• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

13

Pada Bab ini akan dibahas kajian teoritis mengenai konsep ruang Neighborhood Unit, tinjauan mengenai fasilitas sosial, konsep dan standar penyediaan fasilitas lingkungan perumahan serta konsep Healthy Neighborhood Planning.

2.1 Konsep Ruang Neighborhood Unit

Neighborhood Unit adalah suatu lingkungan fisik perumahan dalam kota dengan batasan yang jelas, tersedia pelayanan fasilitas sosial untuk tingkat rendah, untuk melayani sejumlah penduduk, di mana terdapat hubungan kerjasama yang dilandasi oleh kontrol sosial dan rasa komunitas. (Porteous, 1977; dalam Suryanto, 1989:47).

Neighborhood Unit dikenal sebagai suatu konsep untuk merencanakan suatu lingkungan yang berlandaskan suatu pemikiran sosial psikologis yang diformulasikan oleh Clarence Perry pada tahun 1929, sebagai jawaban atas permasalahan yang terjadi saat itu yaitu penurunan kualitas kehidupan masyarakat di negara-negara industri. Perry mengidentifikasikan Neighborhood Unit sebagai suatu unit perumahan yang mempunyai batas yang jelas, besarannya diukur atas dasar keefektifan jarak jangkau pejalan kaki, terjadinya kontak langsung individual serta adanya ketersediaan fasilitas pendukung kebutuhan harian dari penghuni.

Konsep Neighborhood Unit sebenarnya pertama kali diperkenalkan oleh Sir Ebenezer Howard (1850-1928) yang mencoba mengangkat sistem dan bentuk komunitas tradisional perdesaan sebagai komunitas ideal yang perlu dikembangkan di perkotaan (Reiner, 1957 dalam Ida Bagus Rabindra, 1996:35). Kemudian pada kota-kota tradisional tersebut , kota masih terbagi dalam unit-unit kelompok rumah tinggal atau unit-unit fungsional spesifik yang homogen yang kemudian dikenal sebagai tradisional neighborhood. Unit-unit tersebut merupakan kesatuan antara tempat tinggal dengan tempat kerja serta juga adanya ikatan sosial kekerabatan. Dalam konteks ini, neighborhood merupakan suatu lingkungan

(2)

spesifik yang homogen, dengan pengikat kegiatan yang sejenis dan hubungan kekerabatan.

Menurut Perry, neighborhood yang ideal akan merangkum seluruh fasilitas publik dan kondisi-kondisi yang diperlukan oleh rata-rata keluarga bagi kenikmatan dan kewajaran hidup disekitar rumah mereka. Selanjutnya Perry menguraikan dari penjelasan diatas enam prinsip dalam merencanakan neigborhood (Rohe and Gates, 1985:26) :

1. Size (Ukuran), pembangunan unit tempat tinggal harus menyiapkan perumahan dengan ukuran populasi tertentu yang mensyaratkan diperlukannya satu sekolah dasar (elementary school), di mana area yang diperlukan tergantung pada tingkat kepadatan populasi

2. Boundaries (Batas), Pada setiap sisi unit lingkungan dibatasi oleh jalan-jalan arteri dengan kelebaran yang memadai sehingga dapat dipakai sebagai lalu lintas cepat, yang tidak menembus daerah pemukiman tersebut.

3. Open Space (Ruang Terbuka), harus disediakan sistem taman dan ruang kecil yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan individu yang mendiami lingkungan perumahan tersebut.

4. Institution Sites (Area-area institusi), area untuk sekolah dan institusi yang melayani lingkungan perlu disediakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam lingkungan tersebut dan hendaknya ditempatkan secara berkelompok disekitar sebuah titik umum atau titik pusat.

5. Local Shops (Pertokoan setempat), satu atau lebih pertokoan lokal yang cukup memadai bagi populasi yang dilayani, hendaknya diletakkan di seputar permukiman dan lebih baik lagi diletakkan disekitar pertemuan jalur lalu lintas yang mengikat beberapa lingkungan.

6. Internal Street System (Sistim jalan internal), di mana setiap unit perlu dilengkapi dengan sistim jalan khusus, sehingga setiap jalan raya disesuaikan dengan beban lalu lintas yang mungkin dan jaringan jalan sebagai sebagai suatu keseluruhan dirancang untuk memudahkan sirkulasi

(3)

di dalam lingkungan tersebut dan diupayakan untuk dicegah penggunaan sebagai jalur lalu-lintas cepat

Clarence Perry menyimpulkan bahwa Konsep Neighborhood Unit mempunyai tujuan utama untuk membuat interaksi sosial diantara penghuni lingkungan permukiman, sedangkan penataan fisik lingkungan merupakan cara untuk mencapai tujuan utama tersebut (Golany, 1976:187)

Clarence Perry membuat ketetapan untuk terpenuhinya kebutuhan sosio-psikologis pemukim untuk menjamin agar terlaksananya konsep Neighborhood Unit. Syarat-syarat tersebut (Ida Bagus Rabindra, 1996:43-44) adalah :

1. Syarat kedekatan fisik, dirumuskan dengan mengambil patokan besaran efektif komunitas dengan elemen :

a. Luas Wilayah. Teori ini mengidentifikasikan bahwa salah satu essensi dari konsep neighborhood adalah kebutuhan dasar emosional manusia untuk berhubungan lebih erat dengan orang-orang disekitarnya, yang disebut sebagai kelompok primer (Brooms dan Selznick,1957; dalam Suryanto, 1989:53). Ukuran luas wilayah komunitas memungkinkan setiap penghuni mudah berkomunikasi dengan kelompok primernya karena dekatnya jarak capai dengan cukup berjalan kaki.

b. Jumlah penghuni, yaitu ukuran jumlah penghuni yang memungkinkan tingkat saling tahu dan saling kenal diantara penghuni karena frekuensi kontak langsung yang tinggi.

c. Tingkat kepadatan bangunan atau penduduk yaitu perbandingan antara luas wilayah dan jumlah anggota menghasilkan suatu ukuran kepadatan yang memungkinkan tingkat ikatan fisik dan sosial komunitas tetap tinggi, dengan tetap menjaga keseimbangan dengan daya dukung alam.

2. Syarat ikatan sosial, Jika fasilitas sosial sebagai ikatan fisik tersebut sesuai dengan kebutuhan sebagian besar anggota lingkungan, maka ikatan fisik tersebut akan berfungsi sebagai ikatan sosial karena kemampuannya untuk merangsang terciptanya kelompok primer.

(4)

3. Syarat jaminan keselamatan lingkungan, yaitu :

a. Neighborhood Unit, terbebas dari lalu-lintas tembus dan kemungkinan adanya persimpangan.

b. Neighborhood Unit dibatasi dari lalu-lintas kendaraan kecepatan tinggi atau lalu-lintas eksternal.

c. Adanya pemisahan yang tegas antara jalur lintas kendaraan dan jalur pejalan kaki.

d. Lalu-lintas dalam lingkungan Neighborhood Unit umumnya untuk pejalan kaki atau dengan kendaraan yang berkecepatan rendah khusus bagi penghuni.

4. Syarat ketersediaan fasilitas pelayanan sosial. Fasilitas pelayanan sosial yang disyaratkan dalam Neighborhood Unit formula Clarence Perry adalah fasilitas pelayanan sosial yang melayani kebutuhan harian. Suatu fasilitas pelayanan sebagai elemen fungsional neighborhood dapat berperan jika memiliki jarak layanan yang mudah dicapai dengan berjalan kaki, di mana daya jangkau jarak layanan efektif setiap fasilitas pelayanan sosial akan mempengaruhi ukuran besaran neighborhood. Diharapkan fasilitas sosial ini menjadi media terjadinya kontak langsung antara penghuni dalam frekuensi yang tinggi yaitu frekuensi harian. Fasilitas pelayanan tersebut antara lain adalah : Sekolah tingkat dasar, warung atau toko, tempat peribadatan, balai pengobatan, balai lingkungan dan kantor pemerintahan lokal.

Konsep Neighborhood Unit dapat dijadikan landasan bagi banyak komuniti permukiman, di mana terlalu ditekankan sebagai sebuah gagasan fisik dan agak dilebih-lebihkan sebagai fakta sosial (Spreiregen, 1965; dalam Rivai A., 1991:34). Dapat disimpulkan bahwa neighborhood merupakan unit fisik sekaligus unit sosial. Parameter pengikat untuk menjamin kesatuan unit fisik dan unit sosial adalah besaran (size) dan fasilitas pelayanan sosial yang melayani kebutuhan harian. Parameter besaran neighborhood diturunkan dari ukuran efisiensi jarak tempuh pejalan kaki antara rumah dengan fasilitas pelayanan.

(5)

Spreiregen menganggap ini tidak tepat karena betapapun lengkapnya pelayanan suatu lingkungan, setiap orang memiliki dunia pribadi mereka sendiri, di mana terdapat suatu jaringan individu yang menyangkut tempat-tempat pribadi dan adanya jalan-jalan di kota yang akan jauh melintasi batas fisik permukiman mereka.. Dengan demikian, Spreiregen sependapat dengan Perry bahwa dalam hal perencanaan pemukiman, maka harus mempertimbangkan kebutuhan sosial penghuninya. Ia menyatakan bahwa pada dasarnya keberadaan pemukiman harus memberikan kenyamanan dan jaminan sejauh mana permukiman tersebut dapat membantu kelancaran aktivitas kehidupan setiap penghuninya.

2.2 Tinjauan Mengenai Fasilitas Sosial

Fasilitas adalah segala sesuatu yang dinilai sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu untuk pemenuhan kebutuhan tertentu (Mitchell,1969, dalam Rivai A, 1991:30). Dalam pengertian lain jika dikaitkan dengan pemukiman, maka fasilitas adalah suatu aktivitas atau materi yang berfungsi melayani kebutuhan individu atau kelompok individu dalam suatu lingkungan kehidupan. Secara sistematis aktivitas atau materi tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok utama yaitu faslitas sosial dan fasilitas fisik. Meskipun berbeda, namun kedua fasilitas tersebut memiliki satu ikatan satu sama lain. Fasilitas sosial dapat diartikan sebagai bentuk pelayanan kebutuhan masyarakat yang bersifat memberikan kepuasan sosial, mental dan spiritual, yang antara lain terdiri atas fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas rekreasi, fasilitas peribadatan, fasilitas olah-raga, fasilitas perbelanjaan, fasilitas pemerintahan serta fasilitas pemakaman. Fasilitas sosial ini merupakan bagian yang sangat penting dan paling essensial serta dibutuhkan dalam setiap lingkungan pemukiman yang baik. Sedangkan fasilitas fisik dapat diartikan sebagai bentuk pelayanan kebutuhan masyarakat yang bersifat fisik yang mencakup utilitas umum (Sujarto; 1989:170-171).

Dalam Permendagri No.1 tahun 1987 dijelaskan bahwa prasarana kota terdiri atas 3 kelompok utama yaitu utilitas umum, prasarana lingkungan dan fasilitas sosial. Dijelaskan pula bahwa ke-3 komponen fasilitas infrastruktur

(6)

tersebut merupakan komponen penunjang yang sangat penting dalam mendukung kualitas kehidupan lingkungan permukiman. Komponen tersebut terdiri atas : 1. Utilitas umum merupakan fasilitas-fasilitas atau bangunan-bangunan yang

dibutuhkan guna mendukung sistem pelayanan lingkungan yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah ataupun oleh adanya kerjasama antara pemerintah dan swasta, yang terdiri atas : jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan telepon, jaringan angkutan umum, sarana kebersihan (pembuangan sampah), pemadam kebakaran.

2. Prasarana lingkungan merupakan kelengkapan lingkungan yang mendukung perumahan, yang terdiri atas : jalan, saluran air kotor atau pembuangan limbah, saluran air bersih atau drainase (saluran pembuangan air hujan).

3. Fasilitas sosial merupakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dalam lingkungan pemukiman, yang terdiri atas : fasilitas kesehatan, pendidikan, olahraga, peribadatan, rekreasi, ruang terbuka, perbelanjaan, serta pemakaman umum.

Keberhasilan keberadaan suatu fasilitas sosial dalam lingkungan perumahan, dapat dlihat dari tingkatan bagaimana minat dan kesediaan para penghuni perumahan dalam memanfaatkan fasilitas tersebut. Apabila banyak diantara mereka yang mencari fasilitas diluar pemukiman tersebut padahal fasilitas tersebut fungsinya sama, maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang tersedia tidak dapat menjawab kebutuhan mereka (Golany, 1976:111).

2.2.1. Fasilitas Pendidikan

Pengertian pendidikan menurut Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Fasilitas sosial seperti yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan suatu aktivitas atau materi yang melayani masyarakat akan kebutuhan yang bersifat memberi kepuasan sosial, mental maupun spritual. Sehingga dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fasilitas pendidikan berarti aktivitas atau materi yang dapat melayani

(7)

kebutuhan masyarakat akan kebutuhan yang bersifat memberi kepuasan sosial, mental maupun spiritual melalui kegiatan bimbingan, pengajaran maupun pelatihan.

Melalui pendidikan akan meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman-pengalaman kolektif yang akan mempertemukan berbagai kelompok penduduk. Mempertemukan disini tidak hanya sekedar menyediakan sarana untuk kontak kelompok penduduk, tetapi juga mengurangi perbedaan dalam perkembangan pengetahuan (Bossert,1978, dalam Rivai,1991:54). Dalam kaitannya dengan latar belakang penduduk yang semakin beraneka ragam, maka penyediaan fasilitas pendidikan ini harus dapat atau mampu menjawab kebutuhan yang beragam tersebut.

2.2.2. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan fasilitas yang memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang berupa ( Sarjito,1983, dalam Mahmud R,1997:30) :

1. Kuratif yaitu pemeriksaan, pengobatan dan perawatan.

2. Preventif yaitu pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan dan pendidikan kesehatan.

3. Kesehatan Lingkungan.

Fasilitas Kesehatan berdasarkan fungsi dan hierarkinya dari tingkat yang paling atas sampai tingkat yang paling rendah, menurut Djoko Sujarto,1978 (dalam Soekmana Soma,1988:21) di Minneapolis, Amerika Serikat, terdiri atas : Based Hospital City, City Hospital, Area Hospital, Community Health Center dan Neighborhood Helath Center.

1. Based Hospital City, fasilitas kesehatan yang mempunyai jangkauan tingkat regional luas.

2. City Hospital, Fasilitas kesehatan ini mempunyai jangkauan pelayanan tingkat regional akan tetapi diutamakan untuk kebutuhan pelayanan kota. 3. Area Hospital, Rumah sakit umum kecil untuk kebutuhan kota.

(8)

4. Community Health Center, pusat kesehatan yang melayani suatu lingkungan atau bagian kota.

5. Neighborhood Health Center, pusat kesehatan yang melayani unit lingkungan kecil.

Bila dianalogikan dengan pusat kesehatan yang ada di Indonesia, maka analoginya adalah sebagai berikut (Soekmana Soma, 1988:21) :

1. Rumah sakit tipe A dan B setara dengan Based Hospital dan City Hospital. 2. Rumah sakit tipe C setara dengan Area Hospital.

3. Puskesmas setara dengan Community Health Center.

4. Puskesmas pembantu, BKIA/Poliklinik, Dokter praktek setara dengan Neighborhood Health Center.

Tingkat hirarki diatas mencerminkan bahwa terdapat perbedaan pelayanan antara tiap tipe fasilitas kesehatan tersebut. Fasilitas kesehatan dengan tipe yang lebih besar akan diperlengkapi dengan fasilitas perawatan dan diagnostik yang lebih lengkap pula dibandingkan dengan tipe dibawahnya.

Dari segi perwilayahannya, Rex Fendal,1978 (dalam Soekmana Soma, 1988:22) membagi pusat kesehatan dalam :

1. Immediate Area, yaitu area di mana penduduknya dapat memanfaatkan dengan mudah fasilitas tersebut yaitu dari sisi jarak jangkaun < 1 km. 2. Defined Area, yaitu wilayah kerja puskesmas yang masih mudah

dikunjungi oleh petugas (3-5 km) atau 2 jam perjalanan tanpa alat bantu. 3. Extended Area, yaitu daerah atau wilayah kerja puskesmas yang relatif

sulit dikunjungi oleh petugas.

4. Special Effort Area, yaitu daerah atau wilayah kerja Puskesmas yang sangat sulit dikunjungi.

2.2.3 Fasilitas Perdagangan

Fasilitas perdagangan atau perbelanjaan merupakan fasilitas di mana tempat terjadinya transaksi ekonomi antara penjual dan pembeli yang berfungsi sebagai tempat pelayanan atas barang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Penghuni

(9)

dalam melakukan kegiatan berbelanja pada dasarnya dipengaruhi oleh dua jenis kondisi yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal adalah dorongan pengaruh yang timbul dari keadaan individu yang terlibat. Sedangkan kondisi eksternal adalah pengaruh rangsangan yang terjadi oleh karena keadaan potensi dari tempat berbelanja.

Pada konsumen terjadi proses penerimaan informasi tentang fasilitas tempat berbelanja yang terdiri dari berbagai faktor yang dimiliki oleh fasilitas. Pada konsumen terjadi proses penerimaan informasi tentang fasilitas tempat berbelanja yang terdiri dari berbagai faktor yang dimiliki oleh fasilitas belanja yang ada. Proses yang terjadi adalah menterjemahkan informasi menurut persepsi konsumen kemudian dievaluasi dan hasilnya merupakan masukan untuk melakukan keputusan. Hasil dari proses tersebut menghasilkan suatu perjalanan ke tempat berbelanja (Gunarya, 1982 :3).

Dalam penelitian C.J Thomas 1974 (dalam muttaqien,1997 :25) menggambarkan bahwa masyarakat berstatus ekonomi tinggi umumnya memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat berstatus ekonomi yang lebih rendah. Masyarakat ekonomi tinggi cenderung menggunakan pusat-pusat perdagangan yang lebih besar dan lebih jauh lokasinya. Menurut Bromley 1993 (dalam Hondry D.1999:27), terdapat 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi mobilitas seseorang, yaitu kepemilikan kendaraan, tingkatan pendapatan dan tingkat kesehatan, di mana ketiga faktor ini saling terkait satu sama lain.

Menurut Carn (dalam Ihsan, 1998:32-38), terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi wilayah perdagangan yaitu :

1. Jarak dan waktu tempuh.

2. Kemampuan daya beli masyarakat.

(10)

Ada beberapa sikap konsumen dalam melakukan aktivitas perbelanjaan menurut Carn, yaitu :

1. Frekuensi perjalanan berbelanja, jika frekuensinya tidak terlalu sering, maka konsumen akan melakukan perjalanan pada tempat perbelanjaan yang lebih jauh.

2. Tingkat kepentingan terhadap barang, jika produk yang dibutuhkan harus segera terpenuhi, maka konsumen akan melakukan perjalanan untuk mendapatkan barang pada tempat perbelanjaan yang menyediakan.

3. Barang dan jasa yang berseifat khusus, produk yang ditawarkan bersifat khusus sehingga tidak tersedia pada beberapa tempat perbelanjaan sehingga konsumen memerlukan perjalanan khusus untuk mendapatkan produk tersebut.

2.2.4 Fasilitas Rekreasi

Fasilitas rekreasi dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok besar (John Black, 1977 dalam Sudaryanto,1997 :16), yaitu :

1. Park, Open Space dan Sport, fasilitas ini lebih berorientasi pada pelayanan kebutuhan rekreasi yang bersifat jasmaniah.

2. Leisure ang Entertainment, fasilitas ini lebih berorientasi pada pelayanan kebutuhan rekreasi yang bersifat sosial dan kognitif (Gedung kesenian, bioskop, panggung, dan lain sebagainya)

Beberapa faktor yang mempengaruhi atau melatar-belakangi seseorang untuk berekreasi adalah faktor kemauan dan faktor kemampuan. Kemauan sesoarang untuk melakukan rekreasi dipengaruhi oleh daya tarik dan atraksi yang ditawarkan sedangkan kemampuan seseorang berekreasi dipengaruhi oleh kemampuan dari segi finansial, kesehatan dan ketersediaan waktu luang

(11)

2.2.5 Fasilitas Peribadatan

Dalam Keputusan Menteri PU tahun 1987 dijelaskan bahwa Sarana peribadatan terdiri atas beraneka macam, jenis maupun besarannya sehingga pengadaannya akan sangat tergantung pada:

1. Jenis agama yang dianut

2. Cara atau pola melaksanakan kegiatan agama, serta 3. Struktur penduduk

Struktur penduduk yang memeluk suatu agama tertentu akan sangat mempengaruhi dalam penempatan lokasi fasilitas peribadatan. Sebagai contoh, pengadaan fasilitas mesjid sangat perlu mempertimbangkan standar jarak terjauh kemampuan seseorang dan waktu perjalanan ke mesjid dengan tidak menggunakan bantuan kendaraan. Jarak tersebut adalah 750 – 1 km dengan waktu

maksimal perjalanan 15 menit dalam melakukan sholat jumat (Rukmana,1979:168)

2.2.6 Fasilitas Olah Raga / Ruang Terbuka

Fasilitas olahraga adalah fasilitas yang digunakan untuk memberikan penyegaran kembali bagi tubuh secara jasmaniah dan rohaniah diantara kesibukan rutinitas penduduk kota (Kelly, 1989, dalam Indra H, 1999:20). Fasilitas olahraga dan ruang terbuka dalam skala lingkungan sangat dibutuhkan terutama bagi keluarga dan anak-anak antar sesamanya dalam lingkungan pemukiman tersebut. Sehingga keberadaan fasilitas tersebut dapat menjadi faktor pengikat antar penduduknya.

Hambatan-hambatan yang kadang dialami seseorang untuk melakukan kegiatan olah raga seperti dijelaskan menurut Alan Patmore (Patmore,1983:98-99) adalah

1. Kendala fisik, suatu kondisi yang biasanya disebabkan oleh faktor usia yang membatasi pergerakan misalnya orang tua atau anak-anak

(12)

2. Kendala finansial, suatu kondisi yang menyangkut kendala ekonomi yang berpengaruh pada adanya keterbatasan untuk mengakseskan diri ke dalam fasilitas yang tersedia

3. Kendala sosial, suatu kondisi di mana seseorang tidak merasa nyaman dalam lingkungan tersebut

4. Kendala transportasi, suatu kondisi yang berkaitan erat dengan kecepatan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fasilitas yang dituju, karena fasktor transportasi dapat memperluas daya jangkauan terhadap pencapaian fasilitas olahraga

Dalam perencanaan fasilitas olahraga sangat perlu memperhatikan sisi demand atau permintaan, sehingga perlu diidentifikasi untuk mencari minat suatu masyarakat terhadap jenis kegiatan olahraga. Di mana tujuan diadakannya identifikasi ini adalah untuk menemukan keinginan pengunjungn dan mempergunakan sumber daya yang ada untuk memuaskan keinginan tersebut (Gold,1980:145)

2.3 Konsep dan Standar Penyediaan Fasilitas Lingkungan Perumahan Konsep dan standar penyediaan fasilitas lingkungan perumahan mengacu pada pedoman dan standar penyediaan fasilitas lingkungan perumahan berdasarkan standar jumlah penduduk dan standar luas fasilitas. Acuan penyediaan fasilitas lingkungan perumahan berdasarkan standar jumlah penduduk pertama kali dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 1978, yang kemudian diperbaharui pada tahun 1979 dan 1983. Pada tahun 1987, peraturan ini disempurnakan lagi menjadi petunjuk Perencanaan Kawasan perumahan Kota, berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 378 / KPTS / 1987. Secara umum, materi yang termuat dalam keempat peraturan tersebut adalah sama, tanpa perubahan pada besaran standar untuk perencanaan fasilitas sosial di lingkungan perumahan. Oleh karena itu, peraturan yang akan dibahas dalam studi ini adalah peraturan terbaru. Untuk acuan penyediaan fasilitas lingkungan perumahan berdasarkan standar luas fasilitas mengacu pada Standar

(13)

Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota: Neighborhood Planning (Observasi Penelitian / Penyempurnaan Standar Sarana Kota, 2000)

2.3.1 Standar Jumlah Penduduk

Pembahasan Mengenai peraturan ini akan dimulai dengan mendefinisikan masing-masing jenis fasilitas sosial yang akan diteliti berdasarkan ’Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota’, seperti :

a. Fasilitas Pendidikan, yang terdiri atas :

- Taman Kanak-Kanak ( TK ), yaitu sarana pendidikan paling dasar untuk anak-anak usia 5-6 tahun

- Sekolah Dasar ( SD), yaitu sarana pendidikan untuk anak-anak usia 6-12 tahun

- Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP ), yaitu sekolah untuk melayani anak-anak lulusan SD

- Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA ), yaitu sekolah untuk melayani anak-anak lulusan SLTP

b. Fasilitas Kesehatan, terdiri atas :

- Balai Pengobatan, yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan. Titik beratnya terletak pada penyembuhan ( Currative ) tanpa perawatan ; berobat pada waktu-waktu tertentu, juga untuk vaksinasi (preventif)

- Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak ( BKIA ) dan Rumah Bersalin, yang fungsi utamanya adalah untu melayani ibu-ibu sebelum, pada waktu, dan sesudah melahirkan, serta melayani bayi sampai anak berusia 6 tahun - Tempat Praktek Dokter, dapat merupakan praktek dokter bersama atau

bersatu dengan tempat tinggal

c. Fasilitas Perdagangan, yang terdiri sarana pertokoan yaitu sarana yang menjual barang-barang keperluan sehari-hari

d. Fasilitas Peribadatan, aneka macam fasilitas ini sangat tergantung pada kondisi setempat. Pedoman pembangunan fasilitas peribadatan ini hanya ada untuk mesjid

(14)

e. Fasilitas Olah-Raga, merupakan daerah terbuka yang dapat digunakan untuk aktivitas olah-raga

Pedoman penyediaan tiap jenis fasilitas tersebut dapat dilihat dari jumlah minimal penduduk pendukungnya, seperti terlihat pada tabel II.1

Tabel II.1

Pedoman Penyediaan Fasilitas di Lingkungan Perumahan Berdasarkan Jumlah Minimal Penduduk Pendukung

Jenis Fasilitas Macam Fasilitas Minimal Penduduk Pendukung

Taman Kanak-Kanak 1000

Sekolah Dasar 3500

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 14000 Pendidikan

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 42000

Balai Pengobatan 3000

BKIA / Rumah Bersalin 7000

Tempat Praktek Dokter 5000

Puskesmas 30000 Kesehatan Apotik 10000 Warung 250 Pertokoan 2500 Toko Swalayan 10000 Perbelanjaan

Pusat Perbelanjaan Lingkungan (Toko + Pasar) 30000 Langgar 250 Mesjid Warga 2500 Peribadatan Mesjid Lingkungan 30000

Taman Lingkungan dan Tempat bermain

250 Taman Umum dan Tempat Bermain 2500 Olah-Raga/R.Terbuka

Lapangan Olahraga 2500

Sumber: Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota, Kepmen PU No.378/KPTS/1987

Ada beberapa fasilitas lain yang tidak diuraikan karena minimal penduduk pendukungnya lebih besar dari jumlah penduduk di wilayah studi, sehingga tidak menjadi bagian dari studi ini. Fasilitas tersebut adalah rumah sakit dengan 240000 penduduk pendukung, pusat perbelanjaan dan Niaga dengan 120000 penduduk pendukung, pemakaman umum dengan 120000 penduduk pendukung dan

(15)

perguruan tinggi dengan 70000 penduduk pendukung. Sarana pemerintahan dan pelayanan umum juga tidak termasuk dalam studi ini

2.3.2. Standar Luas Fasilitas

Standar luas fasilitas lingkungan perumahan mengacu pada Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota (Soefaat: Neighborhood unit). Dalam aturan tersebut dijelaskan bahwa untuk setiap klasifikasi fasilitas memiliki standar luas yang disesuaikan dengan acuan jumlah penduduk. Penjelasan luasan fasilitas terbagi menjadi 2 bagian, yaitu fasilitas dengan standar yang tetap artinya luasan fasilitas tidak bergantung pada aspek daya tampung serta fasilitas dengan standar yang dapat bersifat fleksibel artinya luasan fasilitas dapat berubah tergantung daya tampung

2.3.2.1. Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan terbagi menjadi dua bagian yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Dalam studi kali ini yang akan dijelaskan adalah yang menyangkut pendidikan formal yaitu pendidikan pra sekolah ( Taman Kanak-kanak), sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama serta sekolah lanjutan tingkat atas.

a. Taman kanak-kanak (TK)

Penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan pada kegiatan bermain, yaitu 75 persen, selebihnya bersifat pengenalan. Luas tanah yang dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas ini adalah 700 m2 dengan standar pelayanan 15 m2 untuk setiap murid.

b. Sekolah Dasar (SD)

Bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program 6 tahun . Luas tanah yang dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas ini adalah 8000 m2 dengan standar pelayanan 15 m2 untuk setiap murid.

(16)

c. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

Bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program 3 tahun sesudah SD. Luas tanah yang dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas ini adalah 10000 m2 dengan standar pelayanan 15 m2 untuk setiap murid.

d. Sekolah Menengah Umum (SMU)

Bentuk satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi . Luas tanah yang dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas ini adalah 10000 m2 dengan standar pelayanan 15 m2 untuk setiap murid.

Besaran dan standar yang dapat dipakai dalam penentuan kebutuhan sarana-sarana ini dapat dilihat pada Tabel II.2.

Tabel II.2

Standar Fasilitas Pendidikan berdasarkan Luasan Fasilitas Klasifikasi

Fasilitas

Macam Fasilitas Luas Tiap Unit (M2)

Standar Pelayanan

Taman Kanak-Kanak 700 15 m2/murid

Sekolah Dasar 8000 15 m2/murid

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 10000 15 m2/murid Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 10000 15 m2/murid Sumber: Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota : Soefaat, Neighborhood Planning

2.3.2.2 Fasilitas Perdagangan

Fasilitas perdagangan ini terdiri atas 4 fasilitas yang terdiri atas warung, pertokoan, toko swalayan dan pusat perbelanjaan. Fasilitas ini digunakan sebagai fasilitas perbelanjaan dan juga sebagai fasilitas tempat kerja bagi kelompok lainnya (sebagai mata pencaharian).

a. Warung

Fungsi utama warung adalah menjual barang-barang keperluan sehari-hari seperti sabun, gula, rempah-rempah dan lain-lain. Lokasinya sebaiknya diletakkan di pusat lingkungan yang mudah dicapai atau juga bisa diletakkan dilokasi dekat perumahan penduduk. Luas yang dibutuhkan adalah seluas 50

(17)

m2 termasuk gudang kecil. Penduduk minimum yang mendukung sarana ini adalah 250 penduduk

b. Pertokoan

Fungsi utama dari sarana pertokoan ini adalah menjual barang-barang keperluan sehari-hari berupa toko-toko. Lokasinya sebaiknya diletakkan di pusat pelayanan atau juga di sub pusat pelayanan yang mudah dijangkau oleh penduduk dari segala lokasi ( strategis ). Lokasinya juga sebaiknya tidak menyebrang jalan lingkungan. Luas tanah yang dibutuhkan untuk pemenuhan fasilitas ini adalah 1200 m2.

c. Pusat Perbelanjaan (Toko + Pasar)

Fungsi utama dari pusat perbelanjaan ini adalah sebagai pusat perbelanjaan di lingkungan yang menjual keperluan sehari-hari. fasilitas ini terdiri atas pasar dan toko-toko lengkap dengan bengkel-bengkel reparasi kecil. Lokasinya sebaiknya ditempatkan pada jalan utama lingkungan dan mengelompok dengan pusat lingkungan. Luas tanah yang dibutuhkan adalah 13500 m2 dengan jumlah minimum penduduk yang mendukung keberadaan sarana ini adalah 30000 penduduk.

d. Toko Swalayan

Fungsi utama dari Toko Swalayan ini adalah sebagai pusat perbelanjaan yang menjual keperluan sehari-hari.. Lokasinya sebaiknya ditempatkan pada jalan utama lingkungan. Luas tanah yang dibutuhkan adalah 4800 m2 dengan jumlah minimum penduduk yang mendukung keberadaan sarana ini adalah 10000 penduduk

Besaran dan standar yang dapat dipakai dalam penentuan kebutuhan sarana-sarana ini dapat dilihat pada Tabel II.3.

(18)

Tabel II.3

Standar Fasilitas Perdagangan berdasarkan Luasan Fasilitas Klasifikasi

Fasilitas

Macam Fasilitas Luas Tiap

Unit (M2) Standar Pelayanan (Jiwa) Warung 50 250 Pertokoan 1200 2500 Pusat Perbelanjaan

Lingkungan (Toko + Pasar)

13500 30000

Perdagangan

Toko Swalayan 4800 10000

Sumber: Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota : Soefaat, Neighborhood Planning

2.3.2.3 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan ini terdiri atas balai pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) dan rumah bersalin, rumah sakit, apotik, tempat praktek dokter, dan puskesmas.

a. Balai Pengobatan

Fasilitas kesehatan berupa balai pengobatan harus didukung oleh penduduk dengan jumlah minimum 3000 penduduk serta luas lantai yang dibutuhkan untuk pemenuhan sarana ini adalah 150 m2.

b. BKIA / Rumah Bersalin

Fasilitas kesehatan berupa BKIA dan rumah bersalin, jumlah penduduk minimum yang mendukung sarana ini adalah 7000 penduduk serta luas yang dibutuhkan untuk pemenuhan sarana ini adalah 700 m2.

c. Praktik Dokter

Praktik dokter berfungsi untuk melayani penduduk yang mengalami gangguan kesehatan. Lokasinya sebaiknya ditempatkan pada pusat lingkungan dengan letak cukup strategis. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 5000 penduduk. Luas tanah yang dibutuhkan untuk pemenuhan sarana ini adalah 1050 m2.

d. Apotik

Apotik berfungsi untuk melayani penduduk di dalam bidang obat-obatan. Lokasinya sebaiknya ditempatkan pada pusat lingkungan dengan letak cukup strategis. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 10000

(19)

penduduk. Luas tanah yang dibutuhkan untuk pemenuhan sarana ini adalah 350 m2.

e. Puskesmas

Puskesmas berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan (penyembuhan, pencegahan dan pendidikan). Satu lingkungan yang terdiri dari 30000 penduduk harus disediakan sarana ini. Mengingat pentingnya keberadaan sarana ini, maka sebaiknya penempatan sarana ini ditempatkan di pusat lingkungan. Luas tanah yang dibutuhkan untuk pemenuhan sarana ini adalah 1400 m2.

Besaran dan standar yang dapat dipakai dalam penentuan kebutuhan sarana-sarana ini dapat dilihat pada Tabel II.4.

Tabel II.4

Standar Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Luasan Fasilitas Klasifikasi

Fasilitas

Macam Fasilitas Luas Tiap Unit (M2)

Standar Pelayanan (Jiwa)

Balai Pengobatan 150 3000

BKIA / Rumah Bersalin 700 7000

Tempat Praktek Dokter 1050 5000

Apotik 350 10000

Kesehatan

Puskesmas 1400 30000

Sumber: Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota : Soefaat, Neighborhood Planning

2.3.2.4 Fasilitas Peribadatan

Fungsi utama dari fasilitas peribadatan ini adalah sebagai tempat ibadat bagi masing-masing pemeluk agamanya. Jenis, macam dan besaran dari sarana peribadatan ini sangat tergantung pada kondisi setempat. Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan memperhatikan struktur penduduk menurut agama yang dianut dan tata cara atau pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah agamanya. Untuk mendapatkan hasil perencanaan yang sesuai maka perlu dilakukan survei setempat tentang struktur penduduk menurut umur, jenis kelamin, serta agama yang dianut

Standar umum yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut : - Luas lantai per jamaah : 1,2 m2

(20)

- Luas tanah bruto per jamaah adalah tergantung pada peraturan bangunan setempat

Besaran dan standar yang dapat dipakai dalam penentuan kebutuhan sarana-sarana ini dapat dilihat pada Tabel II.5.

Tabel II.5

Standar Fasilitas Peribadatan Berdasarkan Luasan Fasilitas Klasifikasi

Fasilitas

Macam Fasilitas Luas Tiap Unit (M2) Standar Pelayanan

Langgar 600 1.2 m2/orang

Mesjid Warga - 1.2 m2/orang

Mesjid Lingkungan (Kelurahan)

- 1.2 m2/orang

Mesjid Kecamatan - 120000 orang

Peribadatan

Sarana ibadah agama lain

Tergantung sistem hierarki lembaga

Sumber: Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota : Soefaat, Neighborhood Planning

2.3.2.5 Fasilitas Ruang Terbuka dan Olahraga

Fasilitas-fasilitas ini memiliki fungsi utama sebagai lapangan olah raga, tempat bermain anak-anak, serta taman. Disamping itu fasilitas ini berfungsi memberikan kesegaran pada kota berupa udara segar maupun cahaya. Tempat ini berfungsi juga untuk menetralisir polusi udara sebagai paru-paru kota. Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan yang mempunyai arti sebagai suatu lansekap, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban.

Peran dan fungsi ruang terbuka hijau (RTH) ditetapkan dalam instruksi Mendagri No.4 Tahun 1988, yang menyatakan RTH yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfaatan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan. Penggolongan fasilitas ruang terbuka hijau di lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap sejumlah penduduk.

Standar umum yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut :

- Luas : 0.1 m2 per orang untuk taman lingkungan dan taman bermain (cluster) setiap standar pelayanan 250 orang

(21)

- Luas : 0.4 m2 per orang untuk taman umum dan taman bermain setiap standar pelayanan 2500 orang

Mengingat pentingnya fungsi dari fasilitas ini, fasilitas-fasilitas tersebut harus benar-benar dijaga seperti yang seharusnya, baik dalam besarannya maupun kondisinya. Untuk mengetahui besaran tersebut lihat pada tabel II.6

Tabel II.6

Kebutuhan Sarana Olah-raga dan Ruang Terbuka Berdasarkan Besaran Penduduk

Jenis Fasilitas Macam Fasilitas Luas Tiap

Unit (M2)

Standar Pelayanan Taman lingkungan + tempat

bermain

0.1 m2/orang 250 Taman Umum + tempat

bermain

0.4 m2/orang 2500

Lapangan Basket 900

Lapangan Volli 600

Lapangan Tenis 1200

Lapangan Badminton (GOR) 1250

Lapangan Sepakbola 5000

2500 Ruang Terbuka dan

Lapangan Olahraga

Fasilitas Kolam Renang 4000 30000 Sumber: Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota : Soefaat, Neighborhood Planning

2.4 Konsep Healthy Neighborhood Planning

Perencanaan lingkungan yang sehat menjadi isu penting yang harus dilakukan. Sasaran kebijakan untuk mengidentifikasikan lingkungan yang sehat menurut Hugh.Barton mencakup empat hal, yaitu berdasarkan aspek perumahan, fasilitas lingkungan perumahan, pergerakan dan ruang terbuka. Strategi perencanaan lingkungan yang sehat (Hugh Barton, 2000) dapat diidentifikasi ke dalam 11 faktor, yaitu :

1. Kualitas Jaringan ruang terbuka. 2. Pedestrian dan jaringan jalan. 3. Keamanan.

4. Aksesibilitas.

5. Pengendalian mobil dan dukungan terhadap transportasi umum 6. Pekerjaan Lokal.

(22)

8. Strategi Perairan.

9. Strategi terhadap energi dan sumberdaya lainnya. 10. Ekosistem Global

11. Perencanaan ruang yang terintegrasi.

Ikhtisar kebijakan yang diperlukan dalam menciptakan lingkungan yang sehat dapat dilihat pada Tabel II.7.

Tabel II.7

Isu dan Sasaran Hasil Kebijakan dalam Perencanaan Lingkungan Perumahan yang Sehat

Area Kebijakan

Isu Penting Perumahan Fasilitas Lokal Pergerakan Ruang Terbuka

Kualitas Udara

• Penggunaan energi yang efisien dalam perumahan • Material yang tidak beracun • Penempatan fasilitas • Penempatan lokasi pedestrian yang nyaman • Mengurangi penggunaan mobil • Mengurangi penetrasi

kendaran besar (truk) di lingkungan perumahan dan mengurangi melewati jalur langsung • Desain iklim ruang yang sehat • Meningkatkan perlindungan pohon Pedestrian dan Jaringan Jalan • Lingkungan Pemukiman yang sehat • Fasilitas lokal yang mudah terjangkau dengan berjalan maupun berjalan kaki

• Jalur pedestrian yang aman dan nyaman dan jalur memutar • Rekreasi jalur hijau • Tempat bermain dan lahan bermain Keamanan • Kejelasan desain

dan kepemilikan antara ruang privat dan ruang milik publik

• Fasilitas lokal yang mudah diakses yang dekat dengan jalan

• Lalu lintas tenang • Desain untuk

pengawasan jalan setapak dan trotoar

• Jarak penglihatan baik antar ruang terbuka yang berseberangan Aksesibilitas • Pengembangan secara tertutup transportasi umum dan pelayanan lokal • Angka kepadatan • Melarang pembangunan rumah di area yang tidak aksesible

• Penempatan fasilitas pelayanan dekat dengan area perumahan • Menempatkan kenyamanan pedestrians dan akses terhadap transportasi umum • Pedestrian yang mudah di akses and lingkungan yang memutar • Perencanaan yang mendukung penggunaan transportasi umum • Menyediakan akses ruang terbuka untuk segala aktivitas Perlindungan dan Pengendalian • Good range of housing tenure, size and price in every

neighbourhood

• Penggunaan energi yang efisien dalam perumahan

• Bangunan yang dapat digunakan baik untuk sosial maupun komersial • Murah dalam pengoperasian dan efisiensi pengguanaan energi

(23)

Area Kebijakan

Isu Penting Perumahan Fasilitas Lokal Pergerakan Ruang Terbuka

Pekerjaan • Mendukung tempat tinggal

dipergunakan sebagai tempat bekerja

• Menciptakan lokasi yang aksesibel oleh trasportasi umum • Membantu pertumbuhan ekonomi lokal • Pelayanan transporatasi umum yang baik ke semua pusat

• Strategi pelayanan jaringan jalan lokal

• Mendorong produktivitas lahan terbuka

Komunitas • Mendukung aksi peran aktif penghuni • Desain area pemukiman • Mendukung kepemilikan rumah bersama • Membantu perkembangan pelayanan lokal dan pekerjaan • Pedestrian dan jaringan jalan yang dapat dengan mudah dilalui dalam lingkungan • Keamanan jalan • Desain casual gatherings • Taman, area bermain, taman beramain dan menyediakan tempat pertemuan Air dan Biodiversity • Meningkatkan autonomi air • Penyediaan sarana

air limbah dan mengisi ulang air tanah • Memelihara dan menjaga habitat • Meningkatakan tingkat kecukupan air • Pembuangan limbah lokal dan pengisian ulang air tanah

• Memelihara dan menjaga habitat

• Menjamin

ketersediaan drainase jalan yang bersih, dan pengisian air tanah • Mengurangi penggunaan kendaraan • Struktur ruang terbuka mengelilingi sumber air untuk menjaga habitat and konservasi air • Menciptakan habitat margasatwa Sumberdaya Alam dan Mineral • Pembangunan menggunakan sistem daur ulang dan menciptakan material baru • Perlindungan terhadap permukaan tanah • Encourage residential composting • Pembangunan menggunakan sistem daur ulang dan menciptakan material baru

• Konstruksi jalan lebih sedikit • Menggunakan fasilitas lokal untuk mendaur ulang organik Ekosistem Global • Energi rendah dalam penggunaan • Energi rendah dalam penggunaan • Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil

• Mengurangi kecepatan angin dengan melakukan penanaman • Meningkatkan campuran karbon Sumber: Healthy Urban Planning, Chapter 5, hal 124-125

(24)

Ada 3 (tiga) prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam menciptakan lingkungan yang sehat yaitu:

• Sosial: peningkatan kualitas hidup, terutama bagi orang-orang yang mobilitasnya rendah melalui peningkatan terhadap peluang lokal, pilihan dan kenyamanan, melalui penciptaan identitas lokal serta membangun jaringan komunitas

• Lingkungan: menjaga keberlanjutan ekologi di lingkungan melalui meminimalisasi penggunaan sumberdaya yang tidak terbarukan dan meminimalkan tingkat polusi dan limbah yang dapat merusak lingkungan baik pada tingkat lokal, regional maupun lingkungan global.

• Ekonomi: kelayakan dan solusi keberlanjutan pembiayaan yang dapat mendukung kegiatan manusia yang menempati lingkungan tersebut

Keterkaitan yang baik antara perumahan dengan fasilitas pekerjaan lokal, perdagangan, pendidikan, dan kesehatan adalah penting untuk menciptakan lingkungan pemukiman yang sehat. Hal ini berarti bahwa orang akan mendapatkan kemudahan dalam mempergunakan fasilitas lokal meskipun tanpa mempergunakan kendaraan. Ini berarti bahwa proporsi perjalanan lebih besar mempergunakan sepeda atau berjalan kaki dibandingkan mempergunakan kendaraan.

Kesulitan yang dihadapi tingginya penggunaan kendaraan serta tingginya kepadatan penduduk yang dapat mengurangi keindahan dan kelangsungan hidup dari pelayanan lokal. Kecenderungan tidak sehat ini selalu diutarakan oleh para perencana sebagai masalah yang harus segera diselesaikan. Lokalisasi seharusnya direncanakan untuk membantu perkembangan dan kelangsungan hidup fasilitas lokal dengan menjamin ketersediaan akses yang baik dengan berjalan kaki maupun dengan bersepeda.

Berikut ditampilkan kebijakan lingkungan berkaitan dengan jarak sehat (Hugh.Barton, 2000) yang dijangkau penghuni terhadap keberadaan fasilitas lokal.

(25)

Gambar 2.1 Healthy Policy

Sumber: Healthy Urban Planning, Chapter 5, hal 133

Berkaitan dengan perencanaan lingkungan yang sehat (Hugh Barton,2000) dalam hubungannya dengan perencanaan fasilitas lokal maka hal-hal yang terkait di dalamnya yang harus dipenuhi mencakup:

• Jarak yang sehat dalam memperoleh kesempatan bekerja terutama untuk kelompok masyarakat seperti orang yang memiliki kemampuan pemasaran rendah, mobilitas rendah, orangtua tunggal, dan orang muda; di mana kelompok ini mudah terserang masalah kesehatan, kemiskinan dan pengangguran

• Akses terhadap pelayanan adalah faktor penting untuk meningkatkan kesehatan dan membantu orang yang tidak memiliki kendaraan

100 200 1000 300 400 600 800 1500 2000 5000 THE HOME

(26)

• Meningkatkan intensitas berjalan kaki dan bersepeda dalam melakukan perjalanan yang baik untuk kesehatan.

• Mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan melalui dukungan kebijakan di tempat tersebut berkaitan dengan menciptakan lalulintas yang tenang dan mengurangi polusi.

• Banyaknya orang di jalan dan di fasilitas dapat membantu perkembangan komunitas lokal dan menciptakan lingkungan yang aman untuk anak-anak.

Tabel II.8

Arahan Kebijakan Jarak Sehat Penghuni terhadap Keberadaan Fasilitas Lingkungan (Hugh. Barton)

Klasifikasi Fasilitas Jarak Sehat (M)

Taman + tempat bermain 100-200

Taman komunitas (Umum) 200-400

Ruang Terbuka (Open Space) 800-1000

Lapangan Olahraga 800-1000

Taman kanak-kanak 400-600

Sekolah Dasar 400-600

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 1000-1500

Sekolah Menengah Atas 1000-1500

Pertokoan lokal 400-800

Pusat Kesehatan 800-1000

Pusat Leisure 1500-2000

Sumber: Healthy Urban Planning, Chapter 5

Gambar

Tabel II.1
Tabel II.2
Tabel II.3
Tabel II.4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Ha : bi ≠ 0, berarti variabel independen pekerjaan yang sebagai pedagang kaki lima memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (keputusan

Gagal jantung didapatkan lebih banyak pada laki-laki dibanding dengan wanita serta mengalami peningkatan pada usia 35 dan paling tinggi pada usia di atas 70 tahun memiliki

• Latar Belakang Penelitian apab ila memungkinkan dapat didukung oleh data penun jang, yang dapat digali dari sumber utama dan/a tau sumber kedua seperti Biro

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari hambatan dan kekurangannya, akan tetapi hal ini dapat teratasi dengan adanya bantuan dan dorongan serta dukungan

Eksplorasi antariksa merupakan visi utama bagi berbagai lembaga antariksa internasional yang sudah menguasai teknologi antariksa baik dari aspek teknologi wahana

Daya dukung tanah asar tersebut diperhitungkan berdasarkan pengolahan atas hasil test DCP yang dilakukan dengan cara mengukur berapa dalam (mm) ujung konus masuk ke

Ketergantungan daerah terhadap DAU pada DOB dan kabupaten induk di Provinsi Lampung, periode 2001-2009 dilakukan dengan menghitung tingkat ketergantungan fiskal pada

Total ongkos keseluruhan pertahun dari masing-masing jenis karpet adalah $ 251,871.73 kekurangan inventori sebanding dengan jumlah karpet yang tidak dapat dilayani atau