RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
DIARE
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari 3 kali sehari dengan
atau tanpa lendir dan atau darah dalam tinja
Tujuan Rehidrasi ringan dan elektrolit sesuai dengan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit
Deskripsi tentang klien
1. Frekuensi buang air besar yang bertambah bentuk dan konsistensi yang lain dan biasanya dapat cair, lendir atau berdarah
2. Anoreksia 3. Panas 4. Muntah 5. Kembung 6. Dehidrasi ringan: Rasa haus Oliguri ringan 7. Dehidrasi sedang: Rasa haus Oliguri ringan
Turgor kulit turun
Ubun-ubun besar cekung
Mata cekung
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
DIARE
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Deskripsi tentang klien 8. Dehidrasi berat: - Rasa haus - Oliguri ringan - Turgor kulit turun- Ubun-ubun besar cekung - Mata cekung
- Susunan saraf pusat: somnolen, sopor, koma - Pulmo kardiovaskuler: kussmaul, renjatan
Ruang lingkup Umur 0-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Koreksi gangguan cairan dan elektrolit bila ada: 1. Tanpa dehidrasi
± 10-20ml/ kg/ tiap kali diare → oralit/ larutan RL sampai diare berhenti
2. Dehidrasi ringan
± 50ml/ kg/ 3 jam = 5 tetes/ kg/ mat → cairan iv atau oralit 3. Dehidrasi sedang
± 70ml/ kg/ 3 jam = 5 tetes/ kg/ mat → cairan iv atau oralit 4. Dehidrasi berat
± 30ml/ kg/ 1 jam = 10 tetes/ kg/ mat → cairan iv
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
DIARE
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 3 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur KausalSuportif dan dietetik
Vit A 100.000-200.000 u 1x im
Vit B komplek, vit C
Diet:
Dalam keadaan berat perlu nutrisi parenteral
Enteral continous drip feeding memberikan hasil yang baik dengan formula khusus (low lactosa)
Dalam keadaan malabsorpsi berat, serta alergi protein susu sapi dapat diberikan elementral/ seni elemental formula
Indikator pencapaian
Keadaan umum membaik, dehidrasi teratasi dan diare berhenti
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
KEJANG DEMAM
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranial
Tujuan Mencegah kejang berulang, menurunkan demam
Deskripsi tentang klien
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang memenuhi kriteria livingstone
Umur diantara 6 bulan- 4 tahun
Lama kejang < 15 menit
Kejang bersifat umum
Kejang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbul demam
Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratoris
EEG normal 1 minggu setelah bangkitan kejang 2. Kejang demam komplikata
Diluar kriteria diatas
Ruang lingkup Umur 0-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur Pengobatan
Menghentikan kejang: diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/ kg/ dosis iv (perlahan-lahan) atau parenteral 0,4-0,6 mg/ kg/ dosis bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
KEJANG DEMAM
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Turunkan demam
Antipiretika: paracetamol 10mg/ kg/ dosis atau ibuprofen 5mg/ kg/ dosis per oral
Kompres, suhu > 39ºC: air hangat, suhu > 38ºC air netral Pengobatan penyebab: antibiotik sesuai dengan penyakit dasarnya
Bebaskan jalan nafas
Pemberian oksigen
Menjaga keseimbangan air dan elektrolit
Pertahankan keseimbangan tekanan darah Pencegahan
Pencegahan berkala untuk kejang demam sederhana dengan diazepam 0,3mg/ kg/ dosis dan antipiretik bila disertai demam
Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikasi:
Phenobarbital 5-7mg/ kg/ 24 jam dibagi 3 dosis Asam valproat 10-20mg/ kg/ 24 jam dibagi 3 dosis Indikator
pencapaian
Demam menurun, kejang berhenti
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
STATUS KONVULSI
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 1
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Bangkitan kejang yang berlangsung selama 30 menit atau lebih baik
secara terus-menerus atau berlangsung tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang
Tujuan Rehidrasi ringan dan elektrolit sesuai dengan dehidrasi dan kehilangan
elektrolitmengehntikan kejang secepat mungkinmenghentikan kejang secepat mungkin
Deskripsi tentang klien
Bergantung lamanya kejang, sifat kejang, hipoksia, hiperpireksia, asidosis, renjatan atau sebab otak
Ruang lingkup Umur 0-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur Pemeriksaan: tanda-tanda vital, kejang, derajat kesadaran, tanda-tanda
fokal Indikator
pencapaian
Keadaan umum membaik, dehidrasi teratasi dan diare berhenti
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
ASFIKSIA NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan
adekuat
Tujuan Agar bayi bisa bernafas, detak jantung normal, warna kulit merah
Deskripsi tentang klien
Pernafasan terganggu
Detak jantung mengurang
Reflek/ respon bayi melemah
Tonus otot menurun
Wrna kulit biru/ pucat
Ruang lingkup Bayi baru lahir
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur Persiapan
Mengenai bayi beresiko yang akan dilahirkan, menyiapkan obat dan memeriksa obat:
Alat penghisap lendir (jangan listrik), sungkup
Tabung oksigen yang terisi
Laringoskop dengan baterai yang siap pakai, endotracheal tube untuk prematur ID 2,5mm, untuk cukup bulan ID 3,5mm
Handuk, gunting, penjepit tali pusat semua steril, natrium bicarbonat
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
ASFIKSIA NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Pada waktu bayi lahir
Sejak muka bayi terlihat, bersihkan muka dan kemudian hidung, mulut, lendir dihisap secara hati-hati
Posisi bayi trendelenberg dengan kepala miring
Bila sudah bernafas spontan, posisi horisontal Apgar skor menit I: 7-10
a. Bersihkan jalan nafas dengan kateter dari lubang hidung dahuli sambil melihat adakah afesia cheane, kemudian mulut, jangan terlalu dalam, hanya sampai nasofaring, kecuali pada bayi asfiksia yang air ketuban mengandung mekonium
b. Bayi dibersihkan (boleh dimandikan) kemudian dikeringkan, termasuk rambut kepala, karena kehilangan panas paling besar terutama daerah kepala
c. Observasi tanda vital sampai etasil, biasanya 2-4 jam Apgar skor I:4-6
Seperti a, jangan dimandikan, keringkan seperti diatas
Beri rangsangan taktil dengan tepukan kaki, max 15-30detik
Bila belum berhasil, beri O2 dengan atau tanpa corong (lebih baik O2 yang dihangatkan)
Apgar skor 4-6
Lakukan bag and mask ventilation dan pijat jantung
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
ASFIKSIA NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 3 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Apgar skor I: 0-3
Jaga agar bayi tidak kedinginan, sebab dapat menimbulkan hipotermi dengan segala akibatnya. Jangan diberi rangsangan taktil, jangan obat perangsang nafas, segera lakukan resusitasi
Indikator pencapaian
Bayi menangis, bernafas spontan
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
IKTERUS NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa oleh karena adanya
bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
Tujuan Mencegah meningkatnya kadar bilirubin, menghilangkan penyebab.
Deskripsi tentang klien
Ikterus fisiologis
Tampak pada hari III-IV
Bayi tampak sehat (normal)
Kadar < 12mg%
Menghilang paling lambat 10-14 hari
Tak ada faktor resiko
Sebab: proses fisiologis (berlangsung dalam kondisi fisiologis) Ikterus patologis
Timbul pada umur < 36 jam
Cepat berkembang
Bisa disertai anemia
Menghilang lebih lama . 2minggu
Ada faktor resiko
Dasar: proses patologis
Ruang lingkup Bayi umur 0-14 hari
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
IKTERUS NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Prinsip: -menghilangkan penyebab
-pencegahan peningkatan kadar bilirubin Cara:
1. Meningkatkan kadar enzim: phenobarbital 1-2mg/ kg/ dosis 2-3x/ hari (3hari)
2. Merubah bilirubin tidak larut dalam air menjadi larut fototerapi → imunisasi → diharapkan ekskresi bertambah
3. Bilirubin darah dibuang: tranfusi tukar Indikator
pencapaian
Kadar bilirubin normal
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
SEPSIS NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 1
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Sindrom klinik yang ditandai dengan adanya gejala sistemik di sertai adanya bakteremia
Tujuan Menyembuhkan infeksi
Deskripsi tentang klien
Keadaan umum menurun, malas minum, hipertermi/ hipotermi
Hipotoni otot, irritable, kejang, letargi
Bernafas tidak teratur, sesak, apnea, sianosis, takhipnea (> 60/ menit)
Takikardi, sirkulasi perifer jelek, sampai timbul renjatan
Retensi lambung, hepatomegali, mencret, muntah, perut kembung
Pucat, kuning, splenomegali, tendesi perdarahan, trombopeni
Ruang lingkup Bayi umur 0-40 hari
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur a. Antibiotika
Ampisillin 200mg/ kgBB/ hari, i.v, terbagi 2 dosis Gentamisin 5mg/ kgBB/ hari, i.m, terbagi 2 dosis
Sefalosporin generasi III 200mg/ kgBB/ hari, i.v, terbagi 2 dosis, lama pengobatan 10-14 hari
b. Suportif/ simtomatik
c. Untuk overwhelming sepsis (sepsis yang berat) dapat dilakukan tranfusi tukar
Indikator pencapaian
Bebas demam, infeksi teratasi
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
DEMAM TIFOID
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman gram negatif
salmonella typhi
Tujuan Mengobati demam tifoid dan mencegah komplikasi
Deskripsi tentang klien
Panas lebih tinggi dari 7 hari, teru-menerus terutama malam hari
Obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung, hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi, sakit kepala, anoreksia
Delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan koma
Leukopeni, tes widal (+), titer O > 1/200 atau meningkat ≥ 4x H ≥ 1/800
Ruang lingkup Anak usia 1-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur Tirah baring 2 minggu
Diet: TKTPRS
Antipiretik, anti emetik
Antibiotik:
Kloramfenikol: dosis 50mg/ kgBB/ hari terbagi dalam 3-4 dosis oral/ i.v, selama 14 hari
Ampisillin: dosis 200mg/ kgBB/ hari, terbagi dalam 3-4 dosis i.v saat belum dapat minum obat, selama 21 hari
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
DEMAM TIFOID
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Amoksillin: dosis 100mg/ kgBB/ hari, terbagi dalam 3-4 dosis
oral/ i.v selama 21 hari
Seftriakson: dosis 50mg/ kgBB/ hari, sekali sehari, i.m selama 5-7 hari
Indikator pencapaian
Bebas demam, infeksi teratasi
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 5
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tipe I_IV dengan
manifestasi klinis demam 2-7 hari disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan, angka kematian cukup tinggi
Tujuan Mengobati infeksi dan mencegah komplikasi
Deskripsi tentang klien
Derajat I
Panas 2-7 hari, gejala umum tidak khas, tourniquet (+) Derajat II
Sama dengan derajat I ditambahb dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekhie, ekimosa, epistaksis, hematemesis, melena, perdarahan gusi, uterus, telinga dsb
Derajat III
Kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (≥ 120/ mnt) tekanan nadi sempit (≤ 20mmHg) tekanan darah menurun (120/80 → 120/100 → 120/110 → 90/70 → 80/0 → 0/0)
Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur (denyut jantung ≥ 140/ mnt) anggota gerak terasa dingin, berkeringat dan kulit tampak biru
Lab: trombositopenia, Hb dan PCV meningkat (≥ 20%), leukopeni (n/s)
Ruang lingkup Umur 0-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 5
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Belum/ tanpa renjatan
1. Grade I+II
a. Oral ad libitum
b. - infus RL 75ml/ kgBB/hari→BB<10kg atau -dehidrasi→minum yang banyak dan sering -bila anak tidak suka minum beri infus
100ml/kgBB/24jam→BB<25kg
75ml/kgBB/24jam→BB 26-30kg
60ml/kgBB/24jam→BB 31-40kg
50ml/kgBB/24jam→BB 41-50kg
Obat lain: antibiotik bila ada infeksi sekunder, antipiretik, darah 15cc/kgBB/hari bila perdarahan hebat
Dengan renjatan 2. Grade III
a. Berikan infus RL 20ml/kgBB/1 jam apabila menunjukkan perbaikan (TD terukur >80mmHg, nadi teraba frekuensi <120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan RL 10ml/kgBB/1jam. Jika TD dan nadi stabil lanjutka infus dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu (24jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24jam:
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 3 / 5
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur 100ml/kgBB/24jam→BB<25kg 75ml/kgBB/24jam→BB 26-30kg 60ml/kgBB/24jam→BB 31-40kg 50ml/kgBB/24jam→BB 41-50kgb. Bila satu jam setelah pemakaian infus RL 20ml/kgBB/1jam TD msih terukur <80mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita harus memperoleh plasma expander 10ml/kgbb/1jam dan dilanjutkan infus RL sebanyak kebutuhan cairan selama waktu setelah mengatasi renjatan
c. Bila 1 jam setelah pemberian RL 10ml/kgBB/1jam TD menurun lagi, tetapi masih terukur <80mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma sebanyak 10ml/kgBB/1jam dan dapat diulang max 30ml/kgBB/24jam, jika memberikan lanjut RL dengan perhitungan: kebutuhan selama 24jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 4 / 5
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur 3. Grade IVa. Berikan infus RL 30ml/kgbb/1jam. Bila kesadaran baik (T>80mmHg dan nadi <120/mnt, akral hgt) lanjutka dengan RL 10ml/kgBB/1jam. Jika stabil RL dilanjutkan dengan perhitungan: kebutuhan selama 24jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
b. Bila pemberian RL 30ml/kgBB/1jam masih buruk, T tak terukur dan nadi tak teraba maka harus dipasang infus 2tempat, 1 untuk RL 10ml/kgBB/1jamPlasma 20ml/kgbb/1jam jika membaik lanjut RL dengan masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengetahui renjatan.
c. Bila setelah pemberian RL 30ml/kgBB/1jam masih buruk T terukur plasma dan nadi teraba cepat lemah, akral dingin maka sebaiknya diberikan plasma expander 20ml/kgBB/1jam. Jika memebaik lanjutkan RL dengan perhitungan kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
d. Bila setelah pemberian RL 30ml/kgBB/1jam membaik tetapi tensi terukur <80mmHg dan nadi >120mnt, akral hangat/ dingin maka sebaiknya diberi plasma expander 10ml/kgBB/1jam dapat diulang max 30ml/kgBB/1jam.
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 5 / 5
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur e. Jika tata laksana gerak iv setelah 2 jam sesudah plasma
20ml/kgBB/1jam dan RL 10ml/kgBB/1jam tidak menunjukkan perbaikan maka perlu konsul anestesi.
f. Jika tata laksana grade IV setelah 2jam sesudah memperoleh RL 30ml/kgBB/1jm dan plasma 20ml/kgBB/1jam maka perlu plasma lagi 10ml/kgBB/1jam jika tidak ada perolehan konsul ke anestesi
g. Jika sudahmemperoleh RL 30ml/kgBB/1jam dan plasma 10ml/kgBB/1jam belum memperoleh perbaikan yang optimal maka perlu diberi plasma 10ml/kgBB/1jam dan dapat diulang max 30ml/kgbb/24jam jika tidak ada perubahan konsul anestesi. Untuk kasus yang sudah memperoleh cairan 60ml/kgBB/1jam pikirkan overload dan kemampuan kontraksi kurang per menit diberikn lasix 1mg/kgBB/x dan dopamin Indikator
pencapaian
Bebas demam, trombosit ≥ 100mg/dl, keadaan umum membaik
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
CAMPAK
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Suatu infeksi virus akut yang sangat menular, ditandai dengan gejala panas, batuk, pilek, radang mata, dan bercak koplik, disertai timbulnya bercak merah makulopapular yang menyebar keseluruh tubuh, kemudian hitam dan mengelupas.
Tujuan Mengobati infeksi dan mencegah komplikasi
Deskripsi tentang klien
Keradangan selaput lendir hidung, mulut, tenggorok, dan saluran pencernaan, sehingga terjadi gejala batuk, pilek, mata merah, bercak koplik dan diare
Ruam makulopapular.
Ruang lingkup Bayi umur 0-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur 1. Tanpa penyulit
Rawat jalan
Cukup cairan dan kalori
Pengobatan simtomatis, misal: antipiretik
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
CAMPAK
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM 2. Dengan penyulit Perlu dirawat inap (bangsal isolasi sistem pernafasan)
Perbaiki keadaan umum :
Pemenuhan kebutuhan cairan
Perbaiki KU
o Pemenuhan kebutuhan cairan
o Diit yang memadai
o Penderita malnutrisi perlu vitamin A 200.000 KI IM dilanjutkan oral 1.500 KI per hari
Mengatasi penyulit yang timbul Indikator
pencapaian
Infeksi teratasi, gejala berkurang
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
VARISELA
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 1
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Penyakit yang sangat menular yang sering menyerang usia 1-14 tahun
Tujuan Mengobati penyakit, mencegah penularan dan komplikasi
Deskripsi tentang klien
Demam ringan timbul dalam 24 jam pertama
Sakit kepala
Timbul ruam mula-mula papula → vesikel → erosi 3-5 hari → krusta
Ruang lingkup Bayi umur 1-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur Simptomatis
Acyclovir 20mg/ kgBB/ dosis dalam 4 dosis selama 5 hari Indikator
pencapaian
Demam menurun, gejala berhenti
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
BRONKIOLITIS
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 1
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang bersifat akut dan
menular
Tujuan Mengatasi sesak dan mencegah gagal nafas
Deskripsi tentang klien
Bersin-bersin, pilek encer, batuk, panas, tidak dapat tidur/ minum, sesak, gelisah, sianosis, nafsu makan menurun, retraksi dinding dada, wheezing
Ruang lingkup Anak usia 0-24 tahun (>> usia 2-8 bulan)
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur a. Cairan dan nutrisi: mencegah dehidrasi
b. Oksigenasi
c. Bronkodilator: β2 agonis nebulasi
d. Steroid: pada bronkiolitis berat: dexamethasone 0,1-0,2mg/kgBB/dosis i.v
e. Antibiotika: penyakit berat, KU < baik, curiga infeksi sekunder f. Digitalisasi: bila ada decompensatio cordis
g. Jangan di beri sedativ Indikator
pencapaian
Bebas sesak, panas menurun
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
BRONKHITIS
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 1
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Infeksi bronkhus berasal dari penyakit saluran nafas atas dan bawah
Tujuan Mengatasi infeksi dan sesak, mencegah komplikasi
Deskripsi tentang klien
Batuk, pilek 3-4 hari, nyeri/ panas, sesak, kadang konjungtivitis, ronkhi kering, ronkhi basah, kasar
Ruang lingkup Anak umur 0-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur Kontrol batuk
Pengeluaran sekret > mudah/ encer
Minum banyak
Ekspektoran
Hati-hati: cough syrup dan antihistamin, sekret > kental: atelektasis/ pneumonia
Antibiotik: curiga infeksi sekunder: penisillin, ampisillin, kloksasillin, kloramphenikol, eritromisin
Indikator pencapaian
Bebas sesak, panas menurun
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
PNEUMONIA
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 1
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Radang yang mengenai parenkhim paru
Penyakit respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak nafas, demam
Ronkhi basah halus, dengan gambaran infiltrat pada foto thorax.
Tujuan Mengatasi sesak dan infeksi
Deskripsi tentang klien
Demam, nafas cepat, batuk, muntah, tidak mau minum, nyeri perut, letargi, retraksi dada, nafas cuping hidung, ronkhi, wheezing
Ruang lingkup Anak usia 0-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur Simptomatis: oksigenasi, uap, ekspektoran
Fisioterapi: drainase postural, menepuk-nepuk dada
Antibiotik:
Penisilin prokain: 50.000-100.000 KI im 1-2x/ hari
Kloramphenikol: 50-100mg/kg/24 jam iv/ oral 4x/ hari
Cloxacilin: 50mg/kg/24 jam, im/iv, 4x/hari
Ampisilin: 50-100mg/kg/24 jam, im/iv, 4x/ hari
Gentamycin: 5-7mg/kg/24 jam im/iv, 2-3x/hari
Eritromisin: 50mg/kg/24 jam PO, 4x/ hari
Kotrimoksasol: 6mg/kg/24 jam PO, 2x/ hari Indikator
pencapaian
Bebas sesak, infeksi teratasi
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
INFEKSI SALURAN KENCING
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Infeksi yang terjadi pada saluran air kemih, mulai dari uretra, buli-buli,
ureter, piala ginjal sampai jaringan ginjal
Tujuan Mengobati infeksi dan mencegah komplikasi
Deskripsi tentang klien
Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare, air kemih berbau/ berubah warna, nyeri pinggang/ perut panas/ hipotermal, tidak dapat menahan kencing, polakisuri, disuri, enuresis
Ruang lingkup Anak umur 0-12 tahun
Referensi Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Prosedur Antibiotik
A. Parenteral
Ampisilin 100mg/kg/hari, 2x/hari (bayi < 1minggu), 3x/hari (bayi <1minggu)
Cefotaxim 150mg/kg/hari, 4x/hari
Ceftriaxone 75mg/kg/hari, 1x/hari
Gentamysin 5mg/kg/hari, 2x/hari(bayi<1minggu) 3x/hari (bayi<1minggu)
B. Oral
Amoksisilin 20-40mg/kg/hari, 3x/hari
Sefiksim 4mg/kg, 2x/hari
Trimetoprim 6-12mg/kg, 4x/hari
Sulfametoksasol 30-60g/kg, 3x/hari
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
INFEKSI SALURAN KENCING
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur C. Profilaksis Trimetoprim 2mg/kg, 1x malam hari
Sulfametoksasol 30-60mg/kg, 1x malam hari
Nitrofurantoin 1-2mg/kg, 1x malam hari Indikator
pencapaian
Infeksi teratasi
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN INCISI
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Suatu sayatan yang dibuat harus cukup panjang agar operasi dapat
leluasa dikerjakan tanpa retraksi yang berlebihan. Retraksi berlebihan akan meningkatkan rasa nyeri pasca bedah, usahakan incisi hanya dilakukan dengan satu sayatan, karena sayatan tambahan akan meninggalkan bekas yang lebih buruk.
Tujuan Dilakukan pada luka yang mengalami infeksi
Deskripsi tentang klien
Semua pasien yang datang di Instalasi rawat jalan dan Rawat inap bedah
Ruang lingkup Instalasi rawat jalan dan Rawat inap bedah
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur PERSIAPAN
1. Tempat instrumen steri yang berisi:
Pinset anatomi, Sonde, Pisau/ mess, gunting, Klem 2. Kassa steril 3. Douk steril 4. Tampon steril 5. Verban 6. Plester 7. Obat anestesi
8. Spuit injectie 5 cc dan 10 cc 9. Bengkok
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN INCISI
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur PELAKSANAAN1. Penderita diberi informasi tentang tindakan tersebut 2. Benjolan/ lokasi di disinfeksi
3. Memakai sarung tangan steril 4. Tutup dengan douk steril 5. Punksi benjolan untul lab 6. Lakukan anestesi lokal
7. Lakukan irisan sesuai dengan lipatan kulit
8. Buka dengan klem bengkok dan tampung cairan yang keluar 9. Lakukan kerokan pada luka tersebut
10.Cuci tangan betadin sampai bersih
11.Bila berdarah, tampon dengan verban padat 12.Bila tidak berdarah pasang drain handschoen 13.Tutup luka dengan kassa kompres
14.Balut/ plester yang erat agar sisa cairan keluar Indikator
pencapaian
Tidak ada retraksi yang berlebihan, tidak ada rasa nyeri yang timbul
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
PERAWATAN LUKA ROBEK
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Luka adalah keadaan hilang/ terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan Melakukan penatalaksanaan perwatan luka agar dapat sembuh tanpa
ada komplikasi apapun Deskripsi tentang
klien
Semua pasien Rawat jalan dan Rawat inap yang datang ke Instalasi bedah
Ruang lingkup Instalasi rawat jalan dan Rawat inap bedah
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur PERSIAPAN
1. Tempat instrumen steri yang berisi:
Gunting, pinset 2 buah, klem secukupnya, naal foeder, duk steril, sarung tangan steril, spuit injectie, jarum jahit, benang jahit
2. Obat anestesi 3. Obat cuci luka 4. Betadin 5. Kapas savlon 6. Kapas alkohol 7. Verban 8. Gunting verban 9. Bengkok 10.Plester 11.Lampu tindakan 12.Pisau cukur KRAKSAAN PROBOLINGGO
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
PERAWATAN LUKA ROBEK
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur PELAKSANAAN1. Penderita diberi informasi tentang tindakan tersebut 2. Memakai sarung tangan steril
3. Lakukan anestesi lokal daerah sekitar luka 4. Luka dibersihkan dari dala keluar
5. Bersihkan dengan perhidrol dab bilas dengan NS 6. Cari benda asing pada luka tersebut
7. Atasi perdarahan yang terjadi 8. Buang jaringan yang rusak 9. Jahit luka lapis demi lapis 10.Ratakan permukaan kulit
11.Periksa lagi apakah sudah tidak ada perdarahan 12.Tutup luka dengan kassa betadin dan balut/ plester Indikator
pencapaian
Tercapainya proses penyembuhan luka secara optimal serta minimnya komplikasi yang terjadi
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
PERAWATAN LUKA BAKAR
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air,
panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost bite). Luka bakar ini dapat menyebabkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan fungsi maupun estetik.
Tujuan Dapat melaksanakan prosedur penatalaksanaan luka bakar secara
optimal, menentukan derajatnya, indikasi rawat inapnya, serta kemungkinan emergencynya.
Deskripsi tentang klien
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang di instalasi bedah
Ruang lingkup INDIKASI
Indikasi rawat inap:
1. Luka bakar derajat II > 15% pada dewasa, > 10% pada anak dan umur lebih 50 tahun
2. Luka bakar derajat III
3. Luka bakar yang mengenai muka, tangan atau genetalia 4. Luka bakar listrik tegangan tinggi
5. Trauma inhalasi 6. Luka bakar khemis
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
PERAWATAN LUKA BAKAR
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Penatalaksanaan di UGD
Pertolongan pertama pada penderita luka bakar
1. Bebaskan penderita dari kontak dengan penyebab luka bakar dengan melepaskan semua baju dan barang yang melekat di tubuh 2. Pemeriksaan ABC (airway, breathing, circulation)
Airway (Jalan nafas)
Bebaskan dari gangguan jalan nafas atas (oedema jalan nafas atas) Breathing (Pernafasan)
1. Periksa adanya gangguan pernafasan akibat trauma inhalasi 2. Bila perlu pemakaian endotracheal intubasi atau tracheostomi Circulation (sirkulasi)
1. Bila penderita dalam keadaan shock: ditanggulangi dengan pemberian cairan infus (rL), grojok. Bila perlu pasang lebih dari satu tempat infus
2. Setelah shock teratasi, berikan cairan dengan rumus baxter (RL) 4cc/kgBB/luas/luas bakar
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
PERAWATAN LUKA BAKAR
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 3 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Perawatan luka pada luka bakar
1. Dilakukan debridement luka
2. Dimandikan atau dibersihkan dengan disinfektan ringan 3. Bulla dipecah bila keruh atau besar (> 5cm)
4. Setelah bersih luka diolesi dengan salep SSD (silver sulfa diazinne) (Perawatan secara terbuka)
5. Penderita dibawa keruangan dengan dialasi dan dikerudungi kain yang serba steril
6. Obat lain: analgetik/ sedativ, kalau perlu pemberian antibiotika spektrum luas sebagai profilaksis
Indikator pencapaian
Minimnya angka komplikasi serta minimnya angka kematian akibat luka bakar
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
PEMASANGAN BIDAI
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Proses immobilisasi yang dilakukan untuk pasien patah tulang,
disesuaikan dengan tempatnya, pada umumnya harus melalui 2 persendian untuk immobilisasi.
Tujuan Meminimalkan komplikasi yang terjadi pada pasien dengan patah
tulang sebelum dilakukan reposisi. Deskripsi tentang
klien
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang ke instalasi bedah
Ruang lingkup Instalasi rawat jalan dan rawat inap bedah
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur Persiapan
1. Bahan dari kayu a. Matras b. Mitella 2. Kassa dan kapas
3. Elastic bandage kalau perlu Pelaksanaan
1. Lakukan pemasangan bidai kayu melalui 2 persendian agar terfiksasi
2. Lain-lain bahan tergantung yang patah
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
PEMASANGAN BIDAI
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur 3. Prinsipnya: a. Memfixasi 2 persendian b. Mencegah perdarahan c. Mengurangi rasa sakit d. Memudahkan mengangkat Indikatorpencapaian
Tersedianya bidai dalam jumlah cukup, minimnya komplikasi yang terjadi pada pasien patah tulang sebelum reposisi
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
PROSEDUR
PENDERITA GIGITAN ULAR
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Luka gigitan yang disebabkan gigitan ular, ular tersebut sebisa
mungkin teridentifikasi bentuknya, warnanya, besarnya sebab mempengaruhi derajat gigitan, serta gejala dan keluhan bisa ular tergantung jenisnya.
Tujuan Dapat menangani pasien dengan snake bite, mengatasi emergencynya
serta meminimalkan kematian yang terjadi. Deskripsi tentang
klien
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang ke instalasi bedah
Ruang lingkup Rawat jalan dan rawat ianp instalasi bedah
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur Persiapan 1. Obat anestesi 2. Spuit injectie 5cc 3. S.A.B.U 4. Pusi/ mess 5. Bengkok 6. Betadin cair 7. Alkohol 8. Gunting 9. Kassa secukupnya 10.Plester 11.Bidai/ gips KRAKSAAN PROBOLINGGO
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
PROSEDUR
PENDERITA GIGITAN ULAR
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur Pelaksanaan1. Penderita diberi informasi tentang tindakan tersebut 2. Disinfektan daerah sekitar luka
3. Lakukan pembiusan lokal
4. Buat multiple incisi pada daerah gigitan 5. Rawat perdarahan yang terjadi
6. Pasang drain
7. Kompres dengan betadin 8. Pasang bidai
9. Observasi penderita
10.Lakukan terapi dengan obat-obatan Indikator
pencapaian
Tingginya angka kesembuhan pasien dengan snake bite
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI BATU BULI-BULI
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Operasi yang dilakukan pada pasien yang telah didiagnosa batu
buli-buli, sehingga dapat tercapai kesembuhan pada pasien
Tujuan Menangani pasien-pasien dengan diagnosa batu buli-buli, sehingga
dapat tercapai kesembuhan pada pasien Deskripsi tentang
klien
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang ke instalasi bedah
Ruang lingkup INDIKASI
Semua jenis batu buli-buli baik pada anak-anak, orang dewasa maupun lansia
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur Persiapan ruangan
1. Konsultasi dokter spesialis anestesi
2. Menandatangani surat persetujuan operasi (Informed consent)
3. Rambut pubis dicukur 4. Lavement malam dan pagi
5. Puasa 6 jam sebelum dan operasi dipasang infus RL/ D5 6. Skin test antibiotik dan dicatat hasilnya
7. Berangkat ke kamar operasi dengan pakaian untuk operasi dan diberikan antibiotika profilaksis
8. Membawa darah bila diperlukan Persiapan di OK
1. Re evaluasi tanda-tanda vital
2. Mempersiapkan peralatan di kamar operasi
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI BATU BULI-BULI
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur TEKNIK OPERASI
1. Tertutup (Litotripsi)
Syarat : -ukuran batu dengan tebal < 3cm -orang dewasa
2. Terbuka (Vesikolitotomi) dilakukan:
Pada anak-anak
Batu besar
Gagal dengan litotripsi (batu amat besar) INSTRUKSI di RR
1. Observasi tnda-tanda vital, jumlah dan warna urine
2. Bila dilakukan anestesi regional, tiduran 24jam, boleh minum/ makan
3. Antibiotika diberikan 8 jam setelah pemberian I 4. Tranfusi Hb < 10gr%
5. Boleh dipindahkan ke ruangan bila keadaan stabil dan tidak ada penyakit
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI BATU BULI-BULI
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 3 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur INSTRUKSI di RUANGAN
1. Untuk operasi terbuka
2. Kateter dilepas hari ke-7 pasca operasi
3. Drain dilepas 1-2 hari setelah itu, sekaligus angkat jahitan
4. Bila menggunakan handschoen drain dilepas pada hari ke 2 pasca bedah
5. Untuk operasi tertutup: kateter dilepas 1-2 hari pasca bedah dan boleh KRS bila tidak ada penyulit
FOLLOW UP
1. Kontrol dipoli bedah 2 minggu setelah KRS dengan membawa hasil analisa batu
2. Dinilai mengenai keluhan dan ada tidaknya penyulit
3. Konsultasi ke instalasi gizi untuk mengetahui diet sesuai jenis batunya (kecuali batu buli-buli endemis pada anak-anak)
4. Selanjutnya kontrol 1 bulan dan dibuat ulangan lab dan RO Indikator
pencapaian
Tingginya angka kesembuhan pasien dan minimnya angka komplikasi yang terjadi
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
PEMASANGAN SKIN TRAKSI
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Pemasangan alat berupa skin traksi yang digunakan pada pasien yang
mengalami patah tulang panjang tertutup seperti patah tulang paha.
Tujuan Dapat mengaplikasikan pemasangan skin traksi pada pasien patah
tulang panjang tertutup yang tidak dilakukan reposisi dengan operasi. Deskripsi tentang
klien
Semua pasien rawat inap dengan patah tulang panjang tertutup yang datang ke instalasi bedah
Ruang lingkup Patah tulang panjang tertutup di instalasi bedah
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur Persiapan alat
1. Skin traksi kit sesuai dengan ukuran kaki/ panjang kaki 2. Kerekan dan tali
3. Tempat beban/ jurigen 4. Pisau cukur
5. Air dan waskom serta waslap 6. Jod bensin dan tempatnya 7. Qaas dan kapas secukupnya 8. Gunting verban 9. Balok blok 10.Bantal/ pengalas Persiapan penderita 1. Foto rontgen KRAKSAAN PROBOLINGGO
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
PEMASANGAN SKIN TRAKSI
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Cara kerja
1. Beritahu penderita tentang maksud dan tujuan
2. Lihat hasil dari foto rontgen untuk menentukan posisi penderita 3. Atur posisi penderita
4. Pasang kerekan pada tempat tidur sesuai dengan anggota nama yang patah
5. Bila mengenai spalk/ bidai lepaslah secara perlahan-lahan dengan memegang ujung kaki yang patah
6. Bersihkanlah kaki yang patah dengan air sabun dan bila ada rambut dicukur dan kemudian digosok dengan bensin untuk menghilangkan lemak
7. Pasang skin traksi mulai dari ujung kaki yang patah sampai lokasi tulang yang patah dan lekatkan plesternya dengan rata
8. Balut dengan tensocrepe mulai dari pangkal kaki yang patah sampai mata kaki
9. Tali dari skin traksi diikatkan pada beban dengan melewati roda dari kerekan
10.Pasang bantalan dibawah tungkai 11.Pasang blok pada bawah tempat tidur
12.Observasi adanya gangguan AVN (arteri, vena, Nervus) Indikator
pencapaian
Tingginya angka kesembuhan pasien dan minimnya angka komplikasi yang terjadi
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI APENDIKTOMI
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Peradangan dari appendiks veriformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10-30 tahun
Tujuan Mengupayakan kesembuhan pasien dengan appendisitis melalui
operasi appendiktomi Deskripsi tentang
klien
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang ke instalasi bedah
Ruang lingkup Semua pasien baik anak-anak atau dewasa yang terdiagnosa
appendisitis akut maupun kronik
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur Persiapan dipoloklinik
1. Pemeriksaan untuk diagnosa
2. Pemeriksaan laborat persyaratan operasi a. Darah lengkap dan faal hemostasis
b. Kimia darah (ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, bilirubin direct/ indirect)
c. Gula darah puasa 2 jam post prandial untuk penderita lebih dari 40 tahun
d. ECG pre operatif untuk penderita lebih dari 40 tahun e. Foto thorax
3. Konsul anestesi untuk persetujuan pemberian narcose 4. Daftar koordinator
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI APENDIKTOMI
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Persiapan pre operatif
1. Puasa 6-8 jam pre operatif
2. Surat persetujuan tindakan operatif 3. Antibiotika skin test
4. Resep pre operasi antibiotika profilaksis ampicillin 3 gram) 5. Analgesik
6. 6jam sebelum operasi, rambut kemaluan dicukur bersih TEKNIK OPERASI
Appendectomy Hari 1 post operasi
Hari 2 post operasi . di poliklinik Hari 3 post operasi
INSTRUKSI DI RR Observasi 2 jam (T/ N/ RR)
Jika dalam evaluasi 2 jam di RR hemodinamic stabil tidak kesakitan → pulang
Jika meragukan observasi dilanjutkan sampai 24 jam → MRS
FOLLOW UP
Indikator pencapaian
Minimnya komplikasi serta tingginya angka kesembuhan pasien
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI HERNIOTOMY
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Penonjolan isi perut dari rongga normal melalui suatu defek pada fasia
dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding perut
Tujuan Melakukan tindakan kuratif pada pasien dengan diagnosa hernia
Deskripsi tentang klien
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang ke instalasi bedah
Ruang lingkup Pasien anak-anak, dewasa, laki-laki, perempuan yang datang ke
instalasi bedah
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur Persiapan ruangan
1. Pemeriksaan untuk diagnosa
2. Pemeriksaan laborat persyaratan operasi a. Darah lengkap dan faal hemostasis
b. Kimia darah (ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, bilirubin direct/ indirect)
c. Gula darah puasa 2 jam post prandial untuk penderita lebih dari 40 tahun
d. ECG pre operatif untuk penderita lebih dari 40 tahun Foto thorax
3. Konsul anestesi untuk persetujuan pemberian narcose 4. Daftra koordinator
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI HERNIOTOMY
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Persiapan pre operatif
1. Puasa 6-8 jam pre operatif
2. Surat persetujuan tindakan operatif 3. Antibiotika skin test
4. Resep pre operasi antibiotika profilaksis ampicillin 3 gram) 5. Analgesik
6. 6jam sebelum operasi, rambut kemaluan dicukur bersih TEKNIK OPERASI → Herniotomy dan plastik bassini PERAWATAN di RR
Observasi 2 jam (T/ N/ RR)
Jika dalam evaluasi 2 jam di RR hemodinamic stabil tidak kesakitan → pulang
Jika meragukan observasi dilanjutkan sampai 24 jam → MRS
FOLLOW UP
Appendectomy Hari 1 post operasi
Hari 2 post operasi . di poliklinik Hari 3 post operasi
Indikator pencapaian
Tingginya angka kesembuhan pasien dan minimnya angka kekambuhan serta minimnya angka komplikasi yang terjadi
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI BPH
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Kanker prostat yang menyerang pria umumnya berumur diatas
40tahun, terdapat empat faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya kanker prostat, yaitu genetik, hormon, makanan, dan lingkungan serta infeksi.
Tujuan Melakukan tindakan operasi BPH sesuai standar sehingga
menghasilkan angka kesembuhan yang cukup optimal Deskripsi tentang
klien
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang ke instalasi bedah
Ruang lingkup Pasien laki-laki umumnya berumur diatas 40 thun yang datang ke
instalasi bedah dengan BPH
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur Persiapan ruangan
1. Konsultasi dokter spesialis anestesi
2. Menandatangani surat persetujuan operasi (Informed consent)
3. Rambut pubis dicukur 4. Lavement malam dan pagi
5. Puasa 6 jam sebelum dan operasi dipasang infus RL/ D5 6. Skin test antibiotik dan dicatat hasilnya
7. Berangkat ke kamar operasi dengan pakaian untuk operasi dan diberikan antibiotika profilaksis
8. Membawa darah bila diperlukan
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI BPH
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur Persiapan di OK1. Re evaluasi tanda-tanda vital
2. Mempersiapkan peralatan di kamar operasi TEKNIK OPERASI
1. Tertutup (TUR prostat)
2. Terbuka (Retropubic extra versial) INSTRUKSI di RR
1. Observasi tnda-tanda vital, jumlah dan warna urine
2. Bila dilakukan anestesi regional, tiduran 24jam, boleh minum/ makan
3. Antibiotika diberikan 8 jam setelah pemberian I 4. Traksi kateter dilepas dalam 24 jam pasca bedah 5. Tranfusi Hb < 10gr%
6. Boleh dipindahkan ke ruangan bila keadaan stabil dan tidak ada penyakit
INSTRUKSI di RUANGAN
1. Mobilisasi secepatnya (bila dengan anestesi regional setelah 24 jam)
2. Untuk TUR-P kateter dilepas 3-4 hari pasca bedah bila urine jernih dan sudah mobilisasi
3. Untuk operasi terbuka kateter dilepas hari ke 5 pasca bedah dan drain dilepas 1-2 hari kemudian
4. Angkat jahitan hari ke 7-8 pasca dan boleh pulang
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI BPH
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 3 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur FOLLOW UP1. Kontrol dipoli bedah 2 minggu setelah KRS dengan membawa hasil PA
2. Dilakukan penilaian mengenai: keluhan dan penyulit 3. Diberikan pengobatan sesuai dengan apa yang di dapat 4. Diminta untuk kembali 2 minggu lagi bila masih ada keluhan 5. Selanjutnya kontrol tiap 1 bulan/ 2 bulan sampai 6 bulan sekali
dan dilakukan pemeriksaan RT serta lab urine sedimen, faal ginjal dan kultur
Indikator pencapaian
Tingginya angka kesembuhan pasien dengan BPH
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI STRUMA
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Suatu kanker yang berasal dari kelenjar tiroid, lebih banyak wanita
dengan distribusi berkisar antara 2:1 sampai 3:1, berdasarkan jenis histopatologinya kanker tiroid jenis papilar (71,4%), jenis folikuler (16,7%), anaplastik (8,4%), jenis medular (1,4%).
Tujuan Melakukan tindakan operasi dengan tujuan kesembuhan serta
mengurangi komplikasi. Deskripsi tentang
klien
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang ke instalasi bedah
Ruang lingkup Prosedur ini berlaku pada semua kegiatan pelayanan medis/
keperawatan operasi penderita dengan semua struma apapun penyebabnya, kecuali:
Struma difusa toksis
Struma karena thyroiditis akut yang berhasil diterapi dengan pengobatan antibiotika
Carcinoma thyroid yang inoperabel
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur Persiapan Ruangan
1. Leher dibersihkan dengan sabun 2. Persiapan persediaan darah
3. Formulir PA untuk pemeriksaan potong beku
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI STRUMA
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur Persiapan di OK1. Infus di lengan kiri atau kanan
2. Setelah dibius, posisi kepala defleksi maksimal
3. Desinfektan leher bagian depan sampai dengan dagu, lateral leher, dan dada bagian atas
TEKNIK OPERASI
1. Dibuat incisi collar pada kulit sekitar 2 jari dari fossa jugularis s/d m. Platysma
2. M. Sternocleidomastoideus disisihkan kelateral
3. M. Sternohyoid dan sternothyroid kiri dan kanan dipisahkandi tengah-tengah, kemudian dipotong tranversal
4. Throid nodule diluxir keluar
5. Dicari a/v thyroidea superior, dilakukan pemotongan dan ligasi dengan benang seide 0-2
6. Dicari n. Reccurens, glandula paratiroid dan disisihkan
7. Dicari a. Thyroidea inferior, vena thyroidea, dipotong dan diligasi 8. Kemudian dilakukan total lobektomi, subtotal lobektomi, total
thyroidektomi, subtotal thyroidektomi tergantung indikasinya 9. Perawatan perdarahan dengan ligasi menggunakan siede 0-3 dan
dipasang drain
10.Luka ditutup lapis demi lapis
11.Kulit dijahit subcuticuler dengan prolene 0,5
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI STRUMA
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 3 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur INSTRUKSI di RR 1. Awasi T/N/RR2. Bila penderita sesak nafas, lihat apakah ada hematoma pada leher 3. Bila ada, segera benang dijahit dilepas → lapor OK untuk di
eksplorasi FOLLOW UP
Penderita tidur terlentang/ ½ duduk
Makan/ minum bebas
Hari I post operasi segera mobilisasi
Drain dilepas setelah cairan keluar minimal 10cc Benang dilepas hari ke 7
Indikator pencapaian
Tingginya angka kesembuhan pasien dengan Ca tiroid
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI ABCESS MAMMA
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Infeksi yang terjadi pada mammae sehingga perlu dilakukan tindakan
operasi guna mengeluarkan pus yang terdapat pada mamma sehingga sumber infeksi bisa tertangani dengan baik.
Tujuan Melakukan irigasi dari pus pada abces mamma yang terjadi
Deskripsi tentang klien
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang ke instalasi bedah
Ruang lingkup Semua pasien wanita yang datang ke instalasi bedah dengan diagnosis
Abces mamma
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur Persiapan
1. Bila dilakukan dengan bius lokal atau umum 2. Bisa dengan bius umum dipuasakan 6-8 jam 3. Menandatangani informed concent
Persiapan di OK
1. Infus RL, premedikasi bila di bius umum
2. Desinfektan daerah operasi dengan jodium 3%, alkohol 70% atau povidon iodin 10%
3. Bila dengan bius lokal semprot dengan cholethyl
4. Dilakukan incisi dengan pisau nomor 11 pada daerah yang fluktuatif
5. Nanah dikeluarkan sampai bersih 6. Cuci dengan povidon iodin 10% 7. Beri drain handschoen
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI ABCESS MAMMA
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur INSTRUKSI di RR bila di BIUS
1. Awasi kesadaran T/ N sadar
2. Bila kesadaran dan T/ N baik dapat pulang FOLLOW UP
Kontrol poliklinik 2 hari sekali sampai sembuh, setiap datang ganti tampon
Indikator pencapaian
Tingginya angka kesembuhan pasien dengan abcess mamma
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
MANDI RENDAM COMBUSTIO
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Suatu cara perawatan luka pada pasien combustio dengan tujuan
antiseptik sehingga mengurangi resiko infeksi yang terjadi pada pasien.
Tujuan Mengurangi resiko infeksi sehingga mempercepat proses
penyembuhan Deskripsi tentang
klien
Semua pasien comcustio yang datang ke instalasi bedah
Ruang lingkup Pasien yang datang dengan combus ke instalasi bedah
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur Persiapan alat
1. Bak mandi 2. PK
3. Air hangat (± 37-43ºc)
4. Kantong plastik untuk kotoran 5. Skort
6. Bengkok
7. Pinset anatomis dua buah 8. Pinset chirurghi satu buah 9. Gunting
10.Kapas sublimat-savlon pada tempatnya 11.Sarung tangan
12.Salep (obat-obatan)
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
MANDI RENDAM COMBUSTIO
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Persiapan penderita dan lingkungan
1. Menjelaskan tujuan akan dilakukannya tindakan 2. Menyiapkan penderita serileks mungkin
3. Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman Pelaksanaan dan cara kerja
1. Penderita diberitahu
2. Isi bak mandi dengan air hangat
3. Larutan PK dengan kepekatan 1/4000-1/5000 4. Perawat cuci tangan kemudian memakai skort
5. Membuka pakaian penderita, kemudian dimasukkan ke dalam bak mandi sampai luka terendam seluruhnya kecuali kepala sedangkan bagian yang tak terendam disiram-siramkan
6. Perawat memakai sarung tangan
7. Bersihkan luka dan lakukan nekrotomi bila ada jaringan yang nekrosis
8. Memandikan juga bagian tubuh yang sehat dan disabun 9. Bilas dengan air bersih
10.Keringkan dan pindahkan ke tempat tidur yang sudah dipasang laken steril
11.Lakukan perawatan luka dan olesi dengan obat-obatan (SSD) 12.Tutup luka dengan kassa steril dan balut luka dengan verban 13.Rapikan penderita dan alat-alat dibersihkan
14.Perawat cuci tangan
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
MANDI RENDAM COMBUSTIO
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 3 / 3
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Indikator pencapaianTingginya angka kesembuhan serta kurangnya angka komplikasi yang terjadi
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI
TUMOR PAYUDARA
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 4
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia.
Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letk terbanyak di kuadran lateral atas.
Tujuan Melakukan tindakan operasi guna mengeradikasikan Ca payudara pada
pasien Deskripsi tentang
klien
Semua pasien wanita yang datang ke rawat jalan dan rawat inap instalasi bedah
Ruang lingkup Prosedur berlaku pada semua tindakan medik keperawatan operasi
penderita dengan diagnosa:
Tumor jinak payudara
Tumor ganas payudara stadium I, II, IIIa
Referensi Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Prosedur Persiapan ruangan
1. Pembersihan daerah dada dan aksila yang akan dioperasi dengan sabun, kemudian ditutup dengan kassa steril
2. Pembersihan daerah paha pada sisi yang sama dengan payudara yang akan dioperasi dengan sabun, rambut paha tersebut dicukur. Ini digunakan untuk skin graft bila diperlukan
3. Darah (whole blood) minimal 2 labu
4. Formulir PA untuk pemeriksaan potong beku
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI
TUMOR PAYUDARA
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 4
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur Persiapan di OK1. Infus dipasang pada lengan sisi kontra lateral dari daerah operasi 2. Setelah narkose dilakukan desinfeksi pada dada melampaui garis
tengah, bahu s/d lengan atas, skapula bagian lateral, dinding dada sebelah lateral, diatas klavikula
3. Desinfektan pada paha yang sudah disiapkan untuk skin graft 4. Dibuat gambar batas pinggir tumor dengan methylene blue dan
batas incisi kulit sekitar 3cm dari pinggir tumor dengan metode willy Meyer atau stewart.
5. Kemudian digambar batas pembuatan flap kulit yaitu:
Medial garis: sternal
Atas garis: claviculer
Bawah garis: setinggi origo m. Rectus abdominis
Lateral garis: pinggir lateral m. Lattisimus dorsi
6. Dilakukan incisional/ eksisional biopsi dan dilanjutkan pemeriksaan potong beku
TEKNIK OPERASI Tumor jinak
1. Fibroadenoma dilakukan excisi
2. Tumor filoides dilakukan simple mastectomy
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI
TUMOR PAYUDARA
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 3 / 4
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur Tumor ganas
1. Tumor filoides ganas dilakukan simple mastectomy 2. Karsinoma payudara
Stadium I, T1, N0, M0
Tumor pada kuadran lateral
Diameter < 2cm
Pembesaran kelenjar axilla tidak ada Dilakukan breast conserving treatment
1. Stadium I, T1, N1, M0 dilakukan modified radical mastectomy (Madden)
2. Stadium II
3. Dilakukan modified radical mastectomy
4. Stadium IIIA simple mastectomy dan lymphadenectomy axilla 5. Setelah tindakan seesai, lapangan operasi dicuci dengan air steril,
dipasang drain dengan lubang terletak didalam area radio terapi 6. Jahitan kulit dengan seide 0-3, dibalut dengan bebat elastic 15cm
1-2 buah
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
TINDAKAN OPERASI
TUMOR PAYUDARA
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 4 / 4
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MM Prosedur Instruksi di RR 1. Awasi T/ N/ RR2. Awasi darah yang keluar dari drain 3. Cek Hb, bila < 10gr%, tranfusi Follow up
1. Bila ada skin graft dibuka hari ke 5 dan diganti kassa hari 10-12 pasca operasi pengangkatan jahitan
2. Drain dilepas bila produksi cairan < 25cc 3. Radioterapi dilakukan setelah luka sembuh Indikator
pencapaian
Tingginya angka kesembuhan serta minimnya angka kekambuhan dan minimnya angka komplikasi
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
VAGINAL TOUCHER
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 1 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMPengertian Suatu tindakan pemeriksaan dalam (vagina) untuk menentukan diagnosa
lebih lanjut.
Tujuan Diagnostik
Deskripsi tentang klien
1. Inpartu
2. Perdarahan terus-menerus/ sedikit-sedikit pervaginam
Ruang lingkup 1. Inpartu
2. Abortus, KET
3. Ca cervix, kista ovarium, myoma uteri 4. Dugaan CPD
Referensi Obstetric dan ginekologi FKUI
Prosedur PERSIAPAN 10.Sarung tangan 11.Bengkok 12.Alat tulis 13.Kapas savlon PELAKSANAAN
1. Penderita diberi informasi tentang tindakan tersebut 2. Mengatur posisi tidur, lithotomi
3. Pakai sarung tangan steril
4. Tangan kiri membuka vulva dengan kapas savlon dan tangan kanan membersihkan vulva dengan kapas disinfektan
KRAKSAAN
RSAB SITI FATIMAH KRAKSAAN
VAGINAL TOUCHER
No. Dokumen No. Revisi 0 Halaman 2 / 2
S P O
Tanggal Terbit Direktur dr. H. Hariyadi Santosa, MMProsedur 5. Melakukan pemeriksaan dalam
6. Atur posisi penderita kembali 7. Catat hasil pemeriksaan Indikator
pencapaian
Untuk mengetahui keadaan jalan lahir KRAKSAAN