehabilitasi di sini?” (hlm.137)

(99) “Saya gak tahu apa-apa sebenarnya, Mbak. Saya udah coba mengerti Nayla selama sebulan ini. Tapi dia berubah. Hanya seminggu aja dia stabil sehabis Bung meninggal. Minggu selanjutnya sampai sekarang ini saya jarang ketemu dia…. Saya bukan ibunya.” (hlm.140)

(100) Jadi kalau mbak sependapat dengan saya, bahwa Nayla memakai obat-obatan, saya sudah punya solusi. Dan inilah yang akan saya sampaikan. (hlm.141)

2.2.5 Penokohan Ayah Nayla

Ayah Nayla adalah seorang seniman terkenal. Ia mengabdikan hidupnya

untuk berkarya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(101) Saya yakin, pasti ia pikir kami hanyalah pelajar SMP yang ingin bertemu dengan sang penulis idola. (hlm.11)

(102) Jadi saya mengerti benar bahwa kreativitas seniman tidak bias dibendung, apalagi seniman besar seperti beliau. Berkarya adalah hidupnya. (hlm.132)

Sebelum menikah dengan Ratu, Radja, ayah kandung Nayla mempunyai

kebiasaan minum minuman keras. Tetapi kebiasaan itu berhenti setelah menikah dengan ibu tiri Nayla. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode dramatik dalam kutipan di bawah ini.

(103) “Apa penyakit Bung juga disebabkan karena terlalu banyak minum minuman keras?”

(46)

Sebelum bertemu dengan Nayla, ayah Nayla selalu memikirkan Nayla. Ia berusaha menemui Nayla tapi tidak pernah diijinkan oleh ibu kandung Nayla. Hal

ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(104) … ketika ia bercerita tentang suaminya yang sering memikirkan saya. Tentang usaha suaminya menemui saya namun tak pernah diijinkan Ibu. (hlm.11)

Ayah kandung Nayla tidak pernah mengekang Nayla seperti ibu kandung Nayla. Ia selalu memberi kebebasan kepada Nayla untuk melakukan apapun yang disukai Nayla. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode

analitik dalam kutipan di bawah ini.

(105) Sementara Nayla seharian dibiarkan berenang di laut, diberi uang sekucupnya untuk makan siang dan belanja di pasar, diberi kebebasan…. Tapi andaikata Nayla tidak mau berenang, andaikata Nayla tidak mau belanja, andaikata Nayla tidak mau apa-apa selama liburan selain tidur-tiduran di samping Mbak Ratu sambil menunggu Ayah menulis seharian pun, Ayah tidak akan melarang. Andaikata tadi Nayla mau ikut Ayah dan Mbak Ratu pergi jalan-jalan malam pun, ayah tidak akan keberatan. (hlm.168)

Ayah Nayla meninggal karena sakit jantung. Hal ini dapat ditunjukkan ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode dramatik dalam

kutipan di bawah ini.

(106) “Mbak Ratu, kami semua tahu kalau Bung Radja meninggal akibat sakit jantung….” (hlm.131-132)

2.2.6 Penokohan Bu Lina

Bu Lina adalah seorang Pembina di rumah perawatan anak nakal dan

narkoba. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(47)

Bu lina mempunyai seorang kekasih yang bertugas di Sumatera. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan

di bawah ini.

(108) Kadang ia minta dibuatkan puisi cinta untuk dikirim ke kekasihnya yang bertugas di Sumatera. (hlm21)

Bu Lina sangat menyukai puisi. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang

dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini. (109) Saya sering menulis puisi dan Bu Lina menyukainya.(hlm 21)

Bu Lina mempunyai sifat perhatian. Hal ini ditunjukkan dengan memperhatikan perkembangan Nayla selama berada di dalam rumah perawatan

anak nakal dan narkoba. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

(110) Namanya Nayla. teman-temanku sesama pembina tak ada yang suka dengannya. Mereka merasa Nayla sombong karena keluarganya terkenal dan kaya…. Di kala senggang kerjanya hanya tertawa-tawa sendiri, memilin-milin ujung rambut, dan menggigiti ujung jari. (hlm 18)

(111) Akhirnya aku merasa, ada yang tak beres dengan keluarga anak ini. Tapi jika tak ada yang mau buka suara atau bersaksi, bagaimana kasusnya harus kami tindak lanjuti? (hlm 19)

(112) Aku sedih, sekaligus lega. Minggu ini aku akan berpisah dengan Nayla. Tapi aku pun bahagia, karena Nayla sebentar lagi akan hidup selayaknya anak-anak sebayanya. (hlm 20-21)

Bu Lina mempunyai sifat yang berbeda dengan Pembina rumah perawatan anak nakal dan narkoba lainnya. Bu Lina memanjakan Nayla. ia juga memberikan

sedikit kebebasan kepada Nayla dengan memberinya ijin masuk ke kamarnya, bahkan memperbolehkan Nayla membaca atau menulis. Hal ini ditunjukkan oleh

pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini. (113) Tak seperti dua Pembina lain, Bu Lina memanjakan saya. Ia sering

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh literasi keuangan, experienced regret, risk tolerance, dan motivasi pada keputusan investasi keluarga dengan mengambil

Sumpah Pocong merupakan institusi resolusi konflik yang telah mendapatkan public trust dari masyarakat Pendhalungan kerana menggunakan nilai-nilai agama yang menjadi dasar

Nilai gizi makanan juga didapatkan dengan adanya variasi tanaman atau ternak yang dipelihara oleh keluarga sehingga meningkatkan daya beli keluarga terhadap makanan

Setelah mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penimbunan secara bertahap dan perencanaan PVD yang akan digunakan dari perhitungan sebelumnya, selanjutnya akan

Gambar diatas merupakan grafik kecepatan angular roda dan kendaraan pada lock braking hasil dari simulasi MATLAB, grafik diatas menunjukkan kecepatan angular roda

11 Setelah proses di atas selesai, kita tinggal membuat garis di belakang KATA PENGANTAR kemudian spasi, terus tekan Tab pada keyboard sehingga hasil seperti gambar di bawah :.

Salah satu implikasi dari perubahan undang-undang tersebut adalah pada status Bank Indonesia dalam bidang perpajakan yaitu kedudukan Bank Indonesia sebagai Wajib Pajak Badan,

(4) Standar Pendidikan Tinggi yang Ditetapkan oleh Perguruan Tinggi disusun dan dikembangkan oleh perguruan tinggi dan ditetapkan dalam peraturan pemimpin perguruan