• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERMAINAN SHUTTLE RUN TERHADAP KELINCAHAN ANAK USIA 4-5 TAHUN NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERMAINAN SHUTTLE RUN TERHADAP KELINCAHAN ANAK USIA 4-5 TAHUN NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERMAINAN SHUTTLE RUN TERHADAP KELINCAHAN ANAK USIA 4-5 TAHUN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh : NAFI’AH J 120 011 040

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

(2)
(3)

ABSTRAK

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI, MARET 2015 NAFIAH/J 120 110 040

“PENGARUH PERMAINAN SHUTTLE RUN TERHADAP KELINCAHAN ANAK USIA 4-5 TAHUN”

(Dibimbing Oleh Dwi Kurniawati, S.ST.Ft., M.Kes, Dwi Rosella KS, S.ST.Ft. M.Fis, Dipl CIDESCO)

Latar Belakang: Kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran motorik yang diperlukan untuk semua aktifitas yang membutuhkan kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Untuk membentuk kelincahan seorang anak harus bergerak aktif, usia anak 4-5 tahun merupakan masa golden age periode dimana kemampuan yang dimiliki anak meningkat secara pesat dan sangat baik jika diberikan stimulasi. Salah satu stimulasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelincahan anak usia 4-5 tahun adalah shuttle run.

Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh permainan shuttle run terhadap kelincahan anak usia 4-5 tahun.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan pre and post test with control group design, yaitu sampel pada kelompok perlakuan diberikan permainan shuttle run dengan jarak 4-5 meter selama 4 minggu dengan frekwensi 3x seminggu. Pengukuran kelincahan dilakukan dengan shuttle run test dengan jarak 10 meter menggunakan parameter berupa stopwatch. Teknik analisis data menggunakan uji wilcoxon untuk uji pengaruh dan uji beda pengaruh menggunakan uji mann whitney.

Hasil Penelitian: Ada pengaruh permainan shuttle run terhadap kelincahan anak usia 4-5 tahun setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji wilcoxon didapatkan p-value 0,000 pada kelompok perlakuan dan kontrol serta terdapat beda pengaruh setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji mann whitney didapatkan p-value 0,000.

Kesimpulan: Ada pengaruh permainan shuttle run terhadap kelincahan anak usia 4-5 tahun.

(4)

PENDAHULUAN

Menurut Karyono (2011) kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran motorik yang diperlukan untuk semua aktifitas yang membutuhkan kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Oleh karena itu untuk membentuk kelincahan, seorang anak diharuskan untuk sering bergerak aktif.

Penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2005) menjelaskan bahwa anak-anak zaman sekarang cenderung lebih suka bermain secara pasif yang menggunakan teknologi canggih sehingga menyebabkan anak cenderung pasif dan kurang gerak. Padahal untuk membentuk kelincahan dibutuhkan tubuh yang harus sering bergerak aktif, salah satunya dengan bermain secara aktif.

Adapun jenis permainan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelincahan adalah shuttle run. Seperti yang telah diugkapkan oleh Restu (2009) shuttle run merupakan salah satu latihan yang dapat meningkatkan kelincahan, shuttle run adalah salah satu latihan kelincahan yang dilakukan dengan cara lari bolak-balik dari satu titik ke titik lainnya dengan jarak tertentu secara cepat.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di TK Taqiyya Kartasura dan TK Aisyiyah Gonilan yang berumur 4-5 tahun, bahwa Kelincahan anak pada TK tersebut masih terbilang kurang dimana anak masih kesulitan membalikkan tubuhnya secara langsung pada saat berlari.

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Permainan Shuttle Run Terhadap Peningkatan Kelincahan Anak Usia 4-5 Tahun”.

(5)

LANDASAN TEORI

Tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Salah satu cara untuk membentuk tumbuh kembang yang optimal adalah dengan memberikan stimulasi.

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi pada setiap perkembangan. Stimulasi diperlukan untuk merangsang otak dan semua sistem indera. Proses ini sebaiknya diberikan sedini mungkin, misalnya pada anak usia 4-5 tahun yang sedang berada dalam periode keemasan. Pada masa ini perkembangan kemampuan anak meningkat secara pesat sehingga membentuk etika, kepribadian yang mantap, kecerdasan, kemandirian, keterampilan dan produktivitas yang baik (Yuriestien dkk., 2009). Adapun stimulasi yang dapat diberikan pada usia 4-5 tahun adalah stimulasi untuk kelincahan.

Kelincahan adalah salah satu komponen kesegaran motorik yang diperlukan untuk semua aktifitas yang membutuhkan kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya (Karyono, 2011). Menurut Asadi (2012) kelincahan sebagai kemampuan untuk mempertahankan atau mengontrol posisi tubuh saat mengubah arah dengan cepat dan akurat selama serangkaian gerakan.

Menurut Zivcic dkk. (2008) Salah satu latihan yang dapat meningkatkan kelincahan pada anak adalah shuttle run. Shuttle run adalah salah satu latihan kelincahan yang dilakukan dengan cara lari bolak-balik dari satu titik yang satu ke titik lainnya dengan jarak tertentu secara cepat (Restu, 2012).

(6)

Shuttle run akan diberikan selama 4 minggu dengan frekwensi 3 kali seminggu (Lutan, 2002). Permainan ini akan menyebabkan terjadinya kontraksi otot dan gerakan yang berulang pada lengan dan tungkai yang akan melibatkan sistem kerja primer yang mewujudkan terjadinya gerakan dan mempengaruhi perkembangan motorik kasar. Menurut Giriwijoyo dan Dikdik (2012) sistem kerja primer adalah perangkat pelaksana gerak yang terdiri dari sistema skelet yang berfungsi sebagai pergerakan persendian, sistema muskular yang berfungsi untuk menimbulkan terjadinya kontraksi otot dan sistema nervorum yang berfungsi sebagai penghantar rangsang. Pada saat melakukan shuttle run terjadi pergerakan persendian lengan dan terutama tungkai sehingga akan meningkatkan fleksibilitas. Kemudian, adanya kontraksi otot berulang akan menghasilkan kekuatan otot yang berguna untuk meningkatkan kecepatan gerak. Saat latihan berlangsung akan terjadi koordinasi fungsi otot yang berfungsi untuk meningkatkan ketepatan gerak dan memelihara keseimbangan. Fleksibilitas, kekuatan, kecepatan dan koordinasi adalah hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kelincahan, sehingga jika semua komponen tersebut telah dilatih akan berpengaruh terhadap peningkatan kelincahan.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperiment. Penelitian ini bertempat di TK Taqiyya Kartasura dan TK Aisyiyah Gonilan. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2015. Jumlah responden dalam penelitian ini

(7)

sebanyak 20 orang di TK Taqiyya Kartasura dan 18 sebagai kelompok perlakuan dan 18 orang di TK Aisyiyah Gonilan sebagai kelompok kontrol.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah Shuttle Run sedangkan variabel terikat adalah kelincahan anak usia 4-5 tahun.

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini kelas yang digunakan adalah kelas A TK Taqiyya Kartasura sebagai kelompok perlakuan dengan jumlah siswa 20 orang dan kelas A TK Aisyiyah Gonilan sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa 18 orang. Sebelum mengikuti sesi latihan setiap responden mengikuti pre test untuk mengukur tingkat kelincahan anak menggunakan shuttle run test dengan jarak 10 meter dan menggunakan parameter berupa stopwatch. Kemudian setelah mengikuti pre test pada kelompok perlakuan diberikan latihan menggunakan permainan shuttle run sebanyak 3 kali selama 4 minggu, selanjutnya setiap responden mengikuti post test untuk mengukur seberapa besar kelincahan anak setelah diberikan latihan pada kelompok perlakuan dan tanpa diberikan latihan pada kelompok kontrol.

Menurut Ismayarti (2008) faktor yang mempengaruhi kelincahan tersusun atas beberapa komponen yang terdiri dari kecepatan, koordinasi, fleksibilitas, waktu reaksi dan kekuatan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelincahan yaitu usia, jenis kelamin dan berat badan.

Dari beberapa sumber ulasan serta data – data yang telah di paparkan, maka dapat dijelaskan bahwa apabila stimulasi kelincahan diberikan pada anak

(8)

secara rutin dan teratur maka akan menimbulkan peningkatan pada kelincahan anak, terutama pada usia 4-5 tahun yang merupakan golden age periode.

Adapun pada anak yang tidak diberikan stimulasi kelincahan juga terdapat peningkatan kelincahan karena mendapatkan stimulasi dari faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kelincahan, namun peningkatan yang terjadi tidak sebesar peningkatan yang didapatkan oleh anak yang mendapatkan stimulasi kelincahan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis dan perhitungan uji statistik disimpulkan bahwa ada pengaruh permainan shuttle run terhadap kelincahan anak usia 4-5 tahun dengan p-value 0,000.

Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Shuttle run dapat digunakan sebagai salah satu latihan yang digunakan untuk meningkatkan kelincahan pada anak.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian lebih lanjut mengenai latihan yang dapat meningkatkan kelincahan anak dan diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian lain dengan permainan yang lebih bervariasi dengan jumlah responden yang lebih banyak.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, F.S. 2014. “Pengaruh Model Latihan Shuttle Run Terhadap Kecepatan Menggiring Bola Pada Siswa SMK Negeri 4 Gorontalo.” Skripsi. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Anggawaya. 2010. Latihan Kelincahan. Diakses Tanggal : 11 Februari 2014. file:///C:/Users/ACE%20Comp/Documents/LatihanKelincahan_AnggaWay _Blog jenis_kelamin_kelincahan.htm

Anwar H. 2005. Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar Sebagai Wahana Kompensasi Gerak Anak. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. Volume 3. Nomor 1. 2005. 45-46.

Asadi A. 2012. Effects Of Six Weeks Depth Jump And Countermovement Jump Training On Agility Performance. Roudbar Branch Islamic Azad University, Roudbar. Sport Scienc., Volume 5. Nomor 1. 2012. 67-70.

Garzon M.J.C. 2009. The Alpha Health-Related Fitness Test Battery For Children and Adolescents. Diakses tanggal : 17 Januari 2014. http://www.ugr.es/~cts262/ES/documents/ALPHAFitnessTestManualforChi ldrenandAdolescents.pdf.

Gilang M. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMA. Jakarta: Ganesa Exact.

Ismaryati. 2008. Peningkatan Kelincahan Atlet Melalui Penggunaan Metode Kombinasi Latihan Sirkuit-Pliometrik Dan Berat Badan. Paedagogia. Jilid 11. Nomor 1. Februari 2008. 74-89.

Karyono, T.H. 2011. “Pengaruh Metode Latihan dan Power Otot Tungkai Terhadap Kelincahan.” Thesis. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret. Lismadiana. 2013. Peran Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Dini. Jurnal

Ilmiah Keolahragaan. Volume 2. Nomor 3. Februari 2013. 101–109. Lutan R. 2002. Menuju Sehat Bugar. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga. Marjana W., I K.S., Made B. 2014. Pengaruh Pelatihan Shuttle Run Terhadap

Kecepatan dan Kelincahan. Journal Ilmu Keolahragaan. Volume 1. Nomor 1. 2014. 1–6.

(10)

Miller M.G., Jeremy J.H., Mark D.R., Christopher C. Cheatharm dan Timothy J.M. 2006. The effects of a 6-week plyometric training program on agility. Journal of Sports Science and Medicine. Volume 5. Nomor 2. 2006. 459-465.

Purwanto H., Suharjana. 2008. Kebugaran Jasmani Mahasiswa DII PGSD Penjas FIK UNY. Journal Pendidikan Jasmani Indonesia. Volume 5. Nomor 2. November 2008. 64-73.

Restu Y.A. (2012). “Pengaruh Latihan Shuttle Run Yang Disisipkan Dalam Bermain Terhadap Peningkatan Kelincahan Dan Daya Tahan Aerobik Atlet Bola Voli Yuso Sleman Yunior.” Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sumirat A. 2014. “Pengaruh Metode Latihan Permainan Balap Zig–Zag dan Metode Latihan Shuttle Run Terhadap Peningkatan Kelincahan Menggiring Bola Pada Pemain Sepak Bola Usia Dini (Usia 10 Sampai 12 Tahun) di Probaya Fc.” Thesis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Soetjoningsih, I G.N., Gde R. 2014. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC.

Sukel S. 2009. ”Pengaruh Latihan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Smash Dalam Permainan Sepak Takraw”. Skripsi. Manado: Universitas Negri Manado.

Supariasa, 2002. Penelitian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Wirasasmita R. 2014. Ilmu Urai Olahraga II. Bandung: Alfabeta

Yudiana, Sheppard J., Yon W. 2011. Agility literature review: Classifications, training and testing. Journal of sports sciences. Volume 24. Nomor 9. September 2006. 919-932.

Young, Warren, Farrow, Darnian. 2006. A Review of Agility: Practical Applications for Strength and Conditioning. Strength and Conditioning Journal. Volume 28. Nomor 5. 24-29.

Yuriastien, Effiana, Daisy P., Ayu B.F. Games Therapy untuk Kecerdasan Bayi dan Balita. Jakarta: Wahyu Media.

Zivcic K., Bijana T., Manuela S. 2008. Changes In Some Of The Motor Abilities Of Preschool Children (Age Four). Physical Education and Sport. Volume 6. Nomor 1. 2008. 41-50.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat atau peternak tentang seberapa jauh penggunaan dedak kasar fermentasi sebagai bahan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK DISONANSI KOGNITIF PADA MAHASISWA PENGGUNA HANDPHONE BLACKBERRY (di program studi) MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

[r]

For example, even though the Parallax reader used in this book and a compatible reader from ID Innovations can read the same tags, they be- have very differently when a tag is

PERUBAHAN KELIMA BELAS ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 7 TAHUN 1977 TENTANG PERATURAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

Dan menurut Muhammad Rasyid Ridla, pengaruh khusyuk dalam shalat terhadap perilaku manusia adalah akan menjadi mushalli yang sabar, dapat mencegah mushalli dari hal-hal yang

Penyusunan Landasan Teori dan Program dengan judul “ Ruang Kerja Kreatif (Creative Coworking Space) di Bandung ” ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar

The errors that appear in this study can help the teacher to decide strategies in teaching learning activities and for the learners can help them to know