• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENDIDIKAN TAUHID DI PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIN DESA BUKATEJA, KECAMATAN BALAPULANG, KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 20162017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SISTEM PENDIDIKAN TAUHID DI PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIN DESA BUKATEJA, KECAMATAN BALAPULANG, KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN 20162017 SKRIPSI"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENDIDIKAN TAUHID DI PONDOK PESANTREN

DARUL MUTTAQIN DESA BUKATEJA, KECAMATAN

BALAPULANG, KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN

2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ANIMATUL AFIYAH

NIM 111-12-185

JURUSAN PENDIDIKAN AGAM ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau

menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

(7)

PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya. Sembah sujud serta syukur kepada Allah

SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikan kekuatan,

membekaliku dengan ilmu, serta memperkenalkanku dnegan cinta, atas karunia

dan serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan.

Persembahan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah

membantu mewujudkan mimpiku:

1. Almarhum kedua orang tuaku tercinta, Bapak Maulud (Alm) dan Ibu

Patosah (Almh) yang telah memberiku semangat dalam setiap langkah,

do‟a-do‟a yang telah menjulang tinggi ke langit untuk kesuksesan putri

kecilnya ini, dan kasih sayang yang tentunya tak bisa tergantikan oleh

siapapun yang membuatku sekuat dan setabah ini dalam menjalani

rintangan yang ada di depanku demi mewujudkan impian yang dulu

kalian impikan.

2. Kakak-kakakku tercinta mbak Khotiroh, kang Marno, mas M.Tauhid,

mbak Eli Sosiawati, mas Edi Prayogi, mbak Malia Ari Andriani, mas

Teguh Muji Primono, mas Ukhrowiyatul Fauzi yang telah menjadi

pengganti peran dari Bapak (Alm) dan Ibu (Almh), yang selalu

memotivasi, memberi dukungan dan do‟a yang selalu kalian berikan,

(8)

mungkin yang kalian berikan kepadaku dalam mengarungi perjalanan

hidup ini.

3. Bapak H. Dr. Sa‟adi, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam

upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Sri Guno Najib Chaqoqo, M.Ag dan Istrinya Ibu Ukhti Nur

Fajariyah, S.Pd yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian

skripsi ini.

5. Abah Mahfudz Ridwan, Lc dan Ibu Hj. Nafisah beserta keluarga yang

senantiasa memberikan petuah, do‟a, dan ilmunya yang patut dijadikan

tauladan untuk masa depanku kelak.

6. Ponakanku Husni Abdani yang selalu memberi semangat.

7. Kawan-kawanku seperjuangan Indah Asfaradina, S.Pd, Windawati

S.Pd, Selvi Alviana Rafida S.Pd, Wahyu Rahma Zulaeha S.Pd, Laili

Agustini S.Pd, teman-teman PAI E dan semua teman-teman PAI

angkatan 2012 yang selalu memotivasi, membantu serta menjadi

sahabat terbaikku hingga 4,5 tahun di kampus tercinta ini.

8. Keluarga Besar BIDIKMISI IAIN Salatiga angkatan 2012 dan keluarga

besar YA BISMILLAH semua angkatan, yang telah menjadi keluarga

dan memberikan banyak pengalaman.

9. Semua adik-adikku kamar 15 PP.Edi Mnacoro yanng selalu memberi

semangat dan motivasi.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak lupa ku panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di

dunia ini. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada baginda Rasulullah

SAW sebagai tauladan bagi kita untuk mencapai kebahagiaan kita di dunia dan di

akhirat.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini

berkat motivasi, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam.

4. Bapak H. Dr. Sa‟adi, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam

upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Sri Guno Najib Chaqoqo, M.Ag dan Istrinya Ukhti Nur

Fajariyah yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

(10)

7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan

memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

8. KH. Mahfudz Ridwan, Lc yang telah memberikan ridho dan bimbingan

dalam menuntut ilmu.

9. Keluarga besar Pondok Pesantren Edi Mancoro, para asatidz dan para

santri yang telah mendewasakan penulis setiap harinya dalam

warna-warni kehidupan.

10.Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam angkatan 2012,

terutama Kelas PAI E yang telah memberikan banyak cerita dan canda

selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

11.Pondok Pesantren Darul Muttaqin yang telah memberikan izin serta

membantu penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini.

12.Keluarga besar Tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro dan

teman-teman Pondok Pesantren Edi Mancoro yang selalu memberikan

dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat

diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 1 Februari 2017

Penulis

(11)

ABSTRAK

Afiyah, Animatul. 2017. Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul

Muttaqin, Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal

Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Dr. H. Sa‟adi M.Ag.

Kata kunci: Sistem Pendidikan, Tauhid.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara runtut sistem pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Tahun Ajaran 2016/2017. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?, (2) Apa faktor pendukung pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?, (3) Apa permasalahan/faktor penghambat yang muncul dalam sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan datanya antara lain: observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan analisis data yaitu reduksi data, kategorisasi, dan interpretasi data.

Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yaitu (1) sistem pendidikan tauid yang ada di pesantren ini yaitu terdiri dari unsur-unsur dasar pendidikan tauhid, tujuan pendidikan tauhid, masjid, pondok, kurikulum,

kyai/ustadz, santri, metode, dan evaluasi. (2) faktor pendukung pendidikan tauhid

yaitu adanya partisipasi ustadz dan santri dalam mengaji, pengurus, masjid

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN BERLOGO... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO... ... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR... ix

ABSTRAK... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...………... 1

B. Fokus Penelitian ………... 7

C . Tujuan Penelitian ………... 7

D. Manfaat Penelitian ………... 8

E. Penegasan Istilah ………... 9

F. Telaah Pustaka………... 11

G. Metode Penelitian………... 12

H. Sistematika Penulisan………... 17

(13)

B.Sistem Pendidikan Tauhid…... 26

. C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan... 34

BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN

A.Gambaran Umum Pondok Pesantren Darul Muttaqin... 37

B. Hasil temuan………... 50

BAB IV PEMBAHASAN

A. Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin... 66

B. Faktor Pendukung Pendidikan Tauhid ……... ... 74

C.Permasalahan Yang Muncul/Faktor Penghambat Pendidikan Tauhi.... 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………... 79

B. Saran... ………... 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Nota Pembimbing Skripsi

2. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

4. Daftar SKK

5. Lembar Konsultasi

6. Pedoman Wawancara

7. Hasil Wawancara

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Manusia merupakan salah satu jenis makhluk yang sudah ribuan abad

lamanya ditakdirkan Allah SWT menjadi penghuni bumi, sebagai satu-satunya

planet yang paling sesuai untuk dijadikan tempat tinggalnya (Nawawi,

1993:40).

Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah

muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Quran surat

al-„Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal

darah, Al-Quran surat al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan

oleh Allah, Al-Quran surat al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman

(Allah) itulah yang menciptakan manusia. Masih banyak lagi yang menjelaskan

bahwa yang menjadikan manusia adalah Allah. Jadi manusia adalah makhluk

ciptaan Allah (Tafsir, 2008:34).

Allah SWT itu Esa dalam segala penciptaannya. Ia tidak membutuhkan

perantara dalam membuatnya. Manusia dalam mengenali Tuhannya harus

bertauhid terlebih dahulu yaitu “bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Dia,

dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT “.

Kalimat tauhid mengandung nilai iman. Umat Islam wajib mengimani

adanya Allah SWT sebagai sang pencipta. Kalimat tauhid yang telah diucapkan

mengandung arti bahwa manusia itu sudah tergolong sebagai umat Islam, yang

(16)

Esensi iman kepada Allah SWT adalah Tauhid yaitu mengesakan-Nya,

baik dalam zat, asma‟ washifat, maupun af‟al (perbuatan-perbuatan-Nya).

Secara sederhana Tauhid dibagi dalam tiga tingkatan atau tahapan yaitu: 1.

Tauhid Rububiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Rabb), 2.

Tauhid Mulkiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Malik), dan 3.

Tauhid Ilahiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Illah) (Ilyas,

1993:18-19).

Mengesakan Allah (tauhid) dan menolak penyekutuan (syirik)

terhadap-Nya merupakan doktrin terpenting yang mendominasi pemahaman-pemahaman

dan ajaran-ajaran samawi. Hal itu juga merupakan asas segala macam ilmu dan

ajaran Ilahiyah yang dibawa para Nabi dan Rasul, sebagaimana tercantum

dalam kitab-kitab suci yang diwahyukan kepada mereka. Selain itu tauhid dan

syirik termasuk di antara masalah-masalah yang disepakati oleh seluruh kaum

muslimin (Subhani, 1996: 13).

Seorang muslim meyakini ketuhanan Allah bagi mereka yang terdahulu

dan yang akan datang, ketuhananNya bagi seluruh alam. Bahwasannya tidak

ada Tuhan melainkan Allah, tiada Tuhan selain Dia. Oleh karena itu, dia hanya

menyembah Allah dengan seluruh penyembahan yang telah disyariatkan Allah

kepada hamba-hamba-Nya agar mereka menyembah dengan tata cara tersebut

(El-Jazair, 1990: 115).

Manusia mengenal Allah harus melalui suatu proses pendidikan, yang

mana pendidikan itu sangatlah penting untuk menunjang pemahaman manusia

(17)

Dalam suatu pendidikan terdapat sebuah tujuan yang akan dicapai,

yaitu sebagaimana dijelaskan dalam bukunya Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan

Drs. S. L. La Sulo (2010:37) bahwa, tujuan pendidikan memuat gambaran

tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan.

Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki

posisi penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat

dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan

dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan

tersebut.

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu

peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.

Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia

(Tirtarahardja & Sulo, 2010:1).

Fungsi dari peserta didik adalah sebagai objek yang sekaligus sebagai

subjek pendidikan. Sebagai objek, peserta didik tersebut menerima

perlakuan-perlakuan tertentu, tetapi dalam pandangan pendidikan modern, peserta didik

lebih dekat dikatakan sebagai subjek atau pelaksanaan pendidikan (Hasbullah,

2012:123).

Pendidikan tidak akan berjalan maju tanpa adanya para pendidik (guru).

Dalam pengertian yang dimaksud pendidik adalah orang yang

bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta

(18)

Secara umum dikatakan bahwa, setiap orang dewasa dalam masyarakat

dapat menjadi pendidik, sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan sosial,

perbuatan fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi

anak didik menuju pribadi dewasa susila (Hasbullah: 2012:17).

Pendidik berfungsi sebagai pembimbing pengaruh, untuk

menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang

tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan (Hasbullah, 2012:124).

Zaman akan terus berubah dan berkembang, demikian halnya

pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan menyesuaikan dengan keadaan

zaman, serta berbagai persoalan yang dihadapinya. Perlu adanya perubahan

maupun pergantian kurikulum di Indonesia tentu tidak terlepas dari persoalan

perubahan zaman. Sebab, hakikat penyelenggaraan pendidikan adalah untuk

menjadi solusi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi negara. Oleh

karena itu, pendidikan perlu diselenggarakan secara optimal supaya

menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas yang memiliki kompetensi sikap,

kemampuan, dan pengetahuan sesuai standar nasional yang telah disepakati.

Untuk mewujudkan itu semua, salah satu upaya yang dapat dilakukan

ialah dengan mengembangkan kurikulum. Karena berhasil dan tidaknya sebuah

pendidikan sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang ada (Fadillah, 2014:17).

Kurikulum yang digunakan di pondok pesantren dalam melaksanakan

pendidikannya tidak sama dengan kurikulum yang dipergunakan dalam

lembaga pendidikan formal, bahkan tidak sama antara satu pondok pesantren

(19)

pesantren yang menjadi arah pembelajaran tertentu (manhaj), diwujudkan

dalam bentuk penetapan kitab-kitab tertentu sesuai dengan tingkatan ilmu

pengetahuan santri (Faiqoh, 2003:10).

Pondok pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan Islam

yang dilaksanakan dengan sistem asrama (pondok), kiai atau mushalla sebagai

pusat lembaganya. Lembaga ini merupakan salah satu bentuk kebudayaan asli

pendidikan nasional, sebab lembaga ini telah lama hidup dan tumbuh

ditengah-tengah masyarakat Indonesia yang tersebar diseluruh tanah air dan dikenal

dalam kisah serta cerita rakyat Indonesia khususnya di pulau Jawa (Haryanto,

2012:39).

Pesantren ialah tempat santri-santri atau murid-murid yang belajar ilmu

Agama Islam. Pondok ialah tempat penginapan mereka seperti asrama masa

sekarang.

Menurut riwayat yang mula-mula mengadakan pondok pesantren itu

ialah Maulana Malik Ibrahim. Di pondok pesantren itulah beliau mendidik

guru-guru Agama dan muballigh-muballigh Islam yang menyiarkan agama

Islam keseluruh pulau Jawa.

Biasanya pesantren itu terdiri dari sekumpulan pondok (surau

kecil-kecil) yang terletak dekat sebuah masjid. Pondok-pondok itu didirikan dengan

uang wakaf atau sedekah yang diberikan oleh orang-orang yang mampu,

bahkan ada juga dengan kemauan dan ongkos sendiri dari santri-santri yang

(20)

Sejak awal kelahirannya, pesantren tumbuh, berkembang dan tersebar

di berbagai pedesaan. Keberadaan pesantren sebagai lembaga keislaman yang

sangat kental dengan karakteristik Indonesia ini memiliki nilai-nilai strategis

dalam pengembangan masyarakat Indoesia. Realitas menunjukan pada satu sisi

sebagian besar penduduk Indonesia terdiri dari umat Islam, dan pada sisi lain

mayoritas dari mereka tinggal di pedesaan.

Berdasarkan realita tersebut, pesantren sampai saat ini memiliki

pengaruh cukup kuat pada hampir seluruh aspek kehidupan di kalangan

masyarakat muslim pedesaan yang taat (A‟la,2006:1).

Salah satu upaya seorang ulama dalam mempersiapkan generasi muda

yang beriman ialah dengan bagaimana ia mengajak generasi muda tersebut

untuk belajar mengenal keesaan Allah SWT melalui pendidikan tauhid.

Dengan dibekali tentang ketauhidan diharapkan setiap generasi muda akan

lebih mengenali Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa.

Pondok Pesantren Darul Muttaqin merupakan satu-satunya lembaga

pendidikan Islam yang berdiri di Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang,

kabupaten Tegal. Pondok pesantren ini banyak mempelajari berbagai macam

kitab salah satunya adalah kajian tentang ketauhidan yang dikaji dari sebuah

kitab klasik yaitu kitab Tijanu Durori karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri, kitabus

sa‟adah karya „Abdurrahim Manaf, dan kitab Jawahirul Kalamiyah karya

Syaikh Thahir bin Shalih Al-Jazair dengan metode penyampaiannya

bandongan/wetonan. Penerapan metode tersebut diharapkan agar senantiasa

(21)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Sistem Pendidikan Tauhid Di Pondok Pesantren

Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2016/2017”.

B.Fokus Penelitian

Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dan akan dikaji melalui

penelitian ini. Beberapa masalah itu adalah:

1. Bagaimana sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja,

Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?

2. Apa faktor pendukung pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa

Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal ?

3. Apa permasalahan/faktor penghambat yang muncul dalam sistem

pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan

Balapulang, Kabupaten Tegal ?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji, maka peneliti memiliki

tujuan antara lain:

1. Untuk menemukan bagaimana sistem pendidikan tauhid di PP. Darul

Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.

2. Untuk menemukan faktor pendukung pendidikan tauhid di PP. Darul

(22)

3. Untuk menemukan permasalahan /faktor penghambat yang muncul dalam

sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan

Balapulang, Kabupaten Tegal.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Secara akademik penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya

kajian bidang Pendidikan Agama Islam, terutama dalam ruang lingkup

ketauhidan di setiap individu muslim.

b. Memberikan informasi yang jelas tentang bagaimana sistem pendidikan

tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan

Balapulang, Kabupaten Tegal.

2. Manfaat Praktis

a. Tulisan ini dapat menjadi masukan bagi semua pihak terkait yang ingin

mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai sistem pendidikan tauhid di

Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan

Balapulang, Kabupaten Tegal.

b. Tulisan ini menjadi sumbangan alternatif mengenai sistem pendidikan

tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan

(23)

E.Penegasan Istilah

1. Sistem

Dalam pengertian umum, yang dimaksud dengan sistem adalah

jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk

mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah di

tentukan (Hasbullah, 2012:123).

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sistem adalah

seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk

suatu totalitas (Dpartemen Pendidikan Naional, 2007: 1076).

2. Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses,

cara, perbuatan, mendidik (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:263).

3. Tauhid

Asal makna tauhid, ialah:

ُهَل َكْيِرَش َلاٌدِحاَو َللها َّنَاِبُداَقِتْعِلاَا

“Beri‟tikad bahwa Allah itu Esa, tak ada sekutu bagi-Nya” (Ash Shiddieqy, 1971:92).

Kesesatan yang sering dilakukan manusia bukanlah tidak percaya

terhadap keberadaan Allah, tetapi syirik kepada-Nya. Manusia sering

menyembah sesuatu atau tuhan selain-Nya. Mereka berpendapat bahwa

tuhan-tuhan tersebut bisa mendekatkan mereka kepada Allah atau memberi

(24)

Semenjak zaman dahulu manusia sering jatuh ke dalam “lubang”

syirik. Syirik adalah kesalahan yang sangat besar. Dengan demikian, hal

pertama yang dibutuhkan oleh manusia adalah tauhid. Demi tauhidlah Allah

mengutus para nabi dan menurunkan kitab suci (Al-Qaradhawi, 2006:11).

4. Pesantren

Pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang umumnya

bersifat tradisional, tumbuh dan berkembang di masyarakat pedesaan

(Haedari, 2010:37).

Pondok pesantren merupakan institusi lembaga pendidikan agama

Islam tertua di Indonesia dengan segala keunikan dan kekhasannya

tersendiri. Institusi ini selain dikenal dengan lembaga pendidikan Islam,

juga menonjol sebagai lembaga sosial keagamaan yang didalamnya terdapat

interaksi di antara orang-orang dan menjadi pusat pemberdayaan

masyarakat di bidang sosial, budaya, dan ekonomi. Di dalam institusi ini

ada kiai sebagai top figure yang memiliki peran signifikan dalam

menggerakan semua aktivitas di dalamnya. Sehingga kiai tidak dapat

terlepaskan sebagai pusat perhatian maupun suri tauladan di segala aspek

kehidupan para santri yang mengitari.

Keberadaan kiai dan pondok pesantren merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan, karena figur ini sangatlah dominan dalam

menentukan segala arah kebijakan, pengelolaan, dan pengembangan pondok

(25)

F.Telaah Penelitian Yang Relevan

Terkait dengan penelitian ini, yakni dalam pembahasan tentang seputar

sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja,

Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017, maka

peneliti merasa penting untuk menelaah penelitian terdahulu yang relevan

dengan penelitian ini sebagai acuan dan bahan untuk melihat sisi perbedaan

dari tulisan-tulisan yang mengulas tentang ketauhidan. Beberapa hasil

penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.

Skripsi Siti Sukrilah tentang konsep pendidikan tauhid dalam keluarga

studi analisis Qur‟an surat al-Baqarah ayat 132-133 dalam tafsir Ibnu Katsir.

Penelitian ini menunjukan bahwa konsep pendidikan tauhid dalam keluarga

yang terdapat dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 132-133 berupa proses

membimbing manusia untuk tetap teguh kepercayaannya bahwa, Allah Maha

Esa dan hanya tunduk kepada-Nya sampai akhir hayat. Sedangkan konsep

pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Ibnu Katsir adalah sebuah upaya

dalam membina manusia untuk menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah

SWT dan tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun sepanjang

hayatnya pada suatu kelompok dimana manusia hidup dan menetap secara

berkesinambungan sampai keturunannya di masa depan kelak.

Skripsi Sri Imtikhani tentang nilai-nilai ketauhidan dalam Al-Quran

surat Luqman ayat 12-19 (studi tafsir Al-Quran al-„Adzim Ibnu Katsir dan Al

-Misbah M. Quraish Shihab) skripsi ini menunjukan bahwa, nilai-nilai

(26)

untuk mengesakan Allah SWT dan menyuruh untuk menyembahNya,

mengandung nilai-nilai tauhid yaitu: tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan

tauhid ubudiyah.

Penelitian Siti Nur Rohmawati tentang nilai-nilai tauhid pada mata

pelajaran sains di SDIT Hidayatulloh Balong Yogyakarta. Penelitian

menunjukan bahwa, dengan menggunakan verifikasi untuk mengungkapkan

hasil-hasil penelitian ilmiah yang menunjang dan membuktikan

kebenaran-kebenaran ayat-ayat Al-Quran dan nilai-nilai tauhid yang terkandung

didalamnya meliputi tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid asma‟ wa

sifat.

Dari beberapa penelitian di atas, peneliti terinspirasi untuk meneliti

tentang Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa

Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017,

yang belum pernah diteliti. Dengan demikian masalah yang diangkat dalam

penelitian ini merupakan penelitian yang memenuhi unsur peneltian terbaru.

G.Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Disebut kualitatif karena ditujukan untuk memahami

fenomena-fenomena sosial dari sudut atau persepektif partisipan. Partisipan adalah

orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan

(27)

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi

strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung,

wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti

foto, rekaman, dan lain-lain (Sukmadinata, 2012:94-95).

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan

sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan,

sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah

berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang

dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun

berfungsi sebagai instrumen pendukung.

Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan

sebagai tolok ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti,

sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan

atau sumber data lainnya di sini mutlak dilakukan. Peneliti mengadakan

komunikasi dengan objek penelitian memakai bahasa Indonesia, yang

memungkinkan komunikasi lebih akrab dan mudah dipahami sehingga akan

terjalin baik antara peneliti dengan responden.

3. Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian di Pondok Pesantren Darul

Muttaqin dengan asuhan Bapak KH. Ahmad Fakhruri dengan alamat di

(28)

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan

atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data

yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.

Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung

tentang sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin

Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran

2016/2017. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari

pengasuh, asatidz, dan santri di pondok pesantren tersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan

berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi,

buku harian, dan notula rapat perkumpulan. Data ini bisa dapat berupa

buletin, majalah, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi,

hasil survei, studi historis dan sebagainya. Peneliti menggunakan data

sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi

yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan para

(29)

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik

atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan itu bisa berkenaan

dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang

memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang

rapat, dsb. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non

partisipatif. Dalam observasi partisipatif (participatory observation)

pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Sedangkan

dalam observasi nonpartisipatif (nonparticipatory observation) pengamat

tidak ikut dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak

ikut dalam kegiatan (Sukmadinata, 2012: 220).

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2005:186).

Adapun teknik ini peneliti gunakan untuk mencari data tentang sistem

pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja,

(30)

c. Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi. Sebagian data yang tersedia adalah berbentuk

surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan

sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu

sehinga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang

pernah terjadi di waktu silam. Teknik ini penulis gunakan untuk memuat

data atau gambar tentang sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren

Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal

tahun ajaran 2016/2017.

6. Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang

sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,

gambar, foto, dan sebagainya.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data , memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

(31)

Tahap-tahap penelitian (Moleong, 1988:63-69):

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah identifikasi satuan yaitu bagian terkecil yang

ditemukan dalam data yang memiliki makna apabila dikaitkan dengan

fokus penelitian. Setelah itu langkah berikutnya adalah membuat coding

atau pemberian kode pada setiap satuan agar ditelusuri setiap satuan

berasal dari mana.

b. Kategorisasi

Kategorisasi adalah upaya memilah-milah satuan ke dalam bagian

yang memiliki kesamaan. Kategori nama dikodekan dengan tabel.

c. Interpretasi data

Interpretasi data adalah menyusun dan merakit unsur yang ada

dengan cara merumuskan hubungan baru antar unsur lama, mengadakan

projeksi melewati yang ada dan berani bertanya.

H.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan

mengolah hasil penelitian dari data-data serta bahan-bahan yang disusun

menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang

sistematis dan mudah dipahami. Adapun sistematika akan peneliti jelaskan

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang masalah, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode

(32)

pustaka, pada bab ini berisi uraian berbagai pembahasan teori yang menjadi

landasan teoritik penelitian yang berkaitan dengan variable penelitian yaitu

tentang sistem pendidikan tauhid dan Pondok Pesantren. Diantara sub-sub yang

akan di bahas dalam bab ini yaitu: pengertian sistem pendidikan pesantren,

sistem pendidikan tauhid, dan faktor pendukung dan penghambat pendidikan.

Bab III membahas tentang paparan data dan hasil temuan, pada bab ini

dilaporkan hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan gambaran umum

objek penelitian yang meliputi profil Pesantren, serta bagaimana sistem

pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Bab IV membahas

tentang pembahasan, pada bab ini berisi tentang pembahasan yang merupakan

bagian yang menjelaskan temuan peneliti tentang sistem pendidikan tauhid di

Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Bab V membahas tentang penutup, ada

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab II ini peneliti lebih fokus kepada pembahasan yang

bersangkutan dengan sistem pendidikan tauhid. Dimana dalam bab ini peneliti

mengutip dari teori-teori yang sesuai dengan sub-sub pembahasan penelitian.

Diantara sub-sub pembahasan tersebut yaitu sistem pendidikan pesantren dan

sistem pendidikan tauhid.

A.Sistem Pendidikan Pesantren

1. Sejarah Pesantren di Indonesia

Pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren.

Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab yang

berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi di dalam pesantren

Indonesia, khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam

lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak

dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri.

Pondok pesantren adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan dan

keagamaan yang ada di Indonesia. Secara lahiriah, pesantren pada umumnya

merupakan suatu komplek bangunan yang terdiri dari rumah kiyai, masjid,

pondok tempat tinggal para santri dan ruangan belajar (Nasir, 2005:80-81).

Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan

merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional.

(34)

tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia, sebab lembaga yang

serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak masa kekuasaan

Hidu-Budha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga

pendidikan yang sudah ada (Madjid, 1997:3).

Secara umum pesantren dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni

pesantren salaf atau pesantren tradisonal dan pesantren khalaf atau modern.

Sebuah pesantren disebut pesantren salaf jika dalam kegiatan

pendidikannya semata-mata berdasarkan pada pola-pola pengajaran klasik

atau lama, yakni berupa pengajian kitab kuning dengan metode

pembelajaran tradisional serta belum dikombinasikan dengan pola

pendidikan modern. Sedangkan pesantren khalaf atau modern adalah

pesantren yang di samping tetap dilestarikannya unsur-unsur utama

pesantren, memasukan juga ke dalamnya unsur-unsur modern yang ditandai

dengan sistem klasikal atau sekolah dan adanya materi ilmu-ilmu umum

dalam muatan kurikulumnya. Pada pesantren ini sistem sekolah dan adanya

ilmu-ilmu umum digabungkan dengan pola pendidikan pesantren klasik

(Maksum, 2003:7-8).

Pesantren adalah lembaga pendidikan asli Indonesia (indigenous)

yang merupakan lembaga keagamaan. Beberapa peneliti berpendapat bahwa

pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang merupakan kelanjutan dari

tradisi Hindu-Budha (Madjid, 1993:3). Proses transformasi model

pesantren, dari Hindu ke Islam berlangsung dalam model yang tidak jauh

(35)

seperti adanya pimpinan kharismatik, tata asrama, gedung tempat ibadah,

kelas-kelas untuk pembelajaran, disinyalir sama persis antara model

pesantren setelah di-Islamkan dari sebelumnya.

2. Komponen-komponen Pesantren

Dalam bukunya M. Bahri Ghazali (2003:17) mengajukan delapan

komponen pondok pesantren yang melekat atas dirinya yang meliputi:

pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab klasik, santri dan kiyai, metode dan

evaluasi.

a. Masjid

Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan kaum

muslimin baik dalam dimensi ukhrowi maupun duniawi dalam ajaran

Islam, karena pengertian yang lebih luas dan maknawi masjid

memberikan ciri-ciri sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi

kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid (tempat sujud)

(Ghazali, 2003:18).

Di dunia pesantren masjid dijadikan ajang sentral kegiatan

pendidikan Islam. Dalam konteks yang lebih jauh masjidlah yang

menjadi pesantren pertama, tempat berlangsungnya proses belajar

mengajar adalah masjid (Ghazali, 2003:19).

b. Pondok

Setiap pesantren pada umumnya mempunyai pondokan. Pondok

dalam pesantren pada dasarnya merupakan dua kata yang sering

(36)

berarti keberadaan pondok dalam pesantren merupakan wadah

penggemblengan, pembinaan dan pendidikan serta pengajaran ilmu

pengetahuan (Ghazali, 2003:19-20).

c. Kurikulum dan Materi Pembelajaran

Kurikulum adalah rencana tertulis berisi ide dan gagasan yang

dirumuskan oleh institusi pendidikan. Kurikulum dapat diartikan sebagai

sebuah dokumen perencanaan yang berisi tujuan yang harus dicapai, isi

materi, dan pengalaman belajar yang harus dilakukan peserta didik,

strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang

untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta

implementasi dari dokumen yang dirancang dalam kehidupan nyata.

Komponen-komponen kurikulum saling berkaitan dan saling

mempengaruhi, terdiri dari tujuan yang menjadi arah pendidikan,

komponen pengalaman belajar, komponen strategi pencapaian tujuan,

dan komponen evaluasi. Singkatnya kurikulum berfungsi sebagai

pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan (Fahham,

2015:20-21.

Secara umum, kurikulum pondok pesantren dapat dipilah menjadi

dua, yakni kurikulum studi keagamaan dan kurikulum studi umum.

Dalam pondok pesantren tradisional, ada pemisahan antara kurikulum

pesantren dan kurikulum sekolah dan/atau madrasah. Kurikulum

pesantren merupakan kurikulum khas pesantren berupa ilmu-ilmu

(37)

ushul fikih, tafsir, hadits, tasawuf, nahwu/sharaf, dan akhlak serta sirah

(sejarah) nabi. Sementara kurikulum sekolah merupakan kurikulum yang

berasal dari kementrian pendidikan nasional, jika pesantren tersebut

memiliki sekolah semisal SMP dan SMU. Selanjutnya jika pesantren

memiliki madrasah semisal Tsanawiyah dan Aliyah, maka ia

menggunakan kurikulum yang berasal dari Kementerian Agama.

Sementara dalam pesantren modern, pada umumnya menggunakan

kurikulum terpadu, yakni tidak memisahkan antara kurikulum pesantren

yang berupa kurikulum studi keagamaan dan kurikulum

sekolah/madrasah yang berupa studi umum.

Untuk meningkatkan kemampuan santri di bidang-bidang

tertentu, selain materi-materi agama, diajarkan juga materi keterampilan

khusus yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi pesantren, seperti

yang dilaksanakan Pesantren Gontor dengan materi muhadlarah

(ceramah), bahasa Arab, dan Inggris (Fahham, 2015:21) .

d. Kiyai

Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali. Suatu

lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memiliki tokoh

sentral yang disebut kiyai. Jadi kiyai dalam dunia pesantren sebagai

penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai

dengan pola yang dikehendaki. Bahkan kyiai bukan hanya pemimpin

pondok pesantren tetapi juga pemilik pondok pesantren (Ghazali,

(38)

e. Santri (Peserta didik)

Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai perwujudan

adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki

oleh seorang kiyai yang memimpin sebuah pesantren (Ghazali,

2003:22-23).

Dalam bukunya Jasa Ungguh Muliawan (2005:154-156)

dikatakan bahwa, santri terdiri dari dua kelompok yaitu:

1) Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan

menetap dalam pondok pesantren.

2) Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di

sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren.

Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik dari

rumahnya sendiri.

f. Metode

Selain dari unsur-unsur tersebut, pesantren juga memiliki ciri

khas yang unik lainnya, yaitu metode pengajaran kitab dengan wetonan

atau bandongan, sorogan, dan hafalan. Wetonan atau bandongan adalah

metode pengajaran dengan cara santri mengikuti pelajaran dengan duduk

di sekeliling kiai, kemudian kiai membacakan kitab yang akan dipelajari

saat itu, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan.

Sedangkan sorogan adalah metode pengajaran dengan cara santri

menghadap guru seorang demi seorang dengan membawa kitab yang

(39)

keseluruhan sistem pendidikan di pesantren. Sebab sistem ini menuntut

kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari murid.

Metode hafalan adalah metode yang paling umum dalam

pesantren, terutama untuk hafalan al-Quran dan Hadits (Muliawan,

2005:159).

g. Evaluasi

Istilah evaluasi atau penilaian (evalution), merupakan suatu

proses untuk menentukan nilai dari suatu kegiatan tertentu, dengan tujuan

untuk mengetahui seberapa jauh hasil belajar yang dicapai selama proses

pendidikan atau pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan apakah hasil

yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan atau standarisasi (Masyhud,

2004:104).

Evaluasi belajar dilakukan oleh guru/tutor/ustadz pondok

pesantren penyelenggara selama proses pembelajaran sesuai dengan

kemajuan santri dalam belajar yaitu melalui evaluasi belajar tahap akhir

(EBTA). Proses evaluasi ini dilakukan sendiri oleh pihak pondok

pesantren yang bersangkutan (Faiqoh, 2003:80).

h. Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik

Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan istilah kitab kuning

yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh ulama

zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti: fiqih,

(40)

B.Sistem Pendidikan Tauhid

1. Pengertian Pendidikan Tauhid

Dalam ajaran islam tauhid itu berarti keyakinan akan ke-Esaan

Allah. Kalimat tauhid ialah “Laa Ilaaha Illallah”, yang berarti tidak ada

Tuhan selain Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat

Al-Baqarah ayat 163 dan surat Muhammad ayat 19 sebagai berikut:

segala ketentuan untuk seluruh makhluk, yang memiliki kebesaran,

kesucian, ketinggian dan hanya kepada-Nya manusia muslim menyembah

dan memohon pertolongan. Dialah Allah yang menentukan syariah bagi

umat manusia dengan wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad

SAW sebagai agama (Sadali, 1987:9).

Artinya:”Maka ketauhilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan

melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi (dosa) orang-orang muslim, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat

(41)

Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma

Islam, sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agam tauhid yaitu

agama yang mengesakan Allah (Sadali dkk, 1987:23-24).

Kata tauhid adalah awal dan akhir dari seruan Islam. Ia adalah suatu

kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Suatu kepercayaan yang

menegaskan bahwa hanya Tuhanlah yang menciptakan , memberi

hukum-hukum, mengatur dan mendidik alam semesta ini (Tauhid Rububiyah).

Sebagai konsekuensinya, maka hanya Tuhan itulah yang satu-satunya yang

wajib disembah, dimohon petunjuk dan pertolongannya serta yang harus

ditakuti (Tauhid Uluhiyah). Bahwa Tuhan itu dzat yang luhur dari

segala-galanya, Hakim yang maha tinggi, yang tiada terbatas, yang kekal, yang

tiada berubah-ubah. Yang tiada kesamaannya sedikit pun di alam ini,

sumber segala kebaikan dan kebenaran, yang maha adil dan suci. Tuhan itu

bernama Allah SWT (Subhanahu Wa Ta‟ala = Maha Suci Dia dan Maha

Tinggi) (Razak, 1996:39).

Tauhid dapat membebaskan manusia dari seribu satu macam

belenggu-belenggu kejahatan duniawi. Tauhid membebaskan manusia dari

penjajahan, perbudakan dan penghambaan, baik oleh sesama manusia,

maupun oleh hawa nafsu dan harta benda. Karena tauhid, manusia hanya

akan menghambakan diri kepada Allah semata (Razak, 1996: 43).

Islam mengakui bahwa Allah itu mempunyai sifat keesaan yang

(42)

oleh karena itu tidak ada Tuhan yang menjadikan, yang mengatur dan yang

melaksanakan segala sesuatu, melainkan Dia. Di samping itu Allah juga

memiliki sifat keesaan ke-Tuhanan (sebagai dzat yang disembah/

Al-Uluhiyah). Oleh karena itu tidak boleh ada dzat yang disembah dan yang

diharapkan kepadanya segala permohonan atau yang diharapkan

pertolongannya, kecuali Dia (Syaltout, 1975:44-45).

Artinya:”Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan

orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu

bagi Allah Padahal kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 21-22) .

Islam telah menjadikan tanda bukti aqidah pada manusia dengan

pengakuan, bahwa Allah itu Esa dan bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya

serta syahadat merupakan kunci, yang dengannya manusia masuk kedalam

(43)

pengakuan terhadap keesaan Allah mengandung kesempurnaan kepercayaan

kepada Allah dari dua aspek, yakni aspek rububiyah (penciptaan dan

pendidikan/pengelolaan) dan aspek uluhiyah (peribadatan) (Syaltut,

1986:17).

Ucapan syahadat harus disertai dengan perbuatan yang meniadakan

peribadatan kepada selain Allah SWT dan menetapkan ibadah hanya karena

Allah semata, sehingga haramlah harta dan darahnya di dunia ini. Adapun

hasilnya nanti di akhirat, kalau dia benar dan syahadatnya dinyatakan

dengan perbuatan yang wajib, ia bisa mendapat keridhoan Allah. Kalau

tidak itu adalah terserah kepada Allah semata, sebab Allah Maha

mengetahui segala-galanya (Wahhab, 1984:43).

Dengan jiwa tauhid yang tinggi, seseorang akan bebas dari

belenggu-belenggu ketakutan dan duka cita dalam kemiskinan harta benda,

karena yakin bahwa tiap binatang melata di bumi ini, dari Allah jualah

rezekinya. Kewajiban bagi manusia ialah bekerja dan berusaha sambil

berdo‟a, hasilnya di tangan Allah sendiri (Razak, 1993:43).

Singkatnya, kita percaya bahwa tauhid adalah akar seluruh keimanan

dan seluruh nilai, dan kita tidak ragu dalam hal ini (Misbah, 1996:6)

Keseluruhan, Islam adalah suatu tubuh yang terbentuk dari berbagai anggota

dan bagian, yang jiwanya adalah tauhid (Misbah, 1996:11).

2. Pembagian Tauhid

Secara sederhana tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan atau

(44)

satu-satunya Rabb), Tauhid Mulkiyah (mengimani Allah SWT sebagai sebagai

satu-satunya malik), dan Tauhid Ilahiyah (mengimani Allah SWT sebagi

satu-satunya Ilah) (Ilyas, 1993:19).

a. Tauhid Rububiyah

Dalam hubungannya dengan Rububiyatullah (Tauhid Rububiyah),

maka tauhid ini memiliki beberapa arti yaitu mencipta, memberi rizki,

memelihara, mengelola dan memiliki (Ilyas, 1993:20).

Tauhid Rububiyah ialah mengesakan dalam pengaturan kerajaan.

Itu adalah pernyataan bahwa sesungguhnya Allah ialah Tuhan pengatur

segala sesuatu, Dia pemiliknya, Dia pencipta aturannya dan pemberi

rezekinya. Sesungguhnya Dia yang menghidupkan, yang mematikan,

yang memberi manfaat, yang mendatangkan hukum mudharat, Dia

menerima doa terutama dalam kesukaran, Dia berkuasa apa yang telah

Dia kehendaki, tidak ada sekutu bagiNya dalam hal apapun (Soedjarwo,

1986:45).

Tauhid rububiyah terbagai menjadi dua bagian Yakni:

1). Rububiyah Takwini

Tauhid yang menyangkut rububiyah takwini ialah

mempercayai bahwa pengurusan dan pengaturan dunia ini, dalam

realitas penciptaan, berada di tangan Allah yang Maha Kuasa, bahwa

peredaran bulan dan matahari, munculnya siang dan malam,

(45)

membawa kehancuran, berada pada Allah, dan Dialah yang

memelihara langit dan bumi.

Perubahan dan pengaruh apapun yang ditimbulkan makhluk

adalah atas izin Allah dan dengan kekuasaan yang Allah berikan

kepada mereka, mereka tidak mempunyai kebebasan sendiri dalam

melaksanakan suatu tindakan, menimbulkan suatu fenomena atau

menciptakan suatu perubahan dunia. Kehendak Allah dalam

penciptaan menguasai seluruh dunia, dan segala sesuatu terletak pada

kehendak-Nya (Misbah, 1996:20).

Rububiyah takwini menuntut manusia untuk percaya bahwa

pengelolaan urusan dunia dan manusia dalam hal-hal yang bersifat

penciptaan, yang berada di luar kemauan bebasnya, dinisbahkan pada

Allah (Misbah, 1996:22).

2). Rububiyah tasyri‟i

Bagian lain dari rububiyah ialah menyangkut kehendak dan

pilihan bebas manusia. Di antara makhluk ciptaan Allah, ada

sekelompok yang gerakan, pengaruh dan evolusinya tunduk pada

tindakan yang diambil berdasarkan kemauan bebasnya sendiri.

Mereka itu adalah manusia. Untuk mencapai kesempurnaan sejati,

manusia harus bergerak dengan kehendak dan pilihan bebasnya.

Tauhid dalam rububiyah tasyri‟i menuntut manusia untuk

mengambil pengarahan hidupnya hanya dari Allah, memandang hak

(46)

memiliki hak yang independen dalam menetapkan hukum (Misbah,

1996:22).

b. Tauhid Mulkiyah

Kata malik yang berarti raja dan malik yang berarti memiliki

berakar dari akar kata yang sama yaitu “malaka”. Keduanya mempunyai

relevansi makna yang kuat. Allah SWT sebagai Rabb yang memiliki

alam semesta adalah Raja dari alam semesta tersebut. Dia bisa dan bebas

melakukan apa saja yang dikehendakiNya terhadap alam semesta. Dalam

hal ini Allah SWT adalah Malik (Raja) dan alam semesta adalah

“mamluk” (yang dimiliki atau hamba) (Ilyas, 1993:3).

c. Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah atau tauhid ubudiyah itu ialah tauhid ibadah,

yaitu beribadah, berdoa,meminta dalam hal yang ghaib,tunduk,merendah

hanya kepada Allah SWT, tidak kepada yang lainnya dan tidak menerima

hukum agama dan ketetapan dalam perkara ghaib kecuali dari Allah

(Ya‟qub, 1987:14-15).

Keimanan bahwa Allah itu Tuhan (Rabb) alam semesta dan

pemilik jagad raya ini adalah salah satu bentuk amalan hati, yaitu

keyakinan yang dimiliki manusia. Adapun keimanan bahwa Allah itu

Ilah (sesembahan), tidak cukup hanya dengan keyakinan saja, tetapi juga

harus dibuktikan dengan perilaku dan perbuatan, meliputi pelaksanaan

ibadah dan pengesaan Allah. Ibadah adalah berdzikir, shalat, puasa,

(47)

kepada Allah. Akan tetapi, ibadah tidak terbatas pada ini saja, bahkan

setiap amalan yang bermanfaat yang tidak dilarang oleh syariat, yang

dikerjakan oleh seorang mukmin dalam rangka mencari pahala Allah,

maka amalan tersebut merupakan ibadah.

Seseorang makan untuk memperkuat dirinya dalam melaksanakan

perintah-perintah Allah, maka amalan tersebut juga merupakan ibadah.

Jadi makna ibadah itu sangat luas, meliputi seluruh perbuatan manusia

yang bermanfaat (Thanthawi, 2004:47).

Tauhid Ilahiyah menjadikan Allah sebagai Tuhan yang harus

disembah dan diminta pertolongan. Tidak ada yang berhak disembah dan

diminta pertolongan kecuali Dia. Allah SWT berfirman:





Engkaulah kami mohon pertolongan (Q.S. Al-Fatihah:5).

Oleh karena itu, tugas pertama para Nabi adalah mengajak

manusia kepada ajaran tauhid (terutama tauhid ibadah (Ilahiyah), bukan

mengakui keberadaan Allah. Karena pengakuan tentang keberadaan

Allah adalah hal yang tidak diragukan lagi oleh seluruh umat manusia.

tugas yang dibawa oleh para Nabi adalah memerangi kemusyrikan.

Seruan pertama yang dilakukan oleh para Nabi adalah “Wahai

kaumku, sembahlah Allah yang Maha Esa.” Seruan tersebut dilakukan

oleh Nuh, Hud, Saleh, Syu‟aib, dan seluruh Nabi lainnya (Al-Qaradhawi,

(48)

Tauhid al-Uluhiyah dibangun di atas keikhlasan dalam beribadah

kepada Allah ta‟ala. Dalam kecintaan, khauf (takut), raja‟ (harapan),

tawakkal, raghbah (permohonan dengan sungguh-sunggguh), dan rahbah

(perasaan cemas), dan doa hanya kepada Allah serta memurnikan

ibadah-ibadah seluruhnya, baik ibadah-ibadah yang lahir maupun yang batin hanya

kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.

Tauhid ini merupakan puncak awal dan akhir dari agama, baik

secara lahir maupun batinnya, dan merupakan awal serta akhir dari

dakwah para Rasul. Ini juga merupakan makna dari kalimat “Laa Ilaaha

Illallah” (tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah).

Karena Allah artinya sesuatu yang disembah dan diibadahi dengan rasa

cinta takut, penghormatan, pengagungan, serta dengan seluruh jenis

peribadatan (Al-Abbad, TT: 2).

C.Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan

Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh

karen itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat

berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Belajar tidak hanya

ditentukan oleh potensi yang ada dalam individu tetapi juga dipengaruhi oleh

faktor lain berasal dari luar diri yang belajar. Keberhasilan belajar sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, keberhasilan belajar

dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Masing-masing faktor

(49)

1. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar individu

yang bersangkutan, misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat,

alat-alat pelajaran yang tidak memadai, dan lingkungan sosial maupun

lingkungan alamiahnya. Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial

dan faktor sosial (Djamal: 198539).

a) Faktor Nonsosial

Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa

kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Faktor nonsosial merupakan

kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah, keluarga maupun

masyarakat, aspek fisik tersebut bisa berupa peralatan sekolah, sarana

belajar, gedung dan ruang belajar, kondisi geografis, gedung dan runag

belajar, kondisi geografis sekolah dan rumah serta sejenisnya (Sriyanti:

2011:223).

b) Faktor Sosial

Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa

manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilah menjadi faktor

yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat (termasuk teman pergaulan anak) (Sriyanti, 2011:23-24).

2. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor

(50)

a) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri

individu. Faktor fisiologis terdiri dari:

1) Keadaan tonus (tegangan otot) jasmani pada umumnya

Keadaan tonus (tegangan otot) jasmani secara umum yang ada

dalam diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan tonus

(tegangan otot) jasmani secara umum ini misalnya tingkat kesehatan

dan kebugaran fisik individu (Sriyanti, 2011:24).

2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu

Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu yaitu terkait dengan

fungsi panca indra yang ada dalam diri individu. Panca indra

merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalm diri individu

(Sriyanti, 2011:24).

b) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri

individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan,

motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain

(51)

BAB III

PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN

A.Gambaran Umum Pondok pesantren Darul Muttaqin

1. Sejarah Pondok Pesantren Darul Muttaqin

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam indigenous

Indonesia, selama berabad-abad telah memberikan kontribusi nyata dalam

pengembangan dakwah dan pendidikan Islam di Indonesia. Sebagai wadah

pembentukan generasi muslim yang tangguh, pondok pesantren berdiri

kokoh membentengi aqidah umat, menanamkan akhlakul karimah,

membangun karakter dan menjadi media transformasi nilai-nilai luhur serta

ilmu pengetahuan.

Pondok pesantren Darul Muttaqin merupakan salah satu pondok

pesantren yang turut mewarnai dunia pendidikan Indonesia. Seluruh potensi

dan kemampuan dicurahkan untuk merealisasikan misi tersebut.

Pada tanggal 21 Maret 1921 di sebuah desa yang sangat terpencil

dan sepi dari keramaian telah lahir seorang tokoh yang ulet, disiplin dan

berfikir maju serta peduli dengan nasib generasinya di masa mendatang,

beliau adalah bapak KH. Dimyati (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal

24 November 2016).

Ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat minim, tetapi beliau

mempunyai tekad yang kuat untuk menyebarkan syi‟ar Islam di desanya.

Pendidikan beliau hanya sampai kelas 2 SR (Sekolah Rakyat) di masa

(52)

sangat mendalam terhadap generasi muslim di desanya dalam menghadapi

tantangan di masa yang akan datang, sehingga KH. Dimyati memiliki

i‟tiqad yang kuat untuk menyebarkan ajaran Islam dan membantu para

generasi muslim di desanya untuk mempelajari agama Islam. Akhirnya

dengan modal rasa percaya dan keprihatinannya beliau mendirikan sebuah

surau kecil yang berukuran 6 x 4 m2. Tiga bulan setelah pendirian surau

tersebut, kemudian difungsikan surau tersebut untuk kegiatan sholat

berjamaah bersama santri. Selain digunakan sebagai tempat shalat, surau

juga digunakan sebagai tempat belajar santri untuk menimba ilmu agama

yaitu Madrasah Diniyah Awaliyah sebagai awal tumbuhnya pondok

pesantren dengan murid pertama yaitu 7 siswa putra putri dan 2/3 dari siswa

tersebut adalah putra putranya sendiri. Tidak berhenti di situ saja beliau

bertekad untuk menanam tunas-tunas muslim sebagai generasi penerus

perjuangannya sehingga beberapa putra dan cucu-cucunya dimasukan ke

beberapa pesantren yaitu Pondok Pesantren Babakan Tegal, Lirboyo Kediri

dan Gontor Ponorogo dan Lainnya (Wawancara dengan Ust. IN pada

tanggal 24 November 2016).

Pada tahun 1965 beberapa anaknya telah lulus dari pondoknya,

mereka di antaranya H. Fakhruri, Muid, H. Maksudin dan dibantu tokoh

lainnya akhirnya mulai dibentuklah Yayasan Pendidikan Islam

MIFTAKHUL ULUM sebagai wadah untuk menjembatani proses dan

cita-cita pendiri tokoh utama (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24

(53)

Pada tahun 1988 Tokoh termasyhur Almarhum KH. Dimyati wafat

sebelum cita-citanya membangun sebuah pondok pesantren terwujud.

Namun lembaga pendidikan Miftahul Ulum terus maju menyiarkan Islam di

desa walau di sana-sini kendala dan kesulitan selalu dihadapinya terutama

modal yang sangat minim (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24

November 2016).

Pada tahun 1991 salah seorang cucu Abah KH. Dimyati, Drs. Ibnu

Nashori juga telah menyelesaikan masa studinya di pondok Modern Gontor

dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya serta kepatuhan terhadap

wasiat Abah KH. Dimyati untuk merintis sebuah pondok, beliau pun sangat

optimis untuk bergerak dan bercita-cita keras untuk mendirikan sebuah

Pondok Pesantren sebagai wujud penerus perjuangan abah tercintanya,

sehingga pada tahun 1993 berdirilah sebuah lembaga Qur‟an sebagai cikal

bakal generasi muda yang qur‟ani dan berdirilah Taman Pendidikan Al

-Qur‟an (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016).

Pada tanggal 14 Maret 2002 terbentuklah sebuah Yayasan Balai

Pendidikan Pondok Pesantren Darul Muttaqin, yang mana Darul Muttaqin

itu sendiri memiliki arti yaitu “Tempat orang yang bertaqwa”. Darul

Muttaqin itu merupakan ubahan nama Yayasan Pendidikan Miftahul Ulum,

yang kemudian disahkan oleh badan hukum dengan akta Notaris No 24

tanggal 14 Maret 2002 (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24

(54)

Pada tahun 2005 berdirilah sebuah lembaga KB (Kelompok

Bermain) Darul Muttaqin yaitu sebuah lembaga pendidikan di bawah

naungan Pondok Pesantren Darul Muttaqin sebagai tempat untuk mendidik

anak usia dini. Lembaga ini didirikan sebagai sebuah solusi pengasuh dalam

mengatasi era globalisasi. Lembaga tersebut dikelola langsung oleh Kyai

Drs. Ibnu Nashori dengan jumlah guru 5 orang termasuk istri dari sang kyai.

Pada tanggal 10 Maret 2007 / 20 Shafar 1428 H datang 9 orang wali

murid menitipkan putra-putrinya di pondok pesantren. Tiga hari kemudian

datanglah santri-santri baru dengan jumlah sangat meningkat mencapai 67

orang santri, namun karena minimnya fasilitas asrama maka satu per satu

santri memilih untuk tetap tinggal di rumahnya masing-masing. Akan tetapi

tiga di antara mereka tetap memilih untuk tinggal di pondok.

Dengan menurunnya jumlah santri yang ada dan salah satu dewan

asatidz pulang ke kampung halamannya, maka Kyai Drs. Ibnu Nashori

turun tangan langsung membimbing, membina serta mengajari kepada 3

santri tersebut selama kurun waktu 5 tahun. Ketiga santri tersebut M.

Fasikhudin, Kandri Diana, M. Ozan. Kyai Drs. Ibnu Nashori dengan uletnya

dan semangat kepada tiga santri tersebut beliau mengajarkan ilmu-ilmu

agama, sehingga kemudian berhasilah beliau menjadikan kedua santri dari

ketiga santri tersebut menjadi salah satu dari dewan asatidz yang

membimbing santri.

Setelah kiyai Drs. Ibnu Nashori berhasil mengajari ketiga santrinya

(55)

yang mukim sedikit bertambah yaitu santri putra 8 orang dan santri putri 5

orang.

Di tengah perjalanan tersebut munculah gagasan pemikiran guna

mendirikan sebuah lembaga formal jenjang TK, maka pada tahun 2011

berdirilah sebuah lembaga TK Islam Terpadu Darul Muttaqin dan langsung

dikelola langsung oleh kyai Drs. Ibnu Nashori sendiri. Beliaulah seorang

sosok pejuang sekaligus seorang tokoh muda yang gigih dan ulet untuk

mendirikan lembaga–lembaga yang ada di bawah naungan Yayasan Balai

pendidikan Pondok Pesantren Darul Muttaqin (Wawancara dengan Ust. IN

pada tanggal 24 November 2016).

Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2012 datanglah 42 santri

putra/putri untuk ikut belajar di pesantren. Tidak lama kemudian

santri-santri tersebut pun mulai keluar dari pesantren. Sehingga selama 3 tahun

berturut-turut jumlah santri hanya mencapai 9 orang santri, dan setelah itu

kyai Drs. Ibnu Nashori memutuskan untuk setiap santri yang belajar di

pondok wajib mukim 24 jam. Akhirnya tinggalah santri yang mukim

berjumlah 6 santri putri dan 11 santri putra (Wawancara dengan Ust. IN

pada tanggal 24 November 2016).

Pada Tahun 2014 Kyai Drs. Ibnu Nashori setelah menyelesikan

pengabdian di Yayasan Pendidikan Islam Al Muawanah ( YPIA ) selama 14

tahun. Pada malam tanggal 14 Mei 2014 beliau didampingi istrinya

berkumpul bersama keluarga besar KH. Dimyati, (KH. A. Fakhruri, Hj.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 3.3
Tabel 3.5 Nama-nama Informan

Referensi

Dokumen terkait

Emas dalam sampel yang dilarutkan dengan kombinasi asam HNO3, HCl, H2SO4 5M dan KI 1,5M dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis sehingga diperoleh absorbansi pada panjang

Data primer adalah data-data yang langsung diperoleh dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek

Namun, ia juga percaya dengan Alin dan Aryo ,yang dengan yakin menjelaskan bahwa mereka ketika terbangun, tiba-tiba sudah berada di rumah amak!. Karena sudah paham kalau Aryo

“Ada perbedaan kadar protein, vitamin C dan sifat organoleptik pada biskuit tepung mocaf yang disubstitusi dengan tepung kecambah

[r]

Dan ternyata setelah dilakukan pengujian, peneliti menemukan bahwa hasil dari daya tarik tugas yang dirasakan oleh pria maupun wanita pada kondisi high meaning

morfologi berupa variasi bentuk daun dan motif daun yang dihasilkan dari induksi mutasi pada bagian vegetatif tanaman, untuk mengetahui dosis radiasi sinar gamma yang optimal

Abang tidak gemar akan makanan yang pahit seperti peria.. Menurut abang, dia tidak gemar akan rasa pahit