• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Posyandu Lansia di Kecamatan Kupitan Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Posyandu Lansia di Kecamatan Kupitan Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Tesa Engla Jayanti

131101101

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)
(4)

NIM : 131101101

Judul Penelitian : Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Posyandu Lansia di Kecamatan Kupitan

Telah memenuhi persyaratan penyusunan skripsi penelitian sesuai dengan Pedoman Penulisan Skripsi Penelitian Mahasiswa S1 Keperawatan USU tahun 2014 dan dapat melaksanakan ujian siding skripsi.

Medan, 21 juli 2017 Pembimbing Penelitian

(Iwan Rusdi, S.Kp, MNS) NIP.19309092000031001

(5)

ini dengan judul “Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Posyandu Lansia di Kecamatan Kupitan” untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan. Selanjutnya melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB sebagai Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kep.,Ns, M.Kep., Sp.Mat sebagai Wakil Dekan III Fakultas Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp.,MNS sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan pengetahuan, masukan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(6)

7. Ibu Evi Karota, S.Kp, MNS sebagai Penguji Skripsi yang telah memberikan masukan, motivasi dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Diah Arruum, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

9. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Ayahanda Kasmajaya dan Ibunda Yasmi Yanti yang senantiasa dengan penuh cinta kasih memberikan dukungan baik doa, moril, maupun materil demi kelancaran penyelesaian skripsi ini.

10. Seluruh Staf Dosen dan Pegawai Administrasi pada Program Studi S-1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

11. Teruntuk sahabat terkasih yang telah memberikan dukungan dan bantuannya kapada penulis.

12. Kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis.

Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan Ilmu Pengetahuan

(7)

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Medan, Juli 2017 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul ... i Pernyataan Persetujuan ... ii Prakata……….. iii Daftar Isi ... iv Daftar tabel ... vi Daftar Skema ... vi

Daftar Lampiran……….. vii

Abstrak ………... viii BAB 1 Pendahuluan ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 5 BAB 2 Tinjauan Pustaka ... 7

2.1 Konsep Pengetahuan ... 7

2.1.1 Defenisi Pengetahuan ... 7

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif ... 8

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 9

2.2 Konsep Keluarga ... 10

2.2.1 Defenisi Keluarga ... 10

2.2.2 Fungsi Keluarga ... 12

2.2.3 Tugas Kesehatan Keluarga ... 13

2.2.4 Peran Anggota Keluarga Terhadap Lansia……… 14

2.2.5 Alasan Lansia perlu di rawat di lingkungan Keluarga ... 15

2.3 Lansia ... 16

2.3.1 Defenisi Lansia ... 16

2.3.2 Batasan Umur Lanjut Usia………. 17

2.3.3 Klasifikasi Lanjut Usia ... 18

2.3.4 Karakteristik Lanjut Usia ... 19

2.3.5 Tipe Lansia………. 19

2.4 Posyandu Lansia ... 20

2.4.1 Definisi Posyandu Lansia ... 20

2.4.2 Tujuan Posyandu Lansia ... 21

2.4.3 Sasaran Posyandu Lansia ... 21

2.4.4 Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia ... 22

2.4.5 Mekanisme Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia ... 23

2.4.6 Penyelenggaraan Posyandu Lansia ... 23

(9)

2.4.8 Peran Serta Lanjut Usia ... 25

BAB 3 Kerangka Penelitian ... 26

3.1 Kerangka Konseptual ... 26

3.2 Defenisi Operasional ... 27

BAB 4 Metodologi Penelitian ... 29

4.1 Desain Penelitian ... 29

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 4.2.1 Populasi ... 29

4.2.2 Sampel ... 29

4.2.3 Teknik Sampling ... 30

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4.3.1 Lokasi Penelitian ... 30

4.3.2 Waktu Penelitian ... 30

4.4 Pertimbangan Etik ... 31

4.5 Instrumen Penelitian... 31

4.6 Validitas dan Reliabilitas ... 4.6.1 Validitas ... 33

4.6.2 Reliabilitas ... 33

4.7 Pengumpulan Data ... 34

4.8 Analisa Data ... 35

Bab 5. Hasil penelitian dan pembahasan ... ….. 36

5.1 Hasil penelitian ... …. 36

5.1.1 Karakteristik responden ... … 36

5.1.2 Pengetahuan Keluarga Tentang Posyandu Lansia di Kecamatan Kupitan ... …. 39

Pembahasan ... ... 39

Bab 6. Kesimpulan dan saran 6.1 Kesimpulan ... …. 44

6.2 Saran ... …. 44

Daftar pustaka ... … ... … 46

(10)

DAFTAR SKEMA

Skema Judul Halaman

Skema 3.1 Kerangka Konsep... 29

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1. Jadwal tentatif penelitian Lampiran 2. Lembar penjelasan Lampiran 3. Inform Consent

Lampiran 4. Kuesioner Data Demografi Lampiran 5. Kuesioner Interaksi Sosial Lampiran 6. Taksasi Dana

Lampiran 7. Uji Validitas Lampiran 8. Hasil Uji Reabilitas Lampiran 9. Hasil Pengolahan Data

Lampiran 10. Lembar Persetujuan Validitas Lampiran 11. Surat Etik Penelitian

Lampiran 12. Surat Izin Reliabilitas Lampiran 13. Surat Izin Penelitian Lampiran 14. Surat Selesai Penelitian Lampiran 15. Riwayat Hidup

(12)

Judul : Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Posyandu Lansia di Kecamatan Kupitan

Nama mahasiswa : Tesa Engla Jayanti

NIM : 131101101

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2017

ABSTRAK

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan terbentuknya perubahan yang dimiliki seseorang untuk membentuk perubahan perilaku yang diharapkan. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif.

Sampel diambil secara purpossivesampling dengan responden 87 orang keluarga yang

mempunyai lansia. Kemudian pengambilan data melalui kuisioner yang diolah dalam bentuk tabulasi. Berdasarkan hasil pengambilan data gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia di Kecamatan Kupitan didapatkan gambaran pengetahuan yang terbanyak adalah gambaran pengetahuan keluarga baik yaitu sebesar 49 orang (56,3%). Gambaran pengetahuan baik disebabkan karena kebanyakan keluarga lansia sudah mendapatkan informasi tentang posyandu lansia dan pelayanan yang diberikan oleh kader dan petugas posyandu lansia sangat baik dan pengalaman keluarga selama mendampingi lansia mengikuti posyandu lansia.

(13)
(14)

Menurut WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraaan lanjut usia menyebutkan bahwa umur 60 tahun keatas adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).

Posyandu adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang didirikan di desa-desa kecil yang tidak terjangkau oleh rumah sakit atau klinik (Suyase, 2007). Salah satu posyandu yang menjadi program di puskesmas adalah posyandu lansia. Posyandu lansia adalah memberdayakan kelompok lansia sehingga mereka mampu untuk menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya serta dapat menyumbangkan tenaga dan kemampuannya untuk kepentingan keluarga dan masyarakat (Suyase, 2007).

Posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lansia di tingkat desa / kelurahan dalam masing-masing di wilayah kerja puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan pada pelayanan yang datang di latar belakangi oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat terutama lansia (Departemen Kesehatan 2010).

(15)

Kegiatan-kegiatan dalam posyandu lansia akan dikembangkan lebih bersifat mempertahankan derajat kesehatan, meningkatkan daya ingat, meningkatkan rasa percaya diri dan kebugaran lansia (Ismuningrum, 2007).

Dengan berbagai permasalahan yang kompleks bagi lanjut usia membuat mereka memerlukan perhatian ekstra dari orang-orang sekelilingnya. Keluarga sebagai orang terdekat mempunyai peran penting untuk mendukung kesejahteraan hidup lanjut usia. Peran dan keterlibatan keluarga saat pelaksanaan kegiatan di Posyandu lansia sangat erat kaitannya dengan berbagai faktor diantaranya adalah pengetahuan. Dalam hal ini yang keluarga lakukan pertama kali yaitu meningkatkan pengetahuan dan motivasi (Notoatmodjo, 2003). Apabila pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia baik maka keluarga akan mendukung lansia untuk ikut serta dalam posyandu lansia, yaitu keluarga bersedia untuk menunggu lansia dalam pemeriksaan fisik, keluarga dapat mengingatkan lansia untuk pergi ke posyandu lansia, dan keluarga bersedia mendampingi lansia ke posyandu lansia sehingga derajat kesehatan lansia akan meningkat tetapi jika pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia kurang mengakibatkan lansia tidak akan mengontrol kesehatan di posyandu lansia, lansia tidak akan menjaga kesehatannya yang membuat kesehatan lansia menurun, lansia menjadi sakit dan perlu pengobatan,sehingga dari segi ekonomi keluarga harus mengeluarkan dana untuk pengobatan lansia tersebut (Astuti, 2005). Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, dan

(16)

berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia (Suyase, 2007). Untuk itu diperlukan pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia.

Pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia yang kurang dapat ditingkatkan dengan upaya melakukan penyuluhan mengenai posyandu lansia, manfaat posyandu lansia dan kegiatan kegiatan yang dilakukan di posyandu lansia oleh tenaga kesehatan kepada keluarga (Nurkusuma, 2005).

Di Sumatera barat, Kabupaten Sijunjung Kecamatan Kupitan didapatkan data jumlah lansia sebanyak 2.282 jiwa. Dengan jumlah posyandu sebanyak 7 posyandu di wilayah kerja Puskesmas kupitan. Dari survey awal yang diperoleh peneliti dengan wawancara dengan petugas kesehatan yang bertugas diposyandu pada tanggal 25 oktober 2016 terdapat 8 lansia yang berkunjung ke posyandu diwilayah kerja Puskesmas kupitan diantaranya mengeluhkan sakitnya seperti rematik, hipertensi, sulit tidur pada malam hari, rasa kesepian yang mana anak-anak yang meninggalkan rumah untuk bekerja, anak-anak yang telah dewasa dan membentuk keluarga sendiri,serta keluhan tidak bisa mengunjungi posyandu dengan rutin akibat keterbatasan aktifitas karena pengaruh kelemahan fisiknya. Data yang di peroleh dari 8 lansia yang berkunjung ke posyandu lansia,6 diantaranya mengatakan bahwa sering lupa dengan jadwal kegiatan di posyandu,keluarga tidak pernah mengingatkan tentang jadwal kegiatan di posyandu dan keluarga tidak pernah menanyakan kepada lansia tentang kedatangan di posyandu lansia,dan keluarga tidak pernah ikutserta mengantarkan atau menemani lansia ke posyandu, 2 diantara lainnya mengatakan

(17)

bahwa keluarga selalu mengingatkan jadwal kegiatan ke posyandu,dan juga ikut serta dalam menemani dan mengantar lansia ke posyandu lansia.

Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan Ethyca Sari tahun 2012 saat melakukan wawancara pada lima orang keluarga yang memiliki lansia tentang posyandu lansia, hanya satu orang saja yang mengetahui tentang posyandu lansia, manfaat posyandu lansia, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukaan pada saat posyandu lansia. Sedangkan empat orang lainnya tidak mengetahui tentang posyandu lansia, manfaat posyandu lansia, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di posyandu lansia. Mereka mengatakan di posyandu lansia hanya diukur tekanan darahnya dan ditimbang saja. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak keluarga yang belum tahu tentang posyandu lansia.

Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui “bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas padang sibusuk kecamatan kupitan,sumatera barat.”

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka latar belakang rumusan permasalahan ini adalah ”Bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Padang Sibusuk?”.

3 . Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Padang sibusuk?

(18)

4 .Tujuan Penelitian

4.1. Tujuan Umum

4.1.1. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia

4.2. Tujuan khusus

4.2.1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga terhadap posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Padang sibusuk

5. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi ,antara lain : 5.1. Bagi Praktik Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan perawat gerontik dalam praktek keperawatan untuk dapat membantu meningkatkan pengetahuan keluarga lansia tentang posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Padang sibusuk kecamatan kupitan

5.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi informasi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama pada bagian keperawatan gerontik yang berkaitan dengan pengetahuan keluarga lansia yang berkunjung ke posyandu wilayah kerja Pukesmas Padang sibusuk.

(19)

5.3. Bagi Keluarga dan Masyarakat

Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat yang ada di posyandu wilayah kerja puskesmas Padang sibusuk dan dapat meningkatkan kinerja dari keluarga tersebut untuk lebih rajin dan memperhatikan lansia di wilayah kerja Puskesmas Padang sibusuk.

(20)

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari pemenuhan rasa ingin tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok, dkk, 2007)

Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu membenarkan (justifies) kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi ini, pengetahuan merupakan konstruksi darikenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan atau ditiru. Penciptaaan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem kepercayaan (belief sistems) dimana perasaan atau sistem kepercayaan itu bisa tidak disadari .

(21)

2.1.2. Tingkatan Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang dicapai di dalam domain kognitif mempunyai 5 tingkatan yakni:

a. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat yang paling rendah. Kata kerja bahwa untuk mengukur orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Comprehension (memahami), Diartikan sebagai sesuatu untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obejek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, memperkirakan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil atau sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut

(22)

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis tersebut dapat dilihat dari penggunaan kata kerja.

e. Sintesis, menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada. Dan evaluasi, berkaitan dengan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-peniaian itu berdasarkan suatu kriteria tersendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Soekidjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penilaian atau responden. Kedalaman pengetahuan orangtua yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan penyelidikan epidemiologinya. Angka-angka kesakitan maupun kematian hamper semua keadaan menunjukkanhubungan dengan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur di laporkan tetap, apakah panjangnya interval didalam pengelompokkan cukup atau tidak.

(23)

b. Pendidikan

Mendidik atau pendidik adalah dua hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa mendidik adalah kata kerja, pendidik kata benda. Kalau kita mendidik berarti kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan, kegiatan mendidik menunjukkan adanya yang mendidik disuatu pihak yang dididik adalah suatu kegiatan yang mengandung antara dua manusia atau lebih.

c. Pengalaman

Pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang didapat sebelumnya. Nanda (2005) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang terkait dengan kurang pengetahuan (deficient knowledge) terdiri dari: kurang terpapar informasi, kurang daya ingat/hapalan, salah menafsirkan informasi, keterbatasan kognitif, kurang minat untuk belajar dan tidak familiar terhadap sumber informasi (Nanda, 2005).

2.2 Keluarga

2.2.1. Definisi keluarga

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO, 1962 dikutip dari Mubarak,2006). Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 disebutkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat, yang terdiri dari suami, istri dan anak atau ayah, ibu, anak. Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang maing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu,

(24)

adik, kakak, kakek, dan nenek (Reisner, 2006). Duvall dan Logan (1986 dalam Setyowati, 2008) juga menguraikan definisi keluarga yaitu sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta social dari tiap anggota keluarga.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta social dari tiap anggota keluarga.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah : (1). terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi (2). anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain (3). anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik (4). mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan social anggota.

Keluarga merupakan suatu sistem yang mempunyai anggota yaitu: ayah, ibu, dan anak atau semua individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut. Sebagai suatu sistem, keluarga merupakan sistem terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu lingkungan atau masyarakat atau sebaliknya. Oleh karena itu

(25)

betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat secara biologi, psikologi, social dan spiritual.

2.2.2 Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Marilyn M. Friedman (1998 dalam Setyowati, 2008) yaitu:

1. Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Setiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan memiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih sayang. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan berhubungan dalam keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi

Fungsi ini adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meniggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.

3. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit

(26)

terkontrol. fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah, dan lain-lain. 5. Fungsi pemeliharaan kesehatan

Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Pengetahuan keluarga juga tentang sehat-sakit juga mempengaruhi perilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

2.2.3 Tugas kesehatan keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya (1998 dalam Efendi dan Makhfudli, 2009) adalah sebagai berikut:

1. Mengenal masalah kesehatan

Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggota keluarga merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi kekuatan sumber daya keluarga. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta masalah

(27)

kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab dan yang mempengaruhi, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

Keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, dan membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit terdekat atau pos pelayanan kesehatan terdekat.

3. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal antara lain keadaaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi dan perawatannya), sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap keluarga terhadap penyakit.

4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat

Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

(28)

2.2.4 Peran keluarga dalam perawatan lansia

Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perananya terhadap lansia, yaitu melakukan pembicaraan terarah, mempertahankan kehangatan keluarga, membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia, membantu dalam hal transportasi, membantu memenuhi sumber-sumber keuangan, memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu, memperhatikan lansia, jangan menganggapnya sebagai beban, memberikan kesempatan untuk tinggal bersama, mintalah nasihatnya dalam peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam acara-acara keluarga, membantu mencukupi kebutuhannya, memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah termasuk pengembangan hobi, membantu mengatur keuangan, mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan mereka termasuk rekreasi, memeriksakan kesehatan secara teratur, memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat, mencegah terjadinya kecelakaan, baik di dalam maupun di luar rumah, pemeliharaan kesehatan usia lanjut adalah tanggung jawab bersama, dan member perhatian yang baik terhadap orangtua yang sudah lanjut (Maryam, Ekasari,

Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).

2.2.5 Alasan lansia perlu dirawat di lingkungan keluarga a) Keluarga merupakan unit pelayanan keperawatan dasar

(29)

b) Tempat tinggal bersama keluarga merupakan lingkungan yang alamiah dan damai bagi lansia , jika keluarga tersebut bisa menciptakan hubungan yang harmonis.

c) Kesejahteraan dan kemampuan keluarga untuk menentukan pilihan merupakan prinsip-prinsip untuk mengarah kepada pengmbilan keputusan.

d) Pengambilan keputusan yang terkait dengan kesehatan keluarga adalah proses aktif yang merupakan kesepakatan antara keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan. e) Perawat kesehatan masyarakat memberikan pelayanan kesehatan utama kepada keluarga untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.

f) Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier dilakukan apabila perawatan kesehatan dilakukan oleh kelurga dengan bimbingn tenaga kesehatan.

g) Proses keperawatan dapat memfasilitasi pengambilan keputusan yang terkait dengan kesehatan.

h) Kontrak keluarga dan perawat dalam pelayanan keerawatan merupakan cara yang efektif intuk mencapai tujuan.

i) Konseling dan pendidikan kesehatan merupakan cara untuk mengarahkan interaksi keluarga dan perawat.

j) Pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah oleh keluarga atau lansia, dengan perawat ahli pemberi pelayanan, konselor, pendidik, pengelola, fasilitator, dan koordinator pelayanan kepada lansia (Mubarak, 2009).

(30)

2.3. Lansia

2.3.1. Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).

Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakantahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia) dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).

(31)

2.3.2. Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old)

ialah di atas 90 tahun.

c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia. d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009) .

2.3.3. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau

(32)

lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. 2.3.4. Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk, 2008).

2.3.5. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak

(33)

d. Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh. Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independen (ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

2.4. Posyandu Lansia

2.4.1. Defenisi Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dengan menitikberatkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif. Pemberdayaan masyarakat dalam menumbuhkembangkan posyandu lansia merupakan upaya fasilitas agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya

(34)

pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi kebutuhan setempat (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2007) Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembentukan posyandu lansia, misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang telah ada seperti kelompok arisan lansia, kelompok pengajian, kelompok jemat gereja, kelompok senam lansia dan lain-lain (Depkes RI,2004). Selain itu posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal.

2.4.2. Tujuan

Menurut Ismawati (2010) Tujuan pembentukan posyandu lansia ini adalah: 1. Tujuan Umum :

a. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat,untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga. b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat lanjut.

2. Tujuan Khusus :

a. Meningkatkan kesadaran pada lansia b. Membina kesehatan dirinya sendiri

(35)

d. Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia 2.4.3. Sasaran posyandu lansia

Sasaran posyandu lansia, terbagi 2 yaitu (1). Sasaran langsung, yang meliputi pralanjut usia ( 45 – 59 tahun), usia lanjut (60 tahun keatas), usia lanjut resiko tinggi (70 tahun keatas), (2). Sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat dilingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang peduli terhadapa pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas kesehatan yang melayani kesehat usia lanjut, petugas lain yang menangani kelompok usia lanjut dan masyarakat luas (Ismawati, 2010).

2.4.4. Pelayanan kesehatan di posyandu lansia

Pelayanan kesehatan di posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional.Kartu Menuju Sehat ( KMS ),lansia sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) lansia atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan dipuskesmas.

Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia di posyandu adalah sebagai berikut: Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (Activity of daily living), Pemeriksaan status mental, Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh (IMT), pengukuran pengukuran tekanan darah denganmenggunakan tensimeter dan steteskop serta perhitungan denyut nadi, pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli

(36)

atau cuprisulfat, Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus), pemeriksaan adanya zat putih telur (protein)dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal, rujukan ke puskesmas bilamana ada keluarga dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 sampai 7, penyuluhan bias dilakukan didalam maupun diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan, pemberikan makanan tambahan (PMT), kegiatan olahraga seperti senam lansia, gerak jalan, program kunjungan lansia ini minimal dapat dilakukan 1 (satu) bulan sekali atau sesuai dengan program pelayanan kesehatan puskesmas setempat (Ismawati, 2010).

2.4.5. Mekanisme pelayanan posyandu lansia

Mekanisme pelayanan posyandu lansia tentu saja berbeda dengan posyandu balita pada umumnya mekanisme pelayanan ini tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah penyelenggara ada yang menyelenggarakan posyandu lansia ini dengan system 5 meja seperti posyandu balita, ada pula yang hanya 3 meja yaitu :

1. Meja pertama : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan

2. Meja kedua : melakukan berat badan, tinggi badan dan index massa tubuh (IMT) ; juga pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus

3. Meja ketiga : melakukan kegiatan konseling atau penyuluhan, dapat juga dilakukan pelayanan pojok gizi (Ismawati, 2010)

(37)

2.4.6. Penyelenggaraan Posyandu Lansia

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap lansia, mekanisme penyelenggaraan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut : Tahap pertama yaitu pendaftaran anggota posyandu lansia sebelum pelaksanaan pelayanan. Tahap kedua yaitu pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Tahap ketiga yaitu pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental. Tahap keempat yaitu pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana). Tahap kelima yaitu pemberian penyuluhan dan konseling (Depkes RI, 2003).

a. Waktu Penyelengaraan

Penyelenggaraan posyandu lansia pada hakikatnya dilaksanakan dalam 1 (satu) bulan kegiatan, baik pada hari buka posyandu maupun di luar hari buka posyandu sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih, sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan (Depkes Provinsi Sumatera Utara,2007).

b. Tempat Penyelengaraan

Tempat penyelengaran kegiatan posyandu lansia sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelengaraan tersebut dapat di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran atau tempat khusus yang

(38)

dibangun secara swadaya oleh masyarakat yang dapat disebut dengan nama “Wisma Posyandu” atau sebutan lainnya (Depkes Provinsi Sumatera Utara,2007).

2.4.7. Sarana dan Prasarana

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan posyandu lansia, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang antara lain :

a. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka) b. Meja dan kursi

c. Alat tulis

d. Buku pencatat kegiatan (buku register bantu)

e. Kit lansia, yang berisi : timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer.

f. KMS (kartu menuju sehat) lansia.

g. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) lansia (Depkes RI, 2003 ). 2.4.8. Peran serta lansia

Para lansia diharapkan dapat bersama-sama mewujudkan kesehatan dengan cara: berperan akti dalam kegiatan penyuluhan, olah raga secara teratur sesuai kemampuan, mejalani pemeriksaan kesehatan secara berkala, menjalani pengobatan, meningkatkan upaya kemandirian dan pemenuhan kebutuhan pribadi ( Ismawati, 2010).

(39)

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pengetahuan keluarga tentang pentingnya Posyandu Lansia di wilayah kerja puskesmas padang sibusuk kecamatan kupitan. Tujuan dari posyandu lansia yaitu meningkatkan derajat kesehatan lansia, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, meningkatkan komunikasi antara masyarakat lansia. Jika tujuan dari posyandu lansia tersebut dapat dirasakan oleh lansia maka kehidupan lansia yang akan datang akan berdampak positif terhadap lansia tersebut.

Skema 3.1 Kerangka penelitian pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas padang sibusuk kecamatan kupitan.

3.2. Defenisi operasional

Posyandu Lansia : 1. Defenisi

2. Tujuan & sasaran posyandu lansia.

3. Jenis- jenis pelayanan di posyandu lansia

4. Mekanisme pelayanan dan penyelenggaraan di posyandu lansia

5. Sarana dan prasarana Pengetahuan Keluarga

(40)

No. Pengetahuan keluarga

Defenisi Operasional

Alat Ukur Hasil ukur skala

1 Pengertian Pengetahuan Merupakan merupakan hasil dari pemenuhan rasa ingin tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, Kuesioner dengan 20 pertanyaan terkait 5 komponen posyandu lansia: a.pengertian b.tujuan dan sasaran c.jenis jenis pelayanan kesehatan d.mekanisme pelayanan e.sarana dan prasarana 14-20 : Baik 7-13 : Cukup 0-6 : Kurang Ordinal

(41)

penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(42)

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas padang sibusuk kecamatan kupitan.

4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai lansia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Padang Sibusuk Kecamatan Kupitan dengan jumlah lansia 582 orang dari 4 posyandu yang ada dalam wilayah kerja puskesmas padang sibusuk, jadi keluarga yang menjadi populasi pada penelitian ini sebanyak 582 keluarga.

4.2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian julmah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).

Berdasarkan jumlah populasi yang ada pada penelitian ini yaitu lebih dari 100 orang maka peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Arikunto tahun 2010 yaitu jika populasi lebih dari 100 orang maka dapat diambil 10-20% dari jumlah populasi tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu,tenaga,dan dana. Berdasarkan hal tersebut,peneliti menetapkan jumlah responden 15% dari

(43)

jumlah populasi. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 87 orang.

4.2.3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode teknik pengambilan

Purposive Sampling, merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya yaitu keluarga yang mempunyai lansia. Adapun kriteria inklusif responden dalam penelitian ini adalah Anggota keluarga dari lansia yang dibina di posyandu lansia (keluarga inti dari lansia), ber usia 17 tahun sampai dengan 45 tahun, dapat membaca dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan bersedia menjadi responden.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas padang sibusuk kecamatan kupitan.

4.3.2. Waktu Penelitian

(44)

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari Fakultas Keperawatan selanjutnya mengirim surat permohonan untuk mendapatkan ijin dari pihak Kepala wilayah kerja puskesmas padang sibusuk kecamatan kupitan, Setelah mendapatkan persetujuan barulah melakukan penelitian.

Dalam pengumpulan data ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan pertimbangan etik, yaitu peneliti terlebih dahulu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Kemudian peneliti menyerahkan langsung lembar persetujuan penelitian kepada responden. Responden yang bersedia terlebih dahulu menandatangani lembaran persetujuan. Responden yang tidak bersedia berhak untuk menolak dan mengundurkan. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent, tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden agar responden mengerti untuk mengisinya. Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasian informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2009) 4.5. Instrumen Penelitian

(45)

yaitu: (1) data demografi responden (keluarga lansia) yang meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan penghasilan, (2) kuesioner tentang Pengetahuan keluarga Lansia Tentang Posyandu Lansia

4.5.1. Kuesioner Data Demografi

Instrumen penelitian ini berisi pertanyaan tentang umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan penghasilan.

4.5.2. Kuesioner Pengetahuan keluarga lansia tentang Posyandu Lansia

Bentuk kuesioner Pengetahuan keluarga lansia tentang posyandu lansia berupa dari beberapa komponen. Adapun pertanyaan tentang pengertian posyandu lansia terdiri dari 3 pertanyaan yaitu nomor 1,2, dan 3. Pada komponen tujuan dan sasaran posyandu lansia terdiri dari 2 pertanyaan yaitu nomor 4 dan 5. Pada komponen jenis-jenis pelayanan kesehatan posyandu lansia terdiri dari 5 pertanyaan yaitu nomor 6,7,8,9, dan 10. Pada komponen mekanisme posyandu lansia terdiri dari 3 pertanyaan yaitu 11,12, dan 13. Pada komponen penyelenggaraan posyandu lansia terdiri dari 3 pertanyaan yaitu 14,15, dan 16. Pada komponen sarana dan prasarana terdiri dari 4 pertanyaan yaitu 17,18,19, dan 20. Jumlah pernyataan yang ada pada kuesioner yaitu sebanyak 20 pertanyaan. Untuk menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap komponen dengan menggunakan skala guttman, yaitu skor tertinggi adalah Benar = 1 dan Salah = 0. Kuisioner terdiri dari 20 pernyataan dengan total skor tertinggi 20 dan terendah adalah 0. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baiklah Pengetahuan keluarga terhadap posyandu lansia.

(46)

Berdasarkan rumus statistika :

P = Skor tertinggi – Skor terendah

Banyak kelas

Berdasarkan rumus diatas maka Pengetahuan keluarga tentang pentingnya posyandu lansia dengan rentang 20 dan banyak kelas 3 maka dinyatakan P = 7. Untuk Pengetahuan baik keberhasilan menjawab pernyataan baik 14 – 20, Pengetahuan cukup 7 – 13 dan Pengetahuan kurang 0 – 6

4.6. Validitas dan Realibilitas Instrumen 4.6.1. Validitas

Prinsip validitas bertujuan untuk memenuhi kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,2012). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Kuisioner gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia akan dilakukan uji validitas yang sesuai dengan tinjauan pustaka. Uji validitas dilakukan oleh ibu Siti Zahara Nasution,S.Kp,MNS selaku dosen dari fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Nilai validitas pada kuisioner gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia bernilai 0,8, maka dikatakan bahwa kuisioner ini telah valid.

4.6.2. Realibilitas

Uji realibilitas ini dilakukan pada 10 responden diluar sampel di wilayah kerja puskesmas padang sibusuk kecamatan kupitan yaitu posyandu Muaro Kelaban. Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen

(47)

sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang akan di ukur. Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan, nilai reliabilitas kuesioner Gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia di Kecamatan Kupitan adalah 0,95 , ini dikatakan reliable karena nilai reliabilitasnya > 0,7.

4.7. Pengumpulan data

Pada tahap awal peneliti mengajukan surat permohonan ijin pelaksanaan penelitian pada institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian mengajukan surat permohonan ijin pelaksanaan penelitian kepada Pemerintahan setempat dan puskesmas yang ada disekitar lokasi penelitian, setelah mendapat izin, kemudian mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian serta prosedur penelitian berdasarkan data lansia yang diperoleh dari kelurahan dan puskesmas kemudian bekerja sama dengan kader posyandu lansia untuk mengunjungi lansia, bila lansia bersedia menjadi responden, maka dipersilahkan menandatangani lembaran persetujuan (informed

concent) untuk menjadi responden, dan menjelaskan kepada responden tentang cara

pengisian kuesioner, serta mencatat jawaban responden dan data dikumpulkan bersama kuesioner dari responden lain.

4.8. Analisa data

Setelah semua data terkumpul, kemudian peneliti akan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Dilanjutkan dengan analisa data melalui beberapa tahap

(48)

yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data bertujuan memastikan bahwa semua lambar kuesioner sudah lengkap baik jumlah ataupun isinya, diantaranya kelengkapan isian dilakukan ditempat pengumpulan data, kuesioner yang telah diperiksa apabila terdapat ketidaksesuaian dapat segera dilengkapi, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti melakukan tabulasi dan analisa data,tahap pemberian kode meliputi kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan dari hasil isian formulir yang diserahkan kepada responden. Serta memasukkan entry data,

entry data merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer dengan

pengolahan data SPSS. Kemudian pada tahap cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Pada tahap terakhir yaitu tabulating data merupakan proses mengklasifikasikan data menurut kriteria tertentu tabulasi data ini bertujuan untuk mempermudah dalam proses uji hipotesis. Hasil analisa data baik data demografi dan data pengetahuan keluarga tentang pentingnya posyandu lansia akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Dalam penelitian ini masih banyak terdapat pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia yang tergolong pengetahuan kurang yaitu sebanyak 16 responden (18,4%). Hal ini disebabkan karena masih terdapat beberapa dari responden yang mempunyai latar belakang pendidikan

(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Posyandu Lansia Di Kecamatan Kupitan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2017 di Wilayah kerja Posyandu Kecamatan Kupitan dengan jumlah responden sebanyak 87 responden.

Hasil penelitian ini dibagi atas 2 bagian yaitu karakteristik responden dan Pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia di Kecamatan Kupitan.

5.1.1. Karakteristik responden

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil tentang karakteristik responden berdasarkan usia responden yaitu sebanyak 6,9 % (6 orang) berusia 17-26 tahun, 44,8% (39 orang) berusia 27-36 tahun, dan 48,3% (42 orang) berusia 37-45 tahun, berdasarkan jenis kelamin mayoritas adalah wanita yaitu sebanyak 70 orang (80,5%), dan pria sebanyak 17 orang (19,5%), berdasarkan suku, suku padang sebanyak 87 orang (100%), berdasarkan agama mayoritas yaitu agama Islam sebanyak 87 orang (100%), berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden tamatan SMU sebanyak 60 orang (69%), sebanyak 16 orang tamatan perguruan tinggi (18,4%), tamatan SMP sebanyak 8 orang (9,2%), dan sebanyak 3 orang (3,4%) tamatan SD, berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebagai lain-lain (ibu rumah tangga) sebanyak 39 orang (44,8%), bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 32 orang (36,8%), bekerja sebagai PNS/POLRI/TNI sebanyak 9 orang (10,3%), dan bekerja

(50)

sebagai petani sebanyak 7 orang (8%), berdasarkan penghasilan sebagian besar responden berpenghasilan >Rp 500.000 yaitu sebanyak 33 orang (37,9%), responden yang berpenghasilan >Rp 1.000.000 sebanyak 29 orang (33,3%), dan responden yang berpenghasilan Rp 500.000- Rp 900.000 sebanyak 25 orang (28,7%). Hasil penelitian tentang karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik responden di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Kupitan, n=87 orang

Karakteristik Frekwensi Persentase

Umur 17-26 thn 6 6,9% 27-36 thn 39 44,8% 37-45 thn 42 48,3% Jenis kelamin Pria 17 19,5% Wanita 70 80,5% Suku Padang 87 100% Agama Islam 87 100% Pendidikan Terakhir

(51)

SD 3 3,4% SMP 8 9,2% SMU 60 69,0% Perguruan tinggi 16 18,4% Pekerjaan PNS/TNI/POLRI 9 10,3% Petani 7 8,0% Wiraswasta 32 36,8% DLL 39 44,8% Penghasilan/ bulan >Rp 1.000.000 29 33,3% Rp 500.000- Rp 900.000 25 28,7% <Rp 500.000 33 37,9%

5.1.2. Pengetahuan Keluarga Tentang Posyandu Lansia Di Kecamatan Kupitan Pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia di Kecamatan Kupitan dilihat dari jawaban responden terhadap kuesioner Pengetahuan Keluarga tentang posyandu lansia terdiri dari 6 komponen yaitu pengertian posyandu lansia, tujuan dan sasaran posyandu lansia, jenis-jenis pelayanan kesehatan posyandu lansia, mekanisme pelayanan kesehatan di posyandu lansia, penyelenggaraan posyandu lansia, sarana dan prasarana.

Hasil penelitian yang didapat dari 87 orang keluarga dari lansia menunjukkan bahwa keluarga lansia mempunyai pengetahuan baik tentang posyandu lansia yaitu sebanyak 49 orang (56,3%), keluarga lansia yang mempunyai pengetahuan cukup

(52)

yaitu sebanyak 22 orang (25,3%), dan keluarga lansia yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu sebanyak 16 orang (18,4%).

Tabel 5.2 Distribusi frekwensi dan persentase pengetahuan responden tentang posyandu lansia di Kecamatan Kupitan, n= 87 orang

Pengetahuan responden frekwensi persentase

Kurang 16 18,4%

Cukup 22 25,3%

Baik 49 56,3%

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia di Kecamatan Kupitan didapatkan gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia terbanyak adalah pengetahuan baik yaitu sebesar 49 orang (56,3%) dan pengetahuan cukup 22 orang (25,3%), sedangkan keluarga yang berpengetahuan kurang hanya 16 orang (18,4%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ethyca sari 2012 di puskesmas pembantu gunung sari Surabaya yang menyatakan bahwa gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia di Puskesmas Pembantu Gunung Sari Surabaya didapatkan gambaran pengetahuan responden paling banyak adalah tingkat pengetahuan kurang yaitu sebesar 15 orang (37,5%) yang diambil dari 40 orang sampel.

(53)

Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah usia, pendidikan, sosial ekonomi, pekerjaan, lingkungan dan pengalaman. Dalam hal ini lebih banyak responden yang berpengetahuan baik karena keluarga lansia yang sebagian besar latar belakang pendidikannya tamatan SMU 60 orang (69%) dan perguruan tinggi 16 orang (18,4%), dan hanya sedikit yang latar belakang pendidikannya tamatan SD maupun SMP, Menurut Kuncoroningrat (1997) mengatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Dari hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan responden lebih banyak SMU, Pengetahuan tentang posyandu lansia lebih banyak kategori baik hal ini dapat dikarenakan banyaknya responden yang berpendidikan SMU dan Perguruan tinggi, dan masih ada responden yang berpengetahuan kurang dikarenakan masih terdapat responden keluarga dari lansia yang berpendidikan tamatan SD maupun SMP.

Berdasarkan dari hasil penelitian pada tabel tersebut menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Kupitan sebagian besar adalah perempuan yang berjumlah 70 orang (80,5%). Menurut Robbins (1996 : 80) dari beberapa studi psikologis yang dilakukan menunjukkan bahwa wanita lebih bersedia mematuhi otoritas sedangkan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinan memiliki pengharapan sukses. Dalam hal ini sebagian besar responden adalah

(54)

perempuan dimana perempuan cenderung lebih disibukkan dalam urusan rumah tangga sehingga mereka memprioritaskan hal-hal dalam rumah tangganya terutama pada keluarga, sehingga upaya untuk mencari informasi tentang posyandu lansia menjadi prioritas sebagian dari mereka, mereka beranggapan supaya keluarga lansia mereka sehat mereka perlu untuk mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan lansia termasuk tentang posyandu Lansia, mereka menyadari bahwa informasi tersebut sangat menguntungkan bagi lansianya.

Berdasarkan dari hasil penelitian pada tabel menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur di Kecamatan Kupitan lebih banyak berumur 37-45 tahun yaitu sejumlah 42 orang (48,3%). Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa semakin cukup tingkat kematangan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja, semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin dapat menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi artinya semakin banyak informasi yang didapatkan serta semakin banyak hal yang dikerjakan. Dari hasil penelitian didapatkan responden lebih banyak berumur 37-45 tahun. Pada umur tersebut dikatakan seseorang pada masa usia dewasa madya, dimana seseorang dapat befikir secara matang. Jadi mereka lebih aktif berfikir untuk mencari informasi tentang kesehatan keluarga lansia mereka terutama informasi tentang posyandu lansia yang berfungsi untuk mendukung kesehatan lanjut usia.

Berdasarkan dari hasil penelitian pada tabel menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Kecamatan Kupitan sebagian besar adalah ibu

(55)

sedangkan yang bekerja sebagai PNS berjumlah 9 orang (10,3%) dan sebagai petani sebanyak 7 orang (8%). Menurut Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari nafkah atau mata pencaharian masyarakat yang sibuk dalam kegiatan sehari-hari dan memiliki waktu yang relatif sedikit untuk mendapatkan informasi. Dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga responden mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan kesehatan keluarga lansia mereka dengan mendukung lansia dalam mendampinginya untuk ikut posyandu lansia, dan juga sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta yaitu pedagang, sehingga pada saat bekerja kegiatan keluarga lansia sering berinteraksi dengan oranglain dan bertukar informasi mengenai posyandu lansia baik dari media masa maupun media elektronik.

(56)

Tentang Posyandu Lansia Di Kecamatan Kupitan dapat disimpulkan sebagai berikut :

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan mengenai Gambaran pengetahuan keluarga tentang posyandu lansia di Kecamatan Kupitan dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 87 orang responden terdapat 49 responden (56,3%) yang memiliki pengetahuan baik, 22 responden (25,3%) yang memiliki pengetahuan cukup dan 16 responden (18,4%) yang memiliki pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik tentang posyandu lansia hal tersebut dikarenakan pengalaman keluarga selama mendampingi lansia mengikuti posyandu lansia dan keluarga sudah mendapatkan informasi mengenai pengetahuan tentang posyandu lansia.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diberikan saran kepada berbagai pihak antara lain:

6.2.1. Bagi lansia dan Keluarga Lansia

Diharapkan untuk dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan posyandu untuk memelihara status kesehatan lanjut usia dan kepada anggota keluarga, agar dapat berperan aktif mendampingi lansia dalam mengikuti setiap kegiatan posyandu.

(57)

dan di pahami oleh keluarga lansia. 6.2.3. Penelitian Keperawatan

Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam lagi tentang Pengetahuan lansia tentang posyandu lansia serta dapat mengembangkan dan menguji sehingga lebih valid dari kegiatan penelitian ini.

(58)

Jakarta: Rineka Cipta.

Depkes RI, 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas

Kesehatan. Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI. (2004). Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. (2010). Kegiatan Kesehatan Di Kelompok Lanjut Usia. Jakarta : Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2007. Pelatihan Bagi Petugas Puskesmas

untuk Revitalisasi Posyandu. Medan.

Efendi dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan

Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Erfandi, 2008. Pengelolaan Posyandu Lansia.www.puskesmas oke.blogspot.com Ismawati, C., Pebriyanti, S., Proverawati,A. (2010). Posyandu dan Desa Siaga:

Panduan Untuk Bidan dan Kader. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ismuningrum. (2007). Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia.

Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.

Mubarak,W.H. (2006). Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : Sagung Seto Mubarak. 2007. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Mubarak, Wahit Iqbal. dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan

Aplikasi Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda (Budi Santosa: Editor). Panduan Diagnosa NANDA 2005-2006: Defenisi dan

(59)

Notoatmojo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Notoadmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam, (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian keperawatan. Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika.

Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed. 7. Jakarta: Salemba Medika.

Setyowati dan Murwani. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Suyase.(2007). Bagaimana Cara Mengasuh dan Merawat Lansia.

(60)

3 Penyusunan Proposal Skripsi Bab 1 Pendahuluan Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 3 Kerangka Penelitian Bab 4 Metode Penelitian Instrumen Penelitian

4 Sidang Proposal

5 Perbaikan Proposal

6 Uji Validasi Instrumen

7 Uji Etik Penelitian Uji Reliabilitas Instrumen Analisis Hasil Uji Reliabilitas Revisi Instrumen Berdasarkan Hasil Uji

8 Pengumpulan Data

9 Analisis Data

10 Penyusunan Laporan

11 Sidang Akhir Penelitian

12 Perbaikan Laporan Akhir

13 Penyusunan Manuskrip

14 Penyerahan Laporan Dan Manuskrip

Gambar

Tabel  5.1  Distribusi  responden  berdasarkan karakteristik  responden  di  wilayah  kerja puskesmas Kecamatan Kupitan, n=87 orang
Tabel  5.2  Distribusi  frekwensi  dan  persentase  pengetahuan  responden  tentang  posyandu lansia di Kecamatan Kupitan, n= 87 orang
Tabel Distribusi Skor Pengetahuan Keluarga

Referensi

Dokumen terkait

4.2.1.6 Distribusi responden tentang tingkat kepuasan pasien pengguna kartu BPJS terhadap pelayanan rawat jalan di Puskesmas Getasan. Hasil penelitian secara

[r]

Penelitian dengan mengambil fokus Persepsi GPAI tentang pendidikan anti korupsi di MAN Kota Malang ini sebenarnya lebih ditekankan pada permasalahan-permasalahan

Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat Disajikan narasi tentang perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik dapat menunjukkan tanda tanda beriman

Inti permasalahan dari analisis yang saya lakukan pada pemodelan beban struktur bengunan bertingkat tinggi di daerah Bandung Utara adalah mendesain pondasi yang memiliki

Jika uji kadar lemak yang dilakukan pada sampel susu sapi segar kurang dari 3,6% maka dicurigai susu tersebut telah ditambahkan dengan air untuk meningkatkan volume susu

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode De Novo Programming untuk menentukan jumlah Paving cetak yang harus

Egg size and number are indicative of exploitation level (Chambers &amp; Waiwood, 1996). However, no conclusion could be drawn on exploitation level of both species based on