• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan Dalam Pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lenda Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan Dalam Pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lenda Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017) - Test Repository"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

i

Skripsi ini disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

SKRIPSI

OLEH PUJI LESTARI NIM. 11714009

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii

MOTTO

"

ااهاعْسُو َّلَِإ اًسْفا ن ُهَّللا ُفِّلاكُي الَ

"

)

هِرقبلا

:

286

)

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya

Ketahuilah kelak lukamu ini akan jadi obat bagimu (Jalaludin Rumi)

(7)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan karuniaNya, Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Bapak dan ibu tercinta , Ponijan alm dan Wagirah yang tak henti menjaga, membimbing, memberi kepercayaan dan motivasi dalam kehidupanku.

2. Saudara tercinta, Andri Yono, Kristina Eka Wati, Andika, Sukarman atas segala dukungan, doa dan motivasi yang sangat luar biasa.

3. Keluarga besar Wahyu Widodo dan Ibu Fahmay yang telah menjadi keluarga dan memberikan banyak kebahagiaan.

4. Keluarga besar Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta (YKUY) yang telah membiayai dan menfasilitasi pendidikan saya selama ini.

5. Ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran, pembimbing akademik sekaligus Pembimbing Skripsi Dra. Maryatin, M.Pd.

6. Sahabat dan teman-teman tercinta yang telah memberi banyak warna dalam kehidupanku. Terkhusus untuk Zainuar Sutanto, Ulfa Nurmala, Puput Novia dan Babar Lestari yang banyak membantu banyak hal.

(8)

ix

8. Keluarga besar dan santri Pondok Pesantren Al furqon Sanden Bantul, tekhusus untuk M. Hamid Luthfafi, Dedey Erwanda dan Zazid Mustaqim yang memberi banyak inspirasi dan berbagi ilmu.

9. Para guru SD 3 Donorejo, SMP 3 Girilmulya dan SMK IT Al Furqon Sanden Bantul.

(9)

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi besar Muhammad Saw kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang menjadi suri tauladan bagi kita.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Bp. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. 2. Dekan Fakultas Dakwah Bp. Dr. Mukti Ali, M.Hum

3. Ketua jurusan KPI IAIN Salatiga, Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

(10)
(11)

xi ABSTRAK

Lestari, Puji. 2017. Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan Dalam Pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017). Skripsi, Salatiga: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Kata Kunci: Peran Komunikasi Interpersonal, Pendorong Keberhasilan Pendidikan Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana cara komunikasi interpersonal orang tua (tunanetra) dengan anak sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017). 2) Bagaimana peran orang tua (tunanetra) sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017). Jenis penelitian ini adalah penelitan kualitatif menggunakan pendekatan field research yaitu dengan mengamati secara langsung, ikut serta dengan subjek penelitian dan mencari data secara apa adanya. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi, hasil data dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman, kemudian ditariklah kesimpulan.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LOGO INSTITUT ... ii

NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Kerangka Berfikir ... 6

(13)

xiii

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka ... 10

B. Landasan Teori ... 13

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan ... 32

B. Lokasi Penelitian ... 32

C. Sumber Data dan Jenis Data ... 32

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 33

E. Teknik Analisis Data ... 34

F. Teknik Validitas Data ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... 49

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keberhasilan seseorang memang tidak terlepas bagaimana ia berusaha. Usaha yang sunguh-sungguh tentunya mempengaruhi hasil yang didapat. Ketetapan hati dan keyakinan yang kuat akan mendorong seseorang untuk mencari upaya agar apa yang ia inginkan dapat tercapai. Tak heran orang yang selalu bekerja keras dalam usahanya akan mendapatkan apa yang ia inginkan sesuai apa yang telah ia usahakan, disamping usaha yang dilakukan sangatlah sunguh-sunguh, seseorang yang ingin mencapai sesuatu yang diinginkan haruslah disertai dengan doa sebagai penyempurna usahanya.

Berbicara mengenai usaha (ikhtiar) tidak terlepas dengan bagaimana cara kita berpasrah diri kepada Sang Pencipta atas usaha yang kita lakukan lewat doa. Kekuatan dari doa dan disertai usaha telah ada pada Firman Allah dalam Qur’an Surat Al Baqarah 186 berikut ini:

ٌبيِرَق ينِِّإَف ينَِّع يِداَبِع َكَلَأَس اَذِإَو

(15)

2

Bukti bahwa doa juga sebagai media meraih sesuatu yang diinginkan adalah dengan belajar mengingat kisah Ibnu Mubarak yang memiliki doa mujarab. Ketika suatu hari melewati seorang buta, orang itu minta didoakan agar matanya sembuh. Lalu ibnu Mubarak berdoa untuknya dan dengan izin Allah orang itu dapat sembuh. Jadi bersuguh-sungguhlah dalam usaha kemudian berdoa dan berserah diri kepada Allah atas apa yang telah kita

usahakan (Sa’adah, 2016: 28).

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan akan selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Manusia akan selalu mempunyai keinginan untuk berbicara, mengeluarkan gagasan/ide, saling bertukar informasi, kerjasama dengan orang lain untuk saling menguntungkan dan memenuhan kebutuhan hidup. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakain canggih dan teknologi komunikasi sudah menjadi bagian penting dalam berinteraksi, menegaskan bahwa manusia akan selalu berkomunikasi satu dengan yang lainya baik secara langsung maupun tidak langsung.

(16)

3

kemauan. Begitu pula kehendak untuk membina dan menjalin hubungan interpersonal juga dilandasi oleh adanya dorongan tertentu. Dorongan, alasan dan kemauan yang ada di dalam diri seseorang disebut dengan motif. Setelah adanya motif-motif yang ada akan menimbulkan suatu motivasi. Motif dapat disebut motivasi apabila sudah menjadi kekuatan yang bersifat aktif. Menurut Sondang P. Siagian (1995:138) Apabila dicermati, pada umumnya seseorang beraktivitas dan bekerja adalah karena dorongan untuk memenuhi kebutuhannya, dengan demikian aktivitas membina hubungan interpersonal juga dilandasi oleh adanya dorongan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan.

(17)

4

menyurutkan cita-cita yang ingin terwujud. Dorongan yang dimiliki tidak lepas dari bagaimana didikan orang tua terhadap anak dan pemberian motivasi yang dapat mereka lakukan, dengan demikian peneliti menjadikan keluarga tunanetra ini subjek penelitian yang difokuskan pada bagaimana Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan dalam Pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara komunikasi interpersonal orang tua (tunanetra) dengan anak sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).

2. Bagaimana peran orang tua (tunanetra) sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017). C. Tujuan Penelitian

(18)

5

2. Mendiskripsikan peran orang tua (tunanetra) sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017). D.Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan mengembangkan keilmuan dalam bidang komunikasi, khususnya yang terkait dengan Komunikasi Interpersonal pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Salatiga.

2. Secara praktis

Manfaat secara praktis antara lain :

a. Bagi lembaga penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa komunikasi Interpersonal dapat memotivasi seseorang untuk meraih masa depan yang cerah, salah satunya melalui jalur pendidikan.

b. Bagi masyarakat penelitian ini dapat dijadikan suri tauladan untuk senantiasa bersyukur dan meyakini bahwa keberhasilam seseorang tidak dipandang dari kaya atau tidaknya, sempurna atau tidak sempurnaya fisik yang dimiliki, akan tetapi dari bagaimana seseorang berdoa dan berikhtiar.

(19)

6 E. Penegasan Istilah

Untuk memudahkan dalam memahami judul penelitian tentang

“Komunikasi Interpersonal Sebagai Motivasi Keberhasilan dalam Pendidikan Keluarga (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017)”, maka peneliti perlu memberikan penegasan dan penjelasan seperlunya sebagai berikut: 1. Peran Komunikasi interpersonal berarti proses penyampaian pesan

yang dilakukan antar individu sebagai bentuk keikutsertaan untuk pencapaian sesuatu.

2. Pendorong Keberhasilan Pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu upaya atau dorongan yang ditujukan untuk memberi arahan dalam mencapai keberhasilan pendidikan.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan Pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017) adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan antar individu sebagai bentuk keikutsertaan untuk pencapaian keberhasilan dalam pendidikan pada keluarga tunanetra di Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017.

F. Kerangka Berfikir

(20)

7

mengantarkan kesuksesan pendidikan seorang anak dari orang tua yang berkebutuhan khusus (tunanetra), melalui Komunikasi Interpersonal ini, akhirnya terciptalah hubungan yang lebih dekat antar anggota keluarga. Selama ini kita tahu bahwa kesuksesas pendidikan seorang anak tidak terlepas dari bagaimana orang tua mendidiknya, dengan mengedepankan saling keterbukaan dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi yang sifatnya interpersonal maka akan menciptakan motivasi yang lebih besar kepada anak untuk mewujudkan apa yang dikehendaki orang tuanya, dalam hal ini adalah kesuksesan sang anak dalam pendidikan. Berikut merupakan alur kerangka berfikir dari teori yang ditetapkan oleh peneliti.

Orang Tua (tunanetra) Anak

Peran Komunikasi Interpersonal

D o ro n g a n

Keberhasilan Pendidikan

Gambar 1. Kerangka Berfikir

(21)

8

interpersonal dalam konteks penelitian ini ditekankan pada memelihara hubungan yang bermakna, mengubah sikap agar melakukan sesuatu yang lebih baik dan tergerak untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Komunikasi interpersonal sering dianggap mudah, akan tetapi terkadang juga terdapat noise yang menghalanginya.

Pendorong Keberhasilan Pendidikan adalah upaya untuk mengarahkan, memberi motivasi untuk mencapai keberhasilan dalam bidang pendidikan yang dilakukan oleh orang tua (tunanetra) kepada anaknya.

Berdasarkan gambar di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah komunikasi interpersonal antara orang tua yang berkebutuhan khusus (tunanetra) dengan anaknya dapat menciptakan dorongan untuk meraih keberhasilan pendidikan dalam keluarga tersebut. Tentunya dorongan tersebut dapat tercipta melalui interaksi antar sesamanya, dengan demikian proses komunikasi yang baik dan terbuka ini yang akan membentuk suatu motivasi kepada anak untuk lebih baik dari orang tuanya terutama pada bidang pendidikan.

G. Sistematika Penulisan.

Untuk memudahkan dalam pembahasan, penulis mencoba menyusun penelitian ini secara sistematis. Pembahasan penelitian terdiri dari 5 bab, masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan sistematika sebagai berikut:

(22)

9

berfungsi sebagai petunjuk kerja, yang isinya terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI, kajian pustaka menjelaskan penelitian-penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan , sedangkan landasan teori memuat definisi tentang Komunikasi Interpersonal, Motivasi Pendidikan, dan Keluarga Tunanetra..

BAB III METODE PENELITIAN, bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik validitas data.

BAB IV HASI DAN PEMBAHASAN, bab ini berisi hasil temuan dan pembahasan dari penelitian yang sudah dilakukan yakni tentang Komunikasi Interpersonal Sebagai Motivasi Keberhasilan dalam Pendidikan Keluarga (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Kelurahan Botikan Desa Jatirejo Kec. Lendah Kab. Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).

(23)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah melakukan penelusuran dan kajian dari berbagai sumber atau referensi yang memiliki kesamaan topik atau relevansi terhadap penelitian ini. Berikut adalah karya tulis ilmiah yang relevan dengan penelitian ini:

(24)

11

terdapat pada bagaimana komunikasi interpersonal mempunyai peran menghasilkan motivasi belajar pada diri seseorang. Sedangkan perbedaanya terdapat pada proses komunikasi interpersonal yang dilakukan, jika pada penelitian ini komunikasi interpersonal terbatas pada ruang dan waktu biasanya hanya dilakukan di Sekolah saja, akan tetapi penelitian yang akan peneliti lakukan dimana komunikasi interpersonal komunikasi interpersonal lebih luas jangkauanya karena terdapat pada satu keluarga.

(25)

12

bagaimana orang tua yang berkebutuhan khusus (tuananetra) berinteraksi dengan anaknya yang normal. Sedangkan perbedaanya adalah jika dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan orang tua kepada anak dengan memberikan segala sesuatu yang dilakukan anak maka ia harus bertanggung jawab, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan berfokus pada interaksi yang sifatnya lebih dekat menggunakan teori komunikasi interpersonal.

(26)

13

adalah anak, namun dalam penelitian yang akan dilakukan orangtualah yang berkebutuhan khusus.

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini mempunyai perbedaan yang nyata dari penelitian-penelitian terdahulu yaitu pada penelitan yang telah dilakukan berfokus pada komunikasi interpersonal untuk memotivasi kerja dari atasan dan bawahan, komunikasi menumbuhkan motivasi dari guru ke anak didik, dan lain sebagainya. Sedangkan pada penelitian ini berfokus pada komunikasi yang diberikan orang tua yang berkebutuhan khusus (tunanetra) kepada anaknya untuk meraih kesuksesan lewat pendidikan. Kesamaan pada penelitian ini terletak pada komunikasi interpersonal sebagai salah satu media untuk memotivasi seseorang agar lebih baik dari sebelumnya.

B. Landasan Teori

1. Peran Komunikasi interpersonal

Peran dapat diartikan sesuatu yang menjadi bagian (Poerwantadarminta. 2006: 870). Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan.

(27)

14

means to make common berarti kesamaan pengertian, kesamaan persepsi, dalam ilmu komunikasi, komunikasi didefinisikan sebagai suatu transaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi (Cangara, 2014, 23). Sedangkan menurut Holtzman dalam buku Teori Komunikai mengatakan bahwa komunikasi, pada dasarnya merupakan gambaran anda tentang stimulasi dalam pikiran orang lain atas kesadaran, pemahaman, dan perasaaan anda akan pentingnya peristiwa, perasaan, fakta, opini atau situasi (Santoso, 2012, 6). Mulyana mendefinisikan komunikasi adalah usaha utuk membangun kebersamaan pikiran tentang suatu makna atau pesan yang dianut secara bersama. Usaha manusia menyampaikan isi pertanyaan atau pesan kepada manusia lain (Dasrun, 2012, 22).

(28)

15

pesan disebut komunikator. Sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan. Jika dianalisis, pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Pesan yang disampaikan menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan dinamaikan pesan verbal sedangkan, pesan yang disampaikan dengan lambang seperti bahasa tubuh, tanda, tindakan/perbuatan, objek dan lain sebagainya disebut komunikasi nonverbal. Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communicatio mengguraikan ada tiga model komunikasi (Dasrun, 2012:36). Berikut tiga model komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss:

a. Model komunikasi linear, dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interprestasi. Komunikasi bersifat menolong. b. Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang

pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung ini bersifat dua arah dan ada dialog, dimana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komuikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.

(29)

16

Melakukan komunikasi secara efektif memang tidaklah mudah, bahkan ada beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi, diantaranya gangguan semantic; gangguan yang berkaitan dengan pesan komunikasi yang

pengertianya rusak. Gangguana semantic ini biasanya yang berbentuk bahasa.

Interpersonal berasal dari kata inter dan personal. Dalam Kamus Inggris Indonesia Inter diartikan sebagai antara, sedangkan personal berarti bersifat pribadi (Echols, John M. 328: 2007). Interpersonal berarti antar pribadi. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara individu-individu. Menurut Barlund komunikasi interpersonal selalu dihubungkan pertemuan antara dua, tiga atau empat yang terjadi secara spontan dan tidak bersetruktu. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan dengan penerima pesan baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung yang dilakukan antara individu untuk menyamakan suatu ide atau pikiran/ gagasan menjadi sebuah makna.

(30)

17

Komunikasi interpersonal layaknya komunikasi-komunikasi yang lain, ia mempunyai karakteristik di dalamnya. Komunikasi interpersonal mempunyai sifat dialogis yang berarti komunikasi ini dilakukan dengan bertatap muka, sehingga respon yang diterima langsung dapat diketahui oleh si pengirim. Selain itu jumlah orang yang melakukanya terbatas, jumlah orang yang terbatas ini akan mendorong terjadinya ikatan secara intim. Biasanya komunikasi ini terjadi secara spontan. Komunikasi interpersonal di era modern seperti ini dapat dilakukan menggunakan media, meski hal ini menjadi perdebatan akan tetapi hal ini sudah banyak terjadi dan sudah diangap komunikasi interpersonal. Keterbukaan dan rasa empati dalam berkomunikasi juga menjadi salah satu keunggulan dalam komunikasi interpersonal, dan biasanya komunikasi ini bersifat dukungan atau membangun secara positif. Kesetaraan dan kesamaan juga sangat dijunjung tinggi dalam komunikasi ini, yang dimaksud disini adalah pengakuan dalam menghargai orang lain dan merasa sama dengan orang lain menjadi awal yang bagus dalam melakukan komunikasi interpersonal.

(31)

18

medium human voice, maupun medium tulisan. Berdasarkan asumsi ini maka dapat dikatakan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal terdapat komponen-komponen komunikasi yang secara integrative saling berperan sesuai dengan karakteristik komponen itu sendiri (AW. Suranto, 2012, 7). Komponen-komponen komunikasi interpersonal sebagai berikut:

a. Sumber/komunikator.

Komunikator dalam konteks komunikasi interpersonal individu yang menciptakan, memformulasikan dan menyampaikan pesan.

b. Encoding

Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran ke dalam

simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainyan sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan bagaimana cara harus menyampaikannya.

c. Pesan

Pesan merupakan hasil dari encoding, pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non verbal atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator kepada pihak lain.

d. Saluran

(32)

19 e. Penerima/komunikan

Penerima adalah orang yang menerima, memahami dan menginterprestasi pesan. Penerima dalam komunikasi interpersonal penerima bersifat aktif dan juga melakukan umpan balik.

f. Decoding

Decoding adalah proses pengolahan informasi/pesan menjadi lebih bermakna, dimulai dari indra menangkap stimui kemudian diolah menjadi sebuah pesan yang bermakna.

g. Respon

Respon adalah sesuatu yang sudah di putuskan oleh penerima pesan untuk dijadikan bahan untuk menaggapi sebuah informasi atau pesan. Respon dapat bersifat positif, netral maupun negative.

h. Gangguan

Gangguan merupakan segala ganggun atau membuat kekacauan penyampaian dan penerimaan pesan.

i. Konteks komunikasi

Komunkasi selalu terjadi dalam sebuah konteks tertentu. Paling tidak ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu dan nilai.

(33)

20

sama, komunikasi interpersonal berperan dalam pencapaian sesuatu yang dituju oleh seseorang.

2. Pendorong Keberhasilan Pendidikan a. Pendorong

(34)

21

Dorongan dari sudut pandang berbeda dapat menjadikan definisi dan makna yang berbeda pula. Berbagai pandangan terhadap motivasi diantaranya:

1) Dorongan menurut pandangan behaviorisme

Menurut paham behaviorisme, motivasi merupakan faktor eksternal yang perlu didesain untuk mengubah perilaku individu sesuai dengan perilaku yang diharapkan dengan jalan melakukan modivikasi perilaku yang diterapkan dengan mengaplikasi konsekuensi dari perilakaku yang ditampilkan individu reinforcement dan punishement. Oleh sebab itu semua faktor yang berkaitan dengan hal tersebut perlu disediakan agar individu termotivasi untuk melakukan kegiatan yang ditunjukan pada perubahan perilaku yang diharapkan. Reinforcement merupakan faktor penguat yang diberikan terhadap perilaku yang diingikan. Reinforcement dapat dilakukan melalui pujian, hadiah dan hal-hal penguat lainya, atau dapat pula menunda sesuatu yang diinginkan individu sebelum iamenunjukkan perilaku yang diharapkan. Sedangkan punishement merupakan bentuk hukuman yang diberikan kepada individu apabila ia tidak melakukan tindakan seperti yang diharapkan.

2) Dorongan menurut pandangan kognitivisme

(35)

22

berfikir. Dorongan menurut paham kognitivsme merupakan faktor yang datang dari dalam diri manusia yang berkaitan dengan pilihan, keputusan, rencana, minat, dan tujuan berbagai perhitungan yang berkaitan dengan keuntungan dan kerugian yang akan dialami individu. Secara ringkas dorongan disini adalah motivasi yang dihasilkan dari dalam diri.

3) Dorongan menurut pandangan teori maslow

Menurut Maslow kebutuhan manusia yang tidak terpuaskan merupakan dasar dari motivasi melakukan berbagai kegiatan.

4) Dorongan menurut teori herzberg

Herzberg mengatakan bahwa teori motivasi berdasarkan usaha manusia untuk memenuhi kepuasan dalam mencukupi hidupnya. Teori ini banyak dilakukan dalam lingkungan bisnis, namun ada pula yang diterapkan dalam dunia pendidikan.

5) Dorongan menurut teori Mc Clelland

Mc Clelland meyakini bahwa prestasi dan motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesuksesan individu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkanya.

6) Dorongan Menurut Teori Pencapaian Tujuan

(36)

23

7) Dorongan dalam pendidikan dan pembelajaran.

Dorongan merupakan faktor penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu menetapkan model penerapan dorongan yang dapat meyakinkan bahwa peserta didik memiliki kesempatan untuk mencapai kesuksesan pendidikan dan pembelajaran tersebut.

Pada dasarnya setiap aktivitas manusia selalu berhubungan dengan adanya dorongan, alasan ataupun kemauan. Dorongan, alasan dan kemauan yang ada di dalam diri orang disebut motif, dari motif-motif yang ada kan menimbulkan suatu motivasi. Apabila dicermati, pada umumya seseorang beraktifitas dan bekerja adalah karena dorongan untuk memenuhi kebutuhanya. Untuk memenuhi kebutuhanya seseorang harus berhubungan dengan orang lain. Abraham Maslow menguraikan kebutuhan-kebutuhan manusia yang tersusun secara herarki sebagai berikut:

1)Kebutuhan fisiologis

(37)

24 2)Kebutuhan rasa aman

Manusia yang hidup di dunia ini memerlukan rasa aman, apabila rasa aman itu sudah hilang maka seseorang akan berusaha untuk mengembalikan rasa aman yang telah hilang itu.

3)Kebutuhan sosial

Makna kebutuhan sosial sudah sangat sering didengar dikalangan kita, bahwa manusia itu tidak dapat hidup tanpa orang lain, akan tetapi perlu bekarjasama dalam lingkungan pergaulan social. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat juga ingin diterima dalam lingkungan sosial, dapat diterima masyarakat. Selain itu manusia juga memerlukan kasih sayang, persahabatan, dan sebagainya. Bisa jadi komunikasi interpersonal ini juga salah satu upaya memenuhi kebutuhan sosial.

4)Kebutuhan penghargaan

(38)

25 5)Kebutuhan aktualisasi diri

Menurut Maslow kebutuhan ini merupaka puncak kebutuhan manusia. Maksudnya adalah apabila kebutuhan yang lain terpenuhi maka akan muncul kebutuhan ini. Kebutuhan aktualisasi diri ialah dorongan untuk menjadi apa yang ia rasa mampu. Sebagian besar manusia akan berusaha sekuat kemampuan untuk menunjukan saluran potensi yang dimilikinya.orang akan merasa puas apabila sudah dapat bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian maksimal.

(39)

26

1) Untuk memenuhi kebutuhan fisiologis masyarakat (pemerintah) memberlakukan ketentuan upah atau gaji yang cukup.

2) Kebutuhan akan rasa dipenuhi dengan mengkondisikan suasana suasana hidup bermasyarakat dalam situasi yang aman secara fisik, social, politik hukum, dan sebagainya misalnya, lembaga memeberikan perlindungan hukum, jaminan kesehatan dan jaminan hari tua.

3) Kebutuhan sosial dipenuhi dengan memberikan kesempatan dan keleluasan dalam berinteraksi. Contoh masyarakat memberi kesempatan kepada segenap warganya untuk membentuk sarana berinteraksi seperti kelompok arisan, koperasi kerja bakti, dsb. 4) Kebutuhan penghargaan dapat dilakukan degan pemilihan anggota

masyarakat yang di tokohkan, diteladani, dan di hormati.

5) Kebutuhan aktualisasi diri dapat ditempuh dengan memberikan kesempatan kepada semua orang untuk berekspresi sesuai dengan tingkat kreaktivitas yang dimilikinya.

(40)

27

memilih untuk memilih untuk melakukan kegiatan tersebut ke arah tujuan yang akan dicapainya. Terbuka kemungkinan motivasi antara satu orang berbeda dengan yang lainya. Disinilah terjadi hubungan interpersonal menjadi penting, masing-masing pihak senantiasa dapat menghormati perbedaan-perbedaan itu.

b. Keberhasilan Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Proses belajar mengajar merupakan proses yang terpenting karena dari sinilah terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik. Di sini pula campur tangan langsung antara pendidik dan peserta didik berlangsung sehingga dapat dipastikan bahwa hasil pendidikan sangat tergantung dari perilaku pendidik dan perilaku peserta didik. Dengan demikian dapat diyakini bahwa perubahan hanya akan terjadi jika terjadi perubahan perilaku pendidik dan peserta didik. Dengan demikian posisi pengajar dan peserta didik memiliki posisi strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran (Surakhmad, 2000: 31).

(41)

28

suatu pengertian keberhasilan pendidikan ialah suatu hasil yang dicapai setelah melakukan aktifitas yang membawa pada perubahan individu atau suatu hasil yang dicapai setelah melakukan aktifitas belajar.

Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti memelihara dan memberi latihan tentan akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan makna pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan dalam artian luas merupakan segala sesuatu dalam kehidupan yang memengaruhi pembentukan berfikir dan bertindak individu (Soyomukti, 2010, 29). Disisi lain pendidikan juga dapat diartikan usaha yang dilakukan secara sadar dalam rangka membimbing dan mengarahkan perkembangan anak ke arah dewasa. Dewasa artinya bertangung jawab terhadap dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negaranya. Kemudian, mulai bertanggung jawab terhadap segala resiko dari sesuatu yang telah menjadi pilihanya (Martini, 2013:2)

(42)

29

mendewasakan manusia. Atau dengan kata lain pendidikan merupakan

suatu upaya untuk “memanusiakan” manusia . melalui pendidikan

manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan dapat mengubah manusia dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak baik kemudian menjadi baik.

Pendidikan paling dasar pastilah tumbuh dalam lingkungan keluarga, inilah didikan yang menjadi pondasi awal sebelum pendidikan yang selanjutnya. Pendidikan itu tidak berhenti begitu saja, pendidikan itu berlangsung sepanjang hayat, dimulai sejak lahir. Untuk lebih mempermudah proses perkembanganya, manusia memerlukan pendidikan. Melalui proses ini manusia berkembang dengan baik karena lingkungan memberikan bantuan dalam perkembangan manusia. Secara alami, manusia meginginkan kebaikan, mereka membuat sesuatu lebih baik bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk orang lain dan untuk kemanusiaan. Oleh sebab itu ia menciptakan lingkungan yang baik bagi pendidikan. Lingkungan pendidikan tersebuat dapat ditemukan di rumah, di sekolah, dan di masyaraka serta lingkungan sekitarnya.

(43)

30

berguna di masa depan sebagai salah satu cara untuk pemenuhan kebutuhan kelangsungan hidup seseorang.

c. Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan dalam Pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017)

Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan dalam Pendidikan Keluarga (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017) adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan dengan penerima baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mencapai sesuatu dalam kumpulan yang sedarah yang dilakukan orang tua (tunanetra) dengan anak untuk mendorong keberhasilan pendidikan pada keluarga di Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017 ,komunikasi Interpersonal dalam keluarga ini mempunyai efek memotivasi anak dalam meraih keberhasilan pendidikan. Berikut beberapa cara komunikasi interpersonal orang tua (tunanetra) untuk mendorong keberhasian pendidikan anak:

a. Menanamkan pada diri anak akan pentingnya pendidikan.

b. Menjalin hubungan lebih dekat dengan anak agar terjalin rasa saling membutuhkan satu sama lainya. Hal ini akan membuat anak merasa diperhatikan dan mengikuti nasihat dari orang tua.

(44)

31

d. Memberikan perhatian lebih ketika anak sedang belajar.

e. Memberikan kepercayaan penuh pada anak bahwa setiap manusia mampu untuk meraih kesuksesan.

f. Memberi teladan yang baik untuk anak.

g. Mensyukuri setiap apa yang diberikan Allah adalah yang terbaik baginya. h. Meyakini bahwa keterbatasan orang tua bukan menjadi penghalang

memberikan pendidikan yang terbaik buat anak.

(45)

32 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan pendekatan

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, data yang disampaikan dalam bentuk verbal yang lebih menekankan pada persoalan kontekstual dan tidak terikat dengan perhitungan angka-angka. Umumnya data diperoleh melalui wawancara, observasi, rekaman, dan lain sebagainya dan biasanya diamati dengan menggunakan logika ilmiah (Azwar, 2014: 5). Penelitian ini dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan mendiskripsikan keadaan subjek penelitian baik itu seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah field research yaitu dengan mengamati secara langsung, ikut serta dengan subjek penelitian dan mencari data secara apa adanya, hal ini dipilih karena dapat mengidentifikasi tentang suatu fenomena tertentu. Peneliti mengkaji subjek dengan terlibat langsung untuk mengembangkan pola dan relevansi yang bermakna.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada pada satu keluarga yang tinggal di daerah Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta.

(46)

33

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan subjek penelitian dan beberapa orang terdekat dari subjek penelitian. Observasi peneliti lakukan dengan cara mengamati secara langsung sebagaimana adanya data yang ada dilapangan, peneliti akan memasuki lapangan, berhubungan langsung dengan situasi dan orang yang deselidiki, kemudian mencari tahu bagaimana komunikasi interpersonal sebagai motivasi keberhasilan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua (tunanetra) kepada anaknya. 2. Data sekunder

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh melalui arsip-arsip, dokumen, kepustakaan yang digunakan untuk mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

D.Prosedur pengumpulan data 1. Observasi

(47)

34 2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan seluruh anggota keluarga subjek yang diteliti. Wawancara pada penelitian ini mengambil narasumber utama yaitu bapak dan ibu sebagai orang tua yang berkebutuhan khusus (tunanetra) dan anak-anaknya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini mengacu pada foto-foto dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

E. Teknik analisis data

Analisis data adalah upaya menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam tema atau katagori (Nasution, 2003: 126). Setelah data di lapangan dikumpulkan, selanjutnya hal yang diakukan peneliti adalah melakukan analisis data, dengan melakukan pemilahan data dalam bentuk lebih sederhana sehingga dapat diambil kesimpulan. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman. teknik analisis ini adalah teknik analisis yang bertujuan mendeskripsikan data yang telah terkumpul tanpa melakukan generelisasi.

F. Teknik Validitas Data

(48)

35

(49)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Subjek peneletian

Keluarga merupakan sekolah pendidikan pertama bagi anak dalam kehidupan ini, kemana kita berada pasti tak akan lepas dari hubungan keluarga. Sebagai lingkungan paling kecil dalam organisasi, keluarga mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan masa depan anak. Setiap orang tua pasti menginginkan kesuksesan selalu berpihak pada anaknya, tak pernah ada dalam sejarah orang tua menginginkan keburukan terjadi kepada anaknya. Kasih sayang orang tua yang besar menjadikan anak merasa dimiliki, begitu sebaliknya. Menjalani kehidupan ini tak selamaya menjadi apa yang kita inginkan, kesenjangan sosial terkadang membuat manusia merasa bahwa kehidupan yang diberikan Tuhan tidaklah adil. Manusia memang tergolong sebagai makhluk yang tak pernah puas dengan apa yang telah didapat, hal ini akan membuat manusia lupa bersyukur dengan nikmat yang sudah ada dan menjadi rahmat dari Tuhan. Salah satu kenikmatan yang telah diberikan Allah kepada setiap manusia adalah nikmat mempunyai keluarga yang saling mengasihi satu dengan yang lainya.

(50)

37

salah satu dusun yang berada di desa Jatirejo kecamatan Lendah kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Secara geografis, letak dusun Botokan Jatirejo berada disebelah utara desa Srikayangan kecamatan Sentolo dan desa Sidorejo kecamatan Lendah, sebelah selatan bersebelahan dengan desa Brosot dan desa Pandowan Kecamatan Galur, sebelah barat bersebelahan dengan desa Bumirejo kecamatan Lendah, dan sebelah timur bersebelahan dengan desa Brosot Kecamatan Galur serta sungai Progo. Luasnya mencapai 635,894 ha dengan pemukiman mencapai 431 ha, pertanian sawah 113 ha, ladang/tegalan 46 ha, hutan 6 ha, perkantoran 0,5 ha, sekolah 4,8 ha, jalan 5,6 ha, dan lapangan sepak bola 0,5 ha. Jarak ke Ibu kota kecamatan terdekat yaitu 0,5 KM, lama jarak tempuh ke Ibukota kecamatan 5 menit, jarak ke Ibu kota Kabupaten 15 KM, lama jarak tepuh ke Ibukota Kabupaten 20 menit. Berikut peta dusun Botokan Jatirejo.

Gambar 2.

(51)

38

(52)

39

(53)

40

Akademi Kebidanan Yogyakarta. Mengikuti jejak kakaknya, anak ketiga dari pasangan tunanetra ini juga mengambil jurusan kebidanan di Akademi Kebidanan Yogyakarta, tahun 2018 ini akan diwisuda.

2. Temuan penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah bagaimana komunikasi interpersonal sebagai motivasi keberhasilan pendidikan keluarga (keluarga tunanetra di Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo). Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi berikut hasil wawancara dan observasi yang telah didapatkan:

a. Cara komunikasi interpersonal orang tua (tunanetra) dengan anak sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).

Komunikasi interpersonal yang dilakukan orang tua kepada anaknya dilakukan dengan dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi yang bersifat verbal dan komunikasi yang bersifat non verbal. Komunikasi yang bersifat verbal dilakukan dengan cara lisan seperti sering melakukan perbincangan kepada anak dengan cara yang santai tanpa membedakan status antara orang tua dan anak.

“ Ya saya, sering ngobrol sama anak nggak boleh canggung

(54)

41

akrab lan guyonan”. (Wawancara B.W, 27 Desember 2017 Pukul 13.15 WIB)

Hal serupa juga diungkapkan anak kedua dari pasangan suami istri (tunanetra) ini.

Saya tahu bagaimana adab anak terhadap orang tua, kalau dalam bahasa Jawa itu dinamakan boso. Akan tetapi ketika hal ini saya lakukan komunikasi yang saya dapat sedikit canggung dan akhirnya hanya memperoleh feed back yang sederhana. Sedangkan pada kesehariannya komunikasi yang kami lakukan akan menimbulkan canda tawa secara terus menerus tanpa terhenti disatu titik pembahasan”. ( wawancara, RPA, 10 Mei 2018,Pukul 13.10 WIB)

Komunikasi non verbal merupakan proses komunikasi dimana pesan tidak disampaikan menggunakan kata-kata, misalnya gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan simbol-simbol. Komunikasi non verbal yang dilakukan orang tua (tunanetra) dengan anaknya dalam keluarga ini dilakukan berupa kode dan juga sentuhan dikarena keterbatasan tidak mampu melihat.

Saya tidak bisa melihat sejak lahir ke dunia, jadi saya sudah terbiasa melakukan sesuatu itu dengan cara meraba dan niteni apapun itu. Ketika mengurus anak saya juga hanya mengandalkan sentuhan tangan, misalnya dalam memandikannya, ketika mereka merasakan demam maka saya mengetahuinya melalui sentuhan tangan saat mendekapnya”. (wawancara S.M 27 Desember 2017 )

(55)

42

berbunyi satu kali, ketika anak kedua menghubungi orang tua maka dering dari handphone berbunyi dua kali, dan ketika anak ketiga menghubungi orang tuanya maka dering dari handphone berbunyi tiga kali.

Jadi dirumah itu ada satu handphone ketika saya menelpon maka dering yang berbunyi dua kali, kalau mbak Yuli yang telpon deringnya satu kali, sedangkan adik yang telpon maka deringnya tiga kali. Ini salah satu cara agar bapak dan ibu megetahui siapa yang menelpon karena mereka tidak bisa melihat dan di handphone itu hanya ada tiga nomer itu saja”. (wawancara, RPA, 10 Mei 2018 Pukul 13.00 WIB

Proses komunikasi interpersonal yang dilakukan dalam keluarga ini bersifat terbuka, adil, akrab, sejajar, dan adanya toleransi. Bersifat terbuka peneliti dapatkan melalui observasi dimana segala sesuatu yang dilakukan anak dalam kesehariannya akan orang tua ketahui karena sang anak selalu menceritakan apapun yang terjadi pada hari itu. Anak ketiga mengatakan bahwasanya ibu dan bapak mengetahui apa yang dilakukan karena adanya sifat keterbukaan anak dan orang tua, hal ini dilakukan karena orang tua nantinya dapat memantau aktivitas anak meski tidak secara langsung. Secara tidak sengaja disini juga dijelaskan bahwa orang tua memberikan tanggung jawab kepada anaknya dan percaya bahwa anak mampu bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan.

(56)

43

Komunikasi yang bersifat adil pada keluarga ini diterapkan ketika berbeda pendapat antara orang tua dan anak, kedua belah pihak tidak boleh keras kepala menegaskan bahwa pendapat yang dikemukakan itu benar dan menganggap pendapat yang lain itu salah. Jalan tengahnya adalah mencari solusi yang terbaik dari pendapat kedua belah pihak. Adil dalam berkomunikasi juga dapat diartikan bagaimana toleransi harus dipegang erat di dalam keluarga ini, menghargai pendapat yang satu dengan yang lainnya tanpa menganggap pendapat orang lain itu salah.

Telah disebutkan di atas bahwa keakraban komunikasi interpersonal akan tercipta ketika tidak ada perbedaan kedudukan antara orang tua dengan anak. Hal ini menegaskan bahwa keakraban antara orang tua dan anak terjalin begitu baik apabila dikemas dengan cara sederhana, sederhana yang dimaksud adalah membuat suasana yang senyaman mungkin, tidak ada ketegangan antara yang satu dan yang lainnya, komunikasi juga dilakukan tanpa suasana teggang, berartti suasana dibuat santai dan diselingi humor.

(57)

44

interpersonal adalah ketidaksamaan sudut pandang pemikiran antara orang tua dan anak.

“biasanya kesalahpahaman itu terjadi ketika apa yang kita

mau tidak sesuai dengan apa yang diinginkan mamak. Saya inginya ini, nanti mamak inginya itu. Nah disini harus ada orang ketika sebagai penengah dan biasanya bapaklah yang mencari jalan tengah atas perbedaan pendapat antar mamak dan saya. Pikiran mamak selalu mengatakan kamu harus gini, sedangkan bagi saya apa yang saya ingin lakukan itu berdasarkan pikiran. Tapi saya juga tak lantas membantah apa yang dikatakan mamak. (wawancara RPA, 10 Mei 2018, Pukul 13.12 WIB)

(58)

45

pengetahuan yang dimiliki, sehingga biasanya perbedaan keterbatasan pengetahuan akan memicu terjadinya miscommunication. Meskipun pengetahuan anak lebih banyak dibandingkan kedua orang tuanya, mereka tidak lantas menyalahkan pendapat dari orang tua dan mereka tidak memungkiri bahwa dulu mereka juga berasal dari lingkungan tersebut. Ini merupakan salah satu cara anak menjaga hati kedua orang tua agar tidak tersinggung

b. Peran orang tua (tunanetra) sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).

Keberhasilan pendidikan yang diperoleh anak kedua dalam menggapai pendidikan yang tinggi tak lepas dari motivasi yang diberikan orang tua kepadanya. Meskipun berlatar belakang kurang mampu dan memiliki keterbatasan dalam penglihatan tidak menghalangi tanggung jawab orang tua untuk menjadikan anak sebagai orang yang berhasil dalam pendidikannya. Motivasi terbesar dari anak kedua untuk berhasil dalam pendidikannya adalah keinginannya untuk mengangkat derajat orang tua di mata masyarakat dalam lingkungannya yang menganggap bahwa anak dari sepasang tunanetra mana mungkin bisa sukses.

(59)

46

menganggap remeh keluarga saya bahkan ketika saya akan masuk ke sekolah menengah pertama (SMP) di sekolah favorit banyak orang meremehkan kemampuan saya, dan membicarakan apakah orang tua saya mampu untuk memberikan segala perlengkapan untuk menunjang pendidikan saya di sekolah tersebut. Hal ini lah yang menjadi motivasi saya untuk semangat dalam belajar dan membuktikan kepada mereka bahwa kesuksesan itu bukan hanya milik orang-orang yang memiliki harta berlimpah, akan tetapi kesuksesan dalam pendidikan itu juga bisa diperoleh oleh anak-anak dari keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi bahkan anak seorang tunanetra yang hanya tinggal di rumah sederhana di tanah kas milik desa”. (Wawancara, RPA, 10 Mei 2018, Pukul 13.07 WIB) Komunikasi interpersonal mampu untuk mendorong keberhasilan pendidikan anak dibuktikan dengan bagaimana orang tua memberikan arahan kepada anak untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang ada dan melakukannya dengan sebaik mungkin. Kedekatan emosional antara orang tua dalam memberikan arahan kepada anak mampu mendorong anak untuk lebih semangat dan meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan orang tuanya. Karena kedekatan ini lah yang akhirnya mendorong anak untuk mewujudkan apa yang diinginkan orang tua dan merealisasikan arahan yang positif dari orang tua dalam pendidikan. Hal yang selalu dilakukan orang tua (tunanetra) untuk mendorong pendidikan anaknya adalah dengan memberikan dukungan dan sebisa mungkin memenuhi kebutuhan dalam menunjang pendidikan yang ditempuh oleh anak, walaupun tidak semuanya dapat terpenuhi dengan sempurna.

(60)

47

kalau jauh. Tapi kalau deket ya jalan kaki, ya sebisa mungkin saya harus memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak saya dalam artian ya sebisa dan semampu saya, pada dasarnya saya hanya mampu menyekolahkan anak setinggi-tingginya hanya sampai tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA) selebihnya saya serahkan kepada anak saya bagaimana mereka akan menentukan jalan hidupnya. Ketika mereka ingin kuliah ya monggo bagaimana caranya yang pasti saya hanya mampu sampai SMA saja”. (Wawancara, BW 27 Desember 2017, Pukul 13.13 WIB )

Tidak hanya berwujud dukungan secara fisik saja namun hal yang dilakukan orang tua dalam memotivasi keberhasilan pendidikan anak juga dilakukan dalam bentuk perkataan yang dituangkan dalam doa disetiap sujud dalam sholatnya. Doa dapat dikatakan dorongan karena melalui doa orang tua berharap agar anak dapat mencapai keberhasilan dan Allah mempermudahkannya melalui doa pula kekuatan spiritual antara orang tua dan anak akan semakin kuat dan akhirnya membuat anak termotivasi untuk memberikan yang terbaik kepada orang tuanya.

Saya sebagai ibu yang hanya mengurus rumah tangga dan anak, yang bisa saya lakukan hanyalah memberikan kasih sayang yang terbaik untuk suami dan anak saya serta

mendo’akan keberhasilan untuk anak-anak saya semoga mereka sukses dalam pendidikannya, sukses dalam kehidupannya, dan mampu memberikan perubahan baik dalam perekonomian maupun nasib yang lebih baik dibandingkan sekarang”. (Wawancara, SM 27 Desember 2017, Pukul 16.08 WIB)

(61)

48

dipungkiri bahwa dorongan yang selalu diberikan orang tua kepada anaknya dalam hal pendidikan bertujuan agar di masa depan anak-anaknya dapat memperoleh kehidupan yang baik dan menjadi orang sukses. Anak akan selalu ingin kehidupannya nanti lebih baik dibandingkan sekarang, sehingga ia akan bekerja keras untuk dsapat memperoleh hal tersebut, disinilah peran motivasi terimplementasikan dalam kehidupan.

Dorongan terbesar saya ya agar nantinya dimasa depan saya dapat menjadi pribadi yang lebih baik, dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang tercukupi. Kemudian saya mampu membahagiakan kedua orang tua saya da membawanya kekehidupan yang lebih baik”. (Wawancara, TW)

(62)

49

Biasanya kita ada waktu tertentu dimana kita saling mencurahkan isi hati, mengeluarkan unek-unek, biaanya waktu tersebut setiap pagi sebelum kita berangkat ke sekolah, di waktu inilah orang tua saya mengetahui segalanya tentang aktivitas saya dan orang-orang yang saya temui dihari kemarin serta apa yang akan saya lakukan dalam sehari ini, hal ini juga berlaku bagi adik saya jadi orang tua saya akan mengetahui apapun yang saya lakukan lewat perbincangan di pagi sebelum berangkat sekolah”. (Wawancara, RPA, 27 Desember 2017, Pukul 13.07 WIB)

Komunikasi interpersonal yang dilakukan keluarga bapak bisa dilakukan kapan saja, akan tetapi karena kesibukan dari anaknya maka agar dapat selalu berkumpul dan bercerita dengan anggota keluarga dipilihlah waktu pagi hari karena fikiran masih fresh dan suasananya masih nyaman sehingga akan menghasilkan kehangatan dalam membaur bersama anggota keluarga.

Biasanya pagi setelah subuh dan anak-anak sudah siap berangkat sekolah kita berkumpul dan bercengkrama secara santai, ya biasanya ya seperti itu. Karena di pagi hari kami tidak banyak melakukan aktivitas suasananya pun masih segar”. (Wawancara. BP, 27 Desember 2017, Pukul 13.10 WIB)

B. Pembahasan

1. Cara komunikasi interpersonal orang tua (tunanetra) dengan anak sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).

(63)

50

komunikasi yakni komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal dilakukan secara lisan berupa percakapan sedangkan komunikasi non verbal dilakukan denggan menggunakan kode dan sentuhan, seperti mengenggam tangan dan kode ketika handphone . Komunikasi yang keluarga ini lakukan merupakan tipe komunikasi kelompok kecil yang melibatkan antar tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainya.

(64)

51

berkomunikasi pada keluarga ini maka etika berkomunikasi tak diberlakukan.

(65)

52

kepercayaan dan tanggung jawab penuh kepada anaknya untuk menjaga dirinya dimana ia berada walau tanpa pengawasan dari orang tua. Hubungan yang baik antar anggota keluarga akan senantiasa menjadi tolak ukur keberhasilan orang tua (tunanetra) dalam menciptakan susana kekeluargan yang harmonis, setelah keharmonisan tercipta maka akan tumbuh keberhasilan pendidikan bagi anak-anak karena lingkungan keluarga mendukung diri sang anak. Dukungan dari keluarga merupakan kekuatan terbesar meningkatkan kepercayaan diri dari anak untuk tidak merasa pesimis dalam menggapai sesuatu yang diinginkan. Selain keterbukaan dan rasa kepercayaan antar sesama anggota keluarga berikut beberapa faktor yang menjadikan hubungan antar orang tua (tunanetra) dengan anak dapat terjalin dengan baik:

a. Toleransi

Setiap manusia tidaklah sama pendapatnya mengenai suatu hal. Begitu pula dalam hubungan antar orang tua dengan anak tak jarang perbedaan pendapat ini memicu perdebatan. Maka sikap toleransi harus di junjung tinggi, hal ini yang diterapkan dikeluarga bapak Wakijo dimana perbedaan pendapat harus dihargai dan dicari solusi terbaik tanpa harus terjadi perdebatan.

b. Kesempatan-kesempatan yang seimbang

(66)

53

anak untuk mengutarakan apa yang anak ingin utarakan, dan sebaliknya anak akan selalu memberikan kesempatan bagi orang tuanyanya memberikan feed back terhadap pendapat yang diutarakan. Kesempatan yang seimbang ini akan mempertahankan kebersamaan dan kedua belah pihak sama-sama puas dalam menyampaikan pendapatnya.

c. Sikap medukung

Sikap mendukung menjadi sifat yang dimiliki orang tua (tunanetra) terhadap apapun yang dilakukan oleh anak selama apa yang dilakukan itu kearah positif.

d. Keakraban

Untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, kedekatan dan kehangatan antar orang tua (tunanetra) dan anak selalu melengkapi satu dengan yang lain sehingga suasana keluarga akan terbangun lebih baik lagi.

e. Kesejajaran

Telah disebutkan diatas bahwa dalam kesejajaran yang dilakukan orang tua (tunanetra) dan anak disamaratakan dalam keluarga, sehingga komunikasi yang terjadi akan lebih dapat efektif.

f. Kontrol

(67)

54

orang tua (tunanetra) dalam pengawasan terhadap anaknya maka pemberian kepercayaan dan rasa tanggung jawab untuk menjaga diri menjadi satu cara pengontrolan yang dilakukan oleh orang tua (tunanetra) terhadap anaknya.

2. Peran orang tua (tunanetra) sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).

(68)

55

dari peneliti kenapa ada hal semacam itu? Hasilnya peneliti memperoleh jawaban yang kasusnya sama dengan apa yang diungkapankan BW berikut jawaban yang peneliti dapatkan dari buku kumpulan Materi Kompetensi Dasar Keislaman (KOMDAIS)

Lalu timbul suatu kejanggalan dengan adanya pendapat bahwa manusia Ini bagaikan wayang kulit yang semata-mata menyerah dan pasrah saja dengan dalangnya, sehingga ini akan mematikan gerak utuh berusaha dan mematahkan semangat unuk berikhtiar. Memang pikiran itu tidak sepenuhnya dikatakan salah, tetapi perlu diingat bahwa Allah SWT melengkapi organ manusia dengan otak yang gunanya untuk berfkir, dan menyempurnakanya dengan hati yang dapat menimbulkan kehendak. Lalu kehendak itu dapat diproses oleh akal pikiran, sehingga dapat dibedakan kehendak yang dapat membawa kebaikan dengan kehendak yang menimbulkan kejahatan.dengan cara seperti ini akal pikiran manusia tidak dibelenggu oleh ikatan temali qadar itu. Selain itu bagian-bagian dari kehendaknya dapat ditentukan dengan cara yang bijaksana dan inilah yang dinamakan usaha dan ikhtiar, sekalipun kita mempercayai bahwa ikhtiar itu sendiri tidak memberikan bekas suatu apapun, serta hakikatnya ikhtiar atau usaha itu sendiri adalah termasuk bagian qadar.

(69)

56

pernah putus asa, ia menikmati peranya sebagi istri juga sebagai ibu bagi anak-anak, ia mengatakan untuk merawat anaknya ia tak pernah dibantu oleh tetangga atau dari pihak keluarga. Bagi bapak dan ibu pendidikan bagi anak adalah sangatlah penting, terlebih pendidikan akhlak, mereka memberikan pendidikan akhlak sepengetahuan mereka dan memberikan pendidikan umum di sekolah. Sistem pengajaran ataupun pendidikan yang diberikan orang tua terhadap anak di lingkungan keluarga berupa nasihat, tindakan juga betukar pikiran antar anggota keluarga. Berdasarkan hal ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan sehari-hari yang orang tua berikan kepada anak sebagian besar melalu nasihat. Nasihat-nasihat itu diantaranya:

a. Selalu menjalankan ibadah kepada Allah

Nasihat ini yang selalu mereka berikan kepada anak-anaknya, mereka mengetahui bahwa dengan selalu melakukan hal-hal yang diperintahkan Allah khususnya Sholat maka dengan keterbatasan apapun Allah akan memberi jalan dan mencukupkan segalanya.

b. Menjaga diri

(70)

57 c. Menjaga kehormatan keluarga

Menjaga kehormatan disini adalah bagaimana dalam melakukan sesuatu tindakan tidak membuat malu keluarga begitupula dalam hal pendidikan. Orang tua tidak pernah menuntut nilai harus sempurna. Akan tetapi nilai yang didapatkan tidak boleh orang tua dan keluarga malu.

Sedangkan sistem pendidikan melalui tindakan yang orang tua berikan kepada anak diantaranya:

a. Melakukan pekerjaan tidak dengan mengeluh

Salah satu cara orang tua mendidik anak adalah dengan tindakan adalah memberi contoh ketika melalkukan pekerjaan orang tua selalu melakukannya dengan senang hati tanpa mengeluh dan mencintai pekerjaan yang ada.

b. Melakukan ibadah dengan ikhlas

Selain dengan nasihat untuk selalu beribadah kepada Allah, orang tua juga memberikan contoh nyata dengan merealisasikan nasihatnya yang diberikannya..

(71)

58

kemampuan anak yang berprestasi ikut meringankan beban orang tua dalam memasukan ke sekolah formal. Terbukti setelah lulus SMA anak mencari beasiswa guna melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan mengakat derajat orang tua. Secara rasional keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi dengan orang tua mengalami masalah dalam penglihatan mampu menyekolahkan dua anaknya sampai bangku SMA merupkan suri tauladan yang sangat harus kita hargai. Ketulusan doa yang selalu dipanjatkan oleh ibu dan bapak merupakan wujud tertinggi dukungan dan harapan terhadap kesuksesan pendidikan bagi anak.

(72)

59

tua asuh RPA dan TW dari yang mengatakan bahwa bagaimana dorongan yang dilakukan orang tua kepada anak merupakan daya dorong terbesar bagi keberhasilan anak di masa depan.

“kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak akan

(73)

60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan penelitian skripsi ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

1.Cara komunikasi interpersonal orang tua (tunanetra) dengan anak sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017) menggunakan dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi verbal; berupa komunikasi secara langsung saling berbincang-bincang satu dengan yang lainnya, dan komunikasi non verbal; menggunakan kode dan sentuhan, proses komunikasi dilakukan dengan santai, adil, terbuka dan tidak membedakan antara status orang tua dan anak, dengan demikian peran dari komunikasi interpersonal yang baik dari orang tua dengan anak dapat mendorong keberhasilan pendidikan.

(74)

61

melihat perjuangan dan keinginan orang tua yang begitu besar membuat anak terdorong untuk mendapatkan keberhasilan pendidikan agar dapat mengangkat derajat orang tua, membahagiakan orang tua dan memperoleh masa depan yang lebih baik, dengan demikian peran dari orang tua terbukti berhasil dalam mendorong keberhasilan pendidikan bagi anak.

B. Saran

Pada kesempataan ini penulis memberikan saran yang ditujukan kepada masyarakat luas, terutama bagi para orang tua adalah:

1. Hendaknya para orang tua memberikan perhatian yang lebih besar kepada anak, khususnya dibidang pendidikan. Wujud perhatian yang diberikan dapat dilakukan dengan pemenuhan fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar dan perhahatian yang sifatnya membangun semangat anak untuk belajar.

2. Untuk mendidik akhlak bagi anak, ajarkan anak melakukan kebaikan-kebaikan kecil seeperti tidak boleh mengangap remeh orang lain, menghormati hak-hak orang lain dan peduli dengan orang-orang yang membutuhkan.

3. Wujud dukungan secara psikologis orang tua kepada anak dapat dilakukan dengan komunikasi yang baik dan transparan. Salah satu bentuk komunikasi yang baik diterapkan orang tua kepada anaknya adalah komunikasi yang sifatnya interpersonal.

(75)

62

belah pihak akan menciptakan hubungan yang semakin dekat sehingga anak merasa nyaman dan terbuka kepada keluarga terutama kepada orang tua 5. Untuk mengantisipasi hambatan perbedaan pemikiran antara orang tua dan

(76)

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran Surat Al Baqarah Ayat 286.

Ali, Mukti. 2016. Eager Expectation dan Motivasi Mahasiswa Jurusan Komunikasi

dan Penyiaran Islam IAIN Salatiga. Vol. 1.

http://e-journal.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/article/view/651/492 (diakses 3 Juli 2018 Pukul 14.25 WIB)

Aswar, Saifuddin. 2014. MetodePenelitian. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Aulia, Rahmat. 2016. Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas. FISIP, Malaysia: Universitas Syiah.

AW, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu

Basrowi&Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Kedua). Jakarta: Raja

Grafinda Persada.

Daru suprapta. 2006. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Medika.

Echols, John M. 2007. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Erawati, Muna dkk. 2015. Kumpulan Materi Kompetensi Dasar Keislaman (KOMDAIS). Salatiga: Laboraturium Fakda IAIN Salatiga.

Fajrie, Mahfudlah. 2018. Gaya Komunikasi Masyarakat Pesisir Wedung Jawa Tengah. Fakultas Dakwah IAIN Salatiga. Vol.2. http://e-journal.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/article/view/1208 (diakses pada tanggal 3 juli 2017 Pukul 14.21 WIB)

Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antar pribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(77)

Nurhidayat. 2013. Peran Komunikasi Interpersonal Wali Kelas VI di MI Darul Huda Ngaglik Sleman. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga : Yogyakarta.

Poerwadarminta, W.J.S. 2006.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purba, Jenny WidiyaCasih. 2014. Pola Asuh Orang tua Tunanetra Terhadap Anak Normal di Pekanbaru. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Riau.

Riadi, 2012,www.kajianpustaka.com (diakses pada tanggal 28 November 2017 pukul 21.15 WIB)

Santoso, Edi & Setiansyah, Mite. 2012. Teori Komunikasi (edisi pertama) . Yogyakarta: Graha Ilmu.

Smart, Aqila. 2010.Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran & Terapi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kata Hati.

Sondang. P, Siagan. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya..

(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)

Pedoman wawancara

A. Pedoman wawancara dengan orang tua (tunanetra)

1. Sedekat apa hubungan bapak/ibu dengan anak dan apa pekerjaan bapak/ibu, sehingga dapat menyekolahkan anak-anak sampai perguruan tinggi?

2. Bagaimana cara bapak/ibu dalam memotivasi anak untuk meraih masa depan dan bagaimana bentuknya?

3. Jika ada masalah dalam keluarga, apakah diselesaikan bersama dan diketahui seluruh anggota keluarga atau bagaimana, Pernahkan bapak/ibu merasa putus asa dalam menjalani kehidupan ini?

4. Sebagai kepala keluarga, bagaimana bapak menguatkan anggota keluarga untuk tetap bersyukur dan selama ini adakah kendala bapak/ibu dalam mengasuh anak?

5. Dalam sehari-hari adakah waktu khusus untuk bertemu bersama keluarga. lantas dengan keterbatasan kemampuan bapak, apa yang bapak sampaikan kepada ibu dan anak-anak?

B. Pedoman wawancara dengan Anak.

1. Seberapa sering anda berkomunikasi dengan orang tua dan bagaimana bagaimana cara berkomunikasinya?

2. Bagaimana cara berkomunikasi anda dengan orang tua secara terbuka (jika ada masalah)

3. Bagaimana cara orang tua memberi motivasi kepada anda dalam hal pendidikan, dan seberapa besar pengaruh keluarga terhadap keberhasilan pendidikan anda?

4. Bagaimana cara anda dapat menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi dan apa motivasi terbesar dari anda sampai saat ini?

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berfikir
Gambar  2.
Gambar 1. Gambar 2
Gambar 5. Gambar 6.
+2

Referensi

Dokumen terkait

masih dibantu oleh istrinya karena kelemahan anggota gerak sebelah kiri, akan tetapi pasien sudah mampu melakukan perawatan diri, sedangkan data objektif menunjukkan

Sejauh ini, Nietzsche sendiri pesimis dapat menemukan sosok ubermansh, akan tetapi dalam puisi kedua "Dewa Telah Mati" peneliti menemukan sosok perempuan

Berkas ion negatif yang telah keluar dari slit ini kemudian dipercepat secara siklis dalam bentuk spiral mendatar dalam vacuum chamber dengan menggunakan kombinasi medan

Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo dengan Visi “Pada tahun 2016 menjadi fakultas yang mampu mengasilkan sumberdaya manusia yang tangguh dan berbudaya akademik untuk

Dari pola sesar-sesar mendatar yang relatif berarah baratlaut – tenggara dan timurlaut – baratdaya serta sumbu perlipatan yang yang relatif berarah barat–timur, maka dapat

Semua jawaban yang saya berikan merupakan murni dari apa yang saya alami bukan berdasarkan pada pandangan masyarakat pada umumnya dan saya mengijinkan bahwa jawaban saya

Individu merasa tertarik pada aktifitas yang berkaitan dengan kegiatan wirausaha diperoleh menurut karakteristik wirausahawan yang terdiri dari kebebasan dalam

Yang dimaksud dengan waterpass lapangan adalah untuk menentukan ketinggian dari titik-titik di lapangan sehingga mendapatkan gambaran lengkap tentang kedudukan tinggi dari