• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan pada Program Studi D3 Analis Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan pada Program Studi D3 Analis Kesehatan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

DI LABORATORIUM RSUD CIAMIS

PADA BULAN JUNI TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan

pada Program Studi D3 Analis Kesehatan

Oleh :

SITI AMELIA JUMAYANTI NIM. 13DA277045

PROGAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

CIAMIS

(2)

iv

HASIL PEMANTAPAN MUTU INTERNAL PADA ALAT AUTOMATED HEMATOLOGY ANALYZER UNTUK PEMERIKSAAN JUMLAH ERITROSIT

DI LABORATORIUM RSUD CIAMIS PADA BULAN JUNI TAHUN 20161

Siti Amelia Jumayanti2 Minceu Sumirah3 Doni Setiawan4

INTISARI

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Pemeriksaan darah lengkap khusus nya pemeriksaan jumlah eritrosit telah menggunakan alat otomatis hematology analyzer, pemeriksaan dengan alat otomatis dapat mendapatkan hasil yang sangat cepat. Karena itu untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil ketepatan dan ketelitian pada pemeriksaan eritrosit di Laboratorium RSUD Ciamis Bulan Juni Tahun 2016.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil pemantapan mutu internal laboratorium berdasarkan Aturan Westgard Multirule System pada alat Hematology Analyzer untuk pemeriksaan jumlah Eritrosit di RSUD Ciamis tidak terdapat data yang melanggar aturan Westgard Multirule System. Sehingga alat tersebut dalam keadaan baik dan dan dapat digunakan.

Kata Kunci : Pemantapan Mutu Internal, Hematology Analyzer, Jumlah Eritrosit

Kepustakaan : 11 (2004-2011)

Keterangan : 1 Judul, 2 Nama Mahasiswa, 3 Nama Pembimbing 1, 4 Nama pembimbing II

(3)

v

Siti Amelia Jumayanti2 Minceu Sumirah3 Doni Setiawan4

ABSTRACT

Establishment of internal quality is prevention and surveillance activities carried out by each laboratory is continuously in order for the proper examination of the results obtained. Complete blood examination of her special examination the acount of erythrocytes has been using automated Hematology analyzer, checks with automated tool can get the results very quickly. Therefore to ensure accuracy and precision of the results of laboratory examination.

This research aims to know the results of the accuracy and precision on the examination of erythrocytes in the laboratory the Provincial Hospital Ciamis June 2016.

Based on the results of the study it can be concluded that the results of the laboratory's internal quality based on the establishment of rules of Westgard Multirule System on Hematology Analyzer tool checks for the acount of Erythrocytes in RSUD Ciamis there are no data that violates the rule of Westgard Multirule System. So the tool in good condition and can be used.

Keywords : Establishment Of Internal Quality, Hematology Analyzer Acount Of Erythrocytes

Library : 11 (2004-2011)

Description : 1 title , 2 Name Of Student, 3 Name Of Supervisor 1, 4 Name Of Supervisor II.

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis penyakit. Pemeriksaan laboratorium merupakan penelitian perubahan yang timbul pada penyakit dalam hal susunan kimia dan mekanisme biokimia tubuh. Pemeriksaan laboratorium juga sebagai ilmu terapan untuk menganalisis cairan tubuh dan jaringan (Nurmalasari, 2011).

Berdasarkan data yang didapat dari Laboratorium RSUD Ciamis, ada 15 parameter pemeriksaan laboratorium tersering, yaitu pemeriksaan darah rutin menggunakan alat Hematology Analyzer, Pemeriksaan Glukosa Darah, Asam urat, Ureum, Kretinin, SGOT dan SGPT, kolesterol total, Trigliserida, Widal, BTA, golongan darah A,B,O dan rhesus, Kolesterol HDL dan LDL, pemeriksaan urine rutin dan sedimen.

Pemeriksaan hematologi sangat penting, sering digunakan dalam pemeriksaan penapsiran kesehatan. Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari beberapa jenis :pemeriksaan hemoglobin, jumlah leukosit, hematokrit, hitung jumlah eritrosit, jumlah trombosit, retikulosit. Salah satu pemeriksaan hematologi rutin, diantaranya adalah pemeriksaan Eritrosit. Pemeriksaan eritrosit dilakukan untuk mengetahui keadaan anemia,dan polisitermia (Kumala, 2010).

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm3 darah pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel darah merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah merah (Gandasoebrata, 2009).

Pemeriksaan darah lengkap khususnya pemeriksaan eritrosit telah menggunakan alat otomatis hematology analyzer, Pemeriksaan dengan alat otomatis akan diperoleh hasil yang sangat cepat.

(5)

Sehingga itu untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium, perlu dilakukan quality control.

Quality control (QC) adalah suatu proses atau tahapan didalam prosedur yang dilakukan untuk mengevaluasi proses pengujian, dengan tujuan untuk memastikan bahwa sistem mutu berjalan dengan benar.

Quality control (QC) dilakukan dengan tujuan untuk menjamin hasil pemeriksaan laboratorium, mengetahui dan meminimalkan penyimpangan serta mengetahui sumber dari penyimpangan (Rinaldi, 2015).

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat (Kahar, 2005).

Pemantapan mutu internal suatu laboratorium sangat penting, di Laboratorium RSUD Ciamis pemantapan mutu internal selalu dilakukan setiap hari, karena proses pemantapan mutu internal akan berdampak pada pelaporan hasil. Pada pemeriksaan jumlah eritrosit di laboratorium RSUD Ciamis, hasil pemeriksaan jumlah eritrosit sebelumnya pernah mendapatkan hasil yang sedikit tinggi. Maka dari itu penelitian ini perlu dilakukan.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang hasil pemantapan mutu internal pada alat automated hematology analyzer untuk pemeriksaan jumlah eritrosit di laboratorium RSUD Ciamis pada bulan Juni 2016.

(6)

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hasil pemantapan mutu internal pada alat automated hematology analyzer untuk pemeriksaan jumlah eritrosit di laboratorium RSUD Ciamis pada bulan Juni 2016?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan ketelitian pada pemeriksaan jumlah eritrosit di Laboratorium RSUD Ciamis pada bulan Juni 2016.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang hasil pemantapan mutu internal pada alat automated hematology analyzer untuk pemeriksaan jumlah eritrosit di Laboratorium RSUD Ciamis pada bulan Juni 2016. 2. Bagi akademik

Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya 3. Bagi Rumah Sakit dan Laboratorium

a. Memberikan informasi mengenai hasil pemantapan mutu internal pada pemeriksaan jumlah eritrosit.

b. Mengetahui sumber kesalahan/penyimpangan dan meminimalisir kesalahan/penyimpangan tersebut.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan mutu laboratorium yang diketahui oleh penulis adalah penelitian yang berjudul “Gambaran Hasil Pemantapan Mutu Internal pada Alat

Automated Chemistry Analyzer untuk Pemeriksaan Kreatinin di Laboratorium RSUD Ciamis bulan Februari-April tahun 2014“ oleh

(7)

Neng Restu Apipah (2014), mendapatkan hasil adanya penyimpangan yang terjadi dan termasuk kedalam kesalahan acak.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah pada variabel yang diteliti yaitu tentang pemantapan mutu internal. Perbedaanya terdapat pada waktu, dan alat yang digunakan. Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah Automated Hematology Analyzer untuk pemeriksaan jumlah eritrosit.

(8)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pemantapan mutu laboratorium

Dalam Al Quran surat Al Isra ayat 35 dijelaskan tentang pemantapan mutu, ayat tersebut berbunyi :

Artinya :“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan menimbanglah dengan timbangan yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Kaitan ayat tersebut dengan topik penelitian ini yaitu : menakar adalah kegiatan menentukan takaran atau ukuran kadar larutan. Sedangkan timbangan adalah salah satu jenis alat ukur. Alat ukur disini menggunakan hematology analyzer.

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Kegiatan ini terdiri atas dua komponen penting, yaitu : pemantapan mutu internal (PMI), dan pemantapan mutu eksternal (PME).

Pemantapan Mutu Internal adalah pemantapan mutu yang dikerjakan oleh suatu laboratorium , dengan menggunakan serum kontrol atas usaha sendiri yang dilakukan setiap hari untuk mengevaluasi pemantapan mutu (Usi, 2010).

(9)

a. Tipe kesalahan yang mempengaruhi hasil laboratorium 1) Pra analitik

Kesalahan pra analitik terjadi sebelum spesimen pasien diperiksa untuk analit oleh sebuah metode atau instrumen tertentu a) Ketatausahaan b) Persiapan pasien c) Pengumpulan spesimen d) Penanganan sampel 2) Analitik

Kesalahan analitik terjadi selama proses pengukuran dan disebabkan kesalahan acak atau kesalahan sistematis.

a) Reagen Peralatan b) kontrol dan bakuan c) Metode analitik d) Ahli teknologi 3) Pasca analitik

Kesalahan pasca analitik terjadi setelah pengambilan sampel dan proses pengukuran dan mencakup kesalahan seperti kesalahan penulisan.

a) Perhitungan b) Cara menilai

c) Ketatausahaan (Kahar, 2005). 2. Pemantapan Mutu Internal

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu pra analitik, analitik, dan pasca analitik (Kahar, 2005).

(10)

7

Tujuan Pemantapan Mutu Internal

a. Memantapkan dan menyempurnakan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek analitik dan klinis ;

b. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga tidak terjadi mengeluarkan hasil yang salah dan perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera ;

c. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen, penyimpanan serta pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan hasil telah dilakukan dengan benar. d. Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya.

e. Membantu perbaikan pelayanan pasien melalui peningkatan PMI.

Pemantapan Mutu Internal dilakukan sendiri olah laboratorium klinik yang bersangkutan untuk mengendalikan mutu analisisnya setiap hari. Pemantapan mutu Internal meliputi pemantapan presisi dan pemantapan akurasi.

a. Presisi

Kemampuan untuk memberikan hasil yang sama pada setiap penanggulangan pemeriksaan disebut dengan presisi. Secara kuantitatif, presisi disajikan dalam bentuk impresisi yang diekspresikan dalam ukuran koefisien variasi. Presisi terkait dengan reprodusibilitas suatu pemeriksaan suatu pemeriksaan. Presisi yang tinggi, pengulangan pemeriksaan terhadap sampel yang sama memberikan hasil yang tidak berbeda jauh.

b. Akurasi

Akurasi atau ketepatan adalah kesesuaian antara hasil pemeriksaan dengan “nilai benar/sebenarnya” (True Value).

Penilaian akurasi tidak harus selalu tepat sama dengan (True Value) karena ada rentang nilai yang bisa digunakan sebagai

(11)

standar. Rentang nilai (range) tersebut didapatkan dari hasil pemeriksaan berulang yang dihitung secara statistik berdasarkan standar deviasi (SD) dimana akurasi dianggap bagus jika hasil pemeriksaan berada pada ± 2 SD (Usi ,2010).

c. Westgard multirules quality control

Westgard menyajikan suatu seri aturan untuk membantu evaluasi pemeriksaan grafik kontrol. Seri aturan tersebut dapat digunakan pada penggunaan suatu level kontrol, dua level maupun tiga level. Beberapa banyak level yang akan kita pakai sangat tergantung kondisi laboratorium kita, namun perlu kita pikirkan mengenai keuntungan dan kerugian masing-masing. Evaluasi hasil dari dari dua level kontrol secara simultan akan memberikan terdeteksinya shift lebih awal dibandingkan jika kita hanya menggunakan satu level.

Pemilihan aturan perlu mempertimbangkan positif palsu dan negatif palsu yang ditimbukan ketika kita memutuskan untuk menyatakan bahwa alat kita keluar kontrol. Tentu terlalu banyak positif palsu akan menyebabkan kita mengulang prosedur kontrol kualitas dengan konsekuensi peningkatan biaya dan waktu. Terlalu banyak negatif palsu akan menyebabkan kita mengeluarkan banyak hasil yang tidak valid.

Berikut ini aturan yang umumnya dipilih ketika laboratorium menggunakan satu atau dua level kontrol yang masing-masing diperiksa satu atau dua kali setiap run (Westgard, 2009).

Aturan “Westgard Multirule System” meliputi 1) Aturan 12s

Aturan ini merupakan aturan peringatan. Aturan ini menyatakan bahwa apabila suatu nilai kontrol berada

(12)

9

diluar batas 2SD, tetapi masih di dalam batas 3SD, kita mulai waspada. Ini merupakan peingatan akan adanya masalah pada instrumen atau malfungsi metode. Apabila kita menggunakan dua level kontrol yang berbeda, kita haus melihat apakah kontrol level yang lain juga berada diluar batas 2SD. Apabila kontrol level yang lain berada diluar 2SD yang sama (sama-sama +2SD atau -2SD), maka kita harus menyelesaikan masalah tersebut sebelum menggunakannya untuk pelayanan pasien. Apabila kontrol level yang lain berada didalam batas 2SD, maka kita dapat menggunakan instrumen untuk pelayanan pasien (Sukorini, 2008).

Gambar 2.1 Contoh Grafik Level Jenning’s 12s Sumber : Westgard, James (2009)

2) Aturan 13s

Aturan ini mendeteksi kesalahan acak. Satu saja nilai kontrol berbea di luar batas 3SD, instrumen dievaluasi bila adanya kesalahan acak. Instrumen tidak boleh digunakan untuk pelayanan hingga masalah yang mendasari teratasi. Nilai yang berada diluar batas 3SD

(13)

dalam distributor normal Gaussian hanya sebesar 0,3%. Apabila nilai ini sampai ditemukan kemungkinan besar ada kesalahan pengukuran. Aturan ini dapat diberlakukan untuk menolak run. Walaupun hanya memakai satu level kontrol saja.

Gambar 2.2 Contoh Grafik Level Jenning’s 13s Sumber : Westgard, James (2009)

3) Aturan 22s

Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik kontrol dinyatakan keluar apabila dua nilai kontrol pada satu level berturut-turut diluar batas 2SD. Kontrol juga dinyatakan keluar apabila nilai kontrol pada dua level yang berbeda berada diluar batas 2SD yang sama (sama-sama diluar +2SD atau -2SD). Bila hal ini terjadi berturut-turut pada bahan kontrol dengan level yang sama, kemungkinan permasalahan ada pada bahan kontrol yang digunakan.

(14)

11

Gambar 2.3 Contoh Grafik Level Jenning’s 22s Sumber : Westgard, James (2009)

4) Aturan R4s

Aturan ini hanya dapat digunakan apabila kita menggunakan dua level control. Aturan yang mempergunakan konsep statistic “rentang” ini mendeteksi kesalahan acak. Aturan ini menyatakan bahwa apabila dua nilai kontrol level yang berbeda pada hari atau run yang sama memiliki selisih melebihi empat kali SD.

Gambar 2.4 Contoh Grafik Level Jenning’s R4s Sumber : Westgard, James (2009)

(15)

5) Aturan 41s

Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik. Aturan ini dapat digunakan pada satu level control maupun pada lebih dari satu level kontrol. Empat nilai kontrol yang berturut-turut keluar dari satu batas SD yang sama (selalu keluar dari +1SD atau -1SD).

Gambar 2.5 Contoh Grafik Level Jenning’s 41s Sumber : Westgard, James (2009)

6) Aturan 10x

Aturan ini menyatakan bahwa apabila sepuluh nilai kontrol pada level yang sama maupun berbeda-beda secara berturut-turut berada di satu sisi yang sama terhadap rerata, maka perlu melakukan maintenance terhadap instrumen atau melakukan kalibrasi kit/instrument. Aturan ini mendeteksi adanya kesalahan sistematik.

(16)

13

Gambar 2.6 Contoh Grafik Level Jenning’s 10x Sumber : Westgard, James (2009)

7) Aturan (2 of 3)2s

Apabila 2 dari 3 kontrol melewati batas 2SD yang sama, maka dinyatakan bahwa control tidak masuk. Instrumen perlu dibenahi sebelum digunakan untuk pelayanan pasien.

Gambar 2.7 Contoh Grafik Level Jenning’s Sumber : Westgard, James (2009)

(17)

8) Aturan 31s

Apabila tiga kontrol berturut-turut melewati batas 1SD yang sama, dinyatakan bahwa kontrol tidak masuk. Instrumen perlu dibenahi sebelum digunakan untuk pelayanan pasien.

Gambar 2.8 Contoh Grafik Level Jenning’s Sumber : Westgard, James (2009)

9) Aturan 6x

Apabila enam kontrol berturut-turut selalu berada di satu sisi yang sama terhadap rerata, dinyatakan control tidak masuk.

Gambar 2.9 Contoh Grafik Level Jenning’s Sumber : Westgard, James (2009)

(18)

15

10) Aturan 7T

Apabila tujuh control berturut-turut memiliki trend untuk menjauhi rerata ke arah yang sama, dinyatakan control tidak masuk.

Gambar 2.10 Contoh Grafik Level Jenning’s Sumber : Westgard, James (2009)

3. Hematology Analyzer a. Pengertian

Hematology Analyzer adalah alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara menghitung dan mengukur sel-sel darah secara otomatis berdasarkan variasi berkas cahaya terhadap sel-sel yang dilewatkan. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip Flow cytometer. Flow cytometer

adalah metode pengukuran jumlah dan sifat-sifat sel yang dibungkus oleh aliran cairan melalui celah sempit.

Cara perawatan hematologi analyzer adalah dengan menyimpan dengan baik di tempat yang datar dan kering. Alatnya pun harus dijaga dalam keadaan kering jika tidak digunakan untuk tetap menjaga keawetan alat. Kebersihannya pun penting juga dijaga agar ketelitiannya tetap terjaga (Mindray, 2006).

(19)

Gambar 2.11 Contoh Gambar Sistem Optik

Sumber : Mindray, 2006

b. Penyebab kesalahan pada hasil hematologyanalyzer : 1) Salah cara sampling

2) Salah penyimpanan spesimen dan waktu pemeriksaan ditunda terlalu lama sehingga terjadi perubahan morfologi sel darah.

3) Kesalahan tidak mengocok sampel secara homogen, terutama bila tidak memiliki alat pengocok otomatis (nutator) maka dikhawatirkan tidak sehomogen saat sampel darah diambil dari tubuh pasien. Inilah kesalahan fatal yang sering terjadi pada pemeriksaan ini.

4) Kehabisan reagent lyse sehingga seluruh sel tidak dihancurkan saat pengukuran sel tertentu.

5) Kalibrasi dan kontrol tidak benar. Tidak melakukan kalibrasi secara berkala dan darah kontrol yang digunakan sudah mengalami expired date tapi tetap dipakai karena menghemat biaya operasional.

Lensa Lensa Side scatter detecter Forward small angle detecter Forward large angle detecter Fresnel lens Laser Flow cell Fresnel lens

(20)

17

6) Untuk alat jenis open tube maka, penyebabnya salah saat pada memasukkan sampel pada jarum sampling alat, misal jarum tidak masuk penuh ujungnya pada darah atau darah terlalu sedikit dalam tabung atau botol lebar sehingga saat dimasukkan jarum tidak terendam seluruhnya. Untuk jenis close tube kesalahan hampir sama juga, yaitu tidak memenuhi volume minimum yang diminta oleh alat. Untuk tipe close tube menggunakan cara predilute, perlu dikocok dahulu saat pengenceran darah dengan diluent.

4. Bahan Kontrol

Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu pemeriksaan dilaboratorium untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari khususnya dilaboratorium. Bahan control hematologi meliputi :

a. Darah Segar

Darah segar (fresh whole blood) merupakan control yang ideal untuk pemeriksaan darah lengkap karena secara fisik dan biologik identik dengan bahan yang akan diperiksa. Akan tetapi darah segar secara alamiah mempunyai keterbatasan untuk digunakan sebagai kalibrator atau control (Van Dun, 2007).

b. Darah Manusia Terstabilkan

Darah manusia terstabilkan yaitu darah yang disuplai oleh pabrik. Sampel tersebut mempunyai jangka hidup yang lebih panjang, sel-sel yang tersetabilkan berbeda dengan darah segar dipandang dari sudut ukuran, bentuk dan kemungkinan sifatnya (Usi, 2010).

(21)

5. Eritrosit a. Pengertian

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm³ darah pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel darah merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah merah. Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 µ dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin. Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paru-paru terjadi reaksi antara hemoglobin dengan oksigen (Gandasoebrata, 2009).

b. Struktur

Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat bergerak. Banyaknya kira– kira 5 juta dalam 1 mm3. Warnanya kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen. Jumlah eritrosit juga bervariasi, tergantung jenis kelamin, usia, dan ketinggian tempat tinggal seseorang. Jumlah eritrosit pada laki-laki normal 5,1-5,8 juta per mililiter kubik darah dan pada wanita normal 4,3-5,2 juta per mililiter kubik darah. Orang yang hidup di dataran tinggi cenderung memiliki eritrosit yang lebih banyak. Eritrosit dapat berkurang lebih banyak karena ada luka yang mengeluarkan

(22)

19

darah banyak dan penyakit anemia. Aktivitas seseorag akan berpengaruh pada peredaran darah sehingga oksigen yang dilepas akan berbeda-beda untuk setiap orang. Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru– paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin jadi oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru.

c. Nilai Normal menurut WHO

1) Dewasa laki-laki : 4,50 – 6,50 (x106/μL) 2) Dewasa perempuan : 3,80 – 4,80 (x106/μL) 3) Bayi baru lahir : 4,30 – 6,30 (x106/μL) 4) Anak usia 1-3 tahun : 3,60 – 5,20 (x106/μL) 5) Anak usia 4-5 tahun : 3,70 – 5,70 (x106/μL) 6) Anak usia 6-10 tahun : 3,80 – 5,80 (x106/μL)

Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara keseluruhan.

(23)

d. Kelainan eitrosit

1) Penurunan eritrosit

Kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan. 2) Peningkatan eritrosit

Peningkatan eritrosit dapat menyebabkan polisitemia, dehidrasi, hipertensi, penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit akibat peningkatan eritrosit adalah hipertensi, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

(24)

21

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka dapat diterapkan kerangka konsep dalam penelitian ini yang menjelaskan tahapan-tahapan pemantapan mutu laboratorium.

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.12 Kerangka Konsep

Pemantapan Mutu Laboratorium Pemantapan Mutu Internal Pemantapan Mutu Ekstrenal

Pra Analitik Analitik Post Analitik

Persiapan Alat (Automated Hematology Analyzer) Pemeriksaan Eritrosit dengan alat (Automated Hematology Analyzer) Pencatatan Hasil Mutu Hasil Pemeriksaan

(25)

31

Dipenogoro.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Good Laboratory

Practice. Jakarta.

Ganda Soebrata. (2009) Penuntun Laboratorium Praktikum. Jakarta: Dian Rakyat.

Kahar, H. (2005) Mutu Pemeriksaan di Laboratorium Klinik Rumah Sakit. Indonesia journal of clinical pathology and medical laboratory. Kumala, F, Dewi. (2010) Pemeriksaan Laboratorium hematologi. Jakarta

Mindray, (2006) BC-2600 Auto Haematologi Analyzer, China.

Muslim, Muhammad dan Kuntjoro, Tjahjono. (2005) Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.Yogyakarta

Nurmalasari,Yayuk. (2011) Fungsi dan Manfaat Pemeriksaan Laboratorium. Bandung.

Usi, Sukorini. (2010) Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Klinik. Alfamedia. Yogyakarta.

Van Dun,L. (2007) Quality Control. ABBOTT Hematology.

Westgard, J. (2009) Westgard Rules and Multirules. Tersedia dalam

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Grafik Level Jenning’s 1 2s  Sumber : Westgard, James (2009)
Gambar 2.2 Contoh Grafik Level Jenning’s 1 3s
Gambar 2.3 Contoh Grafik Level Jenning’s 2 2s  Sumber : Westgard, James (2009)
Gambar 2.5 Contoh Grafik Level Jenning’s 4 1s  Sumber : Westgard, James (2009)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bekerja dengan merangsang proteoglikan dari tulang rawan artikular.Kedua obat ini berkhasiat dalam mengurangi rasa sakit dan meningkatkan mobilitas.Terapi lainnya adalah

Keberhasilan dalam pengobatan dipengaruhi oleh kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang merupakan faktor utama dari outcome terapi.Upaya pencegahan komplikasi pada

Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Wonosari, Gunungkidul, dengan jumlah responden 31 responden diperoleh data bahwa, sebagian besar responden merupakan ibu nifas multipara

Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan suami tentang pengertian berada pada kategori baik sebanyak 14 orang (63,6%), jenis berada pada kategori

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari 35 balita yang dijadikan responden terdapat 3 balita yang tidak diberikan ASI ekslusif dan berstatus gizi kurang dan terdapat 2

Tarif parkir yang ditetapkan oleh pengelola tempat parkir diluar badan jalan yang memungut bayaran disesuaikan dengan tarif parkir yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa berdasarkan pendidikan responden yang melaksanakan prosedur tetap pemeriksaan fisik antenatal care dengan kompeten sebagian besar ada pada

62,57 % dan rata-rata harapan ibu hamil terdapat 66,50% ini menunjukan bahwa hasil persespsi lebih rendah dari hasil harapan yang artinya responden tidak puas dengan pelayanan yang