• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PTT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DI KECAMATAN SUKAMAKMUR, BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PTT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DI KECAMATAN SUKAMAKMUR, BOGOR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PTT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI SAWAH

DI KECAMATAN SUKAMAKMUR, BOGOR Oleh :

IsmiPujiRuwaida, Endang Krisnawati1)

1) DosenSekolahTinggiPenyuluhanPertanian Bogor Corr :ismiruwaida@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara agraris, dimana pertanian merupakan salah satu mata pencaharian utama penduduk (Kementerian Pertanian, 2009). Perkembangan teknologi di bidang pertanian, salahsatunyaadalah penerapan teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) untuk beberapa komoditas, yaitu padi sawah, jagung, kedelai dan sebagainya. Namun, masih banyak petani yang belum menerapkan teknologi tersebut, yang dimungkinkan karena letak desa tersebut jauh dari pusat pemerintahan, rendahnya pengetahuan dan modal petani. Merujuk pada latar belakang tersebut, diperlukan penelitian tentang tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah di desa Sukawangi yang salah satu komoditi utamanya adalah padi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tingkat adopsi teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) terhadap produktivitas padi sawah di Kecamatan Sukamakmur, Bogordan mengetahui tingkat adopsi teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi oleh petani di Kecamatan Sukamakmur, Bogor. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwaadopsi (penerapan) teknologi PTT di Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur termasuk dalam kategori sangat tinggi, yaitu 78,75 %.Begitujugadengan pengetahuan petani tentang teknologi PTT padi termasuk dalam kategori tinggi, yaitu sebesar 74, 38 %. Adopsi (penerapan) teknologi PTT dan pengetahuan petani tentang teknologi PTT tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi.

Kata kunci :adopsi, penerapan, pengetahuan, teknologi PTT, produktivitas ABSTRACT

Indonesia is an agricultural country, where agriculture is the main livelihood of the population (Ministry of Agriculture, 2009). Technological developments in agriculture, one of which is the application technology of ICM (Integrated Crop Management) for some commodities, namely rice paddy, corn, soybeans and so on. However, there are still many farmers who have not applied these technologies, which is possible because the village is far from the center of government, farmers' lack of knowledge and capital. Referring to the background, the necessary research about the level of adoption technology of ICM rice paddy fields in the village Sukawangi that one of its main commodity is rice. This study aims to determine the effect of technology adoption of Integrated Crop Management (ICM) on the productivity of paddy in the district Sukamakmur, Bogor and determine the level of technology adoption of Integrated Crop Management (ICM) of rice by farmers in the district Sukamakmur, Bogor. The results showed that the adoption (application) ICM technology in Sukamakmur Village, District Sukamakmur included of category of very high, namely 78.75%. The knowledge of the ICM technology of rice farmers was categorized as high (74, 38%). Adoption (application) of ICM technology and farmers' knowledge of the technology did not significantly affect the productivity of rice.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agraris, dimana pertanian merupakan salah satu mata pencaharian utama penduduk (Kementerian Pertanian, 2009). Sebagian besar pertanian di Indonesia adalah di bidang tanaman pangan, salah satunya adalah komoditi tanaman padi. Padi (Oryza sativa) merupakan komoditi strategis yang tetap mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Hal ini dikarenakan tanaman padi merupakan salah satu komoditi dalam program swasembada berkelanjutan tahun 2014 selain jagung.

Salah satu propinsi di Indonesia yang menyumbang produksi padi adalah Jawa Barat, yaitu sebesar 5,19 t/ha di musim hujan dan 4,99 t/ha di saat musim kemarau. Menurut Kemtan (2010) swasembada berkelanjutan untuk komoditas padi tahun 2014 diharapkan mencapai 75,7 ton gabah kering giling (gkg). Hal ini dapat tercapai apabila dilakukan beberapa usaha, diantaranya adalah perluasan lahan, pemenuhan kebutuhan pupuk dan infrastruktur pertanian. Beberapa usaha tersebut sebaiknya disertai dengan inovasi teknologi baru yang dapat membantu meningkatkan hasil.

Perkembangan teknologi di bidang pertanian, diantaranya penerapan teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) untuk beberapa komoditas, yaitu padi sawah, jagung, kedelai dan sebagainya. PTT merupakan pendekatan sinergis dalam penerapan komponen teknologi yang saling menunjang satu dengan lainnya, dengan mempertimbangkan karakteristik lingkungan tanaman, kondisi sosial, ekonomi dan budaya petani setempat secara partisipatif dan spesifik lokasi.

Kenyataannya, masih banyak petani yang belum menerapkan teknologi PTT tersebut, terutama petani yang berada di wilayah/desa yang sulit dijangkau. Hal ini dimungkinkan karena letak desa tersebut jauh dari pusat pemerintahan, rendahnya pengetahuan dan modal petani. Hasil beberapa penelitian menyebutkan bahwa

desa yang mempunyai letak agak jauh dari pusat pemerintahan biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menerima ataupun mengadopsi suatu hal-hal yang baru, misalnya perkembangan teknologi pertanian. Merujuk pada latar belakang tersebut, diasumsikan perlunya penelitian tentang tingkat adopsi teknologi PTT padi sawahdi desa Sukawangi yang salah satu komoditi utamanya adalah padi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani tentang teknologi PTT padi sawah, sehingga akan dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi pekerjaan, kesejahteraan petani dan terciptanya ketahanan pangan nasional.Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tingkat adopsi teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) terhadap produktivitas padi sawah di Kecamatan Sukamakmur, Bogordan mengetahui tingkat adopsi teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi oleh petani di Kecamatan Sukamakmur, Bogor.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sukamakmur, Bogor. Penelitian dimulai bersamaan dengan musim tanam padi kedua yaitu sekitar bulan Juli sampai dengan Nopember 2013. Alat dan bahan yang dibutuhkan diantaranya alat tulis, kamera, BWD, PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah), timbangan, meteran, dan sebagainya. Penelitian ini merupakan studi kasus petani padi di Kecamatan Sukamakmur. Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan metode survei melalui interview langsung dengan petani menggunakan lembar kuesioner. Data sekunder diperoleh dari kantor Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Sukamakmur dan BP4K Kabupaten Bogor.

Lokasi penelitian dipilih di Kecamatan Sukamakmur mengingat, daerah tersebut merupakan kecamatan tertinggal di Kabupaten Bogor, selanjutnya dilakukan pemilihan desa secara purposive sampling untuk desa yang terluas areal padi sawahnya. Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 10 No. 1, Mei 2015

(3)

Penentuan sampel untuk mendapatkan data primer dilakukan secara random sampling dengan jumlah sampelsebanyak 30 petani.Variabel yang diamati meliputi :

1. Karakteristik responden/petani 2. Adopsi teknologi PTT padi sawah. 3. Produktivitas padi sawah di Kecamatan

Sukamakmur Bogor.

4. Pengetahuan petani tentang teknologi PTT padi sawah

Setiap parameter

dinilaidengannilaimaksimal4dannilai

minimal1, dengan total nilai 100. RincianjumlahnilaisebagaimanaterlihatpadaT abel1.

Tabel1. RincianNilaiPadaSetiapIndikatorDalamPenelitianPengaruh Tingkat Adopsi Teknologi PTT Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor

No Variabel Indikator Total Nilai

1 KomponenTeknologi PTT Padi 1. VUB 8 2. Benih Bermutu 12 3. Benih Muda 8 4. Sistem Tanam 8 5. Pemupukan N 8 6. Pemupukan P dan K 8 7. Bahan Organik 8 8. Irigasi 8 9. Pengendalian Gulma 8 10. Pengendalian Hama&Penyakit 8 11. PanendanPascaPanen 16 TOTAL 100 Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis deskriptifdananalisis regresi linier menggunakan SPSS.

Analisis tingkat pengetahuan petani tentang teknologi PTT padi sawah secara deskriptif dan di kategorikan dalam lima kategori yaitu :

- Sangat rendah jika skor berada : <20 - Rendah jika skor berada di antara : 20-39 - Sedang jika skor berada di antara : 40-59 - Tinggi jika skor berada di antara : 60-80 - Sangat tinggi jika skor berada : > 80

DESKRIPSI WILAYAH Keragaan Wilayah

Balai Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) wilayah Jonggol Kabupaten Bogor terletak di Bagian timur Kabupaten Bogor sekitar 30 km dari pusat ibu kota Kabupaten (Cibinong). Wilayahnya

meliputi tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Jonggol, Kecamatan Cileungsi, dan Kecamatan Sukamakmur yang terbagi dalam 36 desa/kelurahan. Batas wilayah kerja BP3K wilayah Jonggol :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bekasi

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cisarua

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung putri

- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cariu

Penduduk

Penduduk merupakan salah satu potensi sumber daya dari suatu daerahJumlah penduduk laki-laki 204.848 dan perempuan 199.259 jiwa. Jumlah penduduk menurut klasifikasi umur dan jenis kelamin terlihat pada Tabel 3.

Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 10 No. 1, Mei 2015

(4)

Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut Klasifikasi Umur dan Jenis Kelamin

No Kecamatan Laki – laki Perempuan Total

1. Jonggol 61.664 61.231 122.895

2. Sukamakmur 39.943 37.026 76.969

3. Cileungsi 103.241 101.002 204.243

Sumber : Data kecamatan se- BP3K wilayah Jonggol tahun 2012 Berdasarkan Tabel 3 jumlah penduduk di

Desa Sukamakmur didominasi oleh penduduk laki-laki. Berdasarkan tingkat pendidikannya, sebagian besar penduduk berpendidikan

Sekolah Dasar. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah

Tidak sekolah SD SLTP SLTA D3 PT

1. Jonggol 3.221 4.058 4.050 157 63 51 11.600

2. Sukamakmur 3.840 11.188 4.240 240 98 87 19.693 3. Cileungsi 3.214 4.945 2.076 189 32 15 10.471 Jumlah 10.275 20.191 10.366 586 193 153 41.764 Sumber : Data kecamatan se- BP3K wilayah Jonggol tahun 2012

Kelembagaan Tani

Kelembagaan Tani yang merupakan ujung tombak pelaksanaan penyuluhan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan petani.

Kelompok tani ini diklasifikasikan berdasarkan kemampuan dalam menyerap teknologi. Kelompoktani berdasarkan kelas kemampuan dalam menyerap teknologi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Kelompok Tani Berdasarkan Kelas Kemampuan

No Kelompok Kecamatan Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Kelas Ket Pemula Lanjut Madya Utama

1. 96 Jonggol 24 54 17 0

2. 53 Sukamakmur 16 34 3 0

3. 27 Cileungsi 1 19 7 0

Sumber : Data Kelompok BP3K Wilayah Jonggol tahun 2012 Komoditas Unggulan

BP3K wilayah Jonggol memiliki luas lahan sawah 1.843 ha dan lahan kering 11.937

ha. Sebaran komoditas unggulan di Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur disajikan pada Tabel 6.

(5)

Tabel 6. Data Komoditas Unggulan menurut Sub Sektor No Sub sektor/

komoditas

Luas tanam (Ha) Populasi (pohon) Luas panen / populasi / unit Produktivitas (Kwt, Kg, L) Produksi (Ton, L) 1 Tanaman Pangan a. Padi sawah b. Padi gogo c. Palawija - Jagung - Ubi jalar - Kc tanah - Ubi kayu - Kc hijau 3535 99 74 64 74 58 4972 193 16 12 23 48 58 62 33,01 37,81 140,59 12,66 12,47 10,28 308,264 637,00 60 169 29 59,856 59,6 2 Hortikultura a. Sayuran - Mentimun - Kc panjang - Cabe besar - Cabe rawit - Terung b. Buah - Durian - Rambutan - Manggis - Pisang 18614 102 12,2 52 3269 2306 60 517 1888 14,50 6,37 2 172 65 2654 377,6 24,94 4,1405 3 Tanaman perkebunan -Cengkeh -Kelapa (butir) -Kopi 167 158 87 2 2 1,5 0,5 100 112 0,1 200 1,80 4 Peternakan -Sapi -Domba -Ayam -Itik 1032 17,379 2778 900 4000 1200 9 15 2,5 8100 60 3 5 Perikanan -Ikan mas -Ikan lele -Ikan mujair -Ikan nila 6395 3837 2558 6395000 3837000 2558000 127,9 76,74 5,116 12,79 7,674 5,116 6 Kehutanan -Mahoni -Albasia 1 1 1 - 10 - 12 - Sumber : Data Statistika Pertanian Tahun 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel

Karakteristik sosial petani di Desa Sukamakmur Kecamatan Sukamakmur sangat

beragam. Berdasarkan umur, latar belakang pendidikan, luas lahan dan pengalaman bertani diperoleh pengelompokkan karakteristik responden sebagai berikut seperti pada Tabel 7.

(6)

Tabel 7. Karakteristik Sosial SampelPenelitian

Umur Jumlah (Orang) Persentase (%) Kategori

25-35 tahun 18 45 Produktif

36-45 tahun 17 42,5 Sangat Produktif

46-55 tahun 4 10 Cukup Produktif

>55 tahun 1 2,5 Kurang Produktif

Pendidikan

SD 22 55 Rendah

SMP 10 25 Sedang

SMA 6 15 Tinggi

Sarjana 2 5 Sangat Tinggi

Luas Lahan < 0,25 ha 23 57,5 Kurang luas 0,25 – 0.50 ha 12 30 Cukup luas 0,51 – 0,75 ha 0 0 Luas > 0,75 ha 5 12,5 Sangat luas Pengalaman Bertani

< 2 tahun 2 5 Kurang berpengalaman

2 – 5 tahun 16 40 Cukup berpengalaman

6 – 9 tahun 3 7,5 Berpengalaman

> 9 tahun 19 47,5 Sangat berpengalaman

Sumber : Analisis Data Primer 2013 Umur

Umur petani yang paling dominan adalah kategori produktif dalam berusahatani, yaitu berkisar antara 25 – 35 tahun. Pada usia produktif tersebut biasanya lebih cepat dalam menerima dan mengadopsi suatu inovasi, dalam hal ini adalah teknologi PTT. Responden yang tergolong dalam usia produktif mempunyai kemampuan fisik yang optimal dan memiliki respon yang baik dalam menerima hal-hal yang baru untuk perbaikan usahataninya.Sesuai dengan pernyataan Lionberger (1960) dalam Mardikanto (2007) yang menyatakan semakin tua (diatas 50 tahun) usia seseorang, biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan Desa Sukamakmur termasukkategori berpendidikan rendah, yaitu Sekolah Dasar. Kesadaran masyarakat di Desa Sukamakmur akan pendidikan masih rendah. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat jugamerupakansalahsatufaktorpendukungrenda

hnyatingkatpendidikan. Masyarakat akan memprioritaskan anak-anak mereka untuk membantu orang tuanya mencari nafkah daripada melanjutkan pendidikan.

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berfikir seseorang yaitu cara memandang permasalahan, cara menyelesaikan permasalahan dan cara berinteraksi dengan orang lain serta dapat mempengaruhi petani dalam mengadopsi inovasi teknologi PTT padi Sawah.Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh oleh petani, maka semakin mudah pula penyuluh dalam mempengaruhi petani untuk menerapkan komponen PTT.

Petani yang mempunyai pendidikan tinggi cenderung akan lebih terbuka menerima teknologi baru dalam berusaha taninya sehingga mereka mau mencoba dan menerapkannya dengan harapan produksi taninya akan lebih meningkat dan menguntungkan. Berbeda dengan petani yang pendidikannya rendah, selalu merasa takut mencoba hal-hal yang baru meskipun hal itu baik untuk usaha taninya.

Luas Lahan

(7)

Petani Desa Sukamakmur (57,5 %) mempunya lahan usahatani yang relatif kurangluas (< 0,25 Ha), yang berartibahwasebagian besar petani adalah petani penggarap. Semakin luas lahan usahatani, diharapkan penerapan teknologi PTT akan lebih maksimal. Luas lahan juga akan sangat menentukan jumlah pendapatan petani dari usahataninya, kecenderungannya semakin luas lahan yang diusahakan harapannya akan dapat dikelola secara lebih efisien dan lebih menguntungkan.

Tingkat Pengalaman

Rata-rata pengalaman petani adalah > 9 tahun atau sangat berpengalaman, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani

yang masih rendah sehingga mulai dari umur belia sudah lebih banyak terjun dalam usahatani untuk membantu orang tua. Praktis pengalaman petani dapat dikatakan sangat berpengalaman.Rakhmat (2001) juga menyatakan bahwa pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. Sehingga dengan pengalaman tersebut dapat memperoleh pengetahuan baru yang dapat digunakan sebagai bekal untuk mnerapkan model pengelolaan tanaman terpadu padi sawah.

Selain keempat variabel tersebut ada beberapa variabel yang menunjukkan karakteristik responden seperti pada Tabel 8 berikut:

Tabel 8. Identitas Petani Responden Penelitian

No Identitas Responden Rata – rata

1. Jumlah Tanggungan Keluarga 3 orang

2. Jumlah yang Ikut Berusahatani 2 orang

3. Jumlah Tenaga Kerja 3 orang

4. Pendapatan Petani < Rp 1.000.000

Sumber : Analisis Data Primer 2013 Jumlah Tanggungan Keluarga

Anggota keluarga secara fungsional dapat dimanfaatkan sebagai modal sumberdaya/tenaga kerja pendukung fisik dan moril juga sekaligus sebagai beban tanggungan keluarga sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi ekonomi keluarga. Jumlah tanggungan keluarga petani di Kelompoktani Karya Mukti Desa Sukamakmur, rata-rata 3 orang (Tabel 8).Semakin banyak tanggungan keluarga yang dimiliki petani responden akan dapat memotivasi petani untuk berkerja lebih giat lagi untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

Jumlah Keluarga yang Ikut Berusahatani Anggota keluarga yang ikut berusahatani rata-rata sebanyak 2 orang. Semakin banyak jumlah anggota yang membantu usahatani diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan petani. Dampak banyaknya anggota keluarga yang berusahatani akan menurunkan tingkat pendidikan. Masyarakat akan lebih mengutamakan bekerja untuk mendapatkan uang daripada bersekolah.

Jumlah Tenaga Kerja

Rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan petani di Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur berjumlah 3 orang. Penggunaan tenaga kerja ini berkaitan dengan luas lahan, jika semakin banyak tenaga yang digunakan sedangkan lahan petani tidak luas, maka akan mengurangi keuntungan atau laba petani. Hal ini akan berakibat pada rendahnya pendapatan petani.

Pendapatan Petani

Pendapatan petani berkaitan langsung dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan dan input usahatani padi. Semakin banyak tenaga kerja dan input yang digunakan akan mengurangi pendapatan petani. Input usahatani salah satunya adalah penggunaan pupuk. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kondisi tanah di Desa Sukamakmur rata-rata mempunyai kandungan P dan K tinggi, dan kandungan N rendah. Oleh karena Pengaruh Tingkat Adopsi teknologi PTT terhadap Produktivitas Padi...(Ismi Puji Ruwaida dan Endang Krisnawati)

(8)

itu, petani memerlukan input lebih banyak dalam pemupukan. Biasanya petani menggunakan pupuk phonska untuk pemupukan padi.

Sesuai dengan Tabel 8, tampak bahwa rata-rata pendapatan petani kurang dari Rp 1.000.000,00, yang sesuai dengan kepemilikan lahan petani, yaitu sebagian besar lahan termasuk kategori kurang luas. Faktor lain yang mempengaruhi pendapatan adalah status petani, dimana sebagian besar petani di Desa

Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur adalah petani penggarap.

Adopsi (Penerapan) Teknologi PTT Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan sesuatu ide atau alat teknologi baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi (lewat penyuluhan). Rekapitulasi distribusi responden berdasarkan adopsi (penerapan) teknologi PTT adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Adopsi (Penerapan) Tekonologi PTT Padi di Kecamatan Sukamakmur, Bogor

No Uraian Jumlah Persentase Skor

1 Menjawab selalu menerapkan (skor 4) 13 orang 32,5 % 52

2 Menjawab sering (3) 20 orang 50 % 60

3 Menjawab kadang-kadang (2) 7 orang 17,5 % 14

4 Menjawab belum menerapkan (1) 0 orang 0 % 0

Jumlah 100 % 126

Sumber : Analisis Data Primer 2013 Skor tertinggi = 4 x 40 = 160 Skor terendah = 1 x 40 = 40

Berdasarkan skor tertinggi dan terendah tersebut, maka dapat dilihat bahwa : - Angka 0 - 40 : Belum Menerapkan

- Angka 41 - 80 : Kadang-Kadang Menerapkan - Angka 81 - 120 : Sering Menerapkan

- Angka 121 -160 : Selalu Menerapkan Hasilrekapitulasidiperoleh jumlah skor 126 berada pada kriteria selalu menerapkan, yang berarti bahwa petani di Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur selalu menerapkan teknologi PTT padi dalam usahatani mereka. Apabila dilihat pada distribusi responden, sebanyak 50 % responden menjawab sering menerapkan teknologi PTT yang meliputi sebelas komponen. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa petani Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur sudah menerapkan teknologi PTT padi yaitu tampak pada persentase belum menerapkan sebesar 0 %.

Berdasarkan jumlah skor sebesar 126 dapat diperoleh kategori penerapan (adopsi) teknologi PTT padi, yaitu :

= 126 160x 100

= 78,75 %

Persentase adopsi (penerapan) teknologi PTT padi sebesar 78,75 %. Berdasarkan kriteria interpretasi skor, adopsi (penerapan) teknologi PTT termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani telah menerapkan teknologi PTT padi pada usahatani mereka.

Pengetahuan Petani tentang Teknologi PTT Pengetahuan petani tentang teknologi PTT akan mempengaruhi keputusan petani untuk mengadopsi (menerapkan) teknologi PTT. Petani di Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur rata-rata mengetahui tentang PTT padi. Distribusi pengetahuan petani disajikan pada Tabel 10 berikut :

(9)

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Teknologi PTT Padi di Kecamatan Sukamakmur, Bogor

No Uraian Jumlah Persentase Skor

1 Menjawab sangat mengetahui (skor 4) 8 orang 20 % 32

2 Menjawab mengetahui (3) 23 orang 57,5 % 69

3 Menjawab kurang mengetahui (2) 9 orang 22,5 % 18

4 Menjawab tidak mengetahui (1) 0 orang 0 % 0

Jumlah 100 119

Sumber : Analisis Data Primer 2013 Skor tertinggi = 4 x 40 = 160 Skor terendah = 1 x 40 = 40

Berdasarkan skor tertinggi dan terendah tersebut, maka dapat dilihat bahwa : - Angka 0 - 40 : Tidak Mengetahui

- Angka 41 - 80 : Kurang Mengetahui - Angka 81 - 120 : Mengetahui

- Angka 121 -160 : Sangat Mengetahui Skor 119 berada pada mengetahui antara angka 81 sampai dengan 120, yang berarti bahwa petani di Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur mengetahui tentang teknologi PTT padi. Hal ini juga didukung data distribusi responden, yaitu sebanyak 57,5 % responden menjawab mengetahui tentang teknologi PTT. Berdasarkan pengetahuan tersebut, selanjutnya petani menerapkan teknologi PTT tersebut pada usahatani padi yang mereka lakukan.

Berdasarkan jumlah skor sebesar 119 dapat diperoleh kategori pengetahuan tentang teknologi PTT padi, yaitu :

= 119 160x 100 = 74,38 %

Persentase pengetahuan petani tentang teknologi PTT padi sebesar 74,38 %. Berdasarkan kriteria interpretasi skor, pengetahuan petani tentang teknologi PTT termasuk kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani telah mengetahui tentang teknologi PTT padi yang meliputi sebelas komponen, yaitu varietas unggul, benih bermutu, bibit muda, sistem tanam, bahan organik, pemupukan N, pemupukan P dan K, irigasi, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta panen dan pasca panen. Hal ini didukung dengan

adanya kegiatan dari Dinas Pertanian setempat yang melibatkan petani dan penyuluh, misalnya kegiatan Sekolah Lapangan PTT padi. Melalui kegiatan tersebut diharapkan akan menambah pengetahuan petani tentang PTT padi.

Pengaruh Adopsi (Penerapan) dan Pengetahuan Teknologi PTT terhadap

Produktivitas Padi

Rata-rata produktivitas sebesar 2,80 ton/ha, dengan simpangan baku 0,564, yang berartimasih lebih rendah apabila dibandingkan dengan produktivitas padi di Jawa Barat pada musim hujan, yaitu 5,19 ton/ha. Penerapan PTT mempunyai rata-rata 3,15 dengan simpangan baku 0,7. Nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,044, yang berartibahwa produktivitas padi dipengaruhi oleh variabel pengetahuan dan penerapan teknologi PTT hanya sebesar 21 %, dan lebih banyak dipengaruhi sebab yang lain. Semakin besar R square maka semakin kuat hubungan antara kedua variabel tersebut.

Nilai F padaanovaadalah 0,856 dengan tingkat probabilitas sig. 0,433. Hasil uji regresi berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai konstan sebesar 2,439 dengan t hitung 5,004. Persamaan regresinya adalah : Y = a - bX1 =2,439 – 0,075 X1.

(10)

Persamaan ini berarti bahwa setiap peningkatan penerapan (adopsi) teknologi PTT padi belum tentu akan meningkatkan produktivitas. Hal ini dikarenakan pada teknologi PTT padi sudah mempunyai aturan optimum yang telah disepakati untuk mencapai produksi yang tinggi.

Nilai t hitung variabel adopsi (penerapan) PTT pada tabel Coefficient sebesar -0,519, apabila dibandingkan dengan t tabel pada tingkat signifikan 0,05, maka t hitung – 0,519 < t tabel 1,790 , maka penerapan teknologi PTT tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi.

Tabel 11. Pengaruh Adopsi (Penerapan) dan Pengetahuan Teknologi PTT terhadap Produktivitas Padi di Kecamatan Sukamakmur, Bogor

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2,439 ,487 5,004 ,000 Penerapan PTT -,075 ,145 -,094 -,519 ,607 Pengetahuan PTT ,201 ,154 ,235 1,306 ,200

Sumber : Analisis Data Primer 2013

Apabila terdapat peningkatan pengetahuan tentang teknologi PTT, maka produktivitas akan meningkat sebesar 0,201, sebaliknya apabila tidak ada peningkatan pengetahuan teknologi PTT maka produktivitas akan tetap sebesar 2,439 ton/ha. Persamaan perhitungan regresinya yaitu :

Y = a + bX1

= 2,439 + 0,201 X1

Berdasarkannilait hitung diperoleht hitung 1,306 < t tabel 1,790, maka pengetahuan teknologi PTT tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Adopsi (penerapan) teknologi PTT di Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur termasuk dalam kategori sangat tinggi, yaitu 78,75 %.Sedangkanpengetahuanpetani tentang teknologi PTT padi termasuk dalam kategori tinggi, yaitu sebesar 74, 38 %.Adopsi (penerapan) teknologi PTT dan pengetahuan petani tentang teknologi PTT tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi.

Saran

Peran penyuluh dalam menyampaikan informasi teknologi sebaiknya lebih cepat dan selalu diperbaharui.Selainituperludilakukan penelitian lanjutan mengetahui apakah teknologi PTT selalu diterapkan oleh petani.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014. Materi Ceramah pada Acara Rapat Kerja Badan Pengembangan SDM Pertanian. Ciawi : 3 Maret 2010. Mardikanto, T. 2007. Penyuluhan

Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Penerbit

Ghalia Indonesia. Jakarta.

Pramono, J., S. Basuki, dan Widarto. 2005.

Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Sawah MelaluiPendekatan Pengelolaan Tanaman danSumberdaya Terpadu. Agrosains. Vol 7 (1) : 1-6.

Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi, Edisi

Revisi. PT.Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Zaini, Z., Diah, W.S., M. Syam., 2004. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Petunjuk Lapang. Balai

Pengkajian dan

PengembanganTeknologi Pertanian.

(11)

Gambar

Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut Klasifikasi Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 6. Data Komoditas Unggulan menurut Sub Sektor  No   Sub sektor/
Tabel 7. Karakteristik Sosial SampelPenelitian
Tabel 8. Identitas Petani Responden Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mengulang perbuatan pengunduran diri dari satu atau beberapa mata kuliah setelah lewat batas waktu perubahan KRS tanpa alasan yang dapat dibenarkan (misalnya,

Dengan nilai indeks sebesar 99,94 maka dapat dikatakan bahwa secara rata-rata, konusmen di DKI Jakarta merasakan bahwa pendapatan mereka pada periode triwulan pertama

Materi penelitian yang digunakan berupa data tentang bobot badan, lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak dari 50 ekor kambing Boerawa G1 hasil ke-turunan

Dari hasil ini dapat dilihat, tutupan mangrove optimal bagi pertumbuhan udang windu adalah luas tutupan mangrove sedang yaitu sekitar 30-60 % dari luas tambak,

a) Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait, terintegrasi, sinkronisasi, dan standardisasi kegiatan statistic dalam rangka mewujudkan Sistem Statistik Nasional

Pihak Pertama pada berjanji akan mewujutkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah

 pada permasalahan permasalahan tempat tempat pembuangan pembuangan akhir akhir yang yang sudah sudah tidak tidak bisa bisa lagi lagi menampung volume sampah

Tekanan-tekanan saat krisis covid-19 ini membuat masyarakat melakukan perubahan perilaku dalam pemenuhan kebutuhan belanja dari yang siatnya konsumtif ke basic need,