• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Konduktometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Konduktometri"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN ANALITIK

TITRASI KONDUKTOMETRI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014

MODUL

:

TITRASI KONDUKTOMETRI

PEMBIMBING

: RINIATI, S.Pd., M.Si

DISUSUN OLEH

KELOMPOK : 7

SAHARA TULAINI

(131411025)

SHOFIYA WARDAH N

(131411026)

SIFA FUZI ALLAWIYAH (131411027)

SITI NURJANAH

(131411028)

KELAS : 1A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2014

PEMBUATAN

: 7 APRIL 2014

PENYERAHAN

: 10 APRIL 2014

(2)

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN ANALITIK

MODUL PRAKTIKUM :

TITRASI KONDUKTOMETRI

NAMA PEMBIMBING

: RINIATI, S.Pd., M.Si

NAMA MAHASISWA

: SAHARA TULAINI

SHOFIYA WARDAH NABILAH

SIFA FUZI ALLAWIYAH

SITI NURJANAH

TANGGAL PRAKTEK

: 3 APRIL 2014

TANGGAL PENYERAHAN

: 10APRIL 2014

(3)

I.

Tujuan percobaan

1. Melakukan titrasi konduktometri.

2. Menentukan titik ekivalen dan menentukan konsentrasi larutan.

II. DasarTeori

Konduktometri merupakan salah satu cara elektroanalisa, yang mengukur konduktivitas larutan dengan elektroda khusus. Konduktivitas berbanding terbalik terbalik tahanan listrik dalam larutan, yaitu semakin besar tahanan listrik, semakin kecil konduktivitas.

Konduktivitas mempunyai siemens per cm. konduktivitas larutan kimia lazimnya berkisar antara 0,1-2000 mili siemens per cm (ms/cm). kalau dua elektroda direndam dalam larutan yang mengandung ion-ion, maka akan mengalir arus listrik antara kedua elektroda tersebut, apabila terdapat beda tegangan listrik antara kedua elektroda tersebut.

Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negative ke anoda yang bermuatan positif. Sebagai pembawa arus adalah ion-ion dalam larutan. Selisih potensial antara kedua elektroda tersebut tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi elektrolisa.

Besarnya arus yang mengalir ditentukan oleh parameter-parameter sebagai berikut : Beda tegangan antara kedua elektroda.

Konsentrasi ion-ion.

Sifat ion seperti besarnya muatan, derajat disosiasi, besarnya ion, kompleksasi dengan molekul lain dan sebagainya.

Suhu larutan.

Luas permukaan masing-masing elektroda. Jarak antara katoda dan anoda.

Semakin besar arus makin besar pula konduktivitas K. Luas permukaan elektroda dan jarak antara katoda dan anoda merupakan parameter yang tetap, karena parameter-parameter tersebut bergantung pada rancangan elektroda. Oleh karena itu setiap elektroda mempunyai factor tersendiri yang dimasukkan dalam perhitungan konduktivitas (cell constant K/cm).

Pada permukaan elektroda dapat terjadi tegangan lebih (over voltage) yang tidak sebanding lagi dengan arus dan konsentrasi ion. Untuk mencegah tegangan lebih tersebut perbukaan elektroda dilapis dengan lapisan platinum yang halus dan aktif. Pelapisan elektroda dengan platinum disebut “platinizing”.

Parameter harus dipertahankan tetap sama selama pengukuran konduktivitas adalah suhu larutan. Sebaiknya digunakan wadah titrasi yang dindingnya berlapis dua, sehingga dalam dinding tersebut dapat dialirkan air pada suhu tertentu dari thermostat.

(4)

Perubahan konduktivitas terhadap suhu berbeda-beda untuk setiap senyawa. Setiap senyawa mempunyai koefisien suhu. Koefisien suhu bergantung pula pada konsentrasi zat. Koefisien suhu dapat ditentukan sendiri dengan mengukur konduktivitas pada suhu 20 oC dan pada suhu yang lain (misalnya 30 °C).

Konduktometer metrohm mengukur konduktivitas dengan arus AC (alternative current) untuk mencegah terjadinya polarisasi lektrida. Oleh karena itu frekuensi dari arus tersebut perlu diatur sesuai dengan konduktivitas sampel. Terdapat dua pilihan frekuensi sebagai berikut :

Tombol FREQ tidak ditekan : Frekuensi 2000 Hertz (2 kHz). Frekuensi tinggi dipakai untuk cuplikan yang mempunyai konduktivitas yang tinggi (lebih dari 100 μS/cm), selain itu untuk titrasi konduktometri.

Tombol FREQ ditekan : Frekuensi 300 Hertz (300 Hz) untuk konduktivitas dibawah 1 mS/cm.

Jenis elektroda konduktometri (measurung cell) harus dipilih sesuai dengan konduktivitas dari cuplikan. Elekttroda yang mempunyai tetapan rendah sesuai untuk pengukuran konduktivitas yang rendah, sebaliknya elektroda dengan tetapan tinggi sesuai untuk konduktivitas yang tinggi.

Suhu dikompensasikan secara otomatis dengan sensor Pt-100 atau oleh operatornya dengan menekan tombol TEMP, lalu mengatur suhu cuplikan, serta koefisien suhu cuplikan. Daerah pengukuran (measuring range) diatur oleh alat secara otomatis, kecuali bila tombol RANGE ditekan.

Apabila kita ingin membaca harga yang konduktivitas secara teliti, tetapi harga konduktivitas sering berubah, sehingga keluar dari daerah yang telah diatur, maka kita menaikkan harga konduktivitas tersebut hingga berada dipertengahan daerah pengukuran.

Konduktometri ini merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1 . Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaanelektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda .

G = l/R = k (A / l) G = 1/R = 1000k/C

Dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1 cm -1. Daya Hantar Ekivalen (Equivalen Conductance) . Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan

(5)

arus listrik disebut daya hantar ekivalen (^) yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua electroda 1cm.

Menurut hukum Ohm I = E/Reaksi; di mana: I = arus dalam ampere, E = tegangan dalam volt, Reaksi = tahanan dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL. Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran L suatu larutan berbanding lurus pada luas permukaan elektroda a, konsentrasi ion persatuan volume larutan Ci, pada hantaran ekivalen ionik S1, tetapi berbanding terbalik dengan jarak elektroda d,

sehingga:

L = a/d x S Ci S1

Tanda Smenyatakan bahwa sumbangan berbagai ion terhadap konduktansi bersifat aditif. Karena a, dan d dalam satuan cm, maka konsentrasi C tentunya dalam ml. Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor 1000. nilai d/a = S merupakan faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel. Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur. Pengaliran arus melalui larutan suatu elektrolit dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di dekat sekali dengan lektrode-elektrode, begitulah potensial-potensial dapat timbul pada elektrode-elektrode, dengan akibat terbawanya sesatan-sesatan serius dalam pengukuran-pengukuran konduktivitas, kecuali kalau efek-efek polarisasi demikian dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan.

Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1 gram ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm.^ = 1000k/C Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu untuk setiap ion. Pengukuran Daya Hantar Listrik. Pengukuran daya hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan.

Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik

(6)

untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.

Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-kondisi yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan mempengaruhi konduktans (hantaran) larutan, tergantung apakah ada tidaknya terjadi reaksi-reaksi ionik. Jika tak terjadi reaksi ionik, seperti pada penambahan satu garam sederhana kepada garam sederhana lain (misal, kalium klorida kepada natrium nitrat), konduktans hanya akan naik semata-mata. Jika terjadi reaksi ionik, konduktans dapat naik atau turn; begitulah pada penambahan suatu basa kepada suatu asam kuat, hantaran turun disebabkan oleh penggantian ion hidrogen yang konduktivitasnya tinggi oleh kation lain yang konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah prinsip yang mendasari titrasi-titrasi konduktometri yaitu, substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain.

Biasanya konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi. Hendaknya diperhatikan pentingnya pengendalian temperatur dalam pengukuran-pengukuran konduktans. Sementara penggunaan termostat tidaklah sangat penting dalam titrasi konduktometri, kekonstanan dalam temperatur dituntut, tetapi biasanya kita hanya perlu menaruh sel konduktivitas itu dalam bejana besar penuh air pada temperatur laboratorium. Penambahan relatif (dari) konduktivitas larutan selama reaksi dan pada penambahan reagensia dengan berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi; pada kondisi optimum kira-kira 0,5 persen. Elektrolit asing dalam jumlah besar, yang tak ambil bagian dalam reaksi, tak boleh ada, karena zat-zat ini mempunyai efek yang besar sekali pada ketepatan. Akibatnya, metode konduktometri memiliki aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri ataupun amperometri.

(7)

Titrasi Konduktometri

Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar ion, dengan syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga terjadi penggantian satu jenis ion dengan yang lain yang berarti terjadi perubahan konduktivitas. Misalnya titrasi HCl dengan NaOH berdasarkan persamaan sebagai berikut :

H+ + Cl- + OH- + Na+ H2O+ Cl- + Na+

Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H+ dan Cl- yang masing-masing mempunyai harga konduktivitas molar ( 25 °C ) sebesar 349,8 cm2/mol dan 76,3 cm2/mol. Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H+ dengan OH- membentuk H2O,

sehingga jumlah H+ didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+ mempunyai harga konduktivitas molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+ sehingga harga konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi, H+ dalam larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH-, sehingga penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena terdapat OH- dengan konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.

Titik akhir dapat ditentukan dalam grafik titrasi sebagai berikut :

Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa lemah, karena

penggunaan potensiograph/titroprocessor dengan elektroda kaca menghasilkan titik akhir yang kurang jelas. Namun titrasi konduktometri tidak dapat dilakukan dalam cuplikan yang mengandung konsentrasi ion lain yang tinggi, karena titik akhir menjadi kurang tajam. Titrasi konduktometri sangat berguna untuk melakukan titrasi pengendapan. Keuntungan titrasi konduktometri adalah grafik titrasi seluruhnya digunakan untuk menentukan titik akhir sedangkan pada kurva titrasi potensiometri titik akhir ditentukan dari bentuk grafik dekat titik akhir saja. Kepekaan cara konduktometri jauh lebih baik. Titrasi konduktometri masih memberi titik akhir yang jelas untuk asam atau basa lemah dalam konsentrasi encer, sedangkan dengan potensiometri titik akhir tidak jelas lagi.

(8)

III. AlatdanBahan

Alat

Bahan

Konduktometer 660

Larutan KCl 0,1 M

Elektroda immersion cell

NaOH 0,1 N

Dosimal 665

HCl 0,1 N

Gelas kimia 100 ml

NaCl 0,01N

Botol semprot

Alkohol

Pengaduk magnet

Air keran

Aquades

IV. SkemaKerja

1) Kalibrasi Elektroda dan Konduktometri

Memasang elektroda Immersion

Cell pada alat

Menghidupkan alat

konduktometer

FREQ pada 2

KHz

TEMP pada Pt

100

Range pada

posisi fixed

Mengatur

Mencelupkan elektroda

pada KCl 0,1 M

Menekan tombol temp dan

membaca temperatur

kemudian memasang

(9)

2) PenentuanKonduktivitasLarutan

Mengatur

Menekan

STAND BY

Menekan COND dan tentukan K

sesuai dgn temperaturnya

Course pada

posisi off

Nilai CELL

CONSTANT

Nilai COND

nya harus

sama

Memasukkan 5ml HCl 0,1 N dalam

gelas kimia

Mencelupkan elektroda pada larutan tersebut

dengan tambahan air suling secukupnya

Mengaduk dengan stirrer dan menekan

COND lalu mencatat nilainya

UlangiuntuklarutanNaOH 0,1N;

NaCl 0,01N; Alkohol; Aquadest;

(10)

3) Titrasi Konduktometri

Mengisi buret dengan NaOH 0,01 N

Memasukkan 5ml HCl 0,01 N

dalam gelas kimia

Mencelupkan elektroda pada larutan tersebut

dengan tambahan air suling secukupnya

Mengaduk dengan stirrer dan

menekan COND lalu mencatat

(11)

V.

Data Pengamatan

Grafik Konduktivitas (K) Terhadap Volume Titran (HCl)

TabelPengamatanKonduktivitasLarutan

No Larutan K (mS/cm) 1 Aquadest 0,00 2 Air Kran 0,33 3 HCl 0,01 N 2,72 4 NaOH 0,01 N 2,04 5 NaCl 0,01 N 1,14 6 C2H5OH -0,01 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0 5 10 15 20 25 K ( m S/ cm ) volume TE=11,75

(12)

VI.

Pengolahan Data

Kurva titrasi konduktometri NaOH0.01 N oleh HCl 0.01 N

Titik ekivalen = V

HCl

= 11,75 mL

Konsentrasi HCl ialah : V

NaOH

x N

NaOH

= V

HCl

x N

HCl

10 mL x N

NaOH

= 11,75 mL x 0.01 N

Jadi, N

NaOH

= 0.012 N

VII.

Pembahasan

PembahasanOleh Sahara Tulaini (131411025)

PembahasanOlehShofiyaWardahNabilah (131411026)

Percobaaninibertujuanuntukmengetahuidayahantarlistriksuatularutan.Kondu

ktivitassuatularutanelektrolitbergantungpada

ion-ion

yang

adadalamkonsentrasinya.Padapercobaanini, selkonduktansidibilasdenganaquades

agar

alat

yang

digunakanbebasdari

ion-ion

yang

mengganggusertauntukmenetralkanalatsehinggatidakdipengaruhiolehpengukurans

ebelumnya.

Padapengukurankonduktivitaslarutan,

dibandingkanhargakonduktivitasasamkuat (HCl 0,01 N) denganbasakuat (NaOH

0,01 N) dandiperolehhasil yang hampirsamayaituuntukHCl 2,72 mS/cm

sedangkanuntukNaOHdidapat 2,04 mS/cm. Karenakonduktivitasbergantungpada

ion-ion

yang

adadidalamlarutan,

makapadaAquadest

yang

tidakmengandungzatterlarut, angkakonduktivitas yang didapatsebesar 0,00 mS/cm

sedangkanpada air kerandidapatsebesar 0,33 mS/cm karenakemungkinan air

kerantersebutmengandungsuatuzatterlarut.

KemudianpadalarutanNaCldidapatkonduktivitassebesar

1,14

mS/cm

sedangkanpadalarutanEtanoldidapatsebesar

-0,01

mS/cm

karenaNaClmerupakanlarutanelektrolit,

sedangkanEtanolmerupakanlarutannonelektrolit.

Padapercobaanberikutnya,

dilakukanpenentuantitikekuivalenantaralarutanHCldanlarutanNaOHdimanakedual

arutanini,

merupakanpenghantarlistrik

yang

baik.Setiap

proses

titrasi,

(penambahanNaOH 1 mL) dilakukan proses pengadukandenganmagnetikstirer.

(13)

dapatmengoptimalkankemampuandayahantarlistriksehinggaionnyadapatmenyebar

merata.

Dari

grafikpada

data

pengamatandapatdilihatbahwa

“Volume

HClvsKonduktivitasLarutan”,

bentukgrafiknyaturunnaik.Dimana,

semakinmendekatititikekivalenmakagrafiknyamenurun.Namun,

jikamelewatititikekivalenmakagrafiknyanaikkembali.

Hal

initerjadikarenasemakinbanyak

volume

titran

yang

digunakanmakakonduktivitaslarutanakansemakinmenurun,

namunpenambahan

volume

penitersecaraterusmenerusakanmengakibatkankonduktivitaslarutansemakinnaikka

rena volume titranakansemakinjenuh di dalamlarutan.

Jika membandingkan konsentrasi yang didapatkan dari HCl yang dipakai

sebagai titran, maka didapatkan konsentrasiNaOH yaitu sebesar 0,012N,

konsentrasiiniberbedadengankonsentrasi yang tertera pada label yaitu 0,01N, ini

berarti hasil yang didapatkan itu boleh dikatakan tidaksempurna. Hal

initerjadikarenamungkinpadasaatmemipetdanpadasaatpembuatanlarutanterjadikes

alahanatauketidaktelitiansehinggakonsentrasi yang didapatkanberbeda.

PembahasanOlehSifaFuziAllawiyah (131411027)

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaaan konduktometri. Konduktometri

merupakan salah satu cara elektroanalisa, yang mengukur konduktivitas larutan

dengan elektroda khusus. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui daya hantar

listrik suatu larutan. Sebelum masuk ke percobaaan terlebih dahulu kami

melakukan kalibrasi, dari hasil kalibrasi didapatkan konduktivitas 12,88 mS/cm

dan konstanta elektroda sebesar 0,975 pada suhu 25.2

o

C.

Pada percobaan pertama yang dilakukan adalah mengukur konduktivitas dari

beberapa larutan. Larutan larutan tersebut adalah aquadest, air keran, HCl 0,01 N,

NaOH 0,01 N, NaCl 0,01 N, dan C

2

H

5

OH. Konduktivitas suatu larutan elektrolit

bergantung pada ion-ion yang ada dalam konsentrasinya. Dari percobaan ini

didapat konduktivitas aquades sebesar 0,00 mS/cm, konduktivitas air keran

sebesar 0,33 mS/cm, konduktivitas HCl 0,01 N sebesar 2,72 mS/cm, konduktivitas

(14)

NaOH 0,01 N sebesar 2,04 mS/cm, dan konduktivitas NaCl 0,01 N sebesar 1,14

mS/cm, serta konduktivitas C

2

H

5

OH sebesar -0,001 mS/cm.

Percobaan kedua adalah titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri

dilakukan dengan menggunakan alat konduktometer dan penambahan titran

dilakukan dengan menggunakan buret. Pada percobaan ini dilakukan titrasi

dengan HCl sebagai titran dan NaOH sebagai analitnya. Penambahan HCl

dilakukan setiap 30 detik sebanyak 1 ml. Dari grafik dapat dilihat konduktivitas

NaOH setelah ditambahkan HCl semakin menurun sampai didapatkan titik

ekivalen, kemudian konduktivitas kembali naik. Naik kembalinya konduktivitas

NaOH ini dikerenakan volume titran yang ditambahkan secara terus menerus

kedalam NaOH sehingga membuat volume titran dalam larutan semakin jenuh.

Titik ekivalen yang didapat pada titrasi kali ini adalah 11.75 mL. Dari hasil titrasi

ini pula di dapat konsentrasi NaOH berdasarkan perhitungan yaitu 0.012 N sedang

pada label terterakonsentrasi NaOH adalah 0.01 N. Terjadi perbedaan sebesar

0.002.

Hal

ini

bisa

terjadi

karena

ketidaktelitian

pada

saat

pembuatan(pengenceran) larutan.

PembahasanOlehSitiNurjanah (131411028)

Percobaan yang di lakukan adalah titrasi konduktometri untuk mengukur daya hantar listrik, titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk larutan yang tergolong kedalam larutan elektrolit saja. Sedangkan untuk larutan nonelektrolit kita tidak dapat menggunakan titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya hantar listrik, sehingga akan berhubungan juga dengan adanya ion – ion dalam larutan yang berperan untuk menghantarkan arus listrik dalam larutan. Arus listrik ini tidak akan bisa melewati larutan yang tidak terdapat ion – ion, sehingga larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus listrik.

Dari percobaan , sebelum melakukan praktikum menetapkan suhu dan konstanta yang sudah di tetapkan pada teori hubungan temperatur dengan daya hantar listrik dan didaptkan suhu sebesar 25,2 dengan konduktivitas lebih besar mendekati 12,88 mS/cm sehingga harus merubah konstanta elektroda sebesar 0,975 karena dalam titrasi konduktometri , penentuan daya hantar listrik sangat berhubungan dengan konsentrasi dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantar listriknya. Sehingga kita harus menjaga temperature larutan agar berada dalam keadaan konstan, sehingga kita dapat memebedakan perbedaan dari daya hantar larutan berdasarkan perbedaan

(15)

konsentrasi dari larutan tersebut. Jika temperatur berubah – ubah maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya memilki daya hantar yang besar tetapi malah sebaliknya yaitu memiliki daya hantar listrik yang kecil karena pengaruh dari turunnya suhu. Sehingga ion –ion dalam larutan tidak dapat bergerak dengan bebas.

Pada awal percobaan ini kami menentukan konduktivitas setiap terhadap enam larutan yaitu aquadest, air kran, HCl 0,01 N, NaOH 0,01 N, NaCl 0,01 N, dan C2H5OH.

Didapatkan daya hantar listrik pada setiap masing-masing larutan yaitu aquadest sebesar 0,00 mS/cm, air kran sebesar 0,33 mS/cm, HCl 0,01 N sebesar 2,72 mS/cm, NaOH 0,01 N sebesar 2,04 mS/cm, NaCl 0,01 N sebesar 1,14 mS/cm, dan C2H5OH sebesar -0,001

mS/cm.

Dari data diatas terlihat pengaruh dari jenis larutan terhadap nilai daya hantar listrik, semakin semakin kuat elektrolit suatu larutan maka nilai daya hantar listrik yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin elektrolit suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai daya hantar listriknya (konduktivitas).

Selanjutnya melakukan titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri dilakukan dengan menggunakan alat konduktometer untuk mempermudah dalam pengukuran konduktansi suatu larutan. Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor (elektroda) dimasukkan ke dalam larutan akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan sebagai outputnya berupa angka konduktansi. Semakin banyak konsentrasi suatu ion dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi (gerakan molekil semakin cepat).

Penambahan titran dalam praktikum dilakukan secara bertahap menggunakan dosimat setiap penambahan 1 mL HCl 0,01 N dengan waktu satu menit setiap satu kali penitrananpada 10 mL larutan NaOH 0,01 N untuk dilakukan pencatatan konduktansi larutan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pembuatan grafik titrasi. Setelah penambahan titran larutan dihomogenkan menggunakan stirer magnetik. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi pada larutan sehingga semua titran yang ditambahkan benar-benar sudah bereaksi dan konduktansinya yang terukur sudah representatif atau mewakili konduktansi disetiap bagian larutan. Selanjutnya elektroda dari konduktometer dicelupkan ke dalam larutan dan terukur konduktansinya. Elektroda tersebut dibersihkan dengan akuades dari sisa larutan pada pengukuran

(16)

sebelumnya. Pada titrasi konduktometri ini kami menggunakan Titrasi asam kuat- basa kuat.

Dari kurva yang didapat pada volume HCl dari awal terlihat konduvitas larutan semakin turun hal ini terjadi karena pada volume ini yaitu pada penambahan HCl, terjadi reaksi antaraOH- dengan H+ membentuk H2O, sehingga jumlah H

+

didalam larutan bertambah sedangkan jumlah OH-berkurang. Pada titik akhir titrasi, OH-dalam larutan telah bereaksi seluruhnya denganH+,sehingga penambahan HCl lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena terdapat OH- yang berlebih. Dari kurva volume titran terhadap konduktansi akan didapatkan titik ekuivalen yang didapat dengan cara pengambilan garis lurus yang menyinggung penurunan dan kenaikan pada kurva, dan perpotongan garis tersebut merupakan titik ekuivalen.

Menurut teori, titik ekivalen (TE) tercapai pada volume .. mL. Sedangkan dari hasil percobaan diperoleh titik ekivalen (TE) pada volume .. mL. Perbedaan ini dapat terjadi akibat beberapa faktor yaitu kualitas bahan yang digunakan, maupun suhu ruangan saat proses percobaan dilakukan.

VIII. Kesimpulan

Saharaaa ^^

(17)

DAFTAR PUSTAKA

2011.”Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Instrumen”.Bandung : Politeknik Negeri

Bandung

Gambar

Grafik Konduktivitas (K) Terhadap Volume Titran (HCl)

Referensi

Dokumen terkait

Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disentesis berdasarkan reaksi halogenasi (halogenais pada dasarnya ialah reaksi substansi / Penggantian karena atom halogen

Tujuan yang hendak dicapai pada percobaan titrasi redoks adalah untuk menentukan kadar besi (Fe) di dalam suatu sampel dengan titrasi permanganometri dengan

Molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi dinamakan inhibitor.Hambatan terhadap aktivitas enzim dalam suatu reaksi kimia mempunyai arti yang penting, karena hambatan tersebut

Reaksi titrasi yang akan dilakukan untuk membuktikan bahwa kurkumin dapat digunakan sebagai indikator dalam menunjukkan titik akhir titrasi adalah

Prinsip percobaan kinetika reaksi redoks yaitu ditentukannya orde reaksi dan ketetapan laju reaksi yang didasarkan pada reaksi redoks yang terjadi antara ion peroksida

Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi

Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada pH.. Beberapa

TEORI DASAR Reaksi Redoks adalah reaksi yang didalamnya terjadi perpindahan elektron secara berurutan dari satu spesies kimia ke spesies kimia lainnya, yang sesungguhnya terdiri atas