• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "laporan pendahuluan"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

CV. IMAYA Consulting Engineers

i

KATA PENGANTAR

Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Fasilitasi Penyusunan Outline Plan Sistem Drainase Kabupaten Dharmasraya, maka bersama ini kami sampaikan Laporan Pendahuluan dari pekerjaan tersebut di atas. Laporan Pendahuluan ini sebagai realisasi Konsultan dalam memenuhi kewajibannya yang sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) berisikan mengenai gambaran dan permasalahan umum pengelolaan drainase, dan rencana kegiatan pekerjaan.

Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memenuhi sasarannya. Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya pekerjaan ini diucapkan terima kasih

Bandung, 01 Mei 2014 CV. IMAYA consulting engineers

Drs. Ivan Dewangga Direktur

(3)

CV. IMAYA Consulting Engineers ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... I - 1 1.2 Maksud ... I - 2 1.3 Tujuan ... I – 3 1.4 Sasaran ... I – 3 1.5 Lingkup Kegiatan ... I – 4

1.6 Sistematika Laporan Pendahuluan ... I – 7

BAB II DESKRPSI WILAYAH PERENCANAAN

2.1 Letak Gegrafis ... II – 1

2.2 Topografis ... II – 3

2.3 Administratif ... II – 4

2.4 Kondisi Klimatologi ... II – 6

2.5 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk ... II – 7

2.6 Re ncana Pusat Layanan ... II - 8

2.7 Isu Strategis Dan Permasalahan Mendesak Drainase Kabupaten Dharmasraya . II - 8

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1 Kerangka Pemikiran ... III - 1

3.2 Pendekatan Umum Pelaksanaan Pekerjaan ... III – 2

3.2.1 Identifikasi Kondis Ekisting Sistem Drainase ... III – 4 3.2.2 Identifikasi dan Evaluasi permasalahan sistem drainase Ekisting ... III – 4 3.2.3 Penyusunan Konsep rencana induk (MasterPlan) ... III – 7 3.2.3.1 Rumusan Tindak Penangana Masalah Sistem Drainase Ekisting ... III – 7 3.2.3.2 Rumusan Rencana Pengembangan Sistem Drainase... III – 8 3.2.4 Penyusunan Rencana Induk Sistem ... III – 9 3.2.5 Pendekatan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan ... III – 9 3.2.5.1 Metodologi Pengumpulan Data... III – 9

(4)

CV. IMAYA Consulting Engineers iii 3.2.5.2 Data Sekunder ... III – 9 3.2.5.3 Data Primer ... III – 10 3.2.6 Aspek Sosial Ekonomi Perkotaan ... III – 31 3.2.7 Metoda Analisa Data ... III – 32 3.2.7.1 Analisa Data Topografi ... III – 32 3.2.7.2 Analisa Data Hidrologi ... III – 37 3.2.7.3 Analisa Data Mekanika Tanah ... III – 51 3.2.7.4 Analisa Hidrolika ... III – 61 3.2.7.5 Perhitungan Volume Dan rencana anggaran Biaya (RAB) ... III – 66 3.2.7.6 Gambar Detail Desain ... III – 68

BAB IV RENCANA KERJA

4.1 Umum ... IV - 1

4.2 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan ... IV – 1

4.2.1. Tahap Persiapan ... IV – 2

4.2.2. Tahap Survey ... IV – 4

4.2.3. Tahap Analisa Data ... IV – 6

4.2.4. Tahap Perencanaan Dan Penggambaran ... IV - 8

BAB V STRUKTUR ORGANISASI PENYEDIA JASA,PENGGUNA JASA DAN TENAGA AHLI

5.1 Struktur Organisasi Penyedia Jasa (Konsultansi) ... V – 1

5.2 Struktur Organisasi Pengguna Jasa ... V – 2

5.3 Tenaga Ahli ... V - 2

BAB VI PELAPORAN,JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN DAN JADWAL PENUGASAN PERSONIL

6.1 Produk Laporan Pekerjaan ... VI – 1

6.2 Laporan Pendahuluan ... VI – 1

6.3 Laporan Antara (Interim) ... VI – 2

6.4 Konsep Laporan Akhir ... VI – 3

6.5 Laporan Akhir ... VI – 3

6.6 Eksekutif Summary ... VI – 3

6.7 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ... VI – 5

(5)

CV. IMAYA Consulting Engineers iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Kecamatan Dan Jumlah Nagari ... II - 6 Tabel 2.2 Banyak Curah Hujan (Milimeter)di Kabupaten Dharmasraya ... II - 7 Tabel 2.3 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Dharmasraya ... II - 7 Tabel 3.1 Nilai Reduce Variate (Y) untuk beberapa Kata Ulang Nilai T ... III – 42 Tabel 3.2 Nilai ∆ Kritik untuk uji Smirnov-Kolmogorov... III – 44 Tabel 3.3 Tahapan Analisis Hidrologi Untuk Debit Rancangan ... III – 45 Tabel 3.4 Koefisin run-Off terhadap kondisi lapangan ... III – 47 Tabel 3.5 Tipikal Harga Koefisien Kekerasan Manning, n , yang sering digunakan ... III – 63 Tabel 3.6 Tinggi jagaan untuk saluran dengan pasangan ... III – 64 Tabel 3.7 Tinggi saluran untuk jagaan tanpa pasangan ... III – 64 Tabel 6.1 Produk yang diserahkan ... VI – 4

(6)

CV. IMAYA Consulting Engineers v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Provinsi Sumatera Barat Lokasi Pekerjaan

Fasilitasi Outline Plan Sistem Drainase Kabupaten Dharmasraya ... II –3 Gambar 3.1 Model Tipe BM dan CP ... III –14 Gambar 3.2 Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring ... III –15 Gambar 3.3 Pengukuran Sudut Antar Dua Patok ... III –16 Gambar 3.4 Pengamata Azimuth Astronomis ... III –18 Gambar 3.5 Contoh Pengukuran Topografi ... III – 20 Gambar 3.6 Pengukuran watepass ... III –20 Gambar 3.7 Profil Melintang... III –24 Gambar 3.8 Metode tachymetri ... III –35 Gambar 3.9 Bagan Alir Kegiatan Survey Pengukuran Topografi ... III –36 Gambar 3.10 Alir Kegiatan Penyelidikan Tanah ... III –60 Gambar 3.11 Penampang Melintang Saluran Berbentuk Trapesium ... III –65 Gambar 3.12 Penampang Melintang Saluran Berbentuk Persegi ... III –66 Gambar 5.1 Struktur Organisasi Penyedia Jasa ... V – 4 Gambar 5.2 Struktur Organisasi Pengguna Jasa ... V – 5 Gambar 6.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaa ... VI – 6 Gambar 6.2 Jadwal Penugasan Personil ... VI – 7

(7)

CV. IMAYA Consulting Engineers I - 1

P E N D A H U L U A N

1.1

Latar Belakang

Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu kota yang terletak berbatasan dengan Jambi, mempunyai kondisi topografi yang bergelombang dengan kecuraman yang tinggi ke arah barat dan daerah datar pada bagian baratnya, sehingga kondisi alam ini sangat ramah dengan kejadian bencana alam seperti longsor, terban, dan banjir. Disisi lain adanya perubahan fenomena alam yang dapat sebagai pemicu untuk terjadinya proses bencana alam di atas seperti semakin tingginya tingkat curah hujan yang terjadi di Kabupaten Dharmasraya pada akhir-akhir ini, Bencana banjir dan masalah genangan yang menimpa Kabupaten Dharmasraya merupakan masalah yang seakan-akan sudah menjadi masalah permanen yang dikarenakan kondisi geofrafis di atas.

(8)

CV. IMAYA Consulting Engineers I - 2 Tingginya tingkat curah hujan yang terjadi pada akhir-akhir ini untuk Kabupaten Dharmasraya juga membawa persoalan banjir dan genangan yang semakin komplek, bertambahnya daerah genangan baru, serta terjadinya genangan dengan ketinggian yang semakin meningkat serta durasi genangan yang semakin lama. Kondisi ini akan sangat berpengaruh kepada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

Berbagai kerugian akibat banjir dan genangan telah dapat kita rasakan, kerusakan prasarana dan utilitas kota telah menelan biaya tidak sedikit, terganggunya transaksi ekonomi masyarakat dan hilangnya berbagai aset masyarakat yang dilanda banjir, mewabahnya berbagai sumber penyakit yang mudah menular, sehingga berdampak terjadinya penurunan tingkat kesehatan masyarakat akibat banjir.

1.2

Maksud

Maksud dari pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Outline Plan Sistem Drainase Kabupaten Dharmasraya adalah menyusun rencana induk drainase untuk memberikan pedoman / acuan dalam pengembangan pembangunan sistem drainase Kabupaten Dharmasraya sehingga drainase yang dibangun dapat berfungsi secara optimal.

1.3

Tujuan

Tujuan pekerjaan ini adalah :

1) Tersedianya data primer permasalahan/kondisi sistem drainase

eksisting Kabupaten Dharmasraya berdasarkan aspek hidrologi dan hidrolika.

2) Teridentifikasinya permasalahan sistem drainase eksisting

(9)

CV. IMAYA Consulting Engineers I - 3

3) Tersedianya rencana peningkatan kinerja sistem drainase eksisting

Kabupaten Dharmasraya dalam penanggulangan permasalahan genangan secara tuntas dan menyeluruh.

4) Mengatur sistem pengaliran air pada drainase yang telah ada

maupun drainase yang akan dibangun di Kabupaten Dharmasraya sehingga dapat berfungsi secara maksimal.

5) Tersedianya rencana areal dan pola aliran drainase baru untuk

daerah yang belum mempunyai sistem drainase karena adanya genangan banjir berdasarkan skala prioritas.

6) Tersedianya data dan peta dengan skala memadai (1: 5000) untuk

menggambarkan sistem drainase eksisting.

7) Tersedianya dokumen outline plan,Kecamatan Sitiung dan

Kecamatan Timpeh. Kecamatan Koto Besar,Kecamatan Koto Baru,Kecamatan Koto Salak,Kecamatan Padang Laweh.

8) Tersedianya rencana operasional sistem drainase yang akan

dijadikan Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan drainase.

9) Tersedianya prakiraan biaya investasi dan biaya operasional sistem

drainase Kabupaten Dharmasraya yang dibuat berdasarkan pentahapan.

10) Tersedianya rencana tahapan kegiatan pembangunan fisik sistem

drainase.

11) Terbentuknya usulan instansi yang berwenang menangani sistem dan

peningkatan fungsi organisasi pengelola.

1.4

Sasaran

Sasaran produk yang diharapkan dihasilkan dari pekerjaan ini adalah untuk melengkapi data teknis dan informasi kepada pihak pelaksana pengelolaan drainase perkotaan, terutama aparat pemerintah daerah.

(10)

CV. IMAYA Consulting Engineers I - 4 Dapat menjadi acuan dan pedoman dalam perencanaan pembangunan drainase lebih lanjut sehingga permasalahan-permasalahan drainase utama dan drainase mikro Kabupaten Dharmasraya selama ini dapat diselesaikan dengan baik, efektif, dan efisien.

1.5

Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup penyusunan materi Fasilitasi Outline Plan Sistem Drainase Kabupaten Dharmasraya adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pengumpulan data sekunder dan informasi genangan

banjir berupa studi-studi terdahulu yang relevan, data hidroklimatologi meliputi curah hujan, data banjir, debit saluran, dan luas daerah yang tertutup oleh perkerasan, Peta Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Dharmasraya, Peta topografi, kelembagaan pengelolaan drainase, Kabupaten Dharmasraya dalam Angka RTRW, RPJMD dan RIPJM Kabupaten Dharmasraya, Peta sistem drainase eksisting dari saluran makro, saluran penghubung, dan saluran mikro drainase.

2. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait berkenaan dengan

kewenangan pengelolaan drainase.

3. Melakukan pembuatan peta areal sistem jaringan drainase eksisting

dengan skala memadai.

4. Melakukan survey inventarisasi dan identifikasi sistem drainase

eksisting dengan batasan untuk saluran drainase primer serta lokasi daerah genangan.

5. Melakukan pembuatan peta genangan.

6. Melakukan survei sosiologi dan kelembagaan untuk mengetahui

tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan drainase dan diskusi dengan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Dharmasraya

(11)

CV. IMAYA Consulting Engineers I - 5 sebagai institusi/lembaga pengelolaan drainase. tentang struktur organisi kelembagaan pengelolaan drainase.

7. Melakukan analisa dan evaluasi terhadap permasalahan sistem

drainase eksisting berdasarkan analisa hidrologi dan hidrolika terhadap masalah genangan yang terjadi, berkaitan dengan :

- Tata letak (skema drainase) sistem drainase eksisting

- Pola aliran sistem drainase eksisting.

- Beban aliran pada sistem drainase.

- Kapasitas penampang saluran.

8. Untuk selanjutnya melakukan rekomendasi program pengembangan

berdasarkan skala prioritas permasalahan untuk peningkatan kinerja sistem drainase.

- Tahap mendesak (2 tahun) dan tindak lanjut kegiatan yang

diperlukan.

- Tahap I (5 tahun)

- Rencana Jangka Panjang (10 Tahun)

9. Melakukan desain rinci berupa penetapan trace saluran, perhitungan

dimensi penampang saluran, dan bangunan pelengkap.

10.Melakukan survei topografi dan pemetaan terhadap daerah yang

rawan banjir yaitu kecamatan Koto Besar, kecamatan Koto Baru, kecamatan Koto Salak, kecamatan Padang Laweh, kecamatan Sitiung dan kecamatan Timpeh untuk keperluan desain (trace saluran) dan rencana detail (DED) untuk program 2 tahun dan 5 tahun

11.Melakukan survei mekanika tanah pengukuran sondir, boring

sarana-sarana drainase pada beberapa titik yang disetujui pengguna jasa sebanyak 12 titik.

(12)

CV. IMAYA Consulting Engineers I - 6

13.Melakukan pemetaan tematik (non topografi) areal / wilayah

drainase baru.

14.Melakukan perencanaan sistem jaringan drainase pada areal baru.

15.Melakukan identifikasi dan inventarisasi permasalahan pada sistem

jaringan drainase (areal baru).

16.Membuat dan menyusun laporan pendahuluan, laporan antara,

Konsep akhir dan laporan akhir.

17. Membuat SOP drainase.

18.Analisis data lapangan mencakup :

a.

Elaborasi data pengukuran untuk memeriksa kesalahan yang

terjadi pada data pengukuran dan pemetaan. Hasil kegiatan ini sebagai bahan analisis genangan banjir.

b.

Analisis hidrologi melihat besarnya pengaruh hujan pada kawasan

studi. Data curah hujan diambil dari beberapa stasiun pengamatan curah hujan termasuk :

• Perhitungan intensitas hujan.

• Penentuan catchment area dan sub catchment area.

• Koefisien pengaliran.

• Perhitungan kapasitas dan arah aliran di saluran-saluran (lebar

dasar, panjang, kemiringan talud kiri kanan, kedalaman).

• Perhitungan dan penentuan dimensi saluran.

c.

Analisis genangan banjir

19.Evaluasi hasil dan analisis

Untuk menghasilkan rekomendasi, saran, dan usulan kepada pemberi tugas dalam upaya penanggulangan banjir atau genangan maka dilakukan kegiatan, meliputi :

(13)

CV. IMAYA Consulting Engineers I - 7

a.

Membuat perhitungan dan RAB dan menentukan dimensi arah

aliran dan kapasitas dari sarana atau sistem pengendali banjir yang diusulkan yang dituangkan dalam bentuk dokumen laporan perencanaan, dokumen lelang, gambar-gambar perencanaan, dan spesifikasi teknis perencanaan, serta biaya operasional dan pemeliharaan.

b.

Membuat gambar perencanaan dari sistem yang diusulkan dalam

bentuk peta hasil pengukuran topografi, skema drainase kota berupa peta situasi skala 1 : 5000, profil memanjang skala 1 : 1000. Profil melintang skala 1 : 100, dan detail bangunan skala 1 : 10.

1.6

Sistematika Laporan Pendahuluan

Ruang lingkup penyusunan materi Laporan Pendahuluan Fasilitasi Outline Plan Sistem Drainase Kabupaten Dharmasraya adalah :

BAB 1 PENDAHULUAN

Berisi latar belakang kegiatan, maksud, tujuan, sasaran kegiatan, lingkup kegiatan dan sistematika laporan pendahuluan.

BAB 2 DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN

Berisi letak geografis, , topografis, klimatologi, administratif, kondisi klimatologi, jumlah dan kepadatan penduduk, rencana pusat pelayanan, penggunaan lahan, isu strategis dan permasalahan mendesak drainase Kabupaten Dharmasraya.

(14)

CV. IMAYA Consulting Engineers I - 8

BAB 3 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Berisi kerangka pemikiran, dan pendekatan umum pelaksanaan pekerjaan.

BAB 4 RENCANA KERJA

Berisi tahapan pelaksanaan pekerjaan “Fasilitasi Outline Plan Sistem Drainase Kabupaten Dharmasraya”.

BAB 5 STRUKTUR ORGANISASI PENYEDIA JASA, PENGGUNA JASA DAN TENAGA AHLI

Berisi struktur organisasi penyedia jasa dan struktur organisasi pengguna jasa

BAB 6 PELAPORAN, JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN, DAN JADWAL PENUGASAN PERSONIL

Berisi jenis laporan yang akan diserahkan konsultan kepada direksi pekerjaan “Fasilitasi Outline Plan Sistem Drainase Kabupaten Dharmasraya”.

(15)

CV. IMAYA Consulting Engineers II - 1

DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN

2.1

Letak Geografis

Kabupaten Dharmasraya dengan ibukota Pulau Punjung adalah salah satu kabupaten di Sumatera Barat yang berada di persimpangan Jalur Lintas Sumatera yang menghubungkan antara Padang, Pekanbaru hingga Jambi. Terletak di ujung tenggara Sumatera

Barat antara 0047’7”LS – 1041’56”LS & 10109’21”BT – 101054’27”BT.

Kondisi dan topografi Kabupaten Dharmasraya mayoritas merupakan lahan datar dengan ketinggian dari 82 meter sampai 1.525 meter dari permukaan laut.

Menurut Perda Nomor 4 Tahun 2009 luas Kabupaten Dharmasraya adalah 2.961,13 Km² (296.113 Ha), sedangkan berdasarkan perhitungan

(16)

CV. IMAYA Consulting Engineers II - 2

pemetaan hasil digitasi citra spot 5 memiliki luas 3.025,99 Km2 (302.599 Ha). Topografi Kabupaten Dharmasraya bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar dengan ketinggian dari 98,3 mdpl sampai 1.525 mdpl. Dataran paling tinggi berada di kecamatan Sungai Rumbai yaitu 1.525 mdpl., sedangkan dataran yang paling rendah berada di kecamatan Koto Baru dengan ketinggian 97 mdpl., dan terletak pada wilayah perbatasan Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Riau yang dilewati jalur Jalan Lintas Tengah Sumatera.

Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu kabupaten yang cukup berpotensi di Propinsi Sumatera Barat. Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Dharmasraya adalah untuk sektor pertanian hingga mencapai 87,13 % dimana lahan perkebunan adalah yang terbesar mencapai 53,88 % sedangkan lahan untuk sawah sebesar 3,13 %. Suhu udara di Kabupaten Dharmasraya berkisar antara 28 - 32C. Curah hujan tertinggi dan hari hujan tahun 2011 terbanyak terjadi pada bulan Desember. Rata-rata curah hujan di tahun 2011 lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Lokasi kegiatan Fasilitasi Outline Plan Sistem Drainase Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada Gambar 2.1

(17)

CV. IMAYA Consulting Engineers II - 3

Gambar 2.1.

Peta Provinsi Sumatera Barat

Lokasi Pekerjaan Fasilitasi Outline Plan Sistem Drainase Kabupaten Dharmasraya

2.2

Topografis

Kondisi dan topografi Kabupaten Dharmasraya mayoritas merupakan lahan datar dengan ketinggian dari 82 meter sampai 1.525 meter dari permukaan laut.

Sebelah Utara Kabupaten Dharmasraya berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan Propinsi Riau, sebelah Selatan dan disebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Jambi sedangkan di sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan.

(18)

CV. IMAYA Consulting Engineers II - 4

2.3

Administratif

Kabupaten Dharmasraya merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat di Propinsi Sumatera Barat, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004. Berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2008 tentang Penataan dan Pembentukan Kecamatan, jumlah kecamatan di Kabupaten Dharmasraya dimekarkan dari 4 menjadi 11 Kecamatan. Berdasarkan Perda No.2 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Nagari terdapat sebanyak 48 nagari dimana pada Tahun 2009 dikeluarkan Perda No. 4 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Penataan Nagari. Dalam Perda tersebut terdapat beberapa nagari yang dimekarkan, dari 48 nagari menjadi 52 nagari dengan 260 jorong.

Kecamatan IX Koto tercatat berada di wilayah yang paling tinggi yaitu 240 meter dari permukaan laut sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Tiumang dengan ketinggian 90 meter diatas permukaan laut.

Ibukota Kabupaten Dharmasraya terletak di Kecamatan Pulau Punjung sedangkan Nagari- Nagari yang termasuk dalam kategori daerah perkotaan berdasarkan data BPS dan kesepakatan Pokja adalah :

1. Nagari Sungai Rumbai

(19)

CV. IMAYA Consulting Engineers II - 5

3. Nagari Koto Gadang

4. Nagari Pauah Koto Tinggi

5. Nakari Koto Laweh

6. Nagari Koto Ranah

7. Nagari Sitiung

8. Nagari Gunung Medan

9. Nagari Sungai Duo

10.Nagari IV Koto Pulau Punjung

11.Nagari Sungai Dareh

12.Nargari Sungai Kembut

13.Nagari Gunung Selasih

14.Nagari Sikabau

Total Jumlah penduduk di daerah perkotaan adalah sebesar 73,881 jiwa (37% dari total penduduk Kabupaten Dharmasraya). Kabupaten Dharmasraya memiliki letak yang cukup strategis karena merupakan kota lintas sumatera dan langsung berbatasan dengan daerah lainnya di Sumatera dimana secara administrasi Kabupaten Dharmasraya berbatasan dengan :

Ø Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjung

Gadang dan Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung, serta Kabupaten Kuantan Singingi - Provinsi Riau.

Ø Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bungo dan

Kabupaten Kerinci - Provinsi Jambi

Ø Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bungo dan

(20)

CV. IMAYA Consulting Engineers II - 6

Ø Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tigo Lurah

Kabupaten Solok serta Kecamatan Sangir Jujuhan dan

Kecamatan Sangir Batang Kabupaten Solok Selatan

Rincian lebih lanjut dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Luas Kecamatan dan Jumlah Nagari

Sumber: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Dharmasraya

2.4

Kondisi Klimatologi

Keadaan iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh angin darat dan curah hujan mencapai rata- rata 166,08 mm/bulan sepanjang tahun 2011, Iklim wilayah Kabupaten Dharmasraya termasuk iklim tropis besar yang memiliki musim kering yang sangat pendek dan daerah lautan sangat dipengaruhi oleh angin laut. Suhu udara berkisar antara 260C – 310C. Suhu udara terpanas jatuh pada bulan Mei, sedangkan suhu terendah terdapat pada bulan September. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini :

(21)

CV. IMAYA Consulting Engineers II - 7

Tabel 2.2

Banyaknya Curah Hujan (Milimeter) di Kabupaten Dharmasraya

Sumber: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Dharmasraya

2.5

Jumlah Dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya tahun 2012 sebanyak 197,599 jiwa, yang terdiri dari 102,083 laki – laki dan 95,516 perempuan, Tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2011 ini terhitung sebanyak 67 jiwa/Km2. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Pulau Punjung yakni 37.428 jiwa yg distribusinya sebesar 18,94% dari total penduduk Dharmasraya sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Padang Laweh yakni hanya menyumbang 2,87% dari total Penduduk.

Tabel 2.3

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Dharmasraya

(22)

CV. IMAYA Consulting Engineers II - 8

2.6

Rencana Pusat Layanan

Secara garis besar rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Dharmasraya dirumuskan sebagai berikut :

1. Kawasan Pulau Punjung sebagai Pusat Kehgiatan Wilayah

promosi (PKWp) Propinsi Sumatera Barat, Kawasan Pulau Punjung meliputi Koridor Pulau Punjung-sungai Dareh-Sikabau.

2. Kawasan Sungai Rumbai sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

dalam lingkup pelayanan Kabupaten Dharmasraya sekaligus berfungsi sebagai kawasan strategis gerbang timur Propinsi Sumatera Barat.

3. Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) yang berfungsi malayani

satu atau lebih kecamatan atau bagian wilayah kabupaten yaitu kawasan Koto Baru, Sitiung dan Padang Laweh.

4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi kawasan sungai

Limau dikecamatan Asam Jujuhan, Kawasan Silago dikecamatan IX Koto,Kawasan Pinang Makmur dikecamatan Timpeh, Kawasan Koto Salak dikecamatan Tiumang, dan kawasan Koto Besar dikecamatan Koto Besar.

2.7

Isu Startegis Dan Permasalahan Mendesak Drainase Kabupaten

Dharmasraya

Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Pekerjaan Umum bahwa sampai dengan tahun 2013 ini belum ada kegiatan khusus yang berhubungan dengan sektor drainase lingkungan. Sejauh ini kegiatan pembangunan drainase merupakan kegiatan yang melekat kepada kegiatan lainnya atau lebih bersifat sebagai kegiatan pelengkap atau penunjang semata. Pembangunan drainase biasanya

(23)

CV. IMAYA Consulting Engineers II - 9

sejalan dengan pembangunan Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten dan Jalan Lingkungan.

Lembaga yang bertanggung jawab langsung terhadap pengelolaan drainase lingkungan adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Dharmasraya, akan tetapi sejauh ini belum ada kegiatan khusus yang berkaitan dengan drainase lingkungan. Pembangunan drainase yang dilakukan melalui kegiatan ke Cipta Karya-an yang lain seperti pembangunan jalan lingkungan, jalan kabupaten dan pasar-pasar.

Sedangkan untuk peraturan legal tentang drainase, untuk tingkat kabupaten belum ada sampai dengan sekarang ini baik itu berupa Peraturan Daerah maupun Peraturan Bupati sehingga kegiatan sektor drainase masih belum bisa untuk diprioritaskan.

Isu strategis dan permasalahan mendesak pengelolaan drainase di Kabupaten Dharmasraya terkait dengan penanganan sub-sektor drainase adalah :

(24)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 1

METODOLOGI PELAKSANAAN

PEKERJAAN

3.1

Kerangka Pemikiran

Bertitik tolak pada proses perencanaan drainase perkotaan berlandaskan pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (pembangunan yang berwawasan lingkungan), khususnya dalam rangka konservasi sumberdaya air agar air permukaan dapat cepat dialirkan dan diresapkan, maka tata cara perencanaan rencana induk drainase Kabupaten Dharmasraya harus dapat mencapai tujuan tercapainya hasil perencanaan masterplan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan teknik perencanaan dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh seperti intensitas hujan, catchment area, pertumbuhan daerah perkotaan, faktor lingkungan serta produk lainnya, sehingga

(25)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 2 dapat berfungsi sebagai landasan perencanaan pengendalian air permukaan agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia.

Selanjutnya sebagai konsekuensi dari konsep dasar tersebut, maka harus pula memperhatikan faktor-faktor umum yang terkait seperti faktor sosial ekonomi, pertumbuhan penduduk, urbanisasi, kebutuhan nyata dan prioritas daerah, keseimbangan pembangunan dalam kota, ketersediaan tata guna tanah, seperti pertumbuhan fisik kota secara ekonomis.

Berkaitan dengan konsep ini maka usaha konservasi sumber daya air perlu pula diperhatikan, karena pada prinsipnya RIS Drainase harus dapat menggambarkan konsep dasar pola pengendalian air hujan supaya lebih banyak meresap kedalam tanah dan tidak banyak terbuang sebagai aliran permukaan antara lain dengan membuat bangunan resapan buatan, kolam tadon, penataan land scape dan sebagainya. Melihat Kabupaten Dharmasraya sebagai Kabupaten yang mempunyai pertumbuhan jelas, dan pertumbuhan penduduk yang cepat serta drainase perkotaan yang mempunyai permasalahan rumit dan keadaan alam setempat.

3.2

Pendekatan Umum Pelaksanaan Pekerjaan

Konsep dasar dalam menyusun suatu perencanaan master teknis drainase adalah rancangan penanganan masalah drainase secara

terpadu (integrated) dan berkesinambungan (sustainable). Terpadu

dalam arti penanganan secara menyeluruh, tidak saja pada sistem mikro, akan tetapi juga pada sistem makronya, melalui pendekatan

(26)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 3 tata ruang dan kawasan unggulan, serta pertumbuhan ekonomi kota.

Untuk mendukung konsepsi dasar tersebut, perlu dijabarkan dalam suatu Alur Pikir metodologi pelaksanaan pekerjaan.

Alur pikir atau tatanan suatu rancangan rencana induk drainase dimaksud meliputi :

1. Identifikasi Kondisi Eksisting Sistem drainase

2. Identifikasi dan evaluasi permasalahan sistem drainase eksisting:

v Ditinjau dari karakteristik fisik (daerah genangan yang telah

tertangani dan kondisi hidraulis saluran mikro)

v Ditinjau dari kondisi perkotaan (kondisi lahan di sepanjang

saluran, pertumbuhan kota, kondisi sosial dan kondisi ekonomi perkotaan)

v Ditinjau dari pengelolaan operasi dan pemeliharaan terhadap

saluran-saluran (mikro).

3. Penyusunan konsep Rencana Induk Drainase, didasarkan atas:

v Rumusan tindak penangananan masalah sistem drainase

eksisting

v Rumusan rencanan pengembangan sistem drainase, berdasarkan

pertimbangan, karakteristik fisik, kondisi perkotaan, dan pengelolaan operasi dan pemeliharaan

v Pertimbangan terhadap kelayakan ekonomi dan kebijaksanaan

pemerintah.

Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase sebagai ouput bahan suatu rencana induk, dimana sudah harus tersusun pentahapan program (program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang). Lingkup dengan struktur pembiayaan (jadwal, pembiayaan dan

(27)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 4 tanggung jawab pembiayaan). Secara umum kerangka berpikir pekerjaan Fasilitasi Outline Plan Sistem Drainase Kabupaten

Dharmasraya dapat dilihat pada Lampiran 1 : Bagan Alir Kerangka

Pemikiran

3.2.1

Identifikasi Kondisi Eksisting Sistem Drainase

Sebagai langkah dalam tatanan berpikir penyelesaian masalah drainase, adalah mengidentifikasikan sistem drainase yang ada saat ini (eksisting) yang dituangkan pada peta kota/wilayah, meliputi: Sistem Mikro

Parameter-parameter yang perlu diidentifikasikan adalah sebagai berikut :

• Panjang, dimensi dan bentuk saluran • Arah aliran

• Jenis konstruksi saluran

• Fungsi saluran (hanya sebagai pengalir air hujan atau juga sebagai pengalir air kotor rumah tangga).

3.2.2

Identifikasi dan Evaluasi permasalahan sistem drainase

Eksisting

Langkah kedua setelah sistem drainase eksisting teridentifikasi dan tertuang di atas peta kerja dengan skala memadai, selanjutnya adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan yang ada pada sistem drainse eksisting, berdasarkan analisis data terhadap parameter-parameter sebagai berikut :

(28)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 5 A. Karakteristik Fisik

1. Daerah genangan

Daerah atau wilayah-wilayah yang telah terlayani sistem drainase mikro diidentifikasi, demikian juga lokasi (titik) outfall ke saluran drainase utama (makro). Karakteristik genangan di daerah yang telah terlayani sistem drainase mikro diidentifikasi yang meliputi parameter luas genangan, tinggi genangan dan lama genangan. 2. Topografi

Yang dimaksud dengan identifikasi topografi adalah melakukan investigasi kemiringan dasar saluran dan kemiringan lahan yang merupakan daerah terlayani (Catchment area) pada sistem mikro, serta identifikasi penampang melintang sistem makro (saluran utama) dibeberapa titik lokasi (pada outfall dan di sepanjang aliran yang melintasi wilayah adminstrasi serta muara sungai).

Melakukan ivestigasi pemetaan situasi di lokasi atau daerah genangan. Hal ini penting dilakukan sebagai dasar analisis karakterisitk genangan.

3. Geologi

Melakukan investigasi kondisi permeabilitas tanah dibeberapa titik sepanjang sistem mikro, terutama di daerah genangan. Hal ini penting dilakukan sebagai dasar analisis karakteristik genangan. 4. Hidroklimatologi

Melakukan analisis dan hidroklimatologi, untuk mengetahui debit banjir sesuai periode ulang sebagai dasar evaluasi terhadap kondisi hidraulis sistem mikro dan makro. Termasuk di dalamnya melakukan analisis fluktuasi muka air pada saluran utama (sistem

(29)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 6 makro) di lokasi outfall, dimana hal ini menentukan tinggi dan alam genangan.

B. Kondisi Perkotaan

1. Fungsi, Penggunaan dan Nilai Lahan

Melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap fungsi dan penggunaan lahan dimaksud untuk memperoleh masukan mengenai:

• Status lahan harga lahan (berdasarkan klasifikasi pajak bumi dan bangunan).

• Penggunaan lahan, berkaitan dengan identifikasi koefisien run-off.

2. Konteks Regional

Identifikasi dan evaluasi terhadap konteks regional yang dimaksud adalah fungsi kawasan berkaitan dengan penetapan berskala prioritas penanganan, sebagai contoh; kawasan wisata, perdagangan, industri dan permukiman menjadi prioritas utama dalam penyelesaian sistem drainasenya.

3. Kondisi Sosial

Identifikasi dan evaluasi kondisi sosial dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat dalam berpatisipasi terhadap pemeliharaan sistem drainase yang ada, setidak-tidaknya tidak membuang sampah di saluran drainase.

4. Kondisi Ekonomi

Identifikasi dan evaluasi kondisi ekonomi yang dimaksud adalah untuk mengetahui perekonomian daerah terutama keuangan.

(30)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 7 Selain itu, juga akan diidentifikasi kondisi perekonomian masyarakat, sebagai indikasi pertumbuhan ekonomi makro.

C. Pengelolaan Operasi & Pemeliharaan 1. Institusi/kelembagaan

Melakukan identifikasi dan evaluasi kemampuan institusi pengelola O & P dari aspek-aspek sebagai berikut :

• Tingkat kemampuan teknis pengelola • Tingkat kemampuan manajemen pengelola 2. Program

Melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap program pengelolaan O & P, baik rutin tahunan maupun periodik (dalam bentuk rehabilitasi dan normalisasi saluran drainase).

3. Anggaran

Melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap besarnya anggaran biaya O & P yang dialokasikan, baik secara rutin tahunan atau periodic

3.2.3

Penyusunan Konsep Rencana Induk (Master Plan)

3.2.3.1.Rumusan Tindak Penanganan Masalah Sistem Drainase Eksisting

Sesuai tahapan evaluasi terhadap permasalahan sistem drainase eksisting, berikutnya adalah melakukan rumusan tindak penanganan sistem drainase eksisting, berdasarkan tinjauan karakteristik fisik, kondisi perkotaan dan pengelolaan operasi & pemeliharaan.

Output tindak penanganan masalah sistem drainase eksisting, meliputi:

(31)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 8 1. Rehabilitasi saluran yang ada

2. Normalisasi saluran yang ada

3.2.3.2.Rumusan Rencana Pengembangan Sistem Drainase

Untuk merumuskan rencana pengembangan sistem drainase, tahapan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi dan evaluasi karakteristik genangan yang belum

tertangani oleh sistem drainase eksisting.

2. Identifikasi dan evaluasi kondisi topografi di sepanjang rencana

saluran sistem mikro dan sistem makro.

3. Identifikasi dan evaluasi kondisi hidroklimatologi, yang meliputi

analisis debit banjir berdasarkan data curah hujan harian maksimum.

4. Identifikasi dan analisis kondisi perkotaan, yang meliputi fungsi

kawasan, perekonomian daerah, sistem jaringan jalan dan pengelolaan operasi dan pemeliharaan.

5. Perumusan altenatif rencana sistem drainase, termasuk

didalamnya rencana normalisasi saluran sistem makro (dalam program pengendalian banjir) dan atau pembangunan tanggul saluran utama (sistem makro), serta pembuatan sodetan bila diperlukan.

6. Pengujian allternatif rencana sistem drainase melalui analisis

kelayakan ekonomi (economic analysis) dan pertimbangan kebijakan Pemerintah.

(32)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 9

3.2.4

Penyusunan Rencana Induk Sistem

Pentahapan Program

Dalam Rencanan Induk sistem drainase perlu disusun pentahapan program yang jelas meliputi:

1. Program jangka pendek 2. Program jangka menengah 3. Program jangka panjang

Pentahapan program tersebut dikaitkan terhadap beberapa faktor yang berpengaruh, seperti

1. Tingkat urgensi atau skala prioritas 2. Kemampuan pendanaan

3. Pertumbuhan Wilayah/Skenario Perkembangan Kota

3.2.5

Pendekatan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan

3.2.5.1.

Metodologi Pengumpulan Data

3.2.5.2.

Data Sekunder

Konsultan akan mengunjungi kantor-kantor instansi pemerintah maupun swasta yang sekiranya mengelola data yang diperlukan. Untuk kelancaran pekerjaan ini, maka sangat diperlukan surat pengantar dari pihak direksi pekerjaan untuk keperluan tersebut. Jenis data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Topografi

Peta-peta dan data-data yang akan dikumpulkan dari instansi terkait antara lain:

- Peta situasi yang ada

- Peta topografi skala 1:25.000 dan 1:50.000

(33)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 10

- Peta Lokasi genangan

- Peta Sistem drainase eksisting

b. Hidroklimatologi

- Data hujan (harian, bulanan, tahunan) 10 tahun terakhir

- Data Iklim tahun terakhir

- Sedimentasi

- Catchment Area

- Peta Lokasi pos hidrologi

- Dan laporan yang ada hubungan dengan kondisi hidrologi

setempat.

c. Geologi

- Peta geologi regional

- Laporan yang ada hubungannya dengan kondisi geologi setempat

d. Kondisi Perkotaan

- RTRW Kabupaten sudah di Perdakan tahun terakhir

- Peta Penggunaan Lahan Eksisting

- Peta Kondisi Jaringan Jalan Eksisting

- Peta Lokasi Kawasan Strategis

• Potensi pariwisata

• Potensi pertanian

• Potensi perdagangan

- Kabupaten Dharmasraya Dalam angka

3.2.5.3.

Data Primer

A. Pengukuran Topografi

Pengukuran topografi dimaksudkan untuk membuat peta situasi detail terbaru, lengkap dan sesuai dengan kondisi kekinian lapangan sebenarnya, berikut trase dan penampang yang diperlukan sebagai

(34)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 11 data masukan untuk penyusunan Pola Jaringan Drainase Primer Kota Padang. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran topografi dalam pelaksanaannya melalui proses pengambilan data, pengolahan data lapangan, perhitungan, penggambaran dan penyajian data pada laporan.

Berdasarkan pemahaman umum proyek sebelumnya, Secara garis besar pengambilan data topografi meliputi :

1. Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal.

2. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal.

3. Pengukuran Detail Situasi.

4. Pengukuran melintang.

Prosedur kerja lapangan dan studio diuraikan di bawah ini.

a) Peralatan yang diperlukan

• Peralatan yang akan di pakai telah memenuhi persyaratan

ketelitian (kalibrasi) dan sudah di periksa dan disetujui oleh pemberi kerja.

• Theodolite T2/Wild, dipergunakan untuk kegiatan

pembuatan kerangka horizontal utama, baik untuk pemetaan situasi maupun pengukuran trase.

• Waterpass (WP), dipergunakan untuk kegiatan pembuatan

kerangka vertical dan pengukuran trase.

• Theodolite To/Wild, dipergunakan untuk kegiatan

pemetaan situasi rincikan.

• EDM (Electronic Distance Measure), dipergunakan untuk

(35)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 12

b) Titik Referensi dan Pemasangan Benchmark (BM), Control

Point (CP) dan patok kayu

Dalam pelaksanaan pengukuran situasi detail dan trase sungai/pantai, Konsultan akan menggunakan titik tetap yang sudah ada sebagai titik acuan (referensi) dan harus diketahui dan disetujui oleh pemberi kerja.

Untuk menunjang hasil kegiatan proyek, dilakukan penambahan benchmark baik berupa BM maupun CP di beberapa lokasi untuk menjamin akurasi pengukuran pada saat pelaksanaan konstruksi.

Dimensi patok Benchmark (BM) berukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm terbuat dari beton dan Control Point (CP) berukuran 10 cm x 10 cm x 80 cm atau pipa paralon diameter 4“ diisi beton cor. Keduanya dilengkapi paku/besi beton yang dipasang menonjol setinggi 1 cm pada bagian atas BM dan CP. Penempatan CP dan BM pada posisi yang memudahkan kontrol pengukuran, aman dari gangguan manusia atau hewan, tidak mengganggu transportasi dan kegiatan rutin penduduk sekitar, tetapi cukup mudah dicari dan berada dicakupan lokasi kerja. Patok CP dan BM dilengkapi dengan kode proyek, nama, nomor dan huruf yang akan dikonsultasikan dengan direksi.

Sesuai KAK, spesifikasi rintisan dan pemasangan patok dan patok permanen (BM dan CP) kerangka dasar pengukuran adalah sebagai berikut :

(36)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 13

• Pemasangan patok, BM dan CP dilaksanakan pada

jalur-jalur pengukuran sehingga memudahkan pelaksanaan pengukuran.

• BM, CP dan patok di pasang sebelum pengukuran situasi

sungai/pantai dilaksanakan.

• BM di pasang pada setiap jarak ± 1.0 km pada tempat

yang diperkirakan akan di buat bangunan penanganan abrasi pantai. Pilar-pilar tersebut di buat dari konstruksi beton.

• BM tersebut di pasang pada tempat-tempat yang aman,

stabil serta mudah ditemukan.

• Apabila tidak memungkinkan untuk mendapatkan tempat

yang stabil, misalnya tanah gembur atau rawa-rawa maka pemasangan BM tersebut harus di sangga dengan bambu/kayu.

• Patok-patok di pasang maksimal setiap jarak 50-100 m

pada bagian sungai yang lurus dan < 25 m pada bagian sungai yang berkelok-kelok (disesuaikan dengan keperluan).

• Patok-patok di buat dari kayu (misal kayu gelam/dolken)

dengan diameter 3 – 5 cm. Pada bagian atas patok ditandai dengan paku payung.

• Jalur rintisan/pengukuran mengikuti alur garis pantai.

Didalam laporan topografi akan di buat buku Diskripsi BM yang memuat, posisi BM dilengkapi dengan foto, denah lokasi, dan nilai koordinat (x, y, z).

(37)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 14 40 20 15 65 20 100 Beton 1:2:3 Pasir dipadatkan Pen kuningan Tulangan tiang Ø10 Sengkang Ø5-15 Pelat marmer 12 x 12 20 10 20 10 Ø6 cm Pipa pralon PVC Ø6 cm Nomor titik Dicor beton Dicor beton 75 25

Benchmark Control Point

c) Pengukuran kerangka dasar pemetaan.

Sebelum melakukan pekerjaan pemetaan areal Rencana pengamanan pantai baik pengukuran kerangka dasar horizontal, kerangka dasar vertikal maupun pengukuran detail situasi, terlebih dahulu dilakukan pematokan yang mengcover seluruh areal yang akan dipetakan.

Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap azimut magnetis.

a. Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 50 meter. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan

dengan cara seperti di Gambar 3.2.

(38)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 15 Jarak AB = d1 + d2 + d3 d1 d2 d3 A B 2 1

Gambar 3. 2 Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring.

Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.

b. Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon. Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut

lihat Gambar 3.3.

β = sudut mendatar

αAB = bacaan skala horisontal ke target kiri

αAC = bacaan skala horisontal ke target kanan

Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:

(39)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 16

Ä Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.

Ä Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.

Ä Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).

Ä Selisih sudut antara dua pembacaan ≤ 2” (dua detik).

Ä Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus

berikut.

(

)

000

.

5

:

1

2 2

=

=

d

f

f

KI

x y

Ä Bentuk geometris poligon adalah loop.

A B C αAB αAC β

Gambar 3. 3 Pengukuran Sudut Antar Dua Patok.

c. Pengamatan Azimuth Astronomis

Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu:

Ä Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan

akumulatif pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.

(40)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 17

Ä Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik

kontrol/poligon yang tidak terlihat satu dengan yang lainnya.

Ä Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada

pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal.

Ä Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:

Ä Alat ukur yang digunakan Theodolite T2

Ä Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)

Ä Tempat pengamatan, titik awal (BM.1)

Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis

pada Gambar 3.4, Azimuth Target (αT) adalah:

α

T =

α

M +

β

atau

α

T =

α

M + (

ι

T -

ι

M ) di mana:

α

T

=

azimuth ke target

α

M

=

azimuth pusat matahari

(

ι

T

)

=

bacaan jurusan mendatar ke target

(

ι

M

)

=

bacaan jurusan mendatar ke matahari

β

=

sudut mendatar antara jurusan ke matahari

(41)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 18 Gambar 3. 4 Pengamatan Azimuth Astronomis.

Pengukuran kerangka dasar horizontal dilakukan dengan metoda poligon dimaksudkan untuk mengetahui posisi horizontal, koordinat (X,Y ).

Adapun spesifikasi pengukuran kerangka dasar antara lain :

• Pengukuran poligon adalah untuk menentukan koordinat

titik-titik poligon yang digunakan sebagai kerangka pemetaan.

• Pengukuran polygon sebagai kerangka kontrol horisontal

dan pengukuran waterpass sebagai kerangka vertikal. Pengukuran kerangka dasar pemetaan ini harus terikat dengan benchmark referensi dan di bagi dalam beberapa loop/kring sesuai dengan kebutuhan.

• Pengukuran poligon diikatkan pada titik tetap geodetis

(titik trianggulasi) dan titik tersebut harus masih dalam keadaan baik serta mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Pengontrolan sudut hasil pengukuran poligon dilakukan penelitian azimuth satu sisi dengan pengamatan

(42)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 19

• Sudut polygon diusahakan tidak ada sudut lancip, alat

ukur yang di pakai adalah Theodolite T2 atau yang

sederajat dengan ketelitian ± 20” dan Elektronik Distance

Meter (EDM).

• Kerangka cabang dilakukan dengan ketentuan panjang sisi

poligon maksimum 50-100 m. Jarak kerangka cabang diukur ketinggiannya dengan waterpass.

• Selisih sudut antara dua pembacaan < 2” (dua detik).

• Persyaratan pengukuran poligon utama mempunyai

kesalahan sudut (toleransi) adalah 10”√n detik pada loop

tertutup dimana n adalah jumlah titik poligon. Pada

poligon cabang toleransi kesalahan sudut adalah 20”√n

detik dengan n adalah jumlah titik poligon.

• Salah penutup utama jarak fd <1:7.500, dimana fd adalah

jumlah penutup jarak.

• Pengukuran waterpass setiap seksi dilakukan pergi-pulang

yang harus dilakukan dalam satu hari.

• Jalur pengukuran waterpass harus merupakan jalur yang

tertutup dengan toleransi kesalahan beda tinggi 10√D

(mm) dimana D = panjang jarak (km).

• Pengukuran sudut dilakukan dua seri (biasa dan luar

biasa) muka belakang.

• Jarak di ukur dengan pita ukur.

• Jalur poligon di buat dalam bentuk geometris poligon

kring tertutup (loop) melalui BM dan patok kayu dan bagian sungai/pantai berada dalam kring tersebut.

(43)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 20 Gambar 3.5 Contoh Pengukuran Topografi

d) Pengukuran Waterpass

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tinggi elevasi (Z), pada masing-masing patok kerangka dasar vertikal. Metoda pengukuran yang dilakukan ini metoda waterpas, yaitu dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi yang di pilih (LWS), jalannya pengukuran setiap titik seperti diilustrasikan pada gambar 3.6. di bawah ini.

Gambar 3.6. Pengukuran waterpass

rambu

P1 P2

P3

(44)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 21 Spesifikasi Teknis Pengukuran Waterpass adalah sebagai berikut :

1. Maksud pengukuran waterpass adalah untuk menentukan

ketinggian titik-titik (BM dan patok-patok) terhadap bidang referensi tertentu yang akan digunakan sebagai jaring sipat datar pemetaan.

2. Alat ukur yang dipakai adalah Automatic Level NAK-2 atau

yang sederajat dan rambu ukur alumunium 3 m.

3. Jalur pengukuran di bagi menjadi beberapa seksi.

4. Tiap seksi di bagi menjadi slag yang genap.

5. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang

dan rambu belakang menjadi rambu muka.

6. Pengukuran waterpass dilakukan dengan cara double

stand. jarak seksi-seksi pengukuran waterpass antara 50 – 100 m.

7. Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 <

2 mm.

8. Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon dan meliwati

(BM).

9. Toleransi salah penutup tinggi (Sp) < 10 mm √D, Dimana :

n = Salah penutup tinggi. D = Jarak dalam satuan km.

10.Pengukuran waterpass diikatkan pada titik tetap

ketinggian geodetis yang ada di dekat daerah pengukuran atau titik referensi lain yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.

(45)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 22

11.Pembacaan rambu dengan tiga benang (benang atas,

tengah dan bawah).

Pengukuran sifat datar ini dilakukan melalui titik-titik poligon dan patok lainnya yang digunakan untuk

pengukuran situasi dan profil melintang sungai/pantai.

e) Pengukuran Situasi Detail

Penentuan posisi (x,y,z) titik detail dilakukan pengukuran situasi dengan metoda pengukuran Tachymetri. Adapun spesifikasi teknis pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut :

1. Alat yang digunakan theodolite T.o.

2. Titik detail terikat terhadap patok yang sudah punya nilai

koordinat dan elevasi.

3. Pengambilan data menyebar ke seluruh areal yang

dipetakan dengan kerapatan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan skala peta 1 : 1.000 dan 1 : 2.000.

f) Pengukuran penampang memanjang dan penampang

melintang.

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi terukur yang dapat dipergunakan dalam perencanaan

bangunan serta perkiraan volume .

Untuk mengetahui bentuk permukaan pantai maka dilakukan pengukuran profil (cross section).

Spesifikasi pengukuran penampang memanjang dan melintang sebagai berikut :

(46)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 23

• Pengukuran dilakukan di sepanjang pantai dan sungai

pada patok-patok profil yang telah dipasang.

• Interval profil 50 m dan 100 m.

• Pengukuran profil tegak lurus saluran.

• Pengukuran terikat terhadap titik poligon.

• Pengukuran situasi dan penampang dilakukan

bersama-sama.

• Alat ukur yang di pakai adalah Thedolite T0 atau yang

sederajat.

• Metode yang dipergunakan adalah metode tachimetri.

• Jalur raai merupakan panjang penampang melintang

pantai.

• Penampang melintang di buat dengan interval jarak

50-100 m pada bagian yang lurus dan < 50 m pada bagian sungai yang berkelok-kelok atau disesuaikan dengan keperluan.

• Penampang memanjang diambil pada dasar sungai yang

terdalam termasuk peil-peil muka air tanah terendah, normal dan tertinggi.

• Detail yang ada di lapangan di ukur, terutama kampung,

lembah, bukit, jembatan dan lain-lain.

• Setiap 50 m atau 25 m titik poligon diukur dengan meter

ukur baja dan harus diikatkan pada patok kerangka utama.

• Pengamatan matahari harus dilakukan setiap 2,5 km.

(47)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 24

• Profil memanjang dan melintang dilakukan dengan

interval jarak 50 m dan pada belokan diukur setiap 25 m dengan koridor 500 m kearah pantai jika kedalaman air h ≤ 3 m, jika h > 3 m dilakukan dengan echosounder.

• Titik-titik pengukuran penampang melintang

direncanakan seperti gambar berikut :

Gambar 3.7. Profil Melintang

g) Perhitungan hasil ukur

• Perhitungan harus dilaksanakan di lapangan, dengan

kontrol perhitungan oleh pengawas lapangan dan tiap selesai 1 hari pengukuran data diserahkan untuk di cek dan dibubuhi paraf oleh pengawas lapangan.

• Perhitungan dilakukan 2 (dua) kali, yaitu perhitungan

sementara dan perhitungan definitif. Perhitungan data lapangan merupakan perhitungan sementara untuk mengetahui ketelitian ukuran. Perhitungan definitip adalah perhitungan yang sudah menggunakan hitungan perataan oleh tenaga ahli geodesi. Hasil perhitungan ini akan digunakan untuk proses penggambaran.

P1 rambu

(48)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 25

• Setiap hasil perhitungan harus diasistensikan dan disetujui

supervisor lapangan.

• Semua data azimuth hasil pengamatan matahari harus di

pakai dalam perhitungan, jika ada yang tidak di pakai harus ada persetujuan dengan direksi.

• Semua titik kerangka utama/cabang harus di hitung

koordinat dan ketinggiannya.

• Semua data ukur asli dan perhitungan perataannya

diserahkan ke direksi pekerjaan.

h) Penggambaran

• Penggambaran hasil pengukuran mengacu kepada

standard penggambaran yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan.

• Penggambaran draft dapat dilaksanakan dengan

penggambaran secara grafis, dengan menggunakan data ukur sudut dan jarak.

• Penggambaran peta situasi definitif dilakukan, setelah

hasil perhitungan definitif selesai dilaksanakan sehingga koordinat sebagai kerangka horizontal dan spot height sebagai kerangka vertikal telah dilakukan hitungan perataannya.

• Penggambaran peta situasi sungai skala 1 : 5.000 dengan

interval kontur 0,50 m di buat pada kertas kalkir ukuran A1.

(49)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 26

• Peta ikhtisar skala 1 : 10.000 s/d 1 : 25.000 dengan

interval kontur 1,0 m di buat pada kertas kalkir ukuran A1.

• Penggambaran profil memanjang sungai skala (H) 1 :

2.000 dan skala (V) 1 : 1 : 200, penggambaran profil melintang skala (H) 1 : 200 dan skala (V) 1 : 1 : 200. atau dikoordinasikan dengan direksi pekerjaan.

• Semua titik koordinat kerangka utama dan cabang di

gambar dengan sistem koordinat.

• Indek kontur di tulis setiap garis kontur.

• Kontur di kampung di gambar tidak boleh putus.

• Sistem grid yang di pakai adalah sistem proyeksi UTM.

B. Penyelidikan Geoteknik/Mekanika Tanah

Survai Mekanika Tanah dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan tanah untuk menerima perlakuan struktur yang akan direncanakan dan untuk dapat mengetahui daya dukung dan kelemahan alamiah, sehingga dapat diketahui, di evaluasi dan menjadi acuan dalam merencanakan suatu struktur. Beberapa karakteristik mekanika tanah yang perlu diketahui meliputi daya dukung tanah, stabilitas lereng tanggul, pemadatan tanah, kelulusan air dan lain-lain.

a. Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah, terdiri atas jenis pekerjaan :

• Pengeboran Tanah/Hand Boring.

• Sondir.

(50)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 27

• Uji Laboratorium.

c. Penyelidikan Mekanika Tanah, meliputi jenis kegiatan :

• Penyelidikan Lapangan, terdiri dari :

1. Sondir.

2. Pengeboran Tangan.

3. Pengambilan Contoh Tanah.

4. Penyelidikan Laboratorium.

Penyelidikan di laboratorium dilakukan pada contoh tanah tak terganggu dan contoh tanah terganggu. Jenis dan macam percobaan adalah :

1. Soil Properties, meliputi :

• Unit Density (n).

• Spesific Gravity (Gs).

• Moissture (Wn).

• Void Ratio (e).

2. Grain Size Analysis.

3. Atterberg Limit (Wi, Wp, Ip).

4. Triaxial Test (0,C,O,C’).

5. Permeability (k).

Penyelidikan geologi teknik dan mekanika tanah adalah sebagai berikut :

a) DCPT/Sondir

Penyelidikan dengan alat sondir dimaksudkan :

(51)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 28

• Sondir dilaksanakan pada lokasi-lokasi rencana bangunan

pengendali banjir dimana pembangunannya memerlukan daya dukung tanah yang memadai.

• Pengujian menggunakan alat sondir seberat 2 ton dengan

kedalaman maksimum 25 m atau sampai lapisan tanah keras/batuan.

Spesifikasi sondir ditentukan tekanan konus sampai 200

kg/cm2, diameter cone harus 35.7 mm (memberikan luas

standar 10 cm2) dan sudut apex harus 60°. Selama operasi

pengujian harus mengikuti standar ASTM D-3441 – 75 T.

Pelaksanaan penekanan harus konstan 2 cm/detik dan pembacaan harus dilakukan secara berkelanjutan. Hambatan dari ujung konus setiap kedalaman penembusan 20 cm harus di catat dengan seksama, di mulai dari 20 cm di bawah muka tanah asli. Hasil pencatatan di buat grafik pengujian yang memperlihatkan cone resistance dan total hambatan lekat. Catatan dan lokasi rencana harus di buat yang menunjukkan lokasi peyelidikan dan elevasi muka tanah pada titik pengujian, dengan korelasi dari titik tinggi tetap setiap lokasi.

Pekerjaan sondir tersebut dilakukan pada 50 (lima puluh) titik yang pelaksanaannya akan diajukan pada Direksi pekerjaan. Selama kegiatan sondir tersebut berlangsung didokumentasikan dan hasil sondir tersebut menghasilkan gambar berupa data dan grafik sondir.

(52)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 29

b) Hand Auger (bor tangan)

Pengeboran tangan auger untuk mengetahui lebih jelas tentang susunan lapisan tanah yang ada dan tebal setiap lapisan sampai kedalaman 5 m. Pengeboran auger harus dilaksanakan sesuai dengan yang disebutkan standar Earth Manual atau ASTM D-420, D1452, menggunakan alat tipe Iwan. Setiap titik dilakukan pencatatan tentang diskripsi jenis tanah, butiran tanah, tebal setiap lapisan dan muka air tanah.

Setiap jenis tanah di ambil contoh terganggu dan tak terganggu dari lubang bor, sesuai untuk penyelidikan tanah lunak sampai lempung teguh.

Hand bor ini dilakukan sebanyak 7 (tujuh) titik yang tersebar pada lokasi rencana konsruksi. Lokasi pengambilan titik bor ditentukan oleh tenaga ahli dan mendapat persetujuan dari pihak Direksi dan setiap titik pengeboran di photo. Pengambilan sample dilakukan pada setiap kedalaman 1,00 m sehingga diperoleh 15 (lima belas) buah sample.

c) Pengambilan contoh tanah terganggu dan tak terganggu.

Untuk mengadakan penelitian tanah di laboratorium, pengambilan contoh tanah ini sangat penting untuk mengetahui sifat dan jenis tanahnya, sehingga pengambilan contoh tanah ini dilakukan.

i. Pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sample)

Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya masih dapat digunakan maka perlu sekali diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan dan penyimpanan

(53)

contoh-CV. IMAYA Consulting Engineers III - 30 contoh tanah ini, maka dilakukan hal-hal sebagai berikut: Struktur tanahnya tidak terlalu terganggu atau berubah, sehingga mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan. Kadar air asli masih dapat dianggap sesuai dengan keadaan lapangan. Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, dinding tabung sebelah dalam diberi pelumas (oli) agar gangguan terhadap contoh tanah dapat diperkecil, terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanah ini. Pada saat pengambilan contoh tanah ini diusahakan dengan memberikan tekanan sentris sehingga struktur tanahnya yang berbeda, atau pada kedalaman-kedalaman tertentu. Pada waktu pengangkatan dan menyimpan tabung sample supaya dihindarkan penyimpanan tabung sample pada suhu yang cukup panas. ii. Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample)

Pengambilan contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dari pembuatan sumur uji/test pit sebanyak ± 30 kg. Pengambilan contoh tanah ini diambil sebagai berikut: Bila lapisan tanah masing-masing cukup tebal maka diambil masing-masing lapisan dengan pengambilan vertikal. Bila lapisan 0,5 meter, maka

contoh tanah tersebut diambil secara keseluruhan dengan pengambilan vertikal. Contoh-contoh tanah ini akan dikenakan percobaan tanah di laboratorium dengan cara proctor, Untuk pengukuran kadar air aslinya dengan menggunakan PVC yang selanjutnya ditutup dengan parafin.Dari hasil masing-masing karung dan tabung PVC

(54)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 31 dicatat dengan simbol dengan kedalaman dimana sample terambil.

d) Analisa Laboratorium

Analisa laboratorium contoh tanah dilakukan untuk mendapatkan nilai parameter tanah yaitu Index properties dan engineering properties. Masing-masing parameter sebagai berikut :

• Index Properties meliputi :

Berat volume, berat jenis, kadar air, grain size analisis, atterberg limit.

• Engineering Properties meliputi :

Permebility Test, Direct Shear Test, Triaxial Test (CU).

3.2.6

Aspek Sosial Ekonomi Perkotaan

Pencarian data primer melalui pendekatan kuesioner rumah tangga yang isinya secara garis besar terdiri dari :

• Kebiasaan dalam memanfaatkan saluran drainase

• Persepsi terhadap pengadaan jaringan drainase

• Penanganan yang biasa dilakukan jika tejradi banjir/genangan

• Penyakit yang sering timbul pada saat dan setelah terjadi banjir

(Dampak)

(55)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 32

3.2.7

Metoda Analisa Data

3.2.7.1. Analisa Data Topografi

Jenis perhitungan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

1. Hitungan koordinat titik–titik poligon.

2. Hitungan waterpass.

3. Hitungan Situasi dan Cross Section.

4. Hitungan Luas Areal Survey.

Tenaga ahli geodesi akan melakukan perhitungan definitif dari hasil perhitungan sementara di lapangan dengan perataan dan kesalahan pengukuran kurang dari yang disyaratkan di dalam KAK, hasil perhitungan ini akan digunakan untuk proses penggambaran dimana produk yang harus diserahkan antara lain :

Peta situasi skala 1 : 5.000, gambar penampang melintang skala H = 1 : 2.000 dan V = 1 : 200 dan penampang memanjang skala H = 1 : 2.000 dan V = 1 : 200. Peta ikhtisar di gambar dengan skala 1 : 10.000 sampai dengan 1 : 25.000. Hasil perhitungan dan diskripsi BM akan di buat laporan topografi serta bersama dengan data ukur asli diserahkan kepada pemberi kerja.

1. Perhitungan Kerangka Horizontal dan Koordinat

Koordinat yang di hitung adalah koordinat kerangka dasar horisontal/titik-titik poligon dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :

Syarat Geometrik Sudut.

αakhir - αawal = Σβ - (n + 2) . 180 + f β (1)

αakhir - αawal = Σd sin α + f x (2)

(56)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 33 Koreksi absis d d Σ . f x (4) Koreksi ordinat

d

d

Σ

. f y (5) Dimana :

αakhir = Azimut akhir.

αawal = Azimut awal.

Σβ = Jumlah sudut ukuran.

n = Jumlah titik poligon.

f β = Salah penutup sudut.

xakhir = Absis akhir.

xawal = Absis awal.

Yakhir = Ordinat akhir.

Yawal = Ordinat awal.

Σ d = Jumlah jarak poligon.

α = Azimut.

f x = Salah penutup absis. f y = Salah penutup ordinat.

Koordinat definitif :

Hitungan Absis Definitif (x).

Xi = X(i-1) + ∆ Xi + k Xi

Xi = Absis titik ke i.

X(i-1) = Absis titik ke titik sebelum i.

∆Xi = Selisih absis.

Hitungan Ordinat Defenitif (y).

Yi = Y(i-1) + ∆ Yi + k YI k Xi = Koreksi absis.

(57)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 34

Yi = Ordinat titik ke i.

Y(i-1) = Ordinat sebelum titik i.

∆Yi = Selisih ordinat.

KYi = Koreksi ordinat.

2. Hitungan Ketinggian/Waterpass

Langkah–langkah perhitungan ketinggian/elevasi adalah sebagai berikut :

1. Menghitung beda tinggi per seksi.

− Beda tinggi stand satu = ∆ h1

− Beda tinggi stand 2 = ∆ h2

− Beda tinggi ukuran pergi =∆ hpr = ½ (D1+D2).

− Salah penutup (SP) ukuran stand satu dan stand dua

tidak boleh melebihi batas toleransi yang diizinkan

(10√D) , D = dalam Km.

2. Jarak tiap slag , didapat dari jumlah jarak ke belakang

ditambah jarak ke muka.

3. Menghitung salah penutup setiap kring sipat datar (H).

H = ∆ h1 + ∆ h2 + ……….+ ∆hn + SP = 0

4. Menghitung tinggi : Hj = hi + ∆hij + 

     D SP . Dij

3. Perhitungan Situasi Detail dan Cross Section

Data situasi dan cross section hasil pengukuran lapangan di hitung dengan metoda tachymetri. Berdasarkan ilustrasi gambar di bawah, alat berdiri pada titik A yang telah diketahui (X, Y, Z) maka titik B dapat di hitung.

(58)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 35 Berdasarkan gambar di bawah, titik Tb dapat diketahui tingginya dari titik TA yang telah diketahui elevasinya sebagai berikut :

Gambar 3.8. Metode tachymetri

TB = TA + ∆H ∆H =

(

Ba Bb

)

m +TABt     100 sin2 2 1

Untuk menghitung jarak datar (Dd) menggunakan rumus :

Dd = Dο Cos 2 m

Dd = 100 (Ba - Bb) Cos2 m

Dimana :

TA = Tinggi titik A yang telah diketahui (X,Y,Z).

TB = Tinggi titik B yang akan ditentukan.

∆H = Beda tinggi antara titik A dan titik B.

Ba = Bacaan diaframa benang atas.

Bb = Bacaan diaframa benang bawah.

Bt = Bacaan diafrahma benang tengah.

TA = Tinggi alat.

Dο = Jarak optis [100(Ba-Bb)].

Dd = Jarak datar.

U

Dm

Az

(59)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 36 m = Sudut miring.

(60)

CV. IMAYA Consulting Engineers III - 37

3.2.7.2. Analisa Data Hidrologi

Secara garis besar analisa hidrologi yang dilakukan antara lain :

1) Perhitungan distribusi hujan/ hujan kawasan untuk

menentukan besaran curah hujan pada suatu kawasan.

2) Penentuan curah hujan rencana dengan metode analisa

frekuensi.

3) Perhitungan debit rancangan.

Distribusi Curah Hujan

Untuk mendapatkan gambaran mengenai distribusi hujan di seluruh daerah aliran sungai, maka dipilih beberapa stasiun yang tersebar di seluruh DAS. Stasiun terpilih adalah setasiun yang berada dalam cakupan areal DAS dan memiliki data pengukuran iklim secara lengkap. Metode yang dapat dipakai untuk menentukan curah hujan

rata-rata adalah metode Thiessen, Arithmetik dan Peta Isohyet.

Untuk keperluan pengolahan data curah hujan menjadi data debit diperlukan data curah hujan bulanan, sedangkan untuk mendapatkan debit banjir rancangan diperlukan analisis data dari curah hujan harian maksimum.

1). Metode Thiessen

Pada metode Thiessen dianggap bahwa data curah hujan dari suatu tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar tempat itu. Metode perhitungan dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap stasiun

Gambar

Gambar 3.1 Model Tipe BM dan CP
Gambar 3. 2  Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring.
Gambar 3. 3  Pengukuran Sudut Antar Dua Patok.
Gambar 3.6. Pengukuran waterpass
+7

Referensi

Dokumen terkait

Halaman Validasi Kasubag SKA digunakan untuk melihat list dari buku permintaan surat dan SMS permintaan Surat Keterangan Aktif Mahasiswa pada Aplikasi Sistem Informasi

Cangkang buah Ketapang merupakan biomassa yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan karbon aktif karena memiliki kandungan lignin, selulosa yang

Hal ini berkaitan dengan motivasi siswa dalam meningkatkan kemampuan menulisnya, dengan menggunakan media lingkungan kegiatan belajar lebih menarik dan tidak

SOSEM 2.1 -Anak dapat berprilaku hidup sehat dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan... Rencana penilaian ( mencantumkan teknik penilaian dan Indikator Pencapaian

Berdasarkan hasil estimasi dengan MLE 15 Bank Pembangunan Daerah (BPD) Syariah untuk mengetahui pengaruh variabel input terhadap variabel output pada tahun 2008- 2012

Rembang telah terjadi tindak pidana pencurian sepeda motor jenis Yamaha Yupiter Z warna merah/hitam Nopol K 2159 ND Nomor Rangka MH330C0029J420114, Nosin30C420123

Faktor penghambat eksternal pe- ngelolaan sampah dengan manajemen bank sampah adalah harga jual sampah di Unit BSM Gurih 32 yang mengikuti harga jual BSM

Keamanan pada kamar tidur Keamanan sirkulasi kamar tidur tidak terpenuhi dikarenakan satu kamar di isi dengan 4 orang dengan tempat tidur tingkat dengan ukuran 1x2 meter dan